Halogenasi Oleh Iodoform [PDF]

  • Author / Uploaded
  • ishm
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA MEDISINAL HALOGENASI OLEH IODOFORM



DISUSUN OLEH: NAMA



NPM



TUGAS



Ina Novianti



260110170124



Pembahasan



Fira Burhanisa Irawan



260110170125



Pembahasan



Rezsitta Oknine Husein



260110170126



Prosedur, Dsata Pengamatan



Maryam Hasymia



260110170127



Rania Aisha N



260110170128



Pembahasan



Hanafi Tiran



260110170129



Teori Dasar, Perhitungan



Adham Rizki Ananda



260110170134



Teori Dasar, Perhitungan



Tujuan, Prinsip, Alat Bahan, Kesimpulan, Editor



LABORATORIUM ANALISIS FARMASI DAN KIMIA MEDISINAL FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2017



I.



TUJUAN 1.1 Mengenal proses halogenasi (iodisasi) 1.2 . Memahami cara rekristalisasi dengan pelarut tunggal



II.



PRINSIP 2.1 Halogenasi Halogenasi adalah reaksi kimia yang di dalamnya terjadi penambahan halogen. Dalam hal ini lebih spesifik terhadap reaksi dengan ionn Isehinggadapat pula disebut iodisasi (Ssteven, 2011). 2.2 Rekristalisasi Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat dari pengotornya dengan cara mengkristalkan zat tersebut setelah dilarutkan dengan prinsip perbedaan kelarutan antar zat yang akan dimurnikan dan zat pengotornya (Day dan Underwood, 1996).



III.



REAKSI



(Raksohardiprojo, 1976) IV.



TEORI DASAR Iodoform adalah senyawa organoiodine dengan memiliki rumus CHI3 yang dikenal juga dengan nama triiodomethiana adalah kristal kuning padat yang termasuk senyawa halogen padat organik yang biasa



digunakan dalam bidang farmasi, yaitu iodoform berguna sebagai antiseptik obat obatan tertentu. Iodoform terkadang digunakan sebagai antiseptik dan disinfektan di bidang kedokteran (Singh et al, 2012). Sifat fisiko-kima lain dari iodoform ialah mudah menguap dan berbau menyengat mirip seperti kloroform, mempunyai titik didih sebesar 218o C (424o F atau 491 K) dan titik lebur sebesar 120o C (248o F atau 393 K), sifat kelarutannya yaitu sukar larut dalam air (hanya larut 100 mg/L) dan cenderung larut dalam pelarut organik, yaitu pada alkohol dingin 1 g/60 mL, pada alkohol mendidih 1 g/16 mL, pada kloroform 1 g/10 mL, pada karbon disulfida 1 g/3 mL, dan sangat mudah larut pada pelarut benzena dan aseton, namun sukar larut pada gliserin (Pubchem, 2017). Iodoform mampu disintesis berdasarkan reaksi halogenasi dengan bahan dasar iodium yang direaksikan dengan aseton (C3H6O) dan menggunakan bantuan natrium hidroksida (NaOH) (Svehla, 1985). Halogenasi merupakan reaksi yang mengikutsertakan penambahan satu atau dua atau lebih halogen pada suatu senyawa. Jadi atom hidrogen dari suatu senyawa diganti atau disbustitusi dengan atom halogen (yaitu Cl, Br, dan I). Pereaksi yang digunakan adalah senyawa Br2, Cl2, dan I2 dengan katalisatornya. Jadi pada dasarnya reaksi halogenasi adalah reaksi subsitutsi, karena tersubstitusinya suatu alkil pada suatu senyawa tepatnya pada atom hidrogennya dengan tergantinya dengan senyawa golongan halogenida yakni merupakan golongan 7 pada suatu atom periodik unsur. Senyawa senyawa yang merupakan halogenida yang bisa menstubstitusi senyawa hidrogen pada suatu alkil ialah klorida,bromida, dan iodida (Fessenden dan Fesenden, 1997). Reaksi haloform adalah senyawa keton yang memiliki gugus metil keton dapatmengalami halogenasi dalam suatu basa (katalisator). Metil keton memiliki 3 proton-α mengalami halogenasi 3 kali yang menghasilkan asam karboksilat. Pergantian protonyang cepat akan



