FARMAKODINAMIK [PDF]

  • Author / Uploaded
  • rivo
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH FARMAKOLOGI DASAR FARMAKODINAMIK



Nama



: NIKE FADILLAH



NIM



: 1900078



Prodi



: D-III



Kelas



: II B



Dosen Pengampu : NOVIA SINATA, M.Si., APT 1019118801 PROGRAM STUDI D-III FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU YAYASAN UNIVERSITAS RIAU 2020



KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehatNya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Farmakologi Dasar dengan judul “Farmakodinamik”. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.



Pekanbaru, 22 Maret 2020



Penulis



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR..................................................................................................i DAFTAR ISI................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1 1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah................................................................................................1 1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................2 BAB II ISI.....................................................................................................................3 2.1 Pengertian Farmakodinamik................................................................................3 2.2 Mekanisme Kerja Obat pada Reseptor dan Non Reseptor...................................8 2.3 Obat Sifat Agonis dan Antagonis......................................................................10 2.4 Mekanisme Agonis dan Antagonis....................................................................15 BAB III PENUTUP...................................................................................................17 3.1 Kesimpulan........................................................................................................17 3.2 Saran..................................................................................................................17 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................18



ii



BAB I



PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam arti luas,obat ialah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup,maka farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun untuk tenaga medis,ilmu ini dibatasi tujuannya, yaitu agar dapat menggunakan obat untuk maksud pencegahan,diagnosis dan pengobatan penyakit. Selain itu agar mengerti bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan berbagai gajala penyakit. Cabang farmakologi diantaranya farmakognosi ialah cabang ilmu farmakologi yang mempelajari sifat-sifat tumbuhan dan bahan lain yang merupakan sumber obat, farmasi ialah ilmu yang mempelajari cara membuat, memformulasikan, menyimpan dan menyediakan obat. Farmakologi klinik ialah cabang farmakologi yang mempelajari efek obat pada manusia. Farmakoterapi adalah cabang ilmu yang berhubungan dengan penggunaan obat dalam pencegahan dan pengobatan penyakit, toksilogi ialah ilmu yang mempelajari keracunan zat kimia, termasuk obat, zatyang digunakan dalam rumah tangga, pestisida dan lain-lain serta farmakokinetik ialah aspek farmakologi yang mencakup nasib obat dalam tubuh yaitu absorpsi, distribusi, metabolism dan ekskresinya dan farmakodinamik adalah yang mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia berbagai organ tubuh serta mekanisme kerjanya. 1.2 Rumusan Masalah 1) Apa itu farmakodinamik? 2) Bagaimana mekanisme kerja obat pada respetor dan non reseptor? 3) Apa saja obat sifat agonis dan antagonis? 4) Bagaimana mekanisme kerja obat agonis dan antagonis?



1



1.3 Tujuan Penulisan 1) Dapat mengetahui pengertian dari farmakodinamik. 2) Dapat mengetahui bagaimana mekanisme kerja obat pada respetor dan non reseptor. 3) Dapat megetahui obat sifat agonis dan antagonis. 4) Dapat mengetahui mekanisme kerja obat agonis dan antagonis.



2



BAB II



ISI 2.1 Pengertian Farmakodinamik Farmakodinamik berasal dari bahasa Yunani  “Farmako” yaitu obat dan “Dinamic” yaitu kemampuan (power). Farmakodinamik ilmu yang mempelajari cara kerja obat, efek obat terhadap fungsi berbagai organ dan pengaruh obat  terhadap reaksi biokimia dan reaksi organ.  Singkatnya pengaruh obat terhadap sel hidup. Farmakodinamika mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia berbagai organ tubuh serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari mekanisme kerja obat ialah untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respon yang terjadi.  Farmakodinamika dalam ilmu farmakologi sebenarnya memiliki hubungan yang cukup erat dengan farmakokinetik, jika farmakokinetik lebih fokus kepada perjalanan obat-obatan di dalam tubuh maka farmakodinamik lebih fokus membahas dan mempelajari seputar efek obat-obatan itu sendiri di dalam tubuh baik dari segi fisiologi maupun biokimia berbagai organ tubuh serta mekanisme kerja obat-obatan itu sendiri di dalam tubuh manusia. Farmakodinamika adalah ilmu pengetahuan dan studi tentang efek biologis yang dihasilkan oleh bahan kimia, lebih khusus lagi, ilmu pengetahuan dan studi tentang bagaimana bahan kimia menghasilkan efek-efek biologis. Dalamfarmakologi medis, ilmu pengetahuan dan studi tentang bagaimana obat-obatan menghasilkan efek mereka.



3



Farmakodinamik adalah ilmu yang mempelajari efek biokimiawi dan fisiologi obat serta mekanisme kerjanya. Selanjutnya akan kita bicarakan lebih mendalam tentang farmakodinamik obat. Farmakodinamik adalah efek obat terhadap tubuh Analgetik/anti nyeri atau sakit. Farmakodinamik ialah subdisiplin farmakologi yang mempelajari efek biokimiawi dan fisiologi obat, serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari mekanisme kerja obat ialah untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat dalam sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respons yang terjadi. pengetahuan yang baik mengenai hal ini merupakan dasar terapi rasional dan berguna dalam sintesis obat baru. Farmakodinamik lebih fokus membahas dan mempelajari seputar efek obat-obatan itu sendiri di dalam tubuh baik dari segi fisiologi maupun biokimia berbagai organ tubuh serta mekanisme kerja obat-obatan itu sendiri di dalam tubuh manusia. Farmakodinamik juga sering disebut dengan aksi atau efek obat. Efek Obat merupakan reaksi Fisiologis atau biokimia tubuh karena obat, misalnya suhu turun, tekanan darah turun, kadar gula darah turun.



4



Kerja obat dapat dibagi menjadi onset (mulai kerja) merupakan waktu yang diperlukan oleh obat untuk menimbulkan efek terapi atau efek penyembuhan atau waktu yang diperlukan obat untuk mencapai maksimum terap. Peak (puncak), duration (lama kerja) merupakan lamanya obat menimbulkan efek terapi, dan waktu paruh. Mekanisme kerja obat dipengaruhi oleh reseptor, enzim, dan hormon.Farmakokinetik dan farmakologi merupakan bagian dari armakologi. Farmakokinetik merupakan bagian ilmu farmakologi yang cenderung mempelajari tentang nasib dan perjalanan obat didalam tubuh dari obat itu diminum hingga mencapai tempat kerja obat itu. Dalam farmakokinetik terdapat empat fase, yaitu absorpsi, distribusi, biotransformasi, dan ekskresi atau eliminasi. Sedangkan farmakodinamik ini merupakan bagian ilmu farmakologi yang mempelajari efek fisiologik dan biokimiawi obat terhadap berbagai jaringan tubuh yang sakit maupun sehat serta mekanisme kerjanya. Pengertian farmakodinamika dalam ilmu farmakologi sebenarnya memiliki hubungan yang cukup erat dengan farmakokinetik yang telah saya jelaskan pada posting terdahulu saya, jika farmakokinetik lebih fokus kepada perjalanan obat-obatan di dalam tubuh maka farmakodinamik lebih focus membahas dan mempelajari seputar efek obat-obatan itu sendiri di dalam tubuh baik dari segi fisiologi maupun biokimia berbagai organ tubuh serta mekanisme kerja obat-obatan itu sendiri di dalam tubuh manusia. Fase-fase tersebut diantaranya adalah: Absorpsi adalah pergerakan partikelpartikel obat dari saluran gastrointestinalke dalam cairan tubuh melalui absorpsi pasif, absorpsi aktif, atau pinositosis. Kebanyakan obat oral diabsorpsi di usus halus melalui kerja permukaan vili mukosa yang luas. Jika sebagain dari vili ini berkurang, karena pengangkatan sebagian dariusus halus, maka absorpsi juga berkurang. Obat-obat yang mempunyai dasar protein,seperti insulin dan hormon pertumbuhan, dirusak di dalam usus halus oleh enzim-enzim pencernaan. Absorpsi pasif umumnya terjadi melalui difusi (pergerakan darikonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah). 5



