Faktor Kemajuan Kerajaan Aceh Dan Peninggalannya [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

FAKTOR KEMAJUAN KERAJAAN ACEH Letaknya strategis dipintu gerbang pelayaran internasional, yaitu yang menghubungkan antara Cina/Tiongkok, India, dan jalur perdagangan lainnya • Pelabuhan Olele memiliki persyaratan sebagai pelabuhan dagang yang baik. Hal ini tidak terlepas dari jatuhnya Malaka ke tangan Portugis pada tahun 1511 yang mendorong tumbuhnya kota-kota pelabuhan baru yang berada disekitar selat malaka. • Aceh kaya akan tanaman lada. Sebagaimana diketahui bahwa rempah-rempah merupakan komoditas perdagangan yang laku keras di pasaran saat itu, sehingga Aceh yang memiliki kekayaan alam berupa rempah-rempah terdorong menjadi negara tradisional yang sangat maju. • Aceh berkembang pesat setelah Maluku dikuasai Portugis. Portugis menguasai Maluku setelah mengadakan perjanjian dengan Spanyol yaitu perjanjian Saragosa yang memaksa Spanyol menyingkir ke Filipina. • Para pedagang islam memindahkan kegiatan berdagang dari Malaka ke Aceh. Aceh mencapai kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1635). Karena menjadi pusat agama islam, Aceh sering disebut Serambi Mekkah.



PENINGGALAN KERAJAAN ACEH



Sedikitnya ada 9 peninggalan kerajaan Aceh yang dapat menjadi bukti eksistensi kerajaan Islam ini di masa silam. Kesembilan peninggalan sejarah tersebut ada yang berupa bangunan, ada pula yang berupa benda arsitektur. Berikut ini gambar dan penjelasan dari masingmasingnya.



1. Masjid Baiturrahman Masjid Baiturrahman adalah masjid peninggalan kerajaan Aceh yang dibangun pada masa kekuasaan Sultan Iskandar Muda di tahun 1612 Masehi. Masjid yang terletak di pusat Kota Banda Aceh ini pernah dibakar oleh Belanda pada saat agresi militer Belanda 2. Namun, untuk meredam amarah para pejuang Aceh, Belanda kemudian membangunnya kembali setelah selang 4 tahun. Saat tsunami yang menimpa Aceh di tahun 2004, masjid ini juga menjadi pelindung bagi masyarakat Aceh dari hempasan gelombang laut. Advertisement



2. Taman Sari Gunongan Taman Sari Gunongan adalah sebuah taman yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Taman tersebut adalah suatu bentuk hadiah yang diberikan Sultan kepada Putri Boyongan dari Kerajaan Pahang yang sangat dikaguminya. Peninggalan kerajaan Aceh ini sekarang menjadi salah satu objek wisata sejarah yang sering dikunjungi masyarakat Aceh ketika akhir pekan tiba.



3. Masjid Indrapuri Masjid Indrapuri adalah sebuah masjid tua yang dahulunya merupakan benteng kerajaan Hindu yang berkuasa atas tanah Aceh, yaitu Kerajaan Lamuri. Pada sekitar tahun 1300 Masehi, pengaruh Islam yang masuk ke Aceh membuat benteng ini kemudian dialihfungsikan menjadi sebuah masjid. Alih fungsi tersebut dilakukan pada masa kekuasaan Sultan Iskandar Muda. Adapun keunikan dari masjid ini terletak pada bangunannya yang berbentuk persegi sama sisi.



Advertisement



4. Benteng Indra Prata Peninggalan Kerajaan Aceh selanjutnya adalah sebuah benteng yang terletak di pesisir pantai Aceh. Benteng ini sebetulnya dibangun oleh Kerajaan Lamuri, yakni kerajaan Hindu yang menguasai Aceh sebelum adanya pengaruh Islam. Namun, karena fungsinya yang cukup vital bagi pertahanan laut, Sultan Iskandar Muda tidak berniat menghancurkan atau mengalihkan fungsinya. Beliau justru tetap menjaga bangunan ini sehingga tetap lestari sampai sekarang. Pada masa penjajahan Portugis, benteng ini juga menjadi saksi pertempuran pasukan yang dipimpin Laksamana Malahayati dengan penjajah Portugis yang datang menyerang Aceh. Laksamana Malahayati sendiri adalah laksamana perempuan kerajaan Aceh yang juga menjadi laksamana perempuan pertama di dunia.



5. Pinto Khop Pintu khop adalah bangunan peninggalan kerajaan Aceh yang dahulunya difungsikan sebagai pintu masuk menuju taman Putroe Phang. Pintu yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda ini terletak di Kelurahan Suka Ramai, Kec. Baiturrahman, Kota Banda Aceh. Yang unik dari bangunan ini adalah bentuk atapnya yang menyerupai kubah. Di dalamnya juga terdapat tempat beristirahat yang dulunya digunakan oleh Putri Pahang ketika selesai berenang. Letak pintu ini pun tidak jauh dari Taman Sari Gunongan.



6. Meriam Kesultanan Aceh Kesultanan Aceh juga meninggalkan beberapa senjata bersejarah, yang salah satunya adalah meriam yang kini terdapat di pelataran benteng Indra Prata. Meriam tempur ini diketahui adalah hasil buatan masyarakat Aceh sendiri. Pada masa pemerintahan Sultan Salim II atas Kerajaan Turki Usmani, sultan Aceh meminta pengiriman teknis senjata dari Kesultanan Turki agar diajarkan cara membuat meriam dari kuningan. Meriam-meriam inilah hasilnya.



7. Makam Sultan Iskandar Muda Sultan Iskandar Muda adalah pemimpin kerajaan Aceh yang paling tersohor. Di bawah kepemimpinannya, Aceh mengalami masa-masa kejayaan. Tak heran bila kemudian, ketika wafat, Sang Sultan dimakamkan dengan cara yang istimewa. Makam Sultan dihiasi dengan kaligrafi pada batu nisannya yang terbuat dari marmer. Makam ini juga dianggap sebagai salah satu peninggalan Kerajaan Aceh.



8. Uang Emas Kerajaan Aceh memiliki posisi yang sangat Strategis dalam jalur perdagangan internasional. Pedagang dari seluruh penjuru dunia berkumpul di Aceh untuk melakukan aktivitas jual beli. Untuk mendukung aktivitas tersebut, kerajaan Aceh kemudian membuat mata uangnya sendiri yang disebut Dirham Aceh. Dirham Aceh adalah uang logam yang terbuat dari 70% emas murni yang dilengkapi nama sultan yang berkuasa pada cetakannya. Uang kuno ini sekarang banyak diburu oleh para kolektor numismatik. Beberapa di antaranya tersimpan rapi di dalam etalase Museum Aceh.



9. Hikayat Prang Sabi Hikayat Prang Sabi adalah sebuah karya sastra yang berisi tentang petuah, nasehat, ajakan, dan seruan bagi seluruh masyarakat Aceh untuk berjihad melawan para penjajah dan menegakan agama Alloh di bumi Rencong. Hikayat Prang Sabi yang asli tercatat dalam sebuah kitab kuno yang kini disimpan di Museum Aceh.