Getaran [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

HUBUNGAN PAPARAN GETARAN SELURUH TUBUH DENGAN KELUHAN KESEHATAN PADA SUPIR ANGKUTAN KOTA TRAYEK 99 PU. GAJAH MADA DI KOTA MEDAN TAHUN 2018



SKRIPSI



OLEH



RIZKA SRI ANNISA NIM: 131000118



FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



HUBUNGAN PAPARAN GETARAN SELURUH TUBUH DENGAN KELUHAN KESEHATAN PADA SUPIR ANGKUTAN KOTA TRAYEK 99 PU. GAJAH MADA DI KOTA MEDAN TAHUN 2018



Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat



OLEH RIZKA SRI ANNISA NIM. 131000118



FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



i



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan Judul HUBUNGAN PAPARAN GETARAN SELURUH TUBUH DENGAN KELUHAN KESEHATAN PADA SUPIR ANGKUTAN KOTA TRAYEK 99 PU. GAJAH MADA DI KOTA MEDAN TAHUN 2018



Yang Disiapkan dan dipertahankanoleh:



RIZKA SRI ANNISA NIM: 131000118 Disahkan oleh: Komisi Pembimbing



Pembimbing I



Pembimbing II



Dr.Ir.Gerry Silaban,M.Kes NIP. 196202061992031002



dr. Mhd Makmur Sinaga, MS NIP.1957111719870210002



Medan, Juli 2018



ii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



ABSTRAK Penelitian ini dilakukan pada supir angkutan kota trayek 99 PU Gajah Mada di Kota Medan tahun 2018 untuk mengetahui adakah hubungan antara paparan getaran seluruh tubuh dengan keluhan kesehatan. Keluhan kesehatan yang dirasakan adalah sakit kepala, mual, mudah lelah, penglihatan kabur, gemetaran, rasa tidak nyaman di bagian punggung ketika berjalan, sakit pinggang bagian bawah, sakit pada bagian perut, rasa sakit pada tenggorokan, nyeri bagian dada dan sakit pada persendian dan otot. Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei analitik dengan desain cross sectional. Jumlah sampel penelitian yaitu 20 sampel dengan menggunakan metode Sampling Purposive. Pengambilan data menggunakan kuesioner dan pengukuran getaran seluruh tubuh menggunakan vibration meter. Analisa data dilakukan dengan dengan analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Fisher’s Exact. Berdasarkan hasil penelitian, dari 20 supir angkot dengan paparan getaran dibawah Nilai Ambang Batas (NAB ≤ 0,5 m/det2) yang mengalami keluhan kesehatan ringan adalah tidak ada, dan 1 orang supir angkot menerima paparan getaran di atas Nilai Ambang Batas (NAB >0,5 m/det2) mengalami keluhan kesehatan ringan. Supir angkot dengan paparan getaran dibawah Nilai Ambang Batas (NAB ≤ 0,5 m/det2) yang mengalami keluhan kesehatan berat adalah 8 orang, dan 11 orang supir angkot menerima paparan getaran di atas Nilai Ambang Batas (NAB >0,5 m/det 2) mengalami keluhan kesehatan berat. Hasil uji statistik dengan Fisher’s Exact antara paparan getaran seluruh tubuh dengan keluhan kesehatan didapat hasil nilai probabilitas, yakni 1,000 lebih besar dibandingkan =0,05, maka H0 diterima dan 1 ditolak. Ini berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara paparan getaran seluruh tubuh dengan keluhan kesehatan. Terdapat hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan keluhan kesehatan pada supir angkutan kota. Disarankan kepada supir angkutan kota untuk selalu melakukan perawatan mesin yang harus dilakukan secara berkala untuk mempertahankan dan mencegah getaran mesin bertambah dan disarankan untuk supir angkutan kota agar melakukan peregangan otot setelah mengemudi angkot dan melakukan pemeriksaan dini kesehatan. Kata kunci : Paparan getaran seluruh tubuh, keluhan kesehatan, supir angkutan kota



iii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



ABSTRACT The research was conducted on the city transport drivers route 99 PU. Gajah Mada in Medan 2018 to knowing there is relationship between exposure to the whole body vibration health complaints. Perceived health complaints are headache, nausea, easly tired, blurred vision, shaking, discomfort in the back when walking, pain in the abdomen, pain in the troath, neck pain, chest pain, pain of muscles and joints. The research is a kind of research of analytic survey with cross sectional design. The number of research sample is 20 by using purposive sampling method. Data collection using questionnaires and vibration measurements throughout the body using vibration meter. Data analysis was done by univariate and bivariate by using exact fisher’s. Based on research result, of the 20 urban transport drivers with vibratin exposure below the threshold value (NAB ≤ 0.5 m/det 2), who have mild health complaints in not person, and 1 urban transport driver receive a vibration exposure above threshold (NAB > 0.5 m/det 2) have mild health complaints, urban transport drivers with vibration exposure below threshold value (NAB ≤ 0.5 m/det2) of severe health complaints is 8 people, and 11 urban transport drivers receive vibration exposure above threshold value (NAB > 0.5 m/det2) have severe health complaints. Statistical test results with the fisher,s exact between the whole body vibration exposure with health complaints obtained value result, that is 1,000 bigger than =0.05, then H0 be accepted and H1 rejected. This means there is no sifgnificant relationship between exposure to the whole body vibration with health complaints. There is a significant relationship between the length of work with health complaints on the city transport drivers. It is advisable for the city transportation driver to always perform the maintenanceof the engine is done periodically to maintain and prevent the engine vibration increases and it is suggested to the urban transport driver stretch the muscle after driving the city transport and conduct an early medical examination. Keywords: Exposure to whole body vibration, health complaints, urban transport drivers



iv UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Hubungan Paparan Getaran Seluruh Tubuh Dengan Keluhan Kesehatan Pada Supir Angkutan Kota Trayek 99 PU. Gajah Mada Di Kota Medan Tahun 2018” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Universitas Sumatera Utara. Penulis skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada : 1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara. 2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes, selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 4. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes dan dr. Muhammad Makmur Sinaga, MS, selaku Dosen Pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 5. Ir. Kalsum, M.Kes dan Isyatun Mardhiyah Syahri, SKM., M.Kes, selaku Dosen Penguji I dan II yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Asfriyati, SKM., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing selama proses perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. v UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



7. Sony, selaku staff departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang telah meluangkan waktu ditengah kesibukannya untuk membantu penulis dalam memberikan informasi yang penulis butuhkan. 8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara atas segala ilmu, wawasan dan pembelajaran yang telah diberikan. 9. Bapak dan Ibu pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang banyak membantu dalam mengurus segala administrasi. 10. Ricardo Hutahaean, selaku pimpinan angkutan kota PU. Gajah Mada yang telah memberikan izin penelitian serta para supir angkutan kota trayek 99 PU. Gajah Mada yang telah membantu penulis melakukan penelitian. 11. Sutarto, S.Si, selaku pelaksana sampling pengukuran getaran seluruh tubuh yang telah membantu penulis melakukan pengukuran getaran. 12. Teristimewa keluarga tersayang dalam doa yang dipanjatkan kepada Allah SWT, Ayahanda Zulkifli, Ibunda Nuraini, Adik M. Fakhrul Fadillah, M. Fadly Alhadi, Nanda Haliza Evianti, atas bantuan, motivasi, dukungan dan semangat yang telah memberikan kekuatan kepada penulis dalam masa perkuliahan hingga penyelesaian skripsi. 13. Para sahabat terkasih penulis, Dewi, Okta, Niken dan teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan dukungan, doa, dan semangat kepada penulis. 14. Yang terkasih, Aswin Sinaga yang telah membantu, menemani dan mendukung dalam proses penelitian skripsi. 15. Semua pihak yang telah berjasa dan tak bisa disebutkan satu persatu atas bantuan dan kerjasamanya dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini, akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis mengaharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas,



vi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



vii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI..................................................i HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................................ii ABSTRAK..................................................................................................................................iii ABSTRACT.................................................................................................................................iv KATA PENGANTAR...............................................................................................................v DAFTAR ISI............................................................................................................................viii DAFTAR TABEL.....................................................................................................................xi DAFTAR GAMBAR............................................................................................................xiii DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................................xiv RIWAYAT HIDUP..................................................................................................................xv BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5



Latar Belakang.....................................................................................................................1 Rumusan Masalah...............................................................................................................4 Tujuan Penelitian.................................................................................................................5 1.3.1 Tujuan Umum............................................................................................................5 1.3.2 Tujuan Khusus...........................................................................................................5 Manfaat Penelitian..............................................................................................................5 Hipotesis Penelitian............................................................................................................6



BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP.............................7 2.1 Pengertian Getaran...............................................................................................................7 2.2 Jenis Getaran..........................................................................................................................8 2.2.1 Getaran Seluruh Tubuh...........................................................................................8 2.2.2 Getaran Lengan Tangan........................................................................................16 2.3 Sumber Getaran..................................................................................................................17 2.4 Metode Pengukuran Getaran..........................................................................................18 2.4.1 Prinsip PengukuranGetaran.................................................................................18 2.4.2 Peralatan....................................................................................................................19 2.4.3 Cara Pengukuran....................................................................................................19 2..4 Intruksi Kerja Alat Ukur Getaran Seluruh Tubuh...................................................20 2.5 Nilai Ambang Batas Getaran Seluruh Tubuh.............................................................20 2.6 Mekanisme Paparan Getaran Seluruh Tubuh............................................................22 2.7 Parameter Getaran..............................................................................................................23 2.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Akibat Getaran..........................24 2.9 Dampak Getaran Seluruh Tubuh Terhadap Kesehatan...........................................25 2.10 Efek Klinis.........................................................................................................................27



viii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



2.11 Pengendalian Getaran................................................................................... 27 2.12 Hubungan Paparan-efek Getaran.................................................................. 30 2.13 Pemeriksaan Kesehatan................................................................................ 31 2.14 Ciri-Ciri Suatu Getaran................................................................................. 31 2.15 Perhitungan Getaran Seluruh Tubuh.............................................................32 2.16 Kerangka Konsep..........................................................................................33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................... 34 3.1 Jenis Penelitian................................................................................................ 34 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................... 34 3.2.1 Lokasi Penelitian.................................................................................... 34 3.2.2 Waktu Penelitian.................................................................................... 34 3.3 Populasi dan Sampel....................................................................................... 34 3.3.1 Populasi .................................................................................................34 3.3.2 Sampel.................................................................................................... 35 3.3.3 Perhitungan Besar Sampel..................................................................... 36 3.4 Metode Pengumpulan Data............................................................................. 37 3.4.1 Data Primer............................................................................................ 37 3.4.2 Data Sekunder........................................................................................ 38 3.5 Variabel dan Definisi Operasional.................................................................. 38 3.5.1 Variabel Penelitian................................................................................. 38 3.5.2 Definisi Operasional.............................................................................. 38 3.6 Instrumen Penelitian....................................................................................... 39 3.7 Pengolahan dan Analisa Data......................................................................... 40 3.7.1 Pengolahan Data.................................................................................... 41 3.7.2 Analisa Data .......................................................................................... 42 3.7.2.1 Analisa Univariat....................................................................... 42 3.7.2.2 Analisa Bivariat......................................................................... 42 BAB IV HASIL PENELITIAN........................................................................... 44 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian............................................................... 44 4.2 Analisis Univariat........................................................................................... 44 4.2.1 Karakteristik Responden........................................................................45 4.2.2 Kebiasaan Responden............................................................................ 47 4.2.3 Keluhan Kesehatan................................................................................ 48 4.2.4 Kategori Keluhan Kesehatan................................................................. 54 4.2.5 Frekuensi Getaran Seluruh Tubuh.........................................................55 4.3 Analisis Bivariat.............................................................................................. 56



ix UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



4.3.1 Hubungan Paparan Getaran Seluruh Tubuh dengan Keluhan Kesehatan............................................................................................... 4.3.2 Hubungan Lama Kerja dengan Keluhan Kesehatan.............................. 4.3.3 Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Kesehatan............................... 4.3.4 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Keluhan Kesehatan.................



56 57 58 58



BAB V PEMBAHASAN...................................................................................... 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian....................................................................... 5.2 Keluhan Kesehatan Pada Supir Angkutan Kota Akibat Getaran.................... 5.3 Hubungan Lama Kerja dengan Keluhan Kesehatan....................................... 5.4 Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Kesehatan........................................ 5.5 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Keluhan Kesehatan.......................... 5.6 Hasil Pengukuran Getaran Seluruh Tubuh...................................................... 5.7 Hubungan Paparan Getaran Seluruh Tubuh dengan Keluhan Kesehatan.......



