Final Repot Repository UP (102216038) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Proses Inspeksi Pelapisan Pipa Jenis 3LPE (Three-Layer Polyethylene) Plant III (Concrete Weight Coating) PT.KHI (Krakatau Hoogovens International) Pipe Industries LAPORAN KERJA PRAKTIK



Oleh: Anang Widiatmoko 102216038



PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PERTAMINA 2019



Lembar Persetujuan Laporan Kerja Praktik



Judul Kerja Praktik



: Proses Inspeksi Pelapisan Pipa Jenis 3LPE (ThreeLayer Polyethylene) Plant III (Concrete Weight Coating) PT.KHI (Krakatau Hoogovens International) Pipe Industries



Nama Mahasiswa



: Anang Widiatmoko



NIM



: 102216038



Program Studi



: Teknik Mesin



Fakultas



: Teknologi Industri



Tanggal Seminar



: 16 Sepetember 2019 Jakarta, 31 Juli 2019 Menyetujui,



Pembimbing Instansi



Pembimbing Institusi



Darito Arbianta NIP. 158



Muhammad Akbar Barrinaya, M.T. NIP. 116050



KATA PENGANTAR Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan Karunia-Nya sehingga Kerja Praktik selama 1 bulan di PT.KHI Pipe Industries khususnya di Plant I, II, dan III dapat terlaksana dengan baik sehingga penyusunan laporan Kerja Praktik dapat diselesaikan. Penyusunan Laporan Kerja Praktik ini tidak luput dari bantuan dan motivasi serta partisipasi dari semua pihak, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada : 1. Bapak Purwo Kadarno selaku Kepala Program Studi Teknik Mesin Universitas Pertamina. 2. Bapak Erwin Saputra selaku Manajer Produksi PT.KHI Pipe Industries. 3. Bapak Darito Arbianta selaku Senior Engineer Divisi Pipe Mill Produksi Pipa Spiral, sekaligus Pembimbing Instansi Penulis. 4. Bapak Akbar Barinnaya selaku Dosen Program Studi Teknik Mesin Universitas Pertamina sekaligus, Pembimbing Institusi Penulis. 5. Bapak Zulyanto selaku Senior Engineer Produksi Pipa ERW (Plant II) PT.KHI Pipe Industries. 6. Bapak Suprapto selaku Senior Engineer Produksi Concrete Weight Coating (CWC) Plant III PT.KHI Pipe Industries. 7. Bapak Dwi selaku Supervisor Produksi Concrete Weight Coating (CWC) Plant III PT.KHI Pipe Industries. 8. Bapak Dicky Adriyan selaku Kepala Koordinasi Laboratorium Produksi Concrete Weight Coating (CWC) Plant III PT.KHI Pipe Industries. 9. Bapak Randu selaku Staff Laboratorium Produksi Concrete Weight Coating (CWC) Plant III PT.KHI Pipe Industries.



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



iii



DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN



i



KATA PENGANTAR



ii



DAFTAR ISI



iii



DAFTAR GAMBAR



v



DAFTAR TABEL



vi



DAFTAR DIAGRAM



vi



BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang



1



1.2. Tujuan Kerja Praktik



2



1.3. Rumusan Masalah



2



1.4. Batasan Masalah



3



1.5. Waktu dan Tempat Kerja Praktik



3



BAB II. PROFIL PERUSAHAAN 2.1. Visi Perusahaan



4



2.2. Misi Perusahaan



5



2.3. Budaya Perusahaan PT.KHI Pipe Industries



5



2.4. Safety, Health and Environment Policy



5



2.5. Quality Policy



5



2.6. Lokasi Pabrik



5



2.7. Struktur Organisasi PT.KHI Pipe Industries



6



2.8. Ketenagakerjaan



7



2.9. Penempatan Peserta di PT.KHI Pipe Industries



8



2.10. Sistem Menejemen K3L PT.KHI Pipe Instries



8



BAB III. KEGIATAN KERJA PRAKTIK 3.1. Alur Proses Produksi Pelapisan 3LPE 3.1.1. Incoming Pipes



9 9



3.1.2. Blast Cleaning



10



3.1.3. Pemanas Induksi



11



3.1.4. FBE (Fusion Bonded Epoxy) Application



11



3.1.5. Adhesive



12



3.1.6. Polyethylene



12



3.1.7. Water Quench



12



3.1.8. Cutback Cleaning



12



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



iv



3.2. Kecacatan Hasil Poduksi Pelapisan Jenis 3LPE 3.2.1. Blastering



13



3.2.2. Bubble



13



3.2.3. Brittle



13



3.2.4. Water mark



13



BAB IV. HASIL KERJA PRAKTIK 4.1. Inspection Before Blasting



14



4.1.1. Visual Inspection



14



4.1.2. Salt Contamination



15



4.1.3. Verify Pipe Identity



15



4.2. Mempersiapkan Permukaan Pipa (Surface Preparation)



15



4.2.1. Temperature and Relative Humidity After Blasting



15



4.2.2. Degree of Cleanliness



16



4.2.3. Check Dust Level



16



4.2.4. Inspeksi Kadar Garam



16



4.2.5. Check Surface Profile



17



4.3. Inspeksi Terakhir



18



4.3.1. Holiday Detector



18



4.3.2. Total Thickness Inspection



18



4.3.3. Residual Magnetic



19



BAB V TINJAUAN TEORITIS



21



5.1. Korosi Oleh Lingkungan



21



5.2. Teknik Pengendalian Korosi



22



BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN



23



6.1. Kesimpulan



23



6.2. Saran



23



DAFTAR PUSTAKA



24



LAMPIRAN



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



v



DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Lokasi PT. KHI Pipe Industries



6



Gambar 2.2. Struktur Organisasi di PT. KHI Pipe Industries



6



Gambar 2.3. Peringatan Penggunaan APD PT. KHI Pipe Industries



8



Gambar 3.1. Diagram Alir dan Ilustrasi Proses Produksi 3LPE Coating



9



Gambar 3.2. Cut-Back pada ujung-ujung pipa



13



Gambar 4.1. Tingkat Kontaminasi Korosi berdasarkan standard ISO 8501-1



14



Gambar 4.2. Inspeksi Kadar Garam menggunakan Alat Ukur SCM 400 Sebelum Blasting 15 Gambar 4.3. Mengukur Temperatur dan Kelembapan Pipa



15



Gambar 4.4. Tingkat Kebersihan Permukaan Pipa Hasil proses Blasting berdasarkan standard ISO



16



Gambar 4.5. Tingkat Sisa Debu Setelah Blasting berdasarkan standard ISO



16



Gambar 4.6. Inspeksi Kadar Garam menggunakan Alat Ukur SCM 400



17



Gambar 4.7. Mengukur Tingkat Kekasaran Permukaan menggunakan Test Press “O” Film dan Profile Gauge



17



Gambar 4.8. Mengukur Indikasi Kebocaran Coating Dengan Holiday Detector



18



Gambar 4.9. Inspeksi Terhadap Total Ketebalan Lapisan Coating Dengan Coating Thickness Gauge



18



Gambar 4.10. Magnetic Field Paralel



19



Gambar 5.1. (a) Ilustrasi dan (b) Skematik Terjadinya Korosi Merata (Uniform Corrosion)



21



Gambar 5.2. Korosi Piting (Localized Corrosion)



22



DAFTAR TABEL Tabel 3.1. Klasifikasi Besar Pemakanan Mineral Abrasiv Pada Mesin Blasting



