FUNGSI & Tujuan FILSAFAT [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH FILSAFAT IPA FUNGSI DAN TUJUAN FILSAFAT



Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Filsafat IPA dibimbing oleh Dr. H. Abdul Gofur, M.Si



Oleh: Eni Suyantri (130341818672)



Learning University



UNIVERSITAS NEGERI MALANG PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI OKTOBER 2013



BAB I FUNGSI FILSAFAT A. FUNGSI FILSAFAT SEBAGAI SUMBER ILMU-ILMU 1. Filsafat sebagai Induk segala Ilmu Pada mulanya di dunia ini hanya ada satu ilmu pengetahuan, maka dari itu pada mulanya ilmu pengetahuan bersifat mono-displiner-sistem. Ilmu pengetahuan yang bersifat monodisipliner-sistem tersebut adalah filsafat. Pada masa itu segala masalah ilmu pengetahuan serta segala macam permasalahan hidup dibahas dan dipecahkan oleh filsafat. Masalah manusia, masalah individu, masalah sosial ekonomi dan kultural, masalah olahraga dan kesehatan dan sebagainya itu semuanya dibahas dan dipecahkan dengan filsafat. Bahkan masalah-masalah yang kita kenal sekarang sebagai matematika dan fisika, kedokteran dan farmasi, sains dan teknologi pada masa dahulu menjadi obyek material dan obyek formal filsafat, termasuk runag lingkup filsafat, menjadi obyek yang dibahas dan dipecahkan oleh filsafat. Karena perkembangan jaman dan kebutuhan manusia, keadaan menjadi berubah. Berbagai permasalahan hidup bermunculan dan keadaan semakin kompleks. Hal itu memerlukan pemecahan yang yang tepat nilai dan tepat guna serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, moral dan humanistis. Berdasarkan sejarah kelahirannya ilmu dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: a. Ilmu Induk Yaitu filsafat yang merupakan sumber dari segala ilmu cabang maupun ilmu ranting. Segenap ilmu pengetahuan (cabang dan ranting) bersumber pada filsafat. Filsafat dapat dianggap sebagai ibu dari segala ilmu, karena filsafat merupakan sub dari ilmu tersebut. Filsafatlah yang melahirkan semua ilmu tersebut. Berdasar sejarah kelahirannya filsafat mula-mula berfungsi sebagai induk ilmu atau ibu ilmu pengetahuan. Pada waktu itu belum ada ilmu pengetahuan lain, sehingga filsafat harus menjawab segala macam hal. b. Ilmu Cabang Yaitu ilmu-ilmu yang dilahirkan oleh filsafat, sehingga ilmu-ilmu cabang tersebut dapat pula disebut sebagai “anak”nya filsafat. Pengertian ini sejalan dengan pemaparan diatas yang menyatakan bahwa filsafat merupakan sumber dari segala ilmu cabang, segenap ilmu



pengetahuan bersumber pada filsafat, filsafat merupakan ilmu dari segala ilmu, dan filsafatlah yang melahirkan ilmu. c. Ilmu Ranting Yaitu pecahan ilmu cabang yang merupakan spesialisasi dalam suatu bidang atau sub-bidang tertentu. Misalnya dalam ilmu cabang Geografi dapat dipecah lagi menjadi ilmu pengetahuan ranting seperti Hydrologi, Vulkanologi, Meteorologi, dan sebagainya. Spesialisi itu terjadi sedemikian rupa sehingga hubungan antara cabang ilmu dan ranting ilmu itu sangat kompleks. Hubungan-hubungan tersebut ada yang masih dekat tetapi ada pula yang telah jauh. Bahkan ada yang seolah-olah tidak mempunyai hubungan. Pdahal sesungguhnya antara ilmu induk dengan ilmu cabang dan ilmu ranting mempunyai hubungan kausal dan hubungan organis. Hal ini dapat dilacak dari sejarah timbulnya ilmu-ilmu cabang dan ilmu-ilmu ranting sebagaimana dipaparkan di atas. 2. Filsafat Memberi Unsur-unsur Pokok kepada Ilmu Unsur-unsur yang diperoleh oleh ilmu-ilmu cabang dari filsafat mencakup: obyeknya, dasar-dasar ilmu, sifat-sifat atau syarat-syarat ilmu, metode, pemersatu ilmu. a. Objek Ilmu Semua ilmu (cabang ilmu maupun ilmu ranting) mendapatkan ketentuan dari filsafat mengenai obyeknya. Misalnya ilmu ekonomi, ilmu hukum, ilmu sosial dan ilmu politik, ilmu pendidikan, ilmu sastra, ilmu kedokteran, ilmu pasti dan matematika, ilmu alam atau fisika, dan sebagainya merupakan ilmu-ilmu yang meninjau satu obyek tertentu. Akan tetapi ilmuilmu tersebut tidak mengadakan sendiri obyeknya. Sebab obyek bagi ilmu-ilmu tersebut telah ada sebelumnya. Yang memberikan atau mengadakan objek bagi ilmu-ilmu tersebut adalah filsafat. b. Dasar-dasar Ilmu Filsafat memberikan dasar-dasar kepada ilmu-ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan cabang maupun ilmu pengetahuan ranting. Dasar-dasar ilmu yang diberikan oleh filsafat meliputi 3 macam dasar: •



Dasar-dasar mutlak atau axiomata







Dasar-dasar umum, meliputi segala alam







Dasar-dasar khusus, yang mengenai masing-masing ilmu



c. Sifat-sifat atau Syarat-syarat Ilmu Filsafat memberikan kepada ilmu-ilmu pengetahuan cabang maupun ilmu-ilmu pengetahuan ranting sejumlah sifat atau syarat-syarat tertentu, agar sesuatu pengetahuan itu menjadi bersifat ilmiah. Ilmu pengetahuan itu harus memiliki empat syarat agar menjadi ilmiah: •



Berobjek, yaitu mempunyai sesuatu yang dijadikan bahan atau lapangan penyelidikannya;







Bermetode, yaitu mempunyai ciri-ciri tertentu guna memudahkan mencapai tujuannya;







Bersistem, yaitu tersusun secara teratur dan konsisten dalam satu kesatuan;







Bersifat universal, yaitu berlaku secara umum yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu.



d. Metode Filsafat memberikan metode atau cara penyelidikan kepada ilmu. Setiap ilmu harus mempunyai metode, yaitu cara-cara tertenu guna memudahkan pencapaian tujuan. Hal ini merupakan salah satu syarat mutlak agar suatu pengetahuan dapat disebut sebagai ilmu atau sesuatu pengetahuan itu bersifat ilmiah. Hampir setiap ilmu memiliki metodenya sendirisendiri. Metode harus disesuaikan dan diselaraskan dengan disiplin ilmu yang bersangkutan bagi disiplin ilmu tersebut. Tepatnya metode merupakan separuh dari pencapain tujuan. Hal ini berarti bahwa berhasil-tidaknya tujuan suatu ilmu sangat ditentukan oleh ketepatan metode yang dipergunakan. Metode yang pokok yang dapat berlaku karena hal yang dipakai sebagai pokok-pangkal memang dapat berlainan. Macam metode pokok ada dua, yaitu: •



Metode analitis atau metode aposteriori, yaitu metode yang berpokok-pangkal dari hal-hal yang bersifat khusus, untuk mencapai hal yang bersifat khusus. Sebagai pembuktian untuk metode ini digunakan cara induksi.







Metode sintesis dan metode apriori, yaitu untuk hal yang bersifat khusus, berpokokpangkal dari hal yang sederhana untuk mencapai hal-hal bersifat kompleks. Sebagai pembuktian untuk metode ini digunakan cara deduksi.



e. Pemersatu Ilmu Agar supaya ilmu-ilmu cabang yang telah “disapih” oleh induknya itu tidak berjalan sendirisendiri, dan para ilmuwan yang bersangkutan tidak terkungkung di dalam dunia



spisialisasinya masing-masing, maka filsafat turun tangan untuk mempertemukan dan mempersatukan kembali ilmu-ilmu cabang itu, yang pada hakikatnya masih bersaudara satu sama lain, masih se “nenek moyang” dengan filsafat yang melahirkan ilmu-ilmu cabang itu. B. FUNGSI FILSAFAT SEBAGAI MAHKOTA/PERANGKUM ILMU 1. Pemekaran Ilmu-ilmu Cabang Semenjak filsafat “menyapih” ilmu-ilmu cabang menjadi displin ilmu yang mandiri maka ilmu-ilmu cabang tersebut kemudian benar-benar memisahkan diri dari induknya (filsafat). Meskipun demikian, ilmu-ilmu pengetahuan tersebut semuanya masih erat hubungannya dengan filsafat, sehingga acap kali sangat sulit untuk secara cermat menunjukkan dimanakah letak batas diantara kedua hal tersebut. Oleh sebab itu manusia kemudian menyadari akan perlunya factor pembeda antara: a. Sikap terhadap dan dalam menangani masalah-masalah filsafat, dengan b. Sikap terhadap dan dalam menangani masala-masalah penyelidikan ilmiah. Makin lama ilmu pengetahuan cabang itu semakin cenderung untuk memandang faktafakta/hal-hal yang khusus sebagai hal-hal yang terpenting. Sebaliknya, filsafat lebih memusatkan perhatiannya terhadap hal-hal yang merupakan azas-azas. Oleh sebab itu filsafat harus melakukan kajian terhadap azas-azas tersebut berdasarkan fakta-fakta serta pendapat-pendapat yang baru ditemukan. 2. Filsafat dan Pengetahuan Cabang Perkembangan



ilmu



pengetahuan



(ilmu



pengetahuan



cabang)



terus



berusaha



memperdalam dirinya, akhirnya sampai juga pada filsafat. Filsafat dan imu pengetahuan itu sama-sama ingin mencari pengetahuan yang benar. Dengan demikian filsafat dan ilmu pengetahuan cabang memiliki tujuan yang sama. Namun antara keduanya ada perbedaan ruang lingkup kerjanya, filsafat bertugas menafsirkan sedangkan ilmu pengetahuan cabang bertugas melukiskan. Filsafat tersusun dari hasil berpikir yang radikal, sistematis, dan universal. Sedangkan ilmu pengetahuan cabang tersusun dari hasil riset dan eksperimen adalah merupakan ilmu empirik, sehingga pembahasannya terbatas pada hal-hal yang bersifat empirik, hal-hal yang dapat dialami. Kebenaran ilmu pengetahuan cabang adalah sepanjang pengalaman. Sebaliknya, filsafat kebenarannya adalah sepanjang pemikiran. 3. Filsafat sebagai Dasar, Perangka dan Pemersatu Ilmu



Berdasarkan pemaparan diatas, filsafat memiliki fungsi sebagai ilmu yang sentral dalam susunan ilmu pengetahuan alam arti sebagai dasar, perangka dan pemersatu bagi cabang-cabang ilmu pengetahuan yang lain. Filsafat sebagai dasar dari semua ilmu cabang pengetahuan adalah karena filsafatlah yang melahirkan semua ilmu pengetahuan yang lain, filsafatlah sumber dari segala ilmu pengetahuan itu. Filsafat sebagai perangka dan pemersatu bagi ilmu-ilmu pengetahuan cabang adalah karena setelah imu-ilmu pengetahuan cabang itu memisahkan diri dari filsafat dan berkembang serta maju pesat, pada akhirnya akan sampai persoalan “batas”. Perkembangan dan kemajuan ilmu-ilmu pengetahuan cabang itu bukannya tanpa batas, sebab sebagai pengetahuan empirik segala ilmu pengetahuan cabang itu tidak melampaui batas pengalaman. 4. Filsafat Sebagai Inter-Disipliner-Sistem Filsafat berfungsi sebagai penghubung antar berbagai cabang ilmu-ilmu pengetahuan yang keadaannya sudah sangat kompleks. Filsafat menjadi “stasiun penghubung” antar berbagai disiplin ilmu yang beraneka ragam. Filsafat dapat menjadi “tempat bertemunya” berbagai disiplin ilmu atau berbagai cabang ilmu pengetahuan. Secara skematis berikut digambarkan fungsi filsafat sebagai Inter-Disipliner-Sistem:



IP IP EK EK IP IP TEK TEK



FILSAFAT FILSAFAT



IP IP PERT PERT



IP IP KED KED



IP IP SOS SOS



IP IP BUD BUD



IP IP POL POL



IP IP HUK HUK



Keterangan: Penyebutan berbagai disiplin ilmu seperti IPK EK (Ilmu Pengetahuan Ekonomi), IP SOS ((Ilmu Pengetahuan Sosial), IP BUD ((Ilmu Pengetahuan Budaya), IP POL ((Ilmu Pengetahuan Politik) dan sebagainya itu hanyalah sekedar contoh.



