Geologi Migas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LABORATORIUM TEKNIK GEOFISIKA DAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN UNIVERSITAS HALU OLEO



LAPORAN EKSKURSI GEOLOGI MIGAS



SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2019/2020



AINUN AYU UTAMI SUBHAN R1A1 17 027 TEKNIK GEOFISIKA



TANGGAL EKSKURSI SABTU,MINGGU 04-05, JANUARI 2020



KENDARI – INDONESIA © 2019 – TEKNIK GEOFISIKA



Laporan Ekskursi Geologi Migas GFS67062 , Semester V Tahun 2019



LAPORAN EKSKURSI Teknik Geofisika, Universitas Halu Oleo Nama NIM Kelompok Tanggal Ekskursi



: Ainun Ayu Utami Subhan : R1A117027 :1 : Sabtu,Minggu 4-5 Januari 2020



Abstrak Telah dilakukan ekskursi geologi migas pada hari Sabtu dan Minggu tanggal 4-5 Januari 2020 di Pulau Towea, Kecematan Towea, Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara. Ekskursi ini di lakukan di dua Desa dari tujuh desa yang ada di Kecamatan Towea yaitu di Desa Torega dan Desa Bone-bone . Kegiatan di laksanakan untuk mengetahui potensi keterdapatan hidrokarbon khususnya kenampakan bitumen yang ada pada daerah tersebut. Pada penelitian ini ditemukan adanya vein atau urat kuarsa yang merupakan celah untuk hidrokarbon. Hidrokarbon yang ditemukan didaerah ini berupa bitumen cair yang merembes disekitar daerah penelitian yang di duga disebabkan karena tidak adanya batuan penutup didaerah tersebut sehingga hidrokarbon terus mengalami migrasi hingga ke permukaan. Kata kunci : Hidrokarbon, Bitumen, Petroleum System.



Laporan Ekskursi Geologi Migas GFS67062 , Semester V Tahun 2019



BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu mata kuliah pendukung jurusan Teknik Geofisika UHO yaitu geologi migas. Dimana diketahui bahwa cabang geologi migas merupakan salah satu cabang geologi untuk mengetahui keberadaan minyak bumi dan gas di bawah tanah, kemudian mengeksplorasi dan memproduksinya. Kecamatan Towea terletak di Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara, yang terdiri dari 2 desa di dalamnya yaitu Desa Torega,Desa Moasi, dan Desa Bone-Bone. Pulau Towea di percaya sebagai pecahan dari Pulau Buton hal ini di tinjau dari segi Geomorfolgi dan statigrafi yang memiliki kesamaaan yang signifikan. Awalnya Buton dipercaya terdiri atas 2 buah lempeng mikrokontinen yang terpisah. Lempeng pertama mencakup bagian timur pulau Buton dan pulau Tukang Besi, dan lempeng kedua mencangkup pulau Buton dan pulau Muna . Namun dengan data geologi dan geofisika terbaru, daerah Buton terdiri dari tiga lempeng mikro-kontinen yang terdiri atas pulau Buton, Pulau Muna/Sulawesi Tenggara, dan kepulauan Tukang Besi yang terlibat dalam suatu tumbukan ganda. Salah satu hal dasar yang di lakukan dalam ekskursi geologi migas di Pulau Towea ini yaitu untuk mengetahui sebaran bitumen yang ada di pulau towea. Sebagaimana di ketahui bahwa Bitumen cair adalah endapan hidrokarbon/minyak/petroleum atau cairan seperti minyak berbentuk semipadat yang terbentuk secara natural di dalam media porous atau rekahan batuan. Bitumen padat dapat ditemukan di dalam batuan sedimen berbutir halus berupa material organik yang diendapkan dalam berbagai kondisi lingkungan geologi, umumnya payau, rawa atau danau tawar sampai ke lingkungan laut dangkal. Hal ini di dasarkan dari beberapa literature lembar buton yang menyebabutkan ketersebaran aspal di bagian utara pulau buton dan juga di lihat dari bukti fisik yang ada di lapangan.



Laporan Ekskursi Geologi Migas GFS67062 , Semester V Tahun 2019



B. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Tujuan yang ingin di capai pada ekskursi geologi migas adalah untuk mengetahui keterdapatan hidrokarbon khususnya bitumen yang ada di Pulau Towea dan dapat menerapkan konsep petrolyum system.



2. Manfaat Manfaat yang di diperoleh setelah kegiatan Ekskursi Geologi Migas adalah mahasiswa dapat mengetahui dan menerapkan konsep petrolyum system yang bekerja di Pulau Towea.



C. Kesampaian Daerah Pelaksanaan Ekskursi Migas dilakukan selama dua hari pada hari yang telah ditentukan, yaitu pada tanggal 4 – 5 Januari 2020. Eksrusi Migas dilaksanakan di dua desa yaitu Desa Moasi, Kecamatan Towea, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Peserta berkumpul di Gedung Fakultas Ilmu Teknologi Kebumian (FITK). Keberangkatan pada pukul 08:30 WITA dan sampai di lokasi jam 12:00 WITA. Kepulangan pada pukul 16:00 WITA dan tiba pada pukul 19:30 WITA.