10



DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Spesifikasi Produksi 3LPE (Three-layer Polyethylene) External & Internal Pipe Plant Coating Lampiran 2. 3LPE External Coating Process Lampiran 3. Work Order To Production Department 3LPE/PP Lampiran 4. Standard ISO 8501 (Corrosion Protection of Steel Structures by Painting) Lampiran 5. Standard ISO 8502 Lampiran 6. Lembar Bimbingan Kerja Praktik Lampiran 7. Daftar Hadir Kerja Praktik Lampiran 8. Surat Tugas Kerja Praktik Lampiran 9. Surat Keterangan Selesai Kerja Praktik



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



24 25 26 27 31 32 34 36 37



vi



BAB I PENDAHULUAN Salah satu masalah yang hampir setiap hari terjadi didalam dunia industri adalah kecelakaan kerja, yang menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti, kerusakan pada komponen atau peralatan, cedera tubuh pekerja, kecacatan dan kematian. Selain itu, kecelakaan kerja juga mempengaruhi jalannya kegiatan bisnis dan suatu komponen penting dalam penilaian reputasi suatu perusahaan. Setiap kecelakaan kerja memiliki penyebab dalam proses terjadinya, sehingga seharusnya hal tersebut dapat dicegah melalui treatment khusus yang dirancang dalam menjaga keselamatan dan kesehatan para pekerja didalam suatu perusahaan. Salah satu contoh dari penyebab terjadinya kecelakaan kerja adalah rusaknya peralatan/komponen didalam site karena dalam operasinya tidak dilakukan perawatan yang baik atau komponen tersebut telah melewati masa umur pakai. Sebagai contoh, pada tahun 2016 lalu sebuah pipa gas milik PT Pertamina di Blok Sumur Dalem, Desa Amis, Cikedung, Indramayu, Jawa Barat, mengakibatkan seorang warga yang tengah melintas di lokasi menderita luka bakar. Meledaknya pipa gas itu diduga akibat adanya kebocoran pipa yang disebabkan akibat kondisi pipa penyalur dalam kondisi yang sudah tidak baik pada saat beroperasi. Pada kasus tersebut, pipa merupakan komponen terpenting dalam proses penyaluran gas dari hulu menuju hilir. Maka dari itu, perlu adanya strategi dan langkah khusus agar kecelakaan tersebut tidak terjadi kembali. 1.1. Latar Belakang Korosi dan karat adalah salah satu permasalahan penting dalam industri minyak dan gas (migas). Bocornya sistem perpipaan akibat korosi dapat berdampak terhadap penurunan jumlah produksi, meningkatnya biaya operasional dan mengancam keselamatan para pekerja. Pada saat ini, industri migas masih banyak menggunakan pipa baja karbon dalam penyaluran migas. Hal ini berkaitan dengan harga yang jauh lebih murah dibanding dengan baja yang sudah dimodifikasi sehingga tahan karat. Berkaitan dengan hal tersebut, korosi merupakan masalah yang sangat penting karena biaya penanggulangan akibat korosi pada pipa baja karbon tersebut cukup besar. Korosi tersebut disebabkan oleh kadar garam klorida, asam organik, dan gas CO2 pada suhu tinggi. Zat-zat korosif tersebut dapat menyebabkan korosi merata (Uniform Corrosion) dan korosi local (Localized Corrosion). Dalam hal ini perlu langkah khusus dalam upaya menanggulagi permasalahan korosi. Salah satunya adalah dengan mempertimbangkan kinerja anti-korosi eksternal melalui tiga lapis polyethylene untuk memastikan umur tahan lama dari pipa, ketika pipa baja tersebut berada dalam kontak dengan tanah dan air. Tiga lapis ini terdiri dari lapisan kinerja Fusion Bonded Epoxy (FBE), lapisan perekat (Adhesive), dan lapisan luar dari High Density Polyethylene. Lapisan eksternal ini memiliki ketahanan yang sangat baik terhadap abrasi, asam, alkali dan katodik disbonding. 1.2. Tujuan Kerja Praktik Tujuan Kerja praktek ini adalah untuk memenuhi salah satu mata kuliah kerja praktek dalam jenjang pendidikan S1 di Program Studi Teknik Mesin Universitas Pertamina. Secara garis



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



1



besar tujuan kerja praktek ini adalah supaya kami dapat mengetahui aplikasi teori dengan keadaan dilingkungan kerja yang nyata dilapangan, khususnya di PT. KHI Pipe Industries. Secara khusus tujuan dari kerja praktek ini adalah: 1) Bagi mahasiswa a) Untuk memperoleh pengalaman secara langsung dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang didapatkan dalam dunia pendidikan pada dunia industri yang sebenarnya. b) Untuk melatih kemampuan mahasiswa dalam menganalisa permasalahan yang ada di lapangan berdasarkan teori yang telah diperoleh selama kuliah. c) Untuk menambah wawasan dalam dunia kerja sehingga ketika terjun ke dunia kerja yang sebenarnya diharapkan mampu beradaptasi dengan cepat. d) Untuk mengetahui proses inspeksi yang dilakukan terhadap hasil produksi pelapisan pipa jenis 3LPE meliputi parameter yang ditinjau, alat ukur yang digunakan dan standarisasi pengendalian kualitas pelapisan pipa. 2) Bagi Institusi Pendidikan a) Menjalin kerja sama antara perguruan tinggi dengan industri. b) Mendapatkan bahan masukan tentang sistem pengajaran yang lebih sesuai dengan lingkungan kerja yang sebenarnya. c) Untuk meningkatkan kualitas dan pengalaman lulusan yang dihasilkan. 3) Bagi Perusahaan a) Membina hubungan yang baik dengan pihak institusi perguruan tinggi dan mahasiswa. b) Untuk merealisasikan partisipasi dunia usaha terhadap pengembangan dunia pendidikan. 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam pelaksanaan kerja praktek beberapa waktu lalu diperoleh rumusan masalah sebagai berikut : a) Proses pelapisan pipa minyak dan gas jenis 3LPE PT.KHI Pipe Industries b) Pengendalian kualitas melalui inspeksi hasil pelapisan pipa jenis 3LPE PT. KHI Pipe Industries. 1.4. Batasan Masalah Karena sistem proses secara keseluruhan sangat kompleks dan juga karena keterbatasan waktu dalam pelaksanaan kerja praktek ini, maka kami membatasi topik permasalahan yang dibahas hanya pada “Proses Inspeksi Pelapisan Jenis 3LPE Pada Pipa Plant III (Concrete Weight Coating) PT.KHI (Krakatau Hoogovens International) Pipe Industries”.



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



2



1.5. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja praktek ini dilaksanakan di PT. KHI Pipe Industries, Jl. Amerika I, Kawasan PT. Krakatau Steel PO. BOX 9 Cigading 42435 Cilegon - Banten - Indonesia. Waktu pelaksanaan kerja praktek dimulai tanggal 1 Juli s/d 31 Juli 2019.



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



3



BAB II PROFIL PERUSAHAAN PT. KHI Pipe Industries adalah salah satu anak perusahaan dari PT. Krakatau Steel Group dan sebelumnya dikenal sebagai PT. Krakatau Hoogovens International Pipe Industries Ltd. Kemudian saham diambil alih dari Hoogovens En Staalfabrieken NV (Belanda) dan International Pipe Industries Corporation (Filipina) oleh PT. Indhasana pada bulan Januari tahun 1985. Sejak itu perusahaan ini dimiliki oleh dua pemegang saham yaitu PT. Krakatau Steel (persero) sebagai perusahaan baja terbesar di Asia Tenggara, sebagai pemegang saham mayoritas dan PT. Indhasana sebuah perusahaan swasta nasional pemegang saham minoritas. Selanjutnya pada tanggal 29 Agustus 1994, Nomor 178 melalui Notaris Sutjipto, SH, di Jakarta dan diumumkan di Berita Negara Republik Indonesia No.7555 tahun 1995 mengadakan perubahan Anggaran Dasar Krakatau Hoogovens International Pipe Industries Ltd, dengan perubahan status Perseroan dari Penanaman Modal Asing menjadi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) serta perubahan nama perusahaan menjadi PT. KHI Pipe Industries sampai saat ini. Saat ini KHI Pipe Industries yang dimiliki oleh dua shareholders yaitu PT. Krakatau Steel (persero) dan PT. Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk. Kegiatan utama perusahaan adalah untuk produksi pipa baja berkualitas tinggi untuk minyak dan gas, serta untuk keperluan struktural bersama dengan layanan perlindungan korosif. Dibalik tugas utamanya tersebut Pabrik terpadu PT. KHI Pipe Industries di Cilegon memproduksi The Spiral Welded Steel Pipe, High Frequency Resistance Welded Pipe dan aplikasi perlindungan korosif seperti External Liquid Epoxy Coating, Coal Tar Enamel Coating, Internal Cement Lining, Concrete Weight Coating, FBE coating, Three Layers Polyethylene Coating, dan Three-2 Layers Polypropylene Coating. Selain itu juga pipa yang diproduksi di PT. KHI Pipe Industries ini juga memenuhi standar spesifikasi pipa dalam negeri maupun luar negeri meliputi: 1. ASTM : American Society for Testing and Material 2. AWWA : American Water Work Association 3. API, Spec 5L : American Pretolium Institute, Specification For Line Pipe 4. ASA : American Standard Association 5. BSS : British Standard Specification 6. JIS : Japan Industrial Standard 7. DIN : Deutsche Industrial Norm 8. SII : Standar Industri Indonesia 9. ISO 9002 : International Standard Organization 10. ISO 9001:2000 : International Standard Organization Selain PT. KHI Pipe Industries, Krakatau Steel Group juga mempunyai beberapa anak perusahaan lain yaitu PT. Krakatau Wajatama, PT. Pelat Timah Nusantara, PT. Krakatau Daya Listrik, PT. Krakatau Tirta Industri, PT. Krakatau Engineering, PT. Krakatau Informasi Teknologi, PT. Krakatau Industrial Estate Cilegon, dan PT. Krakatau Medika. Sebagai anggota grup ini PT. KHI Pipe Industries serta anggota lain dapat memanfaatkan sumber daya yang tersedia dalam kelompok. 2.1. Visi Perusahaan Menjadi perusahaan pipa baja terpadu dengan keunggulan kompetitif yang tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



4



2.2. Misi Perusahaan Menyediakan pipa baja dan aplikasi pelapisan untuk industri minyak dan gas serta konstruksi dan infrastruktur termasuk jasa rekayasa teknik dan pengadaan bagi kemajuan bangsa. 2.3. Budaya Perusahaan PT. KHI (Krakatau Hoogovens International) Pipe Industries. Competence, Integrity, Reliable, Innovative. 2.4. Safety, Health and Environment Policy Memproduksi pipa baja dan aplikasi pelapisan dengan menyediakan lingkungan yang aman dan nyaman dengan berkomitmen, 2.4.1. Komitmen untuk mencegah kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan 2.4.2. Harus memenuhi ketentuan, peraturan, perundangan-undangan K3 dan Lingkungan yang berlaku. 2.4.3. Improvement secara berkelanjutan terhadap sistem manajemen, performansi K3 dan Lingkungan. 2.5. Quality Policy Mengirim produk yang sesuai dengan permintaan pelanggan, tepat waktu, harga kompetitif dan improvement secara berkelanjutan terhadap sistem manajemen mutu sesuai standar kualitas nasional dan internasional yang berlaku. 2.6. Lokasi Pabrik PT. KHI Pipe Industries menempati area seluas 160.000m2. Kantor pusat PT. KHI Pipe Industries berlokasi di Wisma Baja, lantai 7 Jl. Jend. Gatot Sobroto Kav. 54 Jakarta. Lokasi pabrik berada di kawasan Industri Krakatau Steel Jl. Amerika I Cilegon Banten, atau sekitar 3 km apabila ditempuh dari pelabuhan Cigading/Ciwandan dan 1 km bila ditempuh dari gerbang tol Cilegon Barat. Seperti terlihat pada gambar 2.7.1. Keuntungan dari lokasi perusahaan tersebut adalah : 2.6.1. Dekat dengan jalan tol dan pelabuhan sehingga pengiriman bahan baku dan pengiriman hasil produksi tidak memenuhi hambatan. 2.6.2. Daerah yang kaya akan Sumber Daya Manusia (SDM) sehingga tenaga kerja tidak akan kekurangan. 2.6.3. Lokasi perusahaan yang mudah dijangkau , baik dari dalam maupun dari luar kota.



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



5



2.6.4. Masih berada di satu kawasan industri yang pada umumnya sama-sama memproduksi besi dan baja.



Gambar 2.1. Lokasi PT. KHI Pipe Industries [11]



2.7. Struktur Organisasi PT. KHI Pipe Industries Adanya struktur organisasi PT.KHI Pipe Industries merupakan salah satu pedoman yang menerangkan jelas setiap kedudukan, seperti terlihat pada gambar 2.8.1, tugas dan tanggung jawab dari masing-masing personil yang ada dalam suatu divisi agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam pelaksanaan tugas dan kegiatan yang diprogramkan. Struktur organisasi di PT. KHI Pipe Industries dapat dilihat pada gambar berikut: Direktur Utama PT.KHI Staff Ahli



Direktur Keuangan Umum



Direktur Komersil



Staff Ahli



Staff Ahli



Kepala Sub Direktorat Penjualan



Kepala Divisi Pengawasan intora



Kepala Divisi Penjualan I



Kepala Divisi Logistik



Kepala Divisi Penjualan II



Kepala Divisi Pemasaran



Kepala Divisi Penjualan III



Direktur Produksi Teknologi Staff Ahli



Kepala Sub Direktorat Keuangan



Kepala Sub Direktorat Produksi



Kepala Divisi SDM & Umum



Kepala Divisi Akutansi



Kepala Divisi Penjualan IV



Kepala Divisi Keuangan



Kepala Divisi R&D



Kepala Divisi Produksi



Kepala Sub Direktorat Quality Ass



Kepala Divisi Perenc & Pengend



Kepala Divisi Proteksi



Kepala Divisi Pernc & Prwt pabrik



Gambar 2.2. Struktur Organisasi di PT. KHI Pipe Industries [11]



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



6



Penjelasan wewenang beberapa jabatan pada PT. KHI Pipe Industries: 2.7.1. Direktur Utama Merumuskan dan menetapkan kebijakan-kebijakan perusahaan dengan mengkoordinasikan, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan perusahaan dalam proses produksi, pemasaran dan unit-unit penunjangnya untuk mencapai hasil usaha dalam arti yang seluas-luasnya. 2.7.2. Divisi Satuan Pengawasan Intern (SPI) Mengkoordinasikan dan mengorganisasikan kegiatan pemeriksaan intern meliputi bidang keuangan, operasional, dan khusus berdasarkan standar internal audit, serta merumuskan kebijakan sistem internal audit dalam usaha meningkatkan efisiensi perusahaan. 2.7.3. Direktur Keuangan dan Umum Merencanakan, merumuskan dan mengembangkan kebijakan pengelolaan keuangan perusahaan dan SDM agar dapat menjamin operasi perusahaan secara optimal. 2.7.4. Direktur Komersil Mengembangkan, menyusun, dan merumuskan kebijakan dan prosedur-prosedur dibidang penjualan, logistik, dan pemasaran untuk memproyeksikan dalam meningkatkan keuntungan perusahaan. 2.7.5. Direktur Produksi dan Teknologi Merencanakan, merumuskan dan mengembangkan kebijakan di bidang produksi serta merumuskan penggunaan teknologi yang optimal untuk mencapai kualitas yang baik secara efisien. 2.8. Ketenagakerjaan PT.KHI Pipe Industries mempunyai 272 karyawan reguler dan 500 karyawan kontrak dari PT. Asoka yang bergerak dalam bidang penyaluran tenaga kerja. PT. KHI membagi ke dalam 2 bagian yaitu shift dan non shift. Dimana jam kerjanya untuk pegawai non shift adalah : 08.00-16.00. Sedangkan untuk pegawai shift, dibagi menjadi 3 shift, yaitu: Shift I



: 00.00 – 08.00 WIB



Shift II



: 08.00 – 16.00 WIB



Shift III



: 16.00 – 00.00 WIB



Jumlah jam kerja adalah 8 jam sehari dengan 7 jam kerja efektif dan 1 jam istirahat. Dengan jumlah hari kerja 5 hari per minggu bagi pegawai administrasi dan pegawai non produksi. Sedangkan untuk karyawan bagian produksi 7 hari per minggu (shift dan non shift bagian produksi). Karyawan PT. KHI yang bekerja pada hari Sabtu dan Minggu hanya karyawan bagian produksi dimana perhitungannya dimasukkan ke dalam hari lembur.



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



7



2.9. Penempatan Peserta Kerja Praktik di PT. KHI (Krakatau Hoogovens International) Pipe Industries Kerja Praktik (KP) dilaksanakan di PT.KHI (Krakatau Hoogovens International) Pipe Industries Plant III CWC (Concrete Weight Coating), Cilegon – Banten, Indonesia. Pada plant ini memiliki 4 jenis produksi pelapisan (coating) pada pipa, seperti a) 3LPE (Three-layer Polyethylene) b) 3LPP (Three-layer Polypropylene) c) Cement Lining d) Asphalt Enamel e) Concrete Weight Coating 2.10. Sistem Menejemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Plant III Concrete Weight Coating PT. KHI Pipe Industries Menejemen K3L di PT.KHI (Krakatau Hoogovens International) Pipe Industries Plant III CWC (Concrete Weight Coating) menjadi hal yang sangat penting dalam upaya menciptakan lingkungan kerja yang sehat, aman dan pengolahan limbah industri yang baik melalui Departemen HSSE yang setiap waktu melakukan audit untuk memonitor kinerja dari kebijakan direksi dan kelayakan tempat kerja dalam upaya memberikan kenyamanan bagi para pekerjanya. Setiap pekerja, yang ingin memasuki daerah pabrik (Plant) khususnya CWC diwajibkan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti helm, ear plugs, safety shoes, masker dan wearpack serta kebijakan direksi untuk melakukan efisiensi dalam menggunakan bahan-bahan industri dalam upaya untuk menimalisir risiko pencemaran air dari bahan B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya).



Gambar 2.3. Peringatan Penggunaan APD didalam Plant PT. KHI Pipe Industries [11]



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



8



BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK Dalam melaksanakan kegiatan kerja praktik di PT. KHI Pipe Industries, edukasi yang diberikan adalah terkait dengan kemampuan menganalisa sesuatu dengan melakukan observasi secara mandiri dalam 3 Unit Plant dengan hasil produksi (output) yang berbeda, a) Plant 1 : Spiral Pipe Machine dengan output pipa spiral dan FBE (Fussion Bonded Epoxy). b) Plant 2 : ERW dengan hasil produksi pipa jenis ERW (Electrical Resistance Welding). c) Plant 3 : Concrete Weight Coating (CWC) dengan hasil produksi berbagai jenis pelapisan pada pipa baja yaitu, FBE. 3LPE, 3LPP, Cement Lining, Asphalt Enamel dan Concrete Weight Coating. Pada sub-bab ini, pembahasan akan difokuskan pada salah satu jenis pelapisan yang diaplikasikan di PT.KHI Pipe Industries yaitu 3LPE (Three-layer Polyethylene). Dalam hal ini berkaitan dengan alur produksi dari awal hingga akhir dalam memproduksi pelapisan pipa 3LPE dengan memperhatikan parameter yang diberikan dengan kesesuaian kondisi dalam sistem prosesnya. Tentunya hal ini bertujuan untuk menghasilkan produk pelapisan 3LPE yang berkualitas dan sesuai dengan standar yang telah ditentukan. 3.1. Alur Produksi Pelapisan Pipa Jenis 3LPE (Three-layer Polyethylene) Plant III (CWC) PT.KHI Pipe Industries No QC Inpection • Dimension • Determine Rust Grade • Salt Contamination Yes



incoming pipe Yes



Blast Cleaning



No QC Inpection • Temperature and RH • Degree Cleanliness • Dust Level • Salt Contamination • Surface Profile



Yes



Induction Heating 1 (190 - 198 0C) Induction Heating 2 ( < 260 0C)



Application FBE (120 – 200 µm) at temperature 192 - 2300C



No



Application Adhesive (100 – 150 µm) at temperature 200 - 2300C



Final Inspection • Holiday Detecion • Total Thickness Coating • Residual Magnetic



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



Application polyethylene (1,8 – 3,5 mm) at temperature 200 - 2500C



Water Quench until temperatur 40 - 60 0C



Cutback Cleaning dimension (15 mm)



Yes



s



9



No



Diagram 3.1. Diagram Alir dan Ilustrasi Proses Produksi Coating 3LPE (Three-Layer Polyethylene) [11]



Berdasarkan Manufacture Procedure Standard yang telah diterapkan di Plant III Concrete Weight Coating (CWC) PT.KHI Pipe Industries, pada proses produksi pelapisan pipa 3LPE diawali dengan kedatangan pipa (incoming pipe) dari customer yang selanjutnya akan melalui proses blast cleaning untuk membersihkan karat (rust) pada permukaan pipa. Spesifikasi material abrasiv yang digunakan dapat disesuaikan dengan hasil tekstur permukaan pipa yang diinginkan. Setelah itu, pipa tersebut diinduksi mengunakan pemanas induksi untuk menaikkan temperatur pipa sebelum proses aplikasi pelapisan dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan proses perakatan aplikasi pelapisan pipa jenis 3LPE (Three-layer Polyethylene). Pelapisan pipa jenis 3 LPE diawali dengan aplikasi FBE (Fussion Bonded Epoxy) sebagai lapisan awal pada permukaan pipa yang selanjutnya dilapisi dengan polymer polyethylene sebagai lapisan akhir. Kedua lapisan tersebut akan direkatkan dengan lapisan adhesive. Untuk penjelasan detail akan dijelaskan pada sub-bab berikut, 3.1.1. Incoming Pipe Pipa yang diterima akan diperiksa oleh Inspektor Kontrol Kualitas (QC). Setiap pipa akan diperiksa tingkat korosi, penyok, dan ovalitas diameternya. Hanya cacat dangkal yang akan diterima (ketidaksempurnaan dengan toleransi API 5L). Pipa yang telah merusak bevel, penyok, atau memiliki ovalitas harus disisihkan dan dicatat (cacat lebih dari toleransi API 5L). Personel QC harus diberitahu jika ada pipa yang rusak. 3.1.2. Blast Cleaning Bahan blasting untuk baja karbon adalah steel shot dan steel grit. Pipa harus menjalani proses pembersihan permukaan untuk menghilangkan karat, keropeng atau cacat permukaan lainnya pada permukaan baja. Material Abrasiv harus berupa baja grit and shot yang memberikan kebersihan berdasarkan ISO 8501-1 SIS Standard-05-59-00-Sa 2½ atau SSPC-SP10, untuk melalui amplitudo profil sesuai dengan persyaratan yang dirinci dalam Rencana Inspeksi dan Uji di bawah ini,