Dengan proses difusi, obat tidak memerlukan energi untuk menembus membran. Absorpsi aktif membutuhkan karier (pembawa) untuk bergerak melawan perbedaan konsentrasi. Sebuah enzim atauprotein dapat membawa obat-obat menembus membran. Pinositosis berarti membawaobat menembus membran dengan proses menelan.Absorpsi obat dipengaruhi oleh aliran darah, rasa nyeri, stres, kelaparan,makanan dan pH. Sirkulasi yang buruk akibat syok, obat-obat vasokonstriktor, ataupenyakit yang merintangi absorpsi. Rasa nyeri, stres, dan makanan yang padat, pedas,dan berlemak dapat memperlambat masa pengosongan lambung, sehingga obat lebih lama berada di dalam lambung. Latihan dapat mengurangi aliran darah denganmengalihkan darah lebih banyak mengalir ke otot, sehingga menurunkan sirkulasi kesaluran gastrointestinal. Obat-obat yang diberikan secara intramuskular dapat diabsorpsi lebih cepat diotot-otot yang memiliki lebih banyak pembuluh darah, seperti deltoid, daripada otot-otot yang memiliki lebih sedikit pembuluh darah, sehingga absorpsi lebih lambatpada jaringan yang demikian..



6



Distribusi adalah proses di mana obat menjadi berada dalam cairan tubuh danjaringan tubuh. Distribusi obat dipengaruhi oleh aliran darah, afinitas (kekuatanpenggabungan) terhadap jaringan,dan efek pengikatan dengan protein. Ketika obat didistribusi di dalam plasma, kebanyakan berikatan denganprotein (terutama albumin) dalam derajat (persentase) yang berbeda-beda. Obat-Obatyang lebih besar dari 80% berikatan dengan protein dikenal sebagai obat-obat yangberikatan dengan tinggi protein. Salah satu contoh obat yang berikatan tinggi denganprotein adalah diazepam (Valium): yaitu 98% berikatan dengan protein. Aspirin 49% berikatan dengan protein clan termasuk obat yang berikatan sedang dengan protein.Abses, eksudat, kelenjar dan tumor juga mengganggu distribusi obat.Antibiotika tidak dapat didistribusi dengan baik pada tempat abses dan eksudat.Selain itu, beberapa obat dapat menumpuk dalam jaringan tertentu, seperti lemak,tulang, hati, mata, dan otot.3. BiotransformasiFase ini dikenal juga dengan metabolisme obat, diman terjadi proses perubahan struktur kimia obat yang dapat terjadi didalam tubuh dan dikatalisis olen enzim.4. Ekskresi atau eliminasiRute utama dari eliminasi obat adalah melalui ginjal, rute-rute lain meliputi empedu, feses, paruparu, saliva, keringat, dan air susu ibu. Obat bebas, yang tidak berikatan, yang larut dalam air, dan obat-obat yang tidak diubah, difiltrasi oleh ginjal.Obat-obat yang berikatan dengan protein tidak dapat difiltrasi oleh ginjal. Sekali obatdilepaskan ikatannya dengan protein, maka obat menjadi bebas dan akhirnya akandiekskresikan melalui urin.pH urin mempengaruhi ekskresi obat. pH urin bervariasi dari 4,5 sampai 8.Urin yang asam meningkatkan eliminasi obat-obat yang bersifat basa lemah. Aspirin,suatu asam lemah, dieksresi dengan cepat dalam urin yang basa. Jika seseorangmeminum aspirin dalam dosis berlebih, natrium bikarbonat dapat diberikan untuk mengubah pH urin menjadi basa. Juice cranberry dalam jumlah yang banyak dapatmenurunkan pH urin, sehingga terbentuk urin yang asam.Setiap orang mempunyai gambaran farmakokinetik obat yang berbeda-beda. Dosis yang sama dari suatu obat bila diberikan pada suatu kelompok orang, dapat menunjukkan gambaran kada dalam darah yang berbeda-beda dengan intensitas respon yang berbda-beda 7



pula. Kemudian setelah farmakodinamik, ada satu bahasan lagi dalam ilmu farmakologi, yaitu farmakodinamik.Farmakodinamik ialah subdisiplin farmakologi yang mempelajari efek biokimiawi dan fisiologi obat, serta mekanisme kerjanya. 2.2 Mekanisme Kerja Obat pada Reseptor dan Non Reseptor 2.2.1



Mekanisme Kerja obat pada Reseptor Reseptor merupakan suatu molekul yang jelas dan spesifik terdapat dalam organisme, tempat molekul obat (agonis) berinteraksi membentuk suatu kompeks yang reversibel sehingga pada akhirnya sehingga menimbulkan respon. Suatu senyawa yang dapat mengaktivasi sehingga menimbulkan respon disebut agonis. Selain itu senyawa yang dapat membentuk konleks dengan reseptor tapi tidak dapat menimbulkan respons dinamakan antagonis. Sedangkan senyawa yang mempunyai aktivitas diantara dua kelompok tersebut dinamakan antagonis parsial. Pada suatu kejadian dimana tidak semua reseptor diduduki atau berinteraksi dengan agonis untuk menghasilkan respons maksimum, sehingga seolah-olah terdapat kelebihan reseptor, kejadian ini dinamakan reseptor cadangan. Aksi obat spesifik dengan reseptor dalam mekanisme obat : 



Diawali dengan okupasi (pendudukan) obat pada tempat aksinya







Obat = Ligan







Agonis menuju ligan/obat yang dapat berikatan dengan reseptor dan menghasilkan efek







Antagonis menuju ligan yang dapat berikatan dengan reseptor tapi tidak menghasilkan efek.







Tempat aksi = Reseptor Efek/respon yang ditimbulkan:



8



o Sebanding dengan jumlah reseptor yang berinteraksi dengan obat o Sebanding dengan komplek obat-reseptor yang terbentuk 2.2.2



Mekanisme kerja Obat Tanpa Perantaraan Reseptor a. Efek non spesifik dan gangguan pada membrane 



Perubahan sifat osmotik (urea, manitol, MgSO4)







Perubahan sifat asam-basa (antasida, NH4Cl,NaHCO3)







Kerusakan non spesifik (antiseptik-desinfektan)







Gangguan fungsi membran (anestesi volatile)



b. Interaksi dengan molekul kecil atau ion (CaNa2EDTA- Pb2+) c. Masuk ke dalam komponen sel (obat kanker) o KONSENTRASI DAN RESPON OBAT 1. Dosis berbanding lurus dengan respon obat 2. Respon berhenti pada konsentrasi tertentu 3. Efikasi 4. Potensi – dinyatakan dengan ED50 5.



Slope kurva dosis-respon



o JENIS RESEPTOR DALAM MEKANISME OBAT Terdapat 4 jenis reseptor berdasarkan perbedaan letaknya di membran sel dan transduksi sinyal. Reseptor tersebut adalah : 1. Reseptor yang menggandung protein G (GPCR: protein pengikat nukleotida guanine); juga dikenal sebagai protein metabotropic;



9



2. Reseptor yang terkait dengan kanal ion; juga dikenal dengan reseptor ionotropik atau kanal ion teraktivasi ligan; 3. Reseptor yang mempengaruhi transkripsi Gen; 4. Reseptor yang terkait dengan enzim (mis., kinase guanilatsiklase, dll); reseptor ini kemungkinan besar memicu kaskade  kinase di dalam sel. 2.3 Obat Sifat Agonis dan Antagonis 2.3.1



Agonis pada Obat Agonis adalah obat yang memiliki afinitas terhadap reseptor tertentu dan menyebabkan perubahan dalam reseptor yang menghasilkan efek diamati. Agonis adalah obat yang berinteraksi dengan mengaktifkan reseptor,mempunyai afinitas dan efikasi (aktivitas intrinsic) dan bila berinteraksi dapat menghasilakn efek (efek maksimum).



Potensi obat mengacu pada dosis yang harus diberikan untuk menghasilkan efek tertentu intensitas yang diberikan. Potensi dipengaruhi oleh afinitas obat untuk obat itu adalah reseptor situs dan oleh proses-proses farmakokinetik yang menentukan konsentrasi obat di sekitar langsung dari situs kerjanya (biophase). Potensi obat berbanding terbalik dengan dosis; makin rendah dosis yang diperlukan untuk menghasilkan respon lain, semakin kuat obat. Potensi adalah relatif, dan bukan merupakan ekspresi, mutlak aktivitas obat. Untuk



10



penentuan potensi standar harus didefinisikan, dan perbandingan potensi hanya berlaku untuk obat yang menghasilkan respon dinyatakan dengan mekanisme yang sama tindakan. Potensi suatu obat tidak necessarity berkorelasi dengan keberhasilan atau keselamatan, dan obat yang paling ampuh dalam seri klinis tidak selalu superior. rendah adalah potensi kerugian hanya jika dosis efektif adalah begitu besar sehingga terlalu mahal untuk memproduksi atau terlalu rumit untuk dijalankan. Agonis dapat menghasilkan respon fisiologi (seluler) melalui dua cara : a. Agonisme Langsung Agonisme langsung adalah respon yang berasal dari interaksi agonis dengan reseptornya menyebabkan perubahan konformasi reseptor yang menyebabkan reseptor aktif dan menginisasi proses biokimia sel. Interaksi dapat berupa stimulasi atau penghambatan respon seluler. Proses agonisme langsung merupakan hasil aktivasi reseptor oleh obat yang mempunyai efikasi (aktivitas intrinsic). Contoh : aktivitas adrenalin terhadap reseptor adrenergic menyebabkan kontraksi otot polos vaskuler. b. Agonisme Tak Langsung Agonisme



tak



mempengaruhi



langsung senyawa



adalah



senyawa



endogen



dalam



obat



yang



menjalankan



fungsinya. Melibatkan proses modulasi atau potensiasi efek senyawa endogen. Umumnya bersifat Alosterik. Contoh : Benzodiazepin dan barbiturate pada reseptor GABA A memperkuat aksi GABA pada reseptor tersebut. Ada 2 tipe agonis :



11







Agonis penuh adalah agonis yang menghasilkan respon maksimal terbesar dari setiap agonis yang diketahui bekerja pada reseptor yang sama.







Agonis parsial adalah agonis yang menghasilkan respon maksimal kurang dari respon maksimal yang dihasilkan oleh agonis lain yang bekerja pada reseptor yang sama pada jaringan yang sama, sebagai akibat dari aktivitas intrinsik yang lebih rendah.



2.3.2



Antagonis Pada Obat Antagonis adalah obat yang menduduki reseptor yang sama tetapi tidak mampu secara intrinsik menimbulkan efek farmakoligik sehingga menghambat karja suatu agonis. Antagonis adalah peristiwa manakala suatu senyawa menurunkan reaksi agonis atau ligan dalam menghasilkan efek.



o Berdasarkan mekanisme terhadap makromolekul reseptor antagonis terdiri dari : 12



a



Antagonis tidak melibatkan molekul reseptor agonis Terdiri dari :



b







Antagonis kimiawi







Antagonis farmakokinetik







Antagonis fungsional







Antagonis fisiologi



Antagonis molekul reseptor agonis Terdiri dari : 



Antagonis kompetitif  Reversible  Ir-reversibel







Antagonis non-kompetitif



o Antagonis dibedakan menjadi 2 yaitu : a) Antagonisme fisiologi, yaitu antagonisme pada sistem fisiologi yang sama tetapi pada sistem reseptor yang berlainan. Misalnya, efek histamin dan autakoid lainnya yang dilepaskan tubuh sewaktu terjadi syok anafilaktik dapat diantagonisasi dengan pemberian adrenalin.  b) Antagonisme pada reseptor, yaitu antagonisme malalui sistem reseptor yang sama (antagonisme antara agonis dengan antagonismenya). Misalnya, efek histamin yang dilepaskan dalam reaksi alergi dapat dicegah dengan pemberian antihistamin yang menduduki reseptor yang sama.



