Fix Print Endokarditis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Keperawatan Kritis



ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS KLIEN DENGAN ENDOKARDITIS Disusun oleh: Kelompok 5 Kelas A Sitti Juniyarti J. Paramata



841417004



Yuditia Audina



841417019



Fardila Soleman



841417025



Adriani Yusuf



841417028



Widyawati S. Momo



841417036



Moh. Rizaldi Kaharu



841417116



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO TAHUN 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Kuasa, karena atas limpahan rahmat serta karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang membahas mengenai materi Keperawatan Kritis tepat pada waktu yang ditentukan dengan baik dan lancar. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kritis yang selama penyusunan makalah ini kami banyak mendapat pengetahuan tentang mata kuliah ini khususnya mengenai materi “Asuhan Keperawatan Kritis Klien dengan Endokarditis”. Untuk itu, ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada selaku dosen pengajar mata kuliah ini di Universitas Negeri Gorontalo, yang dalam hal ini telah memberi pengetahuan dalam bentuk materi maupun pemikiran sehingga dalam penyusunan makalah ini berjalan dengan lancar. Kami selaku penyusun mengharapkan kritikdan saran yang membangundari para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermafaat bagi semua pihak khususnya bagi temanteman para pembaca.



Gorontalo, 12 Mei 2020



Penyusun



i



DAFTAR ISI Kata Pengantar...............................................................................................



i



Daftar Isi..........................................................................................................



ii



Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang................................................................................



1



1.2 Rumusan Masalah...........................................................................



2



1.3 Tujuan.............................................................................................



3



Bab II Konsep Medis 2.1 Definisi Endokarditis......................................................................



4



2.2 Klasifikasi Endokarditis..................................................................



4



2.3 Etiologi Endokarditis......................................................................



5



2.4 Manifestasi Klinis Endokarditis.....................................................



5



2.5 Patofisiologi Endokarditis..............................................................



7



2.6 Pemeriksaan Penunjang Endokarditis.............................................



8



2.7 Penatalaksanaan Endokarditis........................................................



10



2.8 Komplikasi Endokarditis................................................................



11



2.9 Prognosis Endokarditis...................................................................



12



BAB III Konsep Keperawatan 3.1 Pengkajian Keperawatan................................................................



14



3.2 Daftar Diagnosa Keperawatan........................................................



20



3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan.............................................



25



3.4 Implementasi Keperawatan............................................................



50



3.5 Evaluasi Keperawatan....................................................................



55



BAB IV Penutup 4.1 Simpulan.........................................................................................



58



4.2 Saran...............................................................................................



58



Daftar Pustaka................................................................................................



59



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Endokarditis infektif (EI) merupakan infeksi permukaan endokardium jantung, dapat mengenai satu atau lebih katup jantung, mural endokardium, atau defek septum. Efeknya terhadap jantung dapat berupa insufi siensi katup, gagal jantung dan abses miokardium. Penyakit ini merupakan penyakit yang jarang dijumpai, namun dapat memberikan komplikasi neurologis yang dekat dengan kematian. Pada sebagian kasus, gangguan neurologis merupakan satu-satunya gejala saat pasien datang ke rumah sakit. Gejala neurologis yang muncul dapat sangat aneh (bizarre) ataupun terlihat sangat berat, sehingga menutupi gejala endokarditisnya. Apabila tidak segera diobati dapat menyebabkan kematian. Jantung yang telah mengalami kerusakan biasanya mudah terserang endokarditis infekstif. Penyakit jantung yang mendahului endokarditis, bisa berupa penyakit jantung bawaan, maupun penyakit jantung baru. Dahulu diduga infeksi yang terjadi pada endokard hanya disebabkan oleh bakteri, sehingga mendapat nama endokarditis bakterial. Namun kini diketahui infeksi ini bukan saja disebabkan oleh bakteri tetapi bisa juga disebabkan oleh mikro-organisme lain, seperti jamur, virus dan lain-lain. Pertama kali endokarditis infektif dideskripsikan oleh Lazaire Riviere pada tahun 1674 dari pemeriksaan otopsi. Pada tahun 1885, presentasi pertama dalam bahasa Inggris dilakukan oleh William Osler menggunakan deskripsi komprehensif. Insidens terjadinya endokarditis infektif diperkirakan 3-9 kasus per 100.000 penduduk di Negara maju. Perbandingan angka kejadian pria dan wanita sekitar 2 : 1. Pada penelitian Osler, insidens gangguan neurologis pada endokarditis infektif terjadi pada 12,5% kasus; 3% kasus gejala primer yang dijumpai hanya gangguan neurologis. Ditemukan 15-30% penderita endokarditis infektif mengalami gangguan neurologis pada penelitian lainnya. Endokarditis tidak hanya terjadi pada endokard dan katup yang telah mengalami kerusakan, akan tetapi juga pada endokard dan katup sehat, misalnya



1



endokarditis yang terjadi pada penyalahgunaan narkotik intervena atau penyakit kronik. Perjalanan penyakit ini bisa hiperakut, akut, subakut atau kronik, bergantung pada virulensi mikro-organisme dan daya tahan penderita. Sebelum era antibiotik, endokarsitis infektif subakut hampir selalu fatal dalam beberapa bulan sampai dua tahun, sedangkan endokarditis hiperakut atau akut secara klinis hampir tidak dikenal, karena penderita telah meninggal lebih dahulu disebabkan oleh sepsis, sebelum gejala klinis jantung yang terkena infeksi timbul, walaupun pada autopsi jelas terlihat vegetasi infektif pada endokard atau katup jantung. Endokarditis infektif kronik hampir tidak dapat dibuat diagnosisnya sewaktu penderita masih hidup karena gejala yang tidak khas dan yang ditemukan hanyalah gejala-gejala infeksi saja. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1.1.1 Bagaimana konsep medis Endokarditis ? Terdiri atas : a. Definisi Endokarditis b. Klasifikasi Endokarditis. c. Etiologi Endokarditis. d. Manifestasi Endokarditis e. Patofisiologi Endokarditis f. Pemeriksaan penunjang Endokarditis g. Penatalaksanaan Endokarditis h. Komplikasi Endokarditis i. Prognosis Endokarditis 1.1.2



Bagaimana konsep keperawatan Endokarditis ? Terdiri atas : a. Pengkajian keperawatan. b. Daftar diagnosa keperawatan. c. Perencanaan intervensi keperawatan. d. Implementasi keperawatan.



2



e. Evaluasi keperawatan. 1.3 TUJUAN 1.1.3 Mengetahui konsep medis Endokarditis. a. Definisi Endokarditis b. Klasifikasi Endokarditis c. Etiologi Endokarditis d. Manifestasi Endokarditis e. Patofisiologi Endokarditis f. Pemeriksaan penunjang Endokarditis g. Penatalaksanaan Endokarditis h. Komplikasi Endokarditis i. Prognosis Endokarditis 1.1.4



Mengetahui konsep keperawatan CHF. a. Pengkajian keperawatan. b. Diagnosa keperawatan. c. Perencanaan intervensi keperawatan. d. Implementasi keperawatan. e. Evaluasi keperawatan.



3



BAB II KONSEP MEDIS 2.1



DEFINISI Endokarditis merupakan infeksi katup dan permukaan endotel jantung yang



disebabkan oleh invasi langsung bakteri atau organisme lain dan menyebabkan deformitas bilah katup. Mikroorganisme penyebab meliputi bakteri (streptokokus, enterokokus, pneumokokus, stafilokokus) fungsi/ jamur, riketsia dan streptokokus viridans. (Muttaqin,arif. 2009). Endokarditis infeksius yang sering terjadi pada lanjut usia (lansia) mungkin akibat menurunnya respons imunologis terhadap infeksi, perubahan metabolisme akibat penuaan, dan meningkatnya prosedur diagnostik invasif, khususnya pada penyakit genitourinaria. (Muttaqin,arif. 2009). Terdapat insiden tinggi endokarditis stapilokokus diantara pemakai obat intravena, penyakit yang terjadi paling sering pada orang-orang secara umum sehat. Endokarditis yang didapat di rumah sakit terjadi paling sering pada klien dengan peyakit yang melemahkan, yang memakai kateter Indweeling, dan yang menggunakan terapi intravena atau antibiotik jangka panjang. Klien yang diberi pengobatan imunosupresif atau steroid juga dapat mengalami endokarditis fungi. (Muttaqin,arif. 2009). 2.2



KLASIFIKASI Dikenal dua bentuk dasar infeksi endokarditis, yaitu akut dan subakut.



Perbedaan ini tetap berguna di klinik karena banyak penderita datang dengan gejala khas meskipun gambaran penyakit akut dan subakut dapat terjadi bersamaan. Pada penderita infeksi katup oleh Streptococus viridans (hemolitikalfa) mungkin tidak didapatkan gambaran-gambaran klasik akut. Sebaliknya, penderita yang terinfeksi Enterecoccus faecalis sering tampak sangat sakit dengan infeksi fulminan yang dengan cepat menghancurkan katup yang terkena, menyerupai endokarditis akut (Soegijanto.2016). Akan tetapi dalam terminologi yang terbaru, digunakan istilah inkubasi pendek (kurang dari 6 minggu), dan inkubasi panjang ( lebih dari 6 minggu).



4



Namun secara klinik tetap istilah akut dan subakut yang sering digunakan. (Soegijanto.2016) Dalam terminologi endokarditis, dapat pula diklasifikasikan ke dalam kultur-positif



dan



kultur-negatif.



Endokarditis



kultur-negatif



disebabkan



mikoorganisme yang membutuhkan periode yang panjang sehingga dapat diidentifikasi oleh laboratorium. Microorganisme yang menyebabkan kulturnegatif ini antara lain Aspergillus species, Brucella species, Coxiella burnettii, Chamydia species, and HACEK bacteria. (Soegijanto.2016) Selain itu secara klinis dapat pula diklasfikasikan menjadi endokarditis katup asli dan endokarditis katup prosterik. (Soegijanto.2016) 2.3



ETIOLOGI Umumnya jenis kuman tergantung pada tempat masuknya kuman. Banyak



kuman telah terbukti dapat menyebabkan endokarditis, diantaranya S.viridans, S.pyogenes, S.albus, S.hemolyticus, S.pneumoniae dan E.coli. Streptococus dan Stapilococcus merupakan penyebab yang paling banyak terjadi, sedangkan S.viridans sebagai penyebab yang sering terjadi pada SBA (Subakut Bacterial Endokarditis). (Soegijanto.2016) Jenis Endokarditis Infektif yang berbeda memiliki penyebab yang beragam dan melibatkan patogen yang berbeda pula. Mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit ini paling banyak adalah Streptococcus viridans untuk endokarditis subakut, dan Staphylococcus aureus untuk endokarditis infektif akut. Etiologi lain adalah Streptococcus faecalis, streptokok dan stafilokok lain, bakteri Gram negatif aerob dan anaerob, jamur, virus, dan kandida. 2.4



PATOFISIOLOGI Patofisologi endokarditis menurut (Muttaqin,arif. 2009) Endokarditis adalah



infeksi permukaan endokardium jantung, termasuk katup. Endokarditis infeksi adalah penyakit serius dengan angka mortalitas 20% sampai 30%. Angka ini lebih tinggi pada individu yang berusia lebih dari 60 tahun. Diagnosis yang cepat mulainya terapi yang tepat dan identifikasi dini komplikasi adalah kunci untuk



5



pasien yang baik. Pada masa lalu penyakit jantung reumatik menjadi penyebab dari sebaian besar kasus endokarditis. Saat ini endokarditis lebih ditemukan pada pasien yang memiliki katup prostetik, mereka yang menyalahgunakan obat-obatan intravena (IV) atau pasien yang mengalami prolaps katup mitral atau abnormalitas nonreumatik lain. Organisme infeksius umum adalah streptokokus, enterokokus dan staphylococcus aureus. Perkembangan endokarditis infektif adalah proses kompleks yang memerlukan terjadinya beberapa elemen kritis. Pertama, harus ada kerusakan endotel yang memajankan dasar membran katup ke aliran darah turbulen. Endokard yang memiliki permukaan tidak rata akan mudah terinfeksi oleh bakteri. Sehingga akan mudah terjadi vegetasi atau penempelan bakteri yang terdiri dari trombosis dan fibrin.Kedua bekuan ini atau vegetasi harus terpajan dengan bakteri melalui transport aliran darah, seperti yang telah terjadi pada manipulasi gigi atau prosedur urologi. Vaskularisasi jaringan tersebut biasanya tidak baik, sehingga memudahkan mikroorganisme berkembang biak dan akibatnya akan menambah kerusakan katub dan endokard, kuman yang sangat patogen dapat menyebabkan robeknya katub hingga terjadi kebocoran. Infeksi dengan mudah meluas ke jaringan sekitarnya, menimbulkan abses miokard atau aneurisme nekrotik. Bila infeksi mengenai korda tendinae maka dapat terjadi raptup yang mengakibatkan jantung bocor. Bakteri berpoliferasi pada vegetasi ini untuk dua alasan yakni aliran darah turbulen yang melintasi katup membantu mengonsentrasikan sejumlah bakteri dekat dengan vegetasi dan vegetasi itu sendiri menutup bakteri dengan lapisan trombosit dan fibrin yang melindungi koloni bakteri dari mekanisme pertahanan alami tubuh. Katup yang tidak berfungsi ini pada akhirnya menyebabkan gagal jantung berat. Partikel dari vegetasi yang terinfeksi atau katup yang rusak berat dapat terlepas dan dapat menyebabkan emboli perifer (Nodus Osler). Pembentukan trombus yang mengandung kuman dan kemudian lepas dari endokard merupakan gambaran yang khas pada endokarditis infeksi. Besarnya emboli bermacam-macam. Emboli yang disebabkan jamur biasanya lebih besar,



6



umumnya menyumbat pembuluh darah yang besar pula. Tromboemboli yang terinfeksi dapat terangkut sampai di otak, limpa, ginjal, saluran cerna, jantung, anggota gerak, kulit, dan paru. Bila emboli menyangkut di ginjal, akan meyebabkan infark ginjal, glomerulonepritis. Bila emboli pada kulit akan menimbulkan rasa sakit dan nyeri tekan. 2.5



MANIFESTASI KLINIS Endokardritis lebih sering terjadi pada jantung yang memiliki kecacatan,



penyakit timbul mendadak. Tanda-tanda infeksi lebih menonjol, seperti demam yang tinggi dan menggigil, sering ditemukan jari tabuh atau clubbing finger danbercak kemerahan pada telapak tangan dan kaki atau yang biasa disebut janeway lession. Terdapat tanda-tanda pada mata berupa petechiae pada mukosa dan perdarahan retina atau biasa disebut roth spot. Kemudian diikuti kebutaan, tanda-tanda endoftalmitis, dan panoftalmitis. Emboli biasanya lebih sering terjadi dan umumnya menyangkut pada arteri yang lebih besar sehingga menimbulkan infark atau abses paru dan sebagainya. Bising jantung baru atau perubahan murmur jantung dapat terjadi. (Davey,patrick.2010) Gejala timbulnya dapat lebih kurang dari 2 minggu sesudah masa inkubasi. Keluhan umum yang sering dirasa pada penderita endokarditis adalah demam tidak terlalu tinggi, letih, lesu, banyak keringat malam, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, sakit kepala dan sakit sendi. Bila terjadi emboli akan timbul keluhan seperti paralisis, sakit dada, hematuria, sakit perut, buta mendadak, sakit pada jari tangan, dan sakit pada kulit. (Davey,patrick.2010) Demam dapat terjadi terus-menerus, remiten, intermitenatau sama sekali tidak teratur, disertai menggigil dengan puncak panas 38 – 40 0 C dan terjadi ketika sore atau malam hari. Sering disertai juga menggigil pada suhu badan yang tinggi, kemudian muncul keringat banyak. anemia, pembesaran hati dan limpa dapat terjadi. Gejala emboli dan vaskular dapat terjadi berupapetechiae pada mukosa, tenggorokan, mata dan juga pada semua bagian kulit terutama di dada (Davey,patrick.2010).



7



Manifestasi klinisnya sangat bervariasi, melibatkan berbagai organ. Gejala yang selalu ada adalah demam, yang dapat mendadak dan sangat tinggi atau mulai perlahan dan tidak terlalu tinggi bergantung pada kuman penyebabnya S.viridans merupakan causa dengan demam tidak terlalu tinggi, dengan lemah, anoreksia, pucar, splenomegali, petekie, atau tromboemboli. Gambaran klinis tergantung pada beberapa hal, antara lain kuman penyebab, reaksi tubuh, beraat ringannya penyakit



jantung



sebelumnya,



serta



terdapatnya



komplikasi



emboli



(Soegijanto,2016). 2.6



PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Beberapa pemeriksaan diagnostik Endokarditis menurut (Muttaqin Arif,



2009) sebagai berikut : a.



Pemeriksaan Laboratorium Sangatlah penting mengisolasi penyebab organisme dari aliran darah. Hal ini tidak hanya untuk menegakkan diagnosis tetapi juga memberi petunjuk jenis antibiotik atau kombinasi obat yang akan diperlukan untuk menghancurkan mikroorganisme penyebab infeksi. Sewaktu melakukan kultur darah, sangatlah penting mencegah kontaminasi bakteri kulit dari sekelilingnya terhadap sampel darah. Melakukan sterilisasi kulit di atas vena yang akan diambil darahnya penting dilakukan, biasanya menggunakan antiseptik kuat seperti klorherksidin dalam 70% etanol. Sekitar seperempat kultur darah menunjukkan pertumbuhan bakteri kulit, sehingga terjadi kesalahan diagnosis dan pengobatan yang tidak tepat. Pembebasan bakteri dari vegetasi mungkin dilakukan secara bertahap dalam jumlah yang sedikit. Karenanya kultur darah yang multiple sebaiknya dilakukan setiap hari, sampai dua atau tiga hari. Pada prakteknya pada penderita dalam keadaan sangat sakit atau menderita, secara klinis pengobatan harus segera mungkin dilakukan begitu dicurigai. Walaupun hasil kultur darah belum selesai diperiksa. Pada sebagian besar penderita dengan bukti jelas adanya endokarditis,



8



kultur darah menunjukkan hasil negatif. Penyebab kegagalan dapat menentukan organisme karena : 1. Adanya dinding pembatas bakteri di dalam massa fibrinosa vegetasi 2. Pemberian antibiotik sebelum kultur darah dilaksanakan, dimana terjadi kondisi klinis yang tertutupi karenanya perlu penghentian pengobatan untuk sementara waktu dan kemudian baru diambil darahnya untuk kultur. 3. Kadang-kadang organisme yang tidak biasa , seperti riketsia penyebab demam “Q” yang tidak tumbuh pada media kultur biasa pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan pola tes serial antibodi. b. Elektrokardiografi Ekokardiografi pada saat ini merupakan alat penting yang digunakan untuk : 1. Melihat vegetasi pada katub aorta terutama vegetasi yang besar ( > 5 mm) 2. Melihat dilatasi atau hipertrofi atrium atau ventrikel yang progresif 3. Mencari penyakit yang menjadi predisposisi endokarditis (prolap mitral, fibrosis, dan calcifikasi katub mitral) 4. Penutupan katub mitral yang lebih dini menunjukkan adanya destrruktif katub aorta dan merupakan indikasi untuk melakukan penggantian katub. c. Pemeriksaan lain Dapat ditemukan anemia yang bersifat hemolitik. Leukositosis tidak selaluditemukan, pada tipe yang akut leukositosis lebih nyata daripada yang subakut.Pada penderita dengan glomerulonefritis dapat ditemukan hematuria danproteinuria. Pada penderita EI juga terjadi peningkatan CRP danhipergamaglobulin. Pemeriksaan radiologi berupa



9



foto torak untuk memastikankardiomegali pada penderita Endokarditis Infektif dengan gagal jantung. 2.7