Laporan Ekskursi Geologi Migas GFS67062 , Semester V Tahun 2019



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Geologi Regional



Gambar 1. Peta Geologi Lembar Buton



Laporan Ekskursi Geologi Migas GFS67062 , Semester V Tahun 2019



1. Geomorfologi Regional Buton dapat dibagi menjadi tiga zona berdasarkan fosiografi dan geomorfologinya (Sikumbang dan Sanyoto, 1981 dan Davidson 1991) yang diakibatkan oleh pengaruh struktur dan litologi pada zona tersebut yaitu: a) Zona Buton Utara, yang didominasi oleh dataran rendah dan pegunungan pantai berbentuk tapal kuda dengan dikelilingi gunung-gunung sepanjang Utara, Barat dan Timur dimana trend umum pegunungan tersebut adalah Baratlaut – Tenggara. Zona Selatan terdiri dari punggungan berarah Timur Laut, kemudian ditandai dengan berkembangnya hamparan daerah koral dan memperlihatkan stratigrafi karst. b) Zona Buton Tengah, didominasi oleh deretan pegunungan lebar dibentuk dari barisan pegunungan yang sedikit melengkung sepanjang Utara – Selatan dengan trend kea rah Utara, sedangkan sepanjang pantai Barat terdiri dari topografi denganrelief rendah yang berarah Timur Laut. c) Zona Buton Selatan, terdiri dari topografi yang berupa lembah dan bukit dengan trend arah TImur Laut, teras-teras terumbu yang terangkat dan topografi karst yang berupa haystack (perbukitan gamping) dan ditulang punggungi oleh pegunungan Kanpatoreh.



2. Stratigrafi Regional Jenis batuan yang terungkap di Pulau Buton sangat bervariasi demikian pula dengan umur batuannya yang mencakup mulai dari Mesozoik hingga Kuarter. Sebaran paling luas dari batuan Pra Tersier tersebut ditemukan di bagian ujung utara dari Pulau Buton di wilayah Kalisusu dan juga di sekitar aliran Sungai Mukito, Buton Selatan. Sedangkan batuan Kuarter yang didominasi oleh satuan batugamping terumbu, tersebar terutama di bagian selatan dan tengah Pulau Buton. Sekis Kristalin Batuan malihan ini terutama terdiri dari sekis – plagioklas yang hanya tersingkap di aliran Sungai Mukito ( Buton Selatan). Menurut Hetzel (1936) satuan ini di perkirakan berumur



Laporan Ekskursi Geologi Migas GFS67062 , Semester V Tahun 2019



lebih tua dari Trias yang didasarkan pada satuan Mesozoik lainnya tidak terlalu terubahkan seperti halnya sekis kristalin ini. Sikumbang, dkk (1995) menamakan satuan batuan tersebut sebagai Formasi Mukito yang juga diperkirakan berumur Pra Trias. Batuan Mesozoik Kedalam batuan Mesozoik ini termasuk beberapa satuan dengan umur tertentu, yaitu : a. Formasi Winto Satuan ini tersingkap di daerah Buton Selatan, di bagian atas aliran sungai Winto, yang disusun oleh batuan selang seling serpih, serpih napalan, batupasir arkose, konglomerat dengan sisipan tipis batugamping berwarna gelap. Satuan ini menutupi sekis kristalin yang terlipatkan. Berdasarkan fosil yang terdapat dalam lapisan batugamping seperti Halobia sp., satuan ini berumur Trias Atas. Satuan ini tersingkap di sekitar Lawele dan bagian atas aliran Sungai Winto. b. Formasi Doole Batuan dari Formasi Doole ini terutama terdiri dari batuan malihan yang berderajat rendah. Satuan ini tersingkap di sepanjang pantai timur Buton Utara antara Teluk Doole hingga Tanjung Lakancai. Adanya kemiripan dengan batuan Formasi Winto, satuan Formasi Doole ini diperkirakan berumur Trias Atas. c. Formasi Ogena Batuan yang menyusun Formasi Ogena terutama terdiri dari batugamping dengan sisipan napal. Dalam lapisan napal sering ditemukan fosil amonit seperti Phylloceras sp. dan Arietites sp. Keberadaan fauna amonit ini menentukkan umur satuan tersebut sebagai Jura Bawah. Formasi Ogena tertutama didapatkan di bagian utara dan selatan Buton, sedangkan di bagian tengah tidak ditemukan sebaran satuan batuan ini. d. Formasi Rumu Satuan ini terutama disusun oleh selang seling batugamping, napal dan sisipan batulempung. Dalam satuan ini banyak ditemukan fosil Belemnopsis sp., seperti Belemnopsis



Laporan Ekskursi Geologi Migas GFS67062 , Semester V Tahun 2019



gerardi, Belemnopsis alfurica dan Ancella cf. malayomaorica. Kontak dengan satuan dibawahnya yaitu Formasi Ogena terlihat selaras. Berdasarkan kandungan fosil tersebut, umur satuan batuan ini diperkirakan Jura Atas. e. Formasi Tobelo Seperti halnya duasatuan sebelumnya seperti Formasi Ogena dan Formasi Rumu, satuan batuan Formasi Tobelo terutama disusun oleh lapisan batugamping dengan sisipan tipis napal. Ciri satuan ini adalah terdapatnya sisipan tipis rijang, dengan kandungan fosil foraminifera yang banyak ditemukan dalam satuan ini umumnya terdiri dari Globotruncana canaliculata, Globigerina cretacea dan Pseudotextulaia globulosa. Fosil-fosil tersebut adalah fauna khas berumur Kapur. Lapisan batugamping kalsilutit dari satuan ini banyak mengandung fosil dari dari satuan ini banyak mengandung fosil radiolaria.