BAB II TUJUAN FILSAFAT A. TUJUAN FILSAFAT SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya. Sebagai ilmu pengetahuan yang seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya, filsafat yang sedalam-dalamnya bertujuan untuk memperoleh “pengertian hakikat” yang bersifat abstrak dan universal, dengan menggunakan metode analisa dan bersifat abstraksi. Hakikat atau substansi itu diliputi oleh atau “dibungkus” oleh unsur-unsur aksidensia sebagai hal-hal yang menyertainya. Untuk menemukan hakikat atau substansi itu maka unsur-unsur aksidensia itu harus “dilepaskan” secara bertahap dengan cara analisa dan abstraksi. Apabila hakikat atau substansi itu telah tercapai, maka diperolehlah pengertian pengertian tentang “sesuatu” yang bersifat tetap, tidak berubah, dan kebenarannya tidak terbatas ruang dan waktu (universal). B. TUJUAN FILSAFAT SEBAGAI DASAR, PERANGKA, DAN PEMERSATU ILMU Sebagai dasar, perangka, dan pemersatu ilmu bertujuan untuk: 1. Memberikan kecerdasan berpikir dan menggugah pengertian kita tentang kedudukan ilmu, 2. Mengembangkan diri dalam memperoleh pengertian kritis dan mandiri, 3. Menghargai kemerdekaan berpikir orang lain dan bersikap toleran, 4. Membina dan mengembangkan peradaban kemanusiaan, 5. Memberikan keseimbangan kepribadian, C. TUJUAN PENDIDIKAN FILSAFAT Menurut UNESCO (1952) pendidikan filsafat sangat penting bagi negara-negara, bangsabangsa dan orang-orang yang bersangkutan, pergaulan internasional, saling pengertian dan toleransi, serta sangat besar artinya bagi usaha-usaha kemerdekaan dan menggalang perdamaian dunia serta persahabatan internasional. Melalui pendidikan tersebut akan diperoleh manfaat: 1. Dapat menyusun pendapat sendiri secara tepat dan bebas, 2. Terlaksananya persiapan hidup di berbagai bidang,



3. Dapat berpikir secara bebas dan mandiri dan menghindarkan diri dari sifat apatisme dan dogmatis, 4. Memberikan kejelasan dan kemurnian dalam menanggapi nilai-nilai hidup kemanusiaan dan pembuktian sifatnya universal, 5. Menghargai kemerdekaan berpikir orang lain, bersikap toleran adanya saling pengertian, 6. Membantu orang menyusun cita-cita hidupnya, pola berpikir, dan kreativitasnya, 7. Bermanfaat bagi terpeliharanya dan berkembangnya peradaban serta pendirian dan sikap menghadapi propaganda yang membahayakan, 8. Berguna untuk menanamkan benih watak kemanusiaan sehingga pendidikan filsafat perlu diberikan di universitas dan SMA. Ditinjau dari segi sifatnya, tujuan pendidikan filsafat dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu: 1. Pendidikan filsafat yang bersifat intelektual Adalah demi pengembangan akal dan kecerdasan pikir serta menggugah pengertian dan penjelmaan manusi, maupun pemikiran terhadap hubungan kemanusiaan. 2. Pendidikan filsafat yang bersifat kejiwaan Adalah demi terwujudnya manusia bejaksana. D. TUJUAN FILSAFAT SEBAGAI PANDANGAN HIDUP Sebagai pandangan hidup filsafat diartikan sebagai suatu azas atau pendirian yang kebenarannya telah diterima dan diyakini, untuk dipakai sebagai dasar pedoman di dalam menyelesaikan masalah-masalah hidup. Tujuan filsafat sebagai pandangan hidup adalah untuk menjadikan orang dapat memiliki pandangan dunia yang luas dan padangan hidup yang mantap. Pandangan dunia dan pandangan hidup itu akhirnya akan menjelma menjadi tujuan hidup, pedoman hidup, pegangan hidup, sikap hidup dan cara hidup manusia yang bersangkutan.



DAFTAR PUSTAKA Wibisono, K. 1989. Dasar-dasar Filsafat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Terbuka.