PENATALAKSANAAN Penderita dirawat dirumah sakit dan mendapatkan antibiotika intravena



dosis tinggi. Pemberian antibiotika saja tidak cukup pada infeksi katup buatan. Mungkin perlu dilakukan pembedahan jantung untuk memperbaiki atau mengganti katup yang rusak dan membuang vegetasi. Endokarditis infeksi dengan vegetasi ukuran kurang dari 1 cm biasanya akan sembuh dengan pemberian antibiotika selama 4-6 minggu. Sedangkan untuk vegetasi yang berukuran lebih dari 1 cm dan tidak respon terhadap pemberian antibiotika selama 3 minggu biasanya memerlukan terapi pembedahan.(Mutaqin Arif, 2009). Selain beberapa hal diatas terdapat pula penatalaksanaan lainnya seperti: 1) Pemberian antibiotik sesuai dengan bakteri yang menyerang pada endokarditis (contohnya: penisilin G pada streptococus) 2) Pemberian obat-obatan apabila terjadi gagal jantung seperti digitalis, diuretic, dan vasodilator. 3) Pembedahan Tindakan pembedahan dilakukan apabila: a. Terjadi komplikasi gagal jantung kongestif b. Terdapat tanda-tanda disfungi katup prostetik dari penilaian kardiografi trans-esofangeal c. Vegetasi yang besar d. Emboli sistemik yang berulang e. Aneurisma katup mitral f. Abses pada katup atau endokard jantung g. Sepsis yang sulit diatasi. 2.8



KOMPLIKASI



Komplikasi Endokarditis menurut Muttaqin Arif (2009) sebagai berikut :



10



Diantara berbagai manifestasi klinik dari endokarditis komplikasi neurologi merupakan hal yang penting karena sering terjadi, kompikasi neurologik yaitu dapat melalui 3 cara: 1) Penyumbatan pembuluh darah oleh emboli yang berasal dari vegetasi endokardial. 2) Infeksi meningen, jari ngan otak, dinding pembuluh darah karena septik emboli atau bakterimia. 3) Reaksi imunologis. Melalui mekanisme tersebut dapat menyebabkan: 1) Infark atau infark berdarah. 2) Pendarahan intra serebral, sab, perdarahan subdural. 3) Proses desak ruang, seperti abses atau mycotic aneurysma. 4) Perubahan fungsi otak karena berbagai faktor. Bila terjadi emboli akan mengakibatkan : 1)



Gejala neurologik fokal bila mengenal hanya satu pembuluh darah.



2)



Lebih dari satu pembuluh darah tergantung dari istemianya apakah dapat membaik sebelum terjadi kerusakan yang permanen maka gejalanya mirip TIA, atau bila berlanjut menyebabkan kerusakan jaringan otak dan terjadi proses supurasi.



Hal tersebut mengakibatkan: 1) Septik atau septic meningitis. 2) Abses, mikro abses otak. 3) Meningoencephalitis. Bila dinding arteri atau vasa vaserum terkena maka akan terjadi aneurisma, yang akan mengakibatkan pecahnya pembuluh darah yang bersangkutan. Berbagai faktor yang dapat menimbulkan kelainan neurologis yaitu: Hipoksia, ganguan metabolisme, pengaruh obat-obatan, pengaruh toksis dari infeksi sistemik, reaksi imunitas terhadap pembuluh darah, proliferatif endarteritis.



11



Komplikasi dapat terjadi disemua organ bila terjadi emboli infektif : a. Gagal jantung Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah gagal jantung sedang sampai berat dan kematian terjadi 85% dari 95 kasus. b. Emboli Emboli terjadi pada 13-35% endokarditis infektif subakut dan 5060% pada penderita endokarditis akut.Emboli arteri sering terjadi pada otak, paru, arteri koronaria, limpa, ginjal ekstrimitas, usus, mata dll. c. Aneurisma nekrotik Terjadi pada 3-5% endokarditis infektif dan akan mengalami perdarahan. d. Gangguan neurologik e. Ditemukan pada 40-50% endokarditis infektif.Gangguan bisa berupa, gangguan kesadaran, gangguan jiwa (psikotik) meningo ensepalitis seteril.Kelainan pada pembuluh darah otak 80% disebabkan infark dan 20% karena perdarahan otak. 2.9



PROGNOSIS Pasien tanpa komplikasi yang berat dengan pemakaian antibiotik yang



adekuat,



prognosis



umumnya



baik.



Prognosis



buruk



bila



ditemukan



mikroorganisme yang resisten terhadap antibiotik, payah jantung, pengobatan terlambat, bakteremia, infeksi terjadi setelah pemasangan, pasien geriatri tanpa disertai demam, dan keadaan umum yang buruk. (Dianne,2009). Prognosis secara besar dipengaruhi oleh apakah komplikasi berkembang atau tidak. Jika dibiarkan tidak ditangani, EI secara umum fatal. Deteksi dini dan penatalaksanaan yang sesuai dari penyakit ini dapat menyelamatkan nyawa. Angka kematian penyakit ini relatif stabil di 14,5%. Angka (rate) kesembuhan untuk EI yang ditangani secara tepat (baik dengan pengobatan maupun terapi bedah) pada individu dengan katup asli (bawaan) adalah : 12



1. Untuk infeksi  S viridans dan S bovis ,  angkanya adalah 98%. 2. Untuk



infeksi



enterococci



dan



S



aureus



pada



individu



dengan



penyalahgunaan obat intravena, angkanya adalah  90%. 3. Untuk infeksi S aureus community-acquired pada individu yang tidak menyalahgunakan obat terlarang intravena, angkanya adalah 60-70%. 4. Untuk infeksi organisme gram-negatif aerobik angkanya adalah 40-60%. 5. Untuk infeksi dengan organisme fungal angkanya adalah lebih rendah dari 50%. Untuk individu dengan katup buatan (prostetik), angka kesembuhan adalah sebagai berikut : 1. Angka (Rate) lebih rendah 10-15% untuk tiap kategori diatas, baik untuk kasus awal maupun yang terjadinya lambat. 2. Pembedahan lebih sering diperlukan 3. Sekitar 60% dari kasus endokarditis katup buatan awal karena CoNS dan 70% kasus endokarditis katup buatan akhir karena CoNS dapat disembuhkan.



13



BAB III KONSEP KEPERAWATAN 3.1



PENGKAJIAN KEPERAWATAN a.



Pengkajian Primer / Pengkajian Segera 1.



Airway Mengkaji ada tidaknya sumbatan jalan napas, distress pernapasan, Kemungkinan fraktur servikal, dan sumbatan jaln napas total meliputi : a) Pada pasien sadar : memeng leher, gelisah, sianosis b) Pasien tidak sadar : tidak terdengar suara nafas dan sianosis



2.



Breathing Mengkaji frekuensi napas, suara pernapasan, serta adanya udara keluar dari jalan napas. Cara pengkajian: a) Look : lihat pergerakan dada, irama, kedalaman , simetris atau tidak, dyspnea. Lihat juga apakah kesadaran menurun, gelisah, adanya jejas diatas clavikula, serta adanya penggunaan otot tambahan b) Listen : dengan atau tanpa stetoskop apakah ada suara tambahan



3.



Circulation Mengkaji Ada tidaknya denyut nadi karotis , ada tidaknya tandatanda syok, dan yang terakhir yaitu mengkaji ada tidaknya perdarahan eksternal.



4.



Disability Bagaimana tingkat kesadaran pasien



5.



Exposure .........



b. Pengkajian Sekunder/Pengkajian Lengkap 1. Identitas pasien Nama



: Tidak dapat dikaji



Umur



: Tidak dapat dikaji



Jenis Kelamin



: Tidak dapat dikaji



14



Status Pernikahan



: Tidak dapat dikaji



Agama



: Tidak dapat dikaji



Pekerjaan



: Tidak dapat dikaji



Pendidikan



: Tidak dapat dikaji



Alamat



: Tidak dapat dikaji



Nomor register



: Tidak dapat dikaji



Tanggal MRS



: Tidak dapat dikaji



Diagnosa medis



: Endokarditis



2. Penanggung Jawab Nama



: Tidak dapat dikaji



Umur



: Tidak dapat dikaji



Jenis Kelamin



: Tidak dapat dikaji



Hubungan dgn Pasien



: Tidak dapat dikaji



Pekerjaan



: Tidak dapat dikaji



Alamat



: Tidak dapat dikaji



3. Riwayat Kesehatan a) Keluhan MRS Pada umumnya pasien endokarditis masuk RS dengan keluhan b) Keluhan utama Pada fase awal, biasanya penderita akan mengeluhkan sesak nafas dan nyeri pada tenggorokan. Hal ini sesuai dengan progresifitas penyakit endokarditis yang mengganggu katup jantung, yang membuat pasien memeriksakan kesehatannya dikarenakan sesak nafas dan kelemahan yang dirasakan pasien. c) Keluhan Menyertai Keluhan umum menyertai yang sering dirasa pada penderita endokarditis adalah demam, letih, lesu, banyak keringat malam, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, sakit kepala dan sakit sendi. Bila terjadi emboli akan timbul keluhan seperti paralisis, sakit dada, hematuria, sakit perut, buta mendadak, sakit pada jari tangan, dan sakit pada kulit.



15



d) Riwayat penyakit terdahulu Pengkajian riwayat penyakit terdahulu perlu dikaji adanya infeksi tenggorokan yang pernah dilami oleh penderita endokarditis, riwayat penggunaan narkoba intravena, riwayat rawat gigi, riwayat minum obat, catat juga bila ada efek samping akibat pengobatan di masa lalu. Juga pengkajian adanya riwayat alergi terhadap obat dan tanyakan reaksi alergi yang muncul. e) Riwayat kesehatan keluarga Perlu ditanyakan menegnai penyakit yang pernah dialami oleh keluarga pasien serta apabila ada angota keluarga pasien yang meninggal perlu ditanyakan juga penyebab kematian tersebut. f) Riwayat psikososial Merupakan respon esmosi pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran pasien dalam keluarga dan masyarakat serta respond an pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga maupun masyarakat. 4. Pemeriksaan Fisik a) Tanda - Tanda Vital Kesadaran



: Tidak terkaji



GCS



: Tidak terkaji



Suhu badan



: Tidak terkaji



Denyut nadi



: Tidak terkaji



Tekanan darah



: Tidak terkaji



Berat badan



: Tidak terkaji



Tinggi badan



: Tidak terkaji



b) Metode Review Of System (ROS) 1) Sistem Pernapasan Ketika gangguan sudah mengenai katup jantung biasanya pasien akan terlihat sesak nafas dan frekuensi nafas melebihi normal. Sesak nafas terjadi dikarenakan jantung tidak lagi efektif memompa darah sehingga aliran darah ke otot



16



berkurang menyebabkan kelelahan otot seluruh tubuh, termasuk otot diafragma sehingga terjadi sesak nafas. Penderita edokarditis biasanya juga disertai batuk, sehingga terkadang menimbulkan suara ronkhi saat bernapas. Biasanya didapati RR >24 x/ menit disertai dengan pergerakan otot dada yang digunakan untuk memaksimalkan ekspansi paru. 2) Sistem Kardiovaskuler a. Inspeksi Inspeksi dilakukan terhadap adanya parut. Keluhan lokasi nyeri biasanya pada daerah substernal atau nyeri pada perikardium. Penyebaran dapat meluas di dada dan pasien



akan



menggerakkan



sering bahu



mengalami badan



kesulitan



tangan.



Pada



dalam bagian



ekstremitas bawah maupun atas bisa terdapat jane way lesion, clubbing finger, splinter hemorrarghies, dan juga terdapat osler nodes pada bagian retina mata yang dapat menimbulkan kebutaan, lalu pada daerah mukosa tenggorokan terdapat petheciae. Hal ini diakibatkan terjadinya iskemia sehingga aliran darah ke arteri tidak lancar.



Saat



suhu



pasien



tinggi



pasien



akan



mengeluarkan banyak keringat. b. Palpasi Saat dilakukan palpasi, teraba denyut nadi perifer yang melemah dan panas tinggi (38oC – 40oC) disertai menggigil. Nadi pada penderita endokarditis bisa kurang dari batas normal (bradikardia) juga bisa melebihi dari batas normal (takikardia). Kadar leukosit dalam darah pada pemeriksaan laboratorium > 10.000 mm3 c. Perkusi Ketika



dilakukan



perkusi,



batas



jantung



terjadi



pergeseran untuk kasus lanjut pembesaran jantung.



17



d. Auskultasi Biasanya



penderita



endokarditis



akan



mengalami



penurunan tekanan darah akibat adanya penurunan volume sekuncup. Gejala sistemis yang terjadi sesuai virulensi organsme yang menyerang. Apabila ditemukan adanya murmur jantung semakin menguatkan diagnosa endokarditis. Perkembangan murmur yang progresif sesuai



perkembangan



waktu



dapat



terjadi



dan



menunjukkan adanya kerusakan katup akibat vegetasi atau perforasi katup. Pembesaran jantung atau adanya bukti (tanda dan gejala) gagal jantung kongestif. 3) Sistem Gastrointestinal Penderita endokarditis bisanya kehilangan nafsu makan dikarenakan rasa mual dan muntah sehingga mengakibatkan berat badan menurun. Terdapat pembesaran limfe dan juga nyeri tekan dan nyeri abdomen. Dan juga terdapat nyeri pada tenggorokan yang mengakibatkan intake makanan pada penderita endokarditis semakin berkuarang. Juga didapati turgor kulit yang menurun, konjungtiva pucat yang menandakan adanya ciri-ciri kekurangan nutrisi. 4) Sistem Urinari Perlu adanya dilakukan pengukuran volume output urine karena berhubungan dengan intake cairan. Monitoring adanya oliguria pada penderita endokarditis karena merupakan tanda awal syok kardiogenik. 5) Sistem Neurologi Pada penderita endokarditis biasanya kesadarannya compos mentis, merasakan nyeri pada tenggorokan disertai eksudat kemudian nyeri pada persendian dan punggung. Manifestasi sistem saraf pusat mencakup sakit kepala, iskemia serebral transien atau sementara dan stroke yang mungkin diakibatkan



18



oleh adanya emboli pada arteri serebral. Nyeri juga dirasakan pada seluruh persendian dan otot, pasien endokarditis juga akan merasakan lemas pada seluruh tubuhnya. 6) Sistem Muskuloskeletal Pengkajian



terhadap



aktivitas



penderita



endokarditis,



biasanya didapatkan gejala kelemahan dan kelelahan. Sehingga membuat pola hidup pasien menetap dan jadwal lah raga tidak teratur. Tanda yang dapat dikenali adalah takikardia dan takipnea pada saat aktivitas atau istirahat. Dan juga akibat adanya iskemia yang membuat peredaran darah tidak lancar, termasuk juga peredaran darah ke bagian persendian, yang membuat nyeri saat beristirahat maupun saat beraktivitas ringan. 5. Pemeriksaan Penunjang a.) Laboratorium Ditemukan



eukosit



dengan



jenis



netrofil,



anemia



normokrom normositer, LED meningkat, immunoglobulin serum meningkat, uji fiksasi anti gama globulin positf, total hemolitik komplemen dan komplemen C3 dalam serum menurun, kadar bilirubin sedikit meningkat. Pemeriksaan umum urine ditemukan maka proteinuria dan hematuria secara mikroskopik. Yang penting adalah biakan mikro organisme dari darah . Biakan harus diperhatikan darah diambil tiap hari berturut-turut dua / lima hari diambil sebanyak 10 ml dibiakkan dalam waktu agak lama (1 - 3 minggu) untuk mencari mikroorganisme yang mungkin berkembang agak lambat. biakkan bakteri harus dalam media yang sesuai. b.) Ekokardiografi Pemeriksaan ekokardiografi adalah modalitas pencitraan paling penting untuk menegakkan diagnosis endokarditis.



19



Gambaran yang bisa ditemukan antara lain: vegetasi atau abses, dehisensi katup prostetik, perforasi katup, dan pseudoaneurisma. Secara umum, terdapat 2 jenis ekokardiografi yang digunakan dalam diagnosis endokarditis, yaitu ekokardiografi transtorakal



(sensitivitas



75%;



spesifisitas



>90%)



dan



transesofageal (sensitivitas 95%; spesifisitas 90%). Umumnya pasien dengan kecurigaan endokarditis diperiksa dengan ekokardiografi transtorakal lebih dulu. Namun, bila hasil negatif, terutama pada pasien dengan katup prostetik dimana sensitivitas ekokardiografi transtorakal menurun jadi 36-69%, pasien harus diperiksakan ekokardiografi transesofageal. Oleh karena ekokardiografi transesofageal lebih superior dibanding dengan transtorakal dalam mendeteksi komplikasi abses, perforasi katup, dan pseudoaneurisma, pemeriksaan ini masih tetap sering dilakukan meskipun diagnosis sudah cukup ditegakkan hanya dengan ekokardiografi transtorakal. 3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Penurunan Curah Jantung 2. Pola Napas Tidak Efektif 3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif 4. Risiko Syok 5. Defisit Nutrisi 6. Intoleran aktivitas 7. Nyeri Akut 8. Gangguan Eliminasi Urin 9. Gangguan Integritas Kulit 10. Hipertermi



20



Penyimpangan KDM ENDOKARDITIS Penggunaan Narkoba melalui intravena



Bakteri dan jamur masuk dari tubuh



Menempel di jarum



Masuk ke pembuluh darah



Kelainan Katup Jantung



Jantung Reumatik



Prolaps katup mitral



infeksi Streptococus hemoliticus



Daun katup menonjol ke atrium kiri



Menjalar ke jantung



Ventrikel bereaksi



Katup Buatan



Penyakit jantung degeneratif



Terpapar bakteri luka post operasi



stenosis aorta



Abses lokal



Katup jantung tidak menutup sempurna



Masuknya Bakteri Streptococus grup A, Sthapylococcus aureus, Streptoccus fecalis, aspergilus,basil E.coli, jamur, virus



Pembentukan fistula



Menyerang katup Regurgitasi



Menyerang endokard



Permukaan endokard tidak rata



Mudah terinfeksi



Menyerang lapisan endotel



Leukosit darah tertimbun jaringan



Luka operasi membuka kembali



Tekanan ventrikel kiri dan atrium kiri lebih rendah Kerusakan katup endokardium



Penebalan katup jantung Peradangan



ENDOKARDITIS



21



22



ENDOKARDITIS



Bakteri terus hidup Iskemia Dx : Risiko Syok



Fagositosis



Terbentuk Lesi



Pelepasan pirogen endogen kulit Perdarahan Fagositosis Petechiae Merangsang sel Hipothalamus



Pengeluaran prostaglandin



Suhu tubuh meningkat



Dx : Hipertermi



Dx : Penurunan Curah Jantung



Sistem imun tubuh melawan



Reaksi dengan antibodi kompleks



Terbentuk trombus (Gumpalan Ekstremitas trombosit & fibrin)



Kuku Stenosis aorta Splinter Hemoragies aorta mengalami hambatan



resistensi Merangsang hipothalamus meningkatkan set point



Infeksi Menyebar



Sepsis



Tekanan ventrikel kiri meningkat



Jari Emboli Janne Osler Lesson Nodes Menyebar ke vaskular kanan jantung katup trikuspuid Dx : Gangguan Integritas Kulit ke paru-paru terbentuk eksudat



Turbulensi aliran darah



Clubbing MenyebarFinger ke vaskular kiri jantung



Seluruh tubuh ke jaringan perifer penyumbatan di vaskular



Memenuhi rongga paru



Limfa



Ginjal



Glomerulonefritis Katup jantung tidak menutup Dx : Gangguan sempurna Eliminasi Urin Regurgitasi endokardium jantung tidak efektif memompa



Penekanan pada limfa mual muntah nafsu makan menurun



Dx : Defisit Nutrisi



aliran darah ke otot seluruh tubuh berkurang Kelelahan otot seluruh tubuh



Daiafragma lemah



Iskemia Getaran pada aorta Murmur jantung



batuk Keletihan Dx : Bersihan jalan napas tidak efektif



Dx : Nyeri Akut Dx : Intoleran aktifitas



Sesak nafas



23



Dx : Pola napas tidak efektif



3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN No DIAGNOSA LUARAN 1. Penurunan Curah Jantung b.d, Setelah dilakukan intervensi perubahan palpitasi,



kontraktilitas,



INTERVENSI Perawatan Jantung



RASIONAL Observasi :



d.d keperawatan selama 3x24 Observasi



takikardi/bradikardi, jam,



lelah, dispnea .



masalah



Curah 1. Identifikasi



tanda/gejala 1. Mengetahui



adanya



Jantung Meningkat dengan



primer penurunan curah



tanda/gejala



kriteria hasil :



jantung (meliputi dispnea,



penurunan curah jantung



Penurunan Curah Jantung



1. Palpitasi



kelelahan,



(D.0008)



2. Bradikardi



ortopnea)



Kategori : Psikologis



3. Takikardi



Subkategori : Sirkulasi



4. Lelah



sekunder penurunan curah



tanda/gejala



5. Dispnea



jantung (meliputi



penurunan curah jantung



Definisi :



edema, tanda/gejala 2. Mengetahui



adanya sekunder



Peningkatan berat badan,



Ketidakadekuatan memompa



2. Identifikasi



primer



dara



memenuhi metabolisme tubuh.



jantung untuk kebutuhan



hepatomegali,



distensi



vena jugularis, palpitasi, oliguria, kulit pucat). 3. Monitor tekanan darah



3. Mengetahui tekanan darah klien



24



Penyebab :



4. Monitor berat badan setiap 4. Mengetahui berat badan



1. Perubahan kontraktilitas



hari



pada



waktu



yang



sama



5. Mengetahui



Gejala dan Tanda Mayor :



5. Monitor saturasi oksigen



Subjektif



6. Monitor



1. Perubahan irama jantung



keluhan



dada



Mengidentifikasi tandatanda



dari



adanya



gangguan



2. Perubahan preload



7. Monitor EKG 12 sadapan



1) Lelah



7. EKG mengungkapkan



3. Perubahan afterload



dapat kondisi



jantung klien 8. Monitor aritmia



1) Dispnea Objektif



8. Mengetahui



apabila



terdapat aritmia pada klien



1. Perubahan irama jantung 1) Bradikardi/takikardi



9. Monitor nilai laboratorium 9. Mengetahui jantung laboratorium



2. Perubahan afterload



nilai jantung



untuk pemantauan kondisi darah



meningkat/menurun 2) Oliguria



kondisi



saturasi oksigen



nyeri 6.



1) palpitasi



1) Tekanan



klien setiap hari



jantung 10. Monitor fungsi alat pacu 10. Mengetahui kondisi alat jantung



pacu jantung klien



11. Monitor tekanan darah dan 11. Mengetahui kerja jantung



25



Gejala dan Tanda Minor :



frekuensi



Objektif



dan sesudah aktivitas



1. Preubahan preload 1) Murmur jantung



nadi



sebelum



pasien



sebelum



dan



sesudah aktivitas



12. Monitor tekanan darah dan 12. Mengetahui kondisi darah frekuensi



nadi



sebelum



pemberian obat



Fowler



nadi



sebelum



pemberian obat



Terapeutik 13. Posisikan



dan



Terapeutik pasien atau



semiFowler



13.



Posisi



dapat



semi-Fowler meningkatkan



dengan kaki ke bawah atau



kualitas tidur pasien gagal



posisi nyaman



jantung



14. Berikan



oksigen



untuk 14. Mempertahankan saturasi



mempertahankan saturasi



oksigen klien



oksigen > 94% Edukasi 15. Ajarkan mengukur



Edukasi keluarga 15. Keluarga mengetahui cara intake



output cairan harian



dan



mengukur



intake



dan



outpun cairan klien



26



Kolaborasi



Kolaborasi



16. Kolaborasi



pemberian 16. Mencegah



antiaritmia, jika perlu 17. Rujuk



ke



klien



dari



aritmia secara tepat



program 17. Memberikan



rehabilitasi jantung



dukungan/pengawasan tambahan berlanjut dan partisipasi penyembuhan



proses dan



kesejahteraan. 2.



Pola Napas Tidak Efektif b.d Setelah dilakukan intervensi



Pemantauan Respirasi



Observasi



hambatan upaya jalan napas keperawatan selama 3 x 24 Observasi (mis,



nyeri



saat



bernapas, jam, masalah Pola Napas



kelemahan otot pernapasan), membaik d.d



dyspnea,



abnormal,



pola



dengan



napas hasil :



kriteria



1. Monitor



frekuensi,



kendala



irama, kedalaman, dan



yang dirasakan pasien



upaya napas



saat bernapas.



1. Tekanan ekspirasi



2. Monitor



Pola Napas Tidak Efektif 2. Tekanan inspirasi



(seperti



(D.0005)



takipnea, hiperventilasi,



3. Dispnea



1. Mengetahui



pola



napas



2. Untuk menilai apakah



bradipnea,



ada gangguan di pola napas



27



Kategori: Fisiologis



kussmaul,



Cheyne-



Subkategori: Respirasi



stokes, biot, ataksik) 3. Palpasi



Definisi



ekspansi paru



Inspirasi yang



kesimetriisan



dan/atau tidak



ekspirasi



3. Mengetahui



fungsi



kedua paru.



4. Auskultasi bunyi napas



memberikan



4. Mengetahui



area



gangguan nafas pada



ventilasi adekuat.



pasien



dan



penyebabnya Penyebab



5. Monitor



1. Hambatan napas



(mis,



upaya



jalam



nyeri



hasil



x-ray



toraks



5. Mengetahui tanda



saat



tanda-



dari



adanya



gangguan pada toraks



bernapas, kelemahan otot pernapasan) Teraupetik Gejala dan Tanda Mayor



Terapeutik



6. Atur interval pemantauan



6. Memudahkan



Subjektif



respirasi sesuai kondisi



dalam



1. Dispnea



pasien



oksigen



Objektif 1. Pola napas abnormal (mis,



7. Dokumentasikan pemantauan



hasil



menghirup



7. Mengetahui mana



pasien



sejauh



perkembangan



28



takipnea,



bradipnea,



hiperventilitas



kussmaul,



pasien Edukasi



Cheyne-stokes)



Edukasi



8. Jelaskan tujuan dan



8. Memudahkan



prosedur pemantauan Gejala dan Tanda Minor



9. Informasikan



hasil



Subjektif



pemantauan,



jika



-



perlu



melakukan pemantauan 9. Agar



Objektif -



Kolaborasi



Kondisi Klinis Terkait



-



-



3.



Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d. spasme jalan napas d.d. mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering, dispnea, ortopnea, pola napas berubah.



untuk



keluarga



dan



pasien



mengetahui



sejauh



mana



perkembangannya Kolaborasi -



Bersihan Jalan Napas Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam, masalah Bersihan Jalan Napas meningkat dengan kriteria hasil : 1. Produksi Sputum



Penyapihan Ventilasi Observasi Mekanik 1. Untuk mengetahui status Observasi kesiapan untuk disapih 1. Periksa kemampuan untuk agar proses penyapihan disapih (meliputi berjalan dengan baik dan hemodinamik stabil, tidak menimbulkan hal2 kondisi optimal, bebas yg tidk diinginkan infeksi)



29



Kategori : Fisiologis Subkategori : Sirkulasi Definisi Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten



2. Mengi 3. Wheezing 4. Dipsnea



2. Monitor prediktor 2. Dengan mengurangi kemampuan untuk tekanan intratoraks selama mentolerir penyapihan inspirasi memunngkinkan (mis. tingkat kemampuan udara mengalir kedalam bernapas, kapasitas vital, paru sehingga memenuhi Vd/Vt, MVV, kekuatan volumenya, digunakan inspirasi, FEV1, tekanan pada gagal nafas kronik inspirasi, FEV1, tekanan yang berhubungan dengna inspirasi negatif) kondisi neurovascular



Penyebab: Fisiologis 1. Spasme jalan napas Gajala dan Tanda Mayor Objektif 1. Mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering Gejala dan Tanda Minor



3. Monitor tanda-tanda 3. Untuk mengetahui tandakelelahan otot pernapasan tanda kelelahan. (kenaikan PaCO2 Pengkajian terus menerus mendadak, napas cepat untuk mendeteksi adanya dan dangkal, gerakan kegagalan pernapasan. dinding abdomen paradoks), hipoksemia, dan hipoksia jaringan saat penyapihan. 4. Untuk mempertahankan 4. Monitor status cairan dan keseimbangan atau elektrolit homeostasis tubuh.



30



Subjektif 1. Dispnea 2. Ortopnea Objektif



Terapeutik



Terapeutik



1. Posisikan pasien semi fowler (35-45 derajat)



1. Agar jalan nafas efektif



2. Lakukan pengisapan jalan napas, jika perlu



2. Penghisapan dibutuhkan untuk mengeluarkan sekret, dan mengurangi resiko infeksi pernapasan dan untuk mebuka jalan nafas 3. Untuk melihat intervensi apa yang akan dilakukan selanjutnya



Pola napas berubah



3. Lakukan uji coba penyapihan (30-120 menit dengan napas spontan yang dibantu ventilator) 4. Gunakan teknik relaksasi, jika perlu 5. Hindari pemberian sedasi farmakologis selama percobaan penyapihan 6. Berikan dukungan



4. Untuk melancarkan jalan nafas



5. Agar pemberian penyapihan lebih optimal 6. Dukungan psikologis



31



psikologis



juga dapat mempengaruhi keadaan jasmani individu dengan meningkatkan kesehatan fisik dan psikologis. 



Edukasi



Edukasi



7. Ajarkan cara pengontrolan napas saat penyapihan



7. Agar nafas terkontrol dan tidak menyebabkan kelelahan



Kolaborasi



Kolaborasi



Kolaborasi pemberian obat



Untuk



meningkatkan



yang meningkatkan kepatenan kepatenan jalan nafas dan jalan napas dan pertukaran 4.



pertukaran gas



Risiko Syok (D.0039)



gas. Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Syok



Observasi :



Risiko syok d.d



keperawatan selama 3x24 Observasi :



1.



Kategori : Fisiologis



jam, masalah Tingkat Syok



Subkategori : Nutrisi / Cairan



Menurun hasil



dengan



kriteria



1.



Monitor



status



Untuk



mengetahui



frekuensi nadi dan napas



kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan



32



Definisi :



1.



Beresiko



mengalami 2.



Output urin



nadi,



Pucat



TD, MAP)



Tekanan darah sistolik



jaringan



Tekanan darah diastolik



(masukan dan haluaran,



mengakibatkan disfungsi seluler 5.



Frekuensi nadi



turgor kulit, CRT)



yang mengancam jiwa.



Frekuensi napas



yang



dapat 4. 6.



Monitor



status



napas,



ketidakcukupan aliran darah ke 3. tubuh



2.



frekuensi



cairan 2.



Terapeutik : 3.



Untuk dapat mengetahui pemasukan cairan



Terapeutik :



Berikan oksigen untuk 3.



Agar dapat memenuhi



Faktor Risiko :



mempertahankan saturasi



oksigen



1. Sepsis



oksigen >94%



2. Sindrom respon inflamasi sistemik



(systemic



inflamatory



response



4.



Pasang jalur IV, jika



4.



perlu 5.



syndrome [SIRS])



Pasang



Agar dapat merasakan kenyamanan



kateter



untuk



urine 5.



mengetahui



Agar dapat mengetahui produksi urine



produksi urine, jika perlu Kondisi Klinis Terkait



Edukasi :



Sepsis



6.



Jelaskan penyebab/faktor Edukasi : risiko syok



6.



Agar



klien



mengetahui



dapat penyebab



dari syok



33



7. 8.



9.



Jelaskan tanda dan gejala 7.



Agar klien dapat tanda



awal syok



dan gejala syok



Anjurkan melapor jika 8.



Agar dapat segera di



menemukan/merasakan



tangani oleh perawat



tanda dan gejala awal 9.



Agar klien tidak dapat



syok



mengalami dehidrasi



Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral



5.



Kolaborasi :



Kaloborasi :



Kolaborasi pemberian IV, jika perlu



10. Agar pasien dapat cepat



Defisit Nutrisi (D.0019)



Setelah dilakukan intervensi



Kategori: Fisiologi



keperawatan selama 3 x 24 Observasi :



Subkategori:



Nutrisi



Cairan



dan jam, masalah Status Nutrisi membaik



dengan



kriteria



Mananjemen Nutrisi



Definisi Defisit



1.



kita



dapat



mengetahui nutrisi yang



2.



Identifikasi alergi dan



di butuhkan klien 2.



otot



b.d 2. Kekuatan otot menelan



Agar



Identifikasi status nutrisi intoleransi makanan



pengunyah Nutrisi



Observasi :



1.



hasil : 1. Kekuatan



di tangani



Agar



kita



dapat



mengetahui alergi klien 3.



Identifikasi yang disukai



makanan



3.



Agar



klien



memenuhi



nutrisi



dapat dan



34



ketidakmampuan makanan, mencerna



menelan 3. Nyeri abdomen



ketidakmampuan 4. Nafsu makan makanan,



cairan 4.



faktor



Identifikasi



kebutuhan



4.



kalori dan jenis nutrien



jenis nutrient pada klien



kenyang setelah makan, nyeri nafsu



makan



kitabisa



mengetahui kalori dan



psikologis (stress) d.d Cepat abdomen,



Agar



5. 5.



Identifikasi penggunanan



menurun



perlunya



Agar dapat membantu klien untuk makan dan



selang



minum



nasogastrik 6.



Monitor asupan makanan



6.



Untuk



mengontrol



asupan makanan klien 7.



Definisi



Monitor berat badan



7.



Asupan nutrisi tidak cukup untuk



memenuhu



kebutuhan



metabolism



badan klien 8.



Monitor



hasil



8.



makanan 2. Ketidakmampuan mencerna



Terapeutik : 9.



Sajikan makanan secara



mengetahui



klien



laboratorium menelan



Untuk



pemeriksaan lebih lanjut



pemeriksaan



Penyebab 1. Ketidakmampuan



Untuk mengontrol berat



Terapeutik : 9.



Agar klien memiliki



35



makanan 3. Faktor



menarik dan suhu yang psikologis



(mis,



stress, keenggangan untuk makan)



Subjektif



10. Berikan makanan tinggi



11. Anjurkan posisi duduk,



11. Untuk



Objektif



yang



diprogramkan badan 10%



menghindari kekakuan



tubuh 12. Agar



klien



dapat



mengatur keseimbangan



dibawah



tubuh Kolaborasi :



Kolaborasi :



13. Kolaborasi



pemberian



Gejala dan Tanda Minor



medikasi sebelum makan



Subjektif



(mis, pereda nyeri) kenyang



dan



menurun



rentang ideal



1. Cepat



nutrisi



terjadinya diet



dapat



protein Edukasi :



12. Ajarkan



klien



memenuhi



Edukasi : jika mampu



(tidak tersedia)



minimal



10. Agar



kalori dan tinggi protein



Gejala dan Tanda Mayor



1. Berat



sesuai



selera makan



setelah



makan



14. Kolaborasikan ahli



gizi



13. Agar



aman



untuk



diberikan pada pasien 14. Untuk mengetahui gizi



dengan untuk



2. Nyeri abdomen



menentukan



3. Nafsu makan menurun



kalori dan jenis nutrien



dan



nutrisi



yang



di



butuhkan klien



jumlah



36



Objektif



yang dibutuhkan.



Kondisi Klinis 6.



Intoleransi Aktivitas (D.0056)



jam,



Kategori : Fisiologis :



Aktivitas/Istirahat



Toleransi



melakukan aktivitas sehari-hari. Penyebab :



dan



antara



kebutuhan



1.



Identifikasi



gangguan



fungsi



kriteria hasi :



mengakibatkan kelelahan



1.



Frekuensi nadi



2.



Kemudahan melakukan



Ketidakcukupan energi untuk



suplai



masalah



Observasi :



Aktivitas Meningkat dengan



Definisi :



1. Ketidakseimbangan



Manajemen Energi



keperawatan selama 3x24 Observasi :



Intoleransi Aktivitas b.d



Subkategori



Setelah dilakukan tindakan



2. dalam



tubuh



yang



Monitor kelelahan fisik dan emosional



aktivitas



keadaan



pasien



yang



mengakibatkan kelelahan 2. Agar



dapat fisik



dapat dan



emosional Terapeutik :



3.



Keluhan lelah



3.



4.



Dispnea saat aktivitas



nyaman



5.



Dispnea



stimulus (mis. cahaya,



setelah



aktivitas Perasaan lemah



mengetahui



mengetahui



sehari-hari



6.



1. Untuk



Sediakan



Terapeutik : lingkungan dan



rendah



suara, kunjungan) 4.



Berikan



3. Untuk



memenuhi



kebutuhan pasien 4. Agar pasien nyaman di lakukan distraksi



aktivitas Edukasi :



37



oksigen



7.



Tekanan darah



distraksi



yang 5.



2. Tirah baring



8.



Frekuensi napas



menenangkan



6.



Agar pasien nyaman Agar



pasien



dapat



3. Kelemahan



Edukasi :



mengetahui gejala yang



4. Imobilitas



5.



Anjurkan tirah baring



di alami



5. Gaya hidup monoton



6.



Anjurkan



Agar



menghubungi 7.



perawat jika tanda dan Gejala Tanda Mayor



gejala



kelelahan



7.



untuk



Objektif



kelelahan



1. Frekuensi meningkat



jantung >20%



dari



kondisi istirahat Gejala Tanda Minor



beraktivitas



8.



pasien



dapat



memenuhi gizi yang baik



Kolaborasi : 8.



Kolaborasi dengan ahli gizi



tentang



meningkatkan



cara Observasi : asupan 1.



makanan Terapi Aktivitas



Agar



dapat



mgetahui



aktifitas 2.



saat/setelah



Agar



mengurangi



Subjektif 1. Dispnea



mgurangi kelelahan



Ajarkan strategi koping



1. Mengeluh lemah



dapat



tidak Kaloborasi :



berkurang



Subjektif



pasien



Agar



kita



dapat



mngetahu sampai dmna partisipasi pasien



38



2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas



Observasi : 1.



3. Merasa lemah Objektif 1. Tekanan



2. darah



berubah



>20% dari kondisi istirahat 2. Gambaran menunjukkan



EKG aritmia



Agar



aktivitas



kebutuhan fisik klien



Identifikasi kemampuan 4.



Agar dapat memenuhi



berpartisipasi



kebutuhan pasien



4. Penyakit katup jantung



klien



teratur



Fasilitasi aktivitas fisik rutin



(mis.



mobilisasi,



4.



Kondisi Klinis Terkait



3. Penyakit jantung koroner



Agar



3.



melatih



dapat dengan



ambulasi, Edukasi : dan



6. Agar



pasien



dapat



perawatan diri), sesuai



mengetahui



kebutuhan



yang akan di lakukan



Fasilitasi pengganti



2. Gagal jantung kongestif



5.



melakukan



menunjukkan iskemia



1. Anemia



dalam



dapat



Terapeutik :



EKG



4. Sianosis



Identifikasi defisit tingkat 3.



aktivitas tertentu



saat/setelah aktivitas 3. Gambaran



Terapeutik :



aktivitas saat



aktivitas



7. Untuk memenuhi terapi pasien



mengalami keterbatasan waktu, energi, atau gerak 5.



Jadwalkan



aktivitas



dalam rutinitas seharihari.



39



5. Aritmia



Edukasi :



6. Penyakit



paru



obstruktif



6.



kronis (PPOK)



aktivitas yang dipilih



7. Gangguan metabolik



7.



Gangguan muskuloskeletal 7.



Ajarkan cara melakukan Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika sesuai Manajemen Nyeri



Nyeri Akut (D.0077)



Setelah dilakukan intervensi



Kategori: Psikologis



keperawatan selama 3 x 24 Observasi :



Subkategori:



Nyeri



dan jam, masalah Tingkat Nyeri



kenyamanan



Menurun



dengan



kriteria



1. Untuk mengetahui keadaan



1. Identifikasi karakteristik,



Nyeri Akut b.d agen pencedera hasil :



frekuensi,



fisiologis



intensitas nyeri



(mis,



inflamasi, 1. Keluhan nyeri



iskemia) d.d mengeluh nyeri, 2. Meringis tampak



meringis,



napas berubah, nafsu makan



umum klien dan untuk



durasi,



mengetahui secara lebih



kualitas,



2. Identifikasi skala nyeri



jelas nyeri yang dirasakan 2. Untuk mengetahui nyeri yang



3. Identifikasi respon nyeri non verbal 4. Identifikasi



dirasakan



sehingga dalam



faktor



memperberat Definisi



lokasi,



gelisah, 3. Gelisah



frekuensi nadi meningkat, pola 4. Kesulitan tidur berubah.



Observasi :



memperingan nyeri



yang



klien



memudahkan melakukan



intervensi



dan 3. Untuk memonitor ekspresi wajah klien saat nyeri



40



Pengalaman emosional dengan



sensorik yang



kerusakan



atau



berkaitan jaringan



aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang



5. Identifikasi dan



pengetahuan



keyakinan



tentang 4. Agar dapat memberikan



nyeri



tindakan keperawatan yang



6. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup 7. Monitor



terjadi



efek



tepat



sesui



dengan



manajemen nyeri



samping 5. Untuk



penggunaan analgetik



dari 3 bulan.



melihat



samping



dari



efek



analgesik



tersebut 6. Karena saat nyeri kualitas hidup jadi terganggu dan



Penyebab 1. Agen pencedera fisiologis (mis, inflamasi, iskemia) Gejala dan Tanda Mayor Subjektif 1. Mengeluh nyeri Objektif 1. Tampak meringis



tidak nyaman melakukan aktivitas



Terapeutik : 8. Berikan nonfarmakologis



teknik untuk



mengurangi rasa nyeri 9. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri 10. Fasilitasi istrahat dan tidur



7. Agar tidak menyebabkan efek samping yang berat. Terapeutik : 8. Untuk



mengatasi



dan



mengatasi nyeri klien 9. Agar suhu ruangan dapat terjaga dengan baik demi



41



2. Gelisah 3. Frekuensi nadi meningkat



11. Pertimbangkan jenis dan sumber



nyeri



dalam 10. Agar



pemilihan Gejala dan Tanda Minor



strategi



meredakan nyeri Edukasi :



Objektif



12. Jelaskan



1. Tekanan darah meningkat



periode,



2. Pola napas berubah



nyeri



Kondisi Klinis Terkait 1. Infeksi



komplikasi 11. Agar



(tidak tersedia)



penyebab, dan



pemicu



saat



merasakan



karena



tepat



dalam pemilihan strategi nyeri Edukasi :



strategi 12. Agar



meredakan nyeri memonitor menggunakan



analgetik secara tepat 16. Ajarkan nonfarmakalogis



pasien



mengetahui



nyeri secara mandiri 15. Anjurkan



terjadi



pada



klien



nyaman,



13. Jelaskan 14. Anjurkan



tidak



meredahkan nyeri



Subjektif



3. Nafsu makan menurun



kenyamana klien



teknik



penyebab



terjadinya nyeri tersebut 13. Agar



nyeri



dapat



hilangkan



di



meskipun



tanpa menggunakan obat tertentu



untuk 14. Agar



mengurangi rasa nyeri



dapat



pasien



mengukur



dapat nyerinya



sendiri



42



15. Anageltik



diberikan



untuk



membantu



menghambat



stimulus



nyeri ke pusat presepsi nyeri di orteks serebri sehingga



nyeri



dapat



berkurang Kolaborasi : 17. Kolaborasi



16. Untuk pemberian



mengatasi



dan



menghilangkan rasa nyeri



analgetik, jika perlu Kolaborasi : 17. Pengunaan yang



anagelsik



berlebihan



dapat



menutupi gejala. 8.



Gangguan



Eliminasi



Urin Setelah dilakukan tindakan



(D.0040)



keperawatan selama 3x24



Gangguan eliminasi urin b.d



jam,



Kategori : Fisiologis



Urin



Subkategori : Eliminasi



kriteria hasil :



masalah Membaik



Manajemen Eliminasi Urin



Eliminasi Observasi : dengan 1.



Observasi :



Monitor eliminasi urin 1. Agar (mis.



frekuensi,



dapat



mengetahui



jenis penyakit



43



Definisi :



1.



Disfungsi eliminasi urin. 2.



1. Efek tindakan medis dan ginjal,



(mis.



operasi



berkemih



konsistensi,



(urgensi)



Penyebab : diagnostik



Desakan Distensi



volume, dan warna) kandung Terapeutik :



kemih



2.



operasi 3.



Berkemih tidak tuntas



saluran



(hesistancy)



kemih, anestesi, dan obat- 4.



Urin



obatan)



(dribbling)



aroma, Terapeutik



Catat waktu-waktu dan 2. Untuk mengetahui berapa haluaran berkemih



3. menetes



lama klien berkemih



Batasi asupan cairan, jika perlu



4.



Ambil



3. Agar



tidak



berlibihan



asupan cairan sampel



urine 4. Untuk



mengetahui



Gejala Tanda Mayor



5.



Nokturia



tengah (midstream) atau



tindakan medis yg akan di



Subjektif



6.



Frekuensi BAK



kultur



berikan



-



Edukasi :



Edukasi :



Objektif



5.



1. Distensi kandung kemih



Ajarkan asupan



mengukur 5. Agar cairan



dan



haluaran urin Gejala Tanda Minor



mengetahui



asupan cairan 6. Agar



klien



dapat



Ajarkan mengenali tanda



mengtahui waktu unutk



Subjektif



berkemih dan waktu yang



berkemih yang tepat



(tidak tersedia)



tepat untuk berkemih



Objektif (tidak tersedia)



6.



dapat



7.



Anjurkan minum yang



7. Agar dapat melancarkan berkemih



cukup, jika tidak ada



44



kontraindikasi Kondisi Klinis Terkait



Kolaborasi :



-



8.



Kolaborasi



Kaloborasi : 8. Agar pemberian



dapat



mengetahui



cara penggunaan obat



obat supositoria uretra, 9.



Gangguan



Integritas Setelah dilakukan tindakan



Kulit/Jaringan (D.0192) Gangguan



keperawatan selama 3x24 Observasi :



integritas



kulit/jaringan b.d Kategori : Lingkungan Subkategori : Keamanan dan Proteksi Definisi : Kerusakan dan/atau jaringan kornea,



kulit epidermis) (membran



fasia,



otot,



jika perlu Perawatan Integritas Kulit



(dermis atau mukosa, tendon,



1.



Observasi :



jam,



masalah



Integritas



Identifikasi



penyebab



Kulit



dan



Jaringan



gangguan integritas kulit



Meningkat dengan kriteria



(mis. perubahan sirkulasi,



hasil :



perubahan status nutrisi,



1.



Kerusakan jaringan



penurunan



2.



Kerusakan lapisan kulit



suhu lingkungan ekstrem,



3.



Kemerahan



penurunan mobilitas)



1. Agar dapat mengetahui gangguan integritas kulit



kelembaban,



Terapeutik :



Terapeutik :



2.



2. Untuk



Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring



3.



Gunakan



memenuhi



kebutuhan pasien produk



berbahan petrolium atau



3. Agar klien tdak terjadi iritasi kulit



45



tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau ligamen).



minyak pada kulit kering 4.



Penyebab :



Objektif 1. Kerusakan jaringan dan/atau



5.



Objektif



hipoalergik



pada



Hindari produk berbahan



5. Agar tidak terjadi iritasi pada kulit



kering Edukasi :



Edukasi :



6.



6. Agar tidak terjadi iritasi



Anjurkan menggunakan pelembab



7.



pada kulit



Anjurkan minum air yang cukup



8.



Subjektif



ringan/alami



dasar alkohol pada kulit



lapisan kulit



Gejala Tanda Minor



berbahan



kebutuhan pasien



kulit sensitif



Subjektif (tidak tersedia)



produk



dan



1. Perubahan sirkulasi Gejala Tanda Mayor



Gunakan



4. Agar dapat memenuhi



kebutuhan nutrisi



Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi



9.



Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur



10. Anjurkan



7. Agar dapat memenuhi



menghindari



terpapar suhu ekstrem



8. Agar dapat meningkatkan nutrisi 9. Untuk



memenuhi



kebutuhan nutrisi 10. Agar dapat menghindari kerusakan kulit



46



1. Nyeri 2. Perdarahan 3. Kemerahan Kondisi Klinis Terkait 10. Hipertermi b.d proses penyakit Setelah dilakukan intervensi



Manajemen Hipertermia



(mis, infeksi) d.d suhu tubuh di keperawatan selama 3 x 24 Observasi : atas nilai normal, takikardi, jam, takipnea.



Termoregulasi



masalah 1. Identifikasi membaik



dengan kriteria hasil : Hipertermi (D.0130)



1. Menggigil



Kategori: Lingkungan



2. Pucat



Observasi : penyebab 1.



hipertermia 2. Monitor suhu tubuh



4. Takipnea



2.



3. Monitor kadar elektrolit



3.



mencegah



Untuk memantau kadar elektrolit pada tubuh



4. Monitor keluaran urine



4.



Untuk mengetahui urine cairan yang keluar dan



Definisi rentang normal tubuh.



Untuk terjadinya syok



5. Bradikardi Suhu tubuh meningkat diatas



mengetahui



sumber penyebab nyeri



Subkategori: Keamanan dan 3. Takikardi proteksi



Untuk



yang masuk 5. Monitor komplikasi akibat 5. hipertermia



Agar



tidak



dehidrasi,



terjadi karena



47



hipertermia Penyebab



dapat



menyebabkan dehidrasi



1. Proses



penyakit



(mis,



infeksi) Gejala dan Tanda Mayor



Terapeutik :



Subjektif



6. Sediakan lingkungan yang 6.



(tidak tersedia)



dingin



Objektif 1. Suhu



Terapeutik : pasien



7. Longgarkan atau lepaskan 7. tubuh



diatas



normal



nilai



Untuk menurunkan suhu



pakaian



Agar pasien tidak merasa kepansan



8. Berikan cairan oral



8.



Untuk



mengurangi



Gejala dan Tanda Minor



dehidrasi yang dialami



Subjektif



pasien



(tidak tersedia)



9. Lakukan



pendinginan 9.



Objektif



eksternal



1. Takikardi



hipotermia atau kompres



2. Takipnea



dingin pada dahi, leher,



3. Kulit terasa hangat



dada, abdomen, aksila) 10.



Hindari



(mis. Selimut



Untuk menurunkan suhu badan pasien



pemberian 10. Untuk menurunkan suhu



48



Kondisi Klinis



antipiretik atau aspirin



tubuh



1. Proses Infeksi Edukasi :



Edukasi :



11. Anjurkan tirah baring



11. Untuk menstabilkan suhu tubuh



Kolaborasi :



Kolaborasi :



12. Kolaborasi cairan



dan



pemberian elektrolit



intravena, jika perlu



12. Untuk dehidrasi



mengatasi yang



terjadi



akibat peningkatan suhu tubuh



49



3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN NO



TANGGAL & JAM



DIAGNOSIS



IMPLEMENTASI



KEPERAWATAN 1.



Mengidentifikasi tanda dan gejala primer penurunan curah jantung (meliputi



dipsnea,



kelelahan,



edema,



ortopnea) 2.



Memonitor saturasi oksigen



3.



Memonitor



tekanan



darah 4. 1



12 Mei 2020



Penurunan Curah



(08.00)



Jantung



Memonitor tekanan daran dan frekuensi nadi sebelum



dan



sesudah



aktivitas 5.



Memposisikan pasien semi-fowler



atau



fowler



dengan kaki ke bawah atau posisi nyaman 6.



Mengajurkan beraktivitas



fisik



sesuai



toleransi 7.



Mengajurkan beraaktivitas fisik secara



2



12 Mei 2020 (11.00)



Pola Napas Tidak Efektif



bertahap 1. Memeriksa



indikasi



ventilator mekanik 2. Memonitor efek negatif ventilator



50



TTD



3. Memonitor



gejala



peningkatan pernapasan (peningkatan



denyut



jantung atau pernapasan, peningkatan



tekanan



darah,



diaforesis,



perubahan status mental) 4. Mengatur posisi kepala 45 - 60o 5. Mereeposisi



pasien



setiap 2 jam 6. Menyiapkan



bag-valve



mask di samping tempat tidur



untuk



malfungsi



antisipasi



mesin



memberikan untuk



dan media



berkomunikasi



(kertas, pulpen) 7. Mendokumentasikan respon 3



12 Mei 2020



Bersihan Jalan Tidak



(14.00)



Efektif



1.



terhadap



ventilator Memonitor



tanda-tanda



kelelahan



otot



pernapasan 2.



Memposisikan



pasien



semi



(35-45



fowler



derajat) 3.



Melaakukan pengisapan jalan napas



4.



Menggunakan relaksasi



51



teknik



5.



Memberikan



dukungan



psikologis 6.



Mengkolaborasi pemberian



obat



yang



meningkatkan kepatenan jalan 4



12 Mei 2020



Defisit Nutrisi



(17.00)



napas



dan



pertukaran gas. 1. Mengidentifikasi status nutrisi 2. Mengidentifikasi alergi dan intoleransi makanan 3. Mengidentifikasi makanan yang disukai 4. Memonitor asupan makanan 5. Memonitor berat badan 6. Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein Mengkolaborasikan dengan ahli gizi untuk menentukan



jumlah



kalori dan jenis nutrien 5



13 Mei 2020 (08.00)



Gangguan Eliminasi Urin



yang dibutuhkan. 1. Memonitor eliminasi urin



(mis.



frekuensi,



konsistensi,



aroma,



volume, dan warna) 2. Mencatat



waktu-waktu



dan haluaran berkemih 3. Mengajarkan tanda dan



52



gejala



infeksi



saluran



kemih 4. Mengajarkan mengukur asupan



cairan



dan



haluaran urine 5. Menganjurkan



minum



yang cukup, jika tidak 6



13 Mei 2020



Gangguan Integritas



(11.00)



Kulit



ada kontraindikasi 1. Mengidentifikasi penyebab gangguan integritas kulit 2. Menggunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitif 3. Menghindar produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering 4. Menganjurkan penggunaan pelembab (mis.lotion, serum) 5. Menganjurkan minum air yang cukup 6. Menganjurkan mandi dan menggunakan sabun



7



13 Mei 2020 (14.00)



Intoleran Aktivitas



secukupnya 1. Memonitor pola dan jam tidur 2. Menyediakan lingkungan nyaman



53



yang



3. Menganjurkan



tirah



baring 4. Menganjurkan melakukan 8



13 Mei 2020



Nyeri Akut



(17.00)



aktivitas



secara bertahap 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,



durasi,



frekuensi,



kualitas,



intensitas nyeri 2. Mengidentifikasi



skala



nyeri 3. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri 4. Memberikan



teknik



nonfarmakologis



untuk



mengurangi rasa nyeri 5. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri 6. Menjelaskan



strategi



meredakan nyeri 7. Menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri 8. Mengajarkan



teknik



nonfarmakalogis



untuk



mengurangi rasa nyeri 9. Mengkolaborasi 9



14 Mei 2020



Hipertermia



pemberian analgetik. 1. Memonitor suhu tubuh



54



(08.00)



2. Menyediakan lingkungan yang dingin 3. Melonggarkan



atau



lepaskan pakaian 4. Memerikan cairan oral 5. Mengkolaborasi pemberian 10.



14 Mei 2020



Risiko Syok



cairan



dan



elektrolit intravena 1. Memonitor status



(11.00)



oksigenasi 2.



Memonitor status cairan



3.



Memonitor



tingkat



kesadaran dan respon pupil 4.



Memberikan



oksigen



untuk mempertahankan saturasi oksigen >94% 5.



Melakukan pemasangan jalur IV jika diperlukan.



3.5 EVALUASI NO



TANGGAL



DIAGNOSIS



CATATAN



KEPERAWATAN



PERKEMBANGAN S : Klien merasa tidak sesak



TTD



lagi 1



12 Mei 2020



Penurunan Curah Jantung



O : Klien tampak bisa bernapas normal A : Masalah teratasi.



2



12 Mei 2020



Pola Napas Tidak Efektif



P : Intervensi dihentikan. S : Klien merasa tidak sesak 55



lagi O : Klien tampak bisa bernapas normal A : Masalah teratasi. 3



12 Mei 2020



Bersihan Jalan Napas



P : Intervensi dihentikan. S : Klien merasa rileks,



Tidak Efektif



tidak ada lendir atau sputum O : Klien tampak bisa bernapas normal A : Masalah teratasi.



4



12 Mei 2020



Defisit Nutrisi



P : Intervensi dihentikan. S : Klien mengatakan napsu makan



sudah



membaik/sudah



kembali



seperti biasanya O : Klien tidak mual muntah A : Masalah teratasi. 5



13 Mei 2020



P : Intervensi dihentikan. Gangguan Eliminasi Urin S : Klien mengatakan sudah bisa BAK dengan normal O : Klien tampak membaik A : Masalah teratasi.



6



13 Mei 2020



Gangguan Integritas Kulit



P : Intervensi dihentikan. S : Klien tampak membaik O : Klien merasa nyaman dengan



berkurangnya



bintik-bintik merah dikulit. A : Masalah teratasi. 7



13 Mei 2020



Intoleransi Aktifitas



P : Intervensi dihentikan. S : Klien mengatakan tidak merasa lemah / capek. O : Klien tampak berenergi.



56



A : Masalah teratasi. 8



13 Mei 2020



Nyeri Akut



P : Intervensi dihentikan. S : Klien merasa nyaman dengan berkurangnya nyeri setalah melakukan terapi nyeri. O : Klien mampu mengatasi rasa nyeri A : Masalah teratasi.



9



14 Mei 2020



Hipertermia



P : Intervensi dihentikan. S : Klien merasa nyaman O : Suhu tubuh klien menurun A : Masalah teratasi.



10



14 Mei 2020



Risiko Syok



P : Intervensi dihentikan. S : Klien merasa nyaman dengan tubuhnya O : Tidak ditemukan tandatandak infeksi A : Masalah teratasi. P : Intervensi dihentikan



57



BAB IV PENUTUP 4.1 KESIMPULAN Endokarditis merupakan peradangan pada katub dan permukaan jantung. Endokarditis bisa bersifat endokarditis infeksi dan endokarditis rematik. Penyebab terjadinya endokarditis rematik disakibatkan langsung oleh demam rematik yang merupakan penyakit sistemik karena infeksi streptokokus. Sedangkan endokarditis infeksi (endokarditis bakterial) adalah infeksi yang disebabkan oleh invasi langsung bakteri atau jenis organisme lain, sehingga menyebabkan deformitas bilah katup. Endokarditis tidak dapat dideteksi secara dini, penyakit ini sering terdeteksi pada level yang lebih parah. Intervensi yang dapat dilakukan dengan pengobatan Daptomycin untuk mencegah perkembangan bakteri streptococcus untuk menghindari vegetasi yang lebih parah. 4.2 SARAN Perlu adanya identifikasi khusus dalam mendeteksi penyakit endokarditis, dikarenakan gejala yang muncul pada endokarditis hampir sama dengan penyakit yang lain. Dan apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan hal yang fatal. Perawat hendaknya selalu menjalin hubungan kerjasama yang baik atau kolaborasi terhadapa pengobatan pasien endokarditis agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.



58



DAFTAR PUSTAKA Black & Hawks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah – Manejemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan Edisi 8 Buku 2. Singapore: Elsevier. Dianne,2015.



Pengantar



asuhan



keperawatan



dengan



gangguan



sistem



kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika. Hal 210-215 Muttaqin Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika. Hal:130 PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI



59