Heni Revisi Askeb Coc 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN TRIMESTER III, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR, NIFAS, DAN KELUARGA BERENCANA PADA NY.E DI PMB HENI WIDYASTUTI JAKARTA BARAT TAHUN 2022



OLEH : HENI WIDYASTUTI NIM 210703009



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ABDI NUSANTARA JAKARTA 2022



LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN TRIMESTER III, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR, NIFAS, DAN KELUARGA BERENCANA PADA NY.E DI PMB HENI WIDYASTUTI JAKARTA BARAT TAHUN 2022 Telah disetujui, diperiksa, dan siap diujikan dihadapan Tim Penguji



Pembimbing I (Tanda Tangan)



(Melisa Putri Rahmadhena, M.Clin.Mid) NIDN : 0504058805



ii



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan



rahmat



dan



karunia-Nya,



sehingga



penulis



dapat



menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Kehamilan Trimester Iii, Persalinan, Bayi Baru Lahir, Nifas, Dan Keluarga Berencana Pada Ny.E Di Pmb Heni Widyastuti Jakarta Barat Tahun 2022” Dalam penyusunan Laporan ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Khairil Walid, SKM, MPd, Ketua Yayasan Abdi Nusantara Jakarta. 2. Ibu Lia Idealistiana, SKM, SST, MARS, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu



Kesehatan Abdi Nusantara Jakarta 3. Ibu Melisa Putri Rahmadhena, M.Clin.Mid selaku Pembimbing yang telah



banyak memberikan masukan, pengarahan, dan bantuan kepada penulis dalam melakukan perbaikan- perbaikan untuk ke sempurnaan laporan penulis. 4. Ibu Penguji yang telah banyak memberikan masukan, pengarahan,



dannbantuan kepada penulis dalam melakukan perbaikan-perbaikan untuk kesempurnaan laporan penulis. 5. Kedua orangtua tercinta, suami, anak tersayang serta keluarga besar yang selalu mendoakan, memotivasi dan membantu dengan tulus dan kasih sayang serta selalu memberi semangat kepada penulis. Dalam penulisan laporan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat berguna bagi pembaca umumnya dan profesi kebidanan khususnya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah Nya kepada kita semua. Jakarta, 30 Mei 2022 Penulis



iii



DAFTAR ISI



LEMBAR PERSETUJUAN................................................................i KATA PENGANTAR.........................................................................ii DAFTAR ISI.....................................................................................iii BAB I................................................................................................1 PENDAHULUAN..............................................................................1 A. LATAR BELAKANG.....................................................................1 B. TUJUAN.......................................................................................3 1. Tujuan Umum.........................................................................3 2. Tujuan Khusus........................................................................3



BAB II...............................................................................................4 TINJAUAN PUSTAKA......................................................................4 A. ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN..........................................4 1. KEHAMILAN...........................................................................4 2.



ANTENATAL CARE (ANC)..............................................6



3.



PERUBAHAN-PERUBAHAN FISIK DAN PSIKOLOGIS SELAMA KEHAMILAN 13



B. ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN......................................21 1. PERSALINAN.......................................................................21 2. ASUHAN PERSALINAN......................................................36 C. ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR..............................43 1. BAYI BARU LAHIR................................................................43 2. Perubahan Berat Badan pada Neonatus..............................46 3. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Normal................56 D. ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS.......................................65 1. MASA NIFAS.........................................................................65 2. KONSELING ASI...................................................................76 3. PERAWATAN BAYI...............................................................80



iv



E. KELUARGA BERENCANA (KB)................................................84 1. PROGRAM KB......................................................................84 2. KONTRASEPSI.....................................................................86 3. KB SUNTIK 3 BULAN...........................................................87 4. PEMILIHAN KONTRASEPSI PADA KLIEN MENYUSUI.....88 5. PANDUAN PEMILIHAN KONTRASEPSI.............................89 F. STANDAR KOMPETENSI BIDAN.............................................91



BAB III............................................................................................92 ASUHAN KEBIDANAN..................................................................92 A. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL TRIMESTER III......92 B. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN.......................104 C. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR.................118 D. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS..............................135 E. FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA



AKSEPTOR KB 150



BAB IV..........................................................................................156 PEMBAHASAN............................................................................156 A. Kehamilan................................................................................156 B. Persalinan................................................................................157 C. Bayi Baru Lahir........................................................................159 D. Nifas.........................................................................................160 E. KB dan Kontrasepsi.................................................................162



BAB V...........................................................................................163 KESIMPULAN DAN SARAN........................................................163 A. Kesimpulan..............................................................................163 B. Saran.......................................................................................164



DAFTAR PUSTAKA.....................................................................165 LAMPIRAN...................................................................................167



v



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Angka kematian ibu (AKI) adalah salah satu indikator yang dapat menggambarkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara. Menurut data World Health Organization (WHO), angka kematian ibu di dunia pada tahun 2015 adalah 216 per 100.000 kelahiran hidup atau diperkirakan jumlah kematian ibu adalah 303.000 kematian dengan jumlah tertinggi berada di negara berkembang yaitu sebesar 302.000 kematian. Angka kematian ibu di negara berkembang 20 kali lebih tinggi dibandingkan angka kematian ibu di negara maju yaitu 239 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan di negara maju hanya 12 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (WHO, 2015). Berdasarkan Survey Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 bahwa AKI tercatat mengalami kenaikan yang signifikasi dari tahun ke tahun yaitu sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup dari target MDG’s untuk AKI sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup.(Depkes, 2012). Penyebab kematian neonatal terbanyak adalah gangguan respiratori dann kardiovaskuler (21,3%), BBLR dan premature (19%), kelainan kongenital (14,8%), dan infeksi (7,3%). Kematian neonatal dan balita juga paling banyak terjadi di rumah sakit yaitu 68% untuk kematian neonatal dan 62,8% untuk kematian balita. Penyebab utama kematian bayi adalah gangguan yang terjadi pada masa perinatal (49,8), kelainan kongenital dan genetic (14,2%), pneumonia (9,2%), diare dan infeksi gastrointestinal lainnya (7%), viral hemorrhagic fever (2,2%), meningitis (2%), gangguan under nutrisi dan metabolic (1,3%). (Kemenkes RI, 2020) Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 terkait dengan pelayanan kesehatan ibu hamil menunjukan cakupan pelayanan ANC, bersalin dan nifas semakin meningkat. Cakupan pelayanan ANC pertama kali tanpa memandang trimester kehamilan (K1 akses) sebanyak 95,2%, cakupan ibu hamil yang mendapat pelayanan ANC pertama pada trimester pertama kehamilan (K1 trimester 1) sebanyak 81,3%,cakupan pelayanan ANC sekurang-kurangnya empat kali kunjungan (K4) sebanyak 70%. Potret yang cukup menggembirakan juga tampak pada profil kesehatan ibu bersalin dan nifas. Proporsi ibu yang persalinannya ditolong tenaga kesehatan adalah sebesar 86,9%. Angka peningkatan yang cukup drastis terlihat pada cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas (KF1), yaitu sebanyak 81,7%. (kesehatan ibu.depkes.go.id;diakses pada tanggal 13 Februari 2015). Berdasarkan data dan informasi kesehatan provinsi DKI Jakarta tahun 2020 dari jumlah ibu hamil



sebanyak



18367 orang yang melakukan kunjungan K1 sebanyak 6



179612 orang, yang melakukan kunjungan K4 sebanyak 176463 orang, ibu hamil yang mengalami KEK sebanyak 7653 orang dan ibu hamil yang mendapat Tablet Zat Besi (Fe) sebanyak 174706 orang. (https://data.jakarta.go.id/dataset/ dalam Portal Data Terpadu Pemprov DKI Jakarta di akses tanggal 14 Juli 2021) Salah satu solusi efektif dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) adalah dengan cara meningkatkan pertolongan persalinan yang dilakukan oleh tenaga medis terlatih yang disediakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan. Di samping itu, dibutuhkan partisipasi serta kesadaran ibu terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan di fasilitas pelayana kesehatan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan bidan yaitu dengan menerapkan model asuhan kebidanan yang komprehensif atau berkelanjutan (Continuity of Care), Continuity of Care adalah pelayanan yang dicapai ketika terjalin hubungan yang terus menerus antara seorang wanita dan bidan. Asuhan yang berkelanjutan yang berkaitan dengan tenaga profesional kesehatan, pelayanan kebidanan dilakukan mulai prakonsepsi, awal kehamilan, selama semua trimester, kelahiran, sampai 6 minggu pertama postpartum. Berbagai upaya sudah dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu, bayi baru lahir dan balita dengan cara melalui deteksi dini kelainan pada ibu hamil dan janin dengan menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Program Perencanaan Proses Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Tujuannya adalah untuk membantu upaya percepatan penurunan AKI. (Ariestanti et al., 2020). Berdasarkan data-data diatas maka penyusun memberikan Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. “E” G3P2A0 di PMB Heni Widyastuti Kabupaten Tangerang Tahun 2022. Sehingga dapat mendeteksi secara dini adanya kelainan-kelainan yang mingkin terjadi. Dengan memberikan konseling tentang kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, dan KB



B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Mahasiswa mampu menganalisa perjalanan kasus mulai dari melakukan pengkajian, mendiagnosa, dan melakukan asuhan kebidanan sesuai dengan kondisi pasien, dan dibandingkan teori yang berkaitan dengan Asuhan Kebidanan dari Hamil, Bersalin, BBL Nifas dan KB Secara Continuity Of Care (COC) Pada Ny. E. 2 .Tujuan Khusus



7



1) Mahasiwa mampu melakukan pengkajian berdasarkan fakta yang didapatkan dibandingkan teori pada Kasus Asuhan Kebidanan dari Hamil, Bersalin, BBL Nifas dan KB Secara Continuity Of Care (COC) Pada Ny. E 2) Mahasiswa mampu membuat Assesment untuk : 1) menegakkan mendignosa dan menentukan masalah 2) membuat diagnosa dan masalah potensial 3) melakukan tindakan segera jika di butuhkan pada kasus Asuhan Kebidan dari Hamil, Bersali, BBL Nifas dan KB Secara Continuity Of Care (COC) Pada Ny. E 3) Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan , merasionalisasi asuhan yang di berikan dan evaluasi pada kasus Asuhan Kebidanan dari Hamil, Bersali, BBL Nifas dan KB Secara Continuity Of Care (COC) Pada Ny. E C. Manfaat 1. Bagi Institusi Pendidikan Untuk menambah literatur di perpustakaan kampus Asuhan Kebidanan Secara Continuity Of Care (COC) 2. Bagi PMB Untuk mengkatan pengetahuan tentang bidan



dalam memberikan



Asuhan



Kebidanan Secara Continuity Of Care (COC) 3. Bagi Ibu Hamil Dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang faktor – faktor yang dapat mempersulit masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir sehingga dapat dideteksi secara dini dan dapat diatasi.



8



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN



1. KEHAMILAN a. Pengertian Kehamilan Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) yang dihitung dari hari pertama haid terakhir (Wikenjosastro, 2016). Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan, yaitu triwulan pertama dimulai dari masa konsepsi sampai umur kehamilan 3 bulan. Triwulan kedua adalah dari bulan keempat sampai umur kehamilan 6 bulan, sedangkan triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai umur kehamilan 9 bulan (Saifuddin, 2015). Umur yang baik untuk hamil adalah 20-35 tahun agar segalanya sehat, baik reproduksinya maupun psikologinya (Manuaba, 2018) Kehamilan 40 minggu disebut kehamilan matur (cukup bulan). Bila kehamilan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur, sedangkan kehamilan



diantara



28-36



minggu



disebut



kehamilan



premature



(wikenjasastro, 2015). Menurut usia kehamilan dibagi menjadi: a. Kehamilan trimester pertama 0-14 minggu b. Kehamilan trimester kedua 14-28 minggu c. Kehamilan trimester ketiga 28-42 minggu (Manjoer,2011).



b. Proses Terjadinya Kehamilan Setiap bulan melepaskan satu atau dua telur (ovum) dari indung telur, telur ditangkap oleh rumbai-rumbai dan masuk kedalam saluran telur. Waktu persetubuhan, cairan semen tumpah kedalam vagina dan bejuta-juta sel mani bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk kesaluran telur. Disekitar sel telur banyak terkumpul sperma yang mengeluarkan ragi untuk mencairkan zat-zat yang melidungi ovum. Kemudian pada tempat mudah dimasuki, masuklah sel mani dan kemudian bersatu dengan sel telur, 9



peristiwa ini disebut konsepsi (Mochtar, 2018)



10



Ovum yang telah dibuahi, segera membelah diri sambil bergerak (oleh rambut getar tuba) menuju ruang rahim, kemudian melekat pada mukosa rahim untuk selanjutnya bersarang diruang rahim diperlukan waktu kira-kira 6 sampai 7 hari. Peristiwa ini disebut nidasi. Sementara itu, untuk menyuplai



darah



dan



zat-zat



makanan



bagi



mudigah



dan



janin



dipersiapkan plasenta. Jadi, dapat dikatakan untuk setiap kehamilan harus ada ovum, spermatozoa, konsepsi, nidasi dan plasentasi (mochtar, 2018)



c. Tanda-tanda Kehamilan Mochtar (2018) menjelaskan bahwa kehamilan memiliki tanda dan gejala tersendiri. Tanda-tanda tersebut berupa tanda presumif, tanda-tanda kemungkinan hamil dan tanda pasti: a.



Tanda-tanda presemtif suatu kehamilan adalah amenorhoe, mual dan muntah, mengidam, tidak tahan suatu bau-bauan, pingsan, tidak selera makan, lelah, payudara membesar dan sedikit nyeri, miksi sering, kontstipasi dan obstipasi, pigmentasi kulit, epulsi dan varises.



b.



Tanda-tanda kemungkinan hamil Beberapa tanda-tanda kemungkinan hamil adalah: 1) Rahim membesar, sesuai dengan tuanya hamil 2) Adanya beberapa hal yang dijumpai pemeriksaan dalam yaitu: tanda



Hegar,



tanda



Chadwick,



tanda



Pescaceks,



kontraksi



baraxchton hicks dan teraba ballotement. 3) Pemeriksaan test biologis kehamilan positif c.



Tanda pasti (tanda positif) 1) Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa atau diraba, juga bagian- bagian janin 2) Denyut jantung janin:



a.



Didengar dengan stetoskop laenee, alat kardiotografi, alat dopler



b.



Dicatat dengan feto-elektrokardiogram



c.



Dilihat pada ultrasonografi



11



d. Tanda Bahaya Kehamilan Saifudin (2012) mengemukakan bahwa ada beberapa gejala yang perlu diwaspadai karena dapat membahayakan kehamilan. Gejala-gejala tersebut adalah perdarahan pervaginam, sakit kepala lebih dari biasa, gangguan penglihatan, pembengkakan pada wajah dan tangan, nyeri abdomen (epigastrik), serta janin tidak bergerak seperti biasanya.



2. ANTENATAL CARE (ANC) a. Definisi ANC Pengertian dari Ante Natal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberian ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar. (Manuaba, 2018)



b. Tujuan ANC Mochtar (2018) menjelaskan bahwa antenatal care di berikan pada ibu hamil dengan tujuan sebagai berikut: a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi. b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial ibu dan bayi. c. Mengenali secara dini ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan. d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu dan bayinya dengan trauma seminimal mungkin. e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif.



12



c. Manfaat ANC Menurut wiknjosastro (2016) berikut ini adalah manfaat antenatal care diantaranya: a. Mengetahui kemajuan kehamilan serta kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi, sedikitnya 4 kali kunjungan. b. Mengadakan hubungan atas dasar kepercayaan dengan bidan serta hubungan dengan system asuhan kesehatan. c. Mempersiapkan proses melahirkan dengan aman dan sehat, baik bagi ibu maupun bayi. d. Untuk melakukan pemantauan atau screening dan pendeteksian penyakit yang ada. e. Pendeteteksian secara dini serta penataksanaan komplikasi. f.



Konseling yang terpusat pada klien serta konseling khusus usia kehamilan (gizi, istirahat, tanda-tanda bahaya, KB, pemberian ASI dan elemen diet yang penting).



g. Meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit, yang dapat di lakukan melalui pemberian suplemen atau suntikan TT. d. Prosedur Kunjungan ANC Saifuddin (2015) menjelaskan bahwa standar setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal, yaitu: a. Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu) b. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara 14 – 28) c. Dua kali kunjungan selama terimester tiga (antara minggu 28 – 36 dan sesudah minggu ke -36). e. Standar Pelayanan ANC Menurut Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu (2010), standar pelayanan antenata lterpadu ada sepuluh standar pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang dikenal dengan “10T”, yaitu: 1)



Timbang berat badan Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal 13



dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin. 2)



Ukur lingkar lengan atas (LiLA) Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk skrining ibu hamil berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang energikronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).



3)



Ukur tekanan darah. Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai bawah; dan atau proteinuria).



4)



Ukur tinggi fundus uteri Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai denganumur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24 minggu.



5)



Hitung denyut jantung janin (DJJ) Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiapkali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit atau DJJ cepat lebih dari 160/menit menunjukkan adanya gawat janin.



6)



Tentukan presentasi janin Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya



setiap



kali



kunjungan



antenatal.



Pemeriksaan



ini



dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah lain. 7)



Beri imunisasi tetanus toksoid (TT) Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus 14



mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining



15



status imunisasi TT-nya. Pemberian imunisasi TT padaibu hamil, disesuaikan dengan status imunisasi ibu saat ini. 8) Beri tablet tambah darah (tablet besi) Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet zat besi minimal minum 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama. 9)



Periksa laboratorium (rutin dan khusus) Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal meliputi: a. Pemeriksaan golongan darah Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk mempersiapkan



calon



pendonor



darah



yang



sewaktu-waktu



diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan. b.



Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam kandungan.



c. Pemeriksaan protein dalam urine Pemeriksaan protein dalam urine pada ibu hamil dilakukan pada trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan iniditujukan untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya preeklampsia pada ibu hamil. d. Pemeriksaan kadar gula darah e. Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes melitus harus dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester ketiga (terutama pada akhir trimester ketiga). f.



Pemeriksaan darah malaria Semua ibu hamil di daerah endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di daerah non endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah malaria apabila ada indikasi. 16



g. Pemeriksaan tes sifilis Pemeriksaan tes sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggidan ibu hamil yang diduga sifilis. Pemeriksaaan sifilis sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada kehamilan. h. Pemeriksaan HIV Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko tinggikasus HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamilsetelah menjalani



konseling



kemudian



diberi



kesempatan



untuk



menetapkan sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV. 10) Tatalaksana/penanganan Kasus Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal diatas dan hasil pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangantenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuksesuai dengan sistem rujukan. Kebijakan program dalam kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama kehamilan, yaitu: satu kali pada triwulan pertama, satu kali dalam triwulan kedua dalam triwulan ketiga (Saifuddin dkk, 2012). f. Informasi Penting Bagi Ibu Menurut saifuddin (2012) informasi penting untuk ibu hamil pada setiap kali kunjungan yaitu trimester pertama (sebelum 14 minggu), trimester kedua (antara 14-28 minggu), trimester ketiga (antara 28-36 minggu). Berikut ini adalah informasi yang sebaiknya diberikan pada ibu hamil dalam kunjungan-kunjungan ke petugas kesehatan: a. Trimester pertama (sebelum 14 minggu) Membangun



hubungan



saling



percaya



antara



petugas



kesehatan dan ibu hamil, mendeteksi masalah dan menanganinya, melakukan



pencegahan



seperti



tetanus



neonatorum,



anemia



kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan, perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya). b. Trimester kedua (antara minggu 14 – 28) Sama



seperti



pada



semester



pertama,



ditambah



kewaspadaan khusus mengenai preeklamsia (tanya ibu tentang gejala-gejala preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, 17



periksa urin untuk



18



mengetahui proteinuria). c. Trimester ketiga (antara minggu 28 – 36) Sama seperti diatas, ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda. d. Trimester keempat (setelah 36 minggu) Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran dirumah sakit sedangkan menurut Manuaba (2018) informasi penting untuk ibu hamil adalah memberikan nasihat dan petunjuk tentang pantang diet hamil, pekerjaan rumah tangga, hubungan seksual, pemeliharaan payudara, jadwal istirahat dan tidur, pemberian obat-obatan, merokok, minum alkohol dan kecanduan narkotik, keadaan darurat pada kehamilan dan imunisasi. Berikut adalah penjelasannnya: i. Pantang diet hamil Manuaba (2018) menjelaskan pada dasarnya dianjurkan makanan dengan gizi seimbang. Nilai gizi dapat ditentukan dengan bertambahnya berat badan sekitar 6,5-15 kg selama hamil. Berat badan yang bertambah terlalu besar atau kurang, perlu mendapat perhatian khusus karena kemungkinan terjadi penyulit kehamilan. Kenaikan berat badan tidak boleh ½ kg / minggu ii. Pekerjaan rumah tangga Pekerjaan rutin dapat dilaksanakan, bekerjalah sesuai dengan kemampuan dan makin dikurangi semakin tua kehamilan (Manuaba, 2018). iii. Hubungan seksual Menurut Manuaba (2018), hamil bukan halangan untuk melakukan hubungan seksual. Hubungan seksual disarankan untuk dihentikan bila: 1. Terdapat infeksi dengan pengeluaran cairan disertai rasa nyeri atau panas 2. Terjadi perdarahan pada saat hubungan seksual 3. Terdapat pengeluaran cairan mendadak 4. Pada



pasangan



sering



mengalami



kematian



kandungan, sekitar 2 minggu menjelang persalinan.



19



dalam



iv. Pakaian hamil Pakain hamil yang dianjurkan adalah pakaian yang longgar dan yang terbuat dari katun sehinga mempunyai kemampuan untuk menyangga payudara yang makin berkembang. Pakaian dalam sering diganti untuk kebersihan dan menghalangi suasana lembab disekitar pelipatan (Manuaba. 2018). v. Pemeliharaan payudara Payudara yang dipersiapkan untuk dapat memberikan laktasi, perlu perhatian yang seksama. Dengan pakaian dalam (BH) yang longgar, maka perkembangan payudara tidak terhalang. Putting susu penting diperhtikan agar tetap bersih. Putting susu perlu



ditarik-tarik



sehingga



menonjol



dan



memudahkan



memberikan ASI. Putting yang terlalu masuk dikeluarkan dengan jalan oprasi atau dengan pompa susu (Manuaba, 2018) vi. Jadwal istirahat dan tidur Jadwal istirahat dan tidur perlu diperhatikan dengan baik, karena istirahat dan tidur yang teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan pertumbuhan dan perkembangan janin (Manuaba, 2018) vii. Pemberian obat-obatan Pengobatan



penyakit



saat



hamil



harus



selalu



memperhatikan apakah obat tersebut tidak berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin. pengaruh obat terhadap janin dapat digolongkan sebagai berikut : obat yang digolongkan tidak boleh diberikan saat hamil, obat yang dapat diberikan saat hamil dengan keamanan terbatas umpanya aman bila digunakan setelah hamil trimester kedua, obat yang aman diberikan, tetapi tidak ada keterangan tertulis yang lengkap pada perpustakaan, obat atau bahan



kimia



yang



pemberiannya



saat



hamil



memerlukan



pertimbangan yang seksama, obat atau bahan kimia yang aman bila diberiakn pada kehamila, yaitu vitamin khusus ibu hamil (Manuaba, 2018). viii. Merokok, minum alkohol dan kecanduan narkotik Ketiga kebiasaan ini secara langsung dapat mempengaruhi perkembangan janin dan menimbulkan kelahiran dengan berat badan rendah bahkan dapat menimbulkan cacat bawaan atau 20



kelainan pertumbuhan dan perkrmbangan mental (Manuaba, 2018) ix. Keadaan darurat pada kehamilan Manuaba (2018) menjelaskan bahwa ada keadaan yang membahayakan ibu dan janin saaat kehamilan. Keadaan darurat saat hamil yang mengharuskan ibu hamil untuk memeriksakan diri mereka adalah: 1. Berkaitan dengan janin yaitu: badan panas di sertai tanda infeksi lainnya gerakan janin terasa berkurang atau menghilang, perut terasa semakin kecil; 2. Berkaitan dengan keadaan ibu yaitu:



mual,



muntah



berlebihan, terjadi pengluaran abnormal: cairan mendadak; lendir



apalagi



bercampur



darah,



perdarahan,



tanda



subyektif, gestosis, sakit kepala, pandangan kabur, nyeri pada epigastrum/uluh hati, pembengkakan tangan, muka, kelopak mata dan kaki, air seni berkurang, sakit perut mendadak dan terjadinya tanda-tanda inpartu: perut sakit dan disertai pengeluaran. x. Vaksinasi Vaksinasi



dengan toksoid tetanus dianjurkan



menurunkan angka kematian bayi



untuk dapat



karena infeksi tetanus.



Vaksinasi toksoid tetanus dilakukan dua kali selama kehamilan (Manuaba, 2018).



3. PERUBAHAN-PERUBAHAN FISIK DAN PSIKOLOGIS SELAMA KEHAMILAN a. Perubahan Fisik dan Psikologis pada Trimester I 1) Perubahan Fisik pada Trimester I Menurut Kurnia (2009, p. 185-189), perubahan fisik pada trimester I adalah: a) Pembesaran Payudara Payudara



akan



peningkatan



membesar



hormon



dan



kehamilan



mengencang, yang



karena



menimbulkan



terjadi



pelebaran



pembuluh darah dan untuk mempersiapkan pemberian nutrisi pada jaringan payudara sebagai persiapan menyusui. b) Sering buang air kecil 21



Keinginan sering buang air kecil pada awal kehamilan ini dikarenakan rahim yang membesar dan menekan kandung kencing. Keadaan ini akan menghilang pada trimester II dan akan muncul kembali pada akhir kehamilan, karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin. c) Konstipasi Keluhan ini juga sering dialami selama awal kehamilan, karena peningkatan hormon progesteron yang menyebabkan relaksasi otot sehingga usus bekerja kurang efisien. Adapun keuntungan dari keadaan ini adalah memungkinkan penyerapan nutrisi yang lebih baik saat hamil. d) Morning Sickness, mual dan muntah Hampir 50% wanita hamil mengalami mual dan biasanya mual dimulai sejak awal kehamilan. Mual muntah diusia muda disebut morning sickness tetapi kenyataannya mual muntah ini dapat terjadi setiap saat. e) Merasa lelah Hal ini terjadi karena tubuh bekerja secara aktif untuk menyesuaikan secara fisik dan emosional untuk kehamilan. Juga peningkatan hormonal yang dapat mempengaruhi pola tidur. f) Sakit Kepala Sakit kepala yang lebih sering dialami oleh pada ibu hamil pada awal kehamilan karena adanya peningkatan tuntutan darah ke tubuh sehingga ketika akan mengubah posisi dari duduk / tidur ke posisi yang lain (berdiri) tiba-tiba, sistem sirkulasi darah merasa sulit beradaptasi. Sakit kepala / pusing yang lebih sering daripada biasanya dapat disebabkan oleh faktor fisik maupun emosional. Pola makan yang berubah, perasaan tegang dan depresi juga dapat menyebabkan sakit kepala. g) Kram Perut Kram perut saat trimester awal kehamilan seperti kram saat menstruasi di bagian perut bawah atau rasa sakit seperti ditusuk yang timbul hanya beberapa menit dan tidak menetap adalah normal. Hal ini sering terjadi karena adanya perubahan hormonal dan juga karena adanya pertumbuhan dan pembesaran dari rahim dimana otot dan ligamen merenggang untuk menyokong rahim. h) Meludah 22



Keinginan meludah yang terjadi pada ibu hamil yang terus menerus dianggap normal sebab hal ini termasuk gejala morning sickness. i) Peningkatan Berat Badan Pada akhir trimester pertama wanita hamil akan merasa kesulitan memasang kancing / rok celana panjangnya, hal ini bukan berarti ada peningkatan berat badan yang banyak tapi karena rahim telah berkembang dan memerlukan ruang juga, dan ini semua karena pengaruh hormon estrogen yang menyebabkan pembesaran rahim dan hormon progresteron yang menyebabkan tubuh menahan air. 2) Perubahan Psikologis pada Trimester I (Periode Penyesuaian) Menurut Sulistyawati (2013), perubahan psikologis pada trimester I adalah: a) Ibu merasa tidak sehat dan kadang-kadang merasa benci dengan kehamilannya b) Kadang muncul penolakan, kecemasan dan kesedihan. Bahkan kadang ibu berharap agar dirinya tidak hamil saja c) Ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakah ia benar-benar hamil. Hal ini dilakukan sekedar untuk meyakinkan dirinya d) Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat perhatian dengan seksama e) Oleh karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia seseorang yang mungkin akan diberitahukannya kepada orang lain atau bahkan merahasiakannya b. Perubahan Fisik dan Psikologis pada Trimester II 1) Perubahan Fisik pada Trimester II Menurut Kurnia (2009, p. 190-194), perubahan fisik pada trimester II adalah: a) Perut semakin membesar Setelah usia kehamilan 12 minggu, rahim akan membesar dan melewati rongga panggul. Pembesaran rahim akan tumbuh sekitar 1 cm setiap minggu. Pada kehamilan 20 minggu, bagian teratas rahim sejajar dengan puser (umbilicus). Setiap individu akan berbeda-beda tapi pada kebanyakan wanita, perutnya akan mulai membesar pada kehamilan 16 minggu. b) Sendawa dan buang angin Sendawa dan buang angin akan sering terjadi pada ibu hamil hal ini sudah biasa dan normal karena akibat adanya perenggangan usus 23



selama kehamilan. Akibat dari hal tersebut perut ibu hamil akan terasa kembung dan tidak nyaman. c) Pelupa Pada beberapa ibu hamil akan menjadi sedikit pelupa selama kehamilannya. Ada beberapa teori tentang hal ini, diantaranya adalah karena tubuh ibu hamil terus bekerja berlebihan untuk perkembangan bayinya sehingga menimbulkan blok pikiran. d) Rasa panas di perut Rasa panas diperut adalah keluhan yang paling sering terjadi selama kehamilan,



karena meningkatnya



tekanan



akibat



rahim yang



membesar dan juga pengaruh hormonal yang menyebabkan rileksasi otot saluran cerna sehingga mendorong asam lambung kearah atas. e) Pertumbuhan rambut dan kuku Perubahan hormonal juga menyebabkan kuku bertumbuh lebih cepat dan rambut tumbuh lebih banyak dan kadang di tempat yang tidak diinginkan, seperti di wajah atau di perut. Tapi, tidak perlu khawatir dengan rambut yang tumbuh tak semestinya ini, karena akan hilang setelah bayi lahir. f) Sakit perut bagian bawah Pada kehamilan 18-24 minggu, ibu hamil akan merasa nyeri di perut bagian bawah seperti ditusuk atau tertarik ke satu atau dua sisi. Hal ini karena perenggangan ligamentum dan otot untuk menahan rahim yang semakin membesar. Nyeri ini hanya akan terjadi beberapa menit dan bersifat tidak menetap g) Pusing Pusing menjadi keluhan yang sering terjadi selama kehamilan trimester kedua, karena ketika rahim membesar akan menekan pembuluh darah besar sehingga menyebabkan tekanan darah menurun. h) Hidung dan Gusi berdarah Hal ini juga terjadi karena peningkatan aliran darah selama masa kehamilan. Kadang juga mengalami sumbatan di hidung. Ini disebabkan karena adanya perubahan hormonal. i) Perubahan kulit Ibu hamil akan mengalami perubahan pada kulit. Perubahan tersebut bisa berbentuk garis kecoklatan yang dimulai dari puser (umbilicus) sampai ke tulang pubis yang disebut linea nigra. 24



