Fraktur Mandibula [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KASUS



Pembimbing: dr. Iwan Irawan Karman,



Sp. B(K)-KL, FICS



Disusun oleh : Mariani Devi Agustina Kristiani Evi



2013-061-027 2013-061-030 2013-061-160



Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya Jakarta 2014



LAPORAN KASUS Open Reduction dan Internal Fixation dengan menggunakan Miniplate pada Fraktur Mandibula IDENTITAS • Nama : Tn. R • Usia : 24 Tahun • Alamat : Jl. H. Husin RT 004/001 kel. Susukan Kec. Ciracas, Jakarta Timur • Tanggal masuk RS : 06 Mei 2014 • Tanggal operasi: 09 Mei 2014 ANAMNESA   



Keluhan Utama : Susah membuka mulut sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit Keluhan Tambahan : Nyeri pada saat mencoba membuka mulut dan memar pada wajah sebelah kiri. Riwayat Penyakit Sekarang :



Pasien datang dengan Rumah Sakit dengan keluhan mulut sulit dibuka selama 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengeluh nyeri dirahang kiri bawah saat membuka mulut, dan pasien membuka mulut hanya bisa sebesar dua jari. Pasien tidak dapat mengunyah makanan karena nyeri. Pasien juga mengeluh bahwa mulut pasien tidak dapat tertutup rapat. Selama dua hari pasien hanya minum susu dan makan bubur. Pada wajah pasien juga terdapat memar pada wajah sebelah kiri. Satu hari sebelum masuk Rumah sakit, pasien mengalami kecelakaan lalu lintas saat mengendarai motor dan menggunakan helm. Pasien tidak mengingat posisi jatuh, pasien juga pingsan. Pasien mengalami luka robek di dagu kiri, luka lecet di lutut kanan, kaki kanan, dan dada kiri. 



Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada



PEMERIKSAAN FISIK • Keadaan umum : tenang • Tanda-tanda vital : Kesadaran : GCS 15 (E4M6V5), compos mentis Laju nadi : 92 x/menit Laju pernapasan : 20x/menit Suhu tubuh : 36,5oC • Status gizi Berat badan: 60 kg Tinggi badan: 172 cm • Kepala : deformitas – •



Wajah



: tampak asimetris, edema di regio bukal sinistra, perdarahan (+) pada



mulut, bagian Incisivus I maxilla sinistra, Incisivus I, II, dan Caninus 1 mandibula sinistra Terdapat gigi goyang Incisivus 1, Incisivus 2, caninus 1 mandibula sinistra, dan Incisivus 1 maxilla sinistra Status lokalis: L : Terdapat luka tertutup kasa pada regio mentalis sinistra, rembesan +, darah +, pus +, edema + , deformitas + F : nyeri tekan + dengan VAS 8-10, kalor + M : Pergerakan sendi temporomandibular terbatas karena nyeri



2



• •















Leher : kelenjar getah bening membesar (-), gerakan leher normal Thorax paru : Inspeksi : gerakan dada simetris Palpasi : gerakan dada simetris Perkusi : sonor +/+ Auskultasi :vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/Thorax jantung : Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat Palpasi : ictus cordis teraba Perkusi : kardiomegali (-) batas kiri : linea midklavicularis sinistra batas kanan : linea sternalis dextra batas atas : ICS 3 Auskultasi :S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-) Abdomen : Inspeksi : datar, terlihat massa(-) Palpasi : supel, nyeri tekan (-), teraba massa (-) Perkusi : timpani seluruh kuadran Auskultasi :bising usus (+) 4 x/menit Extremitas : edema -/-, akral hangat, CRT < 2 detik Status lokalis : 1. L : luka tertutup kassa di regio genu dekstra rembesan -, darah -, edema F : Nyeri tekan +, pulsasi distal di arteri dorsalis pedis teraba M : ROM Artikulatio genu bebas 2. L: luka lecet di regio dorsalis pedis dekstra, tampak krusta coklat dengan jaringan granulasi. F : nyeri tekan –, pulsasi distal di arteri dorsalis pedis teraba M : ROM ankle bebas



DIAGNOSIS DIFERENSIAL:  



Fraktur Mandibula Dislokasi Mandibula



PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Penunjang Lab darah (6 Mei 2014) Hb: 15,1 g/dl



SGOT: 19 u/l



Ht: 44%



SGPT: 7 u/l



Leu: 10.100/ul



Na : 142 mmol/ L



Tromb: 221.000/ul



K : 4.7 mmol/L



BT: 2 menit



Ureum : 26 mg/dl



CT : 4 menit



Creatinin : 26 mg/dl



GDS : 108 mg/dl



Xray Panoramic(06 Mei 2014) Kesimpulan :



3







Tampak garis fraktur multiple simfisis dan parasifisisi kiri mandibula yang mencapai proc



 



alveolaris dengan alignment tulang tampak masih baik Corpus, angulus, dan condylus mandibula kesan intak Susunan gigi tampak masih baik, sisi bawah tampak tanggal di sebagian PM dan M bilateral



Diagnosis Pre-Operasi: Fraktur terbuka mandibula parasimfisis sinistra, fraktur dentoalveolar I1, I2, C1 mandibula sinistra LAPORAN OPERASI Hari Operasi (9 Mei 2014, 08.30 WIB) • Kesadaran : GCS 15 (E4M6V5), compos mentis • Laju nadi : 80x/menit • Tekanan darah : 110/70 mmHg • Laju pernapasan : 20 x/menit • Suhu tubuh : 36,7oC Pre-operasi Puasa 6 jam sebelum operasi Antibiotik : Cefazolin 1 gr IV 4



Intra-operasi Jenis operasi: ORIF miniplate mandibula • Pasien berbaring di meja operasi posisi supine dan dilakukan anestesi umum. • Dilakukan intra oral hygiene menggunakan savlon. • Dilakukan tindakan asepsis dan antisepsis pada regio oral. • Dilakukan oklusi pada oral. • Dilakukan insisi pada gingival lateral hingga fraktur line. • Dilakukan kuretase dan debridemen. • Dipasang plate mini 2.0 , plate tipis 2.0 5 hole, dan 2 buah plate parallel (2.0 tipis 10 hole) • Dilakukan pencucian dengan NaCl hingga jernih. • Dilakukan pemasangan interdental wire pada I2-PM kiri bawah, dan I2-I1 kanan bawah • Dilakukan pengecekan oklusi • Menjahit 1 lapis gingival lateral dengan vicryl 3.0 • Dilakukan pengencangan di regio mandibula dengan hecting 2 lapis vicryl 3.0 dan prolene 5.0 tajam • Operasi selesai Diagnosis Post Operasi à Fraktur terbuka mandibula parasimfisis sinistra, fraktur dentoalveolar I1, I2, C1 mandibula sinistra



5



POST OPERATIF Instruksi post operatif: Non medikasi:  



Observasi tanda-tanda vital Bila sadar betul  diet cair( air putih, susu, diet lunak)



Medikasi:      



IVFD Asering 5 30 tpm/makrodrip Ketorolac 3 x 15 mg IV Cefazolin 2x 1 g IV Tramadol 200mg drip / 24 jam Paracetamol 2x1 g IV Omeprazole 2x40 mg IV 6







Betadine Gargle (oral higiene) 2-3x/hari



Hari Rawat-5, Hari Paska Operasi-1 (10 Mei 2014) • S : Pasien tidak bisa bicara karena rahang sulit dibuka, rahang kiri bawah nyeri berdenyut •



dengan VAS 5, daerah dagu dan bbir bawah kiri terasa tebal dan kebas. O : keadaan umum : Pasien tampak meringis, kesadaran : compos mentis (GCS 15: E4M6V5) TD = 120/60 mmHg N = 72 x/menit, RR = 20 x/menit, S = 36,7oC Kepala, jantung, paru, abdomen dan ekstremitas dalam batas normal. Wajah : asimetris, edema masih terlihat sedikit di region bukal sinistra. Sensoris di regio labial inferior sinistra -, sensoris di regio mental – Status lokalis: L : Terdapat luka tertutup jahitan pada regio mentalis sinistra, rembesan +, perdarahan







aktif F : nyeri tekan+ M : Pergerakan sendi temporomandibular terbatas karena nyeri(bukaan 2 jari) A : Pria 24 tahun hari rawat ke-5 dengan Fraktur terbuka parasimfisis mandibula dan fraktur dentoalveolar , hari paska operasi ke-1 Open reduction and internal fixation os Mandibula • P: • Mobilisasi bebas • Diet cair perlahan • IVFD Asering 5  30 tpm • Cefazolin 2x1gr IV dosis k 8 • Paracetamol 2x1 g/ drip • Omeprazole 2x40mg • Tramadol 200mg / drip • Betadine gargle 2-3x/hari Hari Rawat-6, Hari Paska Operasi-2 (11 Mei 2014) • S : Pasien masih sulit bicara karena rahang sulit dibuka tetapi sudah membaik, rahang kiri bawah nyeri ngilu dengan VAS 3, daerah dagu dan bibir bawah kiri terasa tebal dan kebas berkurang, pasien merasa nyeri yang menjalar ke kepala sebelah kiri dari nyeri di rahang kiri dan pipi kiri 7



dengan VAS 1, kadang nyeri bertambah hingga VAS 5. Pasien juga merasa pegal di leher bagian depan kiri dan belakang, dan sariawan di langit-langit mulit dan lidah sebelah kiri dan kanan. •



Pasien juga batuk berdahak dengan dahak warna hijau, makan terasa tidak enak dan demam. O : keadaan umum : Pasien tampak tenang, kesadaran : compos mentis (GCS 15: E4M6V5) TD = 120/60 mmHg N = 88 x/menit, RR = 12 x/menit, S = 38,3oC Kepala, jantung, paru, abdomen dan ekstremitas dalam batas normal. Wajah : asimetris, edema masih terlihat sedikit di region bukal sinistra. Sensoris di regio labial inferior sinistra membaik, sensoris di regio mental lebih membaik.



Status lokalis: L : Terdapat luka tertutup jahitan pada regio mentalis sinistra, rembesan +, perdarahan







aktif F : nyeri tekan+ M : Pergerakan sendi temporomandibular terbatas karena nyeri(bukaan 2 jari) A : Pria 24 tahun hari rawat ke-6 dengan Fraktur terbuka parasimfisis mandibula dan fratur



dentoalveolar , hari paska operasi ke-2 Open reduction and internal fixation os Mandibula P: • Mobilisasi bebas (buka mulut) • Diet lunak bubur sumsum • Aff infus dan pertahankan vasofix • Ketorolac 2x 30mg IV • Cefazolin 2x1gr IV dosis k 10 • Paracetamol 2x1 g/ drip • Omeprazole 1x40mg • Tramadol 200mg / drip • Betadine gargle 2-3x/hari • Neurobion 5000 • Metoklopeamide tab bila mual X-Ray Panoramic (11 Mei 2014) Kesimpulan : •







Terpasang plate and screw di simfisis dan parasimfisis kiri mandibula dengan kedudukan



  



baik. Terpasang wire di gigi 1 bawah kanan, gigi 1, 3, dan 4 bawah kiri. Kedudukan gigi lain baik Susunan gigi atas tampak baik, sisi bawah tampak tanggal di sebagian PM dan M bilateral



8



Hari Rawat-7, Hari Paska Operasi-3 (12 Mei 2014) • S :pasien sudah tidak merasakan nyeri berdenyut, terasa ngilu pada luka post operasi dengan VAS 1, pasien masih batuk dengan dahah berwarna hijau, rasa tebal dan kebas yang dirasakan pasien berkurang, jahitan luka gatal, demam setiap subuh. Pasien juga merasa pegal di leher bagian depan kiri dan belakang, dan sariawan di langit-langit mulit dan lidah sebelah kiri dan •



kanan. O : keadaan umum : Pasien tampak tenang, kesadaran : compos mentis (GCS 15: E4M6V5) TD = 120/60 mmHg N = 92 x/menit, RR = 20 x/menit, S = 38,8oC Kepala, jantung, paru, abdomen dan ekstremitas dalam batas normal. Wajah : asimetris, edema masih terlihat sedikit di region bukal sinistra. Sensoris di regio labial inferior sinistra membaik, sensoris di regio mental sudah lebih baik. Status lokalis: L : Terdapat luka tertutup jahitan pada regio mentalis sinistra, rembesan +, perdarahan



• •



aktif -, krusta berwarna coklat F : nyeri tekan+ M : Pergerakan sendi temporomandibular bebas A : Pria 24 tahun hari rawat ke-7 dengan Fraktur terbuka parasimfisis mandibula dan fraktur dentoalveolar , hari paska operasi ke-3 Open reduction and internal fixation os Mandibula P: • Mobilisasi bebas • Diet lunak bubur nasi + lauk cincang • Minum bebas • Ketorolac 2x 30mg IV • Cefazolin 2x1gr IV dosis k 12 • Omeprazole 1x40mg • Tramadol 200mg / drip • Betadine gargle 2-3x/hari 9



• • • •



Neurobion 5000 Paracetamol 500 mg p.o. prn Metoklopramide tab bila mual Gentamycin zalf 2x1 hari di atas luka jahitan



Hari Rawat-8, Hari Paska Operasi-4 (13 Mei 2014) • S :pasien merasa ngilu pada gigi VAS 3,sariawan di langit-langit mulut, jahitan luka gatal, •



demam setiap subuh, pasien masih batuk dan rasa kebas di bibir bawah dan dagu berkurang. O : keadaan umum : Pasien tampak tenang, kesadaran : compos mentis (GCS 15: E4M6V5) TD = 110/70 mmHg N = 68 x/menit, RR = 18 x/menit, S = 37,3oC Kepala, jantung, paru, abdomen dan ekstremitas dalam batas normal. Wajah : asimetris, edema masih terlihat sedikit di region bukal sinistra. Sensoris di regio labial inferior sinistra membaik, sensoris di regio mental sudah lebih baik. Status lokalis: L : Terdapat luka tertutup jahitan pada regio mentalis sinistra, rembesan +, perdarahan







aktif -, krusta berwarna coklat F : nyeri tekanM : Pergerakan sendi temporomandibular bebas A : Pria 24 tahun hari rawat ke-8 dengan Fraktur terbuka parasimfisis mandibula dan fraktur



dentoalveolar , hari paska operasi ke-4 Open reduction and internal fixation os Mandibula • P: • Mobilisasi bebas • Diet lunak • Minum bebas • Ciprofloxacin 2x500mg p.o. dosis ke-1 • Betadine gargle 2-3x/hari • Paracetamol 500 mg p.o. prn • Neurobion 5000 1x1 tab p.o. • Dexketoprofen trometamol 3x1 tab p.o. • Gentamycin zalf 2x1 hari di atas luka jahitan • Kenalog Zalf Obat pulang : 



Ciprofloxacin 2x500mg p.o.



  



Neurobion 5000 1x1 tab p.o. Dexketoprofen trometamol 3x1 tab p.o. Kenalog Zalf



10



Fraktur Mandibula 1. Anatomi Tulang mandibula merupakan sepertiga bawah dari bagian wajah yang mobil dan tergantung di basis cranii di dua tempat secara simetris. Tempat menggantungnya tulang mandibula disebut sebagai sendi temporomandibular yang merupakan sendi artrodial yang mengayun dan bergeser. Tulang mandibula berbentuk seperti tapak kuda yang tergantung di dua sisi. Tulang mandibula menyerap akibat dari tekanan atau trauma dan tidak menyalurkan dampak benturan ke fossa cranii media. Trauma pada tulang mandibular jarang yang dapat memberikan efek. Kaput dari prosesus kondilaris berhubungan dengan ramus mandibularis melalui leher dari prosesus kondilaris dimana bagian ini rentan terhadap trauma sehingga mudah terjadi fraktur.



Gambar 1 : Os mandibula 11



Tulang mandibula merupakan tulang terbesar dan terkuat pada daerah wajah. Tulang mandibula dibagi menjadi dua bagian, yaitu : a. Korpus i. Dibagi menjadi bagian inferior dan superior dari prosesus alveolaris ii. Terdapat protuberantia mentalis pada bagian anterior dan inferior pada bagian tengah (media) iii. Terdapat foramen mentale di bawah premolar II yang dilewati oleh cabang saraf Alveolar inferior untuk ke kulit dan membran mukosa pada bibir bagian bawah dan dagu yang merupakan cabang dari nervus mandibularis (VIII), iv. Linea Mylohyoid v. Fossa submandibularis yang merupakan bagian yang tertekan kedalam di bawah linea mylohyoid, tempat kelenjar submandibula vi. Terdapat tempat pertumbuhan gigi (‘dentition’) b. Ramus i. Merupakan proyeksi lateral vertikal dari korpus ii. Korpus dan ramus bertemu pada angulus mandibularis iii. Terdapat dua prosesus pada bagian superior: prosesus koronoideus dan prosesus kondilaris iv. Prosesus koronoideus menempel pada otot temporalis v. Prosesus kondilaris merupakan bagian dari sendi temporomandibular vi. Foramen mandibular terdapat pada bagian dalam dari ramus yang merupakan tempat masuknya kanalis mandibularis yang dilewati oleh nervus alveolaris



12



Gambar 2 : Os Mandibula



Gambar 3 : Os Mandibula Bagian terdepan dari mandibula adalah simfisis. Simfisis merupakan daerah yang dibatasi dengan garis lurus dari gigi insisivus di bagian kanan dan kiri. Kemudian di antara korpus dan simfisis, terdapat area yang dinamakan parasimfisis. Area ini dibatasi dengan garis lurus dari gigi caninus di sisi kanan dan kiri mandibula. Mandibula dianggap sebagai 13



penopang. Otot pengunyah menghasilkan gaya yang berpengaruh dalam penopang ini dan gigi sebagai titik penunjang. 2. Definisi Fraktur mandibula adalah hilangnya kontinuitas tulang mandibula baik sebagian maupun keseluruhan. Fraktur mandibula merupakan fraktur kedua tersering pada kerangka wajah. Fraktur mandibula dapat diklasifikasikan menjadi fraktur vertikal atau horizontal, favorabel atau tidak favorabel. Fraktur disebut sebagai favorabel jika otot mendekatkan fragmen fraktur sehingga dapat mereduksi fraktur. Hampir seluruh fraktur yang terjadi pada bagian angulus mandibula termasuk fraktur horizontal yang tidak favorabel dimana otot Masseter, pterygoideus medialis dan otot tempralis berkontribusi dalam pemindahan segmen proksimal.



Gambar 4 : Os mandibula dengan otot Masseter, Temporalis, dan Pterygoid medialis 3. Klasifikasi fraktur mandibula Fraktur mandibula dapat dibedakan dalam beberapa jenis menurut lokasi anatomi, seperti simfisis, parasimfisis, corpus, angulus, ramus, alveolus, condilus atau coronoid.



14



Gambar 5 : Os mandibula dengan pembagian menurut lokasi anatomi



Gambar 6 : Presentase terjadinya fraktur menurut lokasi anatomi 3.1 Fraktur Kondilus Fraktur kondilus adalah jenis lokasi yang sering terjadi, dapat dibedakan menjadi area caput, colum, dan subkondilar.



15



Gambar 7 : Fraktur kondilus dengan klasifikasi berdasarkan area fraktur 3.2 Fraktur angulus mandibula Angulus mandibula adalah area dengan berbentuk seperti pie dimana apex terletak pada distal molar ketiga, dan juga tempat melekatnya otot masseter. 3.3 Fraktur corpus mandibula Korpus mandibula adalah bagian horizontal dari distal simfisis hingga garis vertikal pada gigi molar ketiga. 3.4 Fraktur simfisis dan parasimfisis Simfisis adalah area antara garis vertikal dari distal gigi caninus. Fraktur simfisis dan parasimfisis biasanya disebabkan oleh trauma langsung pada dagu.  



Fraktur simfisis adalah fraktur yang terletak pada garis tengah antara insisivus. Fraktur parasimfisis adalah fraktur yang terletak tidak pada garis tengah dan diluar area simfisis.



3.5 Fraktur ramus Ramus adalah bagian vertikal dari mandibula diatas garis horizontal alveolar ridge, dan berakhir pada sigmoid notch. 3.6 Fraktur koronoid Prosessus koronoid terdapat pada anterior superior terhadap ramus. Sebagai tempat menempelnya otot temporalis. 3.7 Fraktur dentoalveolar Tulang alveolar merupakan rumah bagi gigi geligi, dan akan mengalami atrofi jika gigi yang seharusnya tidak ada.



16



Gambar 8 : Pemasangan wire untuk fraktur dentoalveolar 4. Diagnosis a. Anamnesis Pada anamnesis pasien akan mengeluhkan adanya nyeri dan maloklusi pada gigi setelah trauma, maka hal ini sudah hampir pasti terjadi fraktur mandibula. Nyeri yang dirasakan pasien merupakan efek dari kerusakan saraf alveolaris inferior. Maloklusi adalah suatu kondisi yang menyimpang dari relasi normal gigi terhadap gigi lainya dalam satu lengkung dan terhadap gigi pada lengkung rahang lawannya. b. Pemeriksaan Fisik Pada fraktur simfisis-parasimfisis dan korpus mandibula dapat disertai hematoma pada bagian dasar mulut, nyeri pada saat ditekan, laserasi intraoral, atau hilangnya kontur wajah yang normal, serta deformitas tulang. Mobilitas fraktur dapat ditemukan pada saat melakukan palpasi. Trismus sering berhubungan dengan fraktur mandibula, fraktur zygomatikomaksilaris. Pada pasien dengan fraktur mandibula pembukaan mulut antar incisivus kurang dari 35 mm. Fraktur prosesus kondilaris berhubungan dengan kerusakan pergerakan translasi dari prosesus kondilaris. Fraktur leher prosesus kondilaris sering menyebabkan perubahan posisi secara anteromedial yang merupakan respon atas kontraksi otot pterygoideus lateralis. Fraktur bilateral pada leher prosesus kondilaris dapat menyebabkan ‘Symetric anterior open bite’. c. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan radiografi untuk evaluasi fraktur mandibula adalah posisi panoramik. Pemeriksaan



radiografi



yang



dilakukan



pada



fraktur



mandibula



adalah



Posteroanterior, Towner, dan oblique bilateral. CT-scan dapat berguna untuk evaluasi fraktur mandibuka terutama ukuran, perubahan posisi, dan fraktur prosesus kondilaris yang tidak terlihat. 17



Gambar 9 : X-ray Panoramic 5. Terapi a. Secara umum pasien dewasa dengan fraktur mandibula yang melibatkan tulang alveolar akan memiliki posisi mulut yang terbuka. Pada fraktur ini perlu diberikan antibiotik profilaksis segera setelah trauma dan selama operasi. Topikal oral antiseptik juga membantu untuk minimalisasi bakteri yang dapat masuk ke area fraktur. Elastik angka delapan atau balutan barton disekeliling kepala lazim dilakukan untuk



menyokong



mandibula,



menstabilkan



fragmen-fragmen



fraktur



dan



mengurangi nyeri. Makanan dapat diberikan lewat mulut asalkan dalam bentuk cair atau sangat lunak, meskipun cedera berat memerlukan pemberian makanan dengan tuba atau intravena b. Closed Reduction Sebagian besar fraktur favorabel pada mandibula dapat diatasi dengan reduksi tertutup menggunakan intermaxillary fixation (IMF). Penggunaan IMF pada bagian simfisis, angulus, dan korpus dianjurkan selama empat hingga enam minggu. Sedangkan pada prosesus kondilaris tidak terlalu dibutuhkan. Selama periode empat hingga enam minggu pemasangan IMF dapat menyebabkan ankilosis pada sendi temporomandibular yang berhubungan dengan atrofi otot dan gagalnya pembukaan interincisal. Reduksi tertutup masih sering digunakan untuk fraktur mandibula terbuka, fraktur pada anak yang sedang mengalami pertumbuhan gigi, dan fraktur pada prosesus kondilaris. Jadi, reduksi tertutup digunakan saat reduksi terbuka tidak diindikasikan atau kontraindikasi. 18



Gambar 10 : Intermaxillary Fixation c. Open reduction Fiksasi internal (IF) dapat diklasifikasikan menjadi rigid (reconstruction plates, compression plates dan lag screw), semi rigid (miniplates), dan nonrigid (interosseous wire). IF rigid atau semirigid membutuhkan alat dan biaya yang besar. Indikasi untuk melakukan open reduction and rigid internal fixation(ORIF) adalah ketidakmampuan reduksi atau stabilisasi dengan menggunakan reduksi tertutup. Prinsip fundamental dari IF rigid adalah reduksi secara anatomis dengan akurat dan stabil, mobilisasi awal, dan tidak merusak jaringan lunak dan neurovaskular. Keuntungan ORIF melalui insisi ekstraoral dapat luka yang terencana tanpa kontaminasi saliva dan visualisasi yang baik. Kerugian ORIF dengan insisi ekstraoral adalah bisa membuat kerusakan pada saraf, jaringan lunak, serta adanya jaringan sikatrik. Pada fraktur yang kominuted, ada gap dan infeksi, dapat digunakan screw dengan ukuran 2.4-2.7mm. Sekarang banyak yang menggunakan reconstruction plates untuk menghindari perubahan posisi selama ORIF.



19



Gambar 11 : Reconstruction plates Fraktur sagital atau oblik tanpa perubahan posisi dapat menggunakan lag screw. Lag screw biasanya ditanamkan dalam tulang sedekat mungkin dengan perpendikular garis fraktur.



Gambar 12 : lag screw Miniplates (2.0 mm) juga digunakan untuk memperbaiki fraktur. Umumnya memiliki 6 hole yang ditempatkan pada batas bawah dan bikortikal screw diletakkan; sedangkan pada 4 hole plate, ditempatkan pada bagian bawah dan bikortikal atau monokortikal screw.



20



Gambar 13 : miniplates i. Simfisis dan Parasimfisis Fraktur pada area simfisis dan parasimfisis terletak diantara caninus. Reduksi tertutup pada area ini sulit dilakukan. Fraktur vertikal simfisis yang tidak favorabel cenderung membuat kolaps arkus mandibula. ORIF mencegah penggunaan IMF dalam jangka panjang. Pada fraktur simfisis dapata digunakan reconstruction plate, atau 2 lag screws, atau 2 miniplates. ii. Korpus Fraktur pada korpus mandibularis terletak diantara caninus dan molar terakhir. Fiksasi yang dilakukan sama dengan fraktur pada simfisis, tetapi ada hal yang berbeda, dimana terdapat nervus mentalis yang merupakan cabang dari nervus alveolaris inferior. ORIF dengan fiksasi rigid dengan mudah dapat diaplikasikan pada fraktur korpus mandibularis dengan menggunakana insisi Risdon (melalui submandibular atau intraoral atau transbukal). Jika fraktur oblik dapat menggunakan lag screws 2.4-2.7mm selama lag screws dapat tetap di bawah akar gigi dan jauh dari kanalis alveolar inferior. Fraktur oblik juga bisa menggunakan plates.



21



Gambar 14 : Fraktur oblik dengan Lag Screws iii. Angulus Fraktur pada angulus mandibularis terjadi posterior dari M2. Pada fraktur angulus mandibularis dapat menggunakan dua miniplates melalui intraoral. iv. Prosesus kondilaris dan Ramus Fraktur pada kedua area ini bisa diterapi secara konservatif dengan terbuka ataupun tertutup. Fraktur prosesus kondilaris yang tidak mengalami perubahan posisi diterapi secara konservatif dengan IMF. Fraktur kondilaris tinggi atau fraktur pada kapsul sendi temporomandibular ditangani dengan reduksi tertutup dan menggunakan guiding elastics karena bahaya dari nekrosis fragmen proksimal dengan reduksi terbuka. Indikasi untuk ORIF pada fraktur kondilaris jika terjadi perubahan posisi, maloklusi, dan fraktur tidak stabil. ORIF menggunakan miniplates 2.0. 6. Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi adalah infeksi, maloklusi, sendi temporomandibular ankilosis, gangguan sensoris akibat gangguan nervus alveolar inferior, edentulous, dan kerusakan nervus fasialis.



PEMBAHASAN



22



Fraktur mandibula merupakan fraktur tersering kedua yang terjadi pada daerah wajah. Penyebab utama dari fraktur mandibula adalah trauma. Pada kasus ini, fraktur mandibula diakibatkan karena adanya trauma. Pasien mengalami kesulitan dalam membuka rahang akibat nyeri yang dirasakan dan pasien mengalami maloklusi gigi akibat adanya deformitas dari mandibula. Dari pemeriksaan fisik ditemukan hematoma pada bagian dasar mulut, nyeri pada saat ditekan, dan hilangnya kontur wajah yang normal akibat adanya edema, serta deformitas tulang. Mobilitas fraktur dapat ditemukan pada saat melakukan palpasi. Pada pasien ini juga terjadi kesulitan atau kesusahan dalam pembukaan mulut antar incisivus. Pada pemeriksaan penunjang yaitu dengan X-Ray panoramik ditemukan adanya garis fraktur multiple simfisis dan parasimfis kiri mandibula yang mencapai prosesus alveolaris dengan alignment tulang tampak masih baik. Tatalaksana yang dilakukan untuk kasus fraktur parasimfisis mandibula kiri dengan Open Reduction Internal Fixation dengan menggunakan miniplates. Teknik ini dipilih karena tulang mandibula yang mengalami fraktur masih intak (load-sharing) dan bentuk miniplates yang semirigid mengikuti alur atau bentuk mandibula. Selain itu, ORIF memberikan hasil memuaskan secara kosmetik (insisi dalam).



DAFTAR PUSTAKA 23



Moore KL, Dalley AF, Agur AMR. Clinically Oriented Anatomy. 6th ed. US : Wiiliams & Wilkins, A wolters Kluwer Business; 2010. Snell RS. Clinical Anatomy by System.Greenville: LWW Snow JB, Ballenger JJ. Ballenger’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. 16th ed. Hamilton: BC Decker Inc; 2003. Flint W, et al. Cummings Otolaryngology Head and Neck Surgery. 5th ed. Philadelphia: Mosby Elsevier, Inc; 2010. Putz R, Pabst R. Sobbota. 22nd Ed. Germany: Elsevier;2006. Mandibulomaxillary



Fixation



[Internet].



[cited



2014



Mei



11];



Available



from:



www2.aofondation.org Mandibular Trauma [Internet]. [cited 2014 Mei 11]; Available from: entent.org Adams GL, Boies LR, Highler PA. Boies Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Jakarta: EGC; 1997.



24