60 60 60 61 62 63 64 65



BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 66 6.1 Kesimpulan..................................................................................................... 66 6.2 Saran............................................................................................................... 66 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 67 LAMPIRAN.......................................................................................................... 70



x UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



DAFTAR TABEL Tabel 2.1 KarakteristikResonansi Dari Segmen Tubuh Dalam Whole Body Vibartion...................................................................................................................11 Tabel 2.2 Efek Secara Fisiologi Yang Ditampilkan Oleh FrekuensiGetaran Mekanis



12



Tabel 2.3 Klasifikasi Stockholm Dua Tahap Untuk Sindroma Getaran Tangan Lengan(a) Tahapan Fenomena Raynaud Akbat Dingin ……….. 17 Tabel 2.4 Sumber dan Tipe Getaran Berdasarkan Jenis Industri................................18 Tabel 2.5 Pembobotan Frekuensi.........................................................................................19 Tabel 2.6 Tingkat Getaran Maksimal Untuk Kenyamanan dan Kesehatan............21 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Pada Supir Angkutan Kota.............................45 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Lama Kerja Pada Supir Angkutan Kota.................46 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Lama Kerja (Kategori) Pada Supir Angkutan Kota



46



Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Masa Kerja Pada Supir Angkutan Kota..................47 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Masa Kerja (Kategori) Pada Supir Angkutan Kota



47



Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Pada SupiR Angkutan Kota



47



Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Penggunaan Alat Pelindung Diri..............................48 Tabel4.8 Distribusi Frekuensi Merasakan Mual..............................................................48 Tabel 4.9 Distribusi FrekuensiMerasakan Cepat Lelah................................................49 Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Merasakan Sakit Kepala...........................................49 Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Penglihatan Kabur.......................................................50 Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Merasakan Gemetar....................................................51



xi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



Tabel 4.13 Distribusi Frekuenis Rasa Tidak Nyaman di Bagian Punggung...........51 Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Merasakan Sakit Pinggang Bagian Bawah..........52 Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Merasakan Nyeri Bagian Dada...............................52 Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Merasakan Sakit Tenggorokan................................53 Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Nyeri Bagian Otot dan Sendi...................................53 Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Nyeri Bagian Leher....................................................53 Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Kategori Keluhan Kesehatan...................................54 Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Getaran Seluruh Tubuh..............................................55 Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Kategori Getaran Seluruh Tubuh............................56 Tabel 4.22 Hubungan Paparan Getaran Seluruh Tubuh dengan Keluhan Kesehatan………………………………………………………………………..56 Tabel 4.23 Hubungan Lama Kerja dengan Keluhan Kesehatan.................................57 Tabel 4.24 Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Kesehatan.................................58 Tabel 4.25 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Keluhan Kesehatan.................58



xii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Tindakan yang Harus Dilakukan Untuk Mengurangi Atau Menghilangkan Resiko Pajanan Getaran……………………………….13 Gambar 2.2 Model Dinamis Bagi yang Duduk dan Berdiri.......................................14 Gambar 2.3 Kerangka Konsep.............................................................................................33 Gambar 2.4 Rute Perjalanan Kampung Lalang-Mabar................................................44



xiii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian..............................................................70 Lampiran 2 Surat Izin Peminjaman Ala tUkur...............................................................71 Lampiran 3 Surat Selesai Penelitian..................................................................................72 Lampiran 4 Kuesioner Penelitian.......................................................................................73 Lampiran 5 Hasil Pengukuran Getaran Seluruh Tubuh...............................................76 Lampiran 6 Master Data........................................................................................................78 Lampiran 7 Output Hasil Pengolahan Data.....................................................................80 Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian.................................................................................89



xiii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Rizka Sri Annisa, lahir pada tanggal 20 Februari 1995 di Sei Siasam. Beragama Islam, bertempat tinggal di Komplek Perumahan Rawa Bening Arengka Blok A No. 4, kecamatan Marpoyan Damai, Kabupaten Pekanbaru, Provinsi Riau. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan Ayahanda Zulkifli dan Ibunda Nuraini. Pendidikan formal penulis di mulai di Taman Kanak-Kanak Tunas Agung PT. Perkebunan Nusantara – V PIR Khusus 1 Sei Siasam Kab. Kampar Provinsi Riau pada tahun 2000-2001 dan selesai tahun 2001, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 030 Rokan IV Koto Riau pada tahun 2001 dan selesai pada tahun 2007, penulis melanjutkan Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Ujung Batu, Rokan Hulu Riau mulai tahun 2007 dan selesai pada tahun 2010, penulis melanjutkan Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kisaran Kabupatem Asahan pada tahun 2010 dan selesai pada tahun 2013. Pada tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan S-1 di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat dan selesai pada tahun 2018.



xv UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses industrilisasi dan modernisasi kehidupan disertai dengan semakin meluasnya aplikasi teknologi maju yang antara lain bertambah dengan cepat penggunaan beragam mesin dan peralatan kerja mekanis yang dijalankan oleh motor penggerak seperti transportasi umum. Transportasi publik atau angkutan umum merupakan alat transportasi yang masih menjadi kebutuhan masyarakat. Hal ini dikarenakan harganya yang murah, efisien, dan mudah ditemukan. Beberapa contoh transportasi publik yang masih menjadi pilihan masyarakat dalam pemakaian jasa dan sarana transportasi darat antara lain angkutan kota atau angkot, bus, taksi, metro mini dan lain sebagainya. Pengemudi angkutan umum rata-rata memiliki lama jam kerja sekitar 12 jam setiap hari nya dengan load factor penumpang yang lumayan tinggi sehingga menyebabkan peningkatan beban kerja pengemudi tersebut. Jika menelaah lebih dalam terhadap pekerjaan maka kita akan menemukan berbagai resiko pekerjaan mulai dari unsafe action dan unsafe condition. Salah satunya ada pada paparan getaran yang dihasilkan dari mesin angkutan kota tersebut. Pada umumnya getaran mekanis yang berasal dari dari suatu mesin merupakan sesuatu hal yang tidak disukai dan tidak dikehendaki. Kenyamanan transportasi tidak lepas dari getaran yang ditimbulkan oleh kondisi jalan yang dilintasi oleh kendaraan. Getaran pada kendaraan yang dipindahkan ketubuh manusia melalui kaki, pada saat berdiri maupun duduk, bokong pada saat duduk 1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



2



atau tempat-tempat penyangga pada sandaran kursi. Keseluruhan media getaran diatas dapat menyebabkan getaran seluruh tubuh (Adhy, 2008). Pemaparan pada vibrasi dapat menyebabkan akibat negatif yang permanen bila dibiarkan, tidak diperiksa, dan tidak ditangani. Progress pengaruh negatif dari getaran terhadap kesehatan bersifat lambat. Pada awalnya mulai terasa nyeri, saat pemaparan vibrasi berlangsung kontiniu rasa nyeri berkembang menjadi luka atau penyakit. Nyeri adalah kondisi awal yang diamati dan harus diarahkan dalam rangka mengehentikan akibat negatif. Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak-balik dari kedudukan seimbang. Gangguan yang disebabkan oleh getaran dapat muncul dalam waktu yang berbeda-beda sejak pertama kali terpapar, tetapi kadang-kadang gejala ini muncul dalam waktu beberapa bulan setelah paparan berat.Perubahan rangka biasanya tidak lebih awal dari 10 tahun atau lebih. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2011) paparan whole body vibration yang diterima pengemudi yang berasal dari getaran mekanis mesin bis sebesar 1,257 m/det2. Menurut ISO 2631 termasuk dalam kategori exposure limit dan tidak ada hubungan (mata kanan p=0,891 dan mata kiri p=0,592) antara paparan whole body vibration dengan penurunan ketajaman penglihatan pengemudi pada bis PO. Nikko Putra. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Haksama (2011) menunjukkan bahwa adanya hubungan sedang antara tingkat keluhan nyeri punggung bawah dengan getaran seluruh tubuh (r=0,45) dan umur (C=0,363), antara getaran seluruh tubuh, serta antara getaran seluruh tubuh dengan merk truk (C=0,446), serta antara



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



3



getaran seluruh tubuh berdasar ISO 2631 standar keselamatan dan kesehatan dengan nyeri punggung bawah (C=0,271) pada sopir truk di PT. ALN Sidoarjo. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rusdjijati (2005) dapat disimpulkan bahwa kelelahan kerja pada pengemudi bis termasuk dalam kategori ringan, namun hipotesis ini ditolak (p=0,134) karena tidak ada pengaruh yang bermakna antara paparan getaran pada tempat duduk pengemudi dan lama kerja terhadap kelelahan kerja pengemudi bis antar kota antar provinsi trayek SemarangYogyakarta. Angkutan Kota trayek 99 merupakan jenis angkutan umum yang paling tua dikota Medan menurut keterangan mandorkarena angkutan kota yang digunakan dikeluarkan pada tahun 1997 dan angkutan kota trayek 99 ini berada dibawah naungan PU. Gajah Mada yang beralamat di Jalan Veteran No. 15 Pulo Brayan Bengkel Baru. Angkutan kota trayek 99 merupakan transportasi umum yang harus melewati hari-hari kerja diatas transoprtasi darat ukuran sedang dan merupakan jenis kendaraan yang meletakkan mesin pada bagian bawah tempat duduk dalam kabin kendaraan. Diduga para supir akan mendapatkan pengaruh kesehatan kerja akibat getaran mesin yang timbul selama rute perjalanan. Angkutan kota trayek 99 memiliki 80 supir. Supir angkutan kota trayek 99 mulai mengendarai angkutan kota pukul 05.00-19.00 WIB, yang berarti supir angkutan kota terpapar dengan getaran selama 14 jam dalam sehari. Padahal, lamanya seseorang bekerja yang ditentukan adalah 8 jam. Rute dari angkutan kota trayek 99 adalah Kampung Lalang – Simpang Mabar dengan jarak 15 Kilometer perharinya.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



4



Kondisi dari angkutan kota trayek 99 sudah sepatutnya untuk diganti karena melihat kondisi bantalan tempat duduk yang sudah menipis, setir yang sudah tidak memiliki kulit pelapisnya, kondisi pijakan kaki yang kurang baik, kondisi mesin yang tidak baikdan supir yang hanya duduk dengan gerakan dinamis selama waktu mengendarai dan penumpang yang sementara juga merasakan getaran akibat mesin kendaraan yang sudah tidak baik.Hal ini tentu akan memperbesar paparan getaran terhadap tubuh supir angkutan kota trayek 99. Disamping kondisi jalan yang tidak rata dan jalan yang berlubang serta banyaknya tikungan mempengaruhi pemaparan getaran tersebut. Setelah melakukan wawancara kepada supir angkutan kota trayek 99 ditemukan keluhan kesehatan berupa kesemutan, kebas, kram kaki, sakit pinggang, sakit kepala, sakit tengkuk leher, pandangan berkunang-kunang, kaki terasa gemetaran dan banyak keluhan lainnya. Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Hubungan paparan getaran seluruh tubuh dengan keluhan kesehatan pada supir angkutan kota trayek 99 PU. Gajah Mada di Kota Medan Tahun 2018”. 1.2 Rumusan Masalah Adakah hubungan paparan getaran seluruh tubuh dengan keluhan kesehatan pada supir angkutan kota trayek 99 PU. Gajah Mada di Kota Medan ?



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



5



1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan paparan getaran seluruh tubuh dengan keluhan kesehatan pada supir angkutan kota trayek 99 PU. Gajah Mada di Kota Medan akibat getaran mesin kendaraan. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui intensitas getaran seluruh tubuh yang diterima oleh supir angkutan kota. 2. Untuk melihat keluhan kesehatan pada supir angkutan kota akibat paparan getaran seluruh tubuh. 3. Untuk melihat hubungan lama kerja dengan keluhan kesehatan terhadap supir angkutan kota. 4. Untuk melihat hubungan masa kerja dengan keluhan kesehatan terhadap supir angkutan kota. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Menambah pengetahuan tentang bahaya dan efek yang dapat ditimbulkan oleh getaran mesin pada angkutan kotayang digunakan oleh supir angkutan kota untuk bekerja sehari hari sehingga dapat melakukan tindakan pencegahan. 2. Memberikan informasi kepada pihak manajemen dan supir angkutan kota tentang getaran mesin angkutan kota yang dapat menyebabkan dampak kesehatan kepada supir angkutan kota.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



6



1.5 Hipotesis Penelitian Ada hubungan paparan getaran seluruh tubuh dengan keluhan kesehatan pada supir angkutan kota trayek 99 PU. Gajah Mada di Kota Medan.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Getaran Menurut definisi yang dikeluarkan oleh Depkes pada tahun 2003, getaran adalah efek suatu sumber yang memakai satuan hertz. Getaran adalah pergerakan mekanis yang berosilasi disekitar titik yang tetap. Getaran adalah suatu faktor yang menjalar ke tubuh manusia, mulai keseluruhan tubuh turut bergetar (Oscilation) akibat getaran peralatan mekanis yang dipergunakan dalam tempat kerja. Getaran terjadi saat mesin atau alat dijalankan dengan motor, sehingga pengaruhnya bersifat mekanis (Budiono, 2003). Getaran adalah betuk gelombang mekanik yang mentransfer energi mekanik yang akan digunakan sebagai media atau jalan untuk bertranmisi. Struktur ini dapat berupa bagian dari mesin, kendaraan, alat, atau bahnkan manusia. Jika dirunut lebih dalam maka kita akan menemukan didalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 13/MEN/X/2011 getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak balik dari kedudukan keseimbangan. Pekerja yang terpajan getaran secara kontinyu akan mengalami gangguan kesehatan pada bagian tubuh yang sering terkena pajanan.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



7



Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, yang dimaksud dengan getaran adalah gerakan bolakbalik suatu massa melalui keadaan seimbang terhadap suatu titik acuan, sedangkan yang dimaksud dengan getaran mekanik adalah getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan peralatan kegiatan manusia. 2.2 Jenis Getaran Adapun jenis-jenis getaran terbagi 2 yaitu : 2.2.1 Getaran seluruh tubuh (whole body vibration) Getaran seluruh tubuh biasanya dialami pengemudi kendaran, traktor.bus, helicopter, atau bahkan kapal. Efek yang timbul tergantung kepada jaringan manusia (Sucofindo, 2002), seperti: a. 3-6 Hz untuk bagian thorax (dada dan perut) b. 20-30-Hz untuk bagian kepala c. 100-150 Hz untuk rahang. Disamping rasa ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh goyangan organ seperti ini, menurut beberapa penelitian, telah dilaporkan efek jangka lama yang menimbulkan orteoartritis tulang belakang (Harrington dan Gill, 2005) Getaran seluruh badan terutama terjadi pada alat angkutan. Alat angkutan penyebab getaran seluruh bukan mobil yang pembuatannya sempurna ditinjau dari sudut halusnya mesin atau efektifitasnya fungsi peredam getaran. Melainkan pada truk, alat angkut yang digunakan dalam kegiatan industri, traktor pertanian dan perlengkapan untuk mengerjakan tanah. Selain getaran seluruh badan oleh alat



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



8



angkut tersebut, seluruh badan dapat ikut bergetar oleh beroperasinya alat- alat berat yang memindahkan getaran mekanis dari alat berat dimaksud keseluruh badan tenaga kerja lewat getaran lantai melalui kaki.



Vibrasi



pada



seluruh



tubuh



umumnya



disebabkan



oleh



mesin



industri/konturksi, pertanian, atau peralatan transportasi, dapat dibagi menjadi: 1. Vibrasi frekuensi rendah, misalnya peralatan transportasi darat (bis, truk, kereta api) 2. Vibrasi frekuensi tinggi, misalnya mesin industri, alat-alat berat (forklift, traktor, traktor roda gigi, derek, sekop elektrik, motor gandeng, bulldozer), peralatan transportasi udara /laut(helicopter, kapal laut) 3. Syok, peralatan transportasi darat yang berjalan dijalanan yang tidak rata/berlubang Transmisi vibrasi individu yang bekerja dengan mesin/peralatan ini, masuk melalui bokong pada orang yang bekerja sambil duduk, melalui tungkai pada orang yang bekerja beridiri, atau melalui area penyokongnya pada orang yang bekerja berbaring. Resonansi jaringan di seluruh tubuh mengakibatkan banyaknya jaringan/organ tidak dapat berfungsi secara normal. Beratnya gangguan kesehatan yang terjadi bergantung pada lamanya pajanan, frekuensi (Hz), dan amplitude (m/detik2) sumber getaran. Percepatan getaran mekanis pada alat angkutan yang biasanya berfekuensi 1 – 20 Hz walaupun kadang – kadang frekuensinya dapat meningkat beberapa ratus



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



9



Hz, berkisar antara 0,1 – 0.3 g (g=9,81 meter/detik 2), sedangkan pada getaran mekanis pekerjaan kontruksi bangunan dan juga pada traktor melebihi 1 g. Getaran mekanis demikian jauh dari bentuk sinusoid, melainkan terdiri atas komponen yang tidak teratur dengan puncak percepatan maksimumnya. Kekuatan getaran mekanis yang disalurkam ke badan tergantung kepada sifat bantal duduk atau injakan kaki yaitu peredam yang menurunkan kekuatan getaran atau ikut bergetar sehingga menambah kekuatan getaran. Adapun material yang menambah kekuatan getaran adalah logam atau benda padat lainnya yang frekuensi dirinya sama atau serupa dengan sumber getaran mekanis yang bersangkutan. Jika pemasangan peredam kurang baik, lebih–lebih bila suatu alat angkutan atau peralatan mekanis tidak memiliki peredam getaran biasanya terjadi resonansi yang mungkin beberapa kali menambah besarnya getaran mekanis. Untuk semua kerndaraan angkuran, selalu harus diperhatikan sifat tempat duduk dalam hal kemampuannya meredam, getaran. Tempat duduk yang menghantar dan bersenonansi dengan getaran tidak boleh digunakan. Kemampuan tranmisi adalah rasio antara akselarasi yang terdapat permukaan kursi dengan yang ditimbulkan dilantai dimana kursi itu menahan getarannya. Dengan melaksanakan serangkaian tes maka akan didapatkan frekuensi natural dari kursi tersebut. Hal ini adalah frekuensi natural dari kursi tersebut. Hal ini adalah frekunesi penahan untuk rasio kemampuan tranmisi yang terbesar. Jika rasio lebih kecil dari semuanya (secara kesatuan) maka kursi itu membutuhkan lapisan penahan sebagai tambahan dalam dalam pengukuran getaran mekanis secara aktual adalah menanyakan kepada operator tentang seluruh



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



10



ketidaknyamanan yang mungkin akan dirasakan sebagai sebuah hasil. Penggunaan dari pengukuran secara subyektif dapat memberikan informasi yang berharga tentang lingkungan yang akan tidak nyaman bila hanya menggunakan pengukuran secara obyektif saja. Karena tubuh dapat berfungsi sebagai sistem mekanis maka dapat berlaku sebagai resonansi pada berbagai bagian frekuensi. Untuk getaran seluruh tubuh toleransi untuk orang-orang yang sedang duduk adalah paling rendah, yaitu pada frekuensi 2-14 Hz, dan resonansi seluruh tubuh terjadi pada frekuensi sekitar 3-6 Hz. Pengaruh resonansi juga terjadi pada beberapa subsistem tubuh sebagai akibat dari adanya getaran seluruh tubuh. Misalnya bahu tangan 20-30 Hz, rahang bawah dan tengkorak/kepala 100-200 Hz. Mata paling banyak dipengaruhi oleh getaran mekanis. Pada frekuensis sampai 4 Hz, mata masih dapat mengikuti getarangetaran antara kepala dan sasaran, sedangkan frekuensi selanjutnya mata sudah tidak dapat mengikuti lagi. Maka pada frekuensi tinggi, penglihatan dapat terganggu (Anies, 2014). Tabel 2.1 Karakteristik Resonansi Dari Segmen Tubuh Dalam Whole Body Vibration Body segmen Perut Ruas tulang belakang Punggung Tangan bagian bawah Kepala Bola mata Pegangan tangan



Frekuensi (Hz) 4-8 4 4-5 16-30 20-25 30-80 50-190



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



11



Tabel 2.2 Efek Secara Fisiologis Yang Ditampilkan Oleh Frekuensi Getaran Mekanis Efek fisiologis Kesulitan bernafas Rasa sakit diperut Kekakuan otot Rasa sakit di kepala Gangguan penglihatan Kesulitan berbicara Tidak dapat meraba



Frekunsi ( Hz) 3-7 4-14 10-100 8-20 1-100 7-20 1000-100000



Peringatan tentang bahaya getaran telah disebarluaskan kepada seluruh Negara didunia dimana ISO



(International Standards Organization) telah



memberikan batas yang boleh diterima manusia. Standar ISO Membedakan tiga kriteria : 1. Kriteria kenyamanan. Kriteria ini banyak diaplikasikan pada dunia otomotif 2. Kriteria untuk mempertahankan efisiensi. Diaplikasikan pada pengoperasian mesin dan kendaraan berat 3. Kriteria keamanan. Untuk melindungi diri dari degradasi kesehatan Risiko dari pajanan getaran saat bekerja harus dihilangkan pada sumbernya atau dikurangi sampai pada nilai minimum. Walaupun pajanan getaran yang diterima pekerja dibawah nilai action value. Standar ini memuat tanggung jawab untuk menghilangkan atau mengurangi pajanan getaran sampai nilai minimum. Jika nilai pajanan getaran harian pekerja



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



12



melebihi nilai action value pengukuran harus dilakukan untuk meminimalisasi pajanan getaran yang diterima dan resiko yang mungkin terjadinya terkait dengan getaran tersebut. Gambar 2.1 Tindakan Yang Harus Dilakukan Untuk Mengurangi Atau Menghilangkan Resiko Dari Pajanan Getaran BerdasarkanPhysical Agent (Vibration) Detective (2002)



Badan manusia merupakan suatu susunan elastis yang kompleks dengan tulang sebagai penyokong otot dan urat serta merupakan landasan bagi kekuatan otot bekerja. Kerangka, organ tubuh, urat dan otot secara bersama-sama menetukan elaktisitas tubuh dan kelembaman sebagai reaksi menahan gaya mekanis yang bekerja kepadanya. Untuk getaran mekanis, sifat susunan tubuh yang demikian merupakan massa peredam tetapi juga penghantar sekaligus. Seluruh tubuh dipandang dari sifatnya terhdap getaran mekanis dapat digambarkan pada gambar 2.2 model dinamis bagi yang duduk dan berdiri.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



13



Gambar 2.2 Model Dinamis Bagi Yang Duduk Dan Berdiri (Suma’mur, Hiperkes, 2014) Kepala



Torso atas Sistem lengan bahu



Elastisitas yang kaku



Pinggang



Dari kolom tulang belakang Gaya yang bekerja bagi orang yang duduk Kaki



Gaya yang bekerja pada orang yang berdiri Pada model dinamis tubuh manusia sebagai reaksi terhadap getaran mekanis, organ dalam tubuh pada tubuh yang meliputi paru dan isi perut di anggap sebagai



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



14



satu unit bagian dari keseluruhan sistem. Demikian pula dengan lengan dan bahu adalah satu unit sebagai bagian dari sistem. Fungsi kaki sehubungan dengan penghantaran atau peredaman getaran mekani berbeda pada satu orang terhadap orang lainnya dan tergantung dari bengkokan pada sendi lutut. Tungkai pada posisi lurus menghantar 100 % getaran ke badan.Sedangkan dalam posisi bengkok tungkai berlaku sebagai peredam getaran. Terhadap getaran horizontal keadaan duduk dan berdiri menunjukkan reaksi yang berlainan, pada keadaan berdiri resonansi terjaid pada getaran yang frekuensinya 2 Hz dan untuk getaran – getaran dengan frekuensi yang lebih tinggi tidak terjadi resonansi yang berarti sehingga getaran tidak dihantar dengan baik. a. Efek Fisiologis Efek fisiologis vibrasikepada tubuh tergantung dari frekuensi getaram mekanis dan juga frekuensi alami jaringan. Hal ini terjadi sebesar-besarnya pada frekuensi getaran yang sama dengan frekuensi alami jaringanyang menyebabkan resonansi maksimum jaringan terhadap getaran. Ternyata frekuensi alami demikian adalah 3



– 9 Hz untuk unit bagian tubuh seperti dada dan perut. Getaran mekanis dengan frekuensi yang lebih tinggi mempengaruhi bagian tubuh yang frekuensi alaminya lebih tinggi pula, yaitu bagian tubuh yang berada di periferi yang frekuensinya 10 Hz. b. Gangguan melakukan pekerjaan Gangguan melakukan pekerjaan oleh karena getaran mekanis adalah akibat gangguan menggerakkan tangan dan menurunnya ketepatan dan ketajaman penglihatan. Maka dari itu cara mengatasinya adalah mengurangi sampai sesedikit



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



15



mungkin terjaidnya getaran pada tangan dan kaki. Salah satu cara untuk hal tersebut adalah penggunaan penunjang anggota badan dengan memakai peredam getaran. 2.2.2 Getaran Lengan Tangan (Hand Arm Vibration) Getaran setempat yaitu getaran yang merambat melalui tangan akibat pemakaian alat yang bergetar, frekuensinya biasanya 20-500 Hz. Frekuensi yang paling berbahaya adalah pada 128 Hz, karena tubuh manusia sangat peka pada frekuensi ini. Getaran ini berbahaya pada pekerjaan seperti : 1. Supir bajaj 2. Operator mesin blasting 3. Tukang potong rumput 4. Gerinda 5. Penempa palu Menurut buku saku K3 Sucofindo tahun 2002 efek getaran pada tangan ini dapat dijelakan sebagai berikut : 1. Kelainan pada peredaran darah dan persyarafan 2. Kerusakan pada persendian dan tulang-tulang Efek getaran pada tangan lengan ini lebih mudah dijelaskan daripada menguraikan patofisiologinya. Efek ini disebut sebagai sindroma getaran lengan tangan (Hand Vibration Arm Syndrome = HVAS ) yang terdiri atas: 1. Efek vaskuler-pemucatan episodic pada buku jari ujung yang bertambah parah pada suhu dingin (Fenomena Raynaud) 2. Efek neurologic-buku jari ujung mengalami kesemutan total dan baal.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