Sedangkan kecoklatan pada wajah disebut chloasma atau topeng kehamilan. Hal ini dapat menjadi petunjuk sang ibu kurang asam folat. Strecth mark terjadi karena peregangan kulit yang berlebihan, biasanya pada paha atas, dan payudara. Akibat peregangan kulit ini dapat



menimbulkan



rasa



gatal,



sedapat



mungkin



jangan



menggaruknya. Strecth mark tidak dapat dicegah, dapat diobati setelah persalinan. j) Payudara Payudara akan semakin membesar dan mengeluarkan cairan yang kekuningan yang disebut kolostrum. Putting dan sekitarnya akan semakin berwarna gelap dan besar. Bintikbintik kecil akan timbul disekitar putting, dan itu adalah kelenjar kulit. k) Kram pada kaki Kram otot ini timbul karena sirkulasi darah yang lebih lambat saat kehamilan. Atasi dengan menaikkan kaki ke atas dan minum kalsium yang cukup. Jika terkena kram kaki ketika duduk atau saat tidur, cobalah menggerak-gerakkan jari-jari kaki ke arah atas. l) Sedikit Pembengkakan Pembengkakan adalah kondisi normal pada kehamilan, dan hampir 40% wanita hamil mengalaminya. Hal ini karena perubahan hormon yang menyebabkan tubuh menahan cairan. Pada trimester kedua akan tampak sedikit pembengkakan pada wajah dan terutama terlihat pada kaki bagian bawah dan pergelangan kaki. Pembengkakan akan terlihat lebih jelas pada posisi duduk atau berdiri yang terlalu lama. 2) Perubahan Psikologis pada Trimester II (Periode Kesehatan Yang Baik) Menurut Sulistyawati (2013), perubahan psikologis pada trimester II adalah: a) Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormone yang tinggi b) Ibu sudah bisa menerima kehamilannya c) Merasakan gerakan anak d) Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran e) Libido meningkat f) Menuntut perhatian dan cinta g) Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian dari 25



dirinya h) Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya atau pada orang lain yang baru menjadi ibu i) Ketertarikan dan aktivitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran, dan persiapan untuk peran baru c. Perubahan Fisik dan Psikologis pada Trimester III Kehamilan melibatkan bebagai perubahan fisik dan fisiologis yang menimbulkan ketidaknyamanan. Pada trimester III terjadi pertumbuhan dan perkembangan janin yang semakin meningkat, berat badan ibu akan meningkt drastis yang menyebabkan ibu hamil merasa cepat lelah, sukar tidur, nafas pendek, kaki dan tangan oedema. (Jurnal Bidan “Midwife Journal” Vol. 5, No. 1, Jan 2018). Pada trimester III ibu hamil banyak menguluhkan sering kencing, sakit pinggang dan kaki, sesak napas edema pada kaki, nyeri ulu hati, kram tungkai, konstipasi, kesemutan, insomnia. Pegal kaki karena efek relaksin dan peningkatan Berat badan. (Romauli,2011) 1) Perubahan Fisik pada Trimester III Menurut Kurnia (2009,p. 194-197), perubahan fisik pada trimester III adalah : a. Sakit bagian tubuh belakang Sakit pada bagian tubuh belakang (punggung-pinggang), karena meningkatnya beban berat dari bayi dalam kandungan yang dapat mempengaruhi postur tubuh sehingga menyebabkan tekanan ke arah tulang belakang. b. Payudara Keluarnya cairan dari payudara, yaitu colostrum, merupakan makanan bayi pertama yang kaya akan protein. Biasanya, pada trimester ini, ibu hamil akan merasakan hal itu, yakni keluarnya colostrum. c. Konstipasi Pada trimester ini sering terjadi konstipasi karena tekanan rahim yang membesar kearah usus selain perubahan hormon progesteron. d. Pernafasan Karena adanya perubahan hormonal yang memengaruhi aliran darah ke paru-paru, pada kehamilan 33-36 minggu, banyak ibu hamil akan 26



merasa susah bernapas. Ini juga didukung oleh adanya tekanan rahim



27



yang membesar yang berada di bawah diafragma (yang membatasi perut dan dada). Setelah kepala bayi turun kerongga panggul ini biasanya 2-3 minggu sebelum persalinan pada ibu yang baru pertama kali hamil akan merasakan lega dan bernapas lebih mudah, dan rasa panas diperut biasanya juga ikut hilang, karena berkurangnya tekanan bagian tubuh bayi dibawah diafragma / tulang iga ibu. e. Sering kencing Pembesaran rahim ketika kepala bayi turun ke rongga panggul akan makin menekan kandungan kencing ibu hamil. f. Masalah tidur Setelah perut besar, bayi akan sering menendang di malam hari sehingga merasa kesulitan untuk tidur nyenyak. g. Varises Peningkatan volume darah dan alirannya selama kehamilan akan menekan daerah panggul dan vena di kaki, yang mengakibatkan vena menonjol, dan dapat juga terjadi di daerah vulva vagina. Pada akhir kehamilan, kepala bayi juga akan menekan vena daerah panggul yang akan memperburuk varises. Varises juga dipengaruhi faktor keturunan. h. Kontraksi perut Menurut Romauli 2011, rasa kontraksi atau seperti mulas pada trimester III merupakan keadaan fisiologis dialami pada ibu hamil trimester III karena kontraksi uterus sebagai persiapan persalinan (His palsu atau BraxtonHicks). Braxton-Hicks atau kontraksi palsu ini berupa rasa sakit di bagian perut yang ringan, tidak teratur, dan akan hilang bila ibu hamil duduk atau istirahat. His ini merupakan his bahwa persalinan akan segera terjadi dimana his yang timbul semakin kuat dan sering. Selain itu juga, adanya kontraksi rahim atau his yang semakin sering dipengaruhi oleh adanya ketegangan dan kontraksi otot rahim yang mampu merangsang adanya penurunan bagian terbawah janin. Menurut Sulistyawati (2013) ada 2 jenis kontraksi yang dapat terjadi pada masa kehamilan, false labour yang disebut dengan kontraksi Braxton Hicks dan true labour yang terasa ketika mendekati atau berlangsung pada kala persalinan. Semakin keruh air ketuban, maka risiko terjadinya infeksi pada bayi semakin meningkat. 28



i. Bengkak Perut dan bayi yang kian membesar selama kehamilan akan meningkatkan tekanan pada daerah kaki dan pergelangan kaki ibu hamil, dan kadang membuat tangan membengkak. Ini disebut edema, yang disebabkan oleh perubahan hormonal yang menyebabkan retensi cairan. j. Kram pada kaki Kram kaki ini timbul karena sirkulasi darah yang menurun, atau karena kekurangan kalsium. k. Cairan vagina Peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah normal. Cairan biasanya jernih. Pada awal kehamilan, cairan ini biasanya agak kental, sedangkan pada saat mendekati persalinan cairan tersebut akan lebih cair. 2) Perubahan Psikologis pada Trimester III Menurut Sulistyawati (2013), perubahan psikologis pada trimester III adalah : a. Rasa tidak nyaman timbul kembali, lelah, merasa dirinya jelek, aneh, dan tidak menarik. Pada usia kehamilan trimester III biasanya merupakaan saat terjadinya kondisi mudah cape dan lelah yg di karenakan pd masa ini terjadinya pertumbuhan dan perkembangan janin yang semakin meningkat BB ibu naik drastis menyebabkan ibu hamil merasa cepat Lelah. (Jurnal Bidan “Midwife Journal” Vol. 5, No. 1, Jan 2018). b. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu c. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan, khawatir akan keselamatannya d. Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya e. Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya f. Merasa kehilangan perhatian g. Perasaan mudah terluka (sensitif) h. Libido menurun



29



B. ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN 1. PERSALINAN a. Pengertian Persalinan Persalinan adalah suatu proses keluarnya hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup di dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau jalan lain. (Mochtar, 2015) Persalinan biasa (normal) atau disebut juga partus spontan adalah proses bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayinya yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Bayi dilahirkan secara spontan dalam presentasi belakang kepala dan pada usia kehamilan antara 37-42 minggu. (DepKes RI, 2015) b. Etiologi Persalinan Menurut Mochtar (2015) yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks antara lain dikemukakan faktor-faktor humoral, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada syaraf dan nutrisi. Pada teori penurunan hormon, dikatakan bahwa satu sampai dengan dua minggu sebelum partus, mulai terjadi penurunan kadar hormon esterogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar hormon progesteron turun. Teori plasenta menjadi tua,



menyebabkan turunnya kadar



estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah, hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim. Teori distensi rahim menyatakan bahwa rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan diskhemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter. Teori iritasi mekanik menyatakan bahwa dibelakang serviks terletak ganglion servikalis (fleksus Frankenhauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin maka akan timbul kontraksi uterus. Pada teori Induksi partus (Induction of labour) dikatakan bahwa partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan memasang gagang laminaria, yaitu beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus Frankenhauser atau dengan melakukan



21



amniotomi atau pemecahan ketuban atau dapat pula dengan oksitosin drips, yaitu dengan pemberian oksitosin menurut tetesan per infus. c. Bidang Hodge Bidang-bidang Hodge ini dipelajari untuk menentukan sampai dimanakah bagian-bagian terendah janin turun dalam panggul dalam persalinan. (Prawirohardjo, 2016)



Tabel Penurunan Kepala (JNPKR, 2017)



22



d. Permulaan Terjadinya Persalinan Dengan penurunan hormon progesterone menjelang persalinan dapat terjadi kontraksi. Kontraksi otot rahim dapat menyebabkan turunnya kepala, masuk pintu atas panggul, terutama pada primigravida minggu ke 36 dapat menimbulkan sesak di bagian bawah diatas simphisis pubis dan sering ingin kencing atau susah kencing karena kandung kemih tertekan kepala. Perut lebih melebar karena fundus uteri turun. Perasaan sakit pada waktu his bersifat subyektif, tidak hanya tergantung pada intensitas his, tetapi tergantung pula pada keadaan mental ibu. Perasaan sakit pada his mungkin disebabkan oleh iskemia dalam korpus uteri tempat terdapat banyak serabut syaraf. Jika ibu hamil tahu apa yang sedang terjadi padanya, maka tidak ada rasa takut dan ia dapat menerima segala sesuatu yang terjadi dan yang akan terjadi. Ketenangan ini membuat perasaan sakit saat his hanya sedikit atau sama sekali tidak terasa. (Prawirohardjo, 2016). e. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan Menurut Mochtar (2015), proses persalinan seorang ibu di pengaruhi oleh 5 faktor atau sering di sebut 5 P, yaitu : 1)



Power (tenaga), yaitu yang meliputi his/kontraksi uterus, kontraksi otototot dinding perut, kontraksi diagfragma dan ligamentum action, terutama ligamentum rotundum.



2)



Passage (jalan lahir), yaitu keadaan jalan lahir yang terdiri dari bagian keras tulang-tulang dan bagian lunak yang terdiri dari otot-otot, jaringan dan ligamentum.



3)



Passenger (janin), yang meliputi turunnya kepala, fleksi, putaran paksi dalam, defleksi dan putaran paksi luar.



4)



Keadaan Psikologis ibu, yang terdiri atas : a) Penerimaan



pasien



atas



kehamilannya



(kehamilannya



yang



dikehendaki atau tidak dikehendaki) b) Penerimaan pasien terhadap jalannya perawatan antenatal 5)



Pertolongan persalinan, yaitu meliputi pengalaman dalam memimpin pesalinan, kesabaran dan pengertian penolong dalam menghadapi pasien, terutama terhadap primipara.



Sedangkan menurut (Fitramaya, 2018), faktor yang mempengaruhi persalian terdiri dari : 23



i.



Passage ( Jalan Lahir ) Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak, khusunya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatip kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.



ii.



Passenger ( Janin dan Plasenta ) Passager atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat iteraksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka ia dianggap juga sebagai bagian dari passager yang menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan normal.



iii.



Power ( Kekuatan ) Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi involunter dan volunteer secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi involunter disebut juga kekuatan primer, menandai dimulainya persalinan. Apabila servik berdilatasi, usaha volunter dimulai untuk mendorong, yang disebut kekuatan sekunder, dimana kekuatan ini memperbesar kekuatan kontraksi involunter. (Fitramaya, 2018)



f. Tanda-tanda Permulaan Persalinan Menurut sebenarnya, “bulannya”



Mochtar



beberapa atau



(2015),



minggu



“minggunya”



sebelum



sebelum atau



terjadinya



persalian



wanita-wanita



memasuki



“harinya”



yang



disebut



kala



pendahuluan. Hal tersebut memberikan tanda-tanda sebagai berikut : a. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas pangul terutama pada primi gravida. b. Perut kelihatan lebih melebar fundus uteri turun c. Perasaan sering atau susa kencig (polikisuri) d. Perasaan sakit diperut dan dipingang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus, kadang-kadang disebu “false labor pains” e. bercampur darah/ bloody show. 24



g. Tanda-tanda Persalinan Manuaba (2015) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang dapat menjadi tanda-tanda akan tejadinya persalinan. Berikut ini adalah tanda-tanda persalinan tersebut : a. Terjadinya His Persalinan His persalinan mempunyai sifat : 1) Pinggang terasa sakit 2) Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar 3) Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks 4) Makin beraktifitas (jalan) kekuatannya makin bertambah b. Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda) Dengan his persalinan pada serviks yang menimbulkan : 1) Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada servikalis lepas 2) Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah c. Pengeluaran cairan Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran



cairan.



Sebagian



pembukaan



lengkap.



Dengan



besar



baru



pecahnya



pecah



ketuban



menjelang diharapkan



persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam. (Manuaba, 2015) h. Tahapan Persalinan Menurut Mochtar (2015), tahapan proses persalinan terdiri dari 4 kala. Kala I ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show) karena serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka. Kala pembukaan dibagi 2 fase, yaitu fase latent dan fase aktif. Pada fase latent, lama pembukaan serviks berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm yang berlangsung dalam 78 jam. Sedangkan pada fase aktif berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 sub fase, yaitu : periode akselerasi yang berlangsung dalam 2 jam pembukaan



menjadi



4



cm,



periode



dilatasi



maksimal



(steady)



berlangsung selama 2 jam dimana pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm, periode deselerasi yang berlangsung lambat dalam waktu



25



2 jam dimana pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap. Fase-fase tersebut biasa dijumpai pada prigmigravida, sedangkan pada pada multigravida fase laten, fase aktif dan sub fasenya berlangsung dalam selang waktu lebih cepat. Pada prigmigravida berlangsung 13-14 jam, pada multigravida 6-7 jam. Kala II disebut juga kala pengeluaran janin, dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai dengan keluarnya bayi. Pada kala II, his menjadi lebih adekuat dan makin sering serta teratur. Dalam waktu 10 menit dapat 4 kali terjadi his yang lamanya 45 detik. Pada kala II kepala janin



sudah masuk pintu atas panggul



yang secara reflektoris



menimbulkan rasa mengedan. Ibu merasakan pula tekanan pada rectum seperti ingin buang air besar, perineum menonjol dan melebar dengan anus yang membuka. Labia membuka dan tidak akan masuk lagi jika tidak ada his, dengan adanya his kekuatan mengedan jadi lebih maksimal. Kepala janin dikelurkan dengan suboksiput di bawah simpisis. Lalu dahi dan dagu melewati perineum, his mulai ada lagi dan setelah itu keluarlah anggota badan dan tubuh bayi. Pada primipara kala II berlangsung selama 1,5-2 jam, pada multipara berlangsung selama 0,5-1 jam. Tanda dan gejala kala II adalah ibu merasakan ingin meneran bersamaan terjadinya kontraksi, ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan atau vagina, perineum menonjol, vulva vagina dan spingterani terlihat membuka dan peningkatan pengeluaran darah. Diagnosis kala II persalinan dapat ditegakkan atas dasar hasil pemeriksaan dalam yang menunjukkan pembukaan serviks telah lengkap atau terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina. Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Kontraksi uterus istirahat sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pelepasan dan mengeluarkan uri, maka dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong dalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simphisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir, pengeluaran plasenta biasanya disertai dengan pengeluaran darah +100-200 cc. Pada persalinan ini dilakukan manajemen aktif kala



26



III yang lebih singkat dan mengurangi jumlah kehilangan darah serta mengurangi terjadinya retensio plasenta. Manajemen aktif kala III terdiri dari tiga langkah utama yaitu pemberian suntikan oksitocyn 10 IU secara intra muscular, melakukan peregangan tali pusat terkendali dan rangsangan taktil (pemijatan/massage) fundus uteri. Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam postpartum. Setelah plasenta lahir kontraksi otot rahim keras sehingga pembuluh darah terjepit untuk proses menghentikan perdarahan. Kemudian melakukan observasi dan pengukuran cermat pada tekanan darah, nadi, pernafasan, kontraksi otot rahim. Perdarahan sering terjadi selama 2 jam pertama. i. Mekanisme Persalinan Mekanisme



persalinan



merupakan



gerakan



janin



dalam



menyesuaikan dengan ukuran dirinya dengan ukuran panggul saat kepala melewati panggul. Mekanisme saat ini sangat diperulkan engingat diameter paling besar dari panggul. a) Diameter kepala janin yang diperhatikan : 1) Diameter biparetal yaitu jarak antara dua parietal 2) Diameter suboccipito bregmatika jara antara pertemuan leher dan oksiput ke bregma (ubun-ubun besar 9.5 cm). 3) Diameter occipitofrontalis yaitu jarak dari oksiput ke sinsipital (11,5 cm). 4) Occipitomento yaitu jarak dari ubun-ubun kecil ke mentium (dahi) 12,5 cm-13,5 cm. 5) Submentobregmatik yaitu jarakpertemuan leher dan rahang bawah ke bregma 9,5 cm. b) Gerakan-gerakan janin dalam persalinan/gerakan cardinal adalah sebagai berikut : 1) Engangement Engangement



pada



primigravida



terjadi pada



bulan



terakhir kehamilan, sedangkan pada multi gravida dapat terjadi pada awal persalinan. Engangement adalah peristiwa ketika diameter biparietal melewati pintu atas panggul dengan sutura sagitalis melintang/oblik dalam jalan lahir dan sedikit fleksi. Masuknya kepala akan mengalami kesulitan bila saat masuk 27



kedalam panggul dengan sutura sagitalis dalam antero posterior. Jika



kepala



masuk



kedalam



pintu



atas



panggul



dengan



suturasagitalis melintang dijalan lahir, tulang parietal kana dan kiri sama tinggi, maka keadaan ini disebut sinklitismus. Kepala pada saat melewati pintu atas panggul dapat juga dalam



keadaan



dimana



sutura



sagitalis



lebih



dekat



ke



promontorium atau ke sympisis maka hal ini disebut asinklitismus. Ada dua macam asinklitismus yaitu asinklitismus posterior dan asinklitismus anterior. i. Asinklitismus Posterior Keadaan bila sutura sagitalis mendekati symfisis dan tulang parietal belakang lebih rendah dari pada tulang parital depan. Terjadi karena tulang parital depan tertahan oleh simfisis pubis sedangkan tulangparital belakang dapat turun dengan mudah karena adanya lengkungan sacrum yang luas. ii. Asinklitismus Anterior Yaitu



keadaan



bila



sutura



sagitalis



mendekati



promontorium dan tulang parietal depan lebih rendah dari tulang parietal belakang. Perubahan posterior



awal



kedalam



kepala keadaan



janin



dari



asinklitismus



asinklitismus



anterior



memudahkan mekanisme persalinan karena sesuia dengan keadaan



panggul



Engangement



dengan



dan



adanya



penurunan



lengkung



kepala



terjadi



sacrum. secara



simultan/bersamaan, tetapi untuk kepetingan pembelajaan dibahas secara terpisah. 2) Penurunan Kepala Dimulai sebelum onset persalinan/inpartu. Penuerunan kepala terjadi bersamaan dengan mekanisme lainnya. Kekuatan yang mendukung menurut Cuningham dalam buku Obstetri William yang diterbitkan tahun 2015 dan Ilmu kebidanan Varney 2012 : i.



Takanan langsung fundus pada bokong



ii.



Kontraksi otot-otot abdomen



28



iii.



Ekstensi dan pelurusan badan janin atau tulang belakang janin.



3) Fleksi Gerakan fleksi disebabkan karena janin terus didorong maju tetapi kepala janin terhambat oleh serviks, dinding panggul atau dasar panggul. Pada kepala janin, dengan adanya fleksi maka diameter oksipitofrontalis 12 cm berubah menjadi sub oksipitobregmatika 9 cm. Posisi dagu bergerak kearah dada janin. Pada pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil lebih jelas teraba dari pada ubun-ubun besar. 4) Rotasi Dalam/Putar Paksi Dalam Rotasi dalam atau putar paksi dalam adalah pemutaran bagian terendah janin dari posisi sebelumnya kearah depan sampai dibawah simpisis. Bila presentasi belakang kepala dimana bagian terendah janin adalah ubun-ubun kecil maka ubun-ubun kecil memutar kedepan sampai berada dibawah simpisis. Gerakan ini adalalah upaya kepada janin untuk menyesuaikan dengan bentuk jalan lahir yaitu bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul. Rotasi dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala. Rotasi ini terjadi setelah kepala melewati Hodge III (setinggi spina) atau setetelah didasar panggul. Pada pemeriksaan dalam ubunubun kecil mengarah ke jam 12. Sebab-sebab terjadinya putar paksi dalam yaitu: i.



Bagian terendah kepala adalah bagian belakang kepala pada letak fleksi.



ii.



Bagian belakang kepala mencari tahanan yang paling sedikit yang disebelah depan atas yaitu hiatus genitalis antara muskulus levator ani kiri dan kanan.



5) Ekstensi Gerakan ekstensi merupakan gerakan dimana oksiput berhimpit langsung pada margo inferior simpisi pubis. Penyebab dikarenakan sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul



mengarah



kedepan



dan



atas,



sehingga



kepala



menyesuaikan dengan cara ekstensi agar dapat melaluinya. Pada saat kepala janin mencapai dasar panggul tidak langsung



29



terekstensi, akan tetap terus didorong kebawah sehingga mendesak ke jaringan perineum. Pada saat itu ada dua gaya yang mempengaruhi, yaitu: a) Gaya dorong dari fudus uteri kearah belakang. b) Tahanan dasar pangul dan simpisis kearah depan. c) Hasil kerja dari dua gaya tersebut mendorong kevulva dan terjadilah ekstensi. Gerakan



ekstensi



ini



mengakibatkan



bertambahnya



penegangan pada perineum dan intreitus vagina. Ubun-ubun kecil semakin banyak terlihat dan sebagai hypomochlion atau pusat pergerakan maka berangsur-angsur lahirlah ubun-ubun kecil, ubun-ubun besar, dahi, mata, hidung mulut dan dagu. Pada saat kepala sudah lahir seluruhnya, dagu bayi berada diatas anus ibu. 6) Rotasi Luar/Putar Paksi Luar Terjadi



gerakan



rotasi



luar



atau



putar



paksi



luar



dipengaruhi oleh factor-faktor panggul, sama seperti rotasi dalam. Merupakan gerakan memutar ubun-ubun kecil kearah punggung janin, bagian belakang kepala berhadapan dengan tuber iskhiadikum kanan atau kiri, sedangkan muka janin menghadap salah satu paha ibu. Bila ubun-ubun kecil pada mulanya disebelah kiri maka ubun-ubun kecil akan berputar kearah kiri, bila pada mulanya ubun-ubun kecil disebelah kanan maka ubun-ubun kecil berputar ke kanan. Sutura sagitalis kembali melintang. 7) Ekspulsi Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi sebagai hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian setelah kedua bahu lahir disusul lahirlah trochanter depan dan belakang sampai lahir janin seluruhnya. Gerakan kelahiran bahu depan, bahu belakang, badan seluruhnya.



30



j. Langkah APN 1)



Mendengar dan melihat tanda kala II persalinan



2)



Pastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksanakan komplikasi segera pada ibu dan bayi baru lahir.



3)



Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan.



4)



Melepaskan dan meyimpan semua perhiasan yang di pakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih dan mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang kering dan bersih.



5)



Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam.



6)



Masukan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung DTT atau steril dan pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).



7)



Membersihkan vulva dan perineum menyeka nya dengan hati-hati dari anterior (depan) ke posterior (belakang) menggunakan kapas atau kassa yang di basahi dengan air DTT.



8)



Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap



9)



Dekontaminasi sarung tangan celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %, lepaskan sarung tangan secara terbalik dan rendam dalam klorin 0,5 % selama 10 menit cuci kedua tangan setelah sarung tangan di lepaskan.



10) Periksa DJJ setelah kontraksi uterus mereda untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit) 11) Memberitahukan ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik membantu ibu berada posisi yang nyaman sesuai keinginan nya. 12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran. (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan dia merasa nyaman). 13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran .



31



14) Anjurkan ibu untuk jalan, jongkok dan miring kiri atau miring kanan jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran. 15) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi sudah berdiameter 5-6cm. 16) Meletakkan kain yang bersih di lipat satu pertiga bagian, di bawah bokong ibu. 17) Membuka partus set. 18) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada dua tangan. 19) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,lindungi perineum dengan satu tangan yang di lapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak mengahambat kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala lahir. 20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan proses kelahiran bayi. 21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan. 22) Setelah kepala bayi melakukan putaran paksi luar tempatkan kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menarik nya kearah bawah dan kearah keluar hingga bahu anterior muncul ke bawah arkus pubis dan kemudian lengan lembut menarik keaarah ats dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior. 23) Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah kea rah perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat di lahirkan. Menggunakan tangan anterior untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir 24) Setelah tubuh dari lengan lahir menelususrkan tangan yang ada di atas dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangga nya saat panggul dari kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati dan membantu kelahiran kakai.



32



25) Menilai bayi dengan cepat kemdian meletakkan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan). 26) Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian pusat. 27) Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir (janin tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gemeli). 28) Beritahu ibu bahwa ia akan di suntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik. 29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 IU secara IM di sepertiga paha kanan luar ibu. 30) Setelah 2 menit sejak bayi (cukup bulan) lahir, pegang tali pusat dengan satu tangan pada sekitar 5 cm dari pusat dan geser hingga 3 cm proksimal dari pusat bayi. Klem tali pusat pada titik tersebut kemudian tahan klem pada posisinya, gunakan jari telunjuk dan tangan lain untuk mendorong



isi



tali



pusat



kearah



ibu



(sekitar 5 cm) dan klem tali pusat sekitar 3 cm distal dari klem pertama. 31) Pengikatan dan pemotongan tali pusat. 32) Letakkan bayi secara tengkurap di dada ibu dengan cara skin to skin. 33) Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva 34) Letakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (diatas simfisis), untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem untuk menegangkan tali pusat. 35) Setelah uterus berkontraksi tegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan lain mendorong uterus kearah belakang- atas (droso kranial) secara berhati-hati (mencegah inversion uteri). Jika plasenta



tidak



lahir



setelah



30-40



detik,



hentikan



peregangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi kembali prosedur di atas 36) Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus ke arah dorsi kranial ternyata di ikuti dengan pergeseran tali pusat kea rah



33



distal maka lanjutkan dorongan kearah kranial hingga plasenta dapat di lahirkan. 37) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan pada wadah yang telah di sediakan. 38) Segera setelah palsenta dan selaput lahir, lakukan masase uterus, letakkan tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut sehingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras) 39) Periksa kedua sisi plasenta pastikan telah di lahiran lengkap. Masukan plasenta ke dalam kantung plastic atau tempat khusus. 40) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi yang luas dan menimbulkan perdarahan. 41) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidka terjadi perdarahan pervaginam. 42) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5 %, bersihkan noda darah dan cairan tubuh, lepaskan secara terbalik dan rendam tangan dalam larutan klorin 0,5



%



selama



10



menit.



Cuci



tangan



dengan



sabun



dan air bersih mengalir keringkan tangan dengan tissue atau handuk. 43) Pastikan kandung kemih kosong 44) Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase uteus dan menilai kontraksi . 45) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah. 46) Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik. 47) Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40 – 60 x/menit) . 48) Menempatkan peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05, % untuk dekontaminasi dalam waktu 10 menit, cuci dan bilas setelah dekontaminasi. 49) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat yang sesuai.



34



50) Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan menggunakan air DTT berishkan cairan ketuban lender dan darah di ranjang atau sekitar ibu. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering. 51) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkannya. 52) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5 % 53) Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5 %, balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit 54) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang kering. 55) Pakai



sarung



tangan



bersih



atau



DTT



untuk



melakukan



pemeriksaan fisik bayi. 56) Dalam satu jam pertama, beri salep mata atau tetes mata profilaksi infeksi, vit K I mg secara IM di sepertiga paha luar kiri bayi. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pernafasn bayi (normal 40-60 x/m) dan termperatur tubuh (36,5 – 37,5). 57) Setelah 1 jam pemberian vit K berikan suntikan imuninassi hepatitis B di sepertiga paha luar kanan bayi. Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat di susukan. 58) Lepaskan sarung tangan secara terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. 59) Cuci kedua tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir kemudian keringkan dengan tisuus atau handuk. 60) Lengkapi pertograf (halaman depan dan belakang, periksa tanda vital dan asuhan kala IV peralinan).(JNPK-KR, 2012) k. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Inisiasi menyusu dini adalah proses menyusu ukan menyusui, yang merupakan gambaran bahwa inisiasi menyusu dini bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif sendiri menemukan puting susu ibu. Setelah lahir bayi belum menunjukan kesiapannya untuk menyusu, reflek menghisap bayi timbul setelah 20-30 menit setelah lahir. Bayi



35



menunjukan kesiapan untuk menyusu 30-40 menit setelah lahir.(Roesli 2012) Segera setelah lahir, bayi lahir dan tali pusat di ikat letakan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung ke kulit ibu. Biarkan kontak kulit berlangsung setidaknya 1 jam atau lebih, bahkan sampai bayi dapat menyusui sendiri. Bayi di beri topi dan di selimuti. Ayah atau keluarga dapat memberi dukungan dan membantu ibu selama proses ini. Ibu di beri dukungan untuk mengenali saat bayi siap untuk menyusu, menolong bayi bila di perlukan (JNPK-KR, 2012).



2. ASUHAN PERSALINAN



Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang memadai



selama persalinan dengan upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi dimasukkan sebagai bagian dari persalinan bersih dan aman, termasuk hadirnya keluarga/orang yang memberi dukungan bagi ibu. a. Penanganan dan Asuhan Kebidanan Kala I 1) Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan, dan kesakitan: a)



Berilah dukungan dan yakinkan dirinya,



b)



Berikan



informasi



mengenai



proses



dan



kemajuan



persalinannya, c)



Dengarkan



keluhannya



dan cobalah



untuk



Icbih



scnsitif



terhadap perasaannya. 2) Jika ibu tersebut tampak kesakitan, dukungan/asuhan yang dapat diberikan: a)



Lakukan perubahan posisi,



b)



Posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu ingin di tempat tidur sebaiknya dianjurkan tidur miring ke kiri,



c)



Sarankan ibu untuk berjalan,



36



d)



Ajaklah orang yang menemaninya (suami atau ibunya) untuk memijat atau menggosok



punggungnya atau



membasuh



mukanya di antara kontraksi, e)



Ibu



diperbolehkan



melakukan



aktivitas



sesuai



dengan



kesanggupannya, f)



Ajarkan kepadanya teknik bernapas: ibu diminta untuk menarik napas



panjang,



menahan



napasnya



sebentar



kemudian



dilepaskan dengan cara meniup udara ke luar sewaktu terasa kontraksi, 3) Jika diperlukan, berikan petidin 1 mg/kg BB (tetapi jangan melebihi 100 mg) I.M. atau I.V. secara perlahan atau morfin 0,1 mg/kg BB I.M., atau tramadol 50 mg per oral atau 100 mg supositoria atau metamizol 500 mg per oral. 4) Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, antara lain menggunakan penutup atau tirai, tidak menghadirkan orang lain tanpa sepengetahuan dan seizin pasien/ibu. 5) Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang serta



prosedur



yang



akan



dilaksanakan



dan



terjadi



hasil-hasil



pemeriksaan. 6) Membolehkan



ibu



untuk



mandi



dan



membasuh



sekitar



kemaluannya setelah buang air kecil/besar. 7) Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat, atasi dengan cara: a) Gunakan kipas angin atau AC dalam kamar, b) Menggunakan kipas biasa, c) Menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya. 8) Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi, berikan cukup minum. 9) Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin. b. Penanganan dan Asuhan Kebidanan Kala II 1) Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu dengan: a) Mendampingi ibu agar merasa nyaman, b) Menawarkan minum, mengipasi, dan memijat ibu. 2) Menjaga kebersihan diri:



37



a) Ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar dari infeksi, b) jika ada darah lendir atau cairan ketuban segera dibersihkan. 3) Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan bagi ibu. Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu, dengan cara: a) Menjaga privasi ibu, b) Penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan, c) Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan keterlibatan ibu. 4) Mengatur posisi ibu. Dalam membimbing mengedan dapat dipilih posisi berikut: a) Jongkok, b) Menungging, c) Tidur miring d) Setengah duduk. Posisi tegak ada kaitannya dengan berkurangnya rasa nyeri, mudah mengedan, kurangnya trauma vagina dan perineum dan infeksi. 5) Menjaga kandung kemih tetap kosong, ibu dianjurkan berkemih sesering mungkin. 6) Memberikan cukup minum: memberi tenaga, dan mencegah dehidrasi. 7) Memimpin mengedan jika ada his dan menganjurkan ibu menarik nafas jika his mereda. Bernafas selama persalinan untuk menjaga agar perineum meregang pelan dan mengontrol lahirnya kepala serta mencegah



robekan.



Pemantauan



denyut



jantung



janin



untuk



memastikan janin tidak mengalami bradikardi(< 120). Melahirkan bayi yaitu menolong kelahiran kepala, periksa tali pusat, dan melahirkan bahu dan seluruh anggota tubuh. Kemudian bayi dikeringkan dan dihangatkan dari kepala sampai seluruh tubuh agar tidak terjadi hipotermi c. Penanganan dan Asuhan Kebidanan Kala III 1) Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan plasenta: a) Oksitosin dapat diherikan dalam 2 menit setelah kelahiran bayi.



38



b) Jika oksitosin tidak tersedia, rangsang puting payudara ibu atau susukan



bayi



guna



menghasilkan



oksitosin



alamiah



atau



memberikan ergometrin 0,2 mg I.M. 2) Lakukan



Penegangan



Tali



pusat



Terkendali



atau



PTT



(CCT/Controled Cord Traction) dengan cara: a)



Satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat di atas simfisis pubis. Selama kontraksi tangan mendorong korpus uteri dengan gerakan dorso kranial - ke arah belakang dan ke arah kepala ibu.



b)



Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem 5-6 cm di depan vulva.



c)



Jaga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya kontraksi kuat (2-3 menit).



d)



Selama kontraksi, lakukan tarikan terkendali pada tali pusat yang terus menerus, dalam tegangan yang sama dengan tangan ke uterus.



3) PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi. Tangan pada uterus merasakan kontraksi, ibu dapat juga



memberi



petugas ketika ia merasakan kontraksi. Ketika uterus



tahu sedang



tidak berkontraksi, tangan petugas dapat tetap berada



pada



uterus, tetapi bukan melakukan PTT. Ulangi langkah-langkah PTT pada setiap kontraksi sampai plasenta terlepas. 4) Begitu plasenta terasa lepas, keluarkan dengan menggerakkan tangan atau klem pada tali pusat mendekati plasenta, keluarkan plasenta dengan gerakan ke bawah dan ke atas sesuai dengan jalan lahir. Kedua tangan dapat memegang plasenta dan perlahan memutar plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban. 5) Segera setelah plasenta dan selaputnya dikeluarkan, masase fundus agar menimbulkan kontraksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran



darah



dan



mencegah



persalinan.



39



perdarahan



pasca



d. Penanganan dan Asuhan Kebidanan Kala IV 1) Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20 - 30 menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat, masase uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi, otot uterus akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan



perdarahan. Hal ini



dapat mengurangi kehilangan darah dan mencegah perdarahan pasca persalinan. 2) Periksa tekanan darah, nadi, kantung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua. 3) Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu makanan dan minuman yang disukainya. 4) Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering. 5) Biarkan ibu beristirahat - ia telah bekerja keras melahirkan bayinya. Bantu ibu pada posisi yang nyaman. 6) Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi, sebagai permulaan dengan menyusui bayinya. 7) Bayi sangat siap segera setelah kelahiran. Hal ini sangat tepat untuk memulai



memberikan



ASI.



Menyusui



juga



membantu



uterus



berkontraksi. 8) Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun, pastikan ibu dibantu karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan. Pastikan ibu sudah buang air kecil dalam 3 jam pasca persalinan. 9) Ajari ibu atau anggota keluarga tentang: a) Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi, b) Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi. (Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2014) 3. PARTOGRAF Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Pencatatan partograf dimulai sejak fase aktif persalinan. Tujuan Utama dari pengguanaan partograf adalah untuk :



a.Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan secara normal. 40



b.



Mendeteksi apakah proses persalian berjalan secara normal



c.Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan ashuan atau tindakkan yang diberikan dimana semua dicatat dengan rinci pada status. Partograf harus digunakan untuk semua ibu dalam fase aktif kala I dan merupakan elemen penting dari asuhan persalinan, Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat, Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya. Pencatatan selama fase aktif persalinan halaman depan partograf menginstruksikan



observasi



dimulai



pada



fase



aktif



persalinan



dan



menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan, yaitu : a. Inforamsi ibu tentang nama, umur, gravida, para, abortus, nomor catatan medik/no puskesmas, tanggal dan waktu mulai di rawat,(atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu), dan waktu pecahnya selaput ketuban. b. Kondisi janin yang dicatat adalah DJJ warna dan adanya air ketuban, penyusupan (molase) kepala janin. c. Kemajuan persalinan yang dicatat adalah pembukaan serviks, penurunan bagian terbawah atau presentasi janin dan garis waspada serta garis bertindak. d. Jam dan waktu, waktu mulainya fase aktif persalinan dan waktu aktual saat pemeriksaan dan penilaian. e. Kontraksi uterus yang dicatat adalah prekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit dan lama kontraksi dalam detik 41



f. Obat-obatan dan cairan yang diberikan seperti oksitosin, dan obat-obatan secara IV g. Kondisi ibu yaitu nadi, tekanan darah, suhu, volume urin, dan protein urin. (Kemenkes RI, 2008) Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara saksama yaitu:



a. Setiap setengah jam : DJJ, Frekuensi dan Lamanya kontraksi uterus dan Nadi



b. Setiap 4 jam : Pembukaan servik, penurunan, tekanan darah dan temperatur tubuh, serta produksi urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jam. ( Kemenkes RI, 2015) Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran bayi, serta tindakantindakan yang dilakukan sejak kala I hingga kala IV dan bayi baru lahir. (Kemenkes RI, 2014)



42



C. ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR



1.



BAYI BARU LAHIR a. Pengertian bayi baru lahir



Pengertian Bayi Baru Lahir Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru lahir mengalami proses kelahiran, berusia 0 - 28 hari, BBL memerlukan



penyesuaian



fisiologis



berupa



maturase,



adaptasi



(menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan (ekstrauterain) dan toleransi bagi BBL utuk dapat hidup dengan baik (Marmi dkk, 2015). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir pada usia kehamilan genap 37-41 minggu, dengan presentasi belakang kepala atau letak sungsang yang melewati vagina tanpa memakai alat. (Tando, Naomy Marie, 2016). Menurut Sarwono (2016) dalam buku Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38-42 minggu denganberat badan sekitar 25003000gram dan panjang badan sekitar 50-55 cm. Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai APGAR >7 dan tanpa cacat bawaan (Muslihatun, 2010). Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari) sesuai kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7-28 hari (Muslihatun, 2010). Umumnya bayi baru lahir akan dianggap sehat bila langsung menangis saat lahir. Seluruh tubuhnya tampak kemerahandan tidak terlihat pucat atau biru. Selain itu, bayi memiliki gerakan yang aktif dan bisa menetek dengan kuat. Selain itu berat bayi sehat minimal 2,5 kg (Ronald, 2011). Bayi baru lahir dengan berat badan 2500 gram sampai dengan 4000 gram dengan masa kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu. Bayi baru lahir dengan usia 0-7 hari disebut neonatal dini, sedangkan 0-28 hari disebut neonatal lanjut (Sari dan Rimandini, 2014). b. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir 1)



Lahir aterm antara 37-42 minggu



2)



Berat badan 2500-4000 gram.



3)



Panjang badan lahir 48-52 cm



43



4)



Lingkar dada 30-38 cm.



5)



Lingkar kepala 33-35 cm .



6)



Lingkar lengan 11-12 cm



7)



Bunyi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180×/menit, kemudian menurun sampai 120-160×/menit.



8)



Pernafasan pada menit-menit pertama kira-kira 80x/menit, kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40-60×/menit



9)



Kulit kemerah- merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup terbentuk dan diliputi vernix caseosa,



10) Kuku panjang 11) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna 12) Genitalia : labia mayora sudah menutupi labia minora (pada perempuan), Testis sudah turun (pada laki-laki). 13) Nilai APGAR >7. Gerak aktif 14) Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik. 15) Refleks moro sudah baik: bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan gerakan seperti memeluk. 16) Refleks grasping sudah baik: apabila diletakkan suatu benda diatas telapak tangan, bayi akan menggengam / adanya gerakan refleks. 17) Refleks rooting/mencari puting susu dengan rangsangan tektil pada pipi dan daerah mulut sudah terbentuk dengan baik. 18) Eliminasi baik: urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan (Saleha, 2012) c. Pelayanan Kesehatan Neonatus. Pelayanan kesehatan neonates menurut kemenkes RI, (2015) adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada neonates sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir. 1) Kunjungan neonates ke-1 (KN I) dilakukan 6-48 jam setelah lahir, dilakukan pemeriksaan pernapasan, warna kulit gerakan aktif atau tidak, ditimbang, ukur panjang badan, lingkar lengan, lingkar dada, pemberian salep mata, vitamin K1, Hepatitis B, perawatan tali pusat dan pencegahan kehilangan panas bayi.



44



2) Kunjungan neonates ke-2 (KN 2) dilakukan pada hari ke-3 sampai hari ke-7 setelah lahir, pemeriksaan fisik, melakukan perawatan tali pusat, pemberian ASI eksklusif, personal hygiene, pola istirahat, keamanan dan tanda-tanda bahaya. 3) Kunjungan neonates ke-3 (KN 3) dilakukan pada hari ke-8 sampai hari ke-28 setalah lahir, dilakukan pemeriksaan pertumbuhan dengan berat badan, tinggi badan dan nutrisinya. d. Tanda-Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir Tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir harus diwaspadai, dideteksi lebih dini untuk segera dilakukan penanganan agar tidak mengancam nyawa bayi. Tanda-tanda bahaya baru lahir yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir, yaitu: a. Pernafasan sulit atau lebih dari 60 kali per menit, terlalu panas > 38°C atau terlalu dingin < 36,5°C. b. Warna kulit atau bibir biru pucat, memar atau sangat kuning. c. Hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah. d. Tali pusat terlihat merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau busuk, pernafasan sulit. e. Tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua, ada lendir atau darah pada tinja. f. Aktivitas menggigil atau menangis tidak biasa, 20 sangat mudah tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang, tidak bisa tenang, menangis terus menerus (Muslihatun, 2008).



e. Reflek-reflek Pada Bayi Baru Lahir Bayi baru lahir mempunyai reflek-reflek yang merupakan dasar bagi bayi untuk mengadakan reaksi dan tindakan aktif . Reflek bersifat sementara dan menghilang setelah berumur 4-6 bulan. Macam-macam reflek adalah Reflek moro adalah reflek peluk, reflek terkejut, anak mengembangkan tangan kesamping lebar-lebar, melebar kejarijari lalu dengan tarikan cepat seakan memeluk seseorang. Reflek tonik neck



45



adalah reflek otot leher, anak akan mengangkat leher dan menoleh kekanan, kekiri jika ditemukan posisi tengkurap. Reflek rooting adalah reflek mencengkeram yang timbul karena stimulasi taktil pada pipi dan daerah mulut, anak beraksi memutar kepala seakan mencari puting susu. Reflek sucking adalah reflek untuk menghisap dan menelan



atau



reflek



oral.



Reflek



grasping



ialah



reflek



untuk



menggenggam.Reflek babinsky adalah rangsangan pada telapak kaki, ibu jari akan bergerak keatas dan jari-jari membuka. Sedangkan reflek stapping adalah reflek untuk melangkah, jika bayi dibuat posisi berdiri akan ada gerakan spontan melangkah kedepan walau belum bisa berjalan. (Saifuddin, 2014)



2. Perubahan Berat Badan pada Neonatus



a. Perubahan Berat Badan pada Neonatus Berat badan merupakan gambaran status nutrisi secara umum. Neonatus yang baru lahir akan ditimbang dalam beberapa menit setelah kelahiran. Hasil dari pengukuran berat badan ini yang menjadi dasar untuk memantau perubahan berat badan selama masa neonatus. Perubahan berat badan selama masa neonatus terjadi akibat perpindahan cairan dari intraseluler menuju ekstraseluler. Peningkatan cairan ekstraseluler pada neonatus menyebabkan diuresis garam dan air dalam 48-72 jam pertama. Pengeluaran cairan ekstraseluler yang berlebihan mengakibatkan penurunan berat badan fisiologis pada minggu pertama kehidupan. Kehilangan cairan pada neonatus harus diimbangi dengan pemberian nutrisi yang mencukupi untuk mencegah kondisi dehidrasi ataupun kekurangan kalori. Persentase perubahan berat badan dari berat badan lahir merupakan indikator kecukupan makan. Penurunan berat badan berlebihan biasanya disebabkan oleh adanya asupan nutrisi yang tidak adekuat sebagai akibat dari pasokan susu tidak mencukupi atau pemberian susu tidak efektif. Menurut Buku Pedoman Praktek Klinis (2017) penurunan berat badan fisiologis terjadi saat neonatus usia 5 - 7



46



hari dan berat badan bertambah pada usia 12 – 14 hari. Penurunan berat badan yang lebih dari 10% dari berat lahir menjadi perhatian khusus. Meskipun beberapa pola penurunan berat badan sudah ada dalam literatur, namun masih kurangnya indikator morbiditas dan mortalitas yang terkait dengan persentase dari berat yang hilang selama dua minggu pertama postpartum. (JNPK-KR, 2012). b. Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Berat Badan



1) Pemberian ASI ASI adalah nutrisi alami yang terbaik untuk neonatus yang berasal dari ibu. Kandungan nutrisi di dalam ASI selalu berubah sesuai dengan kebutuhan perkembangan neonatus. ASI merupakan nutrisi yang paling aman dari bakteri dan selalu diprodusi sehingga merupakan nutrisi yang fresh untuk neonatus. Nutrisi yang terkandung dalam ASI lebih mudah diabsorbsi daripada susu formula. ASI mengandung



faktor



pertumbuhan



yang



dapat



membantu



perkembangan otak dan sistem gastrointestinal. ASI juga mengandung faktor imun yang dapat meningkatkan imunitas pada neonatus. The American Academy of Pediatrics merekomendasikan ASI sebagai nutrisi tunggal neoatus selama 6 bulan pertama atau yang sering disebut dengan istilah ASI eksklusif. Kecukupan ASI mempengaruhi perubahan berat badan pada neonatus. Penurunan berat badan pada neonatus yang diberi ASI lebih tinggi dibandingkan dengan susu formula. Tanda kecukupan ASI dapat dilihat pada neonatus dan pada ibu antara lain:



1) Pada neonates a) Neonatus menyusu 8-12 kali dalam 24 jam. b) Neonatus melekat dengan benar pada setiap payudara dan menghisap secara teratur selama minimal 10 menit pada setiap payudara.



c) Neonatus akan tampak puas setelah menyusu dan seringkali tertidur pada saat menyusu, terutama pada payudara yang kedua.



d) Feses berwarna kekuningan dengan butiran-butiran berwarna 47



putih susu diantaranya (seedy milk) selama 4-5 hari pertama.



e) Frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali sehari. f) Frekuensi buang air kecil lebih dari 6 kali dalam sehari. 2) Pada Ibu a) Produksi ASI akan berlimpah pada hari ke-2 sampai hari ke-4 setelah melahirkan, nampak dengan payudara bertambah besar, berat, lebih hangat dan seringkali ASI menetes dengan spontan.



b) Puting payudara terasa sakit pada hari-hari pertama menyusui. Apabila sakit ini bertambah dan menetap 5-7 hari, lebih-lebih apabila disertai lecet, hal ini merupakan tanda neonatus tidak melekat dengan baik saat menyusu.



c) Setelah 2-3 minggu, ibu sebaiknya memperhatikan sensasi yang berhubungan dengan milk ejection dan milk let-down reflex. Payudara terasa kencang saat susu mengalir. Ketika milk ejection terangsang, neonatus mulai menghisap susu, dan susu akan menetes dari payudara lain. Mendengar tangisan neonatus dapat menyebabkan milk



let-down



reflex.



Pemberian



ASI



yang



tidak



adekuat



meningkatkan resiko kekurangan intake kalori, dehidrasi akibat menurunnya



volume



cairan,



dan



menurunnya



motilitas



gastrointestinal. Selama minggu pertama kehidupan postnatal, ketika volume ASI yang diproduksi tidak sebanding dari total kehilangan cairan, neonatus cinderung mengalami kehilangan berat badan sekitar 5% sampai 8%. Penurunan berat badan yang berlebihan merupakan salah satu indikator ketidakcukupan ASI, baik produksi ASI maupun proses pemberian ASI kepada neonatus. (Suherni, dkk. 2009). b. Masa Gestasi Neonatus yang lahir cukup bulan mempunyai sistem fisiologis tubuh yang berbeda dengan neonatus yang lahir preterm. Pada neonatus preterm, kuantitas dari IWL yaitu kehilangan cairan melalui evaporasi kulit dan saluran pernapasan lebih tinggi dibanding pada neonatus yang lahir aterm. Selain itu, neonatus yang lahir preterm memiliki



komponen



ekstraseluler



yang



lebih



besar



sehingga



menyebabkan diuresis yang lebih besar pada neonatus preterm. Hal inilah yang menyebabkan neonatus yang lahir preterm mengalami 48



penurunan berat badan yang lebih tinggi dibanding neonatus yang lahir aterm. Pada neonatus yang lahir cukup bulan, penurunan berat badan kurang dari 10% dari berat badan lahir. Sedangkan pada neonatus yang lahir kurang bulan, penurunan dapat terjadi hingga 15%. c. Ekskresi neonates Ekskresi cairan pada neonatus dapat melalui ginjal dan sistem gastrointestinal. Neonatus kehilangan 40% - 50% masukan cairan lewat urin dan 3% - 10% melalui feses. Neonatus juga dapat kehilangan cairan tambahan melalui sistem respirasi dan evaporasi melalui kulit yang disebut dengan IWL. Evaporasi melalui kulit berkontribusi 70% dari total IWL dan sistem respirasi sebesar 30% dari total IWL. Ekskresi cairan ini mempengaruhi volume komponen cairan tubuh yang berpengaruh terhadap perubahan berat badan. Pada neonatus preterm, evaporasi pada kulit lebih besar daripada neonatus aterm sehingga perubahan berat badan yang terjadi lebih besar. c. Defekasi Defekasi merupakan suatu proses evakuasi tinja dari dalam rektum, yaitu bahan yang tidak digunakan lagi dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Proses defekasi berawal dari adanya mass movement dari kolon desenden yang mendorong feses ke dalam rektum. Mass movement timbul lebih kurang 15 menit setelah makan dan hanya terjadi beberapa kali sehari. Adanya tinja di dalam rektum menyebabkan peregangan rektum dan pendorongan tinja ke arah sfingter ani. 1) Fisiologi Defekasi pada Neonatus Pada neonatus perkembangan fungsi dan struktur anorektal bertambah sesuai umur. Rektum bertambah panjang disertai dengan tumbuhnya katup rektal dan sudut anorektal. Terdapat variasi waktu terjadinya perkembangan reflek inhibitor rektoanal. Pada kontrol volunter, distensi rektal akan dengan cepat menyebabkan hilangnya aktivitas elektrik dan tonus dari spincter ani eksternal. Defekasi pada neonatus diawali dengan keluarnya mekoneum. Mekoneum adalah tinja yang berwarna hitam, kental dan lengket



49



yang merupakan campuran sekresi kelenjar intestinal dan cairan amnion. Pada keaadaan normal, mekoneum akan keluar 36 – 48 jam pertama setelah lahir sebanyak 2- 3 kali per hari Tabel 2. Pola defekasi pada neonatus Pola



Waktu



Kandungan



defekasi Mekoneum



Keterangan



Gambara n



24 – 48



Cairan amnion



klinis Warna hitam



jam



dan



atau hijau tua,



pertama



kandungannya,



sangat



sel mukosa yang



lengket



Bila mekoneum belum keluar >



terlepas,



24 jam kadang darah



diperlukan



dari vagina ibu



pengawas



atau dari



an lebih



perdarahan



lanjut



saluran cerna minor Tinja



2- 3 hari



transisional setelah pemberia



Mekoneum



Coklat



Tidak berlanjut



Butiran



kehijauan,



setelah hari ke



susu



seperti



4



pasta, lebih



-7



n minum



tidak lengket dibandingka n mekoneum Tinja susu / 4 – 7 hari



Butiran susu :



milk stool



Mengandung



terjadi setiap



pemberian



yang mendapat whey yang tinggi ASI berwarna



minum



; lunak



neonatus selesai menyususi;



setelah



50



Tinja neonatus Defekasi dapat



kuning. Tinja



tinja Dibandingkan



pada neonatus susu yang tipis/



tinja pada



dengan susu



sedikit – sedikit



neonatus yang



formula



merupakan



Mendapatkan



berwarna lebih petunjuk bahwa



susu formula



pucat sampai



neonatus lebih



coklat muda,



banyak



dengan



mengkonsumsi



konsistensi



hindmilk



yang lebih liat. dibandingkan foremilk 2) Faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Defekasi a) Umur Frekuensi defekasi per hari pada bulan pertama kehidupan secara bermakna lebih tinggi dibandingan usia selanjutnya.33-35 Bayi baru lahir umumnya mempunyai aktivitas laktase yang belum optimal sehingga kemampuan menghidrolisis laktosa dalam ASI dan susu formula terbatas. Keadaan ini meyebakan peningkatan tekanan osmolaritas di dalam lumen usus halus yang meningkatkan frekuensi defekasinya.Namun, semakin bertambahnya umur kapasitas waterconserving usus semakin matang sehingga frekuensi defekasi semakin menurun. Tabel 3. Penelitian Frekuensi defekasi pada neonatus sehat Penulis



Umur subyek



Rentang



Mean



frekuensi



frekuensi



BAB/hari



BAB/hari



Nyhan (1952 )



Neonatus baru lahir



1–9



4



Colon &



Neonatus baru lahir



2–5



-



Jacobs (1977)



51



Lemoh &



1 minggu



-



4



broke ( 1979 )



8 – 28 hari



-



2,2



1 – 12 bulan



-



1,8



13 – 24 bulan



-



1,7



b) Pemberian ASI Beberapa penelitian yang membandingkan pola defekasi pada neonatus yang mendapat ASI dan susu formula pada umumnya memfokuskan perhatian pada bulan bulan – bulan pertama kehidupan, dan hasil yang dilaporkan menunjukkan neonatus yang mendapat ASI memiliki frekuensi defekasi yang lebih sering dibandingkan dengan neonatus yang mendapatkan susu formula. Hal ini secara umum dapat dijelaskan dengan adanya peningkatan gastric inhibitor polypeptide, motilin, neurotensin, dan vasoaktive intestinal peptide pada neonatus yang mendapatkan susu formula dibandingkan dengan neonatus yang mendapatkan ASI. Selain itu ASI kaya dengan protein dan oligosakarida yang tidak dapat dicerna, sehingga dapat meningkatkan volume, osmolaritas dan akhirnya dapat meningkatkan defekasi. Frekuensi menyusui yang sering akan menyebabkan stimulasi reflek gastrokolik dan frekuensi defekasi yang lebih sering c) Masa Gestasi Kematangan organ pada neonatus dipengaruhi oleh masa gestasi. Pada usia kehamilan 27 dan 30 minggu, usus halus menunjukkan pola motilitas yang tidak teratur dan menjadi pola yang lebih matang pada umur kehamilan 33 sampai 34 minggu dimana terdapat kompleks migrasi mioelektrik. Perubahan pada motilitas sistem gastrointestinal mempengaruhi frekuensi feses. d) Motilitas Gastrointestinal Molitilitas organ saluran cerna diatur oleh input dari miogenik, neural dan neuroendokrin. Beberapa faktor yang mempengaruhi motilitas saluran cerna antara lain aktivitas listrik otot polos gastrointestinal, kontraksi otot, sistem syaraf, neurotransmitter dan



52



hormon yang disekresi oleh neuron – neuron enterik yang berpengaruh terhadap motilitas gastroitestinal. Hormon motilin adalah suatu hormon polipeptida yang disekresi oleh sel enterokromatin usus, terbukti dapat membantu meningkatkan motilitas usus sehingga meningkatkan pola frekuensi defekasi. Motilin pada oang dewasa, diproduksi oleh sel endokrin yang berada di atas usus halus. Hormon ini berperan pada pemendekan waktu transit di usus



halus.



Kadar



motilin



plasma



akan



meningkat



setelah



mendapatkan diet secara enteral pada neonatus kurang bulan. Tingginya



kadar



motilin



dalam



darah



saat



masa



neonatus



berhubungan dengan efisiensi motorik dari saluran cerna. d. BAK Kencing atau berkemih merupakan suatu proses pengosongan urin dari kandung kemih. Kencing pada dasarnya adalah suatu reflek spinal yang dirangsang dan dihambat oleh pusat-pusat di otak. Urine yang masuk kedalam kandung kemih tidak menimbulkan kenaikan tekanan intra vesikal yang



berarti,



sampai



kandung



kemih



benar-benar



terisi



penuh.



Pengosongan kandung kemih melibatkan banyak faktor, tetapi faktor tekanan intra vesikal yang dihasilkan oleh sensasi rasa penuh adalah merupakan faktor penting untuk berkontraksinya kandung kemih secara volunter. Selama berkemih otot-otot perineal dan muskulus spingter uretra eksternus mengalami relaksasi, sedangkan muskulus detrusor mengalami kontraksi yang menyebabkan urin keluar melalui uretra. 1) Fisiologi Kencing pada Neonatus Pada neonatus, terjadi proses fisiologis diuresis pada 48 sampai 72 jam post natal. Hal ini berhubungan dengan perubahan komposisi cairan ekstraseluler pada neonatus. Perkembangan fungsi sistem traktus urinarius akan mencapai fungsi sesuai dengan dewasa seiiring dengan bertambah umur. Perkembangan pada sistem traktus urinarius sangat berpengaruh terhadap produksi urin. Pada saat lahir, pembuluh darah ginjal mempunyai resistensi vaskuler yang tinggi sehingga aliran darah yang menuju ke ginjal masih relatif minimal dibandingkan dewasa yaitu kurang dari 10 % sedangkan aliran darah yang menuju ginjal pada dewasa sekitar 25%. Hal ini memungkinkan produksi urin yang relatif



53



lebih rendah dibandingkan pada dewasa.37 Nilai normal frekuensi kencing pada neonatus yang mendapat kecukupan nutrisi lebih dari 6 kali dalam sehari. 2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Kencing pada Neonatus Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi frekuensi kencing pada neonatus yaitu : a) Pemberian ASI ASI merupakan sumber nutrisi yang penting untuk neonatus. ASI mengandung berbagai macam nutrisi yang dibutuhkan oleh neonatus termasuk kebutuhan akan cairan. Neonatus yang tidak mendapatkan cukup cairan dari konsumsi ASI akan mengalami dehidrasi. Kondisi dehidrasi inilah yang memunculkan respon pada neonatus untuk mengurangi frekuensi kencing. Neonatus yang mengalami dehidrasi ringan, masih mempuyai frekuensi kencing yang normal sedangkan pada dehidrasi sedang sudah mulai didapatkan perubahan frekuensi kencing yang berkurang dan urin tampak lebih pekat. Sedangkan pada dehidrasi berat akan ditemukan frekuensi urin yang rendah atau oligouria bahkan hingga mencapai anuria. Pemberian ASI eksklusif ataupun pemberian ASI dengan susu formula berperan serta dalam perubahan frekuensi kencing. Pada neonatus yang mendapatkan ASI eksklusif, frekuensi kencing lebih rendah daripada neonatus yang mendapatkan nutrisi kombinasi ASI dan susu formula. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kandungan protein dan elektrolit pada ASI dan susu formula yang mempengaruhi ekskresi ginjal untuk mengatur pembuangan zat- zat tersebut di dalam urin. b) Komposisi Cairan Tubuh Pada neonatus, proporsi cairan tubuh lebih tingi dibanding pada dewasa yaitu sekitar 78% dari berat badan. 40,41 Komposisi cairan ini terbagi dalam kompartemen ekstraseluler dan intraseluler dengan perbandingan 1 : 1 pada saat lahir. Volume cairan ektraseluler pada neonatus mencapai 35 % dari berat badan sedangkan pada dewasa hanya 20 % dari berat badan. Oleh sebab itu, pada neonatus terjadi diuresis atau pengurangan cairan ekstraseluler hingga mencapai komposisi cairan tubuh pada dewasa. Derajat diuresis ini dipengaruhi



54



oleh beberapa faktor antara lain banyaknya cairan intravena yang diberikan terhadap ibu sebelum melahirkan. c) Fungsi Ginjal Frekuensi urin berhubungan dengan ekskresi urin oleh ginjal. Ginjal pada neonatus memiliki kapasitas fungsi yang belum sempurna. Kualitas fungsi ginjal pada neonatus tergantung pada masa gestasi yang menentukan pertumbuhan ginjal pada saat lahir. Fungsi ginjal dipengarahuhi pula oleh stress lingkungan akibat dari penyakit ataupun penatalaksanaan klinik. Pada saat fetus, tahanan pembuluh darah ginjal tinggi dan resistensi ini masih tetap tinggi hingga beberapa bulan setelah kelahiran. Keadaan ini mengakibatkan aliran darah yang menuju ginjal lebih rendah dibanding pada dewasa yang mempengaruhi produksi urin. d) Masa Gestasi Masa gestasi merupakan saah satu faktor yang berpengaruh terhadap fekuensi urin sebab masa gestasi mempengaruhi tingkat kematangan



organ



dalam



neonatus



termasuk



sistem



traktus



urinarius. Neonatus yang lahir preterm memiliki cairan ekstraseluler lebih tinggi dibanding dengan neonatus aterm sehingga diuresis pada neonatus preterm terjadi lebih tinggi dibanding neonatus yang lahir aterm. Neonatus yang lahir preterm lebih sering mengalami cidera pada parenkim ginjal akibat asfiksia yang dapat mengakibatkan nekrosis tubular akut serta menimbulkan gejala oliguria atau anuria. e) Berat Lahir Berdasarkan litelatur penelitian, neonatus yang mempunyai berat lahir rendah akan memiliki frekuensi kencing yang tinggi dibandingkan neonatus yang lahir dengan berat badan normal. Keadaan ini disebabkan oleh neonatus yang berat lahir rendah cinderung lebih banyak mengkonsumsi susu formula. e. Hubungan Frekuensi Urin dengan Perubahan Berat Badan Selama 48 sampai 72 jam kehidupan postnatal, terjadi proses diuresis pada neonatus akibat dari proporsi cairan pada neonatus lebih tinggi dibanding pada masa dewasa. Pengurangan volume air ini terjadi



55



hingga volume cairan neonatus mencapai 60 % dari berat badan seperti pada dewasa yaitu pada saat berat badan 10 – 15 kg. Proses diuresis ini mengakibatkan penurunan berat dadan. Selain itu, pada masa neonatus dini , volume ASI lebih sedikit dari kehilangan air. Hal tersebut akan berdampak terhadap penurunan berat badan neonatus sebesar 5 % sampai 8 %. Apabila neonatus yang mengalami penurunan berat badan akibat proses diuresis tidak mendapatkan cukup nutrisi maka neonatus dapat mengalami dehidrasi. Kondisi dehidrasi berpengaruh terhadap frekuensi urin pada neonatus. Pada dehidrasi ringan, neonatus akan kehilangan berat badan 3% - 5%. Pengeluaran urin pada neonatus yang mengalami dehidrasi ringan masih dalam batas normal. Sedangkan pada dehidrasi sedang, neonatus akan mengalami penurunan berat badan 6% - 9% serta terjadi perubahan pengeluaran urin menjadi berkurang dan lebih pekat. Neonatus yang mengalami dehidrasi berat akan mengalami penurunan berat badan 10% dan pengurangan frekuensi urin hingga anuria. (JNPKKR, 2012). f. Hubungan Frekuensi Defekasi dengan Perubahan Berat Badan Perubahan berat badan yang sesuai dengan umur neonatus menunjukkan



kecukupan



pemberian



nutrisi.



Pada



neonatus



yang



mendapatkan ASI eksklusif yang cukup memiliki frekuensi defekasi yang lebih sering dengan perubahan berat badan yang sesuai dengan umur neonatus. Hal ini disebabkan oleh ASI yang mengandung enzim lipase yang dapat mencerna lemak sehingga dapat diserap oleh neonatus untuk mencukupi kebutuhan kalori. Lemak pada ASI lebih mudah dicerna daripada lemak pada susu formula. Kebutuhan kalori neonatus sebagian besar berasal dari lemak. Selain itu pada neonatus yang mendapatkan cukup ASI, frekuensi defekasi meningkat akibat timbunan oligosakarida yang tidak dapat dicerna. 3. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Normal a. Asuhan Pada Bayi Baru Lahir Normal Memberikan asuhan aman dan bersih segera setelah bayi baru lahir merupakan bagian esensial dari asuhan pada bayi baru lahir seperti



56



jagabayi tetap hangat, isap lender dari mulut dan hidung bayi (hanya jika perlu), keringkan, pemantauan tanda bahaya, klem dan potong tali pusat, IMD, beri suntikan Vit K, 1 mg intramuskular, beri salep mataantibiotika pada keduamata, pemeriksaan fisik, imunisasi hepatitis B 0.5 ml intramuscular (Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial, 2010) Menurut Varney (2016) Manajemen Asuhan Kebidanan merupakan suatu proses pemecahan masalah dalam kasus kebidanan dan untuk menegakkan diagnosa di perlukan pengkajian data subyektif yang di dapatkan anamesa dan data obyektif dari hasil pemeriksaan fisik dan penunjang diagnostik.



1) Penilaian Segera setelah lahir, lakukan penilaian awal pada bayi baru lahir: a. Apakah bayi bernapas atau menangis kuat tanpa kesulitan ? b. Apakah bayi bergerak aktif ? c. Bagaimana warna kulit, apakah berwarna kemerahan ataukah ada sianosis?



Penilaian juga dapat menggunakan indeks APGAR SCORE



Interpretasi:Nilai 1•3 asfiksia berat, Nilai 4•6 asfiksia sedang, Nilai 7•10 asfiksia ringan.Hasil nilai APGAR skor dinilai setiap variabel dinilai dengan 0, 1, dan 2 nilai tertinggi adalah 10, selanjutnya dapat ditentukan keadaan bayi sebagai berikut: a. Nilai 7-10 menunjukkan bahwa bayi dalam keadaan baik (Vigrous baby) b. Nilai 4-6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang dan



57



membutuhkan tindakan resusitasi c. Nilai 0-3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius dan membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi (Walyani dan Purwoastuti, 2015). Membersihkan jalan nafas : 1)



Sambil menilai pernafasan secara cepat, letakkan bayi dengan handuk diatas perut ibu.



2)



Bersihkan darah/ lendir dari wajah bayi dengan kain bersih dan kering/ kassa.



3)



Periksa ulang pernafasan.



4)



Bayi akan segera menangis dalam waktu 30 detik pertama setelah (Sari dan Rimandini, 2014). Jika tidak dapat menangis spontan dilakukan : a.



Letakkan bayi pada posisi terlentang ditempat yang keras dan hangat.



b.



Gulung sepotong kain dan letakkan dibawah bahu sehingga leher bayi ekstensi.



c.



Bersihkan hidung, mulut dan tenggorokkan bayi dengan jari tanganyang dibungkus kassa steril. Tepuk telapak kaki bayi sebanyak 2-3x, gosok



kulit bayi dengan kain kering dan kasar (Sari dan Rimandini, 2014). Penghisapan lendir : 1)



Gunakan alat penghisap lendir mulut (De Le) atau alat lain yang steril, sediakan juga tabung oksigen dan selangnya.



2)



Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung.



3)



Memantau mencatat usaha nafas yang pertama.



4)



Warna kulit, adanya cairan/ mekonium dalam hidung/ mulut harus diperhatikan (Sari dan Rimandini, 2014). Menurut Kemenkes RI (2010) dalam (Sari dan Rimandini, 2014).



2) Pencegahan Infeksi Bayi lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Sebelum menangani



58



bayi, pastikan penolong persalinan telah menerapkan upaya pencegahan infeksi, antara lain: a) Cuci tangan secara efektif sebelum bersentuhan dengan bayi. b) Gunakan sarung tangan yang bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan. c) Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting, penghisap lender Delee dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril. Gunakan bola karet yang baru dan bersih jika akan melakukan penghisapan lendir dengan alat tersebut (jangan bola karet penghisap yang sama untuk lebih dari satu bayi). d) Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi sudah dalam keadaan bersih. Demikian pula halnya timbangan, pita pengukur, thermometer, stetoskop, dan benda-benda lain yang akanbersentuhan dengan bayi. Dokumentasi dan cuci setiap kali setelah digunakan.



3) Perlindungan termal (termoregulasi) Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali suhu tubuhnya.Oleh karena itu, upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir. Suhu tubuh normal pada neonatus adalah 36,5-37,5 oC melalui pengukuran di aksila dan rektum, jika nilainya turun dibawah 36,5



C maka bayi mengalami



o



hipotermia (Rahardjo dam Marmi, 2015: 25) a) Mekanisme Kehilangan Panas Mekanisme pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum berfungsi sempurna, untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas dari tubuh bayi karena bayi beresiko mengalami hipotermia.Bayi dengan hipotermia sangat rentan terhadap kesakitan dan kematian.Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan di selimuti walaupun



59



di dalam ruangan yang relatif hangat. b) Proses Adaptasi Dalam proses adaptasi kehilangan panas, bayi mengalami



1) Stress pada BBL menyebabkan hipotermia 2) BBL mudah kehilangan panas 3) Bayi menggunakan timbunan lemak coklat untuk meningkatkan suhu tubuhnya



4) Lemak coklat terbatas sehingga apabila habis akan menyebabkan adanya stress dingin. c) Mencegah Kehilangan Panas Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kehilangan panas dari tubuh bayi adalah :



1) Keringkan bayi secara seksama Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah bayi lahir untuk mencegah kehilangan panas secara evaporasi.Selain untuk menjaga kehangatan tubuh bayi, mengeringkan dengan menyeka tubuh bayi juga



merupakan



rangsangan



taktil



yang



dapat



merangsang



pernafasan bayi.



2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat Bayi yang di selimuti kain yang sudah basah dapat terjadi kehilangan panas secara konduksi.Untuk itu setelah mengeringkan tubuh bayi, ganti kain tersebut dengan selimut atau kain yang bersih, kering dan hangat.



3) Tutup bagian kepala bayi Bagian kepala bayi merupakan permukaan yang relatif luas dan cepat kehilangan panas.Untuk itu tutupi bagian kepala bayi agar bayi tidak kehilangan panas.



4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya Selain untuk memperkuat jalinan kasih sayang ibu dan bayi, kontak kulit antara ibu dan bayi akan menjaga kehangatan tubuh bayi. Untuk itu anjurkan ibu untuk memeluk bayinya.



5) Perhatikan cara menimbang bayi atau jangan segera memandikan bayi baru lahir



60



a) Menimbang bayi tanpa alas timbangan dapat menyebabkan bayi mengalami kehilangan panas secara konduksi. Jangan biarkan bayi ditimbang telanjang. Gunakan selimut atau kain bersih. b) Bayi baru lahir rentan mengalami hipotermi untuk itu tunda memandikan bayi hingga 6 jam setelah lahir. 1)



Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat Jangan tempatkan bayi di ruang ber-AC. Tempatkan bayi bersama ibu (rooming in).Jika menggunakan AC, jaga suhu ruangan agar tetap hangat.



2)



Jangan segera memandikan bayi baru lahir Bayi baru lahir akan cepat dan mudah kehilangan panas karena sistem pengaturan panas di dalam tubunya belum sempurna. Bayi sebaiknya di mandikan minimal enam jam setelah lahir. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan bayi baru lahir(Indrayani, 2013).



b. Perawatan Tali Pusat Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu dinilai sudah stabil maka lakukan pengikatan tali pusat atau jepit dengan klem plastik tali pusat (bila tersedia). 1)



Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% untuk membersihkan darah dan sekresi lainnya.



2)



Bilas tangan dengan air DTT.



3)



Keringkan dengan handuk atau kain yang bersih dan kering.



4)



Ikat tali pusat dengan jarak sekitar 1 cm dari pusat bayi. Gunakan benang atau klem plastik penjepit tali pusat DTT atau steril. Ikat kuat dengan simpul mati atau kuncikan penjepit plastik tali pusat.



5)



Lepaskan semua klem penjepit tali pusat dan rendam dalam larutan klorin 0,5%



6)



Bungkus tali pusat yang sudah di ikat dengan kasa steril.



61



c. Pemberian ASI Rangsangan hisapan bayi pada puting susu ibu akan diteruskan oleh serabut syaraf ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin.



Prolaktin



akan



mempengaruhi



kelenjar



ASI



untuk



memproduksi ASI di alveoli. Semakin sering bayi menghisap puting susu maka akan semakin banyak prolaktin dan ASI yang di produksi. Penerapan inisiasi menyusui dini (IMD) akan memberikan dampak positif bagi bayi, antara lain menjalin / memperkuat ikatan emosional antara ibu dan bayi melalui kolostrum, merangsang kontraksi uterus, dan lain sebagainya. Melihat begitu unggulnya ASI, maka sangat disayangkan bahwa di Indonesia pada kenyataannya penggunaan ASI belum seperti yang dianjurkan.Pemberian ASI yang dianjurkan adalah sebagai berikut : a)



ASI eksklusif selama 6 bulan karena ASI saja dapat memenuhi 100% kebutuhan bayi.



b)



Dari 6-12 bulan ASI masih merupakan makanan utama bayi karena dapat memenuhi 60-79% kebutuhan bayi dan perlu ditambahkan makanan pendamping ASI berupa makanan lumat sampai lunak sesuai dengan usia bayi.



c)



Diatas 12 bulan ASI saja hanya memenuhi sekitar 30% kebutuhan bayi dan makanan padat sudah menjadi makanan utama. Namun, ASI tetap dianjurkan pemberiannya sampai paling kurang 2 tahun untuk manfaat lainnya (Saifuddin AB, 2014).



Keuntungan pemberian ASI: 1)



Merangsang produksi air susu ibu.



2)



Memperkuat reflek penghisap bayi.



3)



Mempromosikan keterikatan antara ibu dan bayinya.



4)



Memberikan kekebalan pasif segera kepada melalui kolostrum.



5)



Merangsang kontraksi uterus (Sari dan Rimandini, 2014).



Posisi untuk menyusui: 1)



Ibu memeluk kepala dan tubuh bayi secara lurus agar muka bayi menghadapi ke payudara ibu dengan hideng didepan puting susu ibu.



2)



Perut bayi menghadap ke perut ibu dan ibu harus menopang seluruh tubuh bayi tidak hanya leher dan bahunya. 62



3)



Dekatkan bayi ke payudara jika ia tampak siap untuk menghisap puting susu.



4)



Membantu bayinya untuk menempelkan mulut bayi pada puting susu di payudaranya.



5)



Dagu menyentuh payudara ibu.



6)



Mulut terbuka lebar.



7)



Mulut bayi menutupi sampai ke areola.



8)



Bibir bayi bagian bawah melengkung keluar.



9)



Bayi menghisap dengan perlahan dan dalam, serta kadangkadang berhenti (Sari dan Rimandini, 2014).



Langkah IMD Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk 13 melaksanakan proses IMD. Langkah IMD pada persalinan normal (partus spontan). 1)



Suami dan keluarganya dianjurkan mendampingi ibu di kamar bersalin.



2)



Bayi



lahir



segera



dikeringkan



kecuali



tangannya



tanpa



menghilangkan vernix, kemudian tali pusat diikat. 3)



Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi ditengkurapakn di dada ibu denga kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu ibu. Keduanya diselimuti dan bayi diberi topi.



4)



Ibu dianjurkan merangsang bayi dengan sentuhan dan biarkan bayi sendiri mencari puting susu ibu.



5)



Ibu didukung dan dibantu tenaga kesehatan mengenal prilaku bayi sebelum menyusu.



6)



Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu minimal selama satu jam bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, biarkan bayi tetap di dada ibu sampai 1 jam.



7)



Bila bayi belum mendapatkan puting susu ibu dalam 1 jam posisikan bayi lebih dekat dengan puting susu dan biarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibu selama 30 menit atau 1 jam berikutnya (Sari dan Rimandini, 2014).



d. Pencegahan Infeksi Pada Mata Pencegahan infeksi mata dapat diberikan kepada bayi baru 63



lahir.Pencegahan infeksi tersebut di lakukan dengan menggunakan salep mata tetrasiklin 1%.Salep antibiotika tersebut harus diberikan dalam waktu satu jam setelah kelahiran. Upaya profilaksis infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari satu jam setelah kelahiran (Indrayani, 2013). e. Profilaksis perdarahan pada bayi baru lahir Semua bayi baru lahir harus segera diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg intramuskuler di paha kiri sesegera mungkin untuk mencegah perdarahan pada bayi baru lahir akibatdefesiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir. f. Pemberian imunisasi hepatitis B Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah terjadinya infeksi disebabkan oleh virus Hepatitis B terhadap bayi (Saifuddin AB, 2014).Terdapat 2 jadwal pemberian imunisasi Hepatitis B. jadwal pertama, imunisasi hepatitis B sebanyak 3 kali pemberian, yaitu usia 0 hari (segera setelah lahir menggunakan uniject), 1 dan 6 bulan. Jadwal kedua, imunisasi hepatitis B sebanyak 4 kali pemberian, yaitu pada 0 hari (segera setelah lahir) dan DPT+ Hepatitis B pada 2, 3 dan 4 bulan usia bayi (Indrayani, 2013). g. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Usia 7 Hari Menurut buku Pelayanan Kesehatan Neonates Kemenkes RI (2015), Kunjungan neonates ke-2 (KN 2) dilakukan pada hari ke-3 sampai hari ke-7 setelah lahir. Pemeriksaan yang dilakukan adalah : - Pemeriksaan fisik pada bayi - Melakukan perawatan tali pusat - Pemberian asi eksklusif - Personal hygiene - Pola istirahat bayi - Keamanan dan tanda-tanda bahaya.



64



D. ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS 1. MASA NIFAS a. Definisi Kala purperium (nifas) berlangsung selama 6 jam atau 42 hari merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal. Kejadian yang penting pada nifas yaitu involusi uterus dan proses laktasi (Manuaba, 2018). Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandung kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 1988). b. Tujuan Asuhan Masa Nifas Tujuan asuhan masa nifas Wiknjasastro (2016), adalah : a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis b. Melaksanakan



skrining



yang



komprehensif,



mendeteksi



masalah,



mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat d. Memberikan pelayanan keluarga berencana. C. Kebijakan Program dan Kebijakan teknis Menurut Wiknjosastro (2016) paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir (BBL), dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi. Kunjungan masa nifas yang perlu dilakukan antara lain : 1) 6-8 jam setelah persalinan Tujuannya adalah untuk : a) Mendeteksi perdarahan masa nifas karena atonia uteri b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain pendarahan : rujuk bila berdarah lanjut c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri d) Pemberian ASI awal e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir f)



Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi



2) 6 hari setelah persalinan



65



Tujuannya adalah untuk : a) Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak bau. b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal. c) Memastikan ibu mendapatkan makanan, cairan dan istirahat. d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak perhatikan tanda-tanda penyulit. e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari. 3) 2 minggu setelah persalinan Tujuannya adalah : a) Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau. b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal. c) Memastikan ibu mendapatkan makanan, cairan dan istirahat. d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak perhatikan tanda-tanda penyulit. e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari. 4) 6 minggu setelah persalinan Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah ada penyulit yang ibu dan atau bayi alami, dan memberikan konseling untuk KB secara alami. d. Perubahan-perubahan pada masa nifas Menurut Muryunani (2015), perubahan fisiologis pada masa nifas diurakin sebagai berikut : 1). Perubahan Tanda Vital Perubahan tanda-tanda vital yang harus diperhatikan atau dikaji sebegai berikut: a) Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2oC setelah partus dapat naik



66



kurang lebih 0,5oC dari keadaan normal namun tidak melebihi 38oC. Sesudah 2 jam pertama umumnya suhu badan akan kembali normal (Sulistyawati, 2009). b) Tekanan darah pada beberapa ibu nifas mengalami penngkatan sementara pada tekanan darah sistolik dan diastolik yang kembali secara spontan ke tekanan darah sebelum hamil selama beberapa hari. c) Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhirnya kembali normal setelah beberapa jam postpartum. Pada masa nifas umumnya denyut nadi lebil dibandingkan dengan suhu tubuh berkisar 60-80 denyut per menit setelah partus. d) Pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula. Dalam hal ini fungsi pernafasan kembali pada rentang normal wanita selama jam pertama postpartum. Nafas pendek cepat atau perubahan lain memerlukan evaluasi adanya kondisi-kondisi seperti kelebihan cairan, eksaserbasi asma dan embolus paru.



2). Perubahan Sistem Reproduksi a) Involusi uteri Involusi uteri atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengn bobot sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus (Nugroho, 2014).



b) Involusi tempat plasenta Uterus pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang



67



kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri. Segera setelah plasenta lahir dengan cepat luka mengecil, pada akhir minggu ke dua hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm, penyembuhan luka plasenta khas sekali. Permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas plasenta tidak meninggalkan parut (Nugroho, 2014). c) Perubahan ligament Setelah bayi lahir, ligament dan diafragma pelvis fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan saat melahirkan kembali



seperti



sedia kala. Perubahan ligament yang dapat terjadi pasca melahirkan antara lain: ligamentum retondum menjadi kendor yang diakibatkan letak uterus menjadi retoleksi, ligament fasia jaringan penunjang alat genetelia menjadi agak kendor (Nugroho, 2014). d) Perubahan pada serviks Segera setelah melahirkan serviks menjadi lembek, kendor dan berbentuk seperti corong mengalami leserasi. Beberapa hari setelah bersalin serviks hanya dapat ditembus oleh dua jari karena hiperpalpasi dan retraksi serviks sehingga robekan serviks akan sembuh. Pada akhir minggu pertama menebal dan akan kembali terbentuk (Muryunani, 2015). e) Lochea Pada awal masa nifas dengan adanya involusi uterus, maka lapisan desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan, suatu campuran antara darah yang dinamakan lochea yang biasanya berwarna merah muda atau putih pucat. Pengeluaran lochea ini biasanya berakhir dalam waktu tiga sampai enam minggu. (Muryunani, 2015). f) Vagina dan perineum Setelah plasenta lahir vagina tetap membuka mungkin mengalami oedema, memar dan celah pada introitus. Setelah satu minggu hingga dua hari pertama pascapartum tonus otot vagina kembali, celah vagina 68



tidak lebar dan tidak lagi odema. Sekarang vagina menjadi berdinding lunak lebih besar dari biasanya dan umumnya longgar (Varney, 2007). g) Payudara Pada semua wanita yang melahirkan proses laktasi menjadi secara alami dimana masa laktasi sudah disiapkan sejak dari kehamilan. ASI akan mengalami perubahan mulai dari kolostrum sampai ASI matur.(Bobak. 2005). 3). Adaptasi psikologis pada masa nifas Menurut Rubin (1984) dalam Bahiyatun (2009) adaptasi masa nifas dibagi menjadi 3 yaitu: a) Taking in (1-2 hari post partum) Ibu cendrung pasif dan tergantung, ibu akan mengulang-ulang pengalamnya



waktu



bersalin



dan



melahirkan



serta



ibu



akan



mengkhwatirkan tubuhnya. Pada tahap ini bidan berperan menjadi pendengar yang baik untuk ibu, memberikan dukungan dan menciptkan suasana yang nyaman bagi ibu. Periode ini berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir. Ibu perlu bicara tentang dirinya sendiri. Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase ini seperti rasa mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. b) Taking hold (2-4 hari post partum) Ibu nifas pada tahan ini lebih memperhatikan kemampuan dan tanggung jawabnya menjadi orang tua dengan berusaha keras menguasai kemampuan merawat bayi serta lebih memperhatikan fungsi-fungsi tubuh. Pada periode ini cendrung menerima nasihat bidan. Tahap ini waktu yang tepat untuk memberikan nasihat kepada ibu, namun jangan sampai menyinggung perasaan ibu karena perasaan ibu sangat sensitif. c) Letting go (setelah ibu pulang ke rumah) Pada tahap ini ibu beradaptasi dengan kebutuhan bayi yang menyebabkan kekurangannya hak ibu dalam kebebasan dan hubungan sosial. Pada periode ini umumnya terjadi depresi postpartum sehingga



69



sangat tergantung pada waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga. e. Perawatan Nifas Perawatan masa nifas dilakukan dalam bentuk pengawasan sebagai berikut : 1)



Mobilisasi : karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring kekanan dan kekiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk, hari ke-3 jalanjalan, dan hari ke-4 dan ke-5 sudah diperbolehkan pulang (Mochtar, 2018).



2)



Rawat gabung : perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan bersamasama sehingga ibu lebih banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI, sehingga kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin (Manuaba, 2018).



3)



Pemeriksaan umum : kesadaran penderita, dan keluhan yang terjadi setelah persalinan ( Manuaba, 2018 ).



4)



Pemeriksaan khusus:



Pada pemeriksaan khusus menurut Manuaba ( 2018 ), yaitu : a) Fisik : tekanan darah, nadi dan suhu, b) fundus uteri : tinggi undus uteri dan kontraksi uterus, c) payudara : putting susu, pembengkakan ASI, pengeluaran ASI. Menurut Mochtar ( 2018 ) pengeluaran lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Lochea terbagi dari beberapa bagian yaitu : a)



Lochea rubra : berisi darah segar, berwarna merah hitam dan sisasisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks casecose, rambut lanugo, sisa mekonium dan sisa darah selama 2 hari pasca persalinan.



b)



Lochea sanguinolenta : berisi darah dan lendir, berwarna merah kuning, selama 3-7 hari pasca persalinan.



c)



Lochea serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.



70



d)



Lochea alba : cairan putih setelah 2 minggu.



e)



Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.



f)



Lochea statis : lochea tidak lancar keluarnya. Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.



5) Pemulangan pasien dan pengawasan Pasien dan persalinan dengan lancar dan spontan dapat dipulangkan setelah mencapai keadaan baik dan tidak ada keluhan. Pasien dipulangkan setelah 2-3 hari dirawat (Manuaba, 2018). f. Informasi Penting Untuk Ibu Nifas Menurut mochtar (2018), informasi penting yang perlu diberikan pada nifas adalah : 1) Diet, pada masa nifas, ibu sebaiknya banyak mengkonsumsi makan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buahbuahan. 2) Miksi, hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. 3) Defekasi, Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. 4) Perawatan payudara. Hal tersebut sebaiknya dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Bila bayi meninggal, laktasi uterus harus dihentikan dengan cara : pembalut mamae sampai tertekan dan pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet Lynoral dan Perlodel. 5) Laktasi. Ibu perlu diinformasikan bahwa untuk menghadapi masa laktasi (Menyusukan), telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mamae yang terjadi sejak kehamilan. Selain itu, Manuaba (2018) juga menjelaskan bahwa saat memulangkan pasien, penolong perlu memberi informasi pakaian yang dikenakan sebaiknya pakaian yang longgar terutama didaerah dada sehingga tidak tertekan, pakaian dalam sebaiknya menyerap sehingga lochea tidak memberikan iritasi pada sekitarnya, dan kasa pembalut sebaiknya dibuat setiap saat terasa penuh dengan lochea.



71



g. Komplikasi pada Masa Nifas Infeksi dapat melalui traktus genetalis setelah persalinan disebut infeksi nifas. Suhu 38˚ C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 post partum dan diukur perolral sediktnya 4 kali sehari disebut sebagai morbiditas puerperalis. Kenaikan suhu yang terjadi pada masa nifas, dianggap sebagai infeksi nifas jika, tidak ditemukan sebab-sebab ekstranegital. Beberapa faktor predisposisi : kurang gizi/malnutrisi, anemia, hygiene, kelelahan, dan proses persalinan bermasalah (partus lama/macet, korioamnionitis, Persalinan traumatic, kurang baiknya proses pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan, dapat berlanjut ke infeksi, manipulasi yang berlebihan, dapat berlanjut ke infeksi masa nifas (Wiknjosastro, 2016). Menurut wiknjosastro (2015) infeksi nifas dapat pula disebabkan antara lain oleh : Sreptococcus haemolyticus aeribicus, Stapylcoccus aureus, Escherichia coli dan clostridium welchii. h. Peranan Bidan pada Masa Nifas Peran bidan pada masa nifas adalah sebagai berikut : 1) Memberikan dukungan yang terus menerus selama masa nifas yang baik dan sesuai dengan kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama perasalinan dan nifas. 2) Sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara fisik dan psikologis. 3) Mengkondisikan



ibu



untuk



menyusui



bayinya



dengan



cara



meningkatkan rasa nyaman. i. Perawatan dan Pengawasan Masa Nifas 1). Ambulasi dini Ambulasi dini adalah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan membimbing



ibu



post



partum



bangun



dari



tempat



tidurnya



membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan. Keuntungan early ambulation adalah : a) Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation. b) Faal dan kandung kemih lebih baik. c) Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara merawat 72



dan



anaknya selama ibu masih di rumah sakit. Misalnya memandikan, mengganti pakaian, dan memberi makan. d) Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial early ambulation ekonomis),



menurut



penelitian-penelitian



yang



seksama,



tidak



mempunyai pengaruh yang buruk, tidak menyebabkan pendarahan yang abnormal, tidak mempengaruhi penyembuhan luka episotomy atau luka di perut, serta tidak memperbesar kemungkinan prolapsus. Early ambulation tentunya tidak dibenarkan pada ibu post partum dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam, dan sebagainya. Penambahan kegiatan dengan early ambulation harus berangsur-angsur, jadi bukan maksudnya ibu segera bangun dibenarkan mencuci, memasak dan sebagainya. 2). Nutrisi dan cairan Pada masa nifas masalah diit perlu mendapat perhatian yang serius,



karena



dengan



nutrisi



yang



baik



dapat



mempercepat



penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, begizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein dan banyak mengandung cairan. Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan agar gizi sebagai berikut : a) Mengkomsumsi tambahan 500 kalori tiap hari menjadi ± 2700 – 3000 kalori. b) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup. c) Minum sedikitnya 3 liter air tiap hari. d) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari pasca persalinan. e) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada bayi melalui ASI. 3). Personal hygiene Pada masa nifas, seorang ibu sangat rentan terhadap penyakit infeksi. Oleh karena itu kebersihan diri sangat penting untuk mencagah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur dan lingkungan sangat penting untuk menjaga kebersihan dari ibu nifas adalah :



73



a) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama Perineum. b) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Anjurkan ibu untuk membersihkan vulva setiap kali setelah BAB atau BAK. c) Sarankan ibu untuk menggati pembalut atau kain pembalut setidaknya 2 kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari dan disetrika. d) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya. e) Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah tersebut. 4). Istirahat dan tidur Hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur adalah: a) Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. b) Saran ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur. c) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal.: (1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi. (2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak pendarahan. (3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri. 5). Aktivitas seksual Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas harus memenuhi syarat sebagai berikut : a) Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu dua jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untyuk memulai melakukan



74



hubungan suami istri kapanpun ibu siap. b) Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan ini bergantung pada pasangan yang bersangkutan. 6). Eliminasi a) BAK Ibu diminta untuk buang air kecil (BAK) 6 jam post partum, jika dalam 8 jam post partum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu 8 jam untuk kateterisasi. b) BAB Ibu post partum diharapkan dapat buang air besar (BAB) setelah hari kedua post partum. Jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu diberi obat pencahar per oral atau per rectal. Jika setelah pemberian obat pencahar masih belum bisa BAB, maka dilakukan klisma (huknah) (Saleha 2009, 71 – 75). 7). Perawatan payudara Menjaga payudara tetap bersih dan kering serta menggunakan BH yang menyokong payudara, jika puting susu lecet oleskan colostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui dan tetap menyusukan pada putting susu yang lecet, apabila lecet sangat berat istirahatkan selama 24 jam dan untuk menghindari nyeri dapat minum parasetamol 1 kaplet setiap 4 – 6 jam (Saifuddin 2006, 128). 8). Latihan Diskusikan



pentingnya



mengembalikan



otot-otot



perut



dan



panggul kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu seperti : a) Dengan tidur telentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas kedalam dan angkat dagu ke dada yaitu tahan satu hitungan sampai 5. Rileks dan ulangi 10 kali. b) Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel) (Saifuddin 2006,



75



127).



2. KONSELING ASI a. ASI



Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah dan makanan utama yang sempurna untuk bayi. ASI mengandung hampir semua zat gizi dengan komposisi



yang sesuai



dengan



kebutuhan bayi



untuk tumbuh dan



berkembang (Pollard, 2016). Keseimbangan zat-zat yang terdapat di dalam ASI tersebut sangat baik bagi tubuh bayi. ASI juga mengandung banyak sari makanan yang berfungsi dalam pertumbuhan bayi (Yahya, 2007). Banyak ibu menyusui kurang paham mengenai ASI, sehingga ketika meyusui bayinya menjadi tidak maksimal (Wiji, 2013). Faktanya pada ibu primipara mempunyai pengetahuan rendah dikarenakan pengalaman pertama kali atau baru dalam melahirkan seorang anak dan ibu menjadi stress. Dalam meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan pada ibu primipara didapatkan saat praktik langsung tentang tahapan menyusui yang benar (Sulistyowati, 2011). Hal ini bisa dibuktikan melalui pelatihan, konseling, media dan pengajaran (Yoesvita, 2008). Kurangnya



pengetahuan,



serta



rendahnya



kemampuan



dalam



menyusui dapat mengakibatkan berbagai masalah. Kegagalan dalam menyusui sering kali disebabkan karena kesalahan dalam memposisikan dan melekatkan bayi (Suradi, 2008). Masalah menyusui yang sering ditemui dan dikeluhkan oleh ibu primipara harus diatasi, maka untuk mengatasi hal tersebut diperlukan adanya pendidikan kesehatan. Supaya pendidikan kesehatan lebih efektif dan sesuai dengan tujuan sasaran, maka memerlukan metode yang menarik dan mudah dipahami (Juliantara, 2009). Posisi dan perlekatan bayi pada payudara ibu secara tepat dan teknik menyusui akan mengurangi kemungkinan terjadi masalah dalam proses menyusui (Sulistyawati, 2009). Perlekatan yang baik akan memaksimalkan reflek bayi pada saat proses menyusui. Apabila bayi tidak melekat pada posisi yang benar bayi akan menarik, mengigit dan menyebabkan puting menjadi luka. Teknik menyusui yang kurang tepat bisa menyebabkan masalah pada payudara dan ibu menjadi tidak nyaman selama proses menyusui sehingga bayi tidak maksimal menyusu sampai ke aerola (Kristyansari, 2011).



76



b. Teknik Menyusui yang Benar Teknik menyusui yang benar yang diungkapkan Rini dan Kumala (2017) yaitu 1) Cuci tangan yang bersih dengan menggunakan sabun, perah sedikit ASI kemudian oleskan disekitar putting, duduk dan berbaring dengan santai. 2) Posisi ibu harus nyaman, biasanya duduk tegak di tempat tidur/kursi, ibu harus merasa rileks. 3) Lengan ibu menopang kepala bayi, leher dan seluruh badan bayi (kepala dan tubuh berada dalam garis lurus), muka bayi menghadap ke payudara ibu, hidung bayi di depan putting susu ibu. Posisi bayi harus sedemikian rupa sehingga perut bayi menghadap perut ibu. Kepalanya harus sejajar dengan tubuhnya, tidak melengkung ke belakang/menyamping, telinga, bahu, dan panggul bayi berada dalam satu garis lurus. 4) Ibu mendekatkan bayi ke tubuhnya (muka bayi ke payudara ibu) dan mengamati bayi yang siap menyusu: membuka mulut, bergerak mencari dan menoleh. Bayi harus berada dekat dengan payudara ibu dan ibu tidak harus mencondongkan badan dan bayi tidak merenggangkan lehernya untuk mencapai putting susu ibu. 5) Ibu menyentuhkan putting susunya ke bibir bayi, menunggu hingga mulut bayi terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke putting susu ibu hingga bibir bayi dapat menangkap putting susu tersebut. Ibu memegang payudara dengan satu tangan dengan cara meletakkan empat jari di bawah payudara dan ibu jari di atas payudara. Ibu jari dan telunjuk harus membentuk huruf “C”. 6) Pastikan bahwa sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Dagu rapat ke payudara ibu dan hidungnya menyentuh bagian atas payudara. 7) Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi harus lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan putting susu ibu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyentuh bibir bayi ke putting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar. 8) Jika bayi sudah selesai menyusui, ibu mengeluarkan putting dari mulut bayi dengan cara memasukkan jari kelingking ibu di antara mulut dan payudara. 9) Menyendawakan bayi dengan menyenderkan bayi di pundak atau menelungkupkan bayi melintang kemudian menepuk-nepuk punggung



77



bayi. Rini dan Kumala (2017) mengungkapkan apabila bayi telah menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut : 1) Bayi nampak tenang. 2) Badan bayi menempel dengan perut ibu. 3) Mulut bayi terbuka lebar. 4) Dagu bayi menempel dengan payudara ibu. 5) Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi. 6) Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara ibu. 7) Lidah bayi menopang putting dan areola bagian bawah.



78



79



3.



PERAWATAN BAYI a. Memandikan Bayi 1) Pengertian memandikan bayi Memandikan bayi merupakan upaya yang dilakukan untuk menjaga agar tubuh bayi bersih, terasa segar, dan mencegah kemungkinan infeksi (Hidayat, 2009). Prinsip dalam memandikan bayi yang harus diperhatikan adalah mempertahankan kehangatan bayi setelah dimandikan dan menjaga agar air tidak masuk ke



hidung,



mulut atau telinga yang dapat mengakibatkan aspirasi (Hidayat, 2009). 2) Tujuan memandikan bayi Memandikan bayi adalah membersihkan kotoran yang menempel pada tubuh bayi (Rahardjo, 2015). Tujuan memandikan bayi : a. Memberikan rasa nyaman. b. Memperlancar sirkulasi darah c. Mencegah infeksi d. Meningkatkan daya tahan tubuh e. Menjaga dan merawat integritas kulit. 3) Tata cara memandikan bayi Ada dua cara yang dapat digunakan untuk memandikan bayi, yaitu memandikan bayi dengan cara waslap dan dengan cara rendam (Putra, 2012). Memandikan bayi dengan cara waslap dilakukan jika tali pusat belum terlepas atau puput dan jika kondisi bayi dalam keadaan sakit, yang dilakukan dengan menggunakan air hangat dan sabun sesuai prinsip memandikan bayi (Sodikin, 2009). Menurut (Bobak, 2005), Putra (2012), langkah-langkah memandikan bayi adalah sebagai berikut: a. Persiapan alat 1) Bak mandi berisi air hangat 2) Satu set pakaian (baju bayi, popok, dan lain-lain) 3) Satu set alat perawatan, seperti bedak, sabun, kapas minyak, kapas air matang, cotton but, minyak telon bila perlu Handuk dan waslap



80



b. Tindakan 1) Cuci tangan ibu dengan sabun sebelum memandikan bayi 2) Siapkan dan dekatkan semua peralatan 3) Pastikan suhu ruangan cukup hangat (±24 0C) dan tidak berangin 4) Pastikan suhu air untuk memandikan bayi tetap hangat dan ukur suhu airnya dengan siku ibu/pergelangan tangan ibu bagian dalam 5) Jika terdapat kotoran bayi, bersihkan terlebih dahulu dengan kapas yang sudah dibasahi air atau tisu basah 6) Lepaskan pakaian bayi, dan setelah dilepas selimuti tubuh bayi dengan handuk agar tetap hangat 7) Bersihkan mata dengan kapas yang sudah dibasahi dengan air hangat dari kantus dalam ke arah luar. setiap kali usap, kapas harus diganti untk mencegah kontaminasi pada mata 8) Bersihkan hidung, dan telinga bayi dengan kapas atau cotton but 9) Bersihkan dan keringkan wajah dan kepala bayi dengan waslap tanpa membuka handuk di badan bayi 10) Bersihkan dengan sabun bagian depan (dada, abdomen) dan punggung, kemudian seluruh tubuh 11) Bersihkan lipatan kulit (dagu, lengan, paha) 12) Bilas dengan air dengan cara memasukkan bayi ke dalam bak mandi, topang punggung dan kepala dengan lengan ibu dan lengan yang lain menahan bokong bayi 13) Setelah selesai, angkat bayi dengan hati-hati dan keringkan seluruh tubuh dengan handuk, terutama semua lipatan kulit karena sisa air bisa menyebabkan iritasi dan luka. 14) Beri bedak pada bayi, tidak secara langsung namun usapkan dengan tangan anda, jika bedak dihirup oleh bayi bisa berbahaya dan dapat menyebabkan masalah pernapasan 15) Pakaikan kembali pakaian bayi dengan pakaian yang baru 16) Bereskan alat dan cuci tangan ibu dengan sabun



81



b. Merawat Tali Pusat 1) Pengertian merawat tali pusat Perawatan tali pusat adalah tindakan perawatan tali pusat yang bertujuan merawat tali pusat bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi (Farer, 2001). Perawatan tali pusat merupakan suatu tindakan yang sangat sederhana yaitu dengan membersihkan daerah sekitar tali pusat agar selalu bersih dan kering dan selalu mencuci tangan dengan air bersih serta menggunakan sabun sebelum merawat tali pusat (Padilla, 2014). 2) Tujuan merawat tali pusat Menurut (Bobak, 2004) tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah dan mengidentifikasi perdarahan atau infeksi secara dini, sedangkan (Hasselquist,2006) menjelaskan bahwa tujuan dilakukan perawatan tali pusat adalah mencegah infeksi dan meningkatkan pemisahan tali pusat dari perut. Selain itu tujuan dilakukannya perawatan tali pusat adalah agar tali pusat cepat lepas dan kering. 3) Tata cara merawat tali pusat Menurut (Bobak, 2005), (Hidayat, 2009), (Leveno, 2012), dan (Sodikin, 2009) langkah-langkah ibu dalam melakukan perawatan pada tali pusat adalah sebagai berikut: a. Persiapan alat 1) Kain kassa 2) Cotton bud/kapas lidi 3) Airbersih dan sabun b. Tindakan 1) Cuci tangan ibu dengan sabun sebelum melakukan perawatan tali pusat 2) Bersihkan daerah sekeliling pangkal tali pusat atau tempat tali pusat menyatu dengan kulit sampai ke ujung tali pusat dengan menggunakan kassa atau cotton bud yang telah dicelupkan dengan air hangat atau air sabun atau sesuai instruksi dokter 3) Bilas dan keringkan dengan kasa 4) Pertahankan tali pusat tetap terbuka, agar tali pusat lebih cepat kering dan lebih mudah lepas jika terpajan dengan udara



82



5) Jika tali pusat ditutup akan menyebabkan tali pusat lembab, dan menyebabkan resiko tinggi infeksi 6) Jika terpaksa harus ditutup, tutup dan ikat tali pusat secara longgar dengan kasa steril 7) Jika tali pusat terkena feses atau urin, cuci bersih dengan sabun dan air, kemudian keringkan 8) Cuci tangan ibu setelah melakukan perawatan tali pusat. Tali pusat terlepas lebih kurang setelah satu minggu sampai 10 hari setelah bayi lahir, yang akan membentuk jaringan granulasi dan setelah sembuh membentuk umbilikus (Bobak, 2005). Tali pusat yang terlepas akan terlihat beberapa tetes darah saat bayi menangis, tetapi hal ini tidak perlu ditakuti karena akan pulih dengan sendirinya (Bobak, 2005). 4) Mencegah infeksi tali pusat Upaya ini dilakukan dengan cara merawat tali pusat yang berarti menjaga agar luka tersebut tetap bersih, tidak terkena air kencing, kotoran bayi atau tanah. Pemakaian popok bayi diletakan di sebelah bawah tali pusat. Apabila tali pusat kotor, cuci luka tali pusat dengan air bersih yang mengalir dengan sabun, segera dikeringkan dengan kain kasa kering dan dibungkus dengan kasa tipis yang steril dan kering. Dilarang membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu dapur dan sebagainya pada luka tali pusat, sebab akan menyebabkan infeksi dan tetanus yang dapat berakhir dengan kematian neonatal. Tandatanda infeksi tali pusat yang harus diwaspadai antara lain kulit sekitar tali pusat berwarna kemerahan, ada pus atau nanah dan berbau busuk. Mengawasi dan segera melaporkan ke dokter jika pada tali pusat ditemukan perdarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak merah/bau busuk (Rahardjo, 2015).



83



E. KELUARGA BERENCANA (KB) 1. PROGRAM KB a.



Pengertian KB Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan dan mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami dan istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Proverawati dkk, 2010 ). Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang di inginkan. Agar dapat mencapai hal tersebut, maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah ataupun



menunda



kehamilan.



Cara-cara



tersebut



termasuk



kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga (Sulistyawati, 2009). b.



Tujuan Program KB Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan



sejahtera



yang



dapat



memenuhi



kebutuhan



hidupnya



(Anggraini dan Wulandari, 2010). Tujuan KB berdasarkan RENSTRA 2005-2009 menurut Anggraini dan Wulandari (2010), meliputi :



c.



1)



Keluarga dengan anak ideal



2)



Keluarga sehat



3)



Keluarga berpendidikan



4)



Keluarga sejahtera



5)



Keluarga berketahanan



6)



Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya



7)



Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS)



Sasaran Program KB Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009 menurut Anggraini dan Wulandari (2010), meliputi :



84



1)



Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan pendudukan menjadi sekitar 1,14 persen per tahun



2)



Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per tahun.



3)



Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/ cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6 persen.



4)



Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5 persen.



5)



Meningkatnya Penggunaan metode kontrasepsi rasional, efektif, dan efesien.



6)



Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21 tahun.



7)



Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.



8)



Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1 yang aktif dalam usaha ekonomi produktif



9)



Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan program KB nasional



d.



Ruang Lingkup KB Ruang lingkup KB menurut Anggraini dan Wulandari (2010), antara lain:



e.



1)



Keluarga Berencana



2)



Kesehatan Reproduksi Remaja



3)



Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga



4)



Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas



5)



Keserasian kebijakan kependudukan



6)



Pengelolaan SDM aparatur



7)



Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan pemerintahan



8)



Peningkatan pengawasan dan akunbilitas aparatur Negara



Strategi Program KB Strategi program KB terbagi menajadi 2 hal menurut Anggraini dan Wulandari (2010), antara lain : a). Strategi Dasar



85



1) Meneguhkan kembali program di daerah 2) Menjamin kesinambungan program b). Strategi Operasional 1) Peningkatan kapasitas system pelayanan program KB nasional 2) Peningkatan kualitas dan prioritas program 3) Penggalangan dan pemantapan komitmen 4) Dukungan regulasi dan kebijakan 5) Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan. f.



Dampak Program KB Dampak program KB menurut Anggraini dan Wulandari (2010), antara lain: 1)



Penurunan angka kematian ibu dan anak



2)



Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi



3)



Peningkatan kesejahteraan keluarga



4)



Peningkatan derajat kesehatan



5)



Peningkatan mutu dan layanan KB-KR



6)



Peningkatan sistem pengelolahan dan kapasitas SDM



7)



Pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi menajemen dalam penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan berjalan lancar.



2. KONTRASEPSI a. Pengertian Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan, dapat bersifat sementara dapat pula bersifat permanen (Prawirohardjo, 2009). Akseptor KB adalah anggota masyarakat yang mengikuti gerakan KB dengan melaksanakan penggunaan alat kontrasepsi. b.



Macam-macam Kontrasepsi Macam-macam kontrasepsi menurut Mochtar (2011), antara lain: 1) Kontrasepsi Metode Sederhana 86



a) Tanpa Alat (1) KB alamiah, terdiri dari pantang berkala, metode kalender, metode suhu badan basal, metode lendir serviks (2) Coitus interuptus atau senggama terputus. b) Dengan Alat (1) Mekanis (barrier), terdiri dari kondom pria, barier intra-vaginal (diagfragma, kap serviks, spons, kondom wanita). (2) Kimiawi, yang berupa spermisid (Vaginal cream, vaginal foam, vaginal jelly, vaginal suppositoria, vaginal tablet dan vaginal soluble film). 2) Kontrasepsi Metode Modern a) Kontrasepsi Hormonal (1) Per-oral : pil oral kombinasi dan minipil. (2) Suntikan atau injeksi KB, meliputi : depo provera setiap 3 bulan, norigest setiap 10 minggu dan cyclofem setiap bulan. (3) Sub-kutis (implant) atau alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) yang meliputi implant dan norplant. b) IUD (Intra Uteri Device )adalah Alat Kontrasepsi Dalam Rahim, yang meliputi : Copper T, Medusa, Seven Copper T. 3) Metode Kontrasepsi Mantap a) Pada wanita : Medis Operatif Wanita (MOW) : Tubektomi. b) Pada pria



: Medis Operatif Pria (MOP) : Vasektomi.



3. KB SUNTIK 3 BULAN a. Pengertian Menurut Maryunani (2016), kontrasepsi suntik 3 bulan, yaitu KB suntik 3 bulan adalah kontrasepsi yang berisi depomedroksi progesterone asetat 150 gram disuntik secara intramuscular di daerah bokong yang diberikan setiap 3 bulan sekali. b. Cara kerja : 1)



Mencegah lepasnya sel telur dari indung telur wanita.



2)



Mengentalkan lender mulut rahim, sehingga sel mani tidak dapat masuk dalam rahim.



3)



Menipiskan endometrium.



87



c. Keuntungan 1)



Sangat efektif dengan kegegalan kurang dari 1%.



2)



Tidak mempengaruhi produksi ASI.



3)



Sedikit efek samping



4)



Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause



5)



Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara



d. Kerugian 1) Gangguan haid. 2) Pusing, mual kenaikan berat badan. 3) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian



4. PEMILIHAN KONTRASEPSI PADA KLIEN MENYUSUI Menurut Saroha(2014) pemilihan kontrasepsi pada : a.



Klien yang menyusui bayinya tidak memerlukan kontrasepsi pada 6 minggu pascpersalinan, bahkan pada klien yang menggunakan Metode Amenorea Laktasi (MAL) waktu tersebut dapat sampai 6 bulan.



b.



Kontrasepsi kombinasi (merupakan pilihan terakhir pada klien karena) : 1) Jangan dipakai sebelum 6 - 8 minggu pasca persalinan karena akan mengurangi ASI dan mempengaruhi tumbuh kembang bayi. 2) Sebaiknya tidak dipakai dalam waktu 6 minggu sampai dengan 6 bulan



pascapersalinan.



Selama



3



minggu



pascapersalinan



meningkatkan resiko masalah pembekuan darah. c.



Progestin 1) Selama



6



minggu



pascapersalinan



kembang bayi. 2) Tidak ada pengaruh terhadap ASI. 3) Perdarahan ireguler dapat terjadi d.



AKDR



88



mempengaruhi



tumbuh



1) Dapat



dipasang



langsung



pascapersalinan,sewaktu



secsio



cesarea, atau sesudah 48 jam pascapersalinan. 2) Sesudah 4 - 6 minggu pascapersalinan. 3) Jika haid sudah dapat, insersi dilakukan sesudah yakin tidak ada kehamilan. e.



Kondom Kondom



dapat



digunakan



setiap



saat,



tidak



ada



pengaruhnya terhadap laktasi. Klien tidak menyusui : 1)



Kondom, MAL, Progestin dapat segera digunakan



2)



Kontrasepsi



kombinasi



dapat



dimulai



3



minggu



pascapersalinan, lebih dari 6 minggu pascapersalinan atau sesudah dapat haid (setelah yakin tidak ada kehamilan).



5. PANDUAN PEMILIHAN KONTRASEPSI Pemberian pelayanan berperan sebagai konselor dan fasilisator, sesuai dengan langkah-langkah di bawah ini,( Kemenkes, 2013) : a.



Jalin komunikasi yang baik denga ibu Beri salam kepada ibu, tersenyum, perkenalkan diri. Gunakan komunikasi verbal dan nonverbal sebagai awal interaksi dua arah. Tanya ibu tentang identitas dan keinginannya pada kunjungan ini.



b.



Nilailah



kebutuhan



dan



kondisi



ibu



Tanyakan



tujuan



ibu



berkontrasepsi dan jelaskan pilihan metode yang dapat digunakan untuk tujuan tersebut. Tanyakan juga apa ibu sudah memikirkan pilihan metode tertentu. c.



Berikan informasi mengenai pilihan metode kontrasepsi yang dapat digunakan ibu. Berikan informasi objektif dan lengkap tentang berbagai metode kontrasepsi: efektivitas, cara kerja, efek samping, dan komplikasi yang dapat terjadi serta upaya-upaya untuk



89



menghilangkan atau mengurangi berbagai efek yang merugikan tersebut. d.



Bantu



ibu



menentukan



pilihan



Bantu



ibu



memilih



metode



kontrasepsi yang paling aman dan sesuai bagi dirinya. Beri kesempatan pada ibu untuk mempertimbangkan pilihannya. Apalagi ingin



mendapat



penjelasan



lanjutan,



anjurkan



ibu



untuk



berkonsultasi kembali atau rujuk pada konselor atau tenaga kesehatan yang lebih ahli. e.



Jelaskan secara lengkap mengenai metode kontrasepsi yang telah dipilih ibu Setelah ibu memilih metode yang sesuai baginya, jelaskan mengenai : 1)



Waktu, tempat, tenaga dan cara pemasangan/pemakaian alat kontrasepsi.



2)



Rencana pengamatan lanjutan setelah pemasangan.



3)



Cara mengenali efek samping/komplikasi.



4)



Lokasi klinik keluarga berencana (KB)/tempat pelayanan untuk kunjungan ulang bila diperlukan.



5) f.



Waktu penggantian/pencabutan alat kontrasepsi.



Rujuk ibu bila diperlukan Rujuk ke konselor yang lebih ahli apabila di klinik KB ini belum mendapat informasi yang cukup memuaskan, atau rujuk ke fasilitas pelayanan kontrasepsi/kesehatan yang lebih lengkap apabila klinik KB setempat tidak mampu mengatasi efek samping/komplikasi



atau



memenuhi



keinginan



ibu.



Berikan



pelayanan lanjutan setelah ibu dikirim kembali oleh fasilitas rujukan.



90



F. STANDAR KOMPETENSI BIDAN Menurut KEPMENKES Nomor



HK.01.07/MENKES/320/2020



tentang Standar Profesi Bidan, Kompetensi Bidan menjadi dasar memberikan pelayanan kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan. Area Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan



a. Bidan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk memberikan asuhan yang berkualitas dan tanggap budaya sesuai ruang lingkup asuhan:



1) Bayi Baru Lahir (Neonatus). 2) Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. 3) Remaja. 4) Masa Sebelum Hamil. 5) Masa Kehamilan. 6) Masa Persalinan. 7) Masa Pasca Keguguran. 8) Masa Nifas. 9) Masa Antara. 10)



Masa Klimakterium.



11)



Pelayanan Keluarga Berencana.



12)



Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas Perempuan.



b. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas: 1)



Perubahan fisik dan psikologis pada ibu nifas



2)



Masa laktasi



3)



Asuhan kebidanan pada masa nifas



4)



Deteksi dini, komplikasi dan penyulit masa nifas



5)



Tatalaksana kegawatdaruratan pada masa nifas dan rujukan



91



BAB III ASUHAN KEBIDANAN A. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL TRIMESTER III KUNJUNGAN KE-1 No. Reg



: 263



Nama Pengkaji



: Heni Widyastuti



Hari/Tanggal



:Sabtu, 12-03-2022



Waktu Pengkajian



: 13.00 WIB



Tempat Pengkajian



: PMB Heni Widyastuti



DATA SUBJEKTIF 1.



Identitas Jenis



Istri



Suami



Nama



Ny. E



Tn. M



Umur



29 tahun



28 tahun



Suku/bangsa



Jawa/Indonesia



Jawa/Indonesia



Agama



Islam



Islam



Pendidikan



SMP



SMA



Pekerjaan



IRT



Karyawan Swasta



Alamat rumah



Kembang Kerep Rt 03 Rw 02



Kembang Kerep Rt 03



Telp :



Rw 02



Identitas



Telp : Alamat kantor



2.



-



-



Telp :



Telp :



Hp



Hp



:



:



Quick cek No. 1



Hasil Ya Tidak √



Jenis Quick cek sakit kepala hebat



92



Keterangan



2 3 4 5 6 7 8 3.



4.



Gangguan penglihatan Pembengkakan pada wajah dan tangan Nyeri abdomen (epigastrium) Mual dan muntah berlebihan Pergerakan janin yang tidak biasa Pengeluaran pervaginam Demam



√ √ √ √ √ √ √



Keluhan saat ini  Keputihan



: Tidak ada



 Masalah atau kelainan pada kehamilan ini



: Tidak ada



 Masalah atau keluhan lainnya



: sering BAK



Riwayat kehamilan sekarang  HPHT



: 07 Juli 2021



 Siklus haid



: 28 hari



 Taksiran waktu persalinan : 15 April 2022  Gerakan janin pertama kali



: Usia kehamilan 4 bulan



 Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir



: sering, >20 x/hr



 Pemakaian obat dan jamu-jamuan



: Tidak pernah minum jamu



 5.



Kekhawatiran yang berkaitan dengan kehamilan : Tidak ada



Riwayat obstetrik



No Tanggal



UK



Partus



Tempat Partus



Jenis Partus



Penolong



Penyulit



JK



BB



PB



PB



iwayat



Ket



Meny usui



1. 24-012016



2. 4-032019



39 minggu 40



Puskesm Spontan as



Bidan



-Tidak ada ♀La 3000 48 kilaki



2 Sehat Tahun



PMB



Bidan



Tidak ada Pere 3300 50 mpu an



2 tahun



Spontanj



minggu



3. Hamil ini



93



Sehat



6. Riwayat kesehatan No.



Jenis



Hasil Ada



Keterangan



Tidak ada



1



Jantung







2



Hipertensi







3



DM







4



Asma







5



Hepatitis







6



IMS/HIV







7



TBC







8



Ginjal kronis







9



Malaria







10



Epilepsi







11



Kejiwaan







12



Kelainan kongenital







13



Alergi







obat



/makanan 14



Kecelakaan







15



Tranfusi darah







16



Golongan Darah



17



Riwayat Operasi







18



Obat



yang







dan







rutin



dikonsumsi 19



Thalasemia



gangguan hematologi 



Riwayat imunisasi TT :







TT I : Saat masih bayi (1993) TT II : Saat masih bayi (1994) TT III : Saat SD (2000) TT IV : Catin Tahun 2013 TT V : Kehamilan ke-1 Tahun 2015 Golongan darah : A (+)



94



7.



8.



Riwayat kontrasepsi  Kontrasepsi yang pernah digunakan



: Suntik KB 3 bulan



 Kontrasepsi terakhir sebelum hamil



: Suntik KB 3 bulan



 Keluhan dalam penggunaan kontrasepsi



: Jarang haid



Riwayat sosial ekonomi  Usia pertama menikah: 20 tahun  Status perkawinan: syah  Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan dan kesiapan persalinan: Sangat mendukung  Dukungan keluarga : Baik  Pengambil keputusan dalam keluarga: Suami dan Istri  Kebiasaan/pola makan dan minum: -



Makan: Frekuensi : 3-4 kali, porsi : sedang Menu : Nasi, lauk pauk hewani dan nabati, sayur mayur Nafsu makan : baik



-



Minum : 86-8 gelas/ hari (air putih) dan 1-2 gelas susu/hari



 Kondisi rumah: Bersih, tidak bising, ada ventilasi, sanitasi mengalir  Kebiasaan merokok, obat-obatan dan alkohol: Tidak ada  Beban kerja dan aktivitas sehari-hari: aktivitas rumah tangga seperti menyapu, mengepel rumah, mencuci pakaian, memasak. Dilakukan ibu secara bertahap  Seksualitas: frekuensi : 1 kali dalam 1 minggu, keluhan : Tidak ada keluhan  Kekerasan dalam rumah tangga: Tidak ada  Tempat dan petugas kesehatan yang diinginkan untuk persalinan : PMB, Bidan  Keinginan ibu memberikan ASI eksklusif : Sangat ingin  Rencana ibu memberikan ASI: sampai usia anak 2 tahun



95



DATA OBJEKTIF 1.



Kesadaran



: Composmetis



2.



Keadaan umum



: Baik



3.



Keadaan emosional



: Stabil



4.



TB



: 160 cm



5.



BB



6.



TTV



7.



: 64 kg



Tekanan darah : 120/80 mmHg



Nadi: 80x/menit



Respirasi



Suhu : 36,2°C



: 18x/menit



Head to toe  Wajah: Simetris, Tidak pucat, Tidak ada edema  Kepala dan rambut: Rambut hitam, bersih, tidak berbau, tidak ada ketombe, kepala tidak ada nyeri tekan  Mata: simetris, konjungtiva : Tidak Pucat, sklera : Tidak Kuning  Hidung: Bersih, Tidak ada polip, Tidak ada sekret  Mulut : Bersih, tidak berbau, tidak sariawan, tidak ada karies  Telinga: Simetris, tidak ada pengeluaran serumen, tidak ada gangguan pendengaran  Leher:



Pembesaran kelenjar getah bening : Tidak Pembesaran kelenjar thyroid



: Tidak



 Payudara: Simetris, aerola kehitaman, tidak bengkak, tidak kemerahan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, belum ada pengeluaran asi  Abdomen Bekas luka operasi



: Tidak ada bekas luka operasi



TFU



: 28 cm



Leopold I



: Fundus pertengahan px dan pusat. Teraba satu



bagian bulat lunak tidak melenting seperti bokong Leopold II: Kanan :Teraba bagian panjang keras seperti papan seperti punggung. Kiri



:



Teraba



bagian



bagian



kecil



seperti



ekstremitas Leopold III



: Teraba satu bagian bulat keras melenting, tidak dapat digoyangkan seperti kepala,



96



Leopold IV



: Divergen 3/5 bagian



DJJ



: 142 x/menit irama teratur



Punktum Maksimum : 3 jari dibawah pusat sebelah kanan. Ekstremitas atas dan bawah : Simetris, tidak ada kelainan, terdapat bintik bintik hitam,tidak ada nyeri tekan, tidak ada varises. Tidak bengkak  Anogenital: -



Tukak/luka : Tidak ada luka



-



varises



-



kelenjar scene : Tidak ada pengeluaran



-



kelenjar bartholin : Tidak ada pembesaran



-



haemoroid : Tidak ada haemoroid



: Tidak ada varises



 CVAT: nyeri ketuk : kanan (-) kiri (-)  Refleks patella : kanan (+) kiri (+) 8.



Pemeriksaan penunjang 



HB



: 12 gr%







HBsAg



: NonReaktif







Sphylis



: NonReaktif







HIV



: Negatif







Protein Urine : Negatif



ANALISIS Ny.E usia 29 tahun G3P2A0 Hamil 35 minggu, Janin Tunggal Hidup Intra Uterin Presentasi Kepala Masalah : Sering BAK PENATALAKSANAAN 1. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu dengan melibatkan suami atau keluarga bahwa usia kehamilan ibu saat ini sudah 35 minggu, dan kondisi ibu dan janin dalam keadaan baik-baik saja. (Ibu telah mengerti dengan penjelasan yang diberikan). 2. Memberitahu kepada ibu tentang fisiologis trimester III seperti sering BAK karena hal itu merupakan hal yang normal terjadi pada ibu hamil karena pembesaran rahim dan turunnya kepala janin ke PAP sehingga menekan kandung kemih. (Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan) 3. Memberitahu ibu cara mengatasi sering kencing seperti, kurangi minum dimalam hari, perbanyak minum disiang hari, segera berkemih jika ada rasa ingin berkemih. (Ibu mengerti) 4. Memberikan KIE tentang pentingnya menjaga Personal Hygiene terutama Vulva Hygiene agar tetap dijaga dari kelembaban nya dengan sering mengganti 97



celana dalam jika lembab/basah, dan selalu dilap kering menggunakan lap khusus/tisu jika selesai BAK. (Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan) 5. Memberikan KIE kepada ibu tentang pola nutrisi dengan gizi seimbang yaitu makanan yang mengandung karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, dan lemak dengan contoh 1 piring nasi, 1 potong ikan/daging, 1 potong dan tempe, 1 mangkuk sayur, buah dan 1 gelas susu. . (Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan akan melaksanakannya). 6. Memberitahu ibu tentang isirahat yang cukup dengan tidur siang ±2 jam dan tidur malam ±7 jam. 7. Menganjurkan ibu untuk menghitung gerakan janinnya untuk memantau kesehatan janinnya. a. Waktu menghitung gerakan dilakukan sekali dalam sehari b. Dihitung hingga 10 kali gerakan dengan sekurang-kura ngnya 10 gerakan dalam 10 jam c. Ibu harus memberitahu bidan/dokter apabila gerakan janinnya kurang dari 10 kali dalam 10 jam. (Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan mengerti cara menghitung gerakan janinnya dalam sehari). 8. Menganjurkan ibu untuk memantau tanda-tanda bahaya kehamilan trimester III. (Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan mau ke fasilitas kesehatan terdekat apabila terjadi tanda-tanda bahaya kehamilan trimester III ). 9. Memberikan vitamin Vitonal-F dosis 1 kali sehari 1 tablet dan Calci-D dosis 1 x sehari 1 tablet. (Ibu mengerti) 10. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang seminggu lagi pada tanggal 6 Juni 2021 atau kapan saja jika ada keluhan. (ibu mengerti) 11. Mendokumentasikan dengan metode SOAP (pendokumentasian sudah dilakukan)



98



Dokumentasi dalam bentuk Pathway Asuhan Kebidanan Pathway Kasus Kebidanan Kehamilan Trimester 3 Nama : Ny.E Usia : 29 th G3 P2 A0 Hamil 35 minggu Janin Tunggal Hidup Intra Uterin Presentasi Kepala



Tanda / Gejala / keluhan secara teori : Keluhan berupa sulit menahan BAK adalah hal yang fisiologis karena akibat dari desakan uterus ke kandung kemih. Sehingga saluran kencing tertekan oleh uterus yang membesar. (Walyani, 2015)



Patofisiologi (Sesuai Tanda / Gejala / keluhan yang dialami pasien) Ketidaknyamanan sering buang air kecil yang dirasakan oleh ibu hamil trimester III secara fisiologis disebabkan karena ginjal bekerja lebih berat dari biasanya, karena organ tersebut harus menyaring volume darah lebih banyak dibanding sebelum hamil. Proses penyaringan tersebut kemudian menghasilkan lebih banyak urine. Kemudian janin dan plasenta yang membesar juga memberikan tekanan pada kandung kemih, sehingga menjadikan ibu hamil harus sering ke kamar kecil untuk buang



Rasionalisasi dari asuhan yang diberikan :



Asuhan yang diberikan :



1. Perubahan fisiologis trimester III seperti sering BAK karena hal itu merupakan hal yang normal terjadi pada ibu hamil karena pembesaran rahim dan turunnya kepala janin ke PAP sehingga menekan kandung kemih 2. Dengan tidak menahan BAK, dapat terhindar dari infeksi saluran kemih. 3. Dengan menjaga kebersihan dan jaga kering alat kelamin, dapat terhindar dari keputihan. 4. Dengan perbanyak minum dapat terhindar dari dehidrasi dan menjaga keseimbangan cairan yang masuk dan keluar



1. Memberitahu Ibu hasil pemeriksaan 2. Memberitahu Ibu tentang perubahan fisologis Ibu hamil trimester III salah satu nya keluhan sering kencing yg dialaminya. 3. Memberitahu ibu cara mengatasi sering kencing seperti, kurangi minum dimalam hari, perbanyak minum disiang hari, segera berkemih jika ada rasa ingin berkemih. 4. Menganjurkan ibu untuk tetap jaga kebersihan dan jaga kering pada area kewanitaannya agar tidak lembab



Evaluasi asuhan yang diberikan : Keluhan yg dialami ibu hamil, dan masih dapat diatasi dengan mengurangi minum dimalam hari dan menjaga kebersihan vulva hygiene



99



KUNJUNGAN ULANG No register



: 263



Nama pengkaji



: Heni WIdyastuti



Hari /tanggal 2022



: Rabu,23 Maret



Waktu pengkajian



: 09.00 WIB



Tempat pengkajian



: PMB Heni WIdyastuti



DATA SUBJEKTIF 1. Identitas Jenis



Istri



Suami



Nama



Ny. E



Tn. M



Umur



29 tahun



28 tahun



Suku/bangsa



Jawa/Indonesia



Jawa/Indonesia



Agama



Islam



Islam



Pendidikan



SMP



SMA



Pekerjaan



IRT



Karyawan Swasta



Alamat rumah



Kembang Kerep Rt 03 Rw 02



Kembang Kerep Rt 03



Telp :



Rw 02



Identitas



Telp : Alamat kantor



2. Quick cek No 1 2 3 4 5 6 7 8



-



-



Telp :



Telp :



Hp



Hp



:



Jenis quick cek



Hasil Ya



Sakit kepala hebat Gangguan penglihatan Pembengkakan pada wajah dan tangan Nyeri abdomen/epigastrium Mual dan muntah berlebihan Pergerakan janin tidak terasa Pengeluaran pervaginam Demam



Keterangan Tidak √ √ √ √ √ √ √ √



100



:



3. Keluhan saat ini 



Keputihan



: Tidak ada







Masalah dan kelainan pada kehamilan ini



: Tidak ada







Masalah atau keluhan lainnya



: Sering pegal-pegal pada



pinggang dan punggung bawah DATA OBJEKTIF 1.



Kesadaran



: Compos mentis



2.



keadaan umum



: Baik



3.



keadaan emosional: Stabil



4.BB/LILA



: 65 kg



5. TTV



:TD: 120/80 mmhg,Nadi : 80x/mnt Respirasi: 20x/mnt suhu : 36,3 C



6. Mata



:Simetris,conjungtiva Tidak pucat,sklera tidk icterus.



7. Payudara



: Pembesaran simetris,tampak hiperpigmentasi pada areola,puting susu menonjol tidak ada benjolan, belum ada pengeluaran colostrum .



8. Abdomen



: TFU 30 cm



Leopold I : Fundus 3 jari dibawah px. Teraba satu bagian bulat lunak tidak melenting seperti bokong Leopold II : Kanan : Teraba bagian panjang keras seperti papan seperti punggung Kiri



: Teraba bagian bagian kecil seperti ekstremitas



Leopold III : Bagian terbawah teraba bulat digoyangkan kepala, sudah masuk PAP Leopold IV : divergen, 3/5 bagian 9.Extremitas atas dan bawah : Tidak odema DJJ



: 144x/mnt teratur



TBJ



: 2790 gram



CVAT



: nyeri ketuk kanan (-) kiri (-)



ANALISIS : Ny E umur 29 tahun G3 P2 A0 hamil 36 101



keras tidak bisa



minggu 4 hari Janin tuggal hidup intra uterin presentasi kepala Masalah : sering pegal-pegal pada pinggang dan punggung bawah PENATALAKSANAAN 1. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu dengan melibatkan suami atau keluarga bahwa usia kehamilan ibu saat ini sudah 36 minggu lebih 4 hari, dan kondisi ibu dan janin dalam keadaan baik-baik saja. (Ibu dan suami telah mengerti dengan penjelasan yang diberikan). 2. Memberitahu



kepada



ibu



tentang



fisiologis



trimester



III



dengan



semakin



membesarnya rahim dan pertumbuhan bayi, maka titik berat akan cenderung menjadi condong ke depan. Akibatnya ibu mengalami perubahan postur tubuh jadi tertarik ke belakang (lordosis), tulang punggung pada bagian bawah juga jadi melengkung dan otot tulang memendek, sehingga saat terus menerus berdiri, sering membungkuk dapat memicu sakit punggung. Selain itu, sakit punggung juga bisa terjadi akibat meningkatnya hormon. Pada hormon kehamilan yang naik bisa membuat persendian di tulang panggul meregang, pergeseran ini bisa memengaruhi cara punggung ketika menyangga perut. (Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan) 3. Menjelaskan pada ibu cara mengatasi pegal- pegal pada punggang seperti mengatur posisi tubuh yang baik, hindari bungkuk yang berlebihan saat mengangkat beban dan berjalan tanpa istirahat, saat istrahat posisikan badan senyaman mungkin dengan menggunakan bantal (Ibu telah mengerti dan bersedia untuk melakukannya). 4. Mengingatkan kembali ibu tentang tanda-tanda persalinan, persiapan persalinan seperti biaya, pendamping, perlengkapan ibu dan bayi, serta tanda-tanda bahaya persalinan. (Ibu mengerti dan telah menyiapkan semua kebutuhan persalinan) 5. Memberikan vitamin Vitonal-F dosis 1 kali sehari 1 tablet dan Calci-D dosis 1 x sehari 1 tablet (Ibu mengerti) 6. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang seminggu lagi atau kapan saja jika ada keluhan atau jika sudah ada tanda-tanda persalinan.(ibu mengerti) 7. Mendokumentasikan dengan metode SOAP (pendokumentasian sudah dilakukan)



102



Dokumentasi dalam bentuk Pathway Asuhan Kebidanan KUNJUNGAN ULANG Kehamilan Trimester 3 Nama : Ny.E Usia : 29 th G3 P2 A0 Hamil 36 minggu 4 hari Janin Tunggal Hidup Intrauterin Presentasi Kepala Tanda / Gejala / keluhan secara teori :



Tanda / Gejala / keluhan yang dialami pasien :



Nyeri punggung pd kehamilan adalah nyeri yg dirasakan pd ibu hamil yg disebabkan oleh pertumbuhan janin dlm kandungan yg kemudian mengakibatkan terjadi perubahan pusat gravitasi, sehingga terjadi penyesuaian postur tubuh yg menyebabkan ketidak nyamanan pd ibu hamil dan dapat terjadi pd Trimester 1,2 dan 3 dimasa kehamilan ( Linden, Ellyana 2012).



Ibu mengatakan sering pegal-pegal pada pinggang dan punggung bagian bawah



Asuhan yang diberikan : 1. Menyampaikan hasil pemeriksaan 2. Memberitahu Ibu tentang perubahan fisologis Ibu hamil trimester III salah satu nya keluhan sering pegal-pegal didaerah pinggang dan punggung bawah 3. Memberitahu ibu cara mengurangi keluhan pegal-pegal pd pinggang dan punggung bawah 4. Memberikan KIE tentang tandatanda persalinan, tanda bahaya persalinan dan persiapan persalinan 5. Memberikan vitamin Vitonal-F dan Calci-D dosis 1X1 tablet 6. Memberitahu jadwal kunjungan ulang



103



B. ASUHAN KEBIDANAN PADA INTRANATAL CARE 1 KUNJUNGAN AWAL No Reg



: 263



Tanggal



: 15 April 2022



Pukul



: 12.00 WIB



Oleh



: Heni Widyastuti



Tempat



: PMB Heni Widyastuti



DATA SUBJEKTIF 1.



Identitas Jenis



Istri



Suami



Nama



Ny. E



Tn. M



Umur



29 tahun



28 tahun



Suku/bangsa



Jawa/Indonesia



Jawa/Indonesia



Agama



Islam



Islam



Pendidikan



SMP



SMA



Pekerjaan



IRT



Karyawan Swasta



Alamat rumah



Kembang Kerep Rt 03 Rw 02



Kembang Kerep Rt 03



Telp :



Rw 02



Identitas



Telp : Alamat kantor



-



-



Telp :



Telp :



Hp



Hp



:



:



2. Quick cek No



Jenis Quick cek



Hasil Ya



Keterangan tidak



1



Sakit kepala hebat







2



Gangguan penglihatan







3



Pembengkakan pada wajah dan







tangan 4



Mual dan muntah berlebihan







5



Nyeri abdomen (epigastrium)







104



3.



6



Pergerakan janin yang tidak biasa



7



Pengeluaran pervaginam



8



Demam



√ √



Keluar lendir bercampur darah dari kemaluan sejak pukul 09.30 WIB







Keluhan saat ini Ibu mengatakan perut terasa mules dan keluar lender darah sejak pukul 09.30 WIB



4.



Riwayat kehamilan sekarang  HPHT



: 07 – 07 - 2021



 Siklus haid



: 28 hari



 Taksiran waktu persalinan : 15 - 04 -2022  Gerakan janin pertama kali



: November 2022



 Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir



: >20 kali



 Pemakaian obat dan jamu-jamuan



: tidak pernah



 Kekhawatiran yang berkaitan dengan persalinan : tidak ada 5.



Riwayat obstetrik



No Tanggal



UK



Partus



Tempat Partus



Jenis Partus



Penolong



Penyulit



JK



BB



PB



PB



iwayat



Ket



Meny usui



1. 24-012016



2. 4-032019



39 minggu 40



Puskesm Spontan as



Bidan



-Tidak ada ♀La 3000 48 kilaki



2 Sehat Tahun



PMB



Bidan



Tidak ada Pere 3300 50 mpu an



2 tahun



Spontanj



minggu



3. Hamil ini



105



Sehat



6. Riwayat kesehatan No



Jenis



Hasil Ada



Keterangan Tidak ada



1



Jantung







2



Hipertensi







3



DM







4



Asma







5



Hepatitis







6



IMS/HIV







7



TBC







8



Ginjal kronis







9



Malaria







10



Epilepsi







11



Kejiwaan







12



Kelainan kongenital







13



Alergi obat /makanan







14



Kecelakaan







15



Tranfusi darah







16



Golongan darah







17



Riwayat Operasi







18



Obat



rutin



yang







dan







dikonsumsi 19



Thalasemia



gangguan hematologi  Riwayat imunisasi TT: TT I



: Saat masih bayi (1993)



TT II



: Saat masih bayi (1994)



TT III



: Saat SD (2000)



TT IV



: Catin Tahun 2013



TT V



: Kehamilan ke-1 Tahun 2015



106



7. Riwayat kontrasepsi  Kontrasepsi yang pernah digunakan



: Suntik KB 3 bulan



 Kontrasepsi terakhir sebelum hamil



: Suntik KB 3 bulan



 Keluhan dalam penggunaan kontrasepsi



: Jarang haid



8. Riwayat sosial ekonomi  Usia pertama menikah : 20 tahun  Status perkawinan : Syah  Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan dan kesiapan persalinan: Mendukung  Dukungan keluarga : Baik  Pengambil keputusan dalam keluarga : Suami dan Istri  Makan dan minum terakhir: -



Makan terakhir pkl 11.40 WIB. Nafsu makan : menurun karena merasakan mules



- Minum terakhir pukul 11.40 WIB sebanyak 200 cc  BAB dan BAK terakhir : BAB terakhir pkl 06.30 WIB BAK terakhir pkl 13.30 WIB  Kebiasaan merokok, obat-obatan dan alkohol: tidak ada  Kekerasan dalam rumah tangga : tidak ada  Keinginan ibu memberikan ASI eksklusif : ibu ingin berhasil memberikan ASI eksklusif  Rencana ibu memberikan ASI : sampai usia 2 tahun



107



Data Obyektif 1.



Kesadaran



: composmentis



2.



Keadaan umum



: baik



3.



Keadaan emosional



: stabil



4.



TTV Tekanan darah



: 120/80 mmHg



Nadi : 80x/menit



Respirasi



: 20x/menit Suhu : 36,2 °C



BB = 65 kg, TB = 160 cm  Abdomen His



: 4x/10 menit lamanya 40 detik



TFU



: 31 cm



Leopold I



TBJ : 2945g



: teraba satu bagian besar, lunak, tidak bulat dan tidak melenting (bokong)



Leopold II



: sebelah kanan teraba keras, datar seperti papan (punggung) Sebelah



kiri



teraba



bagian-bagian



kecil



(ekstremitas) Leopold III



: teraba satu bagian besar, bulat, keras dan tidak bisa di goyangkan (kepala). Sudah masuk PAP



Leopold IV



: divergen, 2/5 bagian



DJJ



: (+) 149 x/menit, Irama : teratur



 Ekstremitas : simetris, telapak tangan tidak pucat, tidak ada edema, varises dan kekakuan sendi.  Anogenital : - Tukak/luka : tidak ada - varises



: tidak ada,



- kelenjar scene : tidak ada pengeluaran cairan - kelenjar bartholin : tidak ada pembesaran - PD/VT (Vaginal Toucher):  vulva vagina



: tidak ada kelainan



 portio



: tipis, lunak



 pembukaan



: 8 cm 108



 ketuban



: jernih spontan 11.40 WIB



 presentasi



: kepala



 posisi



: UUK kanan depan



 penurunan



: H II



 penyusupan



: tidak ada



- haemoroid : tidak ada PEMERIKSAAN PENUNJANG -



HB



: 12 gr/dl



-



HBsAg



: NonReaktif



-



TPHA/Sifilis



: NonReaktif



-



Reduksi Urine



: Negatif



-



Protein Urine



: Negatif



-



Swab Antigen



: Negatif



ANALISIS Ny. E usia 29 tahun G3P2A0, hamil 40 minggu inpartu kala 1 fase aktif Janin tunggal hidup intra uterin presentasi kepala. PENATALAKSANAAN 1. Melakukan informend consent dan ibu menandatanganinya 2. Menjelaskan hasil pemeriksaan saat ini ibu sudah pembukaan 8 cm (ibu mengerti) 3. Melakukan pemasangan infus RL 500 ml dengan 20 TPM (infus terpasang tetesan lancar pukul 12.35 WIB) 4. Memberikan dukungan spiritual dan emosional pada ibu (ibu mengerti) 5. Menganjurkan pendamping/suami untuk melakukan pijatan lembut pada bagian punggung bawah ibu untuk mengurangi rasa sakit ibu saat kontraksi (suami mengerti dan melakukan pijatan lembut pada punggung bawah ibu) 6. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi (ibu minum 1 gelas teh manis) 7. Menganjurkan keluarga untuk mendampingi ibu dalam proses persalinan misalnya suami atau orang tua ( Ibu didampingi oleh suami) 8. Menganjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat proses persalinan misal jongkok, setengah duduk, terlentang, tidur miring kiri. ( Ibu memilih posisi tidur miring ke kiri) 9. Menganjurkan ibu untuk tidak meneran sebelum pembukaan lengkap (Ibu mengerti) 10.Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK dan BAB jika Ibu mau BAK dan BAB (Ibu mengerti 11.Mengobservasi kemajuan persalinan dengan pertograf, yaitu DJJ 30 menit sekali, VT 2 jam lagi/jika ada indikasi, His 30 menit sekali, dan nadi 30 menit sekali. 12.Menyiapkan alat-alat : partus set, dalam keadaan siap pakai dan steril, untuk 109



memudahkandan mempercepat penolong dalam melakukan persalinan.



SOAP KALA II Pkl : 12.50 WIB SUBJEKTIF : Ibu mengatakan mulas-mulas semakin kuat dan sering, sakit pinggang yang menjalar sampai ke perut bagian bawah, keluar air air banyak secara tiba-tiba dan ada dorongan ingin mengedan serasa seperti ingin buang air besar. OBJEKTIF : Inspeksi : Ada tanda dan gejala kala II -



Ibu Tampak Meneran



-



Tekanan pada anus



-



Vulva membuka



-



Perineum menonjol



K/U : baik, kesadaran : compos mentis, Keadaan emosional : stabil TD : 110/80, Nadi : 80 x/menit, RR : 20 x/menit, Suhu : 36,7ºC His 4 x 10 menit lama 40 detik , kuat, DJJ (+) 148 x/menit teratur PD : portio tidak teraba, pembukaan lengkap, ketuban ( +) penurunan H IV, posisi UUK depan, penyusupan tidak ada ANALISIS : Ny. E usia 29 tahun G3P2A0 hamil 40 minggu partus kala II, Janin Tunggal Hidup Intra Uterin Presentasi Kepala PENATALAKSANAAN : 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa saat ini pembukaan sudah lengkap, dan ibu sudah boleh meneran. 2. Mempersiapkan diri dengan cara memakai barier protektif seperti celemek, masker,mencuci tangan sebelum tindakan. 3. Memastikan perlengkapan persalinan, partus set, heacting set, dan obat-obatan esential sudah di siapkan. 4. Mematahkan ampul oksitosin 10 IU dan menempatkan spuit ke 110



dalam partus set, setelah oksitosin di masukkan ke dalam spuit. 5. Menganjurkan suami untuk menemani ibu dalam proses persalinan dan memberi dukungan kepada ibu. (suami telah berada disamping ibu) 6. Membantu ibu untuk mengambil posisi yang nyaman pada saat persalinan( ibu memilih posisi litotomi) 7. Membantu ibu mengajarkan teknik relaksasi yang baik, dan memberikan ibu minum untuk menambah tenaga pada saat persalinan.(Ibu sudah menerapkan teknik relaksasi yang benar dan sudah minum 1 gelas teh manis hangat) 8. Menghitung DJJ disela kontraksi saat relaksasi (DJJ 150x/menit) 9. Memasang underpad di bawah bokong ibu. Setelah kepala bayi tampak 5-6 cm di depan vulva pimpin ibu untuk meneran, dekatkan partus set dan buka partus set, memakai sarung tangan. 10. Meletakkan kain yang dilipat 1/3 nya di bawah bokong ibu untuk melindungi perineum, dengan tangan kanan, ibu jari pada salah satu sisi perenium dan 4 jari tangan pada sisi yang lain dan tangan kiri melindungi kepala bayi agar mencegah posisi kepala bayi tidak terjadi defleksi maksimal. Setelah kepala bayi lahir, maka akan lahir berturut-turut dahi, hidung, mulut, dagu. Setelah kepala bayi lahir secara keseluruhan maka cek apakah ada lilitan tali pusat, jika tidak ada lilitan tali pusat maka tunggu kepala bayi mengadakan putar paksi luar,dan tangan secara biparietal memegang kepala untuk membantu



melahirkan



bahu,



tarik



curam



ke



bawah



untuk



melahirkan bahu depan dan tarik ke atas untuk melahirkan bahu belakang kemudian tangan kanan menyanggah leher dan bahu bayi sedangkan tangan kiri menyusuri bahu sampai dengan badan bayi lahir secara keseluruhan. Bayi lahir pukul 13.00 WIB, lahir secara spontan, jenis kelamin laki- laki, menangis kuat, warna kulit kemerahan, dan tonus otot baik, A/S 9/10. 11. Memfasilitasi ibu untuk IMD dengan meletakkan bayi di atas kain bersih sambil mengeringkan bayi dari kepala dan bagian tubuh bayi yang lainnya kecuali telapak tangan bayi untuk memudahkan bayi mencari puting susu ibu. 111



Kala III (Pukul 13.05 WIB) SUBJEKTIF : Ibu mengatakan merasa senang dan lega setelah melahirkan bayinya OBJEKTIF : KU baik, kesadaran CM, keadaan emosional : stabil. TD 110/70 mmhg, N 80 x/m, Rr 20 x/m, S : 36,6 "C. Palpasi tidak ada janin kedua, uterus teraba keras, TFU: sepusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, tampak tali pusat didepan vulva, perdarahan + 100 cc. ANALISIS : Ny E Usia 29 tahun P3A0 partus kala III PENATALAKSANAAN: 1. Memeriksa fundus uteri, apakah ada janin kedua, tidak ada janin kedua (tinggi fundus uteri sepusat) 2. Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin 10 IU pada paha kiri 1/3 paha bagian luar secara IM. (Ibu bersedia dan oksitosin telah disuntikkan) 3. Klem tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi dan urut tali pusat ke arah maternal, dan klem tali pusat yang ke dua berjarak 2 cm dari klem pertama, kemudian memotong tali pusat dengan tangan kiri melindungi perut bayi. 4. Mengikat tali pusat dan memfasilitasi Ibu dan bayi untuk melakukan IMD dengan meletakan kembali bayi di dada ibu. 5. Memindahkan klem tali pusat 5-6 cm dari vulva, kemudian meletakkan tangan kiri di atas simfisis pubis ke arah lumbal dan kepala ibu (dorsokranial) untuk mencegah terjadinya inversio uteri dan tangan kanan melakukan penegangan tali pusat terkendali. 6. Melakukan penegangan tali pusat terkendali saat (PTT) ada kontraksi, PTT dilakukan 2 kali kemudian terlihat tanda-tanda pelepasan plasenta, uterus globuler, tali pusat memanjang, adanya semburan darah, saat plasenta terlihat pada introitus vagina lahirkan plasenta dengan menarik tali pusat ke arah bawah lalu ke atas sesuai dengan jalan lahir, sanggah plasenta dengan kedua tangan dan putar plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban. (Plasenta lahir spontan pukul 13.10 WIB) 7. Melakukan massage uterus selama 15 detik agar uterus berkontraksi. (uterus berkontraksi baik) 8. Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaputnya (kotiledon lengkap, diameter plasenta ±20 cm, tebal 2 cm, insersio tali pusat sentralis, panjang tali pusat ±45 cm, terdapat 2 arteri 1 vena) 9. Memeriksa robekan pada jalan lahir ( jalan lahir utuh tidak ada robekan jalan lahir) 10. Melakukan evaluasi perdarahan (perdarahan ± 100cc) 112



Kala IV (Pukul 13.25 WIB)



SUBJEKTIF Ibu mengatakan senang karena bayinya lahir dengan selamat dan mengatakan bahwa perutnya masih terasa mulas. OBJEKTIF : K/U : ibu tampak lelah, kesadaran : CM, Keadaan emosional : stabil TD : 100/70 mmHg, nadi 84 x/menit, Suhu : 36,6ºC, RR : 20 x/menit Abdomen : TFU : 1 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong Perdarahan : 100 cc, perineum utuh. Analisis Ny E Usia 29 tahun P3A0 partus kala IV



PENATALAKSANAAN 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, keadaan ibu dan bayi sehat dan normal 2. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik, dan memberitahu ibu bahwa mulas adalah proses pengembalian bentuk rahim ke bentuk semula (ibu mengerti) 3. Mengajarkan ibu dan suami cara massage uterus yang benar (ibu dapat mengerti penjelasan yang diberikan) 4. Mengobservasi tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus uteri, kandung kemih, dan perdarahan pada ibu setiap 15 menit sekali pada jam pertama dan 30 menit pada jam kedua. 5. Memberitahu Ibu bahwa bayinya akan di berikan salep mata dan suntikan Vitamin K diberikan imunisasi Hepatitis B.(Vitamin K disuntikan di paha kiri dan vaksin Hepatitis B di paha kanan bayi) 6. Menempatkan semua peralatan kedalam larutan klorin 0,5 % untuk didekontaminasi selama 10 menit, dan membuang sampah dan bahanbahan lain yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah medis. 7. Membersihkan ibu dengan air DTT dan membantu ibu memakai pakaian, sudah bersih dengan baju yang baru diganti. (ibu merasa lebih nyaman) 8. Menganjurkan ibu untuk minum dan makan untuk mencegah hidrasi. (ibu minum 1 gelas teh manis hangat) 113



9. Memastikan bayi mendapat ASI secara benar. (bayi dapat menyusu secara benar) 10. Menganjurkan ibu untuk istirahat, dan memberitahu ibu bahwa akan dipindahkan ke ruang perawatan setelah 2 jam persalinan. 11. Melengkapi bagian belakang dari partograf. Tabel Pemantauan Pelaksanaan Kala IV



Jam Ke



Waktu



1



13.25 13.40 13.55 14.10



2



15.40 16.20



Tekanan Kontrak Kandu Darah Nadi Suhu Tinggu fundus si ng Pendarah uteri Uterus Kemih an 100/70 80 36,6 1 jari bawah Baik Kosong 20 cc pusat 100/70 78 1 jari bawah Baik Kosong 20 cc pusat 100/70 76 1 jari bawah Baik Kosong 20 cc pusat 100/70 78 1jari bawah Baik Kosong 20 cc pusat 110/70 78 36,3 2 jari bawah Baik Kosong 10 cc pusat 110/70 80 2 jari bawah Baik Kosong 10 cc pusat



114



Dokumentasi dalam bentuk Pathway Asuhan Kebidanan Hari dan Tanggal Tempat Praktik Nama Program Studi



: Jumat, 15 April 2022 : PMB Heni Widyastuti : Heni W : Profesi Bidan



Pathway Kasus Kebidanan Kala I Persalinan Nama : Ny.E Usia : 29 tahun G3 P2 A0 hamil 40 mggu Inpartu Kala 1 Fase Aktif Janin Tunggal Hidup Intra Uterine Presentasi Kepala



Tanda / Gejala / keluhan secara teori : Fisiologi kala I : 1.Rasa nyeri oleh adanya his yg datang lebih kuat,sering dan teratur. 2. Keluar lendir darah yg lebih banyak karena robekan2 kecil pada serviks 3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya 4.Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan telah ada pembukaan. ( Prawiroharjo, 2018) Rasionalisasi dari asuhan yang diberikan : 1. IC membantu bidan dlm mengambil tindakan & sbg perlindungan hukum 2. Memberi Dukungan agar ibu slalu semangat dan tenang tidak panic. 3. Agar ibu merasa nyaman dengan posisi yg dipilih ibu pada saat melalui proses persalinan 4. Makan dan minum untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi ibu 5. Observasi untuk kemajuan persalinan 2 jam lg/jika ada indikasi karena saat ini sudah pembukaan 8cm 6. Agar ibu lebih rileks dan tenang.



115



Pathway Kasus Kebidanan



Pathway Kasus Kebidanan 116



117



Pathway Kasus Kebidanan



118



C. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR No Reg : 263 Nama Pengkaji : Heni W Hari/tanggal : Jumat, 15 April 2022 Waktu Pengkajian : 14.00 WIB Tempat Pengkajian : PMB Heni Widyastuti 1) DATA SUBJEKTIF Jenis



Istri



Suami



Nama



Ny. E



Tn. M



Umur



29 tahun



28 tahun



Suku/bangsa



Jawa/Indonesia



Jawa/Indonesia



Agama



Islam



Islam



Pendidikan



SMP



SMA



Pekerjaan



IRT



Karyawan Swasta



Alamat rumah



Kembang Kerep Rt 03 Rw 02



Kembang Kerep Rt 03



Telp :



Rw 02



Identitas



Telp : Alamat kantor



-



-



Telp :



Telp :



Hp



Hp



:



Anamnesa pada tanggal: 15 April 2022 Pukul 14.00 WIB Oleh Heni Widyastuti Quick Cek :



ya



1.



Tidak mau minum atau memuntahkan semua 2. Kejang 3. Bergerak hanya jika dirangsang 4. Napas cepat ( ≥ 60 kali / menit ) 5. Napas lambat ( < 30 kali / menit ) 6. Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat 7. Merintih 8. Teraba demam (suhu ketiak > 37,50C) 9. Teraba dingin (suhu ketiak < 360C) 10. Tampak kuning pada telapak tangan dan kaki



tidak √ √ √ √ √ √ √ √ √ √



119



:



11. Perdarahan







a) Riwayat Kehamilan Sekarang a. Pemeriksaan Ante Natal (a) Keluhan  Trimester I  Trimester II  Trimester III (b) Imunisasi



: kadang-kadang mual : tidak ada : tidak ada : TT sudah lengkap



b.



Riwayat penyakit dalam kehamilan  Kardiovaskuler : tidak ada  Diabetes Melitus : tidak ada  TBC : tidak ada  Asma : tidak ada  Malaria : tidak ada  PMS : tidak ada  HIV/AIDS : tidak ada  Lain-lain : tidak ada



c.



Riwayat Komplikasi kehamilan (a) Perdarahan : tidaak ada (b) Preeklamsi : tidak ada (c) Eklamsi : tidak ada (d) Lain-lain : tidak ada



b) Riwayat Persalinan Sekarang (1) Jenis Persalinan : spontan (2) Ditolong Oleh : bidan (3) Lama Persalinan (a) Kala I (b) Kala II (c) Kala III



: 4 jam 30 menit : 15 menit : 10 menit



(4) Keadaan bayi saat lahir: sehat (5) Jumlah Air Ketuban : 500 cc (6) Komplikasi Persalinan : tidak ada 2)



DATA OBJEKTIF 1. Pemeriksaan Umum a. Suhu b. Pernafasan c. Nadi d. Keaktifan e. Tangisan



: 36.5 C : 40 x/menit : 125 x/menit : bergerak aktif : menangis kuat 120



2. a. b.



Antropometri Lingkar Kepala Lingkar dada c. Lingkar Lengan Atas d. Berat Badan e. Panjang Badan



rRefleks



Refleks Moro Refleks Rooting Refleks Tonic Neck Refleks Grafs/Plantar Refleks Suching Refleks Babinsky



3)



: 34 cm : 33 cm : 10 cm : 3000 gram : 49 cm : baik : baik : baik : baik : baik : baik



3.



Pemeriksaan Fisik Secara sistematis a. Kepala : bersih, keadaan kepala baik b. Muka : tidak oedem, tidak pucat, simetris, warna kemerahan c. Mata : sklera putih, tidak ada juling d. Hidung : lubang hidung (+), tidak ada cuping hidung e. Mulut : bibir berwarna merah, tidak ada labiopalatoskiziz, refleks rooting (+), refleks sucking (+) f. Telinga : tidak ada kelainan g. Leher : tidak ada pembengkakan, refleks tonick neck (+) h. Dada : Dada/Aksila :simetris, retraksi dada tidak ada, tidak ada pembengkakan aksila i. Perut : pembesaran simetris j. Tali Pusat : bersih terbungkus kassa k. Punggung : tidak ada spina bifida l. Ekstermitas : simetris, jari tangan lengkap, refleks grafis (+) jari, lengkap, gerak aktif m. Genetalia : tidak ada kelainan, bersih n. Anus : lubang anus (+),



4.



Eliminasi a. Miksi b. Mekonium



:+ :+



ANALISA By. Ny. E neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan Usia 1 jam



4)



PENATALAKSANAAN 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa saat ini bayinya dalam keadaan sehat, nadi 124x/menit, suhu 36,5 ºC, RR 45x/menit. berat badan 3000 gram, panjang 121



badan 49 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 34 cm, gerakan bayi aktif, bayi mau menyusu, ibu terlihat senang dengan hasil pemeriksaan 2. Mengganti kain yang kotor dengan yang bersih dan menyiapkan baju untuk bayi. Sudah disiapkan. 3. Melakukan informed consent bahwa bayi akan di suntik vitamin K untuk mencegah perdarahan intracranial pada bayi baru lahir dan salep mata Chlorampenicol untuk mencegah infeksi mata 4. Menyiapkan vitamin K 1 mg (0,5 ml) disuntikkan di paha kiri bagian aspektus lateralis dan imunisasi Hepatitis B di paha kanan, memberikan salep mata chlorampenicol di oleskan dari dalam ke luar mata. 5. Melakukan perawatan talipusat, menjaga kebersihan talipusat. Membungkus dengan kassa steril dan menjaga agar talipusat tetap dalam kondisi kering. 6. Mencegah hipotermi pada bayi dengan memakaikan pakaian kering, dan bersih. Seperti bedong, topi, sarung tangan dan kaki, baju dan popok kain. 7. Melakukan perawatan gabung antara ibu dan bayi dalam satu ruangan. 8. Menganjurkan kepada ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin atau maksimal setiap 2 jam, agar dapat melancarkan ASI sebagai kebutuhan bayi juga mampu meningkatkan hormon oxytocin yang dapat merangsang konraksi rahim ibu. 9. Mengajarkan kepada ibu mengenai posisi menyusui yang dianjurkan saat menyusui bayinya, dan bagaimana perekatan mulut bayi dengan puting susu yang benar. 10.Menjelaskan tanda bahaya bayi baru lahir seperti kejang, nafas cepat atau lambat lebih dari 60x/manit atau kurang dari 40x/menit, teraba panas atau dingin suhu lebih dari 37,5 C atau kurang dari 36,5 C, terlihat kulit berwarna kuning atau biru, tidak mau menyusu, menangis merintih 11.Mendokumentasikan hasil pemeriksaan



122



Dokumentasi dalam bentuk Pathway Asuhan Kebidanan Hari dan Tanggal Tempat Praktik Nama Program Studi



: Jumat, 15 April 2022 : PMB Heni WIdyastuti : Heni WIdyastuti : Profesi Bidan Pathway Kasus Kebidanan



ASUHAN KEBIDANAN PADA BBL KUNJUNGAN ULANG 7 HARI 123



No Reg Nama Pengkaji Hari/tanggal Waktu Pengkajian Tempat Pengkajian



: 263 : Heni Widyastuti : Jumat,22 April 2022 : 12.00 WIB : PMB Heni WIdyastuti



1) DATA SUBJEKTIF Jenis



Istri



Suami



Nama



Ny. E



Tn. M



Umur



29 tahun



28 tahun



Suku/bangsa



Jawa/Indonesia



Jawa/Indonesia



Agama



Islam



Islam



Pendidikan



SMP



SMA



Pekerjaan



IRT



Karyawan Swasta



Alamat rumah



Kembang Kerep Rt 03 Rw 02



Kembang Kerep Rt 03



Telp :



Rw 02



Identitas



Telp : Alamat kantor



-



-



Telp :



Telp :



Hp



Hp



:



:



Anamnesa pada tanggal: 22 April 2022 Pukul 12.00 WIB Oleh HEni Widyastuti Quick Cek :



ya



1. Tidak mau minum atau memuntahkan semua 2. Kejang 3. Bergerak hanya jika dirangsang 4. Napas cepat ( ≥ 60 kali / menit ) 5. Napas lambat ( < 30 kali / menit ) 6. Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat



Tida k √ √ √ √ √ √



124



7. Merintih 8. Teraba demam (suhu ketiak > 37,50C) 9. Teraba dingin (suhu ketiak < 360C) 10. Tampak kuning pada telapak tangan dan kaki 11. Perdarahan



2)



√ √ √ √ √



DATA OBJEKTIF 1.



2.



3.



4.



Pemeriksaan Umum a.



Suhu



: 36.7 C



b.



Pernafasan : 45 x/menit



c.



Keaktifan



: bergerak aktif



Antropometri a.



Berat Badan



: 3200 gram



b.



Panjang Badan



: 49 cm



Refleks a.



Refleks Moro



: baik



b.



Refleks Rooting



: baik



c.



Refleks Tonic Neck : baik



d.



Refleks Suching



: baik



Pemeriksaan Fisik Secara sistematis a. Kepala



: bersih, keadaan kepala baik, UUB belum menutup



b. Muka



: tidak oedem, tidak pucat, simetris, warna kemerahan



c. Mata



: sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, tidak ada juling



d. Hidung



: lubang hidung (+), tidak ada pernafasan cuping hidung



e. Mulut



: bibir berwarna merah, tidak ada labiopalatoskiziz, refleks



rooting (+), refleks sucking (+) f. Telinga



: tidak ada kelainan



g. Leher



: tidak ada pembengkakan, refleks tonick neck (+)



h. Dada



: Dada/Aksila :simetris, retraksi dada tidak ada, tidak ada



pembengkakan aksila, denyut jantung 134x/menit teratur i. Perut



: pembesaran simetris



j. Tali Pusat



: tali pusat sudah lepas, pangkal tali pusat kering 125



126



3)



k. Punggung



: tidak ada spina bifida



l. Ekstermitas



: pergerakan aktif



m. Genetalia



: tidak ada kelainan, bersih



n. Anus



: lubang anus (+), ruam (-)



ANALISA Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 7 hari



4)



PENATALAKSANAAN 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa saat ini bayinya dalam keadaan sehat, nadi 130x/menit, suhu 36,7 ºC, RR 45x/menit BB 300gram, PB 49cm, ibu terlihat senang dengan hasil pemeriksaan. 2. Menganjurkan ibu kembali untuk memberikan ASI esklusif yaitu memberikan ASI saja tanpa makanan pendamping tambahan apapun sampai usia bayi 6 bulan, dan setelah 6 bulan bayi diberi makanan pendamping dan ASI sampai 2 tahun, ibu akan memberikan ASI esklusif. 3. Mengingatkan ibu kembali tanda-tanda bahaya pada bayi antara lain, bayi demam (terlalu panas), bayi pucat, tidak mau menyusu, bayi tidur terus menerus, bayi kejang, tali pusat merah, berbau, keluar darah atau nanah, bayi menangis terus menerus, bayi dingin, sering muntah. 4. Menganjurkan ibu untuk kembali pada tanggal 6 Mei 2022 atau kapan saja bila bayinya mendapat masalah. Ibu bersedia datang kembali



127



DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN Hari dan Tanggal : Jumat, 22 April 2022 Tempat Praktik



: PMB Heni WIdyastuti



Nama



: Heni W



Program Studi



: Profesi Bidan PATHWAY KASUS BAYI BARU LAHIR Bayi Baru Lahir Nama : By. Ny.E Usia : 7 hari Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan Usia 7 hari



Gejala / secara teori :



Patofisiologi (Sesuai Tanda / Gejala / keluhan yang dialami pasien)



anda bayi baru lahir Berat badan bayi 2500am; • Umur kehamilan mg; egera menangis , gerak aktif, kulit han, • Mengisap ASI baik, ada cacat bawaan rat Kesehatan Anak ,2016)



Kunjungan neonatal kedua (KN 2) dilakukan dari tiga sampai tujuh hari setelah bayi lahir. Asuhan yang diberikan adalah menjaga kehangatan tubuh bayi, memberikan ASI eksklusif, memandikan bayi, perawatan tali pusat, dan imunisasi.(Kemenkes RI,2018)



Asuhan yang diberikan : 1.



2.



3.



4.



Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa saat ini bayinya dalam keadaan sehat, nadi 130x/menit, suhu 36,7 ºC, RR 45x/menit BB 300gram, PB 49cm, ibu terlihat senang dengan hasil pemeriksaan. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin (On Demand) dan memberikan ASI esklusif yaitu memberikan ASI saja tanpa makanan pendamping tambahan apapun sampai usia bayi 6 bulan, dan setelah 6 bulan bayi diberi makanan pendamping dan ASI sampai 2 tahun, ibu akan memberikan ASI esklusif. Mengingatkan ibu kembali tanda-tanda bahaya pada bayi antara lain, bayi demam (terlalu panas), bayi pucat, tidak mau menyusu, bayi tidur terus menerus, bayi kejang, tali pusat merah, berbau, keluar darah atau nanah, bayi menangis terus menerus, bayi dingin, sering muntah. Menganjurkan ibu untuk kembali pada tanggal 6 Mei 2022 atau kapan saja bila bayinya mendapat masalah. Ibu bersedia datang



128



ASUHAN KEBIDANAN PADA BBL KUNJUNGAN ULANG 14 HARI No Reg Nama Pengkaji Hari/tanggal Waktu Pengkajian Tempat Pengkajian



: 263 : Heni W : Jumat, 6 Mei 2022 : 12.00 WIB : PMB Heni Widyastuti



5) DATA SUBJEKTIF Jenis



Istri



Suami



Nama



Ny. E



Tn. M



Umur



29 tahun



28 tahun



Suku/bangsa



Jawa/Indonesia



Jawa/Indonesia



Agama



Islam



Islam



Pendidikan



SMP



SMA



Pekerjaan



IRT



Karyawan Swasta



Alamat rumah



Kembang Kerep Rt 03 Rw 02



Kembang Kerep Rt 03



Telp :



Rw 02



Identitas



Telp : Alamat kantor



-



-



Telp :



Telp :



Hp



Hp



:



:



Anamnesa pada tanggal: 06 Mei 2022 Pukul 12.00 WIB Oleh Heni Wiyastuti. Quick Cek :



ya



1. Tidak mau minum atau memuntahkan semua 2. Kejang 3. Bergerak hanya jika dirangsang 4. Napas cepat ( ≥ 60 kali / menit ) 5. Napas lambat ( < 30 kali / menit ) 6. Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat 7. Merintih



tidak √ √ √ √ √ √ √



129



8. Teraba demam (suhu ketiak > 37,50C) 9. Teraba dingin (suhu ketiak < 360C) 10. Tampak kuning pada telapak tangan dan kaki 11. Perdarahan



6)



√ √ √ √



DATA OBJEKTIF 1.



2.



3.



4.



Pemeriksaan Umum a.



Suhu



: 36.5 C



b.



Pernafasan : 45 x/menit



c.



Keaktifan



: Bergerak aktif



Antropometri a.



Berat Badan



: 3200 gram



b.



Panjang Badan



: 49 cm



Refleks a.



Refleks Moro



: baik



b.



Refleks Rooting



: baik



c.



Refleks Tonic Neck : baik



d.



Refleks Suching



: baik



Pemeriksaan Fisik Secara sistematis a. Kepala



: bersih, keadaan kepala baik, UUB belum menutup



b. Muka



: tidak oedem, tidak pucat, simetris, warna kemerahan



c. Mata



: sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, tidak ada juling



d. Hidung



: tidak ada pernafasan cuping hidung



e. Mulut



: bibir berwarna merah, refleks rooting (+), refleks sucking (+)



f. Telinga



: bersih



g. Leher



: tidak ada pembengkakan, refleks tonick neck (+)



h. Dada



: Dada/Aksila :simetris, retraksi dada tidak ada, tidak ada



pembengkakan aksila, denyut jantung 134x/menit teratur i. Perut



: pembesaran simetris



j. Tali Pusat



: tali pusat sudah lepas, pangkal tali pusat kering



k. Punggung



: tidak ada spina bifida



l. Ekstermitas



: pergerakan aktif 130



131



7)



m. Genetalia



: tidak ada kelainan, bersih



n. Anus



: ruam (-)



ANALISA Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 14 hari



8)



PENATALAKSANAAN 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa saat ini bayinya dalam keadaan sehat, nadi 128x/menit, suhu 36.5 ºC, RR 43x/menit BB 3200gram, PB 49 cm. Ibu terlihat tenang dengan hasil pemeriksaan. 2. Menganjurkan ibu untuk melanjutkan pemberian ASI secara On Demand dan hanya memberikan ASI saja tanpa makanan pendamping tambahan apapun sampai usia bayi 6 bulan, dan setelah 6 bulan bayi diberi makanan pendamping dan ASI sampai 2 tahun. Ibu mengerti akan memberikan ASI esklusif. 3. Memberitahu ibu tanda bahaya pada bayi seperti bayi tampak kuning, tidak mau menyusui, tidur terus menerus, demam,muntah berlebihan, ibu sudah mengetahui tanda bahaya pada bayi. Menganjurkan ibu untuk mengganti popok bayi segera setelah bayi BAK atau BAB agar bayi tetap bersih. Ibu sudah mengerti dan bersedia melakukan. 4. Memberikan motivasi kepada ibu untuk memberikan imunisasi dasar lengkap untuk bayinya. Ibu sudah mengerti. 5. Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang bayinya pada tanggal 16 Mei 2022. Ibu bersedia datang pada tanggal yang sudah ditentukan. 6. Mendokumentasikan seluruh hasil pemeriksaan



132



DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN Hari dan Tanggal Tempat Praktik Nama Program Studi



: Jumat, 6 Mei 2022 : PMB Heni W : Heni W : Profesi Bidan PATHWAY KASUS BAYI BARU LAHIR



133



ASUHAN KEBIDANAN PADA BBL KUNJUNGAN ULANG 14 HARI No Reg Nama Pengkaji Hari/tanggal Waktu Pengkajian Tempat Pengkajian



: 263 : Heni W : Senin, 16 Mei 2022 : 09.00 WIB : PMB Heni Widyastuti



DATA SUBJEKTIF Jenis



Istri



Suami



Nama



Ny. E



Tn. M



Umur



29 tahun



28 tahun



Suku/bangsa



Jawa/Indonesia



Jawa/Indonesia



Agama



Islam



Islam



Pendidikan



SMP



SMA



Pekerjaan



IRT



Karyawan Swasta



Alamat rumah



Kembang Kerep Rt 03 Rw 02



Kembang Kerep Rt 03



Telp :



Rw 02



Identitas



Telp : Alamat kantor



-



-



Telp :



Telp :



Hp



Hp



:



:



Anamnesa pada tanggal: 16 Mei 2022 Pukul 19.00 WIB Oleh Heni Wiyastuti. Quick Cek :



ya



1. Tidak mau minum atau memuntahkan semua 2. Kejang 3. Bergerak hanya jika dirangsang 4. Napas cepat ( ≥ 60 kali / menit ) 5. Napas lambat ( < 30 kali / menit ) 6. Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat 7. Merintih



tidak √ √ √ √ √ √ √



134



8. Teraba demam (suhu ketiak > 37,50C) 9. Teraba dingin (suhu ketiak < 360C) 10. Tampak kuning pada telapak tangan dan kaki 11. Perdarahan



√ √ √ √



DATA OBJEKTIF 1.



2.



3.



4.



Pemeriksaan Umum a.



Suhu



: 36.5 C



b.



Pernafasan : 45 x/menit



c.



Nadi



d.



Keaktifan



: 110 x/menit : Bergerak aktif



Antropometri a.



Berat Badan



: 3500 gram



b.



Panjang Badan



: 50 cm



Refleks a.



Refleks Moro



: baik



b.



Refleks Rooting



: baik



c.



Refleks Tonic Neck : baik



d.



Refleks Suching



: baik



Pemeriksaan Fisik Secara sistematis a. Kepala



: bersih, keadaan kepala baik, UUB belum menutup



b. Muka



: tidak oedem, tidak pucat, simetris, warna kemerahan



c. Mata



: sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, tidak ada juling



d. Hidung



: tidak ada pernafasan cuping hidung



e. Mulut



: bibir berwarna merah, refleks rooting (+), refleks sucking (+)



f. Telinga



: bersih



g. Leher



: tidak ada pembengkakan, refleks tonick neck (+)



h. Dada



: Dada/Aksila :simetris, retraksi dada tidak



ada, tidak ada pembengkakan aksila, denyut jantung 134x/menit teratur i. Perut



: pembesaran simetris



j. Tali Pusat



: tali pusat sudah lepas, pangkal tali pusat kering 135



k. Punggung



: tidak ada spina bifida



l. Ekstermitas



: pergerakan aktif



m. Genetalia



: tidak ada kelainan, bersih



n. Anus



: ruam (-)



ANALISA Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 minggu PENATALAKSANAAN 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa saat ini bayinya dalam keadaan sehat, nadi 110x/menit, suhu 36,5 ºC, RR 45x/menit, BB 3500 gram, PB 50 cm, ibu terlihat tenang dengan hasil pemeriksaan. 2. Menganjurkan ibu kembali untuk memberikan ASI esklusif yaitu memberikan ASI saja tanpa makanan pendamping tambahan apapun sampai usia bayi 6 bulan, dan setelah 6 bulan bayi diberi makanan pendamping dan ASI sampai 2 tahun. (Ibu akan memberikan ASI esklusif) 3. Memberitahu ibu tanda bahaya pada bayi seperti bayi tampak kuning, tidak mau menyusui, tidur terus menerus, demam,muntah berlebihan.( Ibu sudah mengetahui tanda bahaya pada bayi) 4. Menganjurkan ibu agar menjaga bayinya tetap bersih, hangat dan kering. 5. Memberikan Imunisasi BCG dan Polio 6. Mengingatkan kembali kepada ibu agar bayinya diberikan imunisasi lengkap sesuai dengan jadwal yang ada di Buku KIA Bagian Anak secara rutin, sehingga dapaht memantau perkembangan anaknya. 7. Memberitahu Ibu jadwal Imunisasi DPT dan Polio2 saat usia bayinya 2 bulan (16 Juni 2022) 8. Mendokumentasikan seluruh hasil pemeriksaan



136



DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN Hari dan Tanggal Tempat Praktik Nama Program Studi



: Senin, 16 Mei 2022 : PMB Heni W : Heni W : Profesi Bidan PATHWAY KASUS BAYI BARU LAHIR



137



D. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS No Reg



: 263



Nama Pengkaji



: Heni Widyastuti



Hari/tanggal



: Jumat, 15 April 2022



Waktu Pengkajian



: 18.00 WIB



Tempat Pengkajian



: PMB Heni WIdyastuti



A. DATA SUBJEKTIF A.



Identitas Jenis



Istri



Suami



Nama



Ny. E



Tn. M



Umur



29 tahun



28 tahun



Suku/bangsa



Jawa/Indonesia



Jawa/Indonesia



Agama



Islam



Islam



Pendidikan



SMP



SMA



Pekerjaan



IRT



Karyawan Swasta



Alamat rumah



Kembang Kerep Rt 03 Rw 02



Kembang Kerep Rt 03



Telp :



Rw 02



Identitas



Telp : Alamat kantor



-



-



Telp :



Telp :



Hp



Hp



:



:



Anamnesa pada tanggal: 15 April 2022.Pukul 18.00 WIB Oleh Heni WIdyastuti 1. Keluhan utama saat ini Perut masih terasa msedikit mulas dan ASI keluarnya sedikit 2. Riwayat Antenatal Pemeriksaan di : PMB Heni W Kelainan/komplikasi : tidak ada Usia Kehamilan : 40 mgg 3. Riwayat Persalinan . Anak Ke :3 a. Persalinan lahir tanggal : Tgl 15 -04 -2022 Jam : 13.00 b. Jenis Kelamin : laki-laki; BB 3200 gram; PB 49 cm c. Perdarahan kala III : 200 ml d. Perdarahan kala IV : 100 ml e. Perdarahan Total : 300 .ml f. Perdarahan selama operasi : - ml g. Jenis Persalinan : spontan h. Placenta : spontan i. Perineum : utuh j. Anastesi : tidak dilakukan anestesi k. Jahitan : tidak di lakukan pejahitan 138



l. Infuse cairan : RL 500 ml m. Transfusi darah : tidak di lakukan tranfusi 4. Tanda Bahaya Nifas  Sakit kepala hebat : tidak  Pandangan kabur : tidak  Kelelahan atau sesak : tidak  Demam : tidak  Nyeri payudara, pembengkakan payudara,luka atau perdarahan : tidak  Nyeri perut hebat : tidak  Bengkak pada tangan, wajah. Tungkai, : tidak  Perdarahan berlebihan : tidak  Sekret vagina berbau : tidak 2) Pola Kebutuhan sehari-hari a. Pola Nutrisi : baik,sehari makan 3x dengan menu bervariasi Alergi Terhadap Makanan Budaya terhadap Konsumsi Makanan Kebiasaan Minum gelas



: tidak ada : tidak ada : minum air putih sehari 6-8



b. Pola Eliminasi



 BAB



: belum



 BAK



: belum



c. Mobilisasi



: ibu sudah mobilisasi miring kanan dan kiri dan



duduk. Ibu belum ke kamar mandi untuk BAK d. Pola Aktifitas Pekerjaan



: ibu masih di ruang perawatan nifas



e. Pola Istirahat



: istirahat siang sekitar 1 jam,malam 5-6 jam



f. Personal Hygiene



: mandi sehari 2 kali,keramas 3 hari sekali



g. Pola Seksual



: belum melakukan aktifitas sexsual



3) Psikososial Spiritual a. Tanggapan dan dukungan keluarga terhadap kehamilannya Keluarga mendukung dengan kehamilan ini,dan bahagia atas kelahiran anak ketiga ini b. Pengambilan keputusan dalam keluarga suami c. Lingkungan yang berpengaruh Tinggal dengan siapa tinggal di rumah sediri Dukungan Lingkungan baik B. DATA OBJEKTIF Keadaan Umum Tekanan Darah Nadi Pernafasan Suhu



: Baik :110/70 mmHg :80 x/mnt :20 x/mnt :36,2 °C 139



Berat Badan Tinggi Badan



: 63 Kg : 160 Cm



Pemeriksaan Sistematis a. Kepala Muka : Edema tidak ada Mata : Konjungtiva : tidak pucat Sklera :tidak ikterik b. Dada dan Axila (ketiak) Mamae : Pembengkaka : tidak ada Benjolan : tidak ada Simetris : simetris Kemerahan : tidak Areola : hiperpigmentasi Puting susu : menonjol Pengeluaran : ASI belum keluar Axilla : Pembesaran kelenjar getah bening :tidak ada Nyeri : tidak ada c. Abdomen 1. TFU : setinggi pusat ,Kontraksi : + 2. Kandung Kemih : penuh Kembung : tidak d. Ekstermitas Tungkai : simetris Nyeri : tidak ada, Merah: tidak ada Edema : tidak ada e. Ano-genital  Lochea : rubra  Bau : amis  Vulva : bersih  Jahitan Perineum : tidak ada  Penyembuhan luka : lecet f.



Pemeriksaan Penunjang Laboratorium : Hb = 12 g/dl Sifilis = NR HbsAg = NR Swab Antigen = Negatif



C. ANALISIS Ny E Usia 29 tahun P3A0 POST PARTUM 6 JAM D. PENATALAKSANAAN 1. Menjalin hubungan baik dengan pasien dan keluarga, serta menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa saat ini keadaan Ibu dalam keadaan baik, TD : 110/70 mmHg, nadi 80x/menit, RR 20x/menit, suhu 36,6 ºC, TFU 2 jari bawah pusat (ibu terlihat tenang). 140



2. Memberitahu ibu untuk melihat perdarahan yang keluar yaitu jumlah darah yang keluar, bau, warna dan konsistensi.(ibu sudah mengerti). 3. Menjelaskan kepada ibu bahwa mules yang dirasakan ibu adalah hal yang normal karena adanya kontraksi uterus. Ibu pun akan merasakan seperti nyeri dan kembung di bagian perut bawah hingga punggung, hal tersebut merupakan pergerakan rahim yang menyusut. Rahim akan secara perlahan kembali pada ukuran normalnya. Kondisi ini biasanya terus terjadi selama seminggu pertama setelah melahirkan. Dibutuhkan waktu sekitar 6 minggu untuk rahim kembali pada kondisi normal.(Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan) 4. Menjelaskan kepada ibu bahwa ASI pertama yang keluar masih sedikit itu merupakan kolostrum yang bermanfaat untuk menambah sistem kekebalan tubuh yang tinggi sehingga bayi tidak mudah sakit, dan ibu dianjurkan agar sesering mungkin menyusui bayinya, karena dengan isapan bayi akan menghasilkan ASI lebih banyak. (Ibu mengerti) 5. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI esklusif yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan pendamping tambahan apapun sampai usia bayi 6 bulan (ibu sudah mengerti dan akan memberikan ASI esklusif sampai usia bayi 6 bulan) 6. Menganjurkan ibu memenuhi kebutuhan nutrisi yaitu tidak ada pantangan makan nasi, sayur, ikan, daging, telur, tahu, tempe, buah, banyak minum air putih ± 8 gelas air putih dan susu ibu mengerti dan akan memenuhi kebutuhan nutrisi, menganjurkan ibu istirahat yang cukup tidur malam 8 jam dan siang 1 jam dan istirahat setiap bayinya tertidur (ibu sudah mengerti tentang pola istirahat) 7. Memberitahu ibu untuk merawat tali pusat yaitu menjaga tali pusat agar tetap bersih dan kering. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya pada masa nifas yaitu perdarahan yang banyak dan berbau, kontraksi uterus jelek, peningkatan suhu tubuh, sakit kepala hebat, demam, dan nyeri pada payudara. (ibu sudah mengerti dan dapat menyebutkan kembali tanda-tanda bahaya pada masa nifas). 8. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan alat genetalia dan mengganti pakaian dalam dan pembalut setelah BAK dan BAB serta mandi minimal 2 kali sehari. (ibu sudah mengerti). 9. Memberikan ibu Vitamin A 200.000 IU 1x di jam pertama , 1 x 24 jam kemudian ,paracetamol 3x 500 mg sebanyak 10 tablet, sebanyak 10 tablet,Fe 1x60 mg sebanyak 10 tablet, minum obat sesuai dengan dosis yang ditentukan menggunakan air putih atau air jeruk. 10. Memberitahu ibu tentang cara menjaga personal hygine seperti jaga kebersihan diri ibu dengan mandi 2 x sehari,, bersihkan vulva dengan air bersih dari depan kebelakang 141



dan lap sampai kering setelah BAK dan BAB, ganti pembalut ibu jika merasa sudah penuh dan tidak nyaman/minimal 3 kali sehari. 11. Menganjurkan ibu untuk makan- makanan yang bergizi dan seimbang, untuk mengkonsumsi makanan bergizi tidak harus mahal, yang penting



tersedia beraneka



ragam makanan seperti nasi, lauk-pauk, sayur-sayuran, tempe, tahu, telur, buah dll, kemudian menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi vitamin A dan tablet Fe



yang telah



diberikan 12. Menjelaskan tanda-tanda bahaya pada masa nifas dan menjelaskan cara pencegahan perdarahan. Memastikan kandung kemih tidak penuh dan kontraksi uterus baik, memberitahu ibu atau keluarga cara memantau kontraksi uterus dan menganjurkan ibu atau keluarga untuk masase uterus dengan cara meletakan tangan diatas perut ibu kemudian memutarnya searah jarum jam. Berguna untuk memperbaiki



uterus agar



tidak terjadi perdarahan. 13. Tanda-tanda bahaya pada masa nifas : Uterus teraba lembek/tidak berkontraksi yang dapat mengakibatkan perdarahan, Perdarahan pervaginam > 500 cc dapat terjadi karena uterus yang tidak berkontraksi dengan baik, Sakit kepala yang hebat/berlebihan dan penglihatan kabur dapat mengakibatkan terjadinya eklampsia post partum, Pengeluaran cairan yang berbau busuk, demam tinggi dengan suhu >38ºC.



142



DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN Hari/Tanggal



: Jumat, 15 April 2022



Tempat



: PMB Heni Widyastuti Pathway Kasus Kebidanan



143



KUNJUNGAN II (7 HARI POST PARTUM) No Register



:263



Nama Pengkaji



: Heni W



Hari/tanggal



:Jumat, 22 April 2022



Waktu Pengkajian : 12.00 WIB Tempat Pengkajian : PMB Heni Widyastuti DATA SUBJEKTIF Ibu mengatakan merasa keadaannya semakin membaik, ASI lancar keluar, bayi kuat menyusu, ibu selalu menyusui bayinya, tidak ada penyulit dan hanya memberikan ASI dan ibu mengatakan darah dari kemaluannya masih keluar dengan warna merah kecoklatan. DATA OBJEKTIF 1. Pemeriksaan umum a. Keadaan umum baik dan kesadaran composmentis, dan emosional stabil b. Tanda vital : TD : 110/70 mmHg, Nadi: 80 x/i, RR : 20 x/i, Suhu : 36,2 0C 2. Kontraksi uterus baik 3. TFU 3 jari diatas symfisis 4. Pengeluaran pervaginam berwarna merah kecoklatan (Lochea Sanguiloenta) dan tidak berbau ANALISA Ny. E Umur 29 Tahun P3A0 NIfas 7 hari PENATALAKSANAAN 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik, TD : 110/70 mmHg, nadi 78x/menit, RR 20x/menit, suhu 36,6 ºC, TFU 2 jari atas sympisis, ibu terlihat senang dengan hasilnya. 2. Menganjurkan ibu memenuhi kebutuhan nutrisi yaitu tidak ada pantangan makan nasi, sayur, ikan, daging, telur, tahu, tempe, buah, banyak minum air putih ± 8 gelas air putih dan susu ibu mengerti dan akan memenuhi kebutuhan nutrisi, menganjurkan ibu istirahat yang cukup tidur malam 8 jam dan siang 1 jam dan istirahat setiap bayinya tertidur, ibu sudah mengerti tentang pola istirahat. 3. Memberitahu ibu cara merawat payudara, yaitu membersihkan putting susu ibu dengan kapas yang direndam air hangat dan memakai pakaian dalam yang menopang payudara ibu. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya pada masa nifas yaitu perdarahan yang banyak dan berbau, kontraksi uterus jelek, peningkatan suhu tubuh, sakit kepala 144



hebat, demam, dan nyeri pada payudara ibu sudah mengerti dan dapat menyebutkan kembali tanda-tanda bahaya pada masa nifas. 4. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan alat genetalia dan mengganti pakaian dalam dan pembalut setelah BAK dan BAB serta mandi minimal 2 kali sehari, ibu sudah mengerti. Menganjurkan ibu untuk meminum terapi oral yang diberikan jika masih ada yaitu tablet, Vitonal-F 1x60 mg sebanyak 10 tablet, minum obat sesuai dengan dosis yang ditentukan menggunakan air putih. 5. Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang 2 minggu lagi yaitu pada tanggal 06 Mei 2022, dan ibu bersedia datang sesuai tanggal yang ditentukan. Seluruh hasil pemeriksaan sudah di dokumentasikan.



145



Dokumentasi dalam bentuk Pathway Asuhan Kebidanan Hari danTanggal



: Jumat, 22 April 2022



Tempat Praktik



: PMB Heni Widyastuti Pathway Kasus Kebidanan



146



KUNJUNGAN III (14 HARI POST PARTUM) No Register



:263



Nama Pengkaji



: Heni WIdyastuti



Hari/tanggal



: Jumat, 06 Mei 2022



Waktu Pengkajian



: 10.00 WIB



Tempat Pengkajian



: PMB Heni Widyastuti



DATA SUBJEKTIF Ibu mengatakan merasa tidak ada keluhan, ibu hanya memberikan ASI saja pada bayinya, ibu mengatakan sudah tidak ada darah keluar dari kemaluan hanya ada cairan kekuningan. DATA OBJEKTIF 1. Pemeriksaan umum a. Keadaan umum baik dan kesadaran composmentis, dan emosional stabil b. Tanda vital : TD : 110/70 mmHg, Nadi: 80 x/mt, RR : 20 x/mt, Suhu : 36,2C 2. Kontraksi uterus baik 3. TFU sudah tidak teraba. 4. Pengeluaran darah pervaginam : Lochea serosa (cairan kekuningan, darah -) 3. ANALISA Ny. E Umur 29 Tahun P3A0 Nifas 2 Minggu 4. PENATALAKSANAAN 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik, TD : 110/70 mmHg, nadi 78x/menit, RR 20x/menit, suhu 36,6 ºC, TFU tidak teraba, ibu terlihat tenang. 2. Menganjurkan ibu memenuhi kebutuhan nutrisi yaitu tidak ada pantangan makan nasi, sayur, ikan, daging, telur, tahu, tempe, buah, banyak minum air putih ± 8 gelas air putih dan susu, ibu mengerti dan akan memenuhi kebutuhan nutrisi. 3. Menganjurkan ibu istirahat yang cukup tidur malam 8 jam dan siang 1 jam dan istirahat setiap bayinya tertidur, ibu sudah mengerti tentang pola istirahat. Memberitahu ibu cara merawat payudara, yaitu membersihkan putting susu ibu dengan kapas yang direndam air hangat dan memakai pakaian dalam yang menopang payudara ibu. 147



4. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya pada masa nifas yaitu perdarahan yang banyak dan berbau, kontraksi uterus jelek, peningkatan suhu tubuh, sakit kepala hebat, demam, dan nyeri pada payudara ibu sudah mengerti dan dapat menyebutkan kembali tanda-tanda bahaya pada masa nifas. 5. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan alat genetalia dan mengganti pakaian dalam dan pembalut setelah BAK dan BAB serta mandi minimal 2 kali sehari, ibu sudah mengerti. 6. Memberikan konseling kepada ibu untuk rencana pemakaian KB setelah selesai masa nifas dan menjelaskan macam-macam alat kontrasepsi jangka Panjang (MKJP) seperti IUD dan Implant, mengingat jumlah anak yang ada sudah cukup, ibu mengerti dan akan membicarakan terlebih dahulu kepada suami. 7. Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang yaitu pada tanggal 16 Mei 2022, dan ibu akan datang sesuai tanggal yang ditentukan. 8. Mendokumentasikan semua hasil pemeriksaan, dokumentasi telah dilakukan



148



Dokumentasi dalam bentuk Pathway Asuhan Kebidanan Hari danTanggal Tempat Praktik



: Jumat, 6 Mei 2022 : PMB Heni Widyastuti Pathwan Kasus Kebidanan



149



KUNJUNGAN IV (6 MINGGU POST PARTUM) No Register



: 263



Nama Pengkaji



: Heni Widyastuti



Hari/tanggal



: Senin, 16 Mei 2022



Waktu Pengkajian



: 09.00 WIB



Tempat Pengkajian



: PMB Heni WIdyastuti



DATA SUBJEKTIF Ibu mengatakan merasa tidak ada keluhan,ibu hanya memberikan ASI saja pada bayinya, ibu mengatakan sudah tidak ada darah keluar dari kemaluan dan ibu ingin ber KB suntik. DATA OBJEKTIF 1. Pemeriksaan umum a. Keadaan umum baik dan kesadaran composmentis, dan emosional stabil b. Tanda vital : TD : 110/70 mmHg, Nadi: 80 x/mt, RR : 20 x/mt, Suhu : 36,2 C 2. Kontraksi uterus baik 3. TFU sudah tidak teraba. 4. Pengeluaran darah pervaginam sudah tidak ada 3. ANALISA Ny. E Umur 29 Tahun P3A0 Nifas 6 Minggu 4. PENATALAKSANAAN 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik, TD : 120/70 mmHg, nadi 80x/menit, RR 21x/menit, suhu 36,9 ºC, TFU tidak teraba, ibu terlihat tenang. Menganjurkan ibu memenuhi kebutuhan nutrisi yaitu tidak ada pantangan makan nasi, sayur, ikan, daging, telur, tahu, tempe, buah, banyak minum air putih ± 8 gelas air putih dan susu, Ibu mengerti dan akan memenuhi kebutuhan nutrisi. 2. Menganjurkan ibu istirahat yang cukup tidur malam 8 jam dan siang 1 jam dan istirahat setiap bayinya tertidur. Ibu sudah mengerti tentang pola istirahat. 3. Memberitahu ibu cara merawat payudara, yaitu membersihkan putting susu ibu dengan kapas yang direndam air hangat dan memakai pakaian dalam yang menopang payudara ibu. Ibu mengerti 4. Memberikan informasi objektif dan lengkap tentang berbagai metode macam-macam kontrasepsi: efektivitas, cara kerja, efek samping, dan komplikasi yang dapat terjadi serta upaya-upaya untuk menghilangkan atau mengurangi berbagai efek yang merugikan tersebut.Ibu mengerti dengan informasi yang diberikan 5. Membantu ibu menentukan pilihan metode kontrasepsi yang paling aman dan sesuai bagi dirinya, beri kesempatan pada ibu untuk mempertimbangkan pilihannya. 150



6. Ibu memilih metode suntik KB 3 bulan karena sudah pernah mempunyai pengalaman menggunakannya serta merasa cocok dan sesuai bagi dirinya



151



Dokumentasi dalam bentuk Pathway Asuhan Kebidanan Hari danTanggal : Senin,16 Mei 2022 Tempat Praktik : PMB Heni Widyastuti Pathway Kasus Kebidanan



152



E. FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB



Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB



NO. REGISTER TANGGAL/JAM RAWAT DI RUANG



: 263 : 16 Mei 2022 Jam 09.00 wib : PMB Heni Widyastuti



DATA SUBYEKTIF A.



IDENTITAS



Jenis



Istri



Suami



Identitas Nama



Ny.E



Tn.M



Umur



29 tahun



28 tahun



Jawa/Indonesia



Jawa/Indonesia



Agama



Islam



Islam



Pendidikan



SMP



SMA



Pekerjaan



Ibu Rumah Tangga



Karyawan Swasta



Kembang Kerep RT 03



Kembang Kerep RT 03



RW 02



RW 02



Suku/bangsa



Alamat rumah HP



B.



ANAMNESA 1. Kunjungan saat ini : 



Kunjungan pertama Kunjunganulang



Keluhan Ingin Ber KB suntik 3 bulan 2. Riwayat Perkawinan Kawin 1 kali, kawin pertama umur 22 tahun, lama pernikahan 10 tahun 3. Riwayat Mensturasi Menarce umur 13 tahun, siklus 28 hari, teratur .Lamanya 6 hari, sifat darah



:



encer,



Bau



amis



: tidak, Banyaknya ±50Cc



153



(tidak



begitu



amis)



Dismenorhoe



Hari pertama haid terakhir tanggal : Ibu mengatakan belum mendapat haid 4. Jumlah Anak : 2 5. Riwayat kontrasepsi yang di gunakan



No



Jenis



.



kontras



Mulai memakai Thn



Oleh



1..



Suntik 3 bulan



Thn 2016



Bida n



2



Suntik 3 bulan



Thn 2019



Bida n



epsi



Berhenti/ganti cara



Temp



keluha



Thn



Ole



temp



at PMB



n Jarang haid



Thn 2017



h Bida n



at PMB



PMB



Jarang haid



Thn 2020



Bida n



PMB



6. Riwayat kesehatan



a.



b.



Penyakit yang pernah/ sedang di derita ibu dan keluarga 1.



Apakah pernah operasi besar



: tidak



2.



Penyakit kuning



: tidak



3.



Postpartum sampai dengan 6 minggu



: tidak



4.



Sepsis pada masa nifas



: tidak



Post abortus : tidak, sepsis : tidak



7. Riwayat penyakit ginekologi a.



Kanker Serviks



: tidak



b.



Perdarahan pervaginam



: tidak



c.



Menderita Radang Panggul



: tidak



d.



PMS



: tidak



8. Keadaan psikosocial spiritual 154



Keluhan Tidak ada keluhan, berhenti suntik karena ingin hamil lg Tidak ada keluhan, berhenti suntik karena ingin hamil lg



a. Pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi : Tidak tahu b. Pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi yang di pakai : Ibu mengatakan suntik KB 3 bulan cocok dan sesuai bagi dirinya karena pernah mempunyai pengalaman dengan menggunakannya saat mempunyai anak pertama c. Dukungansuami/ keluarga : Suami mendukung alat kontrasepsi yang akan di pakai ibu d. Merokok



: tidak



DATA OBYEKTIF A. Pemeriksaan 1. Keadaan umum Baik, kesadaran : komposmentis, Keadaan emosional : stabil 2. Tanda Vital : Tekanan darah : 120/80 mmhg,



Denyut Nadi : 80 x/mt,



Suhu tubuh : 36,3ºc, Pernafasan: 20 x/mt 3. Tinggi Badan : 160 cm, Berat Badan : 62 Kg 4. PemeriksaanFisik



a.



Kepala dan leher Wajah Pucat



: tidak



Edema wajah : tidak Mata



:



Kelopak mata



: tidak pucat



Konjungtiva



: tidak ikterik



Scelera



: tidak pucat



KelenjarTiroid Pembesaran



b.



: tidak ada pembesaran tiroid



Dada Jantung



: bunyi jantung teratur



Paru



: Tidak ada suara wheezing dan ronchi



Payudara



: simetris



Pembesaran



: Normal



Putting susu



: Menonjol



Simetris



: Mammae kanan dan kiri simetris



Benjolan



: Tidak ada benjolan



Pengeluaran



: Tidak ada 155



c.



d.



e.



f.



5.



Rasa nyeri



: Tidak ada rasa nyeri



Lain-lain



:-



Abdomen Bekas luka operasi



: tidak ada luka bekas operasi,



Pembesaran



: tidak ada



Konsistensi



: lunak, benjolan: tidak ada benjolan



Pembesaran hepar



: tidak ada pembesaran



Kandung Kemih



: kosong



Ekstremitas atas Oedem



: tidak odema



Kekakuan sendi



: tidak ada



Kemerahan



: tidak ada kemerahan



Varices



: tidak ada varices



Ekstremitas bawah Oedem



: tidak ada



Kekakuan sendi



: tidak ada



Kemerahan



: tidak ada kemerahan



Varices



: tidak ada varices



Reflex



: (+)



Genetalia luar : Varices



: tidak ada varices



Bekas luka



: tidak ada luka



Pengeluaran



: tidak ada



Pemeriksaan ginekologis a.



b. c.



Genetalia eksterna : Ulkus



: tidak



Pembengkakan kelenjar bartholini



: tidak



Pembengkakan Kelenjar Skene



: tidak



Pengeluaran Pervaginam



: tidak ada darah haid



Genetalia Interna : Tidak dilakukan Cairan Vagina



:



Servisitis



: tidak dilakukan



Nyeri goyang portio



: tidak dilakukan 156



Tumor pada adneksa



: tidak dilakukn



157



Tumor pada kavum douglasi : tidak dilakukan Besar panggul



: tidak dilakukan , posisi : normal



Mobilitas uterus 6.



:



Pemeriksaanpenunjang HCG



: tidak dilakukan



Pemeriksaan Penunjang lainnya



: tidak dilakukan



ASSESMEN Ny E 29 tahun P3A0 Akseptor KB baru suntik 3 bulan



PLANNING Tanggal 16 Mei 2022 jam 09.00 wib



1. Memberitahukan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital kepada ibu :



Tekanan darah : 120/80 mmHg Denyut Nadi : 80x/menit Suhu tubuh : 36,3°C Pernafasan : 20x/menit Berat Badan : 62 kg Tinggi Badan : 160 cm Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya 2. Memberikan informasi kepada Ibu mengenai pilihan metode kontrasepsi jangka panjang yang dapat digunakan olehnya diantaranya ada AKDR dan Implant. Ibu mengerti dan sudah mengetahui macam-macam alat kontrasepsi jangka Panjang 3. Memberikan informasi objektif dan lengkap tentang berbagai metode macammacam kontrasepsi: efektivitas, cara kerja, efek samping, dan komplikasi yang dapat terjadi serta upaya-upaya untuk menghilangkan atau mengurangi berbagai efek yang merugikan tersebut. Ibu mengerti dengan informasi yang diberikan 4. Membantu ibu menentukan pilihan metode kontrasepsi yang paling aman dan sesuai bagi dirinya, beri kesempatan pada ibu untuk mempertimbangkan pilihannya. Ibu memilih metode suntik KB 3 bulan karena sudah pernah mempunyai pengalaman menggunakannya serta merasa cocok dan sesuai bagi dirinya 5. Menjelaskan kepada ibu keuntungan dan kerugian dari KB suntik 3 bulan Keuntungan : Mengurangi nyeri haid, Mengurangi perdarahan, Mencegah Anemia. Kerugian : Terjadinya perubahan pola haid, Penambahan Berat Badan, Tidak mencegah PMS. Ibu sudah mengetahui keuntungan dan kerugian serta efek samping KB suntik 3 bulan 6. Menyiapkan obat depo progestin 1cc dan alcohol swab 7. Mencuci tangan sebelum tindakan 8. Menyuntikan obat depo progestin secara Intramuskuler 9. Mencuci tangan setelah Tindakan 10. Mencatat dan mendokumentasikan dalam formulir K4, register dan kohort KB 11. Menjelaskan kepada Ibu bahwa kerja obat KB dalam tubuh membutuhkan waktu, untuk itu Ibu disarankan untuk tidak berhubungan dahulu 5 s/d 7 hari 158



pasca suntik KB atau bisa menggunakan kondom untuk sementara waktu. Ibu mengerti dan bersedia mengikuti saran dan anjuran yang diberikan 12. Memberitahu Ibu jadwal kembali untuk suntik ulangan serta memberikan edukasi jika terjadi efek samping pemakaian KB suntik 3 bulan untuk segera menghubungi Bidan tanpa menunggu jadwal kembalinya.. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan



159



Dokumentasi dalam bentuk Pathway Asuhan Kebidanan Nifas Hari dan Tanggal : 16 Mei 2022 Tempat Praktik : PMB Heni WIdyastuti Nama :Heni W Program Studi : Profesi Bidan Pathway Kasus Kebidanan



160



BAB IV PEMBAHASAN Pada pembahasan dan asuhan komprehensif ini penulis mencoba menyajikan



pembahasan



dengan



membandingkan



antara



teori



dengan



manajemen kebidanan komprehensif yang telah diterapkan pada Ny. E di PMB Heni WIdyastuti. A. Kehamilan Pada saat pemeriksaan kehamilan di dapat Ny. E usia 29 tahun, hamil ketiga, berkunjung untuk pemeriksaan ANC pertama pada tanggal 12 Maret 2022 pada usia kehamilan 35 minggu. Pasien datang untuk



melakukan



pemeriksaan kehamilan dan ingin mengetahui bagaimana keadaan bayinya. HPHT 07 Juli 2021, TP 15 April 2021. Saat ini ibu mengeluhkan sering BAK. Dari hasil pemeriksaan didapatkan TD 120/80 mmHg, N 80x/menit, RR 18x/menit, Suhu 36.2°C, BB saat hamil 64 kg, TFU 3 jari diatas px, Leopold I : Teraba bokong, Leopold II : Puki, Leopold III : Teraba bulat keras mlenting, tidak dapat digoyangkan, sudah masuk PAP. Leopold IV : Divergen 3/5 bagian. DJJ : 142x/m teratur, Punctum max 3 jari dibawah pusat sebelah kanan. Sesuai dengan teori pada jurnal Kebidanan Binawan Student Journal (BSJ), Vol. 1 No. 3, Desember 2019 bahwa pada trimester III kehamilan timbul perubahan secara fisik yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan seperti nyeri ulu hati/rasa tdk nyaman pd perut, nyeri punggung,



sesak



nafas, sering BAK, konstipasi, dan susah tidur. Sering BAK karena hal itu merupakan hal yang normal terjadi pada ibu hamil karena pembesaran rahim dan turunnya kepala janin ke PAP sehingga menekan kandung kemih. Pada kunjungan ANC kedua tgl 23 Maret 2022 usia kehamilan 36 minggu 4 hari Ny. E mengeluhkan pegal-pegal daerah pinggang dan punggung bawah. Hasil pemeriksaan BB 65 kg, KU baik, TD 120/80, N 80x/m, RR 20x/m, S 36.3 C, TFU 30 cm, LI : teraba lunak spt bokong, LII : Puka, LIII: Teraba bulat keras (kepala) tidak dpt digoyangkan, L IV : Divergen 3/5 bagian DJJ 144 x/m teratur. Sesuai dengan teori Romauli (2011), hal ini merupakan keadaan fisiologis dialami pada ibu hamil trimester III karena semakin membesarnya rahim dan pertumbuhan bayi, maka titik berat akan cenderung menjadi 161



condong ke depan. Akibatnya ibu mengalami perubahan postur tubuh jadi tertarik ke belakang (lordosis), tulang punggung pada bagian bawah juga jadi melengkung dan otot tulang memendek, sehingga saat terus menerus berdiri, sering membungkuk dapat memicu sakit punggung. