Hanna Angelina-171444040-Laporan Praktikum DDIK Pertama [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU KIMIA PERCOBAAN 1 PENGUKURAN



Disusun oleh: Hanna Angelina (171444040) Dosen Pengampu: 1. Johnsen Harta, M.Pd 2. Risnita Vicky Listyarini, M.Sc Asisten Dosen: 1. Clarentia Dwivani 2. Elni Meilianti



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA, YOGYAKARTA SEMESTER GASAL 2017/2018



0



A. Judul Praktikum Pengukuran B. Hari dan Tanggal Praktikum Jumat, 15 September 2017 C. Tujuan 1. Mempelajari dan memahami cara menggunakan neraca dan memindahkan cairan. 2. Mempelajari dan memahami cara memroses data percobaan hasil pengukuran dan arti dari akurasi-presisi. 3. Menganalisis kelarutan senyawa dalam beberapa pelarut. D. Landasan Teori 1. Senyawa Senyawa (compound) mengacu pada zat yang tersusun atas atom-atom dari dua atau lebih unsur yang saling bergabung (Chang dan Overby, 2009, p. 5; Lew, 2009, p. 2; Tro, 2010, p. 9; Petrucci et al., 2011, p. 5). Hidrogen dan oksigen merupakan unsur karena mereka tidak mungkin lagi dipisahkan secara kimia, tetapi air adalah senyawa karena air dapat dipisahkan menjadi hydrogen dan oksigen dengan melewatkannya pada arus listrik. Senyawa biner adalah zat (misalnya air) yang mengandung dua unsur, senyawa terner mengandung tiga unsur, kuartener empat, dan seterusnya (Oxtoby, 2001, p. 9). Secara umum, ada dua jenis ikatan kimia fundamental yang mengikat atom-atom dalam senyawa. Ikatan kovalen, yang melibatkan penggunaan elektron secara bersama di antara atom-atom, menghasilkan senyawa molekul. Ikatan ionik, yang melibatkan transfer elektron dari satu atom ke atom lain, menghasilkan senyawa ionik. a. Senyawa Molekul Senyawa molekul (molecular compound) terbentuk dari unit-unit diskret yang dinamakan molekul (molecule), yang secara khas terdiri atas sejumlah kecil atomatom nonlogam yang diikat bersama oleh ikatan kovalen. Senyawa molekul dinyatakan dengan rumus kimia (chemical formula), yaitu suatu penggambaran simbolik, yang sedikitnya mengindikasikan: 



unsur yang ada 1







jumlah relatif atom dari setiap unsur



b. Senyawa Ionik Gabungan logam dan nonlogam biasanya menghasilkan senyawa ionik. Senyawa ionik (ionic compound) tersusun dari ion postif dan ion negatif yang digabungkan oleh gaya tarik elektrostatik. Atom-atom dari unsur logam cenderung kehilangan satu atau lebih electron bila bergabung dengan atom nonlogam, dan atom nonlogam cenderung mendapat satu atau lebih elektron. c. Mol Senyawa Satu mol senyawa adalah banyaknya senyawa yang mengandung unit rumus atau molekul sejumlah bilangan Avogadro (6,02214×1023). Massa molar (molar mass) adalah massa satu mol senyawa, yaitu satu mol molekul dari suatu senyawa molekul dan satu mol unit rumus dari suatu senyawa ionic (Petrucci et al., 2011, p. 68). 2. Massa, Berat, Volume, dan Densitas a. Massa Massa adalah suatu ukuran yang menunjukkan kuantitas materi di dalam suatu benda (Chang, 2005, p. 11). Massa menyatakan kuantitas materi dalam suatu objek. Dalam SI, standar massa adalah 1 kilogram (kg), yang merupakan satuan yang cukup besar untuk sebagian besar aplikasi dalam kimia. Peranti laboratorium yang lazim digunakan untuk mengukur massa dinamakan neraca. Prinsip yang digunakan dalam neraca adalah membandingkan gaya gravitasi suatu massa yang tidak diketahui dengan gaya yang besarannya dapat diukur secara cermat (Petrucci et al., 2011, p. 9). b. Berat Berat (weight) adalah gaya gravitasi pada suatu objek. Berat berbanding lurus dengan massa, seperti ditunjukkan pada rumus matematis berikut. W = g.m Suatu objek memiliki massa (m) yang tetap, yang tidak bergantung pada di mana atau bagaimana massa itu diukur. Sebaliknya, berat (W) dapat bervariasi sebab percepatan akibat gravitasi (g) sedikit bervariasi dari satu titik ke titik lain pada permukaan bumi (Petrucci et al., 2011, p. 9). 2



c. Volume Volume memiliki ukuran satuan (panjang)3 dan satuan dasar SI untuk volume adalah meter kubik (m3). Akan ditetapi, dalam kimia, digunakan volume yang lebih kecil seperti sentimeter kubik (cm3) dan desimeter kubik (dm3). Satuan lainnya yang lebih lazim digunakan ada liter (L). Satu liter didefinisikan sebagai volume 1.000 cm3 yang berarti bahwa 1 mililiter sama dengan 1 cm3 (Chang dan Overby, 2009, p.10; Petrucci et al., 2011, p. 12). d. Densitas Massa jenis atau sering disebut densitas (density) merupakan massa suatu benda per satuan volumenya (Antika et al, 2012, p. 22). Massa dan volume adalah sifat ekstensif. Sifat ekstensif bergantung pada kualitas materi yang diamati. Sifat intensif tidak bergantung pada banyaknya materi yang diamati. Sifat intensif sangat berguna dalam kajian kimia sebab sifat-sifat itu dapat sering digunakan untuk mengidentifikasi zat (Petrucci et al., 2011, p. 13). Massa jenis dari setiap zat tidak tetap, nilainya tergantung pada tekanan dan suhu pada saat pengukuran. Untuk beberapa zat (terutama gas dan cairan), volumenya mungkin lebih mudah diukur daripada massanya, sehingga ada faktor konversi antara volume dan massa (Oxtoby, 2008, p. 33). 3. Alat Ukur Volume a. Gelas Ukur Kegunaan: Alat pengukur volume cairan. b. Buret Kegunaan: Meneteskan sejumlah reagen cair dalam eksperimen yang memerlukan presisi seperti pada eksperimen titrasi. c. Pipet Volume dan Pipet Ukur 



Pipet volume berfungsi untuk mengambil larutan dengan volume tepat sesuai dengan label yang tertera pada bagian yang menggelembung (gondok) pada bagian tengah pipet.



3







Pipet ukur berfungsi untuk memindahkan larutan atau cairan ke dalam suatu wadah dengan berbagai ukuran volume.



d. Labu Ukur Labu ukur digunakan untuk mengencerkan zat dalam jumlah tertentu. 4. Kelarutan Senyawa Ketika kuantitas zat terlarut yang larut tetap konstan setiap saat, larutan disebut larutan jenuh (saturated solution). Konsentrasi larutan jenuh dinamakan kelarutan (solubility) zat terlarut tersebut dalam pelarut tertentu. Kelarutan bervariasi dengan suhu, dan grafik kelarutan-suhu dinamakan kurva kelarutan. (Petrucci et al., 2011, p. 163). 5. Ketidakpastian Pengukuran Instrumen pengukur mengandung kesalahan bawaan atau kesalahan inheren yang disebut kesalahan sistematik (systematic error). Keterbatasan keterampilan peneliti atau kemampuan membaca instrument ilmiah juga menghasilkan kesalahan dan memberikan hasil yang dapat terlalu tinggi atau terlalu rendah. Kesalahan seperti ini dinamakan kesalahan acak (random error) (Petrucci et al., 2011, p. 17). Dalam membahas pengukuran dan angka signifikan, harus bisa dibedakan antara akurasi dan presisi. Akurasi menunjukkan seberapa dekat suatu hasil pengukuran dengan nilai sesungguhnya dari kuantitas yang diukur. Presisi menyatakan seberapa dekat dua atau lebih hasil pengukuran dari kuantitas yang sama sesuai satu dengan yang lain (Chang, 2005, p. 18). 6. Angka Penting/Signifikan Angka penting merupakan cerminan dari ketidakpastian pengukuran. Angka dari angka penting sama dengan angka digit di pengukuran, dengan pengecualian angka nol (0) digunakan untuk membetulkan posisi dari nilai desimal yang dinilai tidak signifikan (Harvey, 2000, p. 13). Aturan menentukan banyaknya angka penting dalam suatu kuantitas numerik adalah sebagai berikut: 



Semua digit bukan nol adalah signifikan.







Nol juga signifikan, tetapi dengan dua pengecualian penting untuk kuantitas yang kurang dari satu. Setiap nol (1) yang mendahului koma desimal, atau (2) 4



sesudah koma decimal dan mendahului digit bukan nol pertama adalah bukan angka penting. 



Dalam hal nol diujung yang mendahului koma decimal dalam kuantitas yang lebih besar dari satu dikatakan rancu (ambigu) (Harwood, Herring, Madura, Petrucci, 2011, p. 19).



E. Alat dan Bahan 1. Alat a. Pengukuran massa: neraca digital, kertas timbang b. Pemindahan cairan, kelarutan senyawa, dan penentuan massa jenis: pipet ukur 10ml, pipet volume 10ml, pipet tetes, gelas ukur 10ml, gelas kimia, buret 10ml, statif, klem, tabung reaksi, rak tabung reaksi, spatula, batang pengaduk. 2. Bahan a. NaOH



f. Dietil eter



b. Akuades



g. Kloroform



c. Etanol



h. Aseton



d. Heksana



i. Aluminium



e. Metilen klorida F. Prosedur Kerja 1. Pengukuran Massa (Cara Menggunakan Neraca Digital)



Neraca diseimbangkan



Kertas diletakkan untuk menimbang



Tombol zero pada neraca ditekan



Dibaca, dicatat, dan diulangi hasil pengukuran sebanyak 2 kali



2. Pemindahan Cairan Menggunakan Pipet Ukur dan Pipet Volume



Gelas kimia ditempatkan pada neraca dan dicatat massanya



Dipindahkan 10 mL akuades ke dalam gelas kimia dan dicatat massanya



Diambil 10 mL akuades dengan pipet ukur



5



Diulangi langkah a, b, dan c hingga 2 kali



Digunakan massa jenis air untuk menghitung rata-rata dan standar deviasi dari volume akuades



3. Pemindahan Cairan Menggunakan Gelas Ukur Proses diulangi sebanyak 2 kali, digunakan massa jenis air untuk menghitung rata-rata dan standar deviasi dari volume akuades



Gelas ukur diisi dengan 10 mL akuades, dipindahkan ke gelas kimia



Gelas ukur dicuci dan dibilas dengan akuades



4. Pemindahan Cairan Menggunakan Buret Diambil 10 mL akuades dari buret dan dipindahkan ke gelas kimia, hasil pengukuran dicatat dan diulang 2 kali



Buret dibersihkan dan dibilas dengan akuades, buret diisi dengan 20 mL akuades



Rata-rata massa jenis dan standar deviasi ditentukan dari akuades



5. Kelarutan Senyawa Ditambahkan 1 mL sampel A ke dalam tiga tabung reaksi menggunakan pipet tetes



Ditambahkan 3 jenis pelarut (akuades, etanol, heksana masing-masing 2 mL) ke dalam masingmasing tabung reaksi



Tabung reaksi dikocok selama 5 menit



Perubah an yang terjadi diamati



Hasil kelarutan sampel A dicatat



Prosedur a, b, c, dan d diulangi



6. Penentuan Massa Jenis a. Metilen Klorida (MC)



Gelas ukur dibilas dengan aseton



Dikeringkan dengan hair dryer



Ditambahkan 10 mL MC ke dalam gelas ukur



Massanya dicatat



b. Aluminium (Al) Perubahan volume dicatat saat pelat Al dimasukkan ke dalam gelas ukur yang berisi 3 mL heksana



Pelat aluminium ditimbang



6



G. Data Pengamatan 1. Pengukuran Massa No 1 2 3



Massa Kertas Massa Kertas Timbang Massa Padatan Timbang (gram) + Padatan (gram) (gram) 0,39 gram 0,42 gram 0,42 gram



0,59 gram 0,62 gram 0,61 gram



0,2 gram 0,2 gram 0,19 gram



2. Pemindahan Cairan menggunakan Pipet Ukur dan Pipet Volume Percobaan Massa Gelas Kimia (gram) Massa Gelas Kimia + 10 mL akuades Massa 10 mL akuades (gram) Volume akuades (mL)



1



2



3



Rata-rata



63,75 gram



63,75 gram



63,75 gram



63,75 gram



73,69 gram



73,64 gram



73,64 gram



73,66 gram



9,94 gram 9,94 mL



9,89 gram 9,89 mL



9,89 gram 9,89 mL



9,91 gram 9,91 mL



3. Pemindahan Cairan dengan Gelas Ukur Percobaan Massa Gelas Kimia (gram) Massa Gelas Kimia + 10 mL akuades Massa 10 mL akuades (gram) Volume akuades (mL)



1



2



3



Rata-rata



33,93 gram



33,93 gram



33,93 gram



33,93 gram



43,57 gram



43,54 gram



43,55 gram



43,55 gram



9,64 gram



9,61 gram



9,62 gram



9,62 gram



9,64 mL



9,61 mL



9,62 mL



9,62 mL



2



3



4. Pemindahan Cairan menggunakan Buret Percobaan Massa Gelas Kimia (gram) Massa Gelas Kimia + 10 mL akuades Massa 10 mL akuades (gram) Volume akuades (mL) Massa jenis



1



Rata-rata



63,75 gram



63,75 gram



63,75 gram



63,75 gram



73,68 gram



73,70 gram



73,69 gram



73,69 gram



9,93 gram



9,95 gram



9,94 gram



9,94 gram



10 mL 0,99 gr/mL



10 mL 0,1 g/mL



10 mL 0,99 g/mL



10 mL 0,99 g/mL



7



5. Kelarutan Senyawa Sampel Dietil eter Kloroform



Kelarutan dalam Pelarut Air Alkohol Heksana Larut Larut Tidak larut Tidak larut Larut Larut



6. Penentuan Massa Jenis a. Metilen Klorida (MC) Pengukuran Massa gelas ukur (gram) Massa gelas ukur + 10 mL MC (gram) Massa 10 mL MC (gram) Massa jenis MC (gr/mL) hasil praktek Massa jenis MC (gr/mL) hasil teoritis



Hasil 37,05 gram 51,59 gram 14,54 gram 1,45 gr/mL



1,33 gr/mL



b. Aluminium (Al) Pengukuran Massa aluminium (gram) Peningkatan volume heksana (mL)



Hasil 0,12 gram 0,20 gram



Massa jenis aluminium 0,60 gram (gr/mL) hasil praktek Massa jenis aluminium 2,70 gr/mL (gr/mL) hasil teoritis H. Pembahasan 1. Pengukuran Massa Alat yang digunakan dalam pengukuran massa adalah neraca elektronik. Neraca elektronik memiliki kapasitas sampai 200gram dan memiliki ketelitian hingga ±0,01 8



mg (Harvey, 2000, p. 25). Karena tingkat ketelitiannya yang tinggi, neraca elektronik dapat digunakan untuk mengukur massa sebuah zat yang sangat kecil. Neraca elektronik memiliki kelebihan yakni memiliki tingkat presisi dan akurasi yang tinggi. Adapun kelemahannya adalah neraca elektronik memerlukan energi listrik untuk pengoperasiannya sehingga dinilai kurang praktis dalam pemakaiannya, selain itu harga neraca elektronik sangat mahal. Senyawa yang diukur dalam percobaan ini adalah NaOH. NaOH dikenal sebagai suatu senyawa yang bersifat kaustik, yaitu rasa gatal ketika tangan bersentuhan langsung dengan NaOH. Untuk menghindari hal tersebut, maka setiap praktikan yang menggunakan NaOH dalam percobaannya, diwajibkan menggunakan sarung tangan. Selain memiliki sifat kaustik, NaOH juga bersifat higroskopis, yakni kemampuan suatu zat untuk menyerap molekul air dari lingkungannya, sehingga dalam penanganannya, NaOH harus berada dalam wadah tertutup dan kering. Dalam pengukuran massa NaOH kali ini, didapatkan rata-rata massa NaOH yang telah diukur adalah 0,2 gram. NaOH diletakkan pada kertas timbang, baru kemuudian diletakkan pada neraca. Penggunaan kertas timbang dimaksudkan untuk menyerap NaOH yang mencair akibat berada di ruang terbuka.



Gambar 1.1 Pengukuran Massa 2. Pemindahan Cairan Menggunakan Pipet Ukur dan Pipet Volume Alat yang digunakan pada percobaan kedua adalah pipet ukur dan pipet volume. Namun karena keterbatasan waktu, alat yang digunakan hanya pipet volume. Pipet volume berbeda dengan pipet ukur. Perbedaan yang mendasar adalah pada skala yang digunakan. Hal ini juga berpengaruh pada hasil pengukuran yang dilakukan (Brand, 2015, p. 5). 9



Bahan yang diukur dalam percobaan ini adalah akuades. Akuades memiliki warna yang bening dan tidak berbau, seperti air mineral, namun pada akuades, kandungan logamnya sudah tidak ada. Dengan demikian, akuades aman untuk digunakan dalam percobaan atau praktikum kimia. Cara pemindahan cairan dengan menggunakan pipet volume terbilang cukup mudah. Hal pertama yang dilakukan adalah menempatkan gelas kimia pada neraca dan mencatat massa dari gelas kimia tersebut. Kedua, sebanyak 10 mL diambil menggunakan pipet volume. Ketiga, 10 mL akuades dipindahkan ke dalam gelas kimia dan dicatat massanya. Langkah-langkah tersebut diulang sebanyak 2 kali sebagai bahan pembanding. Dari hasil percobaaan, didapatkan hasil bahwa massa gelas kimia setelah ditimbang memiliki massa sebesar 63,75 gram. Rata-rata massa gelas yang sudah diisi oleh 10 mL akuades adalah 73,66gram dan rata-rata massa 10 mL akuades sama dengan 9,91 gram. 3. Pemindahan Cairan Menggunakan Gelas Ukur Gelas ukur adalah sebuah alat yang berbentuk silinder panjang dan mempunyai skala pada dinding gelas yang digunakan untuk mengukur (Brand, 2015, p. 10). Gelas ukur digunakan sebagai alat unruk mengukur cairan karena gelas ukur memiliki tingkat akurasi yang tinggi bila dibandingkan dengan gelas beker. Hal pertama yang dilakukan ketika memindahkan cairan menggunakan gelas ukur adalah mencuci terlebih dahulu gelas ukur yang akan digunakan. Hal ini dilakukan untuk menjaga kebersihan dari alat ukur yang akan digunakan, sehingga nantinya tidak mencemari reagen yang lain atau hasil pengukuran yang didapatkan menjadi tepat (benar). Setelah itu, akuades dimasukkan ke dalam gelas ukur sebanyak 10 mL, kemudian dipindahkan kembali ke gelas beker untuk dihitung massanya. Proses ini diulangi sebanyak 2 kali dan digunakan massa jenis air untuk menghitung rata-rata dan standar deviasi dari volume akuades yang dipindahkan. Berdasarkan hasil pengamatan yang diambil dari data pengamatan, didapatkan hasil sebagai berikut:



10



Tabel 3.1 Pemindahan Cairan Menggunakan Gelas Ukur



Gambar 3.1 Pengukuran dengan Gelas Ukur 4. Pemindahan Cairan Menggunakan Buret Buret merupakan alat yang digunakan untuk mengeluarkan dan mengukur volume suatu zat kimia. Sebelum menggunakan buret, bilas dahuluburet menggunakan akuades dan pastikan tip buret juga terbilas dengan bersih (Weiner dan Harrison, 2010, p. 273). Ketika menggunakan buret, harap berhati-hati karena bentuk buret yang panjang sehingga semakin mudah untuk megalami kerusakan, misalnya patah atau pecah. Setelah buret dibersihkan dengan akuades, langkah selanjutnya adalah memasang buret pada statifnya. Setelah itu, sebanyak 10 mL akuades diukur menggunakan buret dan dipindahkan ke dalam gelas kimia. Hasil pengukuran dari buret tersebut dicatat dan langkah-langkah diatas diulangi sebanyak 2 kali. Dalam pengukuran ini, massa jenis akuades dihitung.



11



Gambar 4.1 Penggunaan Buret 5. Kelarutan Senyawa Kelarutan pada senyawa berpengaruh pada kepolaran pada suatu senyawa. Suatu senyawa bisa dikatakan polar apabila elektron-elektron menghabiskan lebih banyak waktunya untuk berada di dekat salah satu atom (Chang, 2005, p. 267). Dalam uji kelarutan senyawa, sampel yang digunakan adalah dietil eter dan kloroform. Kedua zat ini memiliki sifat yang mudah menguap, sehingga diperlukan kecekatan untuk menutup tabung reaksi dengan menggunakan aluminium. Para praktikan juga diwajibkan menggunakan masker selama praktikum untuk mencegah terhirupnya zat yang berbahaya. Pelarut yang digunakan antara lain air, alkohol, dan heksana. Alkohol dan heksana juga merupakan zat yang bersifat mudah menguap, sehingga diperlukan perhatian khusus. Alkohol, heksana, kloroform, dan dietil eter disimpan di dalam lemari kaca untuk mengamankan zat-zat tersebut. Dari hasil praktikum, didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 5.1 Kelarutan Senyawa



12



Gambar 5.1 Kelarutan Dietil Eter 6. Penentuan Massa Jenis Penentuan massa jenis menggunakan dua sampel, yaitu metilen klorida dan aluminium. Massa jenis adalah suatu massa dibagi dengan volumenya. Satuan turunan SI untuk massa jenis adalah kilogram per meter kubik (kg/m 3). Satuan agak terlalu besar untuk sebagian besar penerapan kimia. Karena itu, gram per sentimeter kubik (gr/cm2) dan satuan yang setara, gram per mililiter (gr/mL) lebih sering digunakan untuk menyatakan satuan kerapatan padatan dan cairan (Chang, 2005, p. 12). Penentuan massa jenis pada praktikum kali ini dilakukan dengan dua cara pengukuran, yakni pengukuran massa jenis dari metilen klorida dan pengukuran massa jenis dari aluminium. Pada metilen klorida, sebanyak 10 mL metilen klorida dituangkan ke dalam gelas ukur dan ditimbang massanya. Setelah itu, massa jenis dihitung dengan rumus massa dibagi dengan volume. Dari hasil percobaan didapatkan massa jenis metilen klorida adalah 1,45gr/mL. Penentuan massa jenis aluminium dilakukan dengan cara menimbang pelat aluminium terlebih dahulu. Kemudian, pelat aluminium dicelupkan ke dalam gelas ukur yang berisi 3 mL heksana. Perubahan volume yang terjadi kemudian dicatat lalu dihitung massa jenis dari aluminium. Dari hasil praktikum, didapatkan massa jenis aluminium adalah 0,60 gr/mL.



13



Gambar 6.1 Aluminium ditimbang I. Diskusi 1. Berdasarkan percobaan mengenai hasil pengukuran, jelaskan tingkat akurasi-presisi dari setiap alat ukur yang digunakan! Jawab: a. Neraca elektronik Neraca elektronik memiliki kapasitas 100-200gram dan dapat mengukur massa hingga mendekati ±0,01 sampai ±1 mg. Dengan demikian, tingkat akurasi dan presisi dari neraca elektronik sangat tinggi (Harvey, 2000, p. 25). b. Pipet ukur dan pipet ukur Pipets adalah ramping tabung, biasanya 12 sampai 24 inci panjang. Mereka mungkin mengukur volume yang ditentukan seperti 25.00 mL atau 10.00 mL. Mereka mungkin juga memiliki wisuda (ini disebut "Mohr" pipets) yang memungkinkan volume aneh dan pecahan yang akan dikirimkan. Mereka umumnya keakuratan sampai 0,02 mL dan dengan demikian diklasifikasikan sebagai Volumetrik gelas. Cairan biasanya ditarik ke pipet oleh sebuah bola karet yang diperas, sehingga menciptakan vakum di atas pipet sebagai bohlam mengembang. Prinsip operasi adalah sama seperti mengisap cairan melalui sedotan, tetapi tanpa bahaya memerlukan kontak mulut untuk barang pecah belah, yang dilarang di laboratorium. Pipetes beberapa adalah perangkat sekali pakai yang terbuat dari plastik sekali pakai. c. Gelas ukur



14



Gelas ukur digunakan sebagai pengukur cairan. Gelas ukur terdapat dalam berbagai jenis ukuran: 5 mL, 10 mL, 25 mL, 50 mL, 100 mL, 200 mL, dan 500 mL. Gelas ukur memiliki akurasi yang tinggi bila dibandingkan dengan gelas beker. d. Buret Burets juga silinder potongan gelas dengan wisuda dicat di samping, tetapi mereka



memiliki



katup



di



bagian



bawah



(disebut



"stopcock")



yang



memungkinkan cairan mengalir keluar bagian bawah. Mereka biasanya akurat dalam 0.01 mL. Burets tersedia dalam ukuran 10 ml untuk 100 mL, meskipun 50 mL adalah ukuran yang paling umum. e. Gelas beker Gelas beker dapat digunakan untuk membuat pengukuran kasar volume, asalkan lulus volume tingkat dicetak di sisi beaker (tidak semua gelas memiliki tandatanda ini). Mereka biasanya keakuratan sampai 5%. 2. Jelaskan hubungan kelarutan kloroform dan dietil eter dalam berbagai pelarut dan kepolarannya! J. Simpulan Dari hasil praktikum di atas, dapat disimpulkan bahwa: 1. Cara menggunakan neraca dan memindahkan cairan merupakan hal yang sebenarnya mudah, namun memerlukan ketelitian yang tinggi. 2. Dalam pemrosesan data pengukuran, nilai dari setiap hasil pengukuran memiliki tingkat akurasi dan presisi yang berbeda-beda, bergantung dari alat ukur yang digunakan. Akurasi berarti menunjukkan seberapa dekat suatu hasil pengukuran dengan nilai sesungguhnya dari kuantitas yang diukur, sedangkan presisi menyatakan seberapa dekat dua atau lebih hasil pengukuran dari kuantitas yang sama sesuai satu dengan yang lain. 3. Setiap senyawa memiliki kelarutan yang berbeda-beda ketika dilarutkan dalam beberapa pelarut. Ada senyawa yang bersifat polar, ada juga yang bersifat nonpolar. K. Daftar Pustaka Antika, dkk. 2012. Pengukuran (Kalibrasi) Volume dan Massa Jenis Aluminium. Spektra: Jurnal Fisika dan Aplikasinya. Vol 13. 22. 15



Brand. 2015. Volumetric Measurement in the Laboratory. Wertheim. Germany. Beran, J.A. 2011. Laboratory Manual For Principles of General Chemistry. 9th ed. Courier Westford. USA. Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti. Jilid 1. 3rd ed. Penerbit Erlangga. Jakarta. Chang, Raymond and Overby, J.S. 2011. General Chemistry. 6th ed. McGraw-Hill. New York. Lew, Kristi. 2009. Essential Chemistry Acid and Base. Infobase Publishing. New York. Oxtoby, David W, et al. 2001. Prinsip-prisip Kimia Modern. Jilid 1. 4th ed. Penerbit Erlangga. Jakarta. Oxtoby, David W., Gillis, H. P., Campion, Allan. 2008. Principles of Modern Chemistry. 6th ed. Thomson Higher Education. Belmont. Petrucci, Ralph H., Harwood, William S., Herring, F. Geoffrey, Madura, Jeffry D., 2011, Kimia Dasar Prinsip-prinsip dan Aplikasi Modern. Jilid 1. 9th ed. Penerbit Erlangga Jakarta. Tro, Nivaldo J. 2010. PRINCIPLES OF CHEMISTRY A Molecular Approach. Pearson Education, Inc. New Jersey.



16