16



Efek bersifat progresif apabila pemajanan terhadap alat bergetar berlanjut dan menyebabkan dalam kasus yang parah, gangren. Tabel 2.3 Klasifikasi Stockholm Dua Tahap Untuk Sindroma Getaran Tangan Lengan (a) Tahapan Fenomena Raynaud Akibat Dingin Tahapan Derajat Uraian 0 Tidak ada serangan 1 Ringan Serangan sekali-sekali hanya pada satu ujung jari atau lebih 2 Sedang Serangan sekali-sekali pada falang distal dan tengah dari satu jari atau lebih 3 Berat Serangan sering pada semua falang dari sebagian besar jari 4 Sangat berat Seperti pada tahap 3, dengan perubahan tropic kulit pada sebagian besar jari 2.3 Sumber Getaran Perkakas yang bergetar secara



luas dipergunakan dalam industry



logam,perakitan kapal,dan otomotif, juga pertambangan, kehutanan, dan proses konstruksi. Banyak dari alat ini menggunakan berbagai alat yang menghasilkan getaran baik getaran seluruh badan (whole body vibration) atau getaran lengan tangan. Perkakas yang paling banyak digunakan adalah bor pneumatic, alat-alat ini menghasilkan getaran mekanik dengan cirri fisik dan efeknya merugikan yang berbeda . Tabel berikut menyebutkan beberapa alat yang mengahasilkan getaran.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



17



2.4 Sumber Dan Tipe Getaran Berdasarkan Jenis Industri Industri



Type of vibration



Agriculture Boiler making Contruction



Whole body Segmental Whole body/segmental



Diamond cutting Forestry



Segmental Whole body/segmental



Furniture Manufacture Iron & Steel Lumber Machine tools Mining



Segmental Segmental Segmental Segmental Whole body



Riveting Rubber



Segmental Segmental



Sheet metal Shipyards Stone dressing Textile Transportation



Segmental Segmental Segmental Segmental Whole Body



Common Vibration Source Tractor operation Pneumatic tools Heavy equipment vehicles, pneumatic drills, Jackhammers. Etc Vibrating tools Tractors operator/ Chain saw Pneumatic chisel Vibrating hand tool Chain saw Brating hand tools Vehicle operators rock dill Hand tools Pneumatic stripping tools Stamping tools Pneumatic hand tools Pneumatic hand tools Sewing machine looms Vehicle operation



2.4 Metode Pengukuran Getaran 2.4.1 Prinsip Pengukuran Percepatan getaran diukur dengan menggunakan alat vibration meter. Dengan pengukuran menggunakan vibration meter pada posisi kerja duduk selama rentang waktu tertentu. Getaran diterima oleh tranducer dan diubah menjadi sinyal listrik dikuatkan oleh amplifier diteruskan pada layar. Getaran diukur berdasarkan arah sistem koordinat dimana titik merambat ketubuh. Lokasi tranducer pada satu titik pengukuran ditempatkan secara orthogonal dan berdekatan.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



18



2.4.2 Peralatan 1. Human Vibration Meter 2.



Akselometer 3 sumbu (triaxial accelerometer)



3.



Bantalan (pad)



Semua peralatan harus sudah terkalibrasi 2.4.3 Cara Pengukuran 1. Hubungkan rangkaian transducer dengan unit vibration meter 2. Letakkan transducer pada area tubuh dengan alas duduk 3. Naraukur menduduki bantalan transducer Hidupkan alat dan atur pembobotan frekuensi sesuai tabel 2.6 Tabel 2.5 Pembobotan Frekuensi Pembobotan frekuensi Wk Wd



Untuk efek gangguan getaran Sumbu Z, pada sisi alas duduk Sumbu X, pada sisi alas duduk Sumbu Y, pada sisi alas duduk



CATATAN wk,wd adalah tentang pembobotan frekuensi 4. Lakukan pengukuran sesuai petunjuk alat. Lama pengukuran adalah 1 menit dengan pembacaan 3 kali masing-masing setelah 20 detik. Untuk sumber getaran konstan periode pengukuran paling sedikit 2 kali, sedangkan pada sumber getaran kejut periode pengukuran paling sedikit 4 kali disesuaikan dengan fluktuasi getaran. 5. Catat hasil pengukuran dalam formulir 2.4.4 Intruksi Kerja Alat Ukur Getaran Seluruh Tubuh 1. Pasangkan rangkaian transducer pada chanel alat vibration meter



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



19



2. Nyalakan alat dengan cara menekan tombol Alt dan star/stop secara bersama 3. Dan akan muncul tampilan dengan “Use TEDS”. Tekan enter dan muncul warm-up time. Biarkan sampai selesai waktu adaptasi 4. Tekan tombol shift dan menu secara bersamaan untuk masuk pada menu 5. Atur general setting pada menu measurement. Pastikan pilihan WBF (whole body vibration) untuk pengukuran getaran seluruh tubuh dan HAV (hand arm vibration) untuk getran lengan tangan 6. Setelah setting alat selesai, lakukan pengukuran dengan menempatkan transducer di tempat duduk operator atau lantai sesuai dengan arah aksisnya. Aksis X kearah depan, aksis Y kearah samping, dan aksis Z kearah atas. Untuk pengukuran getaran lengan dan tangan letakkan di lengan dan tangan 7. Setelah selesai catat hasil pengukuran pada current exposure di posisi Dose untuk getaran seluruh tubuh, sedangkan untuk getaran lengan dan tangan, ambil nilai percepatan getaran yang paling tingi dari nilai aksis 8. Matikan alat dengan menekan tombol Alt dan star/stop secara bersama-sama. 2.5 Nilai Ambang Batas Getaran Seluruh Tubuh Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 Pasal 7 disebutkan bahwa nilai ambang batas (NAB) getaran alat kerja yang kontak langsung pada seluruh tubuh ditetapkan sebesar 0,5 m/detik2. Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 bahwa Nilai Ambang Batas getaran alat kerja ditetapkan sebesar 4 m/det2.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



20



Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, tingkat getaran maksimal untuk kenyamanan dan kesehatan karyawan harus memenuhi syarat sebagai berikut: Tabel 2.6 Tingkat Getaran Maksimal Untuk Kenyamanan Dan Kesehatan Karyawan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.



Frekuensi 4 5 6,3 8 10 12,5 16 20 25 31,5 40 50 63



Tingkat Getaran Maksimal (dalam mikron = 10-6 m) < 100 < 80 < 70 < 50 < 37 < 32 < 25 < 20 < 17 < 12 0,05 maka H0 diterima H1 ditolak. Berarti variabel tersebut tidak ada hubungan yang signifikan. H0 adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan antara dua variabel. H1 adalah hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara dua variabel.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



44



BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Angkutan Kota trayek 99 merupakan jenis angkutan umum dan berada dibawah naungan PU. Gajah Mada yang beralamat dijalan Veteran No. 15 Pulo Brayan Bengkel Baru. Angkutan kota trayek 99 memiliki 80 supir. Supir angkutan kota trayek 99 mulai mengendarai angkutan kota pukul 05.00-19.00 WIB dengan lokasi pangkalan angkot di Tani Asri Kampung Lalang Kec. Medan Sunggal, dan Mabar Pasar III Jl. Mangggan VIII P Kec. Medan Deli, dengan rute perjalanan sehari-hari Kampung Lalang- Mabar.



Gambar 4.1 Rute perjalanan Kampung Lalang-Mabar 4.2 Analisis Univariat Pada analisis univariat digunakan untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan secara deskriptif dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. 4.2.1 Karakteristik Responden 4.2.1.1 Umur Berdasarkan hasil wawancara peneliti dilapangan pada supir angkutan kota trayek 99 PU. Gajah Mada, umur dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Pada Supir Angkutan Kota Trayek 99 PU. Gajah Mada di Kota Medan Tahun 2018 Umur N % 29 2 10 30 4 20 31 1 5 35 2 10 37 1 5



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



45



38 39 40 41 42 44 45 Total



2 1 2 2 1 1 1 20



10 5 10 10 5 5 5 100



Berdasarkan tabel 4.1, umur terendah pada supir angkutan kota adalah 29 tahun , sedangkan umur tertinggi supir angkutan kota adalah 45 tahun. 4.2.1.2 Lama Kerja Berdasarkan hasil wawancara peneliti di lapangan pada supir angkutan kota trayek 99 PU. Gajah Mada, diketahui lama kerja supir angkutan kota berdasarkan jam kerja/hari. Dalam hal ini peneliti juga mengkategorikan lama kerja menjadi 2 kelas yaitu : supir angkutan kota yang bekerja ≤ 8 jam dan supir angkutan kota yang bekerja > 8 jam.



Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Lama Kerja Pada Supir Angkutan Kota Trayek 99 PU. Gajah Mada di Kota Medan Tahun 2018 Lama Kerja N % 7 1 5 10 2 10 12 10 50 13 4 20 14 3 15 Total 20 100 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Lama Kerja (kategori) Pada Supir Angkutan Kota Trayek 99 PU. Gajah Mada di Kota Medan Tahun 2018 Lama Kerja N % ≤ 8 jam 1 5 > 8 jam 19 95 Total 20 100



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



46



Berdasarkan tabel 4.3, dapat kita lihat bahwa supir angkot yang bekerja ≤ 8 jam berjumlah 1 orang (5%), sedangkan sebagian besar supir angkutan kota yang bekerja > 8 jam sebanyak 19 orang (95%). 4.2.1.3 Masa Kerja Berdasarkan hasil wawancara peneliti di lapangan pada supir angkutan kota trayek 99 PU. Gajah Mada, diketahui masa kerja supir angkutan kota berdasarkan tahun aktif menjadi supir angkutan kota. Dalam hal ini peneliti mengkategorikan menjadi 2 kelas dengan mencari nilai rerata menjadi supir angkutan kota yang bekerja ≤ 5 tahun dan supir angkutan kota yang bekerja >5 tahun.



Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Masa Kerja Pada Supir Angkutan Kota Trayek 99 PU. Gajah Mada di Kota Medan Tahun 2018 Masa Kerja n % 1 1 5 3 5 25 4 4 20 5 4 20 6 3 15 8 2 10 10 1 5 Total 20 100 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Masa Kerja (Kategori) Pada Supir Angkutan Kota Trayek 99 PU. Gajah Mada di Kota Medan Tahun 2018 Masa Kerja (kategori) n % ≤ 5 tahun 14 70 >5 tahun 6 30 Total 20 100 Berdasarkan tabel 4.5, dapat kita lihat bahwa supir angkutan kota yang bekerja ≤ 5 tahun berjumlah 14 orang (70%), sedangkan supir angkutan kota yang bekerja > 5 tahun berjumlah 6 orang (30%). 4.2.2 Kebiasaan Responden 4.2.2.1 Kebiasaan Merokok



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



47



Berdasarkan hasil wawancara peneliti di lapangan pada supir angkutan kota trayek 99 PU. Gajah Mada, diketahui supir angkutan kota yang merokok dan yang tidak merokok. Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Pada Supir Angkutan Kota Trayek 99 PU. Gajah Mada di Kota Medan Tahun 2018 Kebiasaan Merokok N % Ya 18 90 Tidak 2 10 Total 20 100 Berdasarkan tabel 4.6, dapat kita lihat bahwa supir angkutan kota yang sebangian besar merokok dengan jumlah 18 orang (80%) dan supir angkutan kota yang tidak merokok berjumlah 2 orang (10%). 4.2.2.2 Penggunaan Alat Pelindung Diri Berdasarkan hasil wawancara peneliti di lapangan pada supir angkutan kota trayek 99 PU. Gajah Mada, diketahui supir angkutan kota yang menggunakan alat pelindung diri dan yang tidak menggunakan alat pelindung diri. Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Penggunaan APD Pada Supir Angkutan Kota Trayek 99 PU. Gajah Mada di Kota Medan Tahun 2018 Penggunaan APD N % Ya 0 0 Tidak 20 100 Total 20 100 Berdasarkan tabel 4.7, dapat kita lihat supir angkutan kota yang menggunakan alat pelindung diri tidak ada (0%) dan yang tidak menggunakan alat pelindung diri (sarung tangan) sebanyak 20 orang (100%). 4.2.3 Keluhan Kesehatan 4.2.3.1 Mengalami Mual Saat Atau Setelah Mengemudi Angkot Berdasarkan hasil penelitian pertanyaan menggunakan kuesioner, supir angkutan kota yang mengalami mual saat atau setelah mengemudi angkutan kota dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Mengalami Mual Saat Atau Setelah Mengemudi Angkutan Kota Pada Supir Angkutan Kota Trayek 99 PU. Gajah Mada Di Kota Medan Tahun 2018