Gambar 2. Kolom Stratigrafi lembar Buton Batuan Tersier



Laporan Ekskursi Geologi Migas GFS67062 , Semester V Tahun 2019



Satuan batuan yang berumur Tersier ini terbagi atas batuan berumur Paleogen dan Neogen. Menurut Hetzel (1936) terdapat satuan batuan berumur Paleogen yang dinamakan Formasi Wani disekitar Pegunungan Tobelo, disusun oleh lapisan batuan konglomerat aneka bahan, batupasir dan batupasir gampingan. Dalam lapisan konglomerat tersebut ditemukan pecahan batugamping mengandung fosil Globotruncana 3. Struktur Regional Kondisi tektonik Pulau Buton tidak terlepas dari keadaan pola tektonik yang berkembang di wilayah timur Sulawesi. Dampak proses tektonik tersebut menghasilkan perlipatan serta sesar sungkup yang terbentuk. Pelipatan seringkali asimetri yang lebih terjal di sisi bagian barat. Terdapat perbedaan pola struktur dari Pulau Buton secara keseluruhan, dimana secara garis besar terdapat tiga bagian yang berbeda yaitu bagian selatan, tengah dan barat. Pelipatan dan patahan yang terbentuk sebagai dampak proses tektonik tersebut menghasilkan bentuk antiklinorium yang asimetris. Pola struktur di sebelah selatan pulau memperlihatkan arah baratlaut – timurlaut, bagian tengah pulau berarah utara-selatan, sedangkan di bagian utara pulau memperlihatkan arah utama baratlaut – tenggara. Sejumlah patahan yang berkembang di wilayah pulau ini memberikan nilai yang sangat penting dengan keberadaan aspal yang terbentuk. Fenomena tegasan tersebut di antaranya membentuk graben yang berarah baratdaya – timurlaut memotong bagian selatan pulau, yang dikenal dengan graben Lawele.



B. Sistem Petroleum Sistem petroleum adalah konsep yang menyatukan elemen berbeda dan proses geologi minyak bumi. Aplikasi sistem minyak bumi dapat digunakan dalam eksplorasi, evaluasi sumber daya, dan penelitian. Sebuah sistem petroleum meliputi lapisan batuan induk aktif dan semua minyak dan akumulasi gas. Ini mencakup semua elemen geologi dan proses yang penting jika akumulasi minyak dan gas. Terdapat elemen-elemen penting pada sistem petroleum adalah sebagai berikut:



Laporan Ekskursi Geologi Migas GFS67062 , Semester V Tahun 2019



Gambar 3. Sistem Petroleum a. Batuan induk Batuan induk (source rock) merupakan batuan sedimen yang mengandung cukup material organik untuk menghasilkan hidrokarbon melalui proses pemanasan. Hidrokarbon terdapat dalam bentuk cair, diantaranya berbentuk gas pada kondisi normal dan sebagai bentuk padatan. Pada hidrokarbon ada dua unsur utama yaitu karbon (C) dan hidrogen (H), selebihnya berupa belerang (S), nitrogen (N), oksigen (O) dan dalam senyawa tertentu juga sedikit logam. Mengingat unsur karbon merupakan zat organik, maka pada hakekatnya diyakini bahwa minyak terbentuk sebagai asal organik, walaupun demikian ada pula yang meyakini bahwa minyak bumi terbentuk oleh material asal inorganik. Perubahan pada semua material organik dari binatang maupun tumbuhan yang terkandung dalam lapisan sedimen menjadi minyak, gas maupun batubara terbentuk pada



Laporan Ekskursi Geologi Migas GFS67062 , Semester V Tahun 2019



kondisi umum yang sama yaitu waktu, iklim dan tektonik. Perbedaan dalam menghasilkan pembentukkan minyak, gas dan batubara terjadi pada material dengan lingkungan berbeda (North, 1985) Bahan-bahan organik yang terdapat didalam endapan sedimen selanjutnya dikenal dengan kerogen. Terdapat empat tipe kerogen yaitu adalah sebagai berikut:  Tipe I: bahan-bahan organic kerogen Tipe I merupakan alga dari lingkungan pegendapan lacustrine dan lagoon.Tipe I ini dapat mengkasilkan minyak ringan (light oil) dengan kuallitas yang bagus serta mampu menghasilkan gas.  Tipe II: merupakan campuran material tumbuhan serta mikroorganisme laut. Tipe ini merupakan bahan utama minyak bumi serta gas.  Tipe III: Tanaman darat dalam endapan yang mengandung batu bara. Tipe ini umumnya menghasilkan gas dan sedikit minyak.  Tipe IV: bahan-bahan tanaman yang teroksidasi. Tipe ini tidak bisa menghasilkan minyak dan gas. Kandungan kerogen dari suatu source rock dikenal dengan TOC (Total Organic Carbon), dimana standar minimal untuk 'keekonomisan' harus lebih besar dari 0.5%. Implikasi penting dari pengetahuan tipe kerogen dari sebuah prospek adalah kita dapat memprediksikan jenis hidrokarbon yang mungkin dihasilkan (minyak, gas, minyak & gas bahkan tidak ada migas). b. Batuan reservoir Hidrokarbon terbentuk berupa cairan/larutan yang akan mengalir (migrasi) secara alamiah dan terperangkap pada suatu batuan reservoir. Batuan reservoir sangat tergantung pada sifat litologinya terutama kondisi teksturnya, dimana sangat dipengaruhi oleh sifat porositas dan permeabilitas dari batuan. Batuan reservoir yang cukup baik sebagai perangkap hidrokarbon adalah lapisan batupasir dan batugamping, dimana batupasir memiliki porositas (pori-pori) antar butir, sedangkan pada batugamping yang bertindak sebagai perangkap mengacu kepada



Laporan Ekskursi Geologi Migas GFS67062 , Semester V Tahun 2019



porositas yang terbentuk oleh proses pelarutan. Selain kedua jenis batuan tersebut perangkap lainnya adalah rekahan-rekahan yang secara struktural terbentuk akibat ekstensi maupun kompresi. Porositas dan permeabilitas akibat rekahan lebih umum terdapat pada batuan-batuan yang telah mengalami deformasi. c. Batuan penutup Batuan penutup (cap rock) merupakan lapisan penutup yang tidak memungkinkan minyak dan gas bumi tertahan pada kedalaman tertentu tidak menguap ke permukaan. Batuan sebagai penahan ini bisa berupa batuan yang kedap seperti batuan klastika halus maupun lapisan-lapisan yang mempunyai permiabilitas sangat kecil. Yang termasuk kedalam jenis batuan ini diantaranya adalah lempung dan serpih d. Batuan perangkap Batuan Perangkap (Trap) adalah batuan perangkap yang merupakan tempat terjebaknya minyak dan gasbumi dapat dikelompokan dalam tiga jenis perangkap, yaitu perangkap struktur, perangkap stratigrafi dan perangkap kombinasi dari keduanya. Perangkap struktur banyak dipengaruhi oleh kejadian deformasi perlapisan dengan terbentuknya struktur lipatan dan patahan yang merupakan respon dari kejadian tektonik. Perangkap stratigrafi dipengaruhi oleh variasi perlapisan secara vertikal dan lateral, perubahan fasies batuan dan ketidakselarasan. Adapun perangkap kombinasi merupakan perangkap paling kompleks yang terdiri dari gabungan antara perangkap struktur dan stratigrafi.



