Fenomena Pelangi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Fenomena Pelangi



Proses terjadinya Pelangi dapat di tinjau dari materi fisika yaitu Optik atau cahaya. Beberapa konsep fisika yang berhubungan dengan proses terjadinya pelangi antara lain pembiasan, pemantulan, dispersi cahaya dan spektrum gelombang elektromagnetik yang diwujudkan berupa warna cahaya pada pelangi. Pelangi merupakan satu-satunya gelombang elektromagnetik yang dapat oleh lihat mata manusia. Pelangi adalah gejala optik dan meteorologi yang terjadi sacara alamiah dalam atmosfir bumi serta melibatkan cahaya matahari, pengamat dan tetesan air hujan. Jika ada cahaya matahari yang bersinar setelah hujan berhenti, maka cahaya tersebut akan menembus tetesan air hujan di udara. Udara dan tetesan air hujan memiliki kerapatan yang berbeda, sehingga ketika cahaya matahari merambat dari udara ke tetesan air hujan akan mengalami pembelokkan arah rambat cahaya (pembiasan cahaya). Cahaya matahari merupakan sinar polikromatik, saat masuk ke dalam tetesan air hujan akan diuraikan menjadi warna-warna monokromatik yang memiliki panjang gelombang yang berbeda-beda. Cahaya matahari yang telah terurai menjadi warna monokromatik sebagian akan mengalami pemantulan saat mengenai dinding tetesan air hujan dan sebagian lainnya akan menembus ke luar tetesan air hujan.



Masing-masing gelombang cahaya monokromatik tersebut akan mengalami pembiasan cahaya saat keluar dari tetesan air hujan dan arah pembiasannya akan berbeda-beda, tergantung pada warnanya. Pembiasan ini terjadi karena cahaya mengalami perubahan indeks media dari udara ke 1



air. Ketika sinar dihantarkan kembali ke permukaan belakang tetesan air,hampir seluruhnya dibiaskan dan keluar dari tetesan air



Gambar Pembiasan Pelangi Warna-warna monokromatik yang keluar dari tetesan air hujan mempunyai panjang gelombang yang berada dalam rentang 400 – 700 nm. Pada rentang 400 – 700 nm, gelombang cahaya yang dapat dilihat oleh mata manusia ialah gelombang yang mempunyai gradasi warna merah sampai ungu. Gradasi warna tersebut diasumsikan sebagai warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Susunan gradasi warna tersebut kita namakan sebagai pelangi. Ketika kita melihat warna-warna ini pada pelangi, kita akan melihatnya tersusun dengan warna merah dibagian paling atas dan warna ungu di paling bawah. Skema terjadinya pelangi lihat pada gambar dibawah ini !



2



Gambar Proses Fisis Pelangi Pertama Secara Keseluruhan



Saat kita melihat pelangi, daerah di bawah pelangi akan terlihat lebih terang jika dibandingkan dengan daerah lainnya di sekitar pelangi. Daerah yang terlihat lebih terang tersebut dinamakan daerah terang pelangi. Ada dua hal yang menyebabkan daerah terang pelangi terlihat lebih terang dibandingkan daerah lainnya, yaitu; 



Cahaya matahari yang masuk ke tetesan air hujan yang menimbulkan pelangi pertama mempunyai intensitas cahaya matahari yang paling besar.







Pada proses pembentukan pelangi pertama, saat berada dalam tetesan air hujan, cahaya matahari hanya mengalami satu kali proses pemantulan cahaya, sehingga energi yang terserap oleh tetesan air hujan masih cukup banyak.



Proses terjadinya pelangi melalui pembiasan, pemantulan dan dispersi cahaya secara matematis dapat dijelaskan sebagai berikut



3



Gambar Ilustrasi sudut Pelangi



Bentuk



Pelangi



Bentuk Pelangi itu sebenarnya seperti apa sih ??



Jika kita melihatnya dengan mata telanjang saat fenomena tersebut terjadi maka bentuk pelangi adalah Setengah lingkaran atau melengkung (bagian lingkaran), namun sebenarnya bentuk pelangi adalah Lingkaran penuh. Hal tersebut disebabkan karena pelangi terpotong oleh horison bumi, atau objek lain yang menghalangi cahaya, misalkan gunung dan bukit.



4



Pelangi terjadi akibat pembiasan cahaya pada sudut 40-42 derajat. Karena sudut pembiasan tetap, maka letak terjadinya warna pelangi selalu tetap dari pusat cahaya, sehingga jari-jarinya juga tetap, kalau jari-jari nya tetap konstan dari satu pusat atau titik, kita akan mendapatkan lingkaran. Kalau lingkarannya kita potong, kita selalu dapat bagian lingkaran yang melengkung.



Saat memandang sebuah objek, mata manusia bersifat konvergen atau mengumpul. Pandangan mata kita saat melihat sebuah objek dapat diilustrasikan sebagai sebuah kerucut yang memiliki titik puncak pada mata kita.



Gambar Sifat Konvergen Mata Manusia 5



Kemiringan kerucut yang terbentuk dipengaruhi oleh posisi matahari. Sebagian alas kerucut tidak dapat kita lihat karena berada di bawah garis horizontal bumi, sedangkan sebagian lainnya terlihat sebagai busur atau biasa kita sebut sebagai pelangi. Selain itu,bila dilihat dari gambar dibawah ini, grafik tersebut menunjukkan bahwa setiap sudut dari pembiasan dan pemantulan sinar memiliki frekuensi berbeda terhadap warna dan panjangnya, sehingga membentuk kurva.



Sedangkan, posisi relatif pelangi terhadap pengamat dan matahari dapat juga dijelaskan. Posisi matahari, pengamat dan pelangi akan selalu dalam satu axis, di mana matahari akan selalu berada di belakang pengamat. Kita tidak dapat melihat pelangi jika posisi matahari tegak lurus dengan garis horizontal bumi.



6



Gambar Posisi Matahari, Pengamat dan Pelangi



Fenomena Gelombang Gamma, Beta, Alpha, Tetha dan Delta dalam Otak



Dalam kehidupan sehari-hari, kita sudah amat familiar dengan gelombang radio, gelombang televisi atau dalam terapan khusus ada gelombang radar, gelombang sonar, gelombang seismik. Nah Dalam medis, qt mungkin pernah menjumpai, bahkan malah pernah diperiksa ‘heart rate’nya dengan stetoskop , atau bagian alat yang ditempel di telinga saat menggunakan tensimeter mmHg atau spigmomanometer, serta visualisasi janin memanfaatkan ultrasonograpry (USG), yang merupakan terapan gelombang bunyi. Atau kalau tidak di rumah sakit minimal pernah lihat di sinetron drama, jika seseorang dalam keadaan kritis, maka Elektrocardiography (ECG) yang berbasiskan gelombang EM, akan bersiul dengan sinyalnya, tiit…tiit…tiit, dan khalayak akan menunggu dengan tegang, sendu dan cemas, dan ketika siulannya membahana panjang tiiiiiiiiiiiiiitttttttttt… maka bertangis-tangisan lah khalayak, hehehe…. 7



