Fisiologi Kehamilan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KKPMT 4



FISIOLOGI KEHAMILAN



Oleh : Rizky Wulan Indryanti G41140633 B / 24



PROGRAM STUDI DIV REKAM MEDIK JURUSAN KESEHATAN POLITEKNIK NEGERI JEMBER 2016



FISIOLOGI KEHAMILAN A. Definisi Kehamilan Menurut Federasi



Obstetri



Ginekologi



Internasional,



kehamilan



didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum, dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Dihitung dari saat fertilisasi sampai kelahiran bayi, kehamilan normal biasanya berlangsung dalam waktu 40 minggu. Usia kehamilan tersebut dibagi menjadi 3 trimester yang masingmasing berlangsung dalam beberapa minggu. Trimester 1 selama 12 minggu, trimester 2 selama 15 minggu (minggu ke - 13 sampai minggu ke - 27), dan trimester 3 selama 13 minggu (minggu ke - 28 sampai minggu ke - 40). B. Proses Kehamilan Untuk terjadi suatu kehamilan harus ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum (konsepsi), dan nidasi (implantasi) hasil konsepsi. Ovum yang dilepas oleh ovarium disapu oleh mikrofilamen – mikrofilamen fimbria infundibulum tuba kearah ostium tuba abdominalis, dan disalurkan terus kearah medial. Kemudian jutaan spermatozoa ditumpahkan diforniks vagina dan disekitar porsio pada waktu koitus. Hanya beberapa ratus ribu spermatozoa dapat terus ke kavum uteri dan tuba, dan hanya beberapa ratus spermatozoa dapat sampai ke bagian ampula tuba dimana spermatozoa dapat memasuki ovum yang telah siap untuk dibuahi, dan hanya satu spermatozoa yang mempunyai kemampuan (kapasitasi) untuk membuahi. Pada spermatozoa ditemukan peningkatan konsentrasi DNA dinukleus, dan kaputnya lebih mudah menembus dinding ovum oleh karena diduga dapat melepaskan hialuronidase (Sarwono, 2008). Fertilisasi (pembuahan) adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dan spermatozoa yang biasanya berlangsung diampula tuba. Fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa ke dalam ovum, fusi spermatozoa dan ovum, diakhiri dengan fusi materi genetik. Hanya satu spermatozoa yang telah mengalami proses kapasitasi mampu melakukan penetrasi membran sel ovum. Untuk mencapai ovum, sperma harus melewati korona radiata (lapisan sel diluar ovum) dan zona pelusida (suatu bentuk glikoprotein ekstraselular), yaitu lapisan yang menutupi dan mencegah ovum mengalami fertilisasi lebih dari



satu spermatozoa. Spermatozoa yang telah masuk ke vitelus kehilangan membran nukleusnya, yangmtinggal hanya pronukleusnya, sedangkan ekor spermatozoa dan mitokondrianya berdegenerasi. Itulah sebabnya seluruh mitokondria



pada manusia berasal dari ibu (maternal).