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



48



Mengalami mual saat atau setelah N % mengemudi angkutan kota Ya 18 90 Tidak 2 10 Total 20 100 Berdasarkan tabel 4.8, supir angkutan kota yang tidak mengalami mual saat atau setelah mengemudi adalah 2 orang (10%), sedangkan supir angkutan kota yang mengalami mual sebanyak 18 orang (90%). 4.2.3.2 Merasakan Cepat Lelah Selama Mengemudi Angkot Berdasarkan hasil penelitian pertanyaan menggunakan kuesioner, supir angkutan kota yang merasakan cepat lelah selama mengemudi angkutan kota dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Merasakan Cepat Lelah Selama Mengemudi Angkutan Kota Pada Supir Angkutan Kota Trayek 99 PU. Gajah Mada Di Kota Medan Tahun 2018 Merasakan cepat lelah selama N % mengemudi angkutan kota Ya 15 75 Tidak 5 25 Total 20 100 Berdasarkan tabel 4.10, supir angkutan kota sebagian besar yang merasakan cepat lelah berjumlah 15 orang (75%) dan yang tidak cepat lelah selama mengemudi angkutan kota berjumlah 5 orang (25%). 4.2.3.3 Merasakan Sakit Kepala Saat Atau Mengemudi Angkot Berdasarkan hasil penelitian pertanyaan menggunakan kuesioner, supir angkutan kota yang merasakan sakit kepala saat atau mengemudi angkutan kota dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Merasakan Sakit Kepala Saat Atau Mengemudi Angkutan Kota Pada Supir Angkutan Kota Trayek 99 PU. Gajah Mada Di Kota Medan Tahun 2018 Merasakan sakit kepala saat atau N % mengemudi angkutan kota Ya 16 80 Tidak 4 20 Total 20 100



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



49



Berdasarkan tabel 4.10, supir angkutan kota yang tidak merasakan sakit kepala saat atau setelah mengemudi angkutan kota berjumlah 4 orang (20%), sedangkan yang merasakan sakit kepala saat atau setelah mengemudi angkutan kota berjumlah 16 orang (80%). 4.2.3.4 Mengalami Penglihatan Kabur Saat Atau Setelah Mengemudi Angkot Berdasarkan hasil penelitian pertanyaan menggunakan kuesioner, supir angkutan kota yang mengalami penglihatan kabur saat atau setelah mengemudi angkot dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Mengalami Penglihatan Kabur Saat Atau Setelah Mengemudi Angkot Pada Supir Angkutan Kota Trayek 99 PU. Gajah Mada Di Kota Medan Tahun 2018 Mengalami penglihatan kabur saat N % atau setelah mengemudi angkot Ya 11 55 Tidak 9 45 Total 20 100 Berdasarkan tabel 4.11, supir angkutan kota yang mengalami penglihatan kabur berjumlah 11 orang (55%), sedangkan yang tidak mengalami penglihatan kabur berjumlah 9 orang (45%). 4.2.3.5 Mengalami Gemetar Selama Mengemudi Angkot Berdasarkan hasil penelitian pertanyaan menggunakan kuesioner, supir angkutan kota yang mengalami gemetar selama mengemudi angkot dapat dilihat pada tabel berikut:



Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Mengalami gemetar setelah mengemudi angkot Pada Supir Angkutan Kota Trayek 99 PU. Gajah Mada di Kota Medan Tahun 2018 Mengalami gemetar selama N % mengemudi angkot Ya 5 25 Tidak 15 75 Total 20 100



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



50



Berdasarkan tabel 4.12, supir angkutan kota yang mengalami gemetar setelah mengemudi angkutan kota berjumlah 5 orang (25%) sedangkan yang tidak mengalami gemetar setelah mengemudi angkutan kota berjumlah 15 orang (75%),. 4.2.3.6 Mengalami Rasa Tidak Nyaman Di Bagian Punggung Ketika Berjalan Berdasarkan hasil penelitian pertanyaan menggunakan kuesioner, supir



angkutan kota yang mengalami rasa tidak nyaman di bagian punggung ketika berjalan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Mengalami Rasa Tidak Nyaman Di Bagian Punggung Ketika. Berjalan Pada Supir Angkutan Kota Trayek 99 PU. Gajah Mada Di Kota Medan Tahun 2018 Mengalami rasa tidak nyaman di n % bagian punggung ketika berjalan Ya 9 45 Tidak 11 55 Total 20 100 Berdasarkan tabel 4.13, supir angkutan kota yang mengalami rasa tidak nyaman di bagian punggung ketika berjalan berjumlah 9 orang (45%) sedangkan yang tidak mengalami rasa tidak nyaman di bagian punggung ketika berjalan berjumlah 11 orang (55%). 4.2.3.7 Merasakan Sakit Pinggang Bagian Bawah Setelah Mengemudi Angkot Berdasarkan hasil penelitian pertanyaan menggunakan kuesioner, supir angkutan kota yang merasakan sakit pinggang bagian bawah setelah mengemudi angkot dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.14



Distribusi Frekuensi Merasakan Sakit Pinggang Bagian Bawah Setelah Mengemudi Angkot Pada Supir Angkutan Kota Trayek 99 PU. Gajah Mada Di Kota Medan Tahun 2018 Merasakan sakit pinggang bagian N % bawah setelah mengemudi angkot Ya 18 90 Tidak 2 10



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



51



Total



20



100



Berdasarkan tabel 4.14, supir angkutan kota yang sebagian besar merasakan sakit pinggang bagian bawah setelah mengemudi angkutan kota berjumlah 18 orang (90%) sedangkan yang tidak merasakan sakit pinggang bagian bawah setelah mengemudi angkot berjumlah 2 orang (10%). 4.2.3.8 Mengalami Nyeri Dada Berdasarkan hasil penelitian pertanyaan menggunakan kuesioner,



supir



angkutan kota yang mengalami nyeri dada dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Mengalami Nyeri Dada Pada Supir Angkutan Kota Trayek 99 PU. Gajah Mada Di Kota Medan Tahun 2018 Mengalami nyeri dada Ya Tidak Total



N 13 7 20



% 65 35 100



Berdasarkan tabel 4.15, supir angkutan kota yang mengalami nyeri bagian dada berjumlah 13 orang (65%) sedangkan supir angkutan kota yang tidak mengalami nyeri bagian dada berjumlah 7 orang (35%). 4.2.3.9 Mengalami Sakit Pada Tenggorokan Pada Saat Atau Setelah Mengemudi Berdasarkan hasil penelitian pertanyaan menggunakan kuesioner, supir angkutan kota yang mengalami sakit pada tenggorokan pada saat atau setelah mengemudi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Mengalami Sakit Pada Tenggorokan Pada Saat Atau Setelah Mengemudi Pada Supir Angkutan Kota Trayek 99 PU. Gajah Mada Di Kota Medan Tahun 2018 Mengalami sakit pada tenggorokan n % pada saat atau setelah mengemudi Ya 8 40 Tidak 12 60 Total 20 100



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



52



Berdasarkan tabel 4.16, supir angkutan kota yang mengalami sakit tenggorokan pada saat atau setelah mengemudi angkot berjumlah 8 orang (40%) sedangkan supir yang tidak mengalami sakit tenggorokan pada saat atau setelah mengemudi angkot berjumlah 12 orang (60%). 4.2.3.10 Mengalami Nyeri Pada Otot Dan Sendi Berdasarkan hasil penelitian pertanyaan menggunakan kuesioner, supir angkutan kota yang mengalami nyeri pada otot dan sendi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Mengalami Nyeri Pada Otot Dan Sendi Pada Supir Angkutan Kota Trayek 99 PU. Gajah Mada Di Kota Medan Tahun 2018 Mengalami nyeri pada otot dan sendi n % Ya 7 35 Tidak 13 65 Total 20 100 Berdasarkan tabel 4.17, supir angkutan kota yang mengalami nyeri otot dan sendi berjumlah 7 orang (35%) sedangkan yang tidak mengalami nyeri otot dan sendi berjumlah 13 orang (65%). 4.2.3.11 Merasakan Nyeri Leher Berdasarkan hasil penelitian pertanyaan menggunakan kuesioner, supir angkutan kota yang merasakan nyeri leher dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Merasakan Nyeri Leher Pada Supir Angkutan Kota Trayek 99 PU. Gajah Mada Di Kota Medan Tahun 2018 Merasakan nyeri leher Ya Tidak Total



n 15 5 20



% 75 25 100



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



53



Berdasarkan tabel 4.18, supir angkutan kota yang merasakan nyeri leher berjumlah 15 orang (75%) sedangkan supir angkutan kota yang tidak merasakan nyeri leher berjumlah 5 orang (25%). 4.2.4 Kategori Keluhan Kesehatan Berdasarkan hasil penelitian dari pengumpulan data kuesioner yang dikategorikan menjadi keluhan ringan dan keluhan berat, maka keluhan kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Keluhan Kesehatan Pada Supir Angkutan Kota Trayek 99 PU. Gajah Mada Di Kota Medan Tahun 2018 Keluhan kesehatan n % Ringan 1 5 Berat 19 95 Total 20 100 Berdasarkan tabel 4.19, supir angkutan kota yang mengalami keluhan kesehatan ringan berjumlah 1 orang (5%), sedangkan supir angkutan kota yang mengalami keluhan kesehatan berat berjumlah 19 orang (95%). 4.2.5



Frekuensi Getaran Seluruh Tubuh



Berdasarkan hasil penelitian pengkuran getaran seluruh tubuh yang dilakukan pada supir angkutan kota, frekuensi getaran seluruh tubuh dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Getaran Seluruh Tubuh Pada Supir Angkutan Kota Trayek 99 PU. Gajah Mada Di Kota Medan Tahun 2018 Frekuensi getaran seluruh tubuh N % 0.0587 1 5 0.0740 1 5 0.1196 1 5 0.3513 1 5 0.3518 1 5 0.3557 1 5 0.4513 1 5 0.4542 1 5 0.5166 1 5



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



54



0.5536 0.6538 0.6553 0.6584 0.6658 0.6722 0.7104 0.7135 0.7512 0.8562 Total



2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20



10 5 5 5 5 5 5 5 5 5 100



Berdasarkan tabel 4.20, dapat dilihat hasil pengukuran getaran seluruh tubuh terendah yaitu 0,0587 dan hasil pengukuran getaran seluruh tubuh tertinggi yaitu 0,8562. Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Getaran Seluruh Tubuh (Kategori) Pada Supir Angkutan Kota Trayek 99 PU. Gajah Mada Di Kota Medan Tahun 2018 getaran seluruh tubuh (kategori) N % Di bawah NAB (≤ 0,5 m/s2) 8 40 Di atas NAB (> 0,5 m/s2) 12 60 Total 20 100 Berdasarkan tabel 4.21, kategori hasil pengukuran getaran seluruh tubuh pada supir angkutan kota dibawah NAB (≤ 0,5m/s 2) berjumlah 8 orang (40%), sedangkan hasil dari pengukuran getaran seluruh tubuh pada supir angkutan kota di atas NAB (> 0,5 m/s2) berjumlah 12 orang (60%). 4.3



Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan masing-



masing variabel dengan menggunakan uji Fisher’s Exact. 4.3.1 Hubungan Paparan Getaran Seluruh Tubuh Dengan Keluhan Kesehatan Tabel 4.22 Hubungan Paparan Getaran Seluruh Tubuh Dengan Keluhan Kesehatan Pada Supir Angkutan Kota Trayek 99 PU. Gajah Mada Di Kota Medan Tahun 2018 Frekuensi getaran Total Nilai p Keluhan Di bawah Di atas NAB kesehatan NAB (≤ (> 0,5) 0,5)



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



55



Ringan Berat



F 0 8



% 0 42,1



F 1 11



% 100 57,9



F 1 19



% 100 100



1.000



Berdasarkan tabel 4.22, dapat dilihat bahwa dari 20 supir angkot dengan paparan getaran dibawah NAB (≤ 0,5 m/det 2) yang mengalami keluhan kesehatan ringan adalah tidak ada (0 orang), dan 1 orang supir angkot menerima paparan getaran di atas NAB (>0,5 m/det 2) mengalami keluhan kesehatan ringan. Supir angkot dengan paparan getaran dibawah NAB (≤ 0,5 m/det 2) yang mengalami keluhan kesehatan berat adalah 8 orang, dan 11 orang supir angkot menerima paparan getaran di atas NAB (>0,5 m/det2) mengalami keluhan kesehatan berat. Perhatikan bahwa karena nilai probabilitas, yakni 1,000 lebih besar dibandingkan =0,05, maka H0 diterima dan 1 ditolak. Ini berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara paparan getaran dengan keluhan kesehatan. 4.3.2 Hubungan Lama Kerja Dengan Keluhan Kesehatan Tabel 4.23 Hubungan Lama Kerja Dengan Keluhan Kesehatan Pada Supir Angkutan Kota Trayek 99 PU. Gajah Mada Di Kota Medan Tahun 2018 Keluhan Lama kerja Total Nilai p kesehatan ≤ 8 jam >8 jam F % F % F % Ringan 1 100 0 0 1 100 0.050 Berat 0 0 19 100 19 100 Berdasarkan tabel 4.23, dapat dilihat bahwa dari 20 supir angkot dengan lama kerja (≤ 8 jam) yang mengalami keluhan kesehatan ringan adalah 1 orang, dan tidak ada supir angkot dengan lama kerja (> 8 jam) mengalami keluhan kesehatan ringan. Tidak ada supir angkot dengan lama kerja (≤ 8 jam) yang mengalami keluhan kesehatan berat dan 19 orang supir angkot dengan lama kerja (> 8 jam) mengalami keluhan kesehatan berat. Perhatikan bahwa karena nilai



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



56



probabilitas, yakni 0,050 lebih kecil atau sama dengan =0,05, maka H 0 diterima dan



1



diterima. Ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara lama kerja



dengan keluhan kesehatan.



4.3.3 Hubungan Masa Kerja Dengan Keluhan Kesehatan Tabel 4.24 Hubungan Masa Kerja Dengan Keluhan Kesehatan Pada Supir Angkutan Kota Trayek 99 PU. Gajah Mada Di Kota Medan Tahun 2018 Keluhan Masa kerja Total Nilai p kesehatan ≤ 5 tahun >5 tahun Ringan Berat



F 0 14



% 0 73,7



F 1 5



% 100 26,3



F 4 19



% 100 100



0.300



Berdasarkan tabel 4.24, dapat dilihat bahwa dari 20 supir angkot dengan masa kerja (≤ 5 tahun) yang mengalami keluhan kesehatan ringan adalah tidak ada (0 orang), dan 1 orang supir angkot dengan masa kerja (> 5 tahun) mengalami keluhan kesehatan ringan. Supir angkot dengan masa kerja (≤ 5 tahun) yang mengalami keluhan kesehatan berat adalah 14 orang dan 5 orang supir angkot dengan masa kerja (> 5 tahun) mengalami keluhan kesehatan berat. Perhatikan bahwa karena nilai probabilitas, yakni 0,300 lebih besar dibandingkan =0,05, maka H0 diterima dan 1 ditolak. Ini berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan keluhan kesehatan. 4.3.4 Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Keluhan Kesehatan Tabel 4.25 Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Keluhan Kesehatan Pada Supir Angkutan Kota Trayek 99 PU. Gajah Mada Di Kota Medan Tahun 2018 Keluhan Kebiasaan merokok Total Nilai p kesehatan Tidak Ya Ringan



F 0



% 0



F 1



% 100



F 1



% 100



1.000



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



57



Berat



2



10,5



17



89,5



19



100



Berdasarkan tabel 4.25, dapat dilihat bahwa dari 20 supir angkot yang tidak merokok yang mengalami keluhan kesehatan ringan adalah 0 orang (tidak ada), dan 1 orang supir angkot yang merokok mengalami keluhan kesehatan ringan. Supir angkot yang tidak merokok yang mengalami keluhan kesehatan berat adalah 2 orang dan 17 orang supir angkot yang merokok mengalami keluhan kesehatan berat. Perhatikan bahwa karena nilai probabilitas, yakni 1,000 lebih besar dibandingkan =0,05, maka H0 diterima dan



1



ditolak. Ini berarti tidak



terdapat hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan keluhan kesehatan.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



BAB V PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah supir angkutan kota trayek 99 di kota Medan dengan jumlah sampel 20 orang. Semua supir berjenis kelamin laki-laki. Dari 20 supir yang berumur 29-45 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa supir angkutan kota trayek 99 di Kota Medan termasuk kelompok usia produktif dan dewasa.



5.2 Keluhan Kesehatan Pada Supir Angkutan Kota Akibat Getaran Seluruh Tubuh Keluhan kesehatan yang terjadi pada supir angkutan kota akibat getaran seluruh tubuh dibagi menjadi 11 jenis yaitu; mual, cepat lelah, sakit kepala, penglihatan kabur, gemetar, rasa tidak nyaman dibagian punggung ketika berjalan, sakit pinggang bagian bawah, nyeri bagian dada, sakit pada tenggorokan, nyeri pada sendi dan otot, dan nyeri leher. Berdasarkan jumlah sampel supir angkutan kota yang berjumlah 20 supir terdapat sebanyak 19 orang (95%) mengalami keluhan kesehatan berat dan 1 orang (5%) mengalami keluhan kesehatan ringan. Dari 20 supir angkutan kota, supir yang mengalami mual sebanyak 18 orang (90%), supir yang merasakan cepat lelah sebanyak 15 orang (75%), supir yang merasakan sakit kepala saat atau setelah mengemudi angkot sebanyak 16 orang (80%), supir yang mengalami penglihatan kabur sebanyak 11 orang (55%), supir yang mengalami gemetar selama mengemudi sebanyak 5 orang (25%), supir yang mengalami rasa tidak nyaman dibagian punggung ketika berjalan setelah mengemudi sebanyak 9 orang (45%), supir yang merasakan sakit pinggang bagian bawah sebanyak 18 orang (90%), supir yang merasakan nyeri bagian dada saat atau setelah mengemudi angkot sebanyak 13 orang (65%), supir yang mengalami 60 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



61



sakit pada tenggorokan sebanyak 8 orang (40%), supir yang mengalami nyeri bagian sendi dan otot sebanyak 7 orang (35%), supir yang mengalami nyeri pada bagian leher sebanyak 15 orang (75%). 5.3 Hubungan Antara Lama Kerja Dengan Keluhan Kesehatan Akibat Paparan Getaran Seluruh Tubuh Dalam penelitian ini, lama kerja dinyatakan dengan lamanya supir angkutan kota yang bekerja yang dihitung dalam jam/hari. Lama kerja dengan baik pada umumnya adalah 8 jam/hari dan 40 jam seminggu. Lebih dari itu dapat menimbulkan sesuatu yang tidak diinginkan seperti penurunan produktifitas kerja, timbulnya kelelahan, penyakit dan kecelakaan. Lama kerja dalam satu hari dapat meningkatkan terjadinya keluhan kesehatan akibat paparan getaran seluruh tubuh. Berdasarkan tabel hasil penelitian pada tabel 4.5 dapat dilihat lamanya supir angkot tersebut terpapar oleh getaran yaitu supir yang bekerja ≤ 8 jam berjumlah 1 orang (5%), sedangkan sebagian besar supir angkutan kota yang bekerja > 8 jam sebanyak 19 orang (95%). Dari hasil analisis uji Fisher’s Exact diperoleh nilai p value = 0,05 (p= >0,05) yang diartikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan keluhan kesehatan akibat getaran seluruh tubuh. Penelitian ini sejalan dengan Hidayat (2012), bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan keluhan kesehatan subyektif akibat paparan getaran (sig=0,002). Efek klinis akibat paparan getaran seluruh tubuh terjadi bergantung pada lamanya pajanan, frekuensi (Hz), dan amplitudo (m/detik 2) sumber getaran (Harrianto, 2009).



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



62



Parameter yang menyebabkan gangguan kesehatan tubuh akibat terpapar getaran adalah sebagai berikut (Adly, 2007): a. Lamanya waktu pemaparan Bila tubuh tenaga kerja terpapar oleh getaran dalam waktu lama, maka gangguan kesehatan yang ditimbulkan akan semakin parah. b. Frekuensi getaran, satuannya hertz (Hz) Efek vibrasi terhadap tubuh akan berada pada frekuensi yang berbeda. Umumnya frekuensi yang sering dijumpai ditempat kerja adalah 1 Hz-5000 atau 10.000 Hz. c. Amplitudo getaran Diukur dalam kecepatan (m/det) atau percepatan (m/det2). 5.4 Hubungan Masa Kerja Dengan Keluhan Kesehatan Pada Supir Angkutan Kota Trayek 99 Di Kota Medan Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja disuatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun negatif. Memberi pengaruh positif apabila semakin lama masa kerjanya maka akan semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya. Sebaliknya, akan menimbulkan pengaruh negatif apabila semakin lamanya masa kerja dapat menimbulkan kebiasaan pada pekerja dan dapat timbulnya penyakit akibat kerja apabila terpapar terus menerus oleh benda yang bergetar. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa dari 20 supir angkot dengan masa kerja (≤ 5 tahun) yang mengalami keluhan kesehatan ringan adalah tidak ada (0 orang), dan 1 orang supir angkot dengan masa kerja (> 5 tahun) mengalami keluhan kesehatan ringan. Supir angkot dengan masa kerja (≤ 5 tahun)



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



63



yang mengalami keluhan kesehatan berat adalah 14 orang dan 5 orang supir angkot dengan masa kerja (> 5 tahun) mengalami keluhan kesehatan berat. Perhatikan bahwa karena nilai probabilitas, yakni 0,300 lebih besar dibandingkan =0,05, maka H0 diterima dan 1 ditolak. Ini berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan keluhan kesehatan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rusdjijati (2005), tidak ada pengaruh yang bermakna antara masa kerja dengan paparan getaran tempat duduk pengemudi bis antar kota antar provinsi trayek Semarang-Yogyakarta. 5.5 Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Keluhan Kesehatan Pada Supir Angkutan Kota Trayek 99 PU. Gajah Mada Di Kota Medan Salah satu faktor yang mempengaruhi keluhan kesehatan terhadap getaran adalah merokok (Anies, 2014). Apabila supir angkutan kota itu merokok, maka akan mempengaruhi suplai darah, dan maka akan sangat berpengaruh terhadap kesehatannya dan akan berdampak negatif apabila supir angkutan kota tersebut sanggup menghabiskan > 1 bungkus per hari (Santoso, 2004). Berdasarkan penelitian hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner, dari 20 supir angkot yang tidak merokok yang mengalami keluhan kesehatan ringan adalah 0 orang (tidak ada), dan 1 orang supir angkot yang merokok mengalami keluhan kesehatan ringan. Supir angkot yang tidak merokok yang mengalami keluhan kesehatan berat adalah 2 orang dan 17 orang supir angkot yang merokok mengalami keluhan kesehatan berat. Supir angkot yang mengalami keluhan kesehatan berat namun tidak merokok aktif ada 2 orang , kemungkinan dikarenakan mereka perokok pasif. Pasalnya, perokok pasif lebih berbahaya dari pada perokok aktif. Perhatikan bahwa karena nilai probabilitas, yakni 1,000 lebih besar dibandingkan =0,05, maka H0 diterima



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



64



dan 1 ditolak. Ini berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan keluhan kesehatan. 5.6 Hasil Pengukuran Getaran Seluruh Tubuh Pada Supir Angkutan Kota Trayek 99 PU. Gajah Mada Di Kota Medan Getaran adalah gerakan bolak-balik linear (atas-bawah, maju-mundur, kanankiri) yang berlangsung dengan cepat dari suatu objek terhadap suatu titik. Getaran dapat terjadi karena adanya efek dinamis berupa gesekan antar bagian mesin atau putaran mesin. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 Pasal 7 disebutkan bahwa nilai ambang batas (NAB) getaran alat kerja yang kontak langsung pada seluruh tubuh ditetapkan sebesar 0,5 m/detik2. Berdasarkan tabel 4.20, dapat dilihat hasil pengukuran getaran seluruh tubuh terendah yaitu 0,0587 dan hasil pengukuran getaran seluruh tubuh tertinggi yaitu 0,8562. Berdasarkan tabel 4.21, dikategori hasil pengukuran getaran seluruh tubuh pada supir angkutan kota dibawah NAB (≤ 0,5 m/s 2) berjumlah 8 orang (40%), sedangkan hasil dari pengukuran getaran seluruh tubuh pada supir angkutan kota di atas NAB (> 0.5 m/s2) berjumlah 12 orang (60%). 5.7 Hubungan Paparan Getaran Seluruh Tubuh Dengan Keluhan Kesehatan Pada Supir Angkutan Kota Trayek 99 PU. Gajah Mada Di Kota Medan Berdasarkan data pengukuran getaran serta hasil kuesioner penelitian, dilakukan uji statistik Fisher’s Exact untuk melihat apakah ada hubungan paparan getaran seluruh tubuh dengan keluhan kesehatan pada supir angkutan kota trayek 99 PU. Gajah Mada di kota Medan Tahun 2018. dapat dilihat bahwa dari 20 supir angkot dengan paparan getaran dibawah NAB (≤ 0,5 m/det2) yang mengalami



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



65



keluhan kesehatan ringan adalah tidak ada (0 orang), dan 1 orang supir angkot menerima paparan getaran di atas NAB (>0,5 m/det 2) mengalami keluhan kesehatan ringan. Supir angkot dengan paparan getaran dibawah NAB (≤ 0,5 m/det2) yang mengalami keluhan kesehatan berat adalah 8 orang, dan 11 orang supir angkot menerima paparan getaran di atas NAB (>0,5 m/det 2) mengalami keluhan kesehatan berat. Perhatikan bahwa karena nilai probabilitas, yakni 1,000 lebih besar dibandingkan =0,05, maka H0 diterima dan 1 ditolak. Ini berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara paparan getaran dengan keluhan kesehatan. Hal yang sama juga dikatakan oleh Rusdjijati (2005), berdasarkan hasil pengujian statistik dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara paparan getaran seluruh tubuh dengan kelelahan kerja (p=0,134)pada pengemudi bis antar kota antar provinsi trayek Semarang-Yogyakarta. Hal yang sama juga dikatakan oleh Wibowo (2011), tidak ada hubungan (mata kanan p=0,891 dan mata kiri p=0,592) antara paparan whole body vibration dengan penurunan ketajaman penglihatan pengemudi bis PO. Nikko Putra.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Hasil penelitian 20 supir angkot dengan paparan getaran dibawah NAB (≤ 0,5 m/det2) yang mengalami keluhan kesehatan ringan adalah tidak ada (0 orang), dan 1 orang supir angkot menerima paparan getaran di atas NAB (>0,5 m/det2) mengalami keluhan kesehatan ringan. Supir angkot dengan paparan getaran dibawah NAB (≤ 0,5 m/det2) yang mengalami keluhan kesehatan berat adalah 8 orang, dan 11 orang supir angkot menerima paparan getaran di atas NAB (>0,5 m/det2) mengalami keluhan kesehatan berat. 2. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas getaran dengan keluhan kesehatan pada supir angkutan kota. 3. Tidak ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan keluhan kesehatan pada supir angkutan kota. 4. Terdapat hubungan yang bermakna antara lama kerja dengan keluhan kesehatan pada supir angkutan kota. 6.2 Saran 1. Memelihara mesin angkutan kota dengan baik, selalu mengganti bagianbagian mesin yang rusak dan memberi pelumas yang teratur. 2. Disarankan untuk supir angkutan kota agar melakukan peregangan otot pada saat atau setelah mengemudi angkot dan melakukan pemeriksaan dini kesehatan.



66



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



DAFTAR PUSTAKA Aditama, C.Y., 2010. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Universitas Indonesia (UIPress) : Jakarta. Adli, A.D., 2007. Hubungan Getaran Seluruh Tubuh (Whole Body Vibration) Dengan Gejala Gastrointestinal (Dispesia) Dan Upaya Penanggulangannya Pada Pekerja Penjualan (Salesmen) Dan Pendukung (Helper) PT. X Bottling Indonesia”. (Tesis). Medan: Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universutas Sumatera Utara.



Anies, 2014. Kedokteran Okupasi Berbagai Penyakit Akibat Kerja dan Upaya Penanggulangan Dari Aspek Kedokteran. Cetakan Pertama, Yogyakarta, AR-RUZZ MEDIA. Anies, 2005 Seri Kesehatan Umum : Penyakit Akibat Kerja. Berbagai Penyakit Akibat Lingkungan Kerja Dan Upaya Penanggulangannya. Jakarta. PT. Elex Media Komputindo. Badan Standar Nasional Indonesia, SNI 7186:2009 ., Metoda Pengukuran Getaran Seluruh Tubuh Pada Sikap Kerja Duduk. ICS 13.160 Budiono, A.M.S, 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan Kerja. Semarang: Badan Penerbit UNDIP. Chandra, F., 2015.“Hubungan Lama Paparan Getaran Dengan Keluhan Kesehatan Pada pekerja Cukur Rambut di Kelurahan Padang Bulan I Medan 2015”. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Dhamayanti, D., 2005. “Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Munculnya Keluhan Kesehatan Akibat Pemakaian Gerinda di PT Dok Dan Perkapalan Surabaya”(Skripsi). Diakses 10/11/2017 pada pukul 09.00 WIB http://download.portalgaruda.org/article.php?article=73892&val=4700 Haksama, 2011. Hubungan Paparan Getaran Seluruh Tubuh Pada Tempat Duduk Supir Dengan Tingkat Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pada Supir Truk Di PT. ALN Sidoarjo Muhammad Hudanul Hakim. KKC KK FKM 113/11 Hak H. Perpustakaan Universitas Airlangga. Diakses Pada Tanggal 19/02/2018 Pada Pukul 20.00 WIB. Https:www.repository.unair.ac.id >gdlhub-gdl-S-20. Harrianto, 2009. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Harrington, J.M. dan F.S. Gill., 2005. Buku Saku Kesehatan Kerja. Edisi ketiga.Penerbit, EGC Cetakan Ke satu. Jakarta. Hasmi. 2016. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jayapura. Penerbit IN Media 67 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



68



Hidayat, 2012. Paparan Getaran Mesin Gerinda Dan Keluhan Subyektif Pada Tenaga Kerja Di Abadi Dental Laboratorium Gigi Surabaya. Jurnal. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Diakses Pada Tanggal 26/12/2017 Pada Pukul 20.00 WIB. https://repository.unej.ac.id Nastiti,



B.A., 2014.Getaran.https://www.slideshare.net>befridita>getaran akses 6/12/2017 pada pukul 09.00 WIB.



Di



Notoatmodjo, S., 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta



Peraturan Menteri Tenaga Kerja transmigrasi No.PER.13/MEN/X/2011. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nilai Ambang Batas Faktor Fisik di Tempat Kerja. Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan. Diakses 23/01/2018 pada pukul 20.00 WIB. https://betterwork.org.PERMENAKER. 2011. Purnawati, E.R., 2011. Hubungan Antara Paparan Getaran Lengan Tangan dengan Keluhan Kesehan dan Faktor – Faktor yang mempengaruhi pada Supir Bajaj di Pasar Kebayoran Lama. Skripsi: UPN”Veteran”:2011. Diakses pada tanggal 11/11/2017 pada pukul 20.00 WIB http://download.portalgaruda.org/article.php?article=73899&val=4700 Rengkung, S., 2012. Analisis Pengaruh Paparan Kebisingan dan Getaran Pada Karyawan Gedung Pembinaan Lingkungan Kampus Universitas Indonesia Yang Berada Di Sekitar Stasiun Pondok Cina. Skripsi, Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Diakses 26/12/2017 pada pukul 19.00 WIB. http://download.lib.ui.ac.id>file>metadata-20308616 Rusdjijati, R. dan Lientje S., 2005. Pengaruh Paparan Getaran Tempat Duduk Pengemudi Terhadap Kelelahan Kerja Pengemudi Bis Antar Kota Antar Provinsi Trayek Semarang-Yogyakarta. Jurnal. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat. Universitas Gajah Mada. Diakses pada tanggal 19/02/2018 Pada Pukul 19.46 WIB. https://i-lib.ugm.ac.id>jurnal>download Rusli M., 2008. Pengaruh Kebisingan Dan Getaran Terhadap Perubahan Tekanan Darah Masyarakat Yang Tinggal Di Pinggiran Rel Kereta Api Lingkungan XIV Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Medan Denai Tahun 2008. Tesis. Medan: Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Santoso, G., 2004. Ergonomi, Manusia, Peralatan, dan Lingkungan. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta Sedarmayanti dan Syarifudin H., Metodologi Penelitian., 2011. Cetakan Kedua, Bandung, CV. Mandar Maju. Sucofindo, 2002. Buku Saku K3. PT. (Persero) Sucofindo. Jakarta



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



69



Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Jl. Gegerkalong Hilir No. 84 Bandung:ALFABETA cv. Suma’mur, P.K., 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Tenaga Kerja (HIPERKES). Jakarta: CV Sagung Seto: Jakarta.



Sunyoto, D., dan Ari S., 2013. Buku Ajar: Statistik Kesehatan Parametrik, Non Parametrik, Validitas, Reliabilitas. Cetakan pertama, Yogyakarta, Nuha Medika. Tarwaka, 2011. Ergonomi Industri. Surakarta: Harapan Press. Wibowo, A., Widodo, H., dan Kentari, S., 2011. Hubungan Paparan Whole Body Vibration Dan Masa Kerja Dengan Penurunan Ketajaman Penglihatan Pengemudi Pada PO. Nikko Putra Di Kota Yogyakarta. Jurnal. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Diakses Pada Tanggal 19 Februari 2018 Pada Pukul 19.39 WIB. https://media.neliti.com>publication. Younani, W.B.S. Joseph, dan B.S. Lampus, 2013. Hubungan Antara Umur, Lama Kerja Dan Getaran Dengan Keluhan Sistem Muskuloskeletal Pada Sopir Bus Trayek Manado – Langowan Di Terminal Karombasan. jurnal. Manado: Fakultas KesehatanMasyarakat Universitas Sam Ratulangi. Diakses Pada Tanggal 10/01/2018 Pada Pukul 10.00 WIB. https://ejournal.unsrat.ac.id>article>view



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



70



Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



71



Lampiran 2 Surat Izin Peminjaman Alat Ukur



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



72



Lampiran 3 Surat Telah Selesai Penelitian



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



73



Lampiran 4 Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PAPARAN GETARAN SELURUH TUBUH DENGAN KELUHAN KESEHATAN PADA SUPIR ANGKUTAN KOTA TRAYEK 99 PU. GAJAH MADA DI KOTA MEDAN TAHUN 2018 LEMBAR KESEDIAAN RESPONDEN Assalamualikum wr.wb Selamat sejahtera untuk kita semua Saya Rizka Sri Annisa, Mahasiswi Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Sedang melakukan penelitian tentang “HUBUNGAN PAPARAN GETARAN SELURUH TUBUH DENGAN KELUHAN KESEHATAN PADA SUPIR ANGKUTAN KOTA TRAYEK 99 PU.GAJAH MADA DI KOTA MEDAN TAHUN 2018”. Adapun penelitian ditujukan sebagai alat pengumpulan data primer untuk kegiatan skripsi peneliti. Saya berharap Bapak bersedia menjadi responden penelitian saya dengan menjawab semua pertanyaan yang ada dikuesioner ini. Informasi yang Bapak berikan akan kami jaga kerahasiaanya. Jika anda bersediadi mohon untuk menandatangani lembar persetujuan yang telah disediakan Data Responden 1. Kode Responden :…………………………………………… 2. Hari/Tanggal pengamatan : …………………………………………… 3. Nama : ………………………………………….. Dengan ini bersedia menjadi responden pada penelitian ini …….,……………,2018



PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER 1. Jawablah pertanyaan dengan runtun, singkat, benar dan jujur 2. Isi bagian skoring dengan tanda ceklis ( ) jika 0 ( Tidak) , 1 (Ya) 3. Data ini dijamin kerahasiaan nya oleh peneliti



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



74



A. Karakteristik Responden Nama



:



Umur



:



Lama Kerja (jam) Masa Kerja (tahun) B. Kebiasaan Responden



: :



No Pertanyaan



. 1. 2.



Skoring 0



1



Apakah anda mempunyai kebiasan merokok ? Apakah anda menggunakan alat pelindung diri berupa sarung tangan pada saat mengemudi angkot?



C. Keluhan Kesehatan Akibat Paparan Getaran Seluruh Tubuh No . 1. 2. 3.



Skoring Pertanyaan



0



1



Apakah anda pernah mengalami mual saat atau setelah mengemudi angkot? Apakah anda merasakan cepat lelah selama mengemudi angkot? Apakah anda merasakan sakit kepala saat atau mengemudi angkot?



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



75



4.



Apakah anda pernah mengalami penglihatan kabur saat atau setelah mengemudi angkot? 5. Apakah anda pernah mengalami gemetar selama mengemudi angkot? 6. Apakah anda pernah mengalami rasa tidak nyaman di bagian punggung ketika berjalan? 7. Apakah anda pernah merasakan sakit pinggang bagian bawah setelah mengemudi angkot? 8. Apakah anda merasakan rasa nyeri di bagian dada? 9. Apakah anda pernah merasakan sakit tenggorokan? 10, Apakah anda pernah mengalami rasa nyeri di bagian otot dan sendi? 11. Apakah anda pernah merasakan rasa nyeri pada bagian leher?



Lampiran 5 Hasil Pengukuran Getaran Seluruh Tubuh



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



76



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



77



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



LAMPIRAN 6 MASTER DATA HUBUNGAN PAPARAN GETARAN SELURUH TUBUH DENGAN KELUHAN KESEHATAN PADA SUPIR ANGKUTAN KOTA TRAYEK 99 PU. GAJAH MADA DI KOTA MEDAN TAHUN 2018 N o



Nama



Umu r



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20



KR STP SDW HMS DN SHT NS AL GP AW CD AG MR TY JN SR BB AN EK SMN



35 40 38 35 30 29 31 30 29 30 45 42 41 39 30 37 40 38 44 41



Lam a kerja 12 13 7 10 12 12 12 13 14 12 14 14 12 10 12 13 13 12 12 12



Lam a kerja (kat) 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1



Masa kerja



Masa kerja (kat)



4 6 8 3 1 3 4 3 6 10 4 5 4 5 6 5 5 8 3 3



0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0



B B C C C C 1 2 1 2 3 4 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1



0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0



1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0



1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1



1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1



1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0



C 5



C 6 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1



C 7 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0



C 8 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1



1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1



C 9 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0



C 10



C 11



0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0



0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1



Jumla h keluha n 6 7 3 10 6 7 7 7 8 7 7 6 6 7 8 6 7 8 6 6



Keluhan (kat) 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1



Getaran Getaran (kat) 0.6553 0.4542 0.5536 0.6722 0.7135 0.8562 0.6658 0.3518 0.7104 0.6538 0.3513 0.6584 0.7512 0.5166 0.4513 0.5536 0.3557 0.0587 0.0740 0.1196



1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



7879



Keterangan : B1 = Pertanyaan kebiasaan merokok B2 = Pertanyaan penggunaan alat pelindung diri C1 = Pertanyaan merasakan mual C2 = Pertanyaan merasakan cepat lelah C3 = Pertanyaan merasakan sakit bagian kepala C4 = Pertanyaan mengalami penglihatan kabur C5 = Pertanyaan merasakan gemetar C6 = Pertanyaan rasa tidak nyaman bagian punggung ketika berjalan C7 = Pertanyaan sakit pinggang bagian bawah C8 = Pertanyaan nyeri di bagian dada C9 = Pertanyaan sakit tenggorokan C10 = Pertanyaan nyeri bagian sendi dan otot C11 = Pertanyaan nyeri dibagian leher



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



80



Lampiran 7 Output Hasil Pengolahan Data Analisis Univariat 1. Umur Umur responden Frequency Valid



Valid Percent



Cumulative Percent



29



2



10.0



10.0



10.0



30



4



20.0



20.0



30.0



31



1



5.0



5.0



35.0



35



2



10.0



10.0



45.0



37



1



5.0



5.0



50.0



38



2



10.0



10.0



60.0



39



1



5.0



5.0



65.0



40



2



10.0



10.0



75.0



41



2



10.0



10.0



85.0



42



1



5.0



5.0



90.0



44



1



5.0



5.0



95.0



45



1



5.0



5.0



100.0



20



100.0



100.0



Total



2.



Percent



Lama Kerja Lama kerja (jam) Frequency



Valid



Percent



Cumulative Percent



7



1



5.0



5.0



5.0



10



2



10.0



10.0



15.0



12



10



50.0



50.0



65.0



13



4



20.0



20.0



85.0 100.0



14 Total



3.



Valid Percent



3



15.0



15.0



20



100.0



100.0



Lama Kerja Kategori lamakerja_kat Frequency



Valid



Percent



Valid Percent



Cumulative Percent



≤ 8 jam



1



5.0



5.0



5.0



> 8 jam



19



95.0



95.0



100.0



Total



20



100.0



100.0



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



81



4.



Masa Kerja Masa kerja (tahun) Frequency



Valid



Valid Percent



Cumulative Percent



1



1



5.0



5.0



5.0



3



5



25.0



25.0



30.0



4



4



20.0



20.0



50.0



5



4



20.0



20.0



70.0



6



3



15.0



15.0



85.0



8



2



10.0



10.0



95.0 100.0



10 Total



5.



Percent



1



5.0



5.0



20



100.0



100.0



Masa Kerja kategori Masakerja_kat Frequency



Valid



Valid Percent



Cumulative Percent



≤ 5 tahun



14



70.0



70.0



70.0



> 5 tahun



6



30.0



30.0



100.0



20



100.0



100.0



Total



6.



Percent



Kebiasaan Merokok Kebiasaan merokok Frequency



Valid



7.



tidak



Percent



Valid Percent



Cumulative Percent



2



10.0



10.0



10.0



ya



18



90.0



90.0



100.0



Total



20



100.0



100.0



Penggunaan APD Penggunaan APD Frequency



Valid



8.



tidak



Percent 20



Valid Percent



100.0



Cumulative Percent



100.0



100.0



Mengalami mual saat atau setelah mengemudi angkot Mual saat atau setelah mengemudi angkot Frequency



Valid



tidak



Percent



Valid Percent



Cumulative Percent



2



10.0



10.0



10.0



ya



18



90.0



90.0



100.0



Total



20



100.0



100.0



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



82



9.



Merasakan cepat lelah selama mengemudi angkot Merasa cepat lelah selama mengemudi angkot Frequency



Valid



10.



tidak



Percent 5



Valid Percent 25.0



Cumulative Percent



25.0



25.0 100.0



ya



15



75.0



75.0



Total



20



100.0



100.0



Merasakan sakit kepala saat atau mengemudi angkot Merasa sakit kepala saat atau mengemudi angkot Frequency



Valid



11.



tidak



Percent



Valid Percent



Cumulative Percent



4



20.0



20.0



20.0



ya



16



80.0



80.0



100.0



Total



20



100.0



100.0



Mengalami penglihatan kabur saat atau setelah mengemudi angkot Mengalami penglihatan kabur saat atau setelah mengemudi angkot Frequency



Valid



tidak ya Total



12.



Percent



Valid Percent



Cumulative Percent



11



55.0



55.0



55.0



9



45.0



45.0



100.0



20



100.0



100.0



Mengalami gemetar selama mengemudi angkot mengalami gemetar selama mengemudi angkot Frequency



Valid



tidak



15



ya Total



13.



Percent



Valid Percent 75.0



Cumulative Percent 75.0



75.0 100.0



5



25.0



25.0



20



100.0



100.0



Mengalami rasa tidak nyaman di bagian punggung ketika berjalan mengalami rasa tidak nyaman di bagian punggung ketika berjalan Frequency



Valid



tidak Ya Total



Percent



Valid Percent



Cumulative Percent



11



55.0



55.0



55.0



9



45.0



45.0



100.0



20



100.0



100.0



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



83



14.



Merasakan sakit pinggang bagian bawah setelah mengemudi angkot Merasa sakit pinggang bagian bawah setelah mengemudi angkot Frequency



Valid



15.



tidak



Percent



Valid Percent



Cumulative Percent



2



10.0



10.0



10.0



Ya



18



90.0



90.0



100.0



Total



20



100.0



100.0



Mengalami nyeri dada Mengalami nyeri dada Frequency



Valid



16.



tidak



Percent 7



Valid Percent 35.0



Cumulative Percent 35.0



35.0 100.0



ya



13



65.0



65.0



Total



20



100.0



100.0



Mengalami sakit pada tenggorokan pada saat atau setelah mengemudi Mengalami sakit pada tenggorokan pada saat atau setelah mengemudi Frequency



Valid



tidak ya Total



17.



Percent



Valid Percent



Cumulative Percent



12



60.0



60.0



60.0



8



40.0



40.0



100.0



20



100.0



100.0



Mengalami nyeri pada otot dan sendi Mengalami nyeri pada otot dan sendi Frequency



Valid



tidak ya Total



18.



Percent



Valid Percent



Cumulative Percent



13



65.0



65.0



70.0



7



35.0



35.0



100.0



20



100.0



100.0



Merasakan nyeri leher Merasakan rasa nyeri leher Frequency



Valid



tidak



Percent



Valid Percent



Cumulative Percent



5



25.0



25.0



25.0



ya



15



75.0



75.0



100.0



Total



20



100.0



100.0



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



84



19.



Keluhan kategori Keluhan_kategori Frequency



Valid



20.



Percent



Valid Percent



Cumulative Percent



0 (ringan)



1



5.0



5.0



5.0



1 (berat)



19



95.0



95.0



100.0



Total



20



100.0



100.0



Frekuensi getaran seluruh tubuh Getaran seluruh tubuh Frequency



Valid



21.



Percent



Valid Percent



Cumulative Percent



.0587



1



5.0



5.0



5.0



.0740



1



5.0



5.0



10.0



.1196



1



5.0



5.0



15.0



.3513



1



5.0



5.0



20.0



.3518



1



5.0



5.0



25.0



.3557



1



5.0



5.0



30.0



.4513



1



5.0



5.0



35.0



.4542



1



5.0



5.0



40.0



.5166



1



5.0



5.0



45.0



.5536



2



10.0



10.0



55.0



.6538



1



5.0



5.0



60.0



.6553



1



5.0



5.0



65.0



.6584



1



5.0



5.0



70.0



.6658



1



5.0



5.0



75.0



.6722



1



5.0



5.0



80.0



.7104



1



5.0



5.0



85.0



.7135



1



5.0



5.0



90.0



.7512



1



5.0



5.0



95.0



.8562



1



5.0



5.0



100.0



Total



20



100.0



100.0



Frekuensi getaran (kategori) Getaran_kategori Frequency



Valid



0 (dibawah NAB)



Percent



Valid Percent



Cumulative Percent



8



40.0



40.0



40.0



1 (diatas NAB)



12



60.0



60.0



100.0



Total



20



100.0



100.0



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



85



Analisis Bivariat 1.



Hubungan paparan getaran dengan keluhan kesehatan Case Processing Summary Cases Valid N



Missing Percent



keluhan_kat * getaran_kat



20



N



Total



Percent



100.0%



0



N



.0%



Percent 20



100.0%



keluhan_kat * getaran_kat Crosstabulation getaran_kat 0 keluhan_kat



0



Count



1



Count



Total



1



.0%



100.0%



100.0%



8



11



19



42.1%



57.9%



100.0%



8



12



20



40.0%



60.0%



100.0%



Count % within keluhan_kat



Total 1



% within keluhan_kat % within keluhan_kat



1 0



Chi-Square Tests Asymp. Sig. Exact Sig. (2Value



df



Continuity Correctionb Likelihood Ratio



sided)



1



.402



.000



1



1.000



1.057



1



.304



.702



Pearson Chi-Square



(2-sided)



a



Fisher's Exact Test



Exact Sig. (1-sided)



1.000



Linear-by-Linear Association



.667



N of Valid Cases



1



.600



.414



20



a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,40. b. Computed only for a 2x2 table



2. Hubungan lama kerja dengan keluhan kesehatan Case Processing Summary Cases Valid N keluhan_kat * lamakerja_kat



Missing Percent



20



100.0%



N



Total



Percent 0



.0%



N



Percent 20



100.0%



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



86



keluhan_kat * lamakerja_kat Crosstabulation lamakerja_kat 0 keluhan_kat



0



1



Count % within keluhan_kat



1



0



1



100.0%



.0%



100.0%



0



19



19



.0%



100.0%



100.0%



1



19



20



5.0%



95.0%



100.0%



Count % within keluhan_kat



Total



Total



1



Count % within keluhan_kat



Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction



Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2sided) sided)



df



20.000a



1



.000



4.488



1



.034



7.941



1



.005



b



Likelihood Ratio Fisher's Exact Test



Exact Sig. (1sided)



.050



Linear-by-Linear Association



19.000



N of Valid Cases



1



.050



.000



20



a. 3 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,05. b. Computed only for a 2x2 table



3.



Hubungan masa kerja dengan keluhan kesehatan Case Processing Summary Cases Valid Percent



N keluhan_kat * masakerja_kat



Missing



20



N



100.0%



Total



Percent 0



N



.0%



Percent 20



100.0%



keluhan_kat * masakerja_kat Crosstabulation masakerja_kat 0 keluhan_kat



0



Count



1



Count



% within keluhan_kat % within keluhan_kat Total



Count % within keluhan_kat



1



Total



0



1



1



.0%



100.0%



100.0%



14



5



19



73.7%



26.3%



100.0%



14



6



20



70.0%



30.0%



100.0%



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



87



Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction



b



Likelihood Ratio



Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2sided) sided)



df



2.456a



1



.117



.201



1



.654



2.534



1



.111



Fisher's Exact Test



Exact Sig. (1sided)



.300



Linear-by-Linear Association



2.333



N of Valid Cases



1



.300



.127



20



a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,30. b. Computed only for a 2x2 table



4.



Hubungan kebiasaan merokok dengan keluhan kesehatan Case Processing Summary Cases Valid N



keluhan_kat * kebiasaan merokok



Missing Percent



20



N



Total



Percent



100.0%



0



N



.0%



Percent 20



100.0%



keluhan_kat * kebiasaan merokok Crosstabulation kebiasaan merokok tidak keluhan_kat



0



Count



1



Count



% within keluhan_kat % within keluhan_kat Total



Count % within keluhan_kat



ya



Total



0



1



1



.0%



100.0%



100.0%



2



17



19



10.5%



89.5%



100.0%



2



18



20



10.0%



90.0%



100.0%



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



88



Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction



b



Likelihood Ratio



Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2sided) sided)



df



.117a



1



.732



.000



1



1.000



.216



1



.642



Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases



1.000 .111



1



Exact Sig. (1sided)



.900



.739



20



a. 3 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,10. b. Computed only for a 2x2 table



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



Lampiran 6 Master Data Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian Gambar 1. Angkutan Kota Trayek 99 PU. Gajah Mada



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



Gambar 2. Kondisi Bantalan Tempat Duduk Supir Yang Sudah Menipis Dan Robek



Gambar 3. Melakukan Kuesioner Penelitian



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



Gambar 3. Alat Ukur Getaran Seluruh Tubuh



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



Gambar 4. Pengukuran Getaran Seluruh Tubuh



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



Gambar 5. Pengukuran Getaran Seluruh Tubuh



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



Gambar 6. Bersama Supir Angkutan Kota dan Pelaksana Pengukur Getaran Seluruh Tubuhb



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA