Hakikat Ayat Ayat Allah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

HAKIKAT AYAT-AYAT ALLAH Shelva Shendy Bennedicta, Eky Karimatu Rais Alhakim, Achmad fachrudin akbar Universitas Muhammadiyah Surabaya [email protected] Abstrak Semua yang ada di alam semesta ini menjadi tanda kebesaran dan keagungan Allah, inilah yang terdapat didalam ayat Al-Quran. Ayat-ayat di dalam Al-Quran sangat beraneka macam, ada ayat yang berbicara tentang Ahkam (permasalahan fiqh), kisah-kisah tentang umat yang terdahulu, ada ayat khusus yang berbicara tentang pangkal Aqidah, seperti berbicara tentang keimanan, dan sebagainya, bahkan tidak sedikit ayat-ayat dalam Al-Quran Al-karim yang berbicara tentang alam semesta, dan juga ada yang dirubah/dimodifikasi dalam bentuk kisah yang mengandung ibrah, yang disebut dengan istilah ayat-ayat qauliyah dan ayat-ayat kauniyah. Ayat qauliyah dan ayat kauniyah sangat berhubungan dalam proses pembentukan ilmu. Meskipun masyarakat pada umumnya melihat bahwa ilmu tentang agama islam hanya berupa hadist dan ayat-ayat Al-Quran. Sedangkan sains merupakan ilmu yang berasal dari penalaran manusia berdasarkan data-data empiris. Atau dalam kata lain antara ilmu agama Islam dan sains berbeda dan tidak berhubungan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah riset kepustakaan (library research) dengan pendekatan kualitatif dengan sumber dari jurnal-jurnal, buku, dan Ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan kesatuan antara ayat qauliyah dan ayat kauniyah dan juga interkoneksitas dalam memahami ayat qauliyah dan ayat kauniyah sehingga dapat diperoleh hasil bahwa antara Ayat qauliyah dan ayat kauniyah memiliki keterkaitan yang sangat erat karena memang keduanya merupakan satu kesatuan. Keterkaitan tersebut dapat dibuktikan dengan proses terbentuknya ilmu pengetahuan yang berasal dari wahyu Allah yang berupa ayat Al-quran dan juga dari alam semesta. Sehingga Proses terciptanya ilmu pengetahuan tersebut menjelaskan bahwa tidak ada istilah dikotomi dalam islam (membedakan dan memisahkan ilmu keduniawian dan ilmu keislaman). Interkoneksitas antara ayat qauliyah dan ayat kauniyah dapat ditunjukan dari kesesuaian proses terjadinya fenomena alam yang disebutkan dalam ayat-ayat Al-Quran dengan kenyataan di dunia ini. Kata kunci: Hakikat Ayat, Qauliyah, Kauniyah



PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita temui betapa banyak tanda-tanda kebesaran Allah karena kebesaranNya dan keagunganNya yang mutlak, baik itu yang tersurat ataupun yang tersirat. Yang tersirat adalah sesuatu yang dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, baik dari kebesaran alam ini, proses terciptanya makhluk hidup, tumbuhan yang berbeda warna, rasa serta bentuknya. yang tersurat adalah apa-apa yang terdapat di dalam kedua pedoman utama umat Islam, yaitu Al-Quran dan As-Sunnah. Semua itu hanya diberikan untuk orang-orang yang memiliki akal dan yang dapat memanfaatkan akalnya sebaik mungkin, yaitu orang-orang yang disebut sebagai ulil albab, atau ulil abshar yaitu orang yang berakal, yang melalui alam dan seisinya yang ada dihadapan mereka. bahkan juga kadang terdapat didalam diri mereka sendiri, dari situlah mereka dapat mempelajari semua tandatanda kebesaran Allah. Ayat-ayat di dalam Al-Quran sangat beraneka macam, ada ayat yang berbicara tentang Ahkam (permasalahan fiqh), kisah-kisah tentang umat yang terdahulu, ada



ayat khusus yang berbicara tentang pangkal Aqidah, seperti berbicara tentang keimanan, dan sebagainya, bahkan tidak sedikit ayat-ayat dalam Al-Quran Al-karim yang berbicara tentang alam semesta, dan juga ada yang dirubah/dimodifikasi dalam bentuk kisah yang mengandung ibrah, yang disebut dengan istilah ayat-ayat qauliyah dan ayat-ayat kauniya, sehingga AlQuran adalah kitab suci yang sempurna. 1 Secara garis besar ayat-ayat Alah dibedakan menjadi dua, yaitu ayat qauliyah dan ayat kauniyah. Ayat qauliyah adalah ayat-ayat yang Allah firmankan didalam kitab-kitab-Nya. Didalam ayat qauliyah memuat berrmacam-macam aspek seperti, cara beribadah kepada Allah, cara mengenal Allah, cara menjalin hubungan dengan manusia lain, cara memperlakukan alam, dan masih banyak lagi aspek yang lainnya. Kemudian ayat kauniyah adalah ayat-ayat atau tanda-tanda Allah yaitu segala ciptaanNya yang ada di semesta ini berikut juga isinya. Semua peristiwa, fenomena, kejadian yang ada di alam ini dan semua yang terjadi merupakan bagian dari ayat kauniyah. Ayat Qauniyah disampaikan oleh Allah melalui malaikat Jibril semestara Ayat Kauliyah disampaikan langsung tanpa perantara malaikat jibril. Tujuan diciptakannya ayat tersebut adalah untuk memberitahukan kebenaran adanya Allah, Kuasa dan pengetahuanNya yang tiada batasan, serta tidak dipersekutukan. Allah menjelaskan kekuasaanya di dalam Al-Quran dengan menggunakan contoh kebenaran pada alam ini agar manusia dapat memahami dan mengetahui dengan sejelas-jelasnya bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Allah SWT. 2 Antara ayat qauliyah dan ayat kauniyah sangat berhubungan dalam proses pembentukan ilmu. Meskipun masyarakat pada umumnya melihat bahwa ilmu tentang agama islam hanya berupa hadist dan ayat-ayat Al-Quran. Sedangkan sains merupakan ilmu yang berasal dari penalaran manusia berdasarkan data-data empiris. Atau dalam kata lain antara ilmu agama Islam dan sains berbeda dan tidak berhubungan. Namun hal tersebut bukan berarti keduanya tidak bisa diintegrasikan, karena baik ilmu agama ataupun sains semuanya berasal dari Allah.



METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah riset kepustakaan (library research). Riset kepustakaan atau sering juga disebut studi pustaka, adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena sumber data maupun hasil penelitian dalam penelitian kepustakaan (library research) berupa deskripsi kata-kata. 3 Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jurnal, buku, dan ayat-ayat Al-Quran.



1



Akhmad Rusydi, “Tafsir Ayat Kauniyah”, Al QALAM, Vol. 9, No. 17, 2016, hal. 118. Anisah Nurjanah, Dian Aida Ardi, Latif Yudha Arditama, “Integrasi Islam Dan Ilmu Pengetahuan”, 2014, hal.ii. 3 M Musta’in, Skripsi: “Pendidikan Berbasis Pengalaman Menurut Pemikiran John Dewey Dan Relevansinya Dalam Pendidikan Islam (Telaah Buku Experience And Education Penulis John Dewey)”, Kudus: Perpustakaan STAIN Kudus, 2019, hal. 42. 2



PEMBAHASAN 1. Hakikat Ayat-ayat Allah Dalam Al-Quran, keberadaan dan ke-Esaan Allah beserta sifatnya dengan jelas dapat kita ketahui apabila kita dapat merenungi berbagai kejadian dan benda-benda alam yang ada di dunia ini. Dalam Al-Quran semua hal yang menunjukan kesaksian (adanya sesatu yang lain) disebut sebagai “Ayat-Ayat”, yang memiliki arti "bukti yang kebenaranya telah teruji, pernyataan kebenaran dan pengetahuan mutlak." Sehingga ayat-ayat Allah terdiri dari semua yang ada dialam semesta ini yang menampakan dan memberitahukan keberadaan dan sifat-sifat Allah. Mereka yang mengerti bahwa seluruh alam semesta ini hanya terdiri dari ayat-ayat Allah adalah mereka yang dapat mengamati dan selalu mengingat akan hal tersebut. Allah telah mendorong manusia agar dapat mempelajari dan melihat seluruh alam semesta dan seisinya karena dari situlah Allah menunjukan kebesaranNya kepada makhlukNya4. Allah berfirman sebagai berikut:



“Katakanlah, “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi!” Tidaklah bermanfaat tanda-tanda (kebesaran Allah) dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang yang tidak beriman”. (Q.S. Yunus [10]: 101) 5 Ayat tersebut, mengajak supaya manusia memahami dan mengetahui perilaku serta sifat alam di sekitarnya, yang menjadi sumber bahan makanan serta tempat tinggal selama hidupnya. Dalam surat tersebut menjelaskan bahwa Allah memperingatkan bagi orang yang tidak beriman untuk mengetahui tanda kebesaran Allah lewat ciptaanNya yaitu gejala-gejala yang ada di alam semesta . Lebih jelasnya dapat kita lihat dalam ayat 17-20 Surah al-Ghasyiyah sebagaimana berikut:



“17. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan, 18. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? 19. Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? , 20. Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” (Q.S. Al-Ghasyiyah [88]: 17-20). 6 Pada umumnya inilah yang dilakukan oleh pengembang IPTEK, bahwa mereka melakukan observasi agar menemukan jawaban dari pertanyaan “bagaimana proses itu terjadi?”. Memahami alam semesta ini dapat diartikan sebagai membaca ayat Allah, karena dalam Al-Quran sendiri semua proses yang terjadi di alam semesta sering disebut sebagai ayat Allah. Oleh sebab itu, manusia memiliki kewajiban untuk bisa memahami ayat-ayat Allah, mengenal Sang Pencipta yang menciptakannya dan 4



Mu’adz dkk, “Islam dan Ilmu Pengetahuan”, Sidoarjo: UMSIDA PRESS, 2016, hal. 28. Ibid 6 Ibid, hal. 29. 5



segala sesuatu yang lainnya, mendekatkan diri kepada-Nya, dan menemukan arti keberadaan dan kehidupanNya. Semua yang ada di alam semesta ini, kehidupan manusia, atom yang merupakan materi terkecil, kesesuaian kosmik di alam semesta, semuanya adalah ayat-ayat Allah, dan semuanya berjalan atas kendali Allah dan menaati hukum-hukumNya. Dalam mengenal dan menemukan ayat-ayat Allah membutuhkan kerja keras. Hal tersebut dapat terjadi sesuai dengan tingkat pemahaman dan nalar setiap orang masing-masing. Allah berfirman dalam surat An-Nahl ayat 10-17 yang berbunyi: “10. Dia-lah, yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu.11. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan. 12. dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (Nya), 13. dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlainlainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran. 14. dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. 15. dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungaisungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk, 16. dan (dia ciptakan) tandatanda (penunjuk jalan). dan dengan bintang-bintang Itulah mereka mendapat petunjuk. 17. Maka Apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa) ?. Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran.” (Q.S. An-Nahl [16]: 10-17). 7 Berdasarkan ayat tersebut, Allah SWT mengajak orang-orang yang berakal agar memikirkan hal-hal yang biasa diabaikan orang lain, atau yang biasa dikatakan sebagai "kebetulan", atau "keajaiban alam" belaka. Dengan melihat ayat-ayat Allah orang yang berakal akan berusaha memahami bahwa kekuasaan dan kreasi seni-Nya yang tak terhingga, sebab ilmu Allah tak terbatas, dan ciptaan-Nya sempurna. Bagi orang yang berakal, segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah ayat-ayat (tandatanda) penciptaan oleh Allah SWT. Allah berfirman dalam Q.S. Al-Jasiyah [45]: 13) sebagai berikut berikut:



“Dan Dia menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untukmu semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. Sungguh, dalam hal yang demikian itu benar7



Ibid, hal. 29



benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir”. (Q.S. Al-Jasiyah [45]: 13). 8 Ayat tersebut menjelaskan bahwa seluruh langit dan bumi akan ditundukkan Allah bagi umat manusia dengan sains yang diterapkan dengan teknologi yang akan diberikan kepada mereka yang menggunakan akal dan pikirannya. Pemikiran mengenai “bagaimana” dan “mengapa”, yang melibatkan semua proses dilangit itu, menyebabkan munculnya cabang baru dalam sains yang diberi nama astro-fisika, yang kemudian bersama astronomi menciptakan konsep-konsep kosmologi. 9 2. Menjelaskan Kesatuan Antara Ayat Qauliyah dan Ayat Kauniyah Ayat qauliyah adalah ayat-ayat Allah yang terdapat di dalam Al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, sedangkan Ayat-ayat kauniyah adalah ayat-ayat Allah yang merupakan seluruh alam semesta, ayat-ayat ini berupa makhluk hidup, benda, peristiwa maupun kejadian, dan lain sebagainya yang ada di dalam alam semesta ini. Ayat qauliyah dan ayat kauniyah memiliki keterkaitan yang sangat erat karena memang keduanya merupakan satu kesatuan. Berikut bagan proses pembentukan ilmu pengetahuan berdasarkan ayat-ayat qauliyah dan ayat-ayat kauniyah:



Bagan tersebut menjelaskan bahwa Allah adalah segala sumber ilmu. Kemudian Allah menurunkan ilmuNya dalam bentuk ayat-ayat kauniyah (alam semesta) dan juga ayat-ayat qauliyah yaitu wahyu yang berupa ayat-ayat Al-Quran. Dari kedua ayat tersebut terciptalah pengetahuan, kemudian dari pengetahuan tersebut dilakukan penelitian sehingga munculah teori-teori yang kemudian terciptalah ilmu pengetahuan kebenaran ilmiah. Dalam memberikan ilmuNya Allah SWT menggunakan dua cara. Yang pertama melalui jalan resmi (ath-thariqah ar-rasmiyah) 8 9



Ibid, hal.30 Achmad Baiquni, “Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman”, Jakarta: Dana Bhakti Primayasa, 1996.



yaitu berupa wahyu yang diberikan kepada Rasul melalui perantara malaikat Jibril yang disebut juga ayat-ayat qauliyah. Yang kedua dengan jalan tidak resmi (aththariqah ghairu rasmiyah) yang diberikan langsung kepada makhlukNya melalui ilham, tanpa perantara malaikat Jibril disebut juga ayat- ayat kauniyah. Proses terciptanya ilmu pengetahuan tersebut menjelaskan bahwa tidak ada istilah dikotomi dalam islam (membedakan dan memisahkan ilmu keduniawian dan ilmu keislaman). Meskipun kebenaran yang ada dalam ilmu pengetahuan adalah kebenaran ilmiah, tidak menjadikan antara ilmu pengetahuan dan wahyu saling bertentangan karena sesungguhnya semua itu berasal dari Allah SWT. 10 Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam pembentukan ilmu pengetahuan antara ayat qauliyah dan ayat kauniyah memiliki keterikatan. Dari ayat qauliyah dan ayat kauniyah terciptalah bermacam-macam ilmu yang bisa dipelajari oleh manusia. Misalnya seperti fisika, matematika, kimia, fiqih, nahwu, astronomi, dll. 11 Ayat qauliyah memerintahkan kepada manusia untuk mencari ilmu tantang alam semesta ini (ayat-ayat kauniyah). Dengan membaca, mempelajari, merenungkan, menyelidiki kemudian mengambil kesimpulan maka manusia akan mendapatkan ilmu tersebut. Allah SWT. berfirman:



“1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Q.S. Al-Alaq [96]: 1-5) Jika kita perhatikan ayat-ayat qauliyah yaitu Al-Quran, di dalamnya terdapat banyak perintah agar kita memperhatikan ayat-ayat kauniyah seperti firman Allah yang tertuang dalam QS Adz-Dzariyat ayat 20-21:



“Dan di bumi terdapat ayat-ayat (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”. Melalui kalimat tanya “Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” Kalimat tersebut adalah sebuah perintah dari Allah agar kita memperhatikan ayat-ayat kauniyah yaitu semua yang ada di alam semesta ini dan yang ada pada diri kita sendiri (ayat-ayat kauniyah). Dalam ayat qauliyah yaitu Al-Quran, juga tidak jarang disebutkan secara terang-terangan ayat-ayat kauniyah, yaitu seperti proses penciptaan 10



Kaelany HD, “Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan”, Jakarta : Bumi Aksara, 1992. Miftakhul Munir, “Integrasi Bidang-Bidang Ilmu (Sumber Ilmu Dan Obyeknya)”, PANCAWAHANA: Jurnal Studi Islam , Vol.16, No. 1, 2021, hal. 98. 11



alam semesta, proses penciptaan manusia, keadan bumi, langit, gunung-gunung, tumbuhan, hewan, dan lain sebagainya. Ketika para ilmuwan melihat dengan seksama apa yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut, mereka takjub karena menemukan keajaiban ilmiah pada ayat-ayat tersebut dimana Al-Quran diturunkan beberapa ratus tahun yang lalu, dan belum pernah ada penelitian-penelitian ilmiah.12 Selain itu melalui ayat-ayat kauniyah juga dapat meningkatkan keimanan terhadap ayat-ayat qauliyah. Hal tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: mempelajari sains karena Allah, sains harus diberi makna atau nilai dari sudut pandang agama, sains harus disyukuri, yaitu menggunakan sains berdasarkan pertimbangan dicintai dan tidaknya oleh Allah.13 3. Mendiskripsikan Interkoneksitas Dalam Memahami Ayat Qauliyah dan Ayat Kauniyah Kemampuan manusia untuk memahami ayat-ayat qauliyah dan ayat-ayat kauniyah adalah keniscayaan. Manusia diperintahkan oleh Allah bukan hanya untuk memahami ayat-ayat qauliyah tetapi juga memahami ayat-ayat kauniyah dengan melihat feniomena alam. Alam merupakan ayat Allah yang seharusnya dieksplorasi dan digali sedalam-dalamnya untuk mendekatkan diri manusia pada kemahakuasaanNya. 14 Dengan melihat ayat qauliyah akan memberikan petunjuk bagi kebenaran ayat kauniyah, misalnya seperti surat An-Nur [24]: 43 mengisyaratkan terjadinya hujan, surat Al-Ankabut [29]: 20 menjelaskan tentang penciptaan makhluk hidup di bumi, surat Az-Zumar [39]: 5 menjelaskan tentang pergantian siang dan malam atau rotasi bumi, dan masih banyak lagi. Contoh bentuk interkoneksitas antara ayat qauliyah dan ayat kauniyah dapat dilihat dari proses terjadinya hujan sebagai berikut: Hujan terjadi karena proses menguapnya air di permukaan bumi akibat dari panas matahari. Uap air tersebut akan melayang ke udara sampai atmosfer dan terkumpul akibat dorongan angin. Kemudian ditempat dengan tekanan udara yang lebih rendah, sedikit demi sedikit uap air tersebut terkumpul dan menjadi awan yang lebih gelap. Saat awan ini terkumpul menjadi lebih gelap dan mengalami penurunan suhu di atmosfer, maka air dalam bentuk uap ini berubah menjadi bentuk cairnya kembali dan turun sebagai hujan.15 Penjelasan tentang proses terjadinya hujan dapat kita temui dalam Q.S. An-Nuur [24]: 43 sebagai berikut:



12



Iwan Marwan, “Objektivitas Semiotika (Ilmu Tanda) Menyingkap Firman (Tanda-Tanda Kebesaran) Tuhan”, SASTRANESIA, Vol. 5, No. 4, 2017, hal. 69. 13 Ayi Darmana, “Internalisasi Nilai Tauhid Dalam Pembelajaran Sains”, Jurnal Pendidikan Islam, Vol 27, No. 1, 2012, hal. 68. 14 Hadi Pajarianto, Duriani, “Al-Islam Kemuhammadiyahan 7 (Islam Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni”, Tangerang Selatan: Pustakapedia Indonesia, 2017, hal. 95 15 Ibnu Ali Said Abdillah, Skripsi: “Fenomena Hujan Dalam Al-Qur’an (Studi Tafsir Ilmi)”, Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2019, hal. 16



“Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menjadikan awan bergerak perlahan, kemudian mengumpulkannya, lalu Dia menjadikannya bertumpuk-tumpuk, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya dan Dia (juga) menurunkan (butiranbutiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gununggunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran es) itu kepada siapa yang Dia kehendaki dan dihindarkan-Nya dari siapa yang Dia kehendaki. Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan penglihatan”. (Q.S. An-Nur [24]: 43) Dalam ayat tersebut dijelaskan proses terjadinya hujan yang diisyaratkan dalam kalimat “Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, Maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya”. Dalam ayat lain yang menjelaskan awan menjadi bergumpal-gumpal seperti pada firman Allah berikut:



“Allah-lah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang Dia kehendaki, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila Dia menurunkannya kepada hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki tiba-tiba mereka bergembira.” (Q.S. Ar-Ruum [30]: 48).16 Ayat tersebut menjelaskan bahwa awan terbawa oleh pergerakan angin sehingga awan akan berkumpul menjadi banyak dan kemudian bergumpal-gumpal. Awan tersebut dapat menjadi awan yang potensial menimbulkan hujan akibat proses kondensasi. Dengan penjelasan diatas dapat disimpukan bahwa adanya kesesuaian antara proses terjadinya hujan di alam semesta dengan proses yang dijelaskan didalam ayat Al-Quran menandakan bahwa antara ayat qauliyah dan ayat kauniyah memiliki interkoneksitas, hal ini merupakan suatu sunnatullah yang terus menerus tidak terputus.



16



Mu’adz dkk, “Islam dan Ilmu Pengetahuan”, Sidoarjo: UMSIDA PRESS, 2016, hal. 34.



KESIMPULAN Ayat-ayat Allah terdiri dari semua yang ada di alam semesta ini yang menampakan dan memberitahukan keberadaan dan sifat-sifat Allah. Allah mendorong manusia agar dapat mempelajari dan melihat seluruh alam semesta dan seisinya karena dari situlah Allah menunjukan kebesaranNya kepada makhluknya. Secara garis besar Ayat-ayat Allah dibedakan menjadi dua yaitu ayat qauliyah dan ayat kauniyah. Ayat qauliyah adalah ayat-ayat Allah yang terdapat di dalam Al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, sedangkan Ayat-ayat kauniyah adalah ayat-ayat Allah yang merupakan seluruh alam semesta, ayat-ayat ini berupa makhluk hidup, benda, peristiwa maupun kejadian, dan lain sebagainya yang ada di dalam alam semesta ini. Ayat qauliyah dan ayat kauniyah memiliki keterkaitan yang sangat erat karena memang keduanya merupakan satu kesatuan. Keterkaitan tersebut dapat dibuktikan dengan proses terbentuknya ilmu pengetahuan yang berasal dari wahyu Allah yang berupa ayat Al-quran dan juga dari alam semesta. Sehingga Proses terciptanya ilmu pengetahuan tersebut menjelaskan bahwa tidak ada istilah dikotomi dalam islam (membedakan dan memisahkan ilmu keduniawian dan ilmu keislaman). Bentuk interkonesitas antara ayat qauliyah dan ayat kauniyah dapat dilihat dalam beberapa surat dalam Al-quran misalnya, surat An-Nur [24]: 43 mengisyaratkan terjadinya hujan, surat Al-Ankabut [29]: 20 menjelaskan tentang penciptaan makhluk hidup di bumi, surat Az-Zumar [39]: 5 menjelaskan tentang pergantian siang dan malam atau rotasi bumi, dan masih banyak lagi. Dalam surat-surat tersebut akan menjelaskan bagaimana proses fenomena alam tersebut terjadi, dan proses tersebut memiliki kesesuaian dengan yang terjadi sesungguhnya di alam ini.



DAFTAR PUSTAKA Abdilah, I. A. (2019). Fenomena Hujan Dalam Al-Qur’an (Studi Tafsir Ilmi). Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung. Anisah, N., Ardi, D. A., & Arditama, L. Y. (2014). Integrasi Islam Dan Ilmu Pengetahuan. Baiqun, A. (1996). Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman. Jakarta: Dana Bhakti Primayasa. Darmana, A. (2012). “Internalisasi Nilai Tauhid Dalam Pembelajaran Sains”. Jurnal Pendidikan Islam, 27(1), 66-84. HD, K. (1992). Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan. Jakarta: Bumi Aksara. Marwan, I. (2017). Objektivitas Semiotika (Ilmu Tanda) Menyingkap Firman (Tanda-Tanda Kebesaran) Tuhan. SASTRANESIA, 5(4), 66-73. Mu’adz, Handayani, P., Astutik, A. P., & Supriyadi. (2016). Islam dan Ilmu Pengetahuan. Sidoarjo: UMSIDA PRESS. Munir, M. (2021). Integrasi Bidang-Bidang Ilmu (Sumber Ilmu Dan Obyeknya). PANCAWAHANA, 16(1), 96-113. Musta’in, M. (2019). Pendidikan Berbasis Pengalaman Menurut Pemikiran John Dewey Dan Relevansinya Dalam Pendidikan Islam (Telaah Buku Experience And Education Penulis John Dewey). Kudus: Perpustakaan STAIN Kudus. Pajarianto, H., & Duriani. (2017). Al-Islam Kemuhammadiyahan 7 (Islam Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni”. Tangerang Selatan: Pustakapedia Indonesia. Rusydi, A. (2016). Tafsir Ayat Kauniyah. Al Qalam, 9(17), 117-142.