Float Tank [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Float Tank Float tank berfungsi untuk mengatur agar feeding minyak yang masuk ke vacuum drier konstan. Pelampung yang digunakan pada float tank harus dalam kondisi baikan tidak bocor. 



Decanter



Sludge phase yaitu cairan lumpur dari continuous tank yang masih mengandung minyak maksimum 8% dan diolah lebih lanjut oleh decanter. Alat ini memisahkan fraksi minyak (Crude Oil) , fraksi cair (Water Phase) , dan fraksi padat (Solid). Prinsip kerja alat ini adalah memisahkan ketiga fraksi dengan putaran (± 3500 Rpm ) dan karena berat jenis yang berbeda. Keberhasilan dalam pengoperasian decanter dipengaruhi oleh : 1. Komposisi umpan yang akan diolah, karena ratio diantara minyak, air, dan lumpur mempengaruhi terhadap daya pisah alat tersebut. 2. Fungsi alat decanter tersebut. 3. Perimbangan kapasitas alat dengan jumlah alat yang diolah. 



Solid Conveyor & Solid Hopper



Solid Conveyor berfungsi untuk sebagai alat pemindah Solid hasil pemisahan dari Decanter untuk di bawa ke Solid Hopper sebagai tepat penampungan sementara Solid sebelum di angkut ke lapangan sebagi pupuk oleh trailer. 



.



Water Phase Tank



Water Phase Tank Adalah tangki sebagai tempat penampungan Water Phase hasil dari Pemisahan Decanter yang masih mengandung minya. Water Phase hasil Dari Decanter akan Three-Phase Decanter Alat ini bekerja dengan prinsip yang sama dengan two-phase Decanter, hanya terdapat perbedaan dari fase fraksi. Pada alat ini dihasilkan 3 fraksi yaitu fraksi minyak, fraksi air (cair) dan fraksi padat. Alat ini dapat ditempatkan sebagai pengganti Oil Purifier dan akan menghasilkan fraksi minyak, fraksi air dan padatan. Fraksi air yang masih mengandung minyak dilanjutkan pengolahannya pada Sludge Separator, dan Sludge dan minyak akan terpisah adi tujuan utama pengoperasian decanter adalah untuk memisahkan sludge menjadi light phase, heavy phase dan solid. Dec 22



laporan PKL PT.tanjung seumantoh



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Pabrik kelapa sawit merupakan salah satu industri hasil pertanian yang terpenting di Indonesia. Kelahiran perkebunan kelapa sawit di Indonesia dirintis oleh Andrian Hallet (Seorang berkebangsaan Belgia yang telah belajar tentang kelapa sawit di Afrika) pada tahun 1911. Perkebunan kelapa sawitnya di Sungai Liput (Aceh) dan di Pulau Radja (Asahan). Sejak ini Indonesia dikenal sebagai produsen kalapa sawit. Pada saat itu, luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 170.000 hektar. Walaupun kelapa sawit bukan tanaman asli tetapi produk olahannya yaitu berupa minyak kalapa sawit telah menjadi salah satu komuniti perkebunan yang handal. Industri pengolahan kelapa sawit merupakan industri hulu yang sangat penting. Industri makanan, kosmetik, sabun dan cat merupakan industri yang menggunakan bahan dasar kelapa sawit. Bahkan akhir-akhir ini ada upaya penggunaan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar alternatif. Kondisi ini memacu perkembangan industri pengolahan kelapa sawit, baik kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Hal ini sejalan dengan semakin meningkatnya luas areal perkebunan kelapa sawit. Komuniti minyak sawit merupakan salah satu dari 13 jenis minyak nabati dunia dan menurut World Oil (1995) secara keseluruhan produksi dan konsumsi minyak nabati dunia pada abad 21 perlu harus dikaji dan dikembangkan untuk upaya peningkatan efesiensi pada setiap sub sistem agribisnis pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi minyak sawit (CPO) yang merupakan salah dalam agribisnis yang sangat menentukan kemampuan daya saing pemasaran minyak dan kernel sawit. Kebijakan pemerintah dalam hal pembangunan Perkebunan menggunakan pembangunan Perkebunan Rakyat atau Perkebunan Inti Rakyat (PIR) sehingga di dukung dan ditunjang oleh perkebunan besar.



1.2



Sejarah Perkebunan



PT. Perkebunan Nusantara I adalah suatu perkebunan yang dimiliki oleh Negara yang berorientasi di bidang Perkebunan dan Pengolahan. Perkebunan Kelapak Sawit di PTP Nusantara I ini mulai berkembang pada tahun 1975 yang di seponsori oleh PTP VII dan PTP VI dari Sumatra Utara dengan bantuan Bank Dunia. PT. Perkebunan Nusantara I yang berpusat di Kota Langsa yang mempunyai areal kebun seperti yang tertera di bawah ini : 1.



Kebun Lama



2.



Kebun Baru



3.



Kebun Karang Inong



4.



Kebun Julok Rayeuk Utara



5.



Kebun Julok Rayeuk Selatan



6.



Kebun Pulau Tiga



7.



Kebun Tualang Sawit



8.



Kebun Cot Girek



9.



Kebun Krueng Luas



10.



Kebun Batee Puteh Akhir Pelita I tahun 1973 terdiri dari kebun karet dan kabun kelapa sawit dengan



perbandingan karet 70% dan kelapa sawit 30%. Untuk kebun lama, kebun baru dan Kebun Tualang Sawit, pengolahan kelapa sawit berpusat dipabrik Tanjung Seumantoh. Pembangunan pabrik kelapa sawit Tanjung Seumantoh dilakukan oleh Direksi PTPN-I Langsa pada tanggal 7 Juli 1970 dan selesai pada awal tahun 1980 yang langsung diresmikan oleh Bapak Manteri Pertanian Prof. Ir. Sudarsono Hadi Saputro pada tanggal 9 Februari1980.



1.3



Lokasi dan Areal Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Seumantoh



1.3.1 Lokasi Pabrik Kelapa Sawit dan Pabrik Inti Sawit (PKS & PIS) Tanjung Seumantoh merupakan suatu daerah strategis yang terletak di wilayah Kuala Simpang Aceh Tamiang. Pabrik Kelapa Sawit terletak di desa Tanjung Seumantoh, Kecamatan Karang Baru yang berbatasan: -



Sebelah Timur dengan Desa Simpang Empat Opah



-



Sebelah Barat dengan Perkebunan Tanjung Seumantoh (PTPN I Kebun Lama)



-



Sebelah Utara dengan Desa Pahlawan (Tualang Cut)



-



Sebelah Selatan dengan Desa Tanjung Seumantoh Penentuan lokasi ini berdasarkan pertimbangan :



-



Dekat dengan transportasi antar kota yang berguna untuk lancarnya pengiriman produksi, sehingga memudahkan pemasaran produksi.



-



Bahan baku dekat dengan pabrik, sehingga dapat menghemat biaya pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) dan pengolahan dapat dilakukan dengan baik dengan akhirnya produksi berjalan optimal.



-



Dekat dengan sumber air, yang berasal dari sungai tamiang yang berjarak 1 km dari lokasi pabrik.



-



Jarak dari kuala simpang 11 km melalui jalan raya.



-



Jarak dari jalan raya ke lokasi pabrik sekitar 400 meter.



1.3.2 Areal Untuk keperluan pengolahan PKS Tanjung Seumantoh dengan pengembangannya telah dibebaskan tanah dengan luas perkebunan secara keseluruhan 3.500 hektar. Sumber bahan baku pengolahan berasal dari kebun perusahaan sendiri dan dari kebun petani. 1.4



Struktur Organisasi PTPN-1 Tanjung Seumantoh memakai sistem organisasi, yaitu dimana dalam organisasi



ini hanya satu komando. Adapun tugas dan tanggung jawab berdasarkan kedudukannya masing-masing sebagai berikut:



1.



Manager/Kepala Pabrik Kepala pabrik atau Manager bertanggung jawab kepada Direktur Produksi atau secara langsung pada Direktur Utama PTPN-1 terhadap pemanfaatan semua unsur produksi, aset PKS dan PIS Tg. Seumantoh hubungan baik dengan unsur-unsur terkait secara optimal untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Menager juga berwenang memanfaatkan segala sumber daya yang ada di PKS Tg. Seumantoh dan berwenang mengambil keputusan yang sifatnya menentukan demi kepentingan perusahaan sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perusahaan.



2.



Kepala Tata Usaha (KTU) Kepala Tata Usaha (KTU) bertanggung jawab dalam menyusun daftar gaji karyawan, mengontrol semua laporan dari setiap bagian agar tepat waktu. ATU juga berwenang merencanakan, mengarahkan kegiatan dibidang administrasi untuk mencapai sasaran sesuai RAB PKS Tg. Seumantoh yang telah disetujui oleh Redaksi PTPN-1 dan mengawasi pengeluaran biaya sesuai dengan anggaran.



3.



Maskep Maskep bertanggung jawab terhadap proses pengolahan dan kelancaran pengolahan dan hasil produksi serta, juga bertanggung jawab terhadap instalasi dan pengoprasian pabrik. Maskep berwewenang terhadap Asisten Teknik dan bertanggung jawab langsung terhadap mesin – mesin prosesing dan penggerak instalasi sesuai dengan sasaran perusahaan PTP N - I. Dan juga berwewenang terhadap Asisten Pengolahan.



4.