Ngomong-ngomong tentang Otak lagi, Jaringan otak manusia menghasilkan gelombang listrik yang berfluktuasi. Neuron-neuron di korteks otak mengeluarkan gelombang-gelombang listrik dengan voltase yang sangat kecil (mV) ( Bagi anda yang belum memahami kelistrikan pada sel syaraf dan otot jantung, silahkan baca dulu di materi fisika kesehatan tentang Biolistrik ya teman-teman  ). Gelombang listrik ini disebut brainwave atau Gelombang Otak. Selain EEG yang ditemukan oleh Emil HDB Reymond atau yang lebih canggih MEG yang ditemukan fisikawan biomagnetik David Cohen, mungkin anda pernah membaca adanya piranti Brain Mapping, CT Scan, PET FMRI? Alat ini juga digunakan untuk mengamati aktivitas otak manusia. Perbedaannya adalah Brain Mapping, dkk hanya memeriksa dan memetakan. Letak dan keadaan metabolisme serta perubahan keadaan otak secara fisik. Biasanya untuk mengetahui adanya gangguan, kerusakan atau kecacatan otak, misalkan tumor otak, pecahnya pembuluh darah di otak, benturan pada kepala dan seterusnya. Sedangkan EEG memeriksa getaran, frekwensi, sinyal atau Gelombang Otak (Brainwave) yang kemudian dikelompokkan kedalam beberapa kondisi kesadaran. Dalam fisika, identifikasi gelombang umumnya dikaitkan dengan panjang gelombang atau frekwensi-nya. Dalam gelombang otak ini yang akan kita tinjau adalah fekuensi-nya. Apakah frekuensi itu? Ya, jumlah pulsa (impuls) perdetik dengan satuan Hz (Hertz). Nah, berdasarkan riset selama bertahun-tahun di berbagai negara maju, frekwensi otak manusia berbeda-beda untuk setiap fase sadar, rileks, tidur ringan, tidur nyenyak, trance, panik, terhipnotis, bermimpi, tidur berjalan dan sebagainya. Melalui penelitian yang panjang, akhirnya para ahli syaraf (otak) sependapat bawah Gelombang Otak (Brainwave) berkaitan dengan kondisi pikiran. Riset selama bertahun-tahun menunjukkan bahwa Gelombang Otak (Brainwave) tidak hanya menunjukkan kondisi pikiran dan tubuh seseorang, tetapi dapat juga distimulasi untuk mengubah kondisi mental seseorang. Dengan mengkondisikan otak agar memproduksi atau mereduksi jenis frekuensi Gelombang Otak tertentu, maka dimungkinkan untuk menghasilkan beragam kondisi mental dan emosional. Secara garis besar, otak manusia menghasilkan empat jenis Gelombang Otak (Brainwave) secara bersamaan, yaitu Gamma, Beta, Alpha, Tetha, Delta. Akan tetapi selalu ada jenis Gelombang Otak yang dominan, yang menandakan aktivitas otak saat itu. Misalnya jika kita tertidur, maka Gelombang Otak yang dominan adalah Delta. Berikut saya sajikan klasifikasi Gelombang Otak berdasarkan frekuensinya 1. GAMMA (20 hz -40 hz)



Gelombang Gamma cenderung merupakan yang terendah dalam amplitudo dan gelombang paling cepat. Adalah Gelombang Otak (Brainwave) yang terjadi pada saat seseorang mengalami aktifitas mental yang sangat tinggi, misalnya sedang berada di arena pertandingan, perebutan kejuaraan, tampil dimuka umum, sangat panik, ketakutan, 8



kondisi ini dalam kesadaran penuh. Berdasarkan penyelidikan Dr. Jeffrey D. Thompson (Center for Acoustic Research) di atas gelombang gamma sebenarnya masih ada lagi yaitu gelombang Hypergamma ( tepat 100 Hz ) dan gelombang Lambda (tepat 200 Hz), yang merupakan geolombang-gelombang supernatural atau berhubungan dengan kemampuan yang luar biasa. 2. BETA (di atas 12 hz atau dari 12 hz s/d 20 hz)



Merupakan Gelombang Otak (Brainwave) yang terjadi pada saat seseorang mengalami aktifitas mental yang terjaga penuh. Anda berada dalam kondisi ini ketika Anda melakukan kegiatan Anda sehari-hari dan berinteraksi dengan orang lain di sekitar Anda. Frekwensi beta adalah keadaan pikiran anda sekaran ini, ketika Anda duduk di depan komputer membaca artikel ini. Gelombang beta dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu high beta (lebih dari 19 Hz) yang merupakan transisi dengan getaran gamma , lalu getaran beta (15 hz -18 hz) yang juga merupakan transisi dengan getaran gamma, dan selanjutnya lowbeta (12 hz ~ 15 hz). Gelombang Beta di perlukan otak ketika Anda berpikir, rasional, pemecahan masalah, dan keadaan pikiran di mana Anda telah menghabiskan sebagian besar hidup Anda. Sensori Motor Rhytm (12 hz – 16 hz)



SMR sebenarnya masih masuk kelompok getaran lowbeta, namun mendapatkan perhatian khusus dan juga baru dipelajari secara mendalam akhir-akhir ini oleh para ahli, karena penderita epilepsy, ADHD ( Attention Deficit and Hyperactivity Disorder) dan Autism ternyata tidak menghasilkan gelombang jenis ini. Para penderita gangguan di atas tidak tidak mampu berkonsentrasi atau fokus pada suatu hal yang dianggap penting. Sehingga setiap pengobatan yang tepat adalah cara agar otaknya bisa menghasilkan getaran SMR tersebut. Dan hal ini bisa dilakukan dengan teknik neurofeedback . 3. ALPHA ( 8 hz – 12 hz )



