F4 Konseling Gizi Balita BGM [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Laporan Kegiatan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) F.4 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat Edukasi dan Konseling Gizi Balita dengan Berat Badan Bawah Garis Merah (BGM) di Desa Bandung, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang



Oleh : dr. Puspita Widyasari Pendamping : dr. Rokhmah Maulidina



PROGRAM DOKTER INTERNSIP PUSKESMAS CUKIR KABUPATEN JOMBANG JAWA TIMUR 2018



A. LATAR BELAKANG Tumbuh kembang balita adalah aspek yang sangat berperan penting dalam kehidupan. Proses ini akan menentukan pertumbuhan seorang balita secara fisik dan juga perkembangan psikososialnya. Pertumbuhan dan perkembangan ini adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan terkait satu sama lain. Pertumbuhan atau growth adalah berkaitan dengan perubahan besar, jumlah, ukuran dan fungsi tingkat sel organ maupun individu yang diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur dan keseimbangan metabolik. Sedangkan perkembangan atau development adalah pertambahan kemampuan dalam fungsi tubuh yang lebih kompleks. Aspek tumbuh kembang balita saat ini menjadi perhatian yang serius karena merupakan aspek yang akan mempengaruhi proses pembentukan seorang balita secara fisik dan psikososial. Meskipun aspek ini hal yang serius, namun sebagian orang tua belum memahami hal ini. Para orang tua banyak yang mengganggap asalkan balitanya tidak sakit maka balita tersebut tidak mengalami masalah kesehatan termasuk diantaranya adalah tumbuh kembang. Salah satu komponen penting dalam menunjang keberhasilan tumbuh kembang adalah nutrisi. Nutrisi yang dimaksud disini adalah kebutuhan gizi seorang balita. Kebutuhan gizi seorang balita merupakan hal yang penting, karena apa yang dimakan itulah yang akan dimetabolisme untuk menunjang tumbuh kembang sang anak. Kebutuhan zat gizi yang diperlukan seorang anak antara lain adalah kabohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Asupan nutrisi yang berlebihan akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan anak. Nutrisi yang berlebihan berpotensi mengakibatkan penumpukan kadar lemak dalam tubuh sang anak. Apabila penumpukan kadar lemak terlalu tinggi akan menyebabkan anak jatuh dalam keadaan obesitas. Begitu pula jika asupan nutrisi yang kurang atau tidak terpenuhi juga akan memberikan dampak yang buruk bagi anak yaitu akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika hal ini terjadi maka dapat menyebabkan terjadinya masalah kesehatan pada anak. Masalah kesehatan tersebut contohnya adalah berat badan di bawah garis merah (BGM), kwashiorkor, dan marasmus. Penyebab asupan nutrisi yang kurang pada anak dapat terjadi karena berbagai macam faktor. Faktor tersebut diantaranya adalah: asupan nutrisi sehari-hari yang tidak adekuat atau kurang baik secara jumlah ataupun jenisnya, hiperaktivitas fisik / istirahat yang kurang, adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan asupan nutrisi, stres atau emosi yang dapat



menyebabkan menurunnya nafsu makan serta asorbsi makanan tidak adekuat. Namun segala faktor tersebut kembali kepada orang tua anak tersebut, karena kesehatan anak adalah tanggung jawab orangtua. Balita dengan BGM (Bawah Garis Merah) adalah balita dengan berat badan menurut umur berada di bawah garis merah. BGM merupakan indikator awal bahwa ada permasalahan gizi yang terjadi pada balita tersebut. Menurut Departemen Kesehatan (2005) Balita BGM adalah balita yang saat ditimbang berat badannya berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Balita dengan BGM memerlukan tindakan kewaspadaan serta perhatian terhadap pola asuh lebih diperbaiki agar anak tidak jatuh dalam keadaan sakit ataupun mengalami gangguan tumbuh kembang. Balita dengan BGM bukan menunjukkan bahwa anak sedang sakit namun sebagai “alarm” supaya anak tidak jatuh dalam kondisi gizi buruk. B. PERMASALAHAN DI MASYARAKAT Pada masyarakat umum khususnya ibu – ibu, masih menganggap bahwa anak yang sehat adalah anak yang tidak mudah sakit, tanpa melihat bagaimana status nutrisi mereka. Kebanyakan orangtua juga beranggapan bahwa jika mereka melihat anaknya terlihat gemuk dan berisi maka artinya anaknya sehat. Ada juga yang beropini bahwa jika anaknya terlihat aktif maka artinya anak tersebut sehat. Tidak ada yang salah dengan opini ini, namun opini tersebut juga tidak sepenuhnya benar. Yang benar adalah untuk melihat kesehatan seorang anak harus dilihat jugastatus gizi mereka. Cara mengukur status gizi tidak cukup dengan melihat, namun harus mengukur berat badan sang anak setiap bulan. Adapun jumlah balita di Puskesmas Cukir tahun 2016 adalah 4.392 balita, yang ditimbang 4.450 balita (101,32%), sedangkan balita yang naik BB nya sebanyak 3.599 (81,94 %) sedangkan untuk balita BGM sebanyak 23 ( 0,52% ). Sedangkan pelayananan gizi buruk mendapatkan perawatan adalah 0. Secara nasional prevalensi balita gizi buruk menurun sebanyak 0,5 persen yaitu dari 18,4 persen pada tahun 2007 menjadi 17,9 persen pada tahun 2010. Namun harapannya mencapai 0 persen artinnya balita di Indonesia tidak ada yang mengalami gizi buruk. Dengan mengukur berat badan anak secara berkala setiap bulan, maka status nutrisi anka akan dapat dipantau dengan baik. Sehingga jika seorang anak dinyatakan sebagai balita dengan BGM akan segera mendapat penanganan khusus dari tim puskesmas. Kesadaran terhadap hal yang seperti inilah yang masih kurang di dalam masyarakat saat ini.



C. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI Untuk membangun kesadaran masyarakat tentang gizi balita agar balita tidak jatuh dalam keadaan kurang gizi, maka diperlukan upaya preventif. Salah satunya adalah dengan promosi kesehatan yaitu mengkampanyekan kegiatan posyandu setiap bulan. Tujuannya adalah berat badan balita dapat dikontrol setiap bulan sehingga diketahui apakah ada penurunan atau kenaikan berat badan. Upaya lain yang ditempuh adalah upayan preventif yang ditujukan khusus kepada balita yang BGM. Balita BGM ini akan dianmnesis, diperiksa, dan diedukasi konseling secara khusus untuk mengetahui alasan mengapa balita tersebut jatuh dalam keadaan BGM dan apa bahaya jika balita tersebut tetap BGM. Melihat maksud dan tujuan terssebut maka dibutuhkan suatu perencanaan untuk pelaksanaan posyandu dan lebih ditekankan kegiatan tentang gizi didalmnya. Intervensi yang dilakukan adalah jemput bola artinya saat pelaksanaan posyandu, jika ditemukan balita BGM, akan dilakukan edukasi konseling secara langsung untuk menangani hal tersebut. D. PELAKSANAAN Kegiatan edukasi dan konseling akan ditujukan kepada para ibu yang berpartisipasi dalam program Posyandu di 2 pos di Desa Bandung pada tanggal 5 Maret 2018 jam 08.00 – 09.30 di posyandu pertama dan dilanjut di posyandu kedua jam 09.30 – 11.00. Pada posyandu pertama didapatkan 3 orang balita dengan BGM sedangkan di posyandu kedua didapatkan 2 orang balita dengan BGM. Pada edukasi dan konseling kali ini, lebih ditekankan pada interaksi secara personal (Face to face)



ibu dan petugas. Edukasi dan konseling yang



diberikan berisi tentang alasan mengapa seorang anak dapat dikatakan BGM dan bagaimana cara menanggulanginya agar anak tidak jatuh dalam keadaan sakit serta melakukan sesi anamnesa kepada setiap ibu dengan balita yang BGM agar dapat mengetahui alasan lebih lengkap mengapa anaknya mengalami BGM. Edukasi dan konseling ini diberikan setelah seluruh anak yang mengikuti posyandu selesai ditimbang. Saat pelaksanaan edukasi dan konseling gizi, banyak ibu – ibu yang masih belum mengetahui tentang gizi seimbang yang harus diberikan kepada balita. Selain edukasi dan konseling juga dilakukan sesi tanya jawab. Pada sesi tanya jawab ini terlihat banyak ibu – ibu yang belum paham konsep tumbuh kembang. Sehingga penjelasan tentang konsep tumbuh kembang pun diberikan. Banyak ibu yang tidak mengetahui bahwa pertumbuhan erat kaitannya dengan perkembangan. Banyak ibu yang mengeluhkan balita yang BGM mengalami penurunan konsentrasi dan lebih lambat dalam memahami sesuatu.



Kesimpulan yang dapat diambil saat pelaksanaan kegiatan ini adalah ibu – ibu di posyandu Bandung telah memiliki kesadaran yang baik untuk memeriksakan anaknya secara berkala setiap bulan ke posyandu. Namun, ibu – ibu ini belum memiliki pengetahuan yang cukup mengenai nutrisi untuk balita agar mencegah BGM serta kaitan nutrisi dengan tumbuh kembang anak. E. MONITORING DAN EVALUASI Edukasi dan konseling mengenai gizi balita dengan berat badan bawah garis merah (BGM) ini adalah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait asupan nutrisi balita, kaitan nutrisi dengan tumbuh kembang anak, dan penjelasan mengenai BGM serta cara penanganan BGM agar tidak jatuh dalam keadaan sakit atau gizi buruk. Edukasi dan konseling ini juga ditujukan untuk menjawab kebingungan para orang tua mengenai keterlambatan perkembangan anaknya. Secara garis besar edukasi dan konseling ini berjaalan dengan lancar dan baik. Jumlah peserta di posyandu Bandung 1 adalah sebanyak 15 orang ibu dengan diantaranya terdapat 3 orang ibu yang balitanya BGM. Sedangkan di posyandu Bandung 2 adalah banyak ibu-ibu yang sudah pulang karena terlalu siang. Sehingga hanya bisa melakukan edukasi konseling secara face to face kepada 1 orang ibu yang balitanya BGM dari 2 orang balita yang terdiagnosa BGM di posyandu tersebut. Seluruh peserta edukasi dan konseling yaitu ibu – ibu posyandu dan para kader juga nampak antusias dan berkonsentrasi mengikuti edukasi dan konseling. Sesi tanya jawab juga berlangsung lancar, efektif, dan kondusif dilihat dari respon peserta edukasi dan konseling yang positif dan ikut berperan aktif saat sesi tanya jawab. Hampir tidak ada kendala yang serius padaedukasi dan konseling kali ini. Hanya saja ada beberapa orang tua yang anaknya BGM tidak mau untuk diberikan konseling karena alasan pekerjaan rumah tangga yang tidak dapat ditinggal.



Komentar / Umpan Balik : Materi penyuluhan : terlampir di file PDF kemenkes



Jombang, 31 Maret 2018 Dokter Internsip



Dokter Pendamping



dr. Puspita Widyasari



dr. Rokhmah Maulidina



F. DOKUMENTASI