13



o Antagonisme pada reseptor dapat bersifat kompetitif dan nonkompetitif : a) Antagonisme kompetitif : antagonis mengikat reseptor di tempat ikatan agonis (receptor site atau active site) secara reversibel sehingga dapat digeser aloh agonis kadar tinggi. Hambatan kadar agonis dapat diatasi dengan meningkatkan kadar agonis sampai akhir dicapai efek maksimal yang sama. b) Antagonisme nonkompetitif : hambatan efek agonis oleh antagonis nonkompetitif tidak dapat diatasi dengan meningkatkan kadar agonis. Akibatnya, efek maksimal yang dicapai akan berkurang, tetapiafinitas agonis terhadap reseptornya tidak berubah. Antagonisme nonkompetitif terjadi jika : 1) Antagonis mengikat reseptor secara ireversibel, di receptor site maupun di tempat lain sehingga menghalangi ikatan agonis dengan reseptornya. Efek maksimal akan berkurang tetapi afinitas agonis terhadap reseptor yang bebas tidak berubah. Contoh: fenoksibenzamin mengikat reseptor adrenergik α di receptor site secara ireversibel. 2) Antagonis mengikat bukan pada molekulnya sendiri tapi pada komponen lain dalam sistem reseptor,



yakni



pada



molekul



lain



yang



meneruskan fungsi reseptor dalam sel terget,



14



misalnya molekul enzim adenilat siklase atau molekul protein yang membentuk kanal ion. Ikatan antagonis pada molekul-molekul tersebut, secara reversibel maupun ireversibel akan mengurangi efek yang dapat ditimbulkan oleh



kompleks



agonis-reseptor



tanpa



mengganggu ikatan agonis dengan molekul reseptornya



(afinitas



agonis



terhadap



reseptornya tidak berubah). 2.4 Mekanisme Agonis dan Antagonis Karena adanya anatgonis pekerjaan dari agonis terhambatkarena anatgonis ini dapat menghalangi agonis dalam melekat ke resptor berikut macam macam macan antagonis berdasarkan cara kerjanya menghambat antagonis : 1) Anatgonis kompetetif Anatgonis berkompetisi dengan aagonis untuk melekat ke reseptor agonis.jika melekat agonis tidak menempel reseptor kecuali dengan syarat kosentrasi agonis ditambahkan. 2) Anatgonis non kompetetif Antagonis ini dapat berikatan ke receptor site dengan sifat reversible,berikatan ke tempat lain dan second messenger tapi agonis tetap masih bisa berikatan ke receptor site dengan berkurangnya efek terhadap tubuh.



15



Kemudian ada juga agonis parsial yang memiliki efek yang lebih rendah dibanding denan agonis penuh.Aggonis parsialdapat digunakan untuk menggantika agonis penuh yan menyebabkan alergi



16



BAB III



PENUTUP 3.1 Kesimpulan Farmakodinamik berasal dari bahasa Yunani  “Farmako” yaitu obat dan “Dinamic” yaitu kemampuan (power). Farmakodinamik ilmu yang mempelajari cara kerja obat, efek obat terhadap fungsi berbagai organ dan pengaruh obat  terhadap reaksi biokimia dan reaksi organ.  Singkatnya pengaruh obat terhadap sel hidup. Farmakodinamika mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia berbagai organ tubuh serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari mekanisme kerja obat ialah untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respon yang terjadi.  Agonis adalah obat yang berinteraksi dengan mengaktifkan reseptor,mempunyai afinitas dan efikasi (aktivitas intrinsic) dan bila berinteraksi dapat menghasilakn efek (efek maksimum). Sedangkan antagonis adalah peristiwa manakala suatu senyawa menurunkan reaksi agonis atau ligan dalam menghasilkan efek. 3.2 Saran



17



DAFTAR PUSTAKA Dr. Syamsudin, M.Biomed., Apt.2013. "Farmakologi Molekuler". EGC Gunawan, Gan Sulistia. 2009. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Guyton, Arthur C. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed.11. Jakarta: EGC, 2007. Murray, Robert K. Biokimia Harper Ed.27. Jakarta: EGC, 2009. Staf pengajar deartemen farmakologi, 2008. (Kumpulan Kuliah Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Ed. 2. Jakarta : EGC, 2008) Setiawati dkk. Pengantar Farmakologi dalam farmakologi dan terapi edisi 4. Jakarta. Gaya Baru:1995    



18