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



10



Tabel 3.1. Klasifikasi Konsumsi dan Besar Pemakanan Mineral Abrasiv Pada Mesin Blasting [11]



Sa 2-1/2 / SSPC SP-10 / NACE2 Area Type



Sa 3 / SSPC SP-5 / NACE 1



Mineral Abrasive KG SQM



SQM per Manhour



Mineral Abrasive KG SQM



SQM per Manhour



Smooth



41



9.0



61



6.0



Normal



46



8.0



66



5.5



Complicated



61



6.0



81



4.5



Smooth



31



12



51



7.5



Normal



36



10



56



6.5



Complicated



51



7.5



71



5.0



Smooth



51



7.5



71



5.0



Normal



61



6.0



81



4.5



Complicated



80



4.5



100



3.5



New Steel A-B



Shop primed Steel



Old Steel, C – D



Sisa abrasiv/debu harus dihilangkan dari permukaan pipa saat keluar dari mesin blasting dengan menggunakan kompresor, sikat kawat atau cara lain yang sesuai. Residu yang terakumulasi pada permukaan internal harus dibersihkan menggunakan kompresor udara tekan dan dihilangkan melalui sistem pengumpul debu (ruang vakum). Setelah proses blasting dilakukan, pipa melalui proses inspeksi tingkat kebersihan permukaan, debu, profil kekasaran permukaan dan kadar garam. 3.1.3. Pemanasan Induksi Pipa yang disiapkan kemudian dikirim melalui 2 induksi pemanas, koil yang memanaskan seluruh panjang pipa ke kisaran suhu 1800C-2000C dan induksi kedua tidak lebih dari 2600C agar tidak terjadi perubahan warna kebiruan atau pembentukan oksida pada permukaan pipa. Sikat baja dan sistem vakum (penghilangan debu) digunakan untuk membersihkan pipa sebelum memasuki bilik proses pelapisan (Application). Setelah melewati koil induksi (pemanas), pemeriksaan suhu akan dilakukan menggunakan "Tempil Stick" atau tipe kontak termometer digital atau Pyrometer Infrared. Pipa harus dipanaskan dalam kisaran suhu sesuai dengan rekomendasi pabrik pelapis. Pipa yang dipanaskan



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



11



di bawah minimum yang ditentukan dan di atas maksimum yang ditentukan harus diproses ulang. 3.1.4. FBE (Fusion Bonded Epoxy) Application Aplikasi serbuk Fusion Bonded Epoxy (FBE) harus dilakukan dengan metode semprot elektrostatik dengan menggunakan 9 gun (3 gun < 1800 , 3 gun < 600 dan 3 gun < 1200), diatur dan diarahkan untuk mendapatkan ketebalan lapisan yang merata pada permukaan pipa. Bubuk FBE harus diaplikasikan dengan kecepatan tertentu untuk memberikan ketebalan lapisan dengan kisaran 120 – 200 µm dengan suhu pipa 180 – 230 0C 3.1.5. Adhesive Aplikasi Bahan Perekat harus berupa alat ekstrusi dengan kepala diposisikan di bagian atas / sisi pipa. Bagian tepi dipotong sedemikian rupa sehingga foil tipis disebarkan secara seragam ke permukaan pipa dengan cara pembungkusan. Foil kemudian harus ditekan pada pipa dengan rol karet silikon untuk memastikan adhesi positif antara perekat dan FBE. Bagian tepi perekat harus saling bertumpukan untuk memberikan cakupan 100% dari permukaan pipa. Parameter operasi ekstruder perekat harus dipertahankan dalam kisaran yang direkomendasikan oleh pabrik polietilen. Ketebalan adhesive (perekat) berada pada kisaran ketebalan 100 – 150 µm dengan suhu pipa berkisar 200 – 2300C 3.1.6. Polyethylene Semua bahan yang dipilih untuk proses ini harus memenuhi persyaratan berdasarkan standar CAN / ZSAZ245.21-14. Penerapan polietilena harus segera diekstrusi, dengan kepala diposisikan di bagian atas/sisi pipa.Bagian ujung dari extruder polyethylene) dipotong sedemikian rupa sehingga lembaran tipis polietilen diproduksi secara seragam ke permukaan pipa dengan cara pembungkusan untuk menghasilkan lapisan yang tumpang tindih secara menyeluruh untuk membentuk lapisan yang homogen. Rol karet silikon digunakan untuk memastikan adhesi yang baik. Tepi polietilen foil harus tumpang tindih untuk memberikan cakupan 100% dari permukaan pipa. Polietilena harus diaplikasikan sedemikian rupa untuk memberikan ketebalan akhir keseluruhan termasuk FBE dan perekat dengan tingakat ketebalan 1,8 – 3,5 mm. Parameter operasi mengenai temperatur ekstruder polietilen harus dijaga dalam kisaran 220 – 2500C. 3.1.7. Water Quench Setelah selesai, pipa pelapis 3-lapisan melewati sebuah pendingin air di mana pipa didinginkan dengan membasahi genangan air untuk memungkinkan penanganan lebih lanjut. Proses pendinginan pipa, harus dilakukan hingga suhu pipa berada pada temperatur 40 - 600C. Setelah proses pendinginan, pipa yang sudah dilapisi melalui proses inspeksi indikasi kebocoran pelapisan, total ketebalan pelapis dan besaran induksi magnet yang ada d iujung-ujung pipa.



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



12



3.1.8. Cutback Cleaning Setiap pipa harus memiliki area cut-back yang disiapkan di kedua ujung pipa. Segala bahan yang melekat pada permukaan pipa harus dilepas dengan menggunakan sikat kawat listrik. Dimensi cut-back harus seperti yang ditentukan pada dimensi 150 mm.



Gambar 3.2. Cut-back Pada Ujung-ujung Pipa [13]



3.2. Kecacatan (Defect) Hasil Produksi Pelapisan (Coating) Jenis 3LPE (Three-layer Polyethylene) Dalam proses pengaplikasian pelapisan pipa jenis 3LPE (Three-Layer Polyethylene) sering kali ditemukan adanya kecacatan (defect) dari hasil produksi pelapisan pipa baja. Hal ini disebabkan adanya parameter yang yang tidak di set-up sesuai dengan Manufacture Procedure Standard yang telah ditetapkan. Ada beberapa jenis cacat yang sering terjadi pada aplikasi pelapisan pipa jenis 3LPE (Three-Layer Polyethylene) yaitu, 3.2.1. Blistering Pembentukan proyeksi berbentuk kubah (lepuhan) dalam cat atau film pernis akibat hilangnya adhesi lokal dan pengangkatan film dari film cat yang mendasarinya (pelapisan antar lapisan) atau substrat dasar. 3.2.2. Bubble Merupakan kecacatan yang terjadi karena adanya udara didalam lapisan coating yang memiliki bentuk bulat-bulat, akibat pemanasan extruder polietilen tidak sempurna ( < 3,5 Jam) 3.2.3. Brittle Kecacatan pada lapisan atas (Top Coat) polietilen akibat dari proses pendinginan yang ekstrim, sehingga menurunkan tingkat elastisitas dari lapisan polietilen yang menyebabkan lapisan permukaan coating menjadi mudah retak. 3.2.4. Water Mark Adalah kecacatan pada tampilan fisik permukaan coating akibat dari masih tingginya suhu air pendingin (water quenching < 600C) yang menyebabkan timbulnya flek bergaris pada permukaan lapisan atas polietilen.



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



13



BAB IV HASIL KERJA PRAKTIK Untuk memberikan wawasan tentang lingkup pekerjaan pelapisan dalam proses produksi, dapat dijelaskan bahwa pelapisan pada umumnya merupakan bagian ahir dari proses produksi suatu produk. Proses tersebut dilakukan setelah benda kerja mencapai bentuk ahir, atau setelah proses pengerjaan mesin serta proses penghalusan terhadap permukaan benda kerja dilakukan. Dengan demikian. Proses pelapisan termasuk dalam kategori pekerjaan finishing dari suatu produksi komponen. Pengerjaan akhir komponen menjadi penting karena sangat berperan dalam menembus pasar. Ditengah keberhasilan para ilmuwan mengembangkan teknologi material, dimana tantangan teknis telah banyak terantisipasi ditingkat operasional, maka kebutuhan akan tampak luar yang menawan menjadi sebuah prioritas tanpa mengurangi sedikitpun fungsi pelapis sebagai memperpanjang umur pakai suatu komponen. Dalam mejalankan kegiatan operasi perusahaan, PT.KHI Pipe Industries khususnya di Plant III Concrete Weight Coating melalui Quality Assurance (QA) dan Quality Control (QC) telah membuat dan memelihara sistem jaminan kualitas yang diperlukan untuk memastikan bahwa segala jenis pelapisan yang ditawarkan telah mematuhi semua persyaratan dengan ini spesifikasi yang sesuai dengan standarisasi international (NACE & SSPC-SP10). Pemeriksaan dan pengujian minimum yang akan dilakukan harus seperti yang akan dijelaskan pada sub-bab ini. 4.1. Inspeksi Penerimaan Pipa (Incoming Racks) Kegiatan inspeksi pertama kali dalam proses pelapisan pipa jenis 3LPE (Three-Layer Polyethylene) yaitu dengan melakukan pengecekan secara visual terhadap pipa yang baru didatangkan oleh customer yang selanjutnya melalui pengecekan tingkat kadar garam dan tingkat uap air (humidity) serta tingkat kebersihan debu pada permukaan pipa. Semua kegiatan inspeksi tersebut, dilakukan menggunakan instrumentasi yang telah terkalibrasi dan standarisasi dalam ruang lingkup internasional. Untuk setiap kegiatan inspeksi yang lebih detail akan dijelaskan pada sub-bab berikut, 4.1.1. Visual Inspection Proses inspeksi yang menggunakan alat indra penglihatan dan alat ukur sederhana dalam mengukur tingkat kontaminasi karat, dimensi, tingkat kelurusan dan kebulatan (Ovality) pipa. Alat ukur yang biasa digunakan adalah meteran dan plat lurus.



Gambar 4.1. Tingkat Kontaminasi Korosi berdasarkan standard ISO 8501-1[5]



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



14



4.1.2. Salt Contamination Test Khusus pipa yang datang menggunakan transportasi laut, pipa tersebiut harus dicek tingkat kadar garamnya menggunakan Salt Contaminant Meter SCM 400. Apabila kadar garam melebihi standard 20 mg/m2,, maka harus dilakukan proses treatment melalui pembersihan menggunakan detergen.



Gambar 4.2. Inspeksi Kadar Garam menggunakan Alat Ukur SCM 400 Sebelum proses Blasting [13]



4.1.3. Verify Pipe Identity Pengecekan Identitas pipa, yang berisikan informasi awal pembuatan pipa tersebut dibuat dan proses permesinan yang telah dilalui serta adanya relevansi dengan dokumen yang diberikan oleh customer. 4.2. Mempersiapkan Permukaan Pipa (Surface Preparation) Sebelum melakukan proses pengaplikasian pelapisan pipa jenis 3LPE (Three-Layer Polyethylene) sangat diperlukan melakukan proses persiapan permukaan. Proses ini merupakan hal yang menetukan tingkat keberhasilan pada proses pengaplikasian pelapisan pipa baja. Kegiatan Inspeksi juga dilakukan beriiringan dalam mempersiapkan permukaan pipa untuk memastikan permukaan pipa sudah siap melalui proses pengaplikasian pelapisan pipa. 4.2.1. Temperature and Relative Humidty Pipe After Blasting Merupakan proses inspeksi terkait dengan tingkat/besaran temperatur dan kelembapan pipa setelah proses blasting. Sebelum, pipa memasuki proses aplikasi pelapisan, kondisi pipa harus diukur menggunakan Pyrometer Infrared Temperature untuk mengetahui tingkat kelembapan pipa yang biasanya nilai RH harus kurang dari 85% dan nilai Dew Points. Untuk setiap kegiatan inspeksi yang lebih detail akan dijelaskan pada sub-bab berikut,



Gambar 4.3. Mengukur Temperatur dan Kelembapan Pipa menggunakan Pyrometer Infrared Temperature [13]



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



15



4.2.2.



Degree of Cleanliness Proses pengecekan tingkat kebersihan pipa dari karat yang telah melalui proses blasting. Inspeksi ini dapat dilakukan dengan cara visual menggunakan standard ISO 8501-1.



Gambar 4.4. Tingkat Kebersihan Permukaan Pipa Hasil proses Blasting berdasarkan standard ISO [5]



4.2.3. Check Dust Level Merupakan proses inspeksi pada permukaan pipa setelah proses blasting dalam menentukan tingkat banyaknya debu pada permukaan pipa menggunakan selotip bening lalu di relevansikan dengan standard ISO 8502-3.



Gambar 4.5. Tingkat Sisa Debu Setelah Blasting berdasarkan standard ISO [6]



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



16



4.2.4. Inspeksi Kadar Garam (Salt Contamination) Proses inspeksi untuk menentukan tingkat kadar garam yang tersisa setelah proses blasting menggunakan kertas khusus yang dibasahi dengan air murni sebanyak 160 mL dan diukur menggunakan alat Sal Contamination Meter (SCM 400). Apabila kadar garam melebihi standar 20 mg/m2 (ISO 8502-9 dan ISO 11127-6), maka harus dilakukan proses treatment melalui pembersihan menggunakan detergen atau larutan kimia (Phosporus Acid).



Gambar 4.6. Inspeksi Kadar Garam menggunakan Alat Ukur SCM 400 [13]



4.2.5. Check Surface Profile Merupakan proses inspeksi untuk menentukan tingkat kekasaran permukaan logam dengan menggunakan Test Press “O” Film dan alat ukur berupa profile gauge. Tingkat kekasaran permukaan harus berada pada interval 40-110 µm berdasarkan standard ISO 8503-4.[8]



Gambar 4.7. Mengukur Tingkat Kekasaran Permukaan menggunakan Test Press “O” Film dan Profile Gauge [13]



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



17



4.3. Inspeksi Terakhir Inspeksi terakhir ini dilakukan setelah proses pengaplikasian pelapisan pipa jenis 3LPE sudah dilakukan. Hal ini bertujuan untuk melakukan pengecekan kembali terhadap hasil produksi pelapisan pipa baja dan memastikan hasil produksi pelapisan tersebut sudah sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Untuk setiap kegiatan inspeksi yang lebih detail akan dijelaskan pada sub-bab berikut, 4.3.1. Holiday Detection Setelah pendinginan, pipa berlapis 3 lapisan harus diperiksa 100% secara kontinui melalui Holiday Detector. Holiday Detector adalah rangkaian tembaga (dilapisi busa) yang bersentuhan langsung dengan pelapis dan terletak setelah pendinginan air. Holiday Detector dilakukan pada kecepatan tidak lebih dari 0,3 m/detik dan tegangan inspeksi harus diatur / dikalibrasi dengan besaran voltase 5 Kv/mm +- 5 Kv) pada frekuensi yang ditentukan oleh Rencana Uji dan Tes. Holiday Detector akan berjalan otomatis dan didaftarkan oleh alarm. Semua pipa yang sudah dideteksi harus ditandai dengan jelas penomoran dan informasi pada setiap pipa harus dituliskan di ujung-ujung pipa.



Gambar 4.8. Mengukur Indikasi Kebocaran Coating Dengan Holiday Detector [12]



4.3.2. Total Coating Thickness Setiap pipa yang tiba di kabin inspeksi terakhir harus diperiksa secara visual. Pipa harus diperiksa untuk ketebalan lapisan dengan pengukur ketebalan elektronik atau biasa disebut Coating Thickness Gauge. Ketebalan harus dicatat dengan frekuensi yang telah dikalibrasi sebelumnya dan penerimaan ketebalan harus > 2 mm.



Gambar 4.9. Inspeksi Terhadap Total Ketebalan Lapisan Coating Dengan Coating Thickness Gauge [12]



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



18



4.3.3. Residual Magnetic Proses inspeksi untuk mengentahui besaran induksi magnet pada ujung-ujung pipa menggunakan Magnetic Field Paralel Meter dengan besaran harus kurang dari sama dengan 30 Gauss.



Gambar 4.10. Magnetic Field Paralel [13]



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



19



BAB V TINJAUAN TEORITIS Berdasarkan kegiatan dan hasil pembahasan kerja praktik yang telah dilakukan di PT.KHI Pipe Industries, menunjukkan bahwa korosi merupakan hal yang harus dihindari dan dicegah dari awal proses produksi komponen statis atau dinamis yang akan diinstalasi didalam industri diberbagai bidang khususnya bidang minyak dan gas. Hal ini dikarenakan fenomena korosi dapat menyebabkan tingkat bahaya yang cukup mengerikan pada operasional perusahaan berjalan. Korosi secara signifikan mampu mempengaruhi kegiatan bisnis dan operasi suatu perusahaan. Fenomena tersebut, tentunya harus dicegah dan ditanggulangi demi kemajuan perusahaan. Sebelum melakukan pencegahan terhadap fenomena korosi, sebelumnya perlu mengetahui terlebih dahulu tentang jenisjenis dan mekanisme terjadi korosi yang disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya fenomena korosi yang terjadi akibat dari pengaruh kondisi lingkungan yang berada di area suatu komponen atau peralatan diinstalasi. Selajutnya, perlu adanya wawasan dan pengetahuan mendalam tentang pengendalian terhadap fenomena korosi tersebut.



5.1. Korosi Oleh Lingkungan Korosi adalah proses yang terjadi secara alami, sama seperti air mengalir untuk mencari level terendah, semua proses alami cenderung menuju keadaan energi serendah mungkin. Demikian, besi dan baja memiliki kecenderungan alami untuk bergabung elemen kimia lain untuk kembali ke energi yang lebih rendah.Untuk melakukan ini, besi dan baja akan sering bereaksi dengan oksigen, hadir di sebagian besar lingkungan alami, untuk membentuk besi oksida, atau karat. Ketika karat terbentuk pada struktur besi atau baja, logam hilang dari permukaan, mengurangi luas permukaan penampang dan kekuatan baja. Karat secara visual menurunkan nilai estetika suatu komponen peralatan dan bisa menyebabkan kontaminasi dengan lingkungan dan produk idustri yang lebih lanjut dapat merugikan.[5] Beberapa logam dan paduan seperti platinum pada dasarnya tidak terpengaruh oleh korosi di lingkungan tertentu. Ini mungkin salah satunya karena mereka lebih stabil dalam bentuk logam gabungan atau karena memiliki bentuk alami lapisan pelindung pada permukaannya yang memberikan kepasifan yang sangat efektif. Namun, hanya karena diberikan logam atau paduan tertentu pada dasarnya tidak terpengaruh oleh korosi dalam satu atau lebih lingkungan tidak berarti bahwa itu tahan terhadap korosi di semua lingkungan. Salah satunya adalah korosi merata (seragam), korosi yang seragam adalah bentuk korosi dimana logam mengalami degradasi dengan laju yang hampir sama seluruh permukaan. Meskipun cukup besar tingkat kedalaman permukaan dapat terjadi pada korosi yang seragam, ketika kedalaman serangan pada titik manapun melebihi dua kali kedalaman serangan rata-rata, korosi tidak lagi dianggap seragam. Ketika logam terdegradasi oleh korosi seragam, lokasi area anodik dan katodik bergeser dari waktu ke waktu, yaitu, setiap titik di permukaan bertindak sebagai anoda dan katoda pada suatu waktu selama terekspos dengan larutan dan udara. Representasi skematis dari korosi seragam ditunjukkan pada Gambar 5.1.(b), di mana siklus anodik dan katodik mundur secara berkala. Dalam hal ini, jalur logam adalah melalui permukaan logam itu sendiri. Elektrolitnya bisa berupa lapisan tipis kelembaban di atmosfer, cairan di mana permukaan terbenam, atau air yang terkandung di tanah lembab. Jumlah korosi yang seragam biasanya diukur dengan penurunan berat. Jika penurunan berat ditentukan selama periode waktu tertentu, itu juga dapat digunakan untuk menghitung tingkat rata-rata kehilangan logam di keseluruhan permukaan. Laju korosi ini biasanya dinyatakan dalam mils (0,001 inci)



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



20



per tahun (mpy) atau milimeter per tahun (mm/tahun). Ini adalah cara yang baik untuk mengukur jumlahnya dan laju korosi jika korosi benar-benar seragam; namun, angka rata-rata ini dapat memberikan kesesatan hasil jika korosi tidak seragam pada keseluruhan permukaan. Pengukuran langsung kehilangan logam melalui logam. Ketebalan juga bisa digunakan untuk menentukan laju korosi dalam mpy atau mm / thn.



(a)



(b)



Gambar 5.1. (a) Ilustrasi dan (b) Skematik Terjadinya Korosi Merata (Uniform Corrosion) [3]



Selanjutnya, bentuk korosi yang terjadi akibat reaksi dengan lingkungan adalah korosi piting (Localized Corrosion). Pitting terjadi ketika jumlah korosi pada satu atau lebih poin pada logam jauh lebih besar dari rata-rata jumlah korosi. Dalam beberapa kasus, seluruh permukaan terkorosi, tetapi tidak merata. Dalam kasus lain, beberapa area pada dasarnya tidak terserang. Pitting dapat terjadi melalui beberapa mekanisme, logam tidak homogen secara kimia atau fisik. Beberapa area mungkin memiliki kecenderungan menjadi anodik daripada yang lain dan pergeseran area anodik dan katodik yang diperlukan untuk korosi seragam tidak terjadi. Kurangnya homogenitas ini mungkin disebabkan oleh inklusi di dalam logam atau karena kombinasi fase metalurgi yang secara alami ada dalam banyak paduan. Mekanisme pitting lain terjadi oleh pemecahan lokal film pasif pada logam. Dalam hal ini, area dengan film pasif bersifat katodik ke area tanpa film pasif dan terjadi korosi tipe galvanik (logam berbeda). Perbedaan potensial antara area dengan film pasif dan lokasi yang tidak memiliki lapisan film memungkinkan terjadinya korosi aktif. Ini dapat dilihat pada Tabel 1 untuk baja stainless Seri



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



21



300 di mana baja tahan karat SS 300 menempati dua posisi, satu jauh lebih aktif daripada yang lain. Posisi yang lebih aktif ditempati oleh bahan yang tidak dilindungi oleh film pasif, sedangkan posisi yang kurang aktif ditempati oleh bahan yang dilindungi oleh film pasif. Karena serangan pitting, menurut definisi, tidak seragam, penurunan berat bukanlah metode yang cocok untuk pengukuran laju korosi pitting. Dalam beberapa kasus, laju korosi yang seragam dalam mpy atau mm / tahun diberikan untuk logam yang sebenarnya telah terkorosi oleh serangan lokal seperti pitting. Laju korosi seperti itu sering sangat mengecilkan kedalaman sebenarnya penetrasi korosi ke dalam logam. Dalam beberapa aplikasi, seperti balok struktural, lubang yang tersebar mungkin tidak menyebabkan terlalu banyak masalah, tetapi lubang tunggal melalui dinding tangki atau pipa yang menangani cairan berbahaya dapat menjadi bencana meskipun sebagian besar permukaan mungkin relatif tidak terpengaruh.



Gambar 5.2. Korosi Piting (Localized Corrosion) [4]



5.2. Teknik Pengendalian Korosi Maka dari itu, perlu adanya pengendalian terkait dengan permasalahn korosi. Salah satunya adalah dengan melakukan aplikasi pelapisan pada logam untuk menghambat terjadinya korosi. Dimana mekanisme pelapisan dapat melindungi baja dan logam lainnya dari korosi. Korosi logam adalah reaksi elektrokimia yang memiliki empat persyaratan dasar: • Anoda yang terkorosi • Katoda yang tidak menimbulkan korosi • Larutan atau media penghantar reaksi • Jalur logam sebagai media terjadinya reaksi Lapisan pelindung dan sistem lain yang mengganggu satu atau lebih komponen ini dapat digunakan untuk mengendalikan laju korosi. Lapisan pelindung memberikan interferensi semacam itu melalui tiga mekanisme dasar: • Perlindungan penghalang — Sebagian besar film pelapis membentuk penghalang untuk mengisolasi permukaan logam dari elektrolit di lingkungan • Penghambatan kimia — Komponen kimia yang ditambahkan ke lapisan dapat menghambat reaksi anodik atau katodik. • Perlindungan galvanik (katodik) — Sebuah primer yang dipenuhi dengan partikel seng dapat memberikan perlindungan galvanik pada permukaan baja, seperti halnya seng anoda terhadap permukaan baja. Selain itu, Ada berbagai macam inspeksi dan instrumentasi yang tersedia untuk membantu dalam memastikan keadaan dan menjaga kualitas dari berbagai macam metode pelapisan logam.



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



22



BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pembahasan terkait dengan inspeksi terhadap hasil produksi pelapisan pipa 3LPE (Three-layer Polyethylene) melalui obseervasi mandiri di Plant III Concrete Weight Coating PT. KHI Pipe Industries dapat ditarik kesimpulan dan memberikan saran kepada pihak perusahaan. Hal ini dimaksudkan, agar terciptanya kolaborasi ilmu praktis yang telah diterapkan oleh perusahaan dengan ilmu pengetahuan secara teori yang telah dipelajari didalam ruang lingkup universitas. 5.1. Kesimpulan 















Perlu dilakukan langkah yang baik dalam menghambat terjadinya laju korosi, salah satunya yaitu dengan mempertimbangkan kinerja anti-korosi eksternal melalui tiga lapis polietilen. Tiga lapis ini terdiri dari lapisan kinerja Fusion Bonded Epoxy (FBE), lapisan perekat (Adhesive), dan lapisan luar dari High Density Polyethylene. Lapisan eksternal 3LPE memiliki ketahanan yang sangat baik terhadap pembebanan mekanik, asam, alkali dan katodik disbonding. Sehingga, cocok untuk diaplikasian pada pipa saluran air dan distribusi fluida didalam tanah. Berbagai macam inspeksi dan instrumentasi untuk membantu dan memastikan pengendalian mutu terhadap hasil produksi pelapisan 3LPE berjalan baik dengan kesesuaian kondisi sekitar, menimalisir kadar garam, persiapan permukaan, kebersihan dari debu dan benda asing, tingkat ketebalan pelapis, dan kontinuitas dan integritas lapisan akhir dengan instrumen yang sudah dikalibrasi dengan baik benar.Semua instrumen memiliki kelebihan dan keterbatasan, tetapi faktor utama dalam kesuksesan penggunaannya adalah pengetahuan dan kemampuan individu yang menggunakannya. Penting bahwa instrumen dirawat, dikalibrasi, dan digunakan dengan benar. Namun, inspeksi menggunakan instrumentasi harus dikombinasikan dengan akal sehat dan inspeksi visual dari ketidakberaturan, kontaminan permukaan logam, ketebalan proses penyemprotan berlebih, dan segala cacat lainnya yang mungkin tidak dapat diterima standarisasi dalam ruang lingkup internasional (ISO, CANADIAN, NACE dan SSPCSP10). Semua hasil inspeksi harus didokumentasikan secara menyeluruh (secara tertulis) untuk membuktikan bahwa persyaratan yang ditentukan telah dipenuhi.



5.2. Saran Dalam implementasi proses produksi pengaplikasian pipa sudah terintegrasi dengan menejemen yang baik, hanya saja perlu adanya peningkatan sinergi antara divisi produksi dan QC (Quality Control) agar terciptanya hasil produksi yang lebih baik dengan penggunaan material produksi (biji polietilen) yang efisien.Terutama dalam proses pemanasan extruder polietilen yang benar-benar harus dilakukan selama (3,5 – 4 jam) untuk menekan jumlah pipa (trial) sebelum produksi masal. Menurut saya, cukup banyak pipa (trial) yang melalui proses pengelupasan karena adanya defect berupa bubble akibat masih banyak gelembung udara yang terperangkap didalam lapisan top coat, sehingga harus melalui proses pelapisan ulang. Selain itu, perlu adanya eksperimen dengan sampel pipa (dengan variasi diameter) dalam memastikan waktu gel time yang tepat.



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



23



Daftar Pustaka 1. Manufacture Procedure Standard Plant III Concrete Weight Coating (CWC).Cilegon. PT.KHI Pipe Industries. 2. Inspection Test and Plan Plant III Concrete Weight Coating (CWC). Cilegon. PT. KHI Pipe Industries. 3. Jenkins, James F. And Drisko, Richard W., (2003), “Chapter 1.1 Corrosion of Metal”. 4. Drisko, Richard W. And Jenkins, James F., (2005), “Chapter 1.3 Mechanisms of Corrosion Control By Coating”. 5. Trimber, Kenneth A. And Corbett, William D., (2002), “Chapter 7 Inspection”. 6. Dokumen Standard ISO 8501-1, (2017), ”Preparation of steel substrates before application of paints and related products — Visual assessment of surface cleanliness”. 7. Dokumen Standard ISO 8502-3, (2007), “Assessment of dust on steel surfaces prepared for painting (pressure-sensitive tape method)”. 8. Dokumen Standard ISO 8502-9, (1998), “Field method for the conductometric determination of water-soluble salts”. 9. Dokumen Standard ISO 8503-4, (2012), “Method for the calibration of ISO surface profile comparators and for the determination of surface profile — Stylus instrument procedure”. 10. Standard SSPC SP-10, (2014), “Near-White Blast Cleaning”. 11. Dokumen.Cilegon. PT. KHI Pipe Industries. 12. Dokumen Plant III CWC.Cilegon. PT. KHI Pipe Industries. 13. Dokumen Laboratorium Plant III CWC.Cilegon. PT. KHI Pipe Industries.



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



24



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



25



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



26



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



27



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



28



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



29



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



30



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



31



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



32



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



33



|LAPORAN KERJA PRAKTIK



34