C. Genesa dan Keterdapatan Aspal Alam Aspal alam atau juga sering disebut sebagai bitumen alam, tergolong pada minyak mentah yang sangat kental dengan kekentalan lebih dari 10.000 cP (Meyer,dkk., 2007). Kedalam istilah bitumen ini juga termasuk batubara. Cara terjadinya bitumen padat yang terdapat di Pulau Buton sampai sekarang belum terungkap dengan baik, umumnya masih bersifat hipotesis ataupun teori, dimana sumbernya



Laporan Ekskursi Geologi Migas GFS67062 , Semester V Tahun 2019



adalah minyak bumi mentah yang terperangkap jauh dibawah pemukaan tanah. Mekanisme terjadinya aspal alam hingga kini belum diketahui dengan pasti, beberapa teori cara terbentuknya aspal alam, antara lain menurut Abdul Rosyid, 1996 sebagai berikut :  Cara aliran (overflow) terjadi dalam tiga bentuk yaitu: Spring, cairan aspal yang terbentuk dalam bumi muncul ke permukaan melalui celah, rekahan dan patahan. Lake, aspal cair mengalir ke permukaan bumi melalui celah atau patahan kemudian mengendap dalam cekungan. dan,



Seepage, aspal yang terdapat dalam batuan,



kemudian mengalir ke bagian yang lebih rendah disebabkan tekanan material di sekitarnya atau karena panas matahari.  Impregnasi aspal dalam batuan (impregnating rock), aspal yang cair mengalir dan masuk pada pori-pori batuan yang dilaluinya, sehingga bersatu dengan batuan di mana aspal itu mengalir.  Filling vein, aspal yang cair mengalir melalui patahan dan akhirnya mengisi patahan tersebut hingga berbentuk seperti urat (vein). Mengacu pada sifat fisik aspal alam Siswosoebrotho dkk (2005) membedakan aspal danau (lake asphalt) dan aspal batu (rock asphalt). Aspal danau seperti yang ditemukan di Trinidad, sedangkan aspal yang ditemukan di daerah Buton diklasifikasikan sebagai aspal batu. Aspal Buton terutama ditemukan di bagian selatan Pulau Buton pada suatu lokasi yang berkaitan dengan bentuk graben, yang memanjang berarah baratdaya – timurlaut, pada daerah yang dikenal dengan Graben Lawele (Gambar 2). Selain itu juga pada beberapa daerah ditemukan resapan-resapan aspal, seperti didaerah Ereke , Buton utara dan Bubu di Buton Tengah. Keterdapatan aspal di bagian selatan Pulau Buton ini mencakup:  Tersebar pada daerah yang mengalami perlipatan dan pensesaran kuat  Sebagai resapan dalam batugamping dan batupasir dari Formasi Sampolakosa  Sepanjang zona batas Formasi Tondo dan Formasi Sampolakosa  Aspal Buton terdapat mengisi antar butir, berbentuk lensa ataupun tersebar tidak teratur dalam lapisan batuan.



Laporan Ekskursi Geologi Migas GFS67062 , Semester V Tahun 2019



Aspal yang ditemukan di daerah Pulau Buton ini terutama berkaitan dengan satuan batuan berumur Tersier seperti Formasi Sampolakosa dan Formasi Tondo. Kedua satuan batuan tersebut terutama disusun oleh batupasir dan batugamping, dalam hal ini cocok sebagai perangkap dari minyak yang terbentuk, mengalir dan bermigrasi hingga mencapai batuan dari Formasi Tondo maupun Formasi Sampolakosa. Aspal tersebut masuk kedalam pori-pori batupasir maupun rekahan yang terdapat dalam batugamping.



Laporan Ekskursi Geologi Migas GFS67062 , Semester V Tahun 2019



BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan cara pengambilan data lapangan berupa data sampel batuan dan data struktur yang kemudian akan dideskripsikan. Pengambilan data dilakukan pada 7 buah stasiun. Data struktur yang diperoleh berupa data kedudukan kekar yang terdiri dari kekar tarik (extension joint) dan kekar gerus (shear joint) yang kemudian akan dianalisa menggunakan diagram rose untuk menentukan arah tegasan utama yang bekerja pada daerah tersebut. Selain itu, dilakukan analisa sistem petroleum berdasarkan data penelitian sebelumnya untuk menjelaskan keterdapatan hidrokarbon di daerah penelitian.



Laporan Ekskursi Geologi Migas GFS67062 , Semester V Tahun 2019



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN



A. Hasil



Gambar 4. Peta Administrasi Daerah Penelitian



Laporan Ekskursi Geologi Migas GFS67062 , Semester V Tahun 2019



Gambar 5. Peta Geologi Daerah Penelitian 1. Data stasiun 1



Gambar 6. Singkapan stasiun 1



Laporan Ekskursi Geologi Migas GFS67062 , Semester V Tahun 2019



Data singkapan : Dijumpai singkapan batupasir pada koordinat 4°34’27,8” S/122°44’36,9” E dengan tinggi 0,5 meter dan panjang 10 meter. Singkapan ini memiliki kedudukan N 144° E/39°. Selaras dengan batuan di sekitarnya dan bersifat insitu. Telah terdeformasi berupa lipatan, kekar tarik (extension joint) dan kekar gerus (shear joint) serta memiliki urat kuarsa yang didalamnya terdapat aspal cair (ter). Data geomorfologi : Singkapan berada di daerah pesisir pantai dengan tingkat pelapukan tinggi dan reliefnya terjal. Tata guna lahan sebagai pemukiman. Data litologi : Merupakan sedimen klastik berwarna coklat kemerahan. Memiliki ukuran butir pasir sedang – pasir kasar, membundar tanggung, terpilah baik dan memiliki kemas tertutup. Porositas dan permeabilitasnya baik. Memperlihatkan struktur bedding. Batuan ini tersusun dari fragmen berukuran pasir sedang – kasar dengan mineral ortoklas dan muskovit sebagai mineral utamanya, matriks berukuran lanau – lempung dan semennya berupa oksida besi dan silika. Data struktur : Terdapat kekar gerus (shear joint), kekar tarik (extension joint) dan lipatan. Tabel 1. Data kekar gerus stasiun 1 No.



Kedudukan 1



2



1



N 210° E



N 350° E



2



N 270° E



N 164° E



3



N 278° E



N 183° E



4



N 157° E



N 101° E



5



N 262° E



N 162° E



6



N 280° E



N 170° E



7



N 161° E



N 236° E



8



N 303° E



N 175° E



9



N 294° E



N 176° E



10



N 173° E



N 120° E



11



N 111° E



N 152° E



Laporan Ekskursi Geologi Migas GFS67062 , Semester V Tahun 2019



12



N 111° E



N 152° E



13



N 94° E



N 155° E



14



N 94° E



N 155° E



15



N 111° E



N 152° E



16



N 75° E



N 162° E



17



N 75° E



N 162° E



18



N 103° E



N 33° E



19



N 103° E



N 33° E



20



N 94° E



N 22° E



21



N 94° E



N 22° E



22



N 94° E



N 22° E



23



N 294° E



N 22° E



24



N 306° E



N 22° E



25



N 354° E



N 281° E



26



N 270° E



N 335° E



27



N 270° E



N 3° E



28



N 310° E



N 40° E



29



N 306° E



N 22° E



30



N 15° E



N 125° E



31



N 176° E



N 70° E



32



N 354° E



N 321° E



33



N 354° E



N 116° E



34



N 115° E



N 358° E



35



N 24° E



N 305° E



36



N 256° E



N 30° E



37



N 49° E



N 155° E



38



N 76° E



N 136° E



39



N 85° E



N 340° E



Laporan Ekskursi Geologi Migas GFS67062 , Semester V Tahun 2019



40



N 73° E



N 336° E



41



N 10° E



N 98° E



2. Data stasiun 2



Gambar 7. Singkapan stasiun 2 Data singkapan : Dijumpai singkapan batupasir sisipan lempung pada koordinat 4°34’28,3” S/122°44’36,9” E dengan tinggi 2 meter, panjang 5 meter dan slope 65°. Singkapan ini memiliki kedudukan N 347° E/50°. Selaras dengan batuan di sekitarnya dan bersifat insitu. Telah terdeformasi berupa lipatan dan kekar tarik (extension joint) serta memiliki urat kuarsa yang didalmnya ditemukan aspal cair (ter) . Data geomorfologi : Singkapan berada di daerah pesisir pantai dengan tingkat pelapukan tinggi dan reliefnya terjal. Tata guna lahan sebagai pemukiman. Data litologi : Merupakan sedimen klastik berwarna coklat kemerahan. Memiliki ukuran butir pasir sedang – pasir kasar, membundar tanggung, terpilah baik dan memiliki kemas tertutup. Porositas dan permeabilitasnya baik. Memperlihatkan struktur bedding. Batuan ini tersusun dari fragmen berukuran pasir sedang – kasar dengan mineral ortoklas dan muskovit sebagai mineral utamanya, matriks berukuran lanau – lempung dan semennya berupa oksida besi dan silika. Data struktur : Terdapat kekar tarik (extension joint) dan lipatan.



Laporan Ekskursi Geologi Migas GFS67062 , Semester V Tahun 2019



Tabel 2. Data kekar stasiun 2 No.



Kedudukan



No



Kedudukan



1



N 341° E



21



N 345° E



2



N 334° E



22



N 345° E



3



N 340° E



23



N 345° E



4



N 336° E



24



N 345° E



5



N 338° E



25



N 345° E



6



N 341° E



26



N 345° E



7



N 350° E



27



N 344° E



8



N 348° E



28



N 345° E



9



N 354° E



29



N 340° E



10



N 357° E



30



N 331° E



11



N 358° E



31



N 352° E



12



N 358° E



32



N 352° E



13



N 351° E



33



N 352° E



14



N 350° E



34



N 352° E



15



N 344° E



35



N 326° E



16



N 336° E



36



N 345° E



17



N 345° E



37



N 345° E



18



N 345° E



38



N 339° E



19



N 345° E



39



N 339° E



20



N 345° E



40



N 339° E



Laporan Ekskursi Geologi Migas GFS67062 , Semester V Tahun 2019



3. Data stasiun 3



Gambar 8. Singkapan stasiun 3 Data singkapan : Dijumpai singkapan batupasir sisipan lempung pada koordinat 4°34’28,7” S/122°44’36,7” E dengan panjang 8 meter tinggi 1,5 meter. Singkapan ini memiliki kedudukan N 130° E/31°. Selaras dengan batuan di sekitarnya dan bersifat insitu. Telah terdeformasi berupa lipatan dan kekar gerus (shear joint) serta memiliki urat kuarsa yang di dalamnya ditemukan aspal cair (ter) . Data geomorfologi : Singkapan berada di daerah pesisir pantai dengan tingkat pelapukan tinggi dan reliefnya terjal. Tata guna lahan sebagai pemukiman. Data litologi : Merupakan sedimen klastik berwarna coklat kemerahan. Memiliki ukuran butir pasir sedang – pasir kasar, membundar tanggung, terpilah baik dan memiliki kemas tertutup. Porositas dan permeabilitasnya baik. Memperlihatkan struktur bedding. Batuan ini tersusun dari fragmen



Laporan Ekskursi Geologi Migas GFS67062 , Semester V Tahun 2019



berukuran pasir sedang – kasar dengan mineral ortoklas dan muskovit sebagai mineral utamanya, matriks berukuran lanau – lempung dan semennya berupa oksida besi dan silika. Data struktur : Terdapat kekar gerus (shear joint) dan lipatan. Tabel 3. Data kekar stasiun 3 No.



Kedudukan



No



Kedudukan



1



N 70° E



7



N 274° E



2



N 79° E



8



N 270° E



3



N 66° E



9



N 340° E



4



N 60° E



10



N 331° E



5



N 60° E



11



N 270° E



6



N 75° E



12



N 343° E



4. Data stasiun 4



Laporan Ekskursi Geologi Migas GFS67062 , Semester V Tahun 2019



Gambar 9. Singkapan stasiun 4 Data singkapan : Dijumpai singkapan batupasir pada koordinat 4°34’29,2” S/122°44’36,6” E dengan panjang 7 meter. Singkapan ini memiliki kedudukan N 147° E/36°. Selaras dengan batuan di sekitarnya dan bersifat insitu. Telah terdeformasi berupa lipatan dan kekar gerus (shear joint) dan memiliki urat kuarsa yang di dalamnya ditemukan aspal cair (ter). Data geomorfologi : Singkapan berada di daerah pesisir pantai dengan tingkat pelapukan tinggi dan reliefnya terjal. Tata guna lahan sebagai pemukiman. Data litologi : Merupakan sedimen klastik berwarna coklat kemerahan. Memiliki ukuran butir pasir sedang – pasir kasar, membundar tanggung, terpilah baik dan memiliki kemas tertutup. Porositas dan permeabilitasnya baik. Memperlihatkan struktur bedding. Batuan ini tersusun dari fragmen berukuran pasir sedang – kasar dengan mineral ortoklas dan muskovit sebagai mineral utamanya, matriks berukuran lanau – lempung dan semennya berupa oksida besi dan silika. Data struktur : Terdapat kekar gerus (shear joint) dan lipatan. Tabel 4. Data kekar stasiun 4 No.



Kedudukan 1



2



1



N 27° E



N 177° E



2



N 59° E



N 74° E



3



N 16° E



N 141° E



4



N 121° E



N 176° E



5



N 121° E



N 180° E



6



N 81° E



N 28° E



7



N 171° E



N 258° E



8



N 17° E



N 54° E



9



N 43° E



N 316° E



10



N 56° E



N 135° E



Laporan Ekskursi Geologi Migas GFS67062 , Semester V Tahun 2019



11



N 350° E



N 78° E



12



N 46° E



N 133° E



13



N 64° E



N 135° E



14



N 68° E



N 148° E



15



N 27° E



N 130° E



16



N 318° E



N 34° E



17



N 36° E



N 325° E



18



N 22° E



N 124° E



19



N 24° E



N 320° E



20



N 19° E



N 324° E



21



N 15° E



N 30° E



22



N 235° E



N 270° E



23



N 275° E



N 152° E



24



N 241° E



N 215° E



25



N 328° E



N 226° E



26



N 316° E



N 211° E



5. Data stasiun 5



Gambar 10. Singkapan stasiun 5



Laporan Ekskursi Geologi Migas GFS67062 , Semester V Tahun 2019



Data singkapan : Dijumpai singkapan batupasir dengan pada koordinat 4°34’29,7” S/122°44’36,7” E panjang 11 meter dan tinggi 3 meter. Singkapan ini memiliki kedudukan N 40° E/23°. Selaras dengan batuan di sekitarnya dan bersifat insitu. Telah terdeformasi berupa lipatan dan kekar gerus (shear joint) serta memiliki urat kuarsa yang di dalamnya terdapat aspal. Data geomorfologi : Singkapan berada di daerah pesisir pantai dengan tingkat pelapukan tinggi dan reliefnya terjal. Tata guna lahan sebagai pemukiman. Data litologi : Merupakan sedimen klastik berwarna coklat kemerahan. Memiliki ukuran butir pasir sedang – pasir kasar, membundar tanggung, terpilah baik dan memiliki kemas tertutup. Porositas dan permeabilitasnya baik. Memperlihatkan struktur bedding. Batuan ini tersusun dari fragmen berukuran pasir sedang – kasar dengan mineral ortoklas dan muskovit sebagai mineral utamanya, matriks berukuran lanau – lempung dan semennya berupa oksida besi dan silika. Data struktur : Terdapat kekar gerus (shear joint) dan lipatan. Tabel 5. Data kekar stasiun 5 No.



Kedudukan 1



2



1



N 40° E



N 353° E



2



N 62° E



N 352° E



3



N 46° E



N 345° E



4



N 43° E



N 350° E



5



N 35° E



N 346° E



6



N 40° E



N 357° E



7



N 41° E



N 352° E



8



N 20° E



N 343° E



9



N 54° E



N 348° E



10



N 36° E



N 354° E



11



N 47° E



N 339° E



12



N 48° E



N 348° E



Laporan Ekskursi Geologi Migas GFS67062 , Semester V Tahun 2019



13



N 58° E



N 357° E



14



N 48° E



N 359° E



15



N 57° E



N 348° E



16



N 36° E



N 342° E



17



N 45° E



N 330° E



18



N 55° E



N 354° E



19



N 52° E



N 349° E



20



N 50° E



N 357° E



21



N 27° E



N 350° E



22



N 43° E



N 319° E



23



N 23° E



N 5° E



24



N 8° E



N 83° E



25



N 55° E



N 350° E



26



N 48° E



N 329° E



27



N 43° E



N 311° E



28



N 41° E



N 318° E



29



N 39° E



N 318° E



30



N 48° E



N 122° E



31



N 18° E



N 317° E



32



N 42° E



N 317° E



33



N 6° E



N 317° E



34



N 58° E



N 36° E



35



N 49° E



N 338° E



36



N 52° E



N 3° E



Laporan Ekskursi Geologi Migas GFS67062 , Semester V Tahun 2019



6. Data stasiun 6



Gambar 11. Singkapan stasiun 6 Data singkapan : Dijumpai singkapan batupasir pada koordinat 4°34’30,4” S/122°44’18,5” E dengan panjang 11 meter dan tinggi 2,2 meter. Singkapan ini memiliki kedudukan N 136° E/43°. Selaras dengan batuan di sekitarnya dan bersifat insitu. Data geomorfologi : Singkapan berada di daerah pesisir pantai dengan tingkat pelapukan tinggi dan reliefnya terjal. Tata guna lahan sebagai pemukiman. Data litologi : Merupakan sedimen klastik berwarna coklat kemerahan. Memiliki ukuran butir pasir sedang – pasir kasar, membundar tanggung, terpilah baik dan memiliki kemas tertutup. Porositas



Laporan Ekskursi Geologi Migas GFS67062 , Semester V Tahun 2019



dan permeabilitasnya baik. Memperlihatkan struktur bedding. Batuan ini tersusun dari fragmen berukuran pasir sedang – kasar dengan mineral ortoklas dan muskovit sebagai mineral utamanya, matriks berukuran lanau – lempung dan semennya berupa oksida besi dan silika. Data struktur : -



7. Data stasiun 7



Gambar 12. Singkapan stasiun 7 Data singkapan : Dijumpai singkapan batugamping terumbu pada koordinat 4°31’51,1” S/122°43’55,1” dengan panjang 0.5 meter dan tinggi 0.3 meter. SSelaras dengan batuan di sekitarnya dan bersifat insitu. Data geomorfologi : Singkapan berada di daerah pesisir pantai dengan tingkat pelapukan rendah dan reliefnya datar. Tata guna lahan sebagai perkebunan. Data litologi : Merupakan sedimen non klastik berwarna putih keabuan. Porositasnya baik dengan permeabilitas sedang dan bereaksi dengan HCl. Memperlihatkan struktur fossiliferous (terdapat fosil). Data struktur : -



Laporan Ekskursi Geologi Migas GFS67062 , Semester V Tahun 2019



B. Analisis Analisis dilakukan pada data kedudukan kekar tarik dan kekar gerus untuk menentukan arah tegasan utama yang bekerja pada tiap singkapan batuan menggunakan diagram rose.



Tabel 5. Analisis kekar gerus (shear joint) No.



Azimuth



Turus



Jumlah



1



1° - 10°



Eb



7



2



11° - 20°



Eaaa



8



3



21° - 30°



Eeaaa



13



4



31° - 40°



Eeaa



12



5



41° - 50°



Eeeea



21



6



51° - 60°



Eeaa



12



7



61° - 70°



Aaaa



4



8



71° - 80°



Ea



6



9



81° - 90°



Aaa



3



10



91° - 100°



Ea



6



11



101° - 110°



Aaa



3



12



111° - 120°



Ea



6



13



121° - 130°



Ea



6



14



131° - 140°



Aaaa



4



15



141° - 150°



Aa



2



16



151° - 160°



Ea



6



17



161° - 170°



E



5



18



171° - 180°



Ea



6



19



181° - 190°



A



1



Laporan Ekskursi Geologi Migas GFS67062 , Semester V Tahun 2019



20



191° - 200°



21



201° - 210°



A



1



22



211° - 220°



Aa



2



23



221° - 230°



A



1



24



231° - 240°



Aa



2



25



241° - 250°



A



1



26



251° - 260°



Aa



2



27



261° - 270°



E



5



28



271° - 280°



Aaa



3



29



281° - 290°



A



1



30



291° - 300°



Aa



2



31



301° - 310°



Aaaa



4



32



311° - 320°



Eea



11



33



321° - 330°



Ea



6



34



331° - 340°



E



5



35



341° - 350°



Eeaaaa



14



36



351° - 360°



Eee



15



Total



206



Tabel 6. Analisis kekar tarik (extension joint) No.



Azimuth



Turus



Jumlah



1



1° - 10°



2



11° - 20°



3



21° - 30°



4



31° - 40°



5



41° - 50°



6



51° - 60°



Aa



2



7



61° - 70°



Aa



2



Laporan Ekskursi Geologi Migas GFS67062 , Semester V Tahun 2019



8



71° - 80°



Aa



2



9



81° - 90°



10



91° - 100°



11



101° - 110°



12



111° - 120°



13



121° - 130°



14



131° - 140°



15



141° - 150°



16



151° - 160°



17



161° - 170°



18



171° - 180°



19



181° - 190°



20



191° - 200°



21



201° - 210°



22



211° - 220°



23



221° - 230°



24



231° - 240°



25



241° - 250°



26



251° - 260°



27



261° - 270°



Aa



2



28



271° - 280°



A



1



29



281° - 290°



30



291° - 300°



31



301° - 310°



32



311° - 320°



33



321° - 330°



A



1



34



331° - 340°



Ee a



11



35



341° - 350°



Eeeea



21



Laporan Ekskursi Geologi Migas GFS67062 , Semester V Tahun 2019



36



351° - 360°



Ee



Total



52



Gambar 13. Diagram rose kekar gerus



Gambar 14. Diagram rose kekar tarik C. Pembahasan



10



Laporan Ekskursi Geologi Migas GFS67062 , Semester V Tahun 2019



Aspal atau bitumen cair adalah suatu cairan yang sangat kental berwarna coklat hingga hitam yang hampir seluruhnya terdiri dari unsur karbon dan hidrogen. Aspal alam terbentuk dalam batuan pembawa minyak terjadi sebagai hasil perubahan minyak bumi. Ekskursi yang di lakukan di Pulau Towea masih termasuk dalam bagian dari satuan geologi lembar Buton dimana tersusun oleh satuan formasi Ogena dan endapan Aluvium. Pulau Buton merupakan salah satu daerah sedikit di dunia yang mempunyai kandungan aspal alam. Batuan reservoir dari larutan aspal buton tidak mempunyai batuan penutup (cap rock) yang memungkinkan gas dan minyak bumi menguap dan menyisakan larutan berat aspal yang terperangkap dalam batuan reservoir. Menurut Tanjung ,H,dkk (2007) Di daerah Buton banyak terdapat rembesan minyak, gas dan keberadaan aspal mencirikan adanya hidrokarbon didaerah tersebut. sistem petroleum yang terbentuk di Buton memungkin daerah tersebut untuk dieksplorasi lebih lanjut. Keterdapatan hidrokarbon ini berasal dari batuan induk yaitu Formasi Winto dimana formasi Winto dengan litologi shale berumur Trias kaya akan sulfur, tipe Kerogen II dengan total organic content (TOC) 1-16% Formasi Tondo memiliki dua perangkap hidrokarbon yaitu perangkap struktur dan perangkat stratigrafi. Perangkap struktur berupa blok patahan dan antiklin sedangkan perangkap startigrafi berupa pinch-out yang merupakan perangkap yang potensial pada Formasi Tondo. Hasil analisa kedudukan kekar yang diperoleh dari hasil pengambilan data lapangan ekskursi ini menunjukkan tegasan utamanya memiliki arah Timur Laut – Barat Daya yang di duga merupakan penyebab utama deformasi berupa lipatan Antiklin dan siklin serta akibat rekahan/kekar. Rekahan pada batuan menyebabkan terbentuknya urat-urat kuarsa yang mengisi rongga rekahan pada tubuh batuan. Ekskursi ini juga di temukan lipatan pada daerah penelitian yang memperlihatkan kemiringan kurang lebih 90° yang diduga sebagai puncak deformasi batuan.



Laporan Ekskursi Geologi Migas GFS67062 , Semester V Tahun 2019



BAB V PENUTUP



A. Kesimpulan Aspal atau bitumen cair adalah suatu cairan yang sangat kental berwarna coklat hingga hitam yang hampir seluruhnya terdiri dari unsur karbon dan hidrogen. Aspal alam terbentuk dalam batuan pembawa minyak terjadi sebagai hasil perubahan minyak bumi. Pulau Towea masih termasuk dalam bagian dari satuan geologi lembar Buton dimana tersusun oleh satuan formasi Ogena dan endapan Aluvium. Pulau Buton merupakan salah satu daerah sedikit di dunia yang mempunyai kandungan aspal alam. Batuan reservoir dari larutan aspal buton tidak mempunyai batuan penutup (cap rock) yang memungkinkan gas dan minyak bumi menguap dan menyisakan larutan berat aspal yang terperangkap dalam batuan reservoir. Tegasan utama analisis di lapangan menunjukkan arah Timur Laut – Barat Daya yang di duga merupakan penyebab utama deformasi berupa lipatan Antiklin dan siklin serta akibat rekahan/kekar. Rekahan pada batuan menyebabkan terbentuknya urat-urat kuarsa yang mengisi rongga rekahan pada tubuh batuan juga di temukan lipatan pada daerah penelitian yang memperlihatkan kemiringan kurang lebih 90° yang diduga sebagai puncak deformasi batuan.



B. Saran Dibutuhkan kajian lebih lanjut tentang sistem petroleum yang bekerja di pulau Towea baik di bidang geologi, geofisika dan bidang lainnya untuk menentukan secara pasti bagaimana sistem petroleum tersebut bekerja. Selain itu, dibutuhkan dukungan pemerintah dalam mengembangkan potensi geologi yang ada di pulau Towea.



Laporan Ekskursi Geologi Migas GFS67062 , Semester V Tahun 2019



DAFTAR PUSTAKA



[1] Sikumbang, N. Dan P. Sanyoto. 1981. Peta Geologi Lembar Buton dan Muna Sulawesi Tenggara, Sekala 1:250.000. S 81 – 4. [2] Davidson, J, W. 1991. The Geology And Prospectivity Of Buton Island, S.E. Sulawesi, Indonesia. Conoco Indonesia. IPA 91-11.05. [3] Suryana, Asep, Dan Subdit Batubara. 2005. Inventarisasi Endapan Bitumen Padat Dengan Outcrop Drilling Di Daerah Kulisusu Dan Sekitarnya Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara ( Lembar Peta : 2211-34, 2211=62, 2311-13, 2311-41). Kalisusu: Sulawesi Tenggara. [4] Hadiwisastra, Sapri. 2009. Kondisi Aspal Alam dalam Cekungan Buton. Bandung: Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI. Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 19 No. 1 (2009), 49-57. [5] Hidayat, Fitriani. 2012. Resume Petroleum System Dan Rock Properties. Teknik Perminyakan. Sekolah Tinggi Teknologi Minyak & Gas Bumi: Balikpapan. [6] Arisat, Dkk. 2015. Fisika dan Rekayasa Pengelolaan Aspal Buton (Persiapan Materi Fisika Mineral-Pertambangan Dosen Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Halu Oleo). Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2015 (SNIPS 2015) 8 dan 9 Juni 2015, Bandung: Indonesia ISBN: 978-602-19655-8-0 [7] Widhiyatna, Denni. Dkk. 2002. Tinjauan Konservasi Sumber Daya aspal Buton. Pusat Sumber Daya Geologi. Kelompok Program Penelitian Konservasi.