Masuknya



spermatozoa kedalam vitelus membangkitkan nukleus ovum yang masih dalam metafase untuk proses pembelahan selanjutnya (pembelahan mieosis kedua) sesudah anafase kemudian timbul telofase dan benda kutub (polar body) kedua menuju ruang perivitelina. Ovum sekarang hanya mempunyai pronukleus yang haploid. Pronukleus spermatozoa juga telah mengandung jumlah kromosom yang haploid (Sarwono, 2008). Kedua pronukleus saling mendekati dan bersatu membentuk zigot yang terdiri atas bahan genetik dari perempuan dan laki-laki. Pada manusia terdapat 46 kromosom, ialah 44 kromosom otosom dan 2 kromosom kelamin; pada seorang laki-laki satu X dan satu Y. Sesudah pembelahan kematangan, maka ovum matang mempunyai 22 kromosom otosom serta 1 kromosom X. Zigot sebagai hasil pembuahan yang memiliki 44 kromosom otosom serta 2 kromosom X akan tumbuh sebagai janin perempuan, sedangkan yang memiliki 44 kromosom otosom serta 1 kromosom X dan 1 kromosom Y akan tumbuh sebagai janin laki-laki. Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zigot. Hal ini dapat berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam amino dan enzim. Segera setelah pembelahan ini terjadi, pembelahan – pembelahan selanjutnya berjalan dengan lancar, dan selama tiga hari terbentuk suatu kelompok sel yang sama besarnya. Hasil konsepsi berada dalam stadium morula. Energi untuk pembelahan ini diperoleh dari vitelus, sehingga volume vitelus makin berkurang dan terisi seluruhnya oleh morula. Dengan demikian, zona pelisida tetap utuh, atau dengan kata lain, besarnya hasil konsepsi tetap utuh. Dalam ukuran yang sama ini hasil konsepsi disalurkan terus ke pars ismika dan pars interstisial tuba (bagiabagian tuba yang sempit) dan terus disalurkan kearah kavum uteri oleh arus serta getaran silia pada permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba. Selanjutnya pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium blastula yang disebut blastokista, suatu bentuk yang dibagian luarnya adalah trofoblas



dan dibagian dalamnya disebut massa inner cell ini berkembang menjadi janin dan trofoblas akan berkembang menjadi plasenta. Dengan demikian, blastokista diselubungi oleh suatu simpai yang disebut trofoblas. Trofoblas ini sangat kritis untuk keberhasilan kehamilan terkait dengan keberhasilan nidasi (implantasi), produksi hormon kehamilan, proteksi imunitas bagi janin, peningkatan aliran darah maternal ke dalam plasenta, dan kelahiran bayi. Sejak tropoblas terbentuk, produksi hormon human chorionic gonadotropin (hCG) dimulai, suatu hormon yang memastikan bahwa endometrium akan menerima (resesif) dalam proses implantasi embrio (Sarwono, 2008). Setelah proses implantasi selesai, maka pada tahap selanjutnya akan terbentuk amnion dan cairan amnion. Amnion pada kehamilan aterm berupa sebuah membran yang kuat dan ulet tetapi lentur. Amnion adalah membran janin paling dalam dan berdampingan dengan cairan amnion. Amnion manusia pertama kali dapat diidentifikasi sekitar hari ke-7 atau ke-8 perkembangan mudigah. Secara jelas telah diketahui bahwa amnion tidak sekedar membran avaskular yang berfungsi menampung cairan amnion. Membran ini aktif secara metabolis, terlihat dalam transpor air dan zat terlarut untuk mempertahankan homeostatis cairan amnion, dan menghasilkan berbagai senyawa bioaktif menarik, termasuk peptida vasoaktif, faktor pertumbuhan dan sitoin (Cunningham, 2006). Pada awal kehamilan, cairan amnion adalah suatu ultrafiltrat plasma ibu. Pada awal trimester kedua, cairan ini terutama terdiri dari cairan ekstrasel yang berdifusi melalui kulit janin sehingga mencerminkan komposisi plasma janin. Volume cairan amnion pada setiap minggu gestasi cukup berbeda-beda. Secara umum, volume cairan meningkat 10 ml perminggu pada minggu ke-8 dan meningkat sampai 60 ml perminggu pada minggu ke-21, dan kemudian berkurang secara bertahap hingga kembali ke kondisi mantap pada minggu ke-33. Dengan demikian, volume cairan biasanya meningkat dari 50 ml pada minggu ke-12 menjadi 400 ml pada pertengahan kehamilan dan 1000 ml pada kehamilan aterm (Cunningham, 2006). Cairan yang normalnya jernih dan menumpuk di dalam rongga amnion ini akan meningkat jumlahnya seiring dengan perkembangan kehamilan sampai menjelang aterm, saat terjadi penurunan volume cairan amnion pada banyak



kehamilan normal. Cairan amnion ini berfungsi sebagai bantalan bagi janin, yang kemungkinan perkembangan sistem muskuloskletal dan melindungi pertahanan suhu dan memiliki fungsi nutrisi yang minimal (Cunningham, 2006). C. Diagnosis Kehamilan Banyak manifestasi dari adaptasi fisiologis ibu terhadap kehamilan yang mudah dikenali dan dapat menjadi petunjuk bagi diagnosis dan evaluasi kemajuan



kehamilan.



Tetapi



sayangnya



proses



farmakologis



atau



patofisiologis kadang memicu perubahan endokrin atau anatomis yang menyerupai kehamilan sehingga dapat membingungkan. Perubahan endokrinologis, fisiologis, dan anatomis yang menyertai kehamilan menimbulkan gejala dan tanda yang memberikan bukti adanya kehamilan. Gejala dan tanda tersebut dibagi menjadi tiga kelompok, antara lain: 1) Bukti Presumtif (Tidak Pasti) Gejalanya : a) Mual dengan atau tanpa muntah. b) Gangguan berkemih. c) Fatigue atau rasa mudah lelah. d) Persepsi adanya gerakan janin. Tanda : a) b) c) d)



Terhentinya menstruasi. Perubahan pada payudara. Perubahan warna mukosa vagina. Meningkatkan pigmentasi kulit dan timbul striae pada



abdomen. 2) Bukti Kemungkinan Kehamilan a) Pembesaran abdomen. b) Perubahan bentuk, ukuran, dan konsistensi uterus. c) Perubahan anatomis pada serviks. d) Kontraksi Braxton Hicks. e) Ballotement. f) Kontur fisik janin. g) Adanya gonadotropin korionik di urin atau serum. 3) Tanda Positif Kehamilan a) Identifikasi kerja jantung janin yang terpisah dan tersendiri dari kerja jantung ibu. b) Persepsi gerakan janin aktif oleh pemeriksa.



c) Pengenalan mudigah dan janin setiap saat selama kehamilan dengan USG atau pengenalan janin yang lebih tua secara radiografis pada paruh kedua kehamilan. D. Perubahan Fisiologi pada Saat kehamilan Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh genitalia wanita mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan hormone somatomatropin, estrogen, dan progresteron yang menyebabkan perubahan pada : 1) Rahim atau Uterus Selama kehamilan, uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan uterus. Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan. Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 gram dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amnion rata – rata pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5 liter bahkan dapat mencapai 20 liter atau lebih dengan berat rata – rata 1100 gram (Prawirohradjo, 2008). 2) Vagina (Liang Senggama) Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia terlihat jelas pada kulit dan otot – otot di perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat berwarna keunguan yang dikenal dengan tanda Chadwicks. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel – sel otot polos. 3) Ovarium Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6 – 7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai



penghasil progresteron dalam jumlah yang relative minimal (Prawirohardjo, 2008). 4) Payudara Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembanga sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormone saat kehamilan, yaitu estrogen, progresterone, dan somatromatropin (Prawirohardjo, 2008). 5) Sirkulasi Darah Ibu Peredaran darah ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: a) Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. b) Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retro-plasenter. c) Pengaruh hormon estrogen dan progesteron semakin meningkat. Akibat dari faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan peredaran darah, yaitu: a) Volume Darah Volume darah semakin meningkat di mana jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi semacam pengenceran darah (hemodilusi), dengan puncaknya pada hamil 32 minggu. Serum darah (volume darah) bertambah sebesar 25-30% sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%. Curah jantung akan bertambah



sekitar



30%.



Bertambahnya hemodialusi darah mulai tampak sekitar umur hamil 16 minggu, sehingga pengidap penyakit jantung harus berhati – hati untuk hamil beberapa kali. Kehamilan selalu memberatkan kerja jantung sehingga wanita hamil dengan sakit jantung dapt jatuh dalam dekompensasio kordis. Pada postpartum terjadi hemokonsentrasi dengan puncak hari ketiga sampai kelima. b) Sel Darah Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapt mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi



pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologi. Sel darah putih meningkat dengan mencapai jumlah sebesar 10.000/ml. Dengan hemodilusi dan anemia maka laju endap darah semakin tinggi dan dapt mencapai 4 kali dari angka normal. c) Sistem Respirasi Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat memnuhi kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada umur hamil 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya



desakan



rahim



dan



kebutuhan



O2



yang



meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20 25% dari biasanya. d) Sistem Pencernaan Terjadi peningkatan asam lambung karena pengaruh estrogen. e) Traktus Urinarius Pada bulan – bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan sering kencing (uang air kecil). Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu panggul, keluhan itu akan timbul kembali. f) Perubahan pada Kulit Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam, dan kadang - kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama striae gravidarum. g) Metabolisme Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan pemberian ASI.



Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan bertambah 12,5 kg. Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan cairan ekstraseluler. Pada kehamilan normal akan terjadi hipoglikemia puasa yang disebabkan oleh kenaikan kada insulin, hiperglikemia postprandial dan hiperinsulinemia. Zinc (Zn) sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Beberapa penelitian menunjukan kekurangan zat ini dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat (Prawirohardjo, 2008). E. Perubahan Hormonal Selama Kehamilan Perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan meliputi peningkatan konsentrasi hormon seks yaitu estrogen dan progesteron. Progesteron merupakan hormon seks kehamilan yang utama. Kadarnya meningkat sampai bulan kedelapan kehamilan dan menjadi normal kembali setelah melahirkan. Kadar estrogen meningkat secara lambat sampai akhir kehamilan. Pada awal kehamilan, estrogen dan progesteron diproduksi oleh korpus luteum. Kemudian terjadi pergantian fungsi korpus luteum kepada plasenta, yang terjadi pada minggu keenam sampai minggu kedelapan kehamilan, dimana plasenta berperan sebagai organ endokrin yang baru. Pada akhir trimester ketiga, progesteron dan estrogen mencapai level puncaknya yaitu 100 ng/ml dan 6 ng/ml, yang merupakan 10 dan 30 kali lebih tinggi dari konsentrasinya pada saat menstruasi.



Gambar 1. Pergantian produksi progesteron dari korpus luteum kepada plasenta yang terjadi pada minggu kedelapan atau minggu kesembilan kehamilan. Daerah yang dihitamkan menunjukkan perkiraan durasi



terjadinya pergantian fungsi tersebut. (David N. Danforth, James R. Scott. Endocrine Physiology of Pregnancy. Obstetric and Gynaecology 1986; 340-57). Estrogen yang disekresi oleh ovarium dan plasenta berperan penting dalam perkembangan dan pemeliharaan karakteristik seks sekunder dan pertumbuhan uterus. Sedangkan progesteron yang disekresi oleh korpus luteum dan plasenta, bertanggung jawab dalam membangun lapisan uterus pada pertengahan masa menstruasi dan selama masa kehamilan berlangsung. Peningkatan konsentrasi hormon seks yang dimulai pada saat fertilisasi, terus berlanjut sampai implantasi embrio terjadi dan terus dipertahankan sampai masa kelahiran.



Gambar 2. Sirkulasi level hormon selama kehamilan pada manusia. Konsentrasi plasma terhadap estrogen (gambar kanan) dan progesteron (gambar kiri) dari awal siklus menstruasi (minggu ke 0), sampai ferilisasi (minggu ke 2), partus (minggu ke 40). Periode kehamilan pada manusia dapat dibedakan berdasarkan trimester. Pada gambar tersebut, trimester pertama, kedua dan ketiga berkisar antara 2 sampai 15 minggu, 15 sampai 27 minggu, dan 27 sampai 40 minggu. (David N. Danforth, James R. Scott. Endocrine Physiology of Pregnancy. Obstetric and Gynaecology 1986; 340-57).



Estrogen dan progesteron memiliki aksi biologi penting yang dapat mempengaruhi



sistem



organ



lain



termasuk



rongga



mulut.



Reseptor bagi estrogen dan progesteron dapat ditemukan pada jaringan periodontal. Akibatnya, ketidakseimbangan sistem endokrin dapat menjadi penyebab penting dalam dengan perubahan kadar hormon seks. Peningkatan hormon seks steroid dapat mempengaruhi vaskularisasi gingiva, mikrobiota subgingiva, sel spesifik periodontal dan sistem imun lokal selama kehamilan. Beberapa perubahan klinis dan mikrobiologis pada jaringan periodontal selama kehamilan adalah sebagai berikut patogenesis penyakit periodontal. Penelitian yang dilakukan oleh Mascarenhas P dkk telah menunjukkan bahwa perubahan kondisi periodontal dapat dihubungkan dengan perubahan kadar hormon seks. Peningkatan hormon seks steroid dapat mempengaruhi vaskularisasi gingiva, mikrobiota subgingiva, sel spesifik periodontal dan sistem imun lokal selama kehamilan. Beberapa perubahan klinis dan mikrobiologis pada jaringan periodontal selama kehamilan adalah sebagai berikut: 1) Peningkatan kerentanan terjadinya gingivitis dan peningkatan kedalaman saku periodontal. 2) Peningkatan kerentanan terjadinya infeksi. 3) Penurunan kemotaksis neutrofil dan penekanan produksi antibodi. 4) Peningkatan sejumlah patogen periodontal (khususnya Porphyromonas gingivalis). 5) Peningkatan sintesis PGE2. F. Pertumbuhan Janin Normal Pertumbuhan janin manusia ditandai dengan pola – pola sekuensial pertumbuhan, diferensiasi, dan maturasi jaringan serta organ yang ditentunkan oleh kemampuan substrat oleh ibu, transfer substrat melalui plasenta, dan potensi pertumbuhan janin yang dikendalikan oleh genom (Cuningham dkk, 2005). Pertumbuhan janin dibagi menjadi tiga fase pertumbuhn sel yang berurutan (Lin dan Forgas, 1998). Fase awal hiperplasia terjadi selama 16 minggu pertama dan ditandai oleh peningkata jumlah sel secara cepat. Fase kedua, yang berlangsung sampai minggu ke-32, meliputi hiperlasia dan hipertropi sel. Setelah usia gestasi 32 minggu, pertumbuhan janin



berlangsung melalui hipertrofi sel dan pada fase inilah sebagian besar deposisi lemak dan glikogen terjadi. Laju pertumbuhan janin yang setara selama tiiga fase pertumbuhan sel ini adalah dari 5g/hari pada usia 15 minggu, 15-20 g/hari pada minggu ke-24, dan 30-35 g/hari pada usia gestasi 34 minggu (Cuningham dkk, 2005). Meskipun telah banyak faktor yang diduga terlibat pada proses pertumbuhan janin, mekanisme seluler dan molekular sebenarnya untuk pertumbuhan janin yang abnormal tidak diketahui dengan jelas. Pada kehidupan awala janin penentu utama pertumbuhan adalah genon janin tersebut, tetapi pada kehamilan lanjut, pengaruh lingkungan, gizi, dan hormonal menjadi semakin penting.



G. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Janin Faktor keturunan atau bawaan menentukan cepat pertumbuhan, bentuk janin, diferensiasi dan fungsi organ – organ yang dibentuk. Akan tetapi makanan yang disalurkan oleh ibunya melalui plasenta (ari – ari) mempunyai peranan yang sangat penting untuk menungjang potensi keturunan ini (Pudjiadi, 1990). Gizi ibu yang kurang atau buruk pada waktu konsepsi atau sedang hamil muda dapat menyebabkan kematian atau cacat janin. Diferensiasi terjadi pada trisemester pertama hidupnya janin, hingga kekurangan zat tertentu yang sangat dibutuhkan dalam proses diferensiasi dapat menyebabkan tidak terbentuknya suatu organ dengan sempurna, atau tidak dapat berlangsungnya kehidupan janin tersebut. Pertumbuhan cepat terjadi terutama pada trisester terakhir kehamilan ibu. Maka kekurangan makanan



dalam periode tersebut dapat menghambat pertumbuhannya, hingga bayi dilahirkan dengan berat badan dan panjang yang kurang daripada seharusnya.



DAFTAR PUSTAKA http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25201/3/Chapter%20II.pdf http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24515/4/Chapter%20II.pdf