Asisten Laboratorium Asisten Laboratorium bertanggung jawab dalam melakukan analisa di laboratorium yang diperlukan pabrik secara optimal, guna mengendalikan jalannya proses pengolahan TBS, inti sawit, air boiler dan air limbah agar mutu dan kerugian yang timbul berada dalam batas normal, termasuk menghitung persediaan dan pengiriman produksi sehingga kualitas produksi dapat dikontrol.



5.



Asisten Pengolahan



Asisten Pengolahan bertanggung jawab dalam mengoperasikan alat-alat produksi PKS dan PIS untuk menghasilkan minyak sawit, minyak inti sawit serta limbah, melaksanakan pengolahan sesuai jadwal yang ditentukan termasuk pengendalian limbah PKS sehingga mencapai hasil yang optimal dan melaksanakan absensi karyawan yang menjadi tanggung jawab serta menyusun laporan harian. 6.



Asisten Teknik Asisten Teknik bertanggung jawab dalam mengoperasikan mesin-mesin proses dan mesinmesin pembangkit tenaga serta mesin-mesin penggerak instalasi sehingga tidak menggangggu aktivitas pengolahan pabrik.



7.



Mandor Mandor sebagai pembantu Asisten, maka mandor bertugas mengawasi para pekerja yang berada dibawah tanggung jawabnya dan membantu segala tanggung jawab Asisten.



8.



Pekerja Pekerja adalah orang-orang yang bertugas melaksanakan perintah dari Mandor masingmasing yang bertugas pada saat itu.



1.5 Bahan Baku dan Produk Bahan baku dari PTPN -1 Tg. Seumantoh adalah buah kelapa sawit atau Tandan Buah Segar (TBS) yang di peroleh dari perkebunan sekitarnya sendiri, sedangkan produk akhir yang di hasilkan adalah minyak kelapa sawit atau IKS (inti kelapa sawit).



BAB II URAIAN PROSES



2.1



Proses Pengolahan Kelapa Sawit Proses pengolahan minyak kelapa sawit terbagi atas beberapa tahap yang dilakukan



dibeberapa stasiun. Stasiun-stasiun pada proses pengolahan kelapa sawit antara lain: 1.



Stasiun penerimaan buah (Fruit Reception Station)



2.



Stasiun perebusan (Sterilizing Station)



3.



Stasiun penebah (Threshing Station)



4.



Stasiun kempa (Pressing Station)



5.



Stasiun pemurnian minyak (Clarification Station)



6.



Stasiun pengolahan biji (Nut Plant Station) 2.1.1 Stasiun Penerimaan Buah (Fruit Reception Station) Tanda Buah Segar (TBS) yang berasal dari kebun-kebun diangkut ke pabrik dengan menggunakan truk pengangkut untuk diolah. Pengangkutan secepatnya dilakukan setelah pemanenan (diterima di pabrik maksimum 24 jam setelah dipanen). Hal ini bertujuan untuk mencegah kenaikan kadar Asam Lemak Bebas (ALB) karena keterlambatan pemprosesan. Adapun cara untuk megurangi kadar ALB yang tinggi adalah dengan cara melakukan pencampuran antara



buah lama dengan buah baru, maka buah baru yang akan dicampur harus lebih banyak dari buah lama. A.



Timbangan Proses pengolahan dimulai dari penimbangan buah, bertujuan untuk mengetahui jumlah TBS yang akan diolah, mengetahui rendemen minyak dan inti serta berat tandan rata-rata. Dari penimbangan juga dapat diketahui berapa besar jumlah produksi TBS yang dicapai dari setiap afdeling. Jenis timbangan yang digunakan adalah merek buatan lokal yang berkapasitas 60 ton dengan menggunakan sistem Indikator/load cell dan sistem komputer.



B.



Penimbangan Dan Pemindahan Buah (Fruit Loading Ramp dan Storage Hopper) Setelah dilakukan penimbangan, TBS yang dibawa truk pengangkut kemudian dipindahkan ke Loading Ramp. Pada Loading Ramp ini dilakukan sortasi buah, yang bertujuan untuk pengawasan terhadap kandungan minyak dalam proses pengolahan dan kadar ALB dari TBS tersebut. Sortasi dilakukan terhadap setiap afdeling dengan menentukan satu truk yang dianggap mewakili kebun asal. Sortasi TBS dilakukan berdasarkan kriteria panen yang dibagi berdasarkan Fraksi buahnya. Fraksi yang diinginkan pada proses pengolahan adalah Fraksi I, II, Dan III, sedangkan fraksi-fraksi yang lain (00, 0, IV Dan V) diharapkan sedikit mungkin masuk dalam proses pengolahan. Adapun kriteria-kriteria panen dan syarat mutu TBS dapat dilihat pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Kriteria Panen dan Syarat Mutu TBS fraksi



Jumlah



Derajat matang



00



Tidak ada yang membrondol



Sangat mentah



0



Membrondol 1% - 12,5



Mentah



I



Membrondol 12,5% - 25%



Mulai matang



II



Membrondol 25%-50%



Matang



III



Membrondol 50% - 75%



Tepat matang



IV



Membrondol 75% - 100%



Terlalu matang



V



Membrondol 100% s/d kosong



Lewat matang



Sumber : Pusat Penelitian Marihat, 1982



Fruit Loading Ramp terdiri dari 10 Hopper penyimpanan untuk penimbunan TBS dengan sudut kemiringan 120. Loading Ramp ini dilengkapi dengan: 1.



Pintu Loading yang bekerja dengan sistem hidrolik, dimana setiap pintu dipasang pengaut untuk memindahkan TBS kedalam lori-lori perebusan.



2.



Bagian ujung dari pada Hopper dipasang jerjak-jerjak/kisi-kisi pembuangan pasir dengan lebar satu meter sepanjang dasar Loading Ramp.



TBS dari Loading Ramp ini kemudian dimasukkan kedalam lori-lori yaitu tempat meletakkan buah kelapa sawit untuk proses perebusan yang berkapasitas 2,4 ton TBS pada setiap lorinya. TBS dimasukkan kedalam lori dengan membuka Pintu Loading yang diatur dengan sistem hidrolik. Sepuluh lori yang di isi penuh dengan TBS dimasukkan kedalam Sterilizing, dengan menggunakan Capstand yang berfungsi untuk menarik lori masuk dan keluar dari Sterilizing. 2.1.2 Stasiun Perebusan (Sterilizing Station) Sterilisasi adalah proses perebusan dalam suatu bejana yang disebut dengan Sterilizing. Setelah lori dimasukkan kedalam Sterilizing, dimana setiap Sterilizing ada 4 unit, tiap unit berkapasitaas 10 lori, pintu Sterilizing ditutup rapat. Proses perebusan dilakukan selama 90-100 menit dan media pemanasnya dipakai dari uap bekas turbin yang bertekanan 2,8-3 kg/cm2. A.



Tujuan Perebusan Adapun proses perebusan bertujuan antara lain untuk:



1.



Mematikan Aktifitas Enzim Buah kelapa sawit mengandung enzim Lipase yang terus bekerja dalam buah kelapa sawit sebelum enzim tersebut dimatikan. Enzim Lipase bertindak sebagai katalisator dalam pembentukan ALB, maka untuk menghentikan aktivitas enzim tersebut dilakukan perebusan minimal 50-550C.



2.



Mempermudah Pelepasan Buah Dari Tandan Zat-zat Polisakarida yang terdapat dalam buah kelapa sawit yang bersifat sebagai perekat, apabila diberi uap panas maka akan terhidrolisa dan pecah menjadi Monosakarida yang larut. Hidrolisa tersebut berlangsung pada buah menjadi matang dan proses hidrolisa ini dipercepat dalam proses perebusan.



3.



Memudahkan Pemisahan Minyak Dari Daging Buah Daging buah yang telah direbus akan menjadi lunak dan akan mempermudah pada proses pengepresan. Dengan demikian minyak yang ada dalam daging buah dapat dipisahkan dengan mudah.



4.



Menurunkan Kadar Air Dalam Buah Perebusan buah dapat menyebabkan penurunan kadar air dalam buah dan inti, yaitu dengan penguapan yang baik pada saat perebusan maupun sebelum pemipilan. Penurunan kandungan air buah menyebabkan penyusutan buah sehingga terbentuk rongga-rongga kosong pada daging buah yang mempermudah proses pengepresan.



5.



Memudahkan Penguraian Serabut Pada Biji Perebusan yang tidak sempurna dapat menimbulkan kesulitan pelepasan serabut dari biji dalam polishing drum yang menyebabkan pemecahan biji lebih sulit dalam Ripple Mill.



6.



Memisahkan Antara Inti dan Cangkang Perebusan yang sempurna akan menurunkan kadar air biji hingga 15% yang menyebabkan inti susut dan cangkang biji tetap sehingga inti akan lepas dari cangkang.



B.



Metode Perebusan Untuk mendapatkan hasil terbaik, maka perlu diperhatikan cara perebusan. Metode perebusan yang digunakan oleh PT. Perkebunan Nusantara I Tg. Seumantoh adalah sistem tiga puncak (Triple Peak). Adapun prinsip Triple Peak adalah tiga kali pemasukan uap (uap basah) ke dalam Sterilizer dan tiga kali pembuangan uap (blow down). Grafik perebusan Triple Peak . Tahap perebusan dengan pola Triple Peak adalah tahap pencapaian puncak I, II dan III, di mana dilakukan tiga kali pemasukan uap dan pembuangan uap. Jumlah puncak dalam pola perebusan ditunjukkan oleh jumlah pembukaan dan penutupan dari steam masuk atau steam keluar selama perebusan berlangsung, yang diatur secara manual atau otomatis. Sebelum dimasukkan uap untuk mencapai puncak I, terlebih dahulu dilakukan Deaerasi (pembuangan udara) selama lima ±5 menit. Kemudian baru dimasukan uap untuk mencapai puncak I dengan membuka pipa steam masuk selama 12-15 menit, atau sampai dicapai tekanan sebesar 1,5 kg/cm2, lalu pipa steam ditutup, sedangkan pipa kondensat dan exhaust pipa dibuka



dengan tiba-tiba. Setelah tekanan turun sampai sebesar 0 kg/cm2 (± 5 menit) pipa-pipa tersebut ditutup. Pipa steam masuk kemudian dibuka kembali selama 15 menit atau sampai dicapai puncak II (tekanan 2,5 kg/cm2). Lalu pipa steam masuk ditutup, sedangkan pipa kondensat dan exhaust pipa dibuka dengan tiba-tiba, tekanan turun sampai sebesar 0 kg/cm2 (± 5 menit) pipa-pipa tersebut ditutup. Melalui dua puncak awal, perebusan dilanjutkan dengan membuka steam masuk sampai dicapai puncak III (tekanan 3 kg/cm2), lalu tekanan ini dipertahankan selama 45 menit, sebelum dilakukan pembuangan steam terakhir. Setelah penahanan tekanan steam selesai, maka steam berada didalam Sterilizer dibuang secara tiba-tiba. Pemasukan steam secara tiba-tiba pada pencapai puncak I dan II bertujuan untuk memberikan Mechanical Shock dan Thermal Shock terhadap TBS, sehingga buah yang semula kaku menempel pada tandan akan lunak dan lebih mudah lepas pada tandan saat ditebah dalam Thresher. Sedangkan penahan tekanan pada puncak III bertujuan untuk memberikan kondisi yang cukup agar kadar Asam Lemak Bebas (ALB) didalam TBS dapat dikurangi. Pada Sterillizer melalui 3 peak, di mana proses yang terjadi pada setiap peak adalah sebagai berikut: 1.



Puncak Pertama (1 peak) a. Membuang udara yang teperangkap didalam Sterilizer b. Mengurangi keaktifan (aktivitas) enzim asam lemak bebas



2.



Puncak Kedua (2 peak) a. Mengurangi kadar air dari buah b. Proses awal Sterilisasi



3.



Puncak Ketiga (3 peak) a. Proses Sterilisasi sempurna



b. Melekangkan antara cangkang dan kernel supaya tidak menyatu untuk memudahkan pemecahan biji 2.1.3



Stasiun Penebah (Threshing Station) Lori-lori yang berisi buah yang telah direbus dikeluarkan dari dalam Sterilizer dengan menggunakan Capstand menuju stasiun penebah dengan menggunakan alat pengangkat Hosting Crane. Pada stasiun ini buah dipipil untuk menghasilkan brondolan dan tandan kosong (Tankos). Pada stasiun ini terdapat beberapa alat beserta fungsinya masing-masing, yaitu:



a. Hopper, sebagai penampung buah hasil rebusan b. Automatic Bunch Feeder, untuk mengatur meluncurnya agar tidak masuk sekaligus ke drum berputar c. Drum berputar / Drum Bunch thresher (23-25 rpm), untuk perontokan buah



dari tandan.



Lori-lori diangkat dengan menggunakan Hosting Crane, yang berdaya angkut 5 ton dan dikendalikan oleh operator, kemudian dituangkan kedalam Hopper , selanjutnya lori diturunkan untuk ditarik kembali ke Loading Ramp. Buah didalam Hopper jatuh melalui Automatis Bunch Feeder kedalam drum berputar yang berbentuk sillinder, drum ini dilengkapi dengan sudu-sudu dan spike yang memanjang sepanjang drum. Dengan bantuan sudu-sudu dan spike ini buah terangkat dan jatuh terbanting sehingga brondolan buah terlepas dari tandannya. Prinsip kerjanya adalah dengan adanya gaya sentrifugal akibat putaran drum. Tandan yang masuk akan terbanting pada dinding drum yang sedang berputar, kemudian jatuh karena adanya gravitasi. Kapasitas drum ini adalah 10 ton TBS. Bantingan yang dilakukan secara berulang-ulang akan menyebabkan brondolan terlepas dari tandannya dan melalui celah-celah drum jatuh kebagian bawah drum yaitu ke Bottom Cross Cenveyor. Sedangkan tandan kosong akan terlempar keluar dan jatuh ke Empty Hunch Conveyor dan dibawa ke incinerator untuk dibakar. Brondolan yang berada pada Botton Cross Conveyor diangkut ke Fruit Elevator dan ke Top Cross Conveyor kemudian diteruskan ke Fruit Distribution Conveyor untuk dibagi dalam tiaptiap Digester. Didalam proses perontokan buah, terkadang dijumpai brondolan yang tidak lepas dari tandannya, hal ini disebabkan TBS terlalu mentah sehingga tidak masak pada proses perebusan, terutama jika disusun brondolan sangat rapat dan padat sehingga uap tidak dapat mencapai kebagian dalam tandan.



2.1.4 Stasiun Pengempaan (Pressing Station) Stasiun pengempaan adalah stasiun pengambilan minyak dari Pericarpx (daging buah), dilakukan dengan melumat dan mengempa. Pelumat dilakukan dalam Digester, sedangkan pengempaan dilakukan dalam kempa ulir ( Screw Press). 1.



Pelumatan (Digester) Tujuan pelumatan agar daging buah terlepas dari biji dan menghancurkan sel-sel yang mengandung minyak, sehingga minyak ini dapat diperas pada proses pengempaan. Pelumatan



dilakukan dalam Digester yang berbentuk silinder, disini terdapat 4 unit Digester, masing-masing berkapasitas 3 ton. Didalam Digester dipasang pengaduk yang berputar pada sumbunya sehingga diharapkan sebagian besar daging buah terlepas dari bijinya. Pada pengadukkan dilakukan pemanasan untuk memudahkan pelumatan buah dengan menggunakan air panas bertemperatur sekitar 90-95 0C. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pelumatan adalah sebagai berikut: 1.



Ketel pelumatan harus selalu penuh, agar tekanan yang ditimbulkan dapat mempertinggi gaya gesekan untuk memperoleh hasil yang sempurna.



2.



Minyak terbentuk pada proses pelumatan harus dikeluarkan melalui Screen Base Plate, karena bila minyak dan air terbentuk tidak dikeluarkan maka akan dapat bertindak sebagai bahan pelumas sehingga gesekan akan berkurang.



2.



Pengempaan (Pressing) Masa hasil proses pengadukan dalam Digester masuk kedalam Screw Press yang bertujuan untuk memeras daging buah sehingga dihasilkan, minyak kasar (Crude Oil). Tekanan kempa diatur oleh konis yang berada pada bagian ujung pengempaan dan dapat digerakkan maju mundur secara hidrolisis, disini terdapat 4 unit Screw Press yang berkapasitas 12 dan 15 ton dengan tekanan kempa 35-55 Kg/cm2. Pada proses pengempaan dilakukan penyemprotan dengan air panas minyak kasar yang keluar tidak terlalu kental (diturunkan viskositasnya) sehingga pori-pori silinder press tidak tersumbat. Penyemprotan air dilakukan dengan satu pipa berlubang yang dipasang pada Screw Press. Tekanan kempa sangat berpengaruh pada proses ini, karena tekanan kempa terlalu tinggi dapat menyebabkan inti pecah, kerugian inti bertambah, dan terjadi keausan pada Material Screw Press, sebaliknya jika tekanan kempa terlalu rendah akan mengakibatkan kerugian minyak pada ampas pres. Hasil pengepresan adalah minyak kasar (Crude Oil) yang keluar dari pori-pori Silinder Press, melalui Oil Gitter akan menuju ke Desanding Device untuk pengendapan. Hasil lain adalah ampas kempa (terdiri dari biji, serat dan ampas), yang akan dipecahkan dengan menggunakan Cake Broker Conveyor. 3.



Tangki Pemisah Pasir (Desanding Device) Minyak hasil pengempaan pada Screw Press merupakan minyak kasar yang masih banyak



mengandung kotoran-kotoran. Desanding device adalah sebuah bejana berbentuk silinder (2 unit),



untuk mengendapkan partikel-partikel/pasir dan lumpur, dan pada bagian atas minyak kemudian secara grafitasi turun ke ayakan getar, sedangkan kotoran dan lumpur berada pada bagian bawah bejana dispui ke paret dan mengalir ke fat fit. 4.



Ayakan Getar (Vibrating Screen) Vibrating Screen adalah suatu alat ayakan yang terdiri dari 2 lapisan Screen dengan ukuran masing-masing 20 mess untuk top screen dan 30 mess untuk Bottom Screen, yang digetarkan dengan kecepatan 1500 rpm. Proses penyaringan memakai Vibrating Screen bertujuan untuk memisahkan Non-oil Solid (NOS) yang berukuran besar seperti serabut, pasir, tanah, kotorankotoran lain yang terbawa dari Desanding Device. NOS yang tertahan pada ayakan akan dikembalikan ke Digester melalui Refuse Fruit Conveyor, sedangkan minyak dipompakan ke Crude Oil Tank.



5.



Tangki Penampung (Crude Oil Tank) Minyak yang keluar dari Vibrating Screen ke Crude Oil Tank untuk ditampung sementara sebelum dipompakan ke stasiun pemurnian. Pada Crude Oil Tank ini minyak dipanaskan dengan steam menggunakan sistem pipa pemanas dan suhu dipertahankan 90-950 C, dari sini minyak dipompakan ke CST (Continuous Setting Tank). 2.1.5 Stasiun Pemurnian Minyak (Clarification Station) Minyak kelapa sawit kasar berasal dari stasiun pengempaan masih banyak mengandung kotoran – kotoran yang berasal dari daging buah seperti lumpur, air dan lain-lain. Keadaan ini menyebabkan minyak mudah mengalami penurunan mutu sehingga sulit dalam pemasaran. Dalam mendapatkan minyak yang memenuhi standar, maka perlu dilakukan pemurnian terhadap minyak tersebut. Pada stasiun ini terdiri dari beberapa unit alat pengolah untuk memurnikan minyak produksi.



1.



CST (Continuous Setting Tank) Dari Crude Oil Tank, minyak dipompakan ke CST untuk mengendapkan lumpur dalam crude oil Tank berdasarkan perbedaan berat jenisnya. Proses minyak mempunyai densitas lebih besar akan mengendap pada dasar tangki. Minyak pada bagian atas CST dikutip dengan bantuan Skimmer menuju Pure Oil Tank, sedangkan Slude (masih mengandung minyak) pada bagian bawah secara grafitasi melalui Under Flow masuk ke Slude Oil Tank.



2.



Pure Oil Tank Minyak dari CST menuju ke Pure Oil Tank untuk ditampung sementara waktu, sebelum dialirkan ke Oil Purifier. Dalam Pure Oil Tank juga terjadi pemanasan (90-950 C) dengan tujuan untuk mengurangi kadar air. Didalam Oil Purifier dilakukan pemurnian berdasarkan atas perbedaan densitas dengan menggunakan gaya sentrifugal dengan kecepatan putarannya 7500 rpm. Kotoran dan air yang memiliki densitas yang besar akan berada pada bagian luar (dinding bowl), sedangkan minyak yang mempunyai densitas yang lebih kecil bergerak kearah poros dan keluar melalui sudu-sudu untuk dialirkan ke Vacum Drayer. Kotoran dan air yang melekat pada dinding di Blow Down keseluruh pembuangan melalui paret masuk ke Fat Fit.



3.



Vacum Drayer Minyak yang keluar dari Oil Purifier masih mengandung air, maka untuk mengurangi kadar air tersebut, minyak melalui pompa Oil Purifier dipompakan ke Vacum Drayer. Disini minyak disemprot dengan menggunakan Nozzle sehingga campuran minyak dan air tersebut akan pecah, hal ini akan mempermudah pemisahan air dalam minyak, dimana minyak yang memiliki tekanan uap lebih tinggi dari air akan turun kebawah dan kemudian di pompakan ke Storage Tank.



4.



Sludge Oil Tank Sludge yang masih mengandung minyak pada bagian CST dialirkan ke Sludge Oil Tank untuk mengendapkan lumpur (campuran air dan NOS) dari minyak untuk mempercepat pengendapan lumpur, Sludge dipanaskan (80-900c) dengan menggunakan uap yang di alirkan dengan menggunakan pipa Heating Coil Steam pemanas sehingga densitas minyak menjadi lebih besar dan lumpur halus melekat pada minyak akan terlepas kemudian melekat pada minyak akan terlepas dan mengendap pada dasar tangki. Lumpur yang mengendap di Blow Down tiap selang waktu tertentu kemudian di alirkan ke Fat Fit melalui saluran pembuangan. Minyak dialirkan melalui Self Cleaning Strainer yang merupakan saringan berbentuk selinder dan berlubang halus. Sludge yang keluar dipompakan melalui Desanding Cyclone dan menuju Balancing Tank. Dari balancing tank ini minyak (yang masih mengandung lumpur halus ) dibagi aturannya ke Sludge Separator dan Decanter.



5.



Sludge Separator



Pada Sludge Separator ini terjadi dua fase pemisahan minyak kasar dan Sludge (mengandung air). Pada bagian minyak dipisahkan dari NOS berdasarkan perbedaan densitas oleh gaya sentrifugal dengan kecepatan putaran 7500 rpm, serta dilakukan juga pemanasan oleh air pemanas dari Hot Water Tank. Minyak yang mempunyai densitas lebih kecil akan menuju poros dan terdorong keluar melalui sudut-sudut (Paring Disk), dan dialirkan kembali ke CST. Sedangkan Sludge (mengandung air) dan mempunyai densitas lebih besar akan terdorong ke bagian dinding Blow dan keluar melalui Nozzle, kemudian Sludge keluar melalui saluran pembuangan menuju Fat Pit. 6.



Decanter Pada Decanter terjadi pemisahan tiga fase yaitu minyak, air dan padatan (Solid). Decanter bekerja berdasarkan gaya sentrifugal terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian yang diam (Caning) dan bagian yang berputar merupakan tabung (Bowl) dengan putaran 3500 rpm dan didalamnya terdapat ulir (Screw Conveyor) dengan putaran sedikit lebih lambat dari putaran tabung. Akibat gaya sentrifugal padatan bergerak kedinding Bowl dan didorong oleh Screw dibawah. Padatan yang berbentuk lumpur dibuang, sedangkan cairan bergerak berlawanan arah dengan padatan, akan terjadi pemisahan lebih lanjut akibat gaya sentrifugal. Cairan dengan densitas lebih kecil yakni minyak akan menuju poros dan dialirkan kembali ke CST, sedangkan air kotorannya dialirkan kesaluran pembuangan menuju Fat Pit.



7.



Fat Pit Fat Pit juga diinjeksikan uap sebagai pemanas untuk mempermudah proses pemisahan minyak dengan kotoran. Selanjutnya minyak yang ada di permukaan dibiarkan melimpah (dengan cara menyemprot dengan air oleh operator), dan diitampung pada sebuah bak pinggiran kolam Fat Pit, dan kemudian dipompakan kembali ke CST untuk kemudian dimurnikan lagi.



8.



Storage Tank Minyak yang dikeringkan dari air dengan vacum dryer, kemudian dipompakan ke Storage Tank (tangki timbun), dengan suhu sampai 45-60oC. Setiap hari dilakukan pengujian mutu minyak sawit. Minyak yang dihasilkan dari daging buah ini berupa minyak kasar atau disebut juga Crude Palm Oil (CPO).



2.1.6



Stasiun Pengolahan Inti (Kernel Plant Station)



Tujuan dari pengolahan ini adalah untuk memisahkan inti (kernel) dari cangkangnya dan sebelum diolah di pabrik penggolahan inti sawit. Pengolahan inti pada dasarnya melalui tahaptahap sebagai berikut: a.



Pemisahan serabut dari biji



b.



Pemeraman biji



c.



Pemisahan inti dari cangkangnya



d.



Pengeringan



1.



Cake Breaker Conveyer (CBC) Ampas kempa dari Screw Press yang terdiri dari serat dan biji yang masih mengempal masuk ke CBC. CBC merupakan conveyor yang berbentuk Ribbon Blade yang berputar pada poros. CBC berfungsi memecah gumpalan-gumpalan ampas kempa (untuk mempermudah pemisahan biji dan serat) dan membawanya ke Depericarper.



2.



Depericarper Depericarper adalah alat untuk memisahkan ampas dengan biji serta memisahkan biji dari sisa-sisa serabut yang masih melekat pada biji. Alat ini terdiri dari Separating Column Polishing Drum. Ampas dan biji dari CBC masuk dari Separating Column. Disini fraksi ringan yang berupa fibre, inti pecah halus, cangkang halus dan debu, terhisap dengan Fibre Cyclone dan melalui Air Lock masuk dan ditampung dan Sheel Bin sebagai bahan bakar pada boiler. Sedangkan fraksi berat seperti biji utuh, biji pecah, inti utuh dan inti pecah turun kebawah masuk ke Polishing Drum. Polishing Drum berputar dengan kecepatan 26 rpm, dilengkapi dengan plat-plat besi berbentuk cincin. Akibat dari perputaran ini terjadi gesekan yang mengakibatkan serabut terkikis dan terlepas dari biji persamaan fraksi lainnya jatuh melalui lubang cincin ke Nut Elevator dan diperam di Nut Silo dan akan dipecahkan menggunakan mesin Riffle Mill.



3.



Nut Silo Fungsi dari alat ini adalah untuk tempat pemeraman biji, hal ini dilakukan untuk mengurangi kadar air sehingga lebih mudah dipecah dan inti lekang dari cangkangnya. Nut Silo juga yang berfungsi untuk menurunkan pengaruh Pectin (yang berfungsi sebagai lem perekat) yang terdapat antara cangkang dan inti. Nut keluar secara teratur sedikit demi sedikit melalui Vibrator dan Nut Shacking Grate yang terletak pada dasar Nut Silo ke Ripple Mill.



4.



Ripple Mill



Biji dari Nut Silo masuk ke Ripple Mill untuk dipecah sehingga inti terpisah dari cangkang. Biji yang masuk melalui bagian atas rotor baru kemudian akan mengalami penggilasan dengan Ripple Plate sehingga biji pecah dan keluar ke C.M. Conveyor. Kecepatan putarnya 1400 rpm. disini terdapat 4 unit Ripple Mill dengan kapasitas setiap unit 4-6 ton/jam. Setelah dipecahkan, inti yang masih bercampur dengan kotoran-kotoran dibawa ke Cracked Mixture Elevator. 5.



Cracked Mixture Separating Column Pada bagian ini akan terjadi pemisahan dimana fraksi-fraksi yang lebih ringan akan diserap oleh Separating Column Fan. Fraksi-fraksi ringan yang dihisap terdiri dari cangkang dan serabut akan dibawa ke Shell Bin melalui Fibre Conveyor. Fraksi yang berat turun kebawah dan masuk ke Screened Particle Drum dan sebelumnya disortir terlebih dahulu fraksi yang besar terdiri dari batubatuan. Biji utuh hasil pemisahan pada Screened Particle Drum dikembalikan ke Ripple Mill untuk dipecahkan kembali. Inti dan sebahagian cangkang yang terpisahkan kembali pada Dust Separating Column Air Lock kedua. Inti dari pemisahan ini dibawa ke Kernel Silo melalui Kernel Conveyor, kernel elevator dan kernel Distribution Convoyer. Cangkang hasil hisapan Dust Conveyer Air Lock dibawa ke Shell Bin dan akan bercampur dengan serabut dan Fibre Cyclone sebagai bahan baku boiler.



6.



Claybath Claybath adalah alat pemecah inti, inti pecah dengan cangkang. Proses pemisahan ini secara basah dengan memanfaatkan berat jenis dari bahan yang dipisahkan dengan larutan Koloid yang mempuyai berat jenis diantara kedua bahan tersebut. Bagian yang ringan akan mengapung dan bagian yang berat akan tenggelam. Inti yang merupakan fraksi ringan akan dibawa ke Kernel Silo untuk dikeringkan.



7.



Kernel Silo Inti yang masih mengandung air perlu dikeringkan sampai kadar air 7%. Inti yang berasal dari pemisahan ini melalui Kernel Distribution Conveyer di distribusikan kedalam dua unit Kernel Silo untuk dilakukan proses pengeringan. Pada Kernel Silo ini inti akan dikeringkan dengan menggunakan udara panas dari boiler yang merupakan hasil dari pengontakan dengan steam. Kernel Silo dibagi dalam tiga tingkatan suhu (udara panas) yang berbeda, yaitu berturut - turut dari atas kebawah adalah 70 oC, 60 oC dan 500C.



2.2



Utilitas Penyedian suatu unit Utilitas merupakan suatu syarat yang sangat penting dalam suatu



pabrik, karena Utilitas adalah suatu faktor penunjang pada proses yang ada di pabrik. Pada proses pengolahan minyak kelapa sawit di Tg. Seumantoh terdapat 4 unit Utilitas yaitu sebagai berikut: 1.



Pengolahan air (Water Treatment)



2.



Pembangkit tenaga (Power Plant)



3.



Laboratorium



4.



Pengolahan limbah



2.2.1 Pengolahan Air Air pada pabrik kelapa sawit Tg. Seumantoh berasal dari sungai Tamiang yang berjarak sekitar 1.8 Km dari lokasi pabrik. Air merupakan kebutuhan yang sangat penting, air ini akan diolah untuk menghasilkan steam yang dibutuhkan dalam pengolahan dan pengoperasian pabrik. Air yang dihasilkan dari hasil pengolahan ini harus memenuhi standar air umpan boiler.



1.



Kolam Penampung (Water Buss) Air dari sungai tamiang dipompakan didalam kolam penampungan. Pada kolam ini terjadi pengendapan (lumpur dan kotoran) secara alami. Dari kolam air dipompakan ke Clarifier Tank.



2.



Tangki Pengendapan (Clarifier Tank) Clarifier Tank ini dilengkapi dengan sekat-sekat untuk membantu proses pengendapan. Di dalam Clarifier Tank diinjeksikan bahan kimia yang berupa Soda Ash dan Tawas. Soda Ash berfungsi sebagai pengatur pH yakni berkisar antara 6-7, sedangkan Tawas berfungsi mengumpalkan kotoran kedalam air, sehingga mengendap dalam dasar tangki. Air pada bagian atas dialirkan ke Reservoier Tank yang berfungsi untuk menampung air sebelum dialirkan kedalam Sand Filter.



3.



Penyaring Pasir (Sand Filter) Air dari Reservoir Tank dipompakan ke Sand Filter air ini masih mengandung padatan tersuspensi, sehingga dalam Sand Filter air disaring melalui pasir halus pada permukaan pasir dan air mengalir melalui bagian bawah dan dipompakan ke Water Tower. Pada tower pertama air yang telah bersih dialirkan untuk keperluan pengolahan air umpan boiler, keperluan proses, keperluan domestik dan sanitasi pabrik. Sedangkan pada tower kedua airnya dialirkan ke kompleks



perumahan karyawan. Untuk membersihkan kotoran atau lumpur yang melekat pada permukaan pasir, dilakukan Backwash setiap hari. 4.



Tangki Penukar Kation Air yang mengalir ke tangki penukar kation ( cation exchanger tank ) mengandung resin penukar kation yang bersifat asam lemah atau asam kuat.



*



Resin penukar kation bersifat asam kuat Dengan menggunakan symbol R sebagai gugus aktif dalam resin, maka proses penukaran kation yang terjadi adalah sebagai berikut: Ca(HCO3)2



+



2RH







CaR2 +



2H2O +



2CO2



Mg(HCO3)2



+



2 RH →



MgR2 +



2H2O +



2CO2



CaSO4



+



2 RH →



CaR2 +



H2SO4



Mg SO4



+



2 RH →



MgR2 +



H2SO4



Dari proses pertukaran kation di atas, kadar alkalinity, kesadahan dan zat-zat yang terlarut turun. *



Resin penukar kation bersifat asam lemah Dengan symbol R sebagai gugus aktif dalam resin, maka proses pertukaran ion yang terjadi adalah sebagai berikut: Ca(HCO3)2



+



2RH







CaR2 +



2H2CO3



Mg(HCO3)2



+



2RH







MgR2 +



2H2CO3



Fungsi resin kation adalah : a.



Menghilangkan / mengurangi kesadahan yang disebabkan oleh garam-garam Ca dan Mg dalam air.



b.



Menghilangkan/ mengurangi alkalinitas dari garam-garam alkali.



c.



Menghilangkan/ mengurangi zat-zat padatan terlarut yang menyebabkan timbulnya kerak pada ketel uap. Untuk umpan boiler, air yang digunakan barasal dari Water Tower yang dipompakan ke tangki penukar kation. Kation Tank berisi Resin Kation jenis Amberlite IRA 402 (berwarna kuning emas) yang bersifat asam. Pada proses ini terjadi penukaran ion antara kation-kation Ca2+, Mg2- dan ion lain dalam air dengan kation H+ dalam resin. Pada suatu saat resin akan jenuh, maka untuk di Regenerasi atau mengaktifkan kembali resin harus diinjeksikan larutan (H2SO4) kedalam tangki berdasarkan analisa laboratorium.



5.



Degasifier Tank Air umpan boiler setelah melewati tangki penukar kation, maka air tersebut dialirkan ke Degasifier Tank yang bertujuan untuk menghilangkan gas CO2- kemudian air tersebut dialirkan ke Tangki Penukar Anion.



6.



Tangki Penukar Anion Tangki Penukar Anion ini berisi resin Amberlite IRA 402 (berwarna coklat muda). Fungsi tangki penukar ion adalah:



-



Menyerap asam-asam H2SO4, H2CO3, H2SiO2 yang terbentuk pada tangki penukar kation yang menyebabkan pH menjadi tinggi.



-



Menghilangkan sebagian besar atau semua garam-garam mineral sehinga air yang dihasilkan hampir tidak mengandung garam-garam mineral. Pada suatu saat Resin Anion ini akan penuh, maka untuk meregenerasi kembali resin tersebut kedalam tangki diinjeksikan larutan NaOH.



7.



Feed water tank Air yang berasal dari Tangki Penukar Anion dikumpulkan dalam Feed Water Tank dan dipanaskan dengan menggunakan steam hingga temperatur 80OC pemanas bertujuan untuk mempermudah pelepasan gas pada Dearator.



8.



Dearator Dearasi bertujuan untuk menghilangkan gas-gas CO2 dan O2 yang terlarut dalam air yang dapat mengakibatkan korosi dan menimbulkan kerak pada pipa-pipa boiler. Penghilangan gas-gas terlarut tersebut dilakukan dengan cara pemanasan dengan menggunakan steam yang diinjeksikan langsung kedalam air yang berlawanan arah dengan aliran air. Temperatur didalam tangki dijaga konstan. Temperatur air sekitar 80-90oC. Air yang keluar Dearator sebelum masuk ke boiler diberikan bahan kimia yang berguna untuk menaikkan pH, mencegah terjadinya korosi, dan mencegah pembentukan kerak dalam pipa boiler.



9.



Pemanasan air umpan pada ketel Air umpan dari dearator masuk ke dalam ketel kemudian diubah menjadi uap yang akan dipergunakan untuk pengolahan kelapa sawit. 2.2.2 Pembangkit Tenaga (Tower Plant)



Pembangkit tenaga pada pabrik kelapa sawit Tg. Seumantoh menggunakan dua sistem, yaitu Sistem Turbin dan Sistem Diesel. Beberapa komponen utama pada sistem ini adalah ketel (boiler), turbin dan BPV. 1.



Boiler Untuk mendapatkan uap dan tenaga listrik yang digunakan dalam proses pengolahan, maka air yang berasal dari tangki Dearator diproses dalam boiler. Bahan bakar yang digunakan berasal dari pengolahan kelapa sawit berupa sabut (Fibre) dan cangkang.



2.



Turbin Uap Uap yang dihasilkan oleh boiler digunakan untuk menggerakkan sudu-sudu turbin dan untuk menggerakkan Ass poros yang dikopel dengan poros roda gigi. Dengan demikian akan menghasilkan tenaga listrik yang akan digunakan untuk menggerakan elektro motor dalam proses pengolahan.



3.



Diesel Genset Pada pabrik kelapa sawit Tg. Seumantoh memiliki 3 unit mesin diesel dengan kapasitas masing-masing 250 KVA untuk dua unit dan satu unit lagi dengan kapasitas 287,5 KVA. Mesin diesel dengan kapasitas 250 KVA selalu dioperasikan pada saat yang sama untuk memenuhi kebutuhan beban di pabrik dan perumahan. Sedangkan mesin diesel dengan kapasitas 287,5 KVA dioperasikan hanya pada waktu tertentu.



4.



Back Pressure Vessel (BPV) Sisa uap yang dihasilkan oleh sisa turbin dikumpulkan dalam suatu instalasi yang disebut BPV. Untuk menambahkan tekanan pada PBV ini diinjeksikan uap kering yang bersal dari boiler. Uap ini akan digunakan untuk proses pengolahan pada alat-alat yang memerlukan uap, seperti pada:



a.



Sterilizing station



b.



Pressing station



c.



Clarificasition station



d.



Kernel plant station



e.



Water treatmant station 2.2.3 Laboratorium



Laboratorium ini berguna untuk melakukan analisa terhadap semua produk hasil pengolahan dan pendukung proses pengolahan seperti air limbah produksi. Pada laboratorium kelapa sawit Tg. Seumantoh ini, yang dianalisa adalah sebagai berikut: a.



Mutu air



b.



Mutu buah TBS



c.



Kerugian (Losses) dalam proses pengolahan



d.



Mutu produksi Air yang dianalisa adalah air baku, air pengolahan dan air pemanas. Analisa yang digunakan untuk melihat mutu air adalah sebagai berikut:



a.



pH



b.



Kesadahan



c.



Analisa TDS (total dissolved solid)



d.



Kadar silica



e.



Alkalitas Untuk melihat buah kelapa sawit maka dilakukan analisa dengan cara sortasi. Selama berlangsungnya proses pengolahan terjadi losses minyak. Besarnya persentase losses ini tidak boleh melebihi standar yang telah ditetapkan



Analisa losses ini dilakukan (sampel yang diambil) pada: 1.



Air rebusan



2.



Tandan kosong



3.



Ampas press



4.



Nutten



5.



Sludge separator



6.



Fat fit



7.



Solit Decanter Produk akhir dari pabrik berupa Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit (kernel) akan dianalisa, yaitu terhadap:



a.



ALB (asam lemak bebas)



b.



Kadar kotoran



c.



Kadar air



2.2.4 Pengolahan Limbah Limbah yang diolah pada kelapa sawit Tg. Seumantoh terdapat dua jenis limbah yaitu limbah cair dan limbah padat. 1.



Limbah Cair Limbah cair yang ada, terlebih dahulu dinetralkan sebelum dibuang ke sungai agar memenuhi standar yang ada. Limbah cair ini mengandung bahan organik yang dapat mengalami Deaerasi dengan adanya bakteri pengurai. Limbah yang mengandung senyawa organik diolah dalam kondisi Anaerobik dan Aerobik.



2.



Limbah padat Limbah padat yang terdapat pada pabrik pengolahan kelapa sawit berupa tandan kosong, cangkang, dan Solid Decanter. Tandan kosong terkadang masih mengandung buah yang tidak lepas pada saat perontokan. Tandan kosong kemudian dibakar di Incinerator menghasilkan abu tandan kosong yang akan berguna sebagai pupuk. Serabut yang merupakan hasil pemisah dari fibre cyclone mempunyai kandungan cangkang dan inti kelapa sawit yang terikut dapat dipergunakan untuk bahan bakar boiler. Kualitas asap pembakaran pada dapur ketel uap dipengaruhi oleh komposisi serat tersebut. Serabut dan cangkang dapat digunakan sebagai bahan bakar boiler sedangkan Solid Decanter yang dihasilkan dari unit pemurnian minyak dikumpulkan terlebih dahulu sehingga mengalami pembusukan, kemudian dibuang dilahan perkebunan untuk menyuburkan tanaman kelapa sawit. Limbah padat yang berasal Solid Decanter menimbulkan bau, sehingga apabila telah mengalami pembusukan harus segera dibuang ke lahan pertanian untuk dijadikan sebagai pupuk pada tanaman kelapa sawit. Limbah ini dapat menyuburkan tanaman, sehingga dapat mengurangi anggaran untuk membeli pupuk



. 2.2.5



Titrasi Titrasi adalah suatu metode penentuan konsentrasi larutan yang belum diketahui dengan menggunakan indicator sebagai penunjuk titik akhir titrasi (TAT) yang berdasarkan pada larutan standar yang dipakai. Metode titrasi yang biasa digunakan adalah titrasi asam basa dengan larutan standar basa kuat (NaOH) atau asam kuat (HCl) dan indicator asam-basa phenolphthalein. Untuk mengetahui kualitas air ketel (boiler) digunakan metode volumetri dengan cara titrasi. Parameter



yang diukur adalah pH, akalinitas , kesadahan, silika, dan total padatan terlarut (underwood, 1991). 1.



Silika silikon dioksida (SiO2) atau silika adalah salah satu senyawa kimia yang paling umum. Kristal SiO2 murni ditemukan di alam dalam berbagai bentuk polimorfis, yang paling umum diantaranya adalah kuarsa, pasir, agata (akik), oniks, opal dan flint, Kristal Sio2 memiliki dua cara cirri utama :



a.



Setiap atom silika berada pada pusat suatu tetrahedron yang terdiri dari empat atom oksigen.



b.



Setiap atom oksigen berada di tengah-tengah antara dua atom silikon (keenam, 1980).



2.



Kesadahan Air sadah adalah air yang disebabkan karena adanya padatan terlarut yang mempunyai ukuran lebih kecil dari pada padatan tersuspensi yaitu ion Ca dan Mg. Dampak dari air sadah adalah dapat menimbulkan endapan didalam wadah pengolahan dan dapat menyebabkan peralatan besi berkarat. Kesadahan dapat dibagi dua yaitu : kesadahan sementara dan kesadahan tetap. Kesedahan sementara disebabkan karena adanya karbonat (CO3-) dari Ca dan Mg. garam karbonat merupakan garam yang tidak larut, akibat adanya H2O dan CO2.



3.



Total Padatan terlarut (TDS) Zat padat terlarut yaitu zat padat yang lolos filter pada analisa zat tersuspensi, sehingga analisa zat padat terlarut merupakan kelanjutan analisa zat padat tersuspensi. Larutan yang mengandung zat terlarut lolos filter = 10 µm, kemudian diuapkan dan dikeringkan pada suhu 105oC. residu tertinggal adalah zat padat terlarut yang merupakan garam-garam yang dahulu terlarut dan sedikit zat padat koloid. Air yang mengandung kadar mineral tinggi seperti kalsium, magnesium, klorida dan sulfat dapat bersifat higroskopis, sehingga memerlukan pemanasan yang lama, pendingin dalam desikator yang baik dan dilakukan penimbangan dengan cepat (Alaerts, G, 1984).



BAB III TINJAUAN PUSTAKA



Tanaman kelapa sawit (elaeis guinansis ) berasal dari Nigeria Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil Karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Bahkan mampu member hasil produksi per hektar yang lebih tinggi. Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembanngunan perkebunan nasional. selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa Negara. Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit untuk dunia. 3.1



Minyak Sawit Minyak sawit merupakan hasil utama dari proses pengolahan Tanda Buah Segar (TBS). Minyak yang berasal dari kelapa sawit ada dua macam, yaitu dari daging buah (mesocarp) yang dikeluarkan dari perebusan dan pemerasan (pressan) dan dikenal sebagai minyak sawit kasar atau crude palm oil (CPO) dan minyak yang berasal dari inti disebut minyak inti sawit atau palm kernel



oil (PKO) dengan hasil samping bungkil inti kelpa sawit (palm kernel meal). Disamping itu juga diperoleh produk h sil samping berupa serabut (fibre), cangkang (shell) dan abu hasil pembakaran tandan kosong. Kelapa sawit mengandung lebih kurang 67% daging buah kelapa sawit (berondolan), 23% janjangan kosong (tandan kosong), dan 10% air (penguapa). Dalam daging buah diperoleh ladar minyak mentah (crude palm oil) sekitar 43%, biji 11%,dan ampas 13%, sedangkan dalam biji mengandung inti sekitar 5,5%, cangkang 5%, dan air 1%. Komposisi minyak inti sawit ini hamper sama dengan minyak ynag berasal dari kelapa. Pabrik pengolahannya disebut refinery dan ekstraksi. Dari sini akan keluar lagi beberapa jenis minyak, ada yang sudah siap pakai dan ada yang harus diproses lagi untuk menjadi produk lain. Disamping minyak, akan keluar juga beberapa padatan lainnya yang langsung dapat dipakai atau harus diproses lebih lanjut. 3.2



Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% pericarp dan 20% buah yang dilapisi kulit tipis, kadar minyak dalam pericarp sekitar 34-40%. Kandungan karoten dapat mencapai 1000 ppm atau lebih, tetapi dalam minyak dari jenis tenara kurang lebih 500 – 700ppm. Kandungan tokoferal bervariasi dan dipengaruhi oleh penanganan selama produksi. Rata-rata komposisi asam lemak kelapa sawit dapat dilihat pada table dibawah ini.



Table 4.1 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Inti Sawit Asam lemak



Minyak kelapa sawit



Minyak inti sawit



Asam kaprilat



-



3-4



Asam kaproat



-



3-7



Asam laurat



-



46-52



Asam miristat



1,1-2,5



14-17



Asam palmintat



30-46



6,5-9



Asam stearat



3,6-4,7



1-2,5



Asam oleat



39-45



13-19



Asam linoleat



7-11



0,5-2



Sumber: ketaren, 1986



3.3



Inti Kelapa Sawit Inti kelapa sawit yang diolah menghasilkan minyak inti sawit atau disebut juga palm kernel oil (PKO) dan hasil samping dari pengolahan inti kelapa sawit berupa palm kernel meal (PKM). Minyak kelapa sawit yang baik kadar asam lemak bebas yang rendah dan berwarna kuning terang serta mudah dipucatkan. Bungkil inti sawit yang diinginkan berwarna relative cerah dan bnilai gizi serta kandungan asam amonianya tiddak berubah. Komposisi rata-rata inti sawit diperlihatkan pada table 4.2 Table 4.2 komposisi rata-rata inti sawit No



Komponen



Jumlah



1



Minyak



47-52



2



Air



6-8



3



Protein



7,5-9,0



4



Extractable non nitrogen



23-24



5



Selulosa



5



6



Abu



2



Sumber : ketaren, 1986 Terdapat variasi inti sawit dalam hal padatan non mintak dan non protein Extractable non nitrogen mengandung sejumlah sukrosa, gula pereduksi dan pati, tapi dalam beberapa contoh tidak mengandung pati. Pemisahan minyak inti sawit pada proses pengolahan pemisahan campuran zat padat dan zat cair yang dilakukan dengan cara pengepresan dan pengendapan. Kecepatan pengendapan memegang peran penting. Kecepatan pengendapan ini tergantung pada: 1.



Perbedaan kerapatan dari zat cair dan zat padat



2.



Volume dari zat-zat padat



3.



Viskositas dari zat cair Makin kecil dan makin ringan bagian-bagian dari zat padat dan makin kental zat cair, maka semakin lambat pula pengendapan berlangusung (Biln, 1994).



3.4



Ektraksi PKM Ekstraksi adalah salah metode yang digunakan untuk melakukan suatu pemisahan. Tujuan dari pemisahan adalah untuk memperoleh komponen yang di inginkan dalam suatu campuran.sistem ektraksi dapat dibagi dua yaitu:



1.



Eksrtaksi padat dengan cair (leaching/ pengurasan),, digunakan untuk melaarutkan zat padat yang dapat larut, yang terdapat dalam suatu campuran.



2.



Ekstraksi cair dengan cair (solvet extraction) digunakan untuk memisahkan dua jenis cairan yang saling bercampur dengan menggunakan suatu pelarut dapat melarutkan salah satu zat yang lebih banyak dari zat lainnya. Meskipun ekstraksi adalah suatu metode yang berharga tetapi sering didapatkan senyawa yang tidak murni di sebabkan fraksionasi beberapa komponen didalam campuran denagn zat yang diinginkan, yang kemungkinan besar disebabkan kelarutan didalam pelarut ekstrak. Dalam teknik ekstraksi, istilah – istilah berikut ini umumnya digunakan :



1.



Bahan ekstraksi yaitu campuran bahan yang akan diekstraksi.



2.



Pelarut (media ekstraksi) yaitu cairan atau larutan yang digunakan untuk melangsungkan ekstraksi.



3.



Ekstrak yaitu bahan yang dipisahkan dari bahan ekstraksi



4.



Larutan ektrak yaitu pelarut setelah proses pengambilan ekstrak.



5.



Rafinat ( residu extraksi) yaitu bahan ekstraksi setelah diambil ekstraknya.



6.



Ekstraktor yaitu alat untuk exstraksi. Untuk mendapat minyak yang terkandung pada PKM, maka langkah yang harus ditempuh adalah dengan mengektrasi PKM tersebut dengan mengunakan larutan heksana. Langkah pertama sekali adalah menimbang PKM yang akan diekstrak dan setelah itu dibungkus untuk dimasukan kedalam sokhlet pengekstrak tapi sebelumnya ditimbang dulu labu penampung hasil ekstrak dan dimasukkan kedalam larutan heksana (C8H14) sebanyak 250 ml. Sampel diekstrak lebih kurang tiga jam atau sampai larutan heksana di top (produk atas) berwarna bening. Labu dan minyak yang didapat hari hasil ekstrak dimasukkan kedalam oven dan dipanaskan pada 105oC kira-kira 15 menit untuk menguapkna air yang masih terkandung dalam minyak dan setelah ini baru dapat ditentukan berat minyaknya.



3.5 3.5.1



Neraca Massa Dan Neraca Panas Neraca Massa



Perhitungan neraca massa terhadap alat dalam suatu proses industri sangat penting perananya, untuk perancangan ataupun ketahanan suatu alat. Prinsip-prinsip kekekalan massa pada suatu proses disebut neraca massa. Perhintungan neraca massa dihitung dari semua massa yang masuk, tertimbun (akumulasi) dan yang keluar dari suatu sistem operasi secara umum neraca massa menyatakan bahwa jumlah zat yang terakumulasi. Dalam bentuk persamaan dapat tertulis sebagai berikut: Massa masuk = massa keluar + massa terakumulasi…………………(1) Dalam keadaan steady, massa terakumulasi = 0 sehingga persamaaan menjadi: Massa masuk = massa keluar…………………………………………(2) Untuk menghitung neraca massa, diperlukan variabel masing-masing komponen, sehingga mempermudah dalam perhitungan. Untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar batasan sistem neraca massa dan panas dibawah: S



V



sterilizer F



P



C+I Gambar 3.1 batasan sistem neraca massa dan panas pada bejana rebusan (sterilizer).



Neraca Massa Total: F + S = P + V + C + I …………………………………..(3a) Atau F + S = P + V + B ………………………………………(3b) (geankopis, 1983)



Keterangan: F = tandan Buah Segar



S = steam masuk



P = tandan buah rebus



V = steam keluar



C = kondensat



I = indroging (penyusutan)



B = buangan air (blow down)



3.7.2



Neraca Panas Hukum kekekalan energi (panas) menyatakan bahwa panas tidak dapat diciptakan atau



dimusnahkan, akan tetapi hanya dapat diubah dari suatu bentuk ke bentuk yang lain. Sesuai dengan bunyi hokum kekekalan energi, maka panas yang masuk dalam suatu proses sama dengan jumlah panas yang keluar, ditambah panas yang terakumulasi. Dalam persamaan dapat ditulis: Panas masuk = panas keluaar + panas terakumulasi …………………(5) Dalam keadaan steady, massa terakumulasi = 0 sehingga persamaan menjadi: Panas masuk = panas keluar …………………………………………...(6) Prinsip perhitungan untuk menghitung panas yang dibawa masuk dan keluar sterilizer adalah dengan menggunakan persamaan: Q = m x Cp x ΔT Sedangkan untuk menghitung panas steam (panas laten) digunakan persamaan berikut: Q = m x λ ………………………………………………………………(7) Atau Q = m x ΔH ………………………………………………………..(8)



Dimana: ΔH = perbedaan entalphi (kj/Kg)



Q = jumlah panas λ = panas steam (kk)



M = masa (Kg)



Cp = kapasitas panas (kkal/kg 0C) ΔT = beda temperatur ( 0C)



BAB IV PELAKSANAAN TUGAS KHUSUS



4.1



Judul Tugas Akhir Dalam melaksanakan tugas Kerja Praktek di PT. PERKEBUNAN NUSANTARA I Tanjung Seumantoh, Penulis mengambil judul tugas khusus “NERACA MASSA PADA PROSES



PEREBUSAN(STERILIZER)” di PKS dan PIS PT. PERKEBUNAN NUSANTARA I Tanjung Seumantoh, Aceh Tamiang. 4.2



Latar Belakang Tugas Khusus Latar belakang tugas khusus ini adalah untuk menghitung dan melihat berat buah kelapa sawit pada saat sebelum dan sesudah perebusan di dalam sterilizer, dengan menggunakan rumus NERACA MASSA. Dengan mempelajari dan memahami secara langsung mengenai PKS dan PIS PT. PERKEBUNAN NUSANTARA I Tanjung Seumantoh, Aceh Tamiang.



4.3



Tujuan Tugas Khusus Tujuan tugas khusus dari PKL ini adalah untuk melihat berapa penyusutan pada buah kelapa sawit pada saat perebusan. Melihat Perbandingan antara buah kelapa sawit sebelum dan sesudah di lakukan perebusan, yang waktu, steam, berat sebelum masuk, yang sudah di tentukan oleh Pabrik kelapa sawit.



4.4



Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus Pelaksanaan kerja praktek di PKS dan PIS PT. PERKEBUNAN NUSANTARA I Tanjung Seumantoh, Aceh Tamiang, di mulai sejak tanggal 1 Agustus s/d 27 Agustus 2011.



4.5



Manfaat Praktik kerja Lapangan Manfaat dari Praktek Kerja Lapangan(PKL), Mahasiswa dapat mengetahui secara luas proses apa saja yang ada pada pabrik tersebut. Dan bisa mengasah kemampuan yang telah di pelajari di kampus.



4.6



Objek Tugas khusus Pada tugas khusus ini penulis mengambil objek pada perebusan(sterilizer).



4.7



Metodelogi Tugas Khusus Metode yang diterapkan dalam melaksanakan kerja praktek di PT. Perkebunan Nusantara-1 Tanjung Seumantoh Aceh Tamiang adalah:



1.



Masa orientasi, yaitu pengarahan dan penjelasan secara umum tentang proses produksi di PT.Perkebunan Nusantara-1TanJung Seumantoh.



2.



Peninjauan ke unit-unit produksi pabrik, yaitu unit proses, water treatment, maintenance, labolatorium dan unit limbah.



3.



Wawancara dengan operator dan pembimbing materi serta pengumpulan data-data dan literature yang berkenaan dengan tugas khusus



4.



Penyelesaian tugas khusus sesui dengan bimbingan dan arahan dari pembimbing.



BAB V PEMBAHASAN Sterilizer(perebusan) adalah alat untuk Mempermudah proses pembrodolan pada threser, Melunakan daging buah, sehingga daging buah mudah lepas dari biji. Sterilizer memiliki bentuk panjang 26 m dan diameter pintu 2,1 m. Dalam sterilizer dilapisi Wearing Plat setebal 10 mm yang berfungsi untuk menahan steam, dibawah sterilizer terdapat lubang yang gunanya untuk pembuangan air condesat agar pemanasan didalam sterilizer tetap seimbang. Dalam melakukan proses perebusan diperlukan uap untuk memanaskan sterilizer yang disalurkan dari boiler. Uap yang masuk ke sterilizer 2,8 - 3Kg/cm2 , suhu 140oC, dan direbus selama 90 menit.



Massa yang masuk ke dalam suatu sistem harus keluar meninggalkan sistem tersebut atau terakumulasi di dalam sistem. Konsekuensi logis hukum kekekalan massa ini memberikan persamaan dasar neraca massa : :: [massa masuk] = [massa keluar] + [akumulasi massa] dengan [massa masuk] merupakan massa yang masuk ke dalam sistem, [massa keluar] merupakan massa yang keluar dari sistem, dan [akumulasi massa] merupakan akumulasi massa dalam sistem. Akumulasi massa dapat bernilai negatif atau positif. Pada umumnya, neraca massa dibangun dengan memperhitungkan total massa yang melalui suatu sistem. Pada perhitungan [[teknik kimia]], neraca massa juga dibangun dengan memperhitungkan total massa komponenkomponen senyawa kimia yang melalui sistem (contoh: [[air]]). Bila dalam sistem yang dilalui terjadi [[reaksi kimia]], maka ke dalam persamaan neraca massa ditambahkan variabel [produksi] sehingga persamaan neraca massa menjadi: [massa masuk] + [produksi] = [massa keluar] + [akumulasi massa] Variabel [produksi] pada persamaan neraca massa termodifikasi merupakan [[laju reaksi kimia]]. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN



KESIMPULAN Setelah melakukan praktek kerja lapangan di PTP. Nusantara 1 PKS & PIS Tanjung Seumentoh, khususnya pada proses perebusan dengan perhitungan neraca massa, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : Pada proses ini, perbandingan antara tandan kelapa sawit masuk dengan tandan kelapa sawit keluar, hasilnya berbeda. Ini di akibat kan karena dalam proses perebusan(sterilizer) banyak yang terjadi penyusutan, antara lain: air dan minyak. Pada pabrik ini steam yang di gunakan pada sterilizer(perebusan) berbeda, karena sesuai SOP(Standart Operasional Prosedur). Pada 1(satu) sterilizer memuat 10 lori yang akan di lakukan perebusan(untuk memisahkan antara minyak dan air, nosis).



Lori 1 Lori = 2.400kg



sterilizer 1 sterilizer = 10 lori



SARAN



Untuk mendapatkan hasil perhitungan yang akurat, penulis menyarankan agar teliti pada analisa air rebusannya. Kemudian di lihat steam yang di gunakan, sesuai SOP(Standart Operasional Prosedur) yang sudah di tetapkan oleh pabrik. Ketelitian dalam proses dan analisa di tingkatkan agar tidak terjadi kesalahan. DAFTAR PUSTAKA Anonymous, 1985, Sejarah Pabrik Kelapa Sawit PTPN 1 PKS dan PIS Tanjung Seumantoh, Kuala Simpang, Aceh Tamiang. Ardyanti, A.R dan utomo. J, 2002, Biodiesel As A Future Fuel, A Review, proc. Design and Application Of Technology ; Surabaya. Geankoplis,C. j, 1983, Transport Processes And United Operation,And Edition,Allyn And Bacon,Massa Chusettis. Kartimin,1984, Garis – Garis Besar Mesin Kelapa Sawit, Lembaga Edisi 1, UI press, Jakarta. Niabaho,1996, Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit, Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan Rante R,S.E, 1997, Pengolahan Kelapa Sawit Dan Limbah Pabrik Kelapa Sawit, Tim Standarisasi Pengolahan Kelapa Sawit,Derektiorat Jendral Perkebunan, Jakarta Siregar,I.M 1991. Teknologi Pengolahan, Sarana Empat Nusa Indah, Pengantar siantar.



Lampiran A. Data Pengamatan dan Perhitungan Neraaca Massa Pada Proses Perebusan(sterilizer)



Sampel perhitungan di ambil pada tanggal 08 Agustus – 09 Agustus 2011, yang di peroleh dari laboratorium PKS Tanjung Seumentoh – Aceh Tamiang, adalah sebagai berikut :



Tanggal



Steam masuk(kg)



Zat basah(%)



Air(%)



Nosis(%)



08 agustus 2011



2,8kg



0,38%



89,26%



5,36%



09 agustus 2011



2,8kg



0,20%



90,50%



4,11%



Perhitumgan pada tanggal 08 Agustus 2011.



Diketahui :



F = 25.000kg/cm2 S = 2,8kg/cm2 V= 0kg/cm2 B= 116,21%



Ditanya :



P = …?



KETERANGAN : F = Tandan Buah Segar S = Steam Masuk V= Steam Keluar B= Buangan Air(Blow Down) P= Tandan buah rebus



Penyelesaian:



Rumus yang digunakan : F + S = P + V + B 25.000kg/cm2 + 2,8kg/cm2 = P + 0kg/cm2 + 105,00% 25.002,8 kg/cm2



= P + 105,00%



P= % P= 23.812kg/cm2



Perhitumgan pada tanggal 09 Agustus 2011.



Diketahui :



F = 25.000kg/cm2 S = 2,8kg/cm2 V= 0kg/cm2 B= 104,81%



Ditanya :



P = …?



KETERANGAN : F = Tandan Buah Segar S = Steam Masuk V= Steam Keluar B= Buangan Air(Blow Down) P= Tandan buah rebus Penyelesaian:



Rumus yang digunakan : F + S = P + V + B 25.000kg/cm2 + 2,8kg/cm2 = P + 0kg/cm2 + 104,81% 25.002,8 kg/cm2



= P + 104,81% P= % P= 23.855kg/cm2



S



V



STERILIZER



P=…?



F



B



Diposting 22nd December 2011 oleh dhanie EaR 1 Lihat komentar



1. Reno Daniel enjex28 Maret 2016 21.36 Terimakasih atas terdownloadnya laporan ini. laporannya Lengkap. Balas



Inspirations



  



Beranda berbagi dalam photo



Feb 18



perasaan ku Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸӜ ̵̡ ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸӜ ̵̡ ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ ˙·٠•●♥ Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ ♥●•٠·˙ ::Persahabatan jadi Cinta:: Bila masih mungkin kesempatan merindukan sang surya... Merindukan jatuhnya embun. Kuingin bermanja membelai cinta... Dengan cinta, dengan kasih. Kuberikan kepadamu... Denganmu merasa impian hidup bahagia terbayang nyata... Mungkinkah... Persahabatan kita jadi cinta... Cemburu tandanya cinta, Rindu pastinya ada sayang... Kini yg kurasa... Benih² cinta tumbuh tanpa kusadari. Sahabatku cintaku... Tapi apakah dia sama punya rasa... Kuingin manja bersamamu... Membelai cinta dan kasihmu... Kenapa tak jua kau mengerti... Kuingin Persahabatan ini jadi Cinta... Mau yaa... Hehe... Please... Dec 22



laporan PKL PT.tanjung seumantoh



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang



Pabrik kelapa sawit merupakan salah satu industri hasil pertanian yang terpenting di Indonesia. Kelahiran perkebunan kelapa sawit di Indonesia dirintis oleh Andrian Hallet (Seorang berkebangsaan Belgia yang telah belajar tentang kelapa sawit di Afrika) pada tahun 1911. Perkebunan kelapa sawitnya di Sungai Liput (Aceh) dan di Pulau Radja (Asahan). Sejak ini Indonesia dikenal sebagai produsen kalapa sawit. 1 Nov 30



Flotasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengolahan Bahan galian atau Mineral Dressing adalah istilah umum yang biasa dipergunakan untuk proses pengolahan semua jenis bahan galian/mineral yang berasal dari endapan-endapan alam pada kulit bumi, untuk dipisahkan menjadi produk-produk berupa satu macam atau lebih mineral berharga dan sisanya dianggap sebagai mineral kurang berharga, yang terdapat bersamasama dalam alam. Dengan demikian pengolahan bahan galian dapat juga meliputi : 1. Nov 24 “Rincian cinta” Cinta .. Setiap manusia memiliki cinta,, Kasih sayang dari cinta sangat lah indah,,



Cinta adalah awal dari kasih sayang… Cinta.. Nov 24 “SALING MENGINGATKAN” Semua manusia pasti akan mati….



Memuat Tema Tampilan Dinamis. Diberdayakan oleh Blogger.