memberikan ion karboksilat dan haloform (CHCl3), fluoroform(CHF3), bromoform (CHBr3), dan iodoform (CHI3) (Sastrohamidjojo, 2011). Reaksi halogenasi dapat dipercepat dengan penambahan asam atau basa. Sebuah penelitian berhasil menjelaskan bahwa kecepatan halogenasi suatu keton berbanding lurus dengan konsentrasi asam yang ditambahkan, tapi tdak bergantung pada jenis halogennya (klor, brom, iodium) ataupun konsentrasi dan jumlah halogen yang ditambhkan. Halogenasi terhadap keton asimetris, seperti metil propil keton, menunjukkan bahwa orientasi halogenasi terkatalis menjadi lebih dominan terhadap karbon yang cenderung tersubstitusi. Pada halogenasi terkatalis basa terhadap keton pun berlaku sama, bahwa kecepatan halogenasi tidak bergantung pada konsentrasi dan atau jenis halogen itu sendiri (Fessenden dan Fessenden, 1997). Salah satu contoh dari reaksi halogenasi yaitu pada etana yang ditambahkan dengan gas bromida dengan reaksi seperti berikut C2H6 + Br2



C2H5Br + HBr



Halogenasi ini menghasilkan senyawa elektrofilik yang terdapat dari



hasil



substitusinya.



jika



halogenasi



dengan



tersubstitusinya



menggunakan katalis amilum klorida akan tebentuk reaksi seperti berikut C6H6 + Cl2 → C6H5Cl + HCL (Daintith,1994) Ikatan iodoform dengan kalsium dapat membentuk kalsium iodida yang dapat berhidrolisis dengan kuat, iodoform bila direduksi oleh NaAs2O4 akan membentuk metilen iodida. Jika digunakan pada tabung kering, iodoform akan menguap menjadi gas yang bewarna violet dari iodium (Fherays,2011). Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat padat dan campuran atau pengotornya dengan cara pengkrisatalan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut solvent yang tepat. Syarat agar pelarut dapat termasuk sebagai pengkristal kembali suatu zat dengan cara



memberikan beda daya larut yang cukup besar antara zat dengan pelarut yang dimana zat pengotor tidak membuat sebuah kristal baru dan mudah terpisah dari kristal yang ingin dilakukan pengkristalan kembali (Soestrinanto,2013). Rekristalisasi



merupakan



teknik



yang



digunakan



untuk



mendapatkan kemurnian suatu zat, yaitu dengan cara melarutkan suatu zat dengan suatu pelarut yang sesuai sehingga pengotor pada zat tersebut dapat dipisahkan (Underwood, 1989). Prinsip utama yang mendasari terjadinya rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat pencampur atau pengotornya.



Larutan



yang terbentuk kemudian



dipisahkan dengan cara disaring, kemudian larutan dari zat yang diinginkan dikristalkan, yaitu dengan cara mencapai kondisi supersaturasi atau larutan kelewat jenuh. Terdapat 4 metode untuk mencapai kondisi supersaturasi, yaitu dengan mengubah temperatur, menguapkan solven, melakukan reaksi kimia, dan mengubah komposisi solven (Agustina, 2013). Dalam



proses



reaksi



rekristalisasi,



sebuah



larutan



mulai



mengendapkan sebuah senyawa bila larutan tersebut mencapai titik jenuh terhadap senyawa tersebut. Dalam pelarutan, pelarut akan ‘menyerang’ zat padat dan mensolventasi zat padat tadi pada tingkatan individual partikel. Dalam pengendapan terjadi kebalikannya, dimana tarik-menarik zat terlarut terjadi kembali pada suatu zat terlarut meninggalkan larutannya (Oktoby,



2001).



Rekristalisasi



melarutkan



zat



padat



terlebih



dahulu,mengurangi volume pelarut sebagai zat kotornya dengan cara didinginkan oleh pelarut lain agar proses pengkristalan dapat dilakukan dengan baik (Hart,2003). Iodoform



mengandung



atom



iodin,



dimana



iodin



sendiri



merupakan senyawa/unsur esensial bagi tubuh, yaitu berguna bagi perkembangan otak pada janin dan anak-anak dan kekurangan iodin pun berdampak buruk bagi kesehatan tubuh, yaitu dapat menyebabkan



penyakit gondok. Maka diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan konsumsi iodin pada tubuh, yaitu dengan iodisasi. Iodisasi berguna untuk membuat garam yang mengandung iodin dan dapat dikonsumsi oleh manusia (WHO, 2017). Iodium meriupakan unsur halogen yang reaktif dan berbentuk padatan biru kehitaman pada suhu kamar, dan termasuk senyawa beracun jika ditemukan dalam keadaan murni, sifat halogen lainnya terutama iodium adalah mudah beriaktan dengan unsur unsur lain akibat dari kurangnya 1 elektron untuk stabil pada senyawa iodium, termasuk senyawa yang sukar larut air dan juga mudah larut dalam bentuk garam natrium iodida ( Sunardi,2006).



V.



ALAT DAN BAHAN Alat yang dibutuhkan dalam percobaan ini adalah corong panas,



erlemeyer, kertas saring, oven, penangas air, pipet tetes, spatula dan timbangan analit. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah aquades, aseton, etanol, iodium dan Natrium Hidroksida. 5.1 GambarAlat No.



Nama Alat



1.



Corong Panas



Gambar



2.



Erlenmeyer



3.



Kertas Saring



4.



Oven



5.



Penangas Air



6.



Pipet Tetes



VI.



7.



Spatula



8.



Timbangan Analitik



PROSEDUR Dalam praktikum halogenasi iodoform ini, langkah pertama yang dilakukan oleh praktikan ialah membuat iodoform. Pembuatan iodoform diawali dengan padatan iodium ditimbang sebanyak 5.081 gram. Kemudian aseton sebanyak 5 ml dan aquadest sebanyak 5 ml disiapkan oleh praktikan dan telah dilarutkan di dalam sebuah erlenmeyer. Padatan yang



sudah



ditimbang



kemudian



dicampurkan



pula



ke



dalam



erlenmmeyer. Setelah



larutan iodoform dibuat, langkah berikutnya ialah



menambahkan NaOH ke dalam larutan sedikit demi sedikit sampai larutan berubah warna menjadi kuning kecoklatan dan terdapat endapan warna kuning di dasarnya. Setelah itu, kertas saring disiapkan oleh praktikan dan kemudian diletakkan di corong kaca sedemikian rupa dengan aquadest. Kemudian 125 ml aquadest dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang berisi larutan iodoform dan diaduk. Setelah itu larutan tersebut disaring oleh praktikan dengan menggunakan corong kaca yang sudah disiapkan



sebelumya ke erlenmeyer yang lain. Kemudian endapan di kertas saring tersebut disiram dengan aquadest sampai dirasa NaOH sudah tidak terdapat lagi di endapan. Setelah itu hasil saringan tersebut diuji pH-nya dengan menggunnakan kertas lakmus.



Hasil penyaringan tersebut



kemudian dipindahkan oleh praktikan ke erlenmeyer lain untuk dilarutkan kembali dengan ethanol. Dan masuk kepada tahap rekristalisasi. Setelah hasil penyaringan tersebut dilarutkan kembali dengan ethanol, Erlenmeyer yang berisi larutan ethanol dengan endapan iodoform itu kemudian dipanaskan di atas penangas air sambil diaduk-aduk. Kemudian larutan tersebut disaring dengan menggunakan kertas saring yang sudah disiapkan pada corong kaca ke erlenmeyer. Larutan yang sudah selesai disaring kemudian didiamkan selama 15 menit. Setelah 15 menit, larutan tersebut kemudian ditambahi dengan aquadest sebanyak 12.5 ml dan didiamkan lahi selama 15 menit. Kemudian kertas saring disiapkan lagi oleh praktikan pada corong kaca. Kertas saring yang digunakan telah ditimbang terlebih dahulu. Larutan yang telah didiamkan tersebut kemudian disaring. Ethanol kemudian dituang oleh praktikan sebanyak 3 tetes dengan menggunakan pipet tetes pada kristal hasil penyaringan tersebut. Dengan hati-hati kertas saring dengan kristal iodoform tersebut dipindahkan oleh praktikan ke sebuah kaca arloji. Kristal tersebut kemudian dikeringkan di dalam oven selama 45 menit dengan suhu 600 C. Setelah kering, kristal tersebut kemudian



VII.



ditimbang



dan



dicatat



hasil



DATA PENGAMATAN Perlakuan



No. Pembuatan Iodoform



Hasil



Gambar



penimbangannya.



1.



Padatan



iodoform Didapatkan



ditimbang.



padatan



iodium



sebanyak



5.0181 gram



2.



5 ml aseton dan 5 ml Didapatkan



larutan



aquadest



cokelat



dilarutkan berwarna



dalam



sebuah kehitaman



erlemeyer.



Kemudian endapan



padatan



dengan di



dasar



iodium erlenmeyer.



dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang sama. 3.



NaOH ditambahkan ke Didapatkan



larutan



dalam



kuning



sedikit



Erlenmeyer berwarna demi



sedikit. kecoklatan



dengan



Sampai laruta berubah endapan kuning di warna.



4.



dasarnya.



Kertas saring disiapkan Didapatkan



kertas



di atas corong kaca dan saring yang melekat ditempelkan aquadest



dengan pada corong kaca.



5.



125



ml



aquadest Didapatkan endapan



ditambahkan ke dalam kuning pada kertas erlenmeyer yang berisi saring larutan



dan



larutan



iodoform kuning yang bening



tersebut



untuk sebagai



kemudian



hasil



disaring penyaringan



dengan kertas saring di corong



kaca



pada



erlenmyer lain. 6.



Aquadest ditambahkan Didapatkan endapan pada



endapan



yang kuning



telah



disaring



dan bebas



mengujinya kertas lakmus.



Rekristalisasi Iodoform



yang dari



telah NaOH



dengan dengan uji lakmus.



1.



Memindahkan iodoform bebas



yang



Didapatkan telah iodoform



NaOH



larutan berwarna



ke kemerahan.



erlenmeyer yang telah disiapkan



dan



melarutkannya dengan ethanol.



2.



Larutan diatas



dipanaskan Didapatkan penangas



larutan



air yang larut sementara



dengan diaduk-aduk.



dan



tidak



ada



endapan.



3.



Larutan



disaring



ke Didapatkan



dalam erlenmyer baru berwarna dan



membuang kecoklatan



endapan yang terbentuk



larutan merah



4.



Larutan



didiamkan Terbentuk endapan di



selama 15 menit dan dasar larutan. kemudian ditambahkan aquadest sebanyak 12.5 ml. larutan didiamkan kembali



selama



15



menit



5.



Larutan didiamkan



yang



telah Didapatkan



kertas



kemudian saring dengan berat



disaring menggunakan 0.6594



gram



kertas saring yang telah terdapat ditimbang sebelumnya.



dan



endapan



kuning



iodoform



yang



berbentuk



kristal



pada



kertas



saring tersebut



6.



Menuang



ethanol Didapatkan



sebanyak 3 tetes pada iodoform kristal yang terbentuk



berwarna



kristal yang kuning



dengan kristal-kristal yang serbuk



berbentuk



7.



Memindahkan



kertas Didapatkan endapan



saring



yang



berisi kristal



kristal



iodoform



kaca



arloji



kuning



ke iodoform



murni



untuk sebanyak



1.2073



kemudian dikeringkan gram. di dalam oven dengan 600C.



suhu



dan



menimbangnya setelah kering.



VIII. PERHITUNGAN 8.1 Pembuatan Larutan NaOH 2M, 5 mL M = gr/ mr x 1000/V 2 M = gr / 40 gram/mol x 1000/ 5 mL gr = 4 gram 8.2 Penentuan massa CHI3 secara teoiritis a. Mol I2 = gr/mr = 5,0181 g/254 Mol I2 = 0,0197 mol b. Mol NaOH = gr/mr = 4 g/ 40 Mol NaOH = 0,1 mol C2H6CO



+ 3I2



+



NaOH







CHI3 + ...



M berlebih



0,0197



0,1 mol











mol R



0,0197



0,0197



0,0197 mol/3 =



mol/3 =



mol



0,006567 mol



0,006567 mol S







0,09343 mol



0,0197 mol/3 = 0,006567 mol



c. Massa CHI3 = mol CHI3 x Mr = 0,006567 mol x 394 Massa CHI3 = 2,587 gram 8.3 Penentuan massa CHI3 yang didapat Massa iodoform = Massa total – Massa kertas saring = 1,2073 g – 0,6594 g Massa iodoform = 0,5479 g 8.4 Persen Kadar CHI3 % Kadar = Massa yang didapat / massa teoritis x 100% = 0,5479 g / 2,587 g x 100% % Kadar CHI3 = 21,18%



IX.



PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini akan dilakukan pembuatan iodoform melalui proses halogenasi. Iodoform sendiri merupakan senyawa yang terbentuk akibat terjadinya reaksi antara aseton/ etanol dan asetildehida dalam keadaan suasana basa. Dalam pembuataan iodoform ini reaksi yang terlibat adalah reaksi elektrofilik.



Hal yang pertama dilakukan praktikan dalam percobaa kali ini adalah menyiapkan elemeyer yang ditambahkan dengan 5ml aseton dan 5 ml aquadest. Penambahan aquadest dalam percobaan ini ditujukan untuk mencegah



agar



aseton



tidak



mengalami



penguapan.



Sedangkan



ditambahkan nya aseton dikarena kesamaan sifat antara aseton denga zat terlarut yang akan diuji berupa iodium sehingga iodium dapat larut Iodium dan aseton ,kedua zat tersebut memiliki sifat yang sama yaitu nonpolar.mengacu pada prinsip like dissolve like bahwa suatu zat akan cenderung larut atau meyatu dengan zat yang memiliki sifat kepolaran yang sama, senyawa yang bersifat polar akan larut dalam senyawa polar juga, begitupula kebalikannya senyawa non polar akan larut dalam senyawa yang juga memilki sifat non polar. Oleh karena itu penambahan pelarut yang memilki sifat kepolaran yang sama sangatlah krusial. Dalam praktikum ini iodium yang bersifat non polar akan terlarut dalam aseton yang juga bersifat non polar. Apabila penambahan aseton tidak dilakukan, dan yang dilakukan oleh praktikan hanya penambahan aquadest maka iodium tidak dapat larut, karena iodium dan aquadest memiliki sifat kepolaran yang berbeda. Pada praktikum kali ini dikarenakan praktikan mencampurkan aseton dan aquadest yang memilki sifat kepolaran yang berbeda menyebabkan iodium tidak terlarut secara sempurna. Lalu langkah selanjut nya yang dilakukan praktikan adalah penambahan NaOH. NaOH yang ditambahkan kedalam Erlenmeyer telah dibakukan. Pembakuan NaOH bukan hanya dilakukan pada saat proses titrasi. Pembakuaan NaOH dilakukan untuk menghasilkan NaOh dengan tingkat kemurnian yang tinggi. NaOH harus bebas dari zat-zat lain terutama CO2, karena apabila NaOH tidak bebas dengan CO2 maka CO2 nantinya akan bereaksi dan berikatan dengan molekul uap air membentuk H2CO3 yang apabila H2CO3 tersebut bereaksi dengan NaOH akan membentuk garam yang bersifat buffer. Jika terbentuk garam yang bersifat buffer maka ion Hidroksida yang dihasilkan hanya sedikit. Padahal dalam pembuatan rekasi iodoform ini OH- sangatlah berperan. OH- berperan



sebagai nukleofil yang akan menyerang gugus karbonil sehingga terbentuk keton yang terhalogenasi dan ion CI3. Nukleofil adalah suatu spesi yang tertarik ke suatu pusat positif. Nuklefil sendiri tersusun dari muatan negative sehingga nukleofil akan berikatan dengan unsur yang memilkik muatan positif. Dalam reaksi ini OH- yang berperan sebagai Nukleofil karena OH- memiliki muatan negative yang cukup banyak akan menyerang gugus karbonil yang memiliki muatan yang cenderung positif. Dengan diserangnya gugus karbonil pada muatan tersebut terjadi pemutusan ikatan Pada ikatan I, I dapat terputus dengan mundah dari ikatan tersebut dikarenakan I termasu dalam leaving group yang baik, Golongan Halida memang merupakan leaving grup yang baik karena golongan halide bersifat basa lemah, sedangkan apabila suatu unsur atau senyawa memiliki sifat basa kuat, makan semakin buruk pula leaving group yang dihasilkan. Pada praktikum kali ini penambahan NaOH dilakukan untuk menciptakan suasan basa yang baik dan berlimpah Ion Hidroksida, sehingga reaksi dapat berlangsung secara cepat, oleh karena itu NaOH dapat dikatakan sebagai katalis dalam percobaan kali ini. NaOH ditambahkan kedalam Erlenmeyer secara perlahan-laha, hal tersebut dikarena sifat NaOH yang dapat menghidrolisis. Jika NaOH dituangkan secara sekaligus dapat menyebabkan larutan semakin larut dan tidak menghasilkan endapan, endapan yang terbentuk merupakan kristal iodin, kristal iodin akan terbentuk dengan penambahan NaOH yang tepat. Apabila NaOH yang ditambahkan berlebihan maka kristal iodin yang seharusnya terbentuk malah larut kembali menjadi iodium.Oleh karena itu penambahan NaOH dilakukan secara perlahan hingga membentuk endapan berwarna kuning dan fase air berwarna cokelat muda. Kemudian setelah itu larutan ditambahkan dengan aquadest, penambahan aquadest dilakukan dilakukan agar reaksi antara iodium dan NaOH tidak terjadi secara terus menerus, apabila reaksi antara iodium dan NaOH terus berlangsung maka kristal iodium akan terhidrolisis kembali



mejadi iodium. Dan dengan penambahan aquadest menyebabkan pembentukan endapan berupa kristal iodium yang lebih banyak, sehingga apabila tidak ditambahkan dengan aquadest jumlah kristal yang dihasilkan juga akan berkurang.sehingga pengujian yang dilakukan tidaklah akurat. Selain itu penambahan aquadest



untuk menyempurnakan reaksi agar



kristal yang dihasilkan memiliki kualitas yang bagus. Lalu hal yang dilakukan praktikan selanjutnya ialah menyaring endapan kristal menggunakan kertas saring yang telah dibasahi ke dinding dinding corong,Dibasahinhya corong kaca dilakukan agar kertas saring dapat menempel ke corong sehingga proses penyaringnya dapat berlangsung secara efektif. lalu filtrat di wadahi dalam beaker glass, dalam tahap penyaringan ini endapan dibersihkan mengunakan aquadest, hal tersebut dilakukan untuk membebaskan endapan dari zat pengotor, pada praktikum kali ini salah satu zat pengotornya adalah NaOH. Untuk menguji endapan tersebut sudah terbebas dari zat pengotor berupa NaOH. Praktikan mengunakan Lakmus unntuk menguji Ph dari endapan tersebut. Endapan yang telah bebas dari NaOH apabila diuji mengunakan lakmus akan menunjukan Ph netral. Lalu proses selanjutnya yang dilakukan praktikan ialah mengambil endapan kristal nya lalu melarutkannya menggunakan etanol di dalam erlenmeyer baru kemudian setelah dilakukan penambahan etanol,larutan dipanaskan diatas penangasa listrik hingga semua zat terlarut secara sempurna, dalam proses pemanasanyanya etanol harus dipanaskan mengunakan penangas listrik, bukan penangas api, hal tersebut dikarenakan sifat etanol yang flammable atau mudah terbakar apabila dekat dengan api, apabila pemanasan dilakukan dengan penangas api, pemanasan dilakukan dengan cara memanaskan dalam suhu hangat tanpa api. Setelah dilakukan pemanasan, larutan disaring mengunakan corong kaca, larutan didiamkan selama 15 menit, setelah didiamkan selama 15 menit terbentuk endapan didasar Erlenmeyer .laru saring kembali



menggunakan corong kaca untuk diambil filtrat nya, dan tak lupa terus ditambah kan dan dibersihkan oleh etanol supaya kita mengetahui apakah sudah cukup atau belum kandungan etanol yang melarutkan iodium. Kali ini praktikan mengambil filtrat nya, lalu filtrat tersebut di



tutup



menggunakan plastik wrap. Pengunaan plastic wrap dilakukan karena sifat iodium ini mudah menguap, maka dari itu praktikan menutupnya menggunakan plastik wrap. Untuk mencegah penguapan yang terjadi Lalu, praktikan menyaringnya kembali mengunakan corong kaca, penyaringkan dilakukan bersamaan dengan penambahan aquadest, penambahan aquadest dilakukan secara perlaha-lahan. Penambahan aquadest pada tahapan ini ditujukan untuk membersihkan kristal dari zat pengotor, dan zat pengotor benar-benar terpisah dari kristal, sehingga tingkat kemurnian dari kristal yang dihasilkan semakin akurat dan juga presisi. Setelah itu kristal diletakan diatas kertas saring kering. Sebelum digunakan kertas saring terlebih dahulu ditimbang mengunakan neraca analitik, hal tersbut dilakukan karena kertas saring akan ikut dikeringkan kedalam oven Bersama kristal iodoform, dan pada saat proses penimbangan akhir yang dilakukan akan lebih mudah. Berat akhir yang akan dihasilkan nanti akan dikurangi dengan berat kertas saring, hasilnya merupakan berat murni dari Kristal iodoform. Setelah ditimbang didapatkan berat kertas saring sebesar 0,6594 gram . Kemudian kristal iodoform dipindahkan keatas kertas saring yang sudah ditimbang. Setelah itu kristal iodoform dikeringkan mengunakan oven dengan suhu 600C, kristal iodoform dikeringkan pada suhu 600C untuk menguapkan sisa-sisa etanol yang masih terkandung didalam kristal iodoform, karena pada suhu 600C merupakan titik penguapan dari etanol, sehingga ketika kristal iodoform dilarutkan pada suhu 600C sudah bebas akan kandungan etanol, sehingga kemurnian dari berat dan sifat kristal iodoform menjadi lebih akurat dan presisi. Kristal Iodoform dikeringkan didalam oven pengering selama kurang lebih 45 menit. Setelah itu kristal iodoform ditimbang dengan neraca analitik dan menghasilkan berat sebesar 1,2073 gram.



Namun berat tersebut merupakan total berat kristal iodoform dan kertas saring. Cara mendapatkan hasil kristal idoform yang murni ialah dengan mengurangkan berat total dengan berat kertas saring. Jadi 1,2073 gr 0,6594 gr = 0,5479 gram. 0,5479 gram merupakan hasil murni dari kristal iodoform. Berdasarkan perhitungan teoritis, massa kristal idoform yang didapatkan seharusnya ialah 2,587 gram. Namun, berat tersebut bukanlah berat murni dari kristal iodoform melainkan masih terdapatnya zat pengotornya. Sedangkan berdasarkan hasil timbangan neraca analitik, massa kristal yang didapatkan ialah 0,5479 gram. Mengapa perbedaannya begitu jauh? Hal ini diakibatkan oleh kristal iodoform yang ditimbang sudah murni dari para zar pengotor sehingga hasilnya lebih ringan dibandingkan dengan hasil perhitungan secara teoritis. Setelah itu, menghitung persen kadar iodofrom dengan membagi massa yang didapat dengan massa teoritis dan dikali 100%. Hasil akhir persentase kadar dari iodoform ialah sebanyak 21, 18 %.



X.



KESIMPULAN 10.1



proses halogenasi



(iodisasi) dapat dikenali dengan melarutkan



iodium menggunakan aseton dan aquadest lalu menambahkan NaOH secukupnya hingga terbentuk endapan berwarna kuning. 10.2



Cara rekristalisasi dengan pelarut tunggal dapat dipahami dimana



pelarut



tunggal



tersebut



berupa



etanol.



Hasil



rekristalisasi



menghasilkan kristal iodoform berwarna kuning mengkilap sebanyak 0,5479 gram dan kadar iodoform sebesar 21, 18%



DAFTAR PUSTAKA Agustina, N., S. Waluyo., Warji., Tamrin. 2013. Pengaruh Suhu Perendaman terhadap Koefisien Difusi dan Sifat Fisik Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.). Jurnal Teknik Pertanian Lampung. Vol. 2, No.1: 35-42. Daintith,J.1994.Kamus Kimia Lengkap. Jakarta : Erlangga Day dan Underwood, A.L S.R.A. Day. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi VI. Jakarta: Erlangga Fessenden,R,J dan Fessenden S,J. 1997. Kimia organik jilid I. Jakarta : Erlangga. Fherays. 2011. Sintesis Iodometri. Available at http://ilmu.kimia.org/Sintesis iodometri/23 april 2010 [Accessed on November 20, 2017]. Hart,H.2003.Kimia Organik Edisi Kesebelas. Jakarta : Erlangga. Oktoby, et al. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi Ke-4 Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Pubchem.



2017.



Iodoform



Compound



Database.



https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/6374



Available [Accessed



at on



November 19, 2017]. Sastrohamidjojo, Hardjono. 2004 . Kimia Minyak Atsiri.Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Raksohadiprojo, Samboedi. 1976. Kuliah dan praktika kimia farmasi preparatif. Yogyakarta: UGM Press Singh,V,Et al 2012 A botanian risquise. Open Journal of Stomatogy. Vol. 2.,No. 1 : 332-335 Soetrisno,2013. Rekristalisasi Garam Rakyat dari Daerah Demak untuk Mencapai SNI Garam Industri. Jurnal Teknologi Kimia dan industri Vol. 2, No. 4 : 217-225 Stevens, Malcolm P.2001. Polymer Chemistry: An Introduction.Jakarta: PT Pradnya Paramita. Sunardi.2006. Unsur Kimia Definisi dan Pemanfaatanya. Bandung : Penerbit Yrama Widya



Svehla,G.1985. Vogel Dan Bagian II . Jakarta : PT. Kalmen Media Pustak WHO. 2017. Iodization of salt for the prevention and control of iodine deficiency disorders. Available at http://www.who.int/elena/titles/salt_iodization/en/ [Accessed on November 19, 2017].