Hamlet [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Hamlet – William Shakespeare KELOMPOK 3



XI IA 4



Sutradara Kameramen Editor Video Sekretaris Lokasi Syuting



: : : : :



PMM Ikhbal R Bayu Okta Ratrindra PMM Ikhbal R Yosi Yolanda MTQ



PMM Ikhbal R Bayu Okta Ratrindra Andi Kurnia Yosi Yolanda Hafizah Miya Rishahartati Nesi Kurniati Yora Oktavia Renata Saulina



sebagai Hamlet sebagai Raja Claudius sebagai Hantu Raja & Polonius sebagai Horatio sebagai Vanessa sebagai Ratu Gertrude sebagai Leartes sebagai Ophelia sebagai pengawal



Zaman dahulu di kerajaan melayu terdapat seorang raja yang sangat disayangi rakyatnya. Ia memiliki istri bernama Gertrude dan seorang anak bernama Hamlet. Suatu hari, sang raja meninggal dan posisinya digantikan oleh saudaranya Claudius. Setelah itu, menikahlah Raja Claudius dengan Ratu Gertrude, ibu Hamlet. Hamlet yang mengetahui ini merasa sedih. Tapi juga ia merasa ada keganjilan diantara kenaikan tahta pamannya serta pernikahannya dengan ibu Hamlet. Suatu hari di kerajaan, beberapa teman Hamlet yang bernama Horatio dan Vanessa mengaku bahwa mereka melihat hantu yang mengaku bahwa itu adalah arwah dari sang raja, ayah Hamlet. Horatio : “Hamlet! Hamlet!” Hamlet : “Hah?! Ada apa, Horatio, Vanessa ?! Kau terlihat terburu-buru sekali.” Horatio dan Vanessa menarik nafas dalam-dalam dan mencoba mengatur nafasnya yang terengah-engah. Horatio : “Tadi... saat kami berada di bagian belakang istana menunggumu, kami melihat sesosok hantu! Hantu itu mengaku bahwa Ia adalah raja sebelum Raja Claudius. Itu berarti itu ayahmu, Hamlet!”



Hamlet yang mendengar perkataan temannya ini pun tertawa tanda bahwa Ia sama sekali tidak mempercayai perkataan teman-temannya. Hamlet : “Ahahaha! Ada-ada saja kau, Horatio… mungkin itu hanya imajinasi kalian saja! Hahahaha!” Vanessa : “Hei, aku bersungguh-sungguh, Hamlet! Hamlet : “Horatio,Vanessa, akan aku beritahukan kau sesuatu… makhluk seperti itu tidak akan mungkin ada di dunia ini! Kau ketinggalan zaman ya masih mempercayai hal-hal seperti itu? Sekarang udah tahun 1675.” Vanessa : “Tapi kami memang melihatnya, Hamlet!” Vanessa, salah satu teman Hamlet yang ikut melihat ‘hantu’ tadi pun membantu Horatio untuk meyakinkan Hamlet kalau tadi mereka melihat hantu. Hamlet : “Kau juga percaya pada hal seperti itu, Vanessa? Ahahaha!” Horatio : “Sekarang kau tidak percaya kepadaku? Hamlet. pokoknya kami sudah memberitahumu ya...” Hamlet : yasudah. Horatio : ayo pergi Vanessa. Walaupun tampak sangat tidak percaya akan cerita teman-temannya, Hamlet masih berpikir tentang keaslian cerita tersebut. Hari pun semakin gelap, Hamlet dan temantemannya berpisah dan pulang ke kediaman masing-masing. Hamlet bergumam sendiri tentang benar atau tidaknya cerita teman-temannya tadi. Hamlet : “Apakah benar... itu ayah? Kalau iya benar kenapa dia tidak menunjukkan sosoknya kepada diriku? Lagian mana ada hantu dizaman ini. Yasudahlah. ” Malam pun tiba. Saat Hamlet sedang berjalan di kamar lama ayahnya, disana ia bergumam… Hantu Raja : “Hamlet... apakah itu kau Hamlet? Apa kau bisa mendengarku?” Hamlet yang terkejut langsung saja mengeluarkan pedangnya dan berjaga-jaga. Hamlet : “..!? Siapa itu?” Suara tadi semakin mendekat ke arah Hamlet. Dari kejauhan, Hamlet melihat sesosok bayangan yang membuatnya segera berlari menjauhi bayangan tadi.



Hamlet : “Hantu? A-apakah itu... Tidak! Tidak mungkin!” Hamlet pun berlari menuju taman untuk menemui Ibunya. Ternyata disana sudah ada Raja Claudius dan Ratu Gertrude. Ratu Gertrude : “Hamlet, tepat sekali kedatanganmu kesini...” Hamlet masih berusaha untuk mengatur nafasnya yang terengah-engah. Ratu Gertrude : “Ada apa, Hamlet? Kau tampaknya sangat lelah. Apa yang terjadi?” Hamlet : “Ah, tidak kok. Tidak apa-apa.” Ratu Gertrude : “Baiklah kalau begitu, Ibu dan ayah ada urusan kerajaan.” Setelah raja Claudius dan ratu Gertrude pergi, hamlet masih memikirkan tentang keaslian cerita yang diceritakan temannya. Hamlet : Apakah benar apa yang diceritakan Horatio dan Vanessa? Hantu Raja : “Hamlet, apakah kau itu Hamlet?” Hamlet tercengang sebentar saat mendengar respon dari si hantu. Setelah beberapa saat, barulah dia menyadari sesuatu. Hamlet : “A-ayah?! Apa kau benar-benar ayahku?” Hantu Raja : “Benar, anakku. Ternyata kau masih mengingatku ya,” Hamlet : “Tentu saja, ayah! Lalu... kenapa ayah ada disini?” Hantu Raja : “Aku ingin meminta bantuanmu, Hamlet.” Hamlet : “Bantuanku?” Hantu Raja : “Ya. Tolong, Hamlet. Balaskan dendam atas kematianku.” Hamlet terkejut. Dia sudah menduga memang ada yang tidak beres dibalik kematian ayahnya. Hantu Raja : “Kau sudah tahu seseorang yang ada di balik semua ini ‘kan, anakku?” Entah apa yang menyambarnya, tiba-tiba saja sosok raja Claudius lewat di benaknya. Hamlet : “Raja... Claudius?”



Hantu Raja : “Ya. Kau benar, Hamlet. Tolong... balaskan kematianku.” Setelah mengetahui dengan pasti bahwa kematian ayahnya adalah ulah Raja Claudius, emosi Hamlet bergejolak tanpa henti. Tanpa berpikir dua kali, Hamlet langsung berjanji kepada ayahnya. Hamlet : “Aku berjanji, ayah! Dengan kemampuanku ini akan kubalaskan dendammu!” Hantu sang Raja mengangguk dan memudar ditengah gelapnya malam. *** Sang mentari terbit dari arah timur kerajaan, Hamlet yang ingin mengetahui lebih jauh tentang kematian ayahnya itu pun mendatangi Ratu Gertrude dan mengajaknya bicara 4 mata. Hamlet : Ibu…. ibu……. Ratu Gertrude : “Ada apa, Hamlet? Kenapa pagi-pagi sekali?” Hamlet : “Ibu... aku ingin bertanya tentang sesuatu.” Ratu Gertrude : “Bertanya apa?” Hamlet : “Ibu, beritahukan aku tentang semua hal yang berkaitan dengan kematian ayah!” Ratu Gertrude tampak terkejut. Ia tidak berkata apa-apa dan sebisa mungkin melirik ke arah lain, asal bukan ke mata Hamlet. Hamlet : “Jawab, bu! Apapun juga boleh!” Ratu Gertrude : “Ibu... Ibu tidak tahu apa-apa tentang kematian ayahmu, nak.” Hamlet : “...ibu bohong.” Emosi Hamlet bergejolak. Saat sedang membalikkan tubuhnya, Ia menyadari bahwa ada seseorang yang berada di balik tirai. Hamlet langsung saja mengeluarkan pedangnya dan menusuk orang itu. Saat melihat siapa yang sedang berada disana, ternyata itu adalah Polonius, penasehat Raja Claudius. Setelah itu Hamlet langsung saja pergi meninggalkan Polonius dan Ibunya. Ratu Gertrude : “...Astaga. Tuan Polonius!? Kyaaaa!!!”



Ratu Gertrude mendatangi mayat Polonius. Beberapa saat setelah itu, beberapa pengawal kerajaan datang ke kamar sang ratu. Mereka kaget melihat mayat Polonius. Pengawal : “Ratu! Apa yang terjadi?!” Raja Claudius : polonius? Dia penasehatku.. apa yang terjadi? Ratu Gertrude : “Tuan Polonius... dia... dia meninggal!” Pengawal : “Beliau meninggal dikarenakan apa, Ratu?! Kami tidak bisa menyelesaikan berita tentang ini jika tidak ada sebab kematiannya.” Ratu Gertrude : “Seseorang menusuknya, aku tidak tahu siapa karena tadi aku tidak sedang disini!” Pengawal : “Baiklah, serahkan pada kami, Ratu!” Raja Claudius : “Cepat, beritahu yang lain tentang kematian polonius, begitu juga dengan anaknya. Dan siapkan pemakamannya besok.” Pengawal : “Baik tuan.” Raja Claudius : siapa dibalik semua ini. Aku yakin dia masih dalam kerajaan ini. Pengawal kerajaan langsung memberitahukan kabar duka kepada anak polonius yaitu Leartes dan Ophelia. Pengawal : hai kalian, apakah kalian sudah tau tentang berita duka kerajaan? Leartes : kami tidak tahu itu. Ophelia : iya, memangnya apa yang sudah terjadi? Siapa yang meninggal? Pengawal : maafkan aku, ayah kalian, polonius telah meninggal. Leartes : apa? Kau bercandakan?!! *menarik baju pengawal* Ophelia : jangan main-main dengan ayah!! Pengawal : tenang-tenanag. Kalian tidak percaya? Akan aku antarkan kalian ke makamnya. Ophelia : ayo cepat. Pengawal pun mengantarkan Leartes dan Ophelia ke makam ayahnya. Mereka sangat sedih.



Laertes : “Ayah... Kenapa ayah harus pergi sekarang? Dan kenapa... kenapa ayah harus mati dibunuh? Kenapa?” Ophelia : “Ahahaha! Ini tidak mungkin terjadi. Dan, siapa yang katanya membunuh ayah? Hamlet? Ahaha! Konyol! Dia tidak akan membunuh orang! Apalagi ini ayah kita! Ahahaha!” Laertes : “kita tidak tahu ophelia, isu yang beredar, hamletlah yang membunuh ayah kita?!!” Ophelia : “tidak mungkin leartes, mana mungkin Hamlet membunuh penasehat raja?” Laertes : “Ophelia? Hei, kau kenapa? Tenangkan dirimu!” Ophelia : “iya,maafkan aku, aku tidak sudi ayah dibunuh,aku belum bisa kehilangan dia.” Leartes : “aku berjanji akan membalas dendam kematian ayah!!” *** Mendengar berita tentang kematian penasehatnya, Raja Claudius berniat untuk mengusir Hamlet dari kerajaan. Ia pun bersiasat mengusir Hamlet ke Inggris. Raja Claudius : “Pengawal! Sekarang juga, buat surat untuk memindahkan Hamlet dan temannya, Horatio, ke Inggris agar mereka dapat belajar disana!” Pengawal 1 : “Yes sir! Kami akan membuat surat pengiriman Hamlet dan Horatio ke Inggris!” Pengawal pun segera bergegas membuat surat pemindahan dan memanggil seorang pemilik kapal untuk mengantar Hamlet dan Horatio ke Inggris. Pertama, Hamlet dan Horatio bingung mengapa tiba-tiba mereka dipindahkan. Maka, bertemulah kedua sahabat ini. Hamlet : “Hei, Horatio!! Sini!” Horatio segera berlari menuju Hamlet dan menyapanya. Horatio : “Hamlet! Apa kabar? Beberapa hari ini kita jarang bertemu!” Hamlet : “Tentu aku baik-baik saja! Kau juga kelihatan sehat, Horatio! Horatio : “Kau bercanda? Ahahaha! Aku sih memang selalu sehat. Dan, omong-omong Hamlet, kau sudah mendegar berita tentang pemindahan kita ke Inggris?”



Hamlet : “Yah, itu sebabnya aku memanggilmu kesini. Aku penasaran kenapa pemindahannya tiba-tiba begini. Mungkin... mereka punya maksud lain?” Horatio: “Eh? Kalau maksud lain berarti—” Sebelum Horatio menyelesaikan ucapannya, Hamlet langsung menyambar katakatanya. Hamlet : “Berarti besar kemungkinan mereka berniat untuk mengusir kita.” Horatio : “Ternyata bukan hanya aku yang berpikir seperti itu, ya.” Hamlet : “Sebisa mungkin, kita harus melepaskan diri dari kapal itu nanti saat si pemilik kapal itu lengah, mungkin?” Horatio : “Baiklah~” Hari semakin gelap, Hamlet dan Horatio pulang ke kediaman masing-masing setelah membuat rencana pelepasan diri dari pengusiran yang menerpa mereka. *** Pagi telah tiba. Pagi-pagi sekali, Hamlet dan Horatio dipanggil menuju pelabuhan dengan surat ditangan pengawal. Vanessa : Hamlet! Horatio! Ada suara perempuan yang memanggil nama Hamlet dan Horatio, itu Vanessa yang berlari ke arah mereka. Horatio : “Vanessa? Sedang apa kau disini?” Vanessa : “Aku ingin meluruskan semua ini! Kenapa kalian harus dipindahkan?” Hamlet : “Kami juga tidak tahu. Pihak kerajaan bilang kami dipindahkan untuk belajar disana,” Pengawal : “Hei, kapal sudah hampir berlabuh! Cepat naik!” Horatio : “Hmph. Iya, iya cerewet! Baiklah Vanessa, kami pergi dulu ya.” Vanessa : “jaga diri kalian baik-baik ya.” Kapal pun pergi meninggalkan pelabuhan. Mumpung belum sangat jauh, Hamlet dan Horatio berniat untuk langsung melepaskan diri. Mereka pun berkata bahwa



mereka mengantuk dan mohon dipersilahkan untuk tidur. Setelah mendapat izin, Hamlet dan Horatio bergegas untuk mengacak-acak tempat tidur dan menemukan jendela yang bisa dibuka. Mereka loncat ke laut sebisa mungkin tanpa suara supaya tidak ketahuan oleh para penjaga. Setelah berhasil, mereka berenang kembali ke kerajaan. Di kapal. Hamlet : Horatio, ini kesempatan kita untuk mencari jalan keluar. Horatio : iya, cepat kita cari hamlet. Hamlet : kau menemukannya Horatio? Horatio : hmmm aku sedang mencari. Haaa Hamlet cepat kesini, au dapat jalan keluar. Kita keluar lewat jendela ini saja. Hamlet : ide bagus, cepat kita lari. Setelah berenang, akhirnya mereka sampai di kota,disana mereka melihat Leartes dan Ophelia. Hamlet : Horatio, kau lihat itu? Horatio : iya, sepertinya disana ada Leartes dan Ophelia. Hamlet : ayo kita kesana. Hei Leartes, Ophelia. Leartes : hei Hamlet, kau kan yang membunuh ayah kami? Hamlet : ayah kalian? Polonius? Maafkan aku, aku tidak bermaksud membunuhnya. Dia bersembunyi, aku kira dia mata-mata, makanya aku membunuhnya. Aku tidak tahu sama sekali Leartes. Ophelia : tidak bermaksud katamu? Horatio : sudah, kalian jangan berkelahi disini. Leartes : hei Hamlet, aku mengajakmu untuk bertarung pedang satu lawan satu. Hamlet : baiklah, tapi sebelumnya aku minta maaf. Horatio : apa benar kau yang membunuh polonius Hamlet? Hamlet : aku tidak bermaksud untuk membunuhnya, aku tidak tahu kalau itu tuan polonius Horatioo.



Horatio : iya, aku tahu, tenangkan dirimu. *** Siangnya, mereka pun bersiap di ruang tunggu masing-masing. Tanpa diketahui Hamlet, Laertes bekerja sama dengan Raja Claudius. Pedang Laertes diberikan racun, dan juga tanpa diketahui, minuman anggur yang diyakini akan diminum oleh Hamlet pun disisipkan racun. Raja Claudius : Ternyata Hamlet dan temannya berhasil kabur ya, ini saatnya untuk membunuh mereka. Leartes : tuan, kenapa engkau datang kesini? Raja Claudius : aku ingin bekerja sama denganmu. Leartes : bekerja sama? Apa itu tuan? Raja laudius : aku ingin mengusir anak itu dari kerajaan dan kamu pastinyaingin balas dendam dengan hamlet bukan? Leartes : iya, aku mau sekali. Tapi bagaimana? Raja Claudius : hmm bagaimana kalau pedangmu kita kasi racun dan minumannya kita beri racun juga. Leartes : itu ide yang bagus yang mulia. Pertarungan putaran pertama, Hamlet dengan cekatan dapat mengalahkan Laertes dan memenangkan putaran pertama. Penonton bersorak-sorai melihat keahlian pedang yang dimiliki Hamlet sehingga bisa memenangkan putaran pertama. Saat babak kedua, konsentrasi Hamlet mulai menurun. Alhasil, Laertes pun berhasil melukai Hamlet dengan pedangnya. Hamlet menahan rasa sakit yang di akibatkan pedang Laertes dan berhasil melepaskan genggaman pedang Laertes. Hamlet mengambil pedang Laertes dan berniat menebas Laertes dengan pedangnya. Tapi saat itu juga Ratu Gertrude kehilangan kesadaran. Ratu Gertrude : berhati-hatilah anakku! *meminum minuman anggur* Ratu Gertrude : *pingsan* Hamlet : ibuuuuuuuuuu?! Heran, Hamlet melupakan pertarungan seutuhnya. Dia mendekati ibunya dengan khawatir. Hamlet mendekati Raja Claudius yang hanya tersenyum melihat



kejadian ini. Hamlet mengerti sesuatu. Maka dengan kasar dia meninju wajah Raja Claudius. Melenyapkan senyum di wajahnya. Hamlet : wahai masyarakat kerajaan, raja Claudius lah yang telah membunuh ayahku, raja kta sebelumnya, dialah dibalik kematian ayahku. Raja Claudius : Dia berbohong, jaga percayai dia. Hamlet langsung menghunuskan pedangnya ke tubuh raja Claudius, dan raja Claudius pun meninggal. Hamlet : “Mulai detik ini aku, Hamlet, akan menggantikan posisi Raja Claudius sebagai raja!” Beberapa masyarakat tercengang menyaksikan pernyataan Hamlet. Tapi beberapa saat kemudian, semuanya bertepuk tangan dan bersorak. Tapi mereka langsung kaget begitu melihat Hamlet tiba-tiba kolaps jatuh ke tanah. Pingsan karena racun dari pedang Laertes, dan juga karena kelelahan.



UNSUR INTRINSIK : Tema : Kerajaan Judul : Hamlet Alur : Maju atau Progresif Di dalam cerita yang berjudul Hamlet diceritakan secara sistematis, dimulai dari tahap pengantar sampai tahap penyelesaian. Dari awal Hamlet bertemu dengan Hantu Raja, membalas dendam kematian ayahnya,sampai membunuh Raja Claudius, dan akhirnya ia mati. Disusun secara kronologis. Latar : Waktu Tempat Suasana



: Tahun 1675, pagi hari dan malam hari. : Kerajaan, pemakaman, kapal dan taman. : Penuh ketegangan, emosi, dan kesedihan.



Tokoh & Penokohan : Hamlet Horatio Vanessa Raja Claudius Ratu Gertrude Leartes Ophelia Pengawal Hantu Raja



: Berani, gagah, kuat dan baik. : Baik dan ramah. : Baik dan perhatian. : Sombong, angkuh, dan jahat. : Baik dan lemah lembut. : Berani dan pemarah. : Berani dan baik. : Tegas, dan baik hati. : Lemah lembut dan baik hati.



Amanat : Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak boleh sombong dan licik, kita juga tidak boleh haus akan suatu gelar dan tidak memikirkan akibat atau orang lain disekitar kita. Kita harus bisa menjaga silaturahmi atau hubungan baik antar sesama, dan tidak boleh iri yang berujung niat jahat. Ingat, niat jahat akan selalu berakhir buruk, begitu sebaliknya.



UNSUR EKSTRINSIK Nilai Moral : Di dalam cerita Hamlet tersebut, moral yang bisa kita ambil adalah, kita tidak boleh sombong, angkuh dan haus akan gelar. Kita harus saling menghargai dan menghormati, tidak boleh saling membenci, apalagi iri yang berujung dengan niat jahat. Nilai Keindahan : Di dalam drama tersebut nilai keindahannya berada pada tempat dan busananya. Menunjukan busana dan tempat tradisional, terlihat jelas disana bentuk rumah-rumah yang memiliki ukiran-ukiran melayu dan busana melayu modern dicampur dengan tradisional. Nilai Sosial Budaya : Protet kehidupan masyarakat dalam drama tersebut sangatlah jelas, mereka saling berinteraksi dan berbicara satu sama lain sehingga membentuk suatu kesatuan yang dinamis yang tidak monoton. Nilai Politik : Gejolak pemerintahan pada kerajaan Hamlet sangatlah jelas, disana terjadi perebutan tahta kekuasaan sehingga menjadi latar cerita. Gejolak politiknya sangat menegangkan. Nilai Religi : Dalam drama Hamlet tersebut, kurang jelas dimana nilai religinya, tetapi apabila kita memperhatikannya lebih detail, sifat-sifat buruk dan baik yang terdapat dalam tokoh-tokoh drama Hamlet, bisa dijadikan acuan sebagai nilai religi atau agama. Dimana agama kita mengajarkan bahwa niat yang jahat akan berakhir buruk dan niat yang baik akan berakhir baik.



* TUGAS DRAMA BAHASA INDONESIA *



“ HAMLET ” By William shakespeare



D I S U S U N OLEH ::: Kelompok 3 – XI IA 4 1. PMM Ikhbal R 2. Andi Kurnia 3. Bayu Okta 4. Yosi Yolanda 5. Yora Oktavia 6. Hafizah 7. Nesi Kurniati 8. Renata Saulina 9. Miya Rishahartati SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) 5 PEKANBARU 2013