Adalah Gelombang Otak (Brainwave) yang terjadi pada saat seseorang yang mengalami relaksaksi atau mulai istirahat dengan tanda-tanda mata mulai menutup atau mulai mengantuk. Anda menghasilkan gelombang alpha setiap akan tidur, tepatnya masa 9



peralihan antara sadar dan tidak sadar. Fenomena alpha banyak dimanfaatkan oleh para pakar hypnosis untuk mulai memberikan sugesti kepada pasiennya. Orang yang memulai meditasi (meditasi ringan) juga menghasilkan gelombang alpha. Frekwensi alpha 8 -12 hz , merupakan frekwensi pengendali, penghubung pikiran sadar dan bawah sadar. Anda bisa mengingat mimpi Anda, karena Anda memiliki gelombang alpha. Kabur atau jelas sebuah mimpi yang bisa Anda ingat, tergantung kualitas dan kuantitas gelombang alpha pada saat Anda bermimpi. Alpha adalah pikiran yang paling cocok untuk pemrograman bawah sadar. 4. THETA ( 4 hz – 8 hz )



Adalah Gelombang Otak (Brainwave) yang terjadi pada saat seseorang mengalami tidur ringan, atau sangat mengantuk. Tanda-tandanya napas mulai melambat dan dalam. Selain orang yang sedang diambang tidur, beberapa orang juga menghasilkan Gelombang Otak (Brainwave) ini saat trance, hypnosis, meditasi dalam, berdoa, menjalani ritual agama dengan khusyu. Orang yang mampu mengalirkan energi chi, prana atau tenaga dalam, juga menghasilkan Gelombang Otak (Brainwave) theta pada saat mereka latihan atau menyalurkan energinya kepada orang lain. Dengan latihan, kita dapat memanfaatkan Gelombang Otak (Brainwave) Theta untuk tujuan yang lebih besar, yaitu memasuki kondisi meditasi yang sangat dalam, namun, biasanya begitu Anda telah mencapai theta, anda menjadi mudah tertidur. Disinilah alasan bahwa gelombang Alpha adalah keadaan utama untuk pemrograman pikiran bawah sadar Anda. Jika anda ingin bereksperimen dengan meditasi melalui Gelombang Otak (Brainwave) theta, duduklah tegak untuk tetap sadar dan mencegah dari tertidur. Kemudian, bayi dan balita rata-rata tidur lebih dari 12 jam dalam sehari. Itulah mengapa otak anak-anak selalu dalam fase gelombang alpha dan theta. Perlu diingat, gelombang alpha dan theta adalah gelombang pikiran bawah sadar. Oleh sebab itu, anak-anak cepat sekali dalam belajar dan mudah menerima perkataan dari orang lain apa adanya. Gelombang Otak (Brainwave) ini juga menyebabkan daya imajinasi anak-anak luar biasa. Ketika mereka bermain mobil-mobilan misalnya, imajinasi mereka aktif dan permainan menjadi sangat seru. Pernahkah Anda mendengar berita kecelakaan yang menewaskan banyak korban, tapi keajaiban terjadi di situ? Di beritakan seorang anak bayi selamat dari kecelakaan maut tersebut. Gelombang Otak (Brainwave) theta juga dikenal sebagai “gelombang ajaib”, karena berkaitan dengan kekuatan psikis. Berdasarkan penyelidikan para ahli, bahwa banyak terjadi kecelakaan pesawat udara, tabrakan, kebakaran, kecelakaan kapal laut yang menewaskan banyak orang. Namun ada keanehan, beberapa anak balita bisa selamat. Kemungkinan ini dikarenakan anakanak hampir setiap saat dalam kondisi gelombang theta. Perasaan dekat dengan Tuhan pun akan terjadi apabila kita dapat memasuki fase gelombang theta. Anda mungkin pernah mengalaminya saat Anda berdoa, meditasi, melakukan ritual-ritual agama. Dengan dasar inilah “GOD SPOT” ditemukan. 10



5. DELTA (0.5 hz – 4 hz)



Adalah Gelombang Otak (Brainwave) yang memiliki amplitudo yang besar dan frekwensi yang rendah, yaitu dibawah 3 hz. Otak Anda menghasilkan gelombang ini ketika Anda tertidur lelap, tanpa mimpi. Fase Delta adalah fase istirahat bagi tubuh dan pikiran. Tubuh Anda melakukan proses penyembuhan diri, memperbaiki kerusakan jaringan, dan aktif memproduksi sel-sel baru saat Anda tertidur lelap. Gelombang Delta adalah gelombang yang paling rendah pada otak anda, otak tidak akan pernah mencapai frekwensi 0 hz, karena jika otak anda dalam kasus ini Anda akan mati! Schumann Resonance (7.83 hz) Schumann Resonance adalah getaran alam semesta pada frekwensi 7.83 Hz yang juga masuk dalam kelompok gelombang theta. Seseorang yang otaknya mampu menghasilkan dan mempertahan frekwensi ini memiliki kemampuan supernatural, seperti ESP, telepati, clayrvoyance, dan fenomena psikis lainnya. Anak indigo, yaitu anak super cerdas yang biasanya berkemampuan ESP atau Extra Sensory Perception, juga bisa memasuki gelombang ini dengan mudah dan konstan. Penemuan baru dibidang frekwensi dan Gelombang Otak (Brainwave) manusia oleh Dr. Jeffrey D. Thompson dari Neuroacoustic Research, bahwa masih ada gelombang dan frekwensi lain dibawah Delta, atau dibawah 0.5 hz, yaitu frekwensi EPSILON, yang juga sangat mempengaruhi aktifitas mental seseorang dalam kemampuan supranatural, seperti pada gelombang theta diatas. nah, kalau anda sedang membaca artikel ini dengan ‘begitu’ seriusnya, anda sudah tahu gelombang otak apa yang dominan... ya khan.. hehehe



Gelombang Tsunami Tsunami merupakan gelombang pasang yang terjadi akibat gempa bumi (earthquake) dangkal di dasar laut. Penyebabnya bisa bermacam-macam, salah satunya karena adanya gangguan (disturbance) yang diakibatkan oleh pergeserean lempeng yang mengakibatkan gempa bumi, letusan gunung berapi, tumbukan atau jatuhnya benda-benda langit, longsoran di laut dalam skala besar. Hal ini mengakibatkan terjadi perubahan dalam dasar laut. Dasar laut bergerak secara mendadak dengan disertai perpindahan partikel secara vertical karena dasar laut naik turun secara tiba-tiba (biasanya karena pergeseran lempeng). Selanjutnya yang terjadi adalah keseimbangan air laut yang berada di atas dasar laut tadi terganggu, akibatnya muncul aliran energi laut di permukaan 11



yang bisa menjadi gelombang yang cukup tingggi dan besar serta bersifat merusak jika sampai ke bibir pantai.



Secara Fisika ciri gelombang tsunami adalah waktu rambat gelombangnya lebih lama dibandingkan dengan gelombang seismik untuk menempuh jarak yang sama. Selain itu gelombang tsunami juga memiliki kecepatan yang lebih besar saat merambat di samudra dan energi yang dilepas atau terserap sangat kecil. Energi yang tinggi inilah yang menjadikan gelombang tsunami bersifat merusak saat mencapai pantai. Sifat lainnya dari gelombang tsunami adalah bahwa ternyata besarnya energi gelombang ini tergantung dengan kedalaman air. Bayangkan, kecepatan gelombang ini bisa mencapai 800100 km/ jam di laut yang dalam dan terbuka. Akan tetapi ketinggian gelombang tsunami di lautan dalam hanya mencapai 30-60 cm, dan panjang gelombang yang besar yakni ratusan kilometer. Sehingga sangat susah sekali dibedakan dengan gelombang laut biasa, hal ini terbukti dengan tidak dapat dirasakan oleh kapal-kapal yang sedang berhenti di tengah samudra. Pergerakan gelombang tsunami terjadi pada semua bagian partikel air, mulai dari bawah dasar laut sampai ke permukaan. Saat gelombang tsunami sampai pada peraian lebih dnagkal, kecepatan gelombang menurun padahal energinya tetap besar, maka ketinggian gelombang meningkat drastis. Selain itu energinya juga masih mampu menghanyutkan benda-benda yang dilewatinya. Bayangkan saja, ketinggian gelombang tsunami 70 cm masih bisa menghanyutkan orang.



Saat lempeng samudra bergerak naik pada sesaar, maka biasanya air akan pasang di wilayang pantai sampai biasanya terjadi banjir di wilayah tersebut sebelum kemudian gelombang tsunami 12



datang menerjang. Begitu pula sebaliknya, jika lempeng samudra bergerak turun (pergeseran lempeng), peristiwa awal mula penyebab tsunami ini biasanya terjadi separuh waktu sebelum gelombang tsunami sampai ke pantai. Maka yang terjadi pada permukaan air laut adalah air laut di pantai surut, bahkan ada yang bisa surut lebih dari 800 m menjauhi pantai. Masyarakat biasanya justru malah penasaran dan tidak tahu akan bahaya yang mengancam selanjutnya, tetap tinggal di sekitar pantai. Biasanya juga dimanfaatkan oleh nelayan setempat untuk menangkap ikan yang bertebaran karena air surut. Penjelasan gelombang tsunami dapat didekati dengan kejadian perambatan gelombang transversal. Energi gelombang merupakan fungsi dari ketinggian/ kedalaman dan cepat rambat gelombang. Sedangkan ketinggian gelombang itu sendiri dipengaruhi oleh panjang gelombang. Pajang gelombang tsunami sangatlah besar yakni sekitar ratusan kilometer dan bersifat seperti gelombang dangkal. Gelombang dangkal itu sendiri merupakan gelombang ketika perbandingan kedalaman air dengan panjang gelombangnya lebih kecil daripada 0,05.



Nah besarnya cepat rambat gelombang dangkal bisa ditentukan dengan: v = √𝑔2 𝑑 dengan g adalah percepatan gravitasi dan d merupakan kedalaman air. Sehingga pada kedalaman sekitar 10 km di Samudra Hindia, sebuah gelombang tsunami akan memiliki kecepatan awal sekitar 300 m/s atau 1000 km/ jam. Seriring dengan berkurangnya kedalaman, maka cepat rambat gelombang tsunami akan berkurang. Apa yan terjadi pada energi gelombang saat gelombang tsunami memasuki kawasan lebih dangkal? Ternyata energi gelombang berkurang sangat sedikit dan bahkan dapat dikatakan energi gelombang tetap. Hal ini sesuai dengan asas laju energi yang hilang (energy loss rate) pada gelombang berjalan berbanding terbalik dengan panjang gelombangnya. Jadi kesimpulannya dengan panjang gelombang yang besar (gelombang tsunami contohnya), maka akan sedikit energi yang hilang, sehingga dapat dikatakan seperti sebelumnya, energi gelombang tsunami tetap/ konstan. Dengan adanya energi konstan gelombang tsunami dan penurunan kecepatan seiring berkurangnya kedalaman air laut akan berimbas pada ketinggian gelombang yang bertambah. Bahkan menurut para ilmuwan kecepatan gelombang tsunami 300 m/s, maka tinggi gelombang akan mengalami kenaikan sebesar 30 m. Sungguh luar biasa tinggi gelombang tsunami ini.



13



Penerapan dari sifat-sifat gelombang bunyi diantaranya: 1. Dua astronout tidak dapat bercakap-cakap langsung tetapi menggunakan alat komunikasi seperti telepon karena keadaan dalam pesawat dibuat hampa udara. 2. Terjadinya /gaung/, yaitu sebagian bunyi pantul bersamaan dengan bunyi asli sehingga bunyi asli terdengar tidak jelas. 3. Pada malam hari bunyi petir terdengar lebih keras daripada siang hari. 4. Kita dapat mendengar bunyi ditikungan meskipun kita belum melihat mobil tersebut karena terhalang tembok yang tinggi. Percobaan yang membuktikan cepat rambat bunyi di berbagai medium Benarkah bunyi hanya dapat merambat melalui medium? Dan bagaimanakah sifat-sifat dasar gelombang bunyi? Percobaan gelombang bunyi memerlukan medium _Alat dan Bahan_ : 1. Jam duduk 2. Kardus _Prosedur_ 1. Letakkan jam duduk dimeja 2. Dengarkan detik jam duduk pada jarak 1 meter 3. Catatlah apa yang kamu dengar 4. Tutuplah jam duduk dengan kardus 5. Ikuti prosedur 2 dan 3 6. Buat kesimpulan dari data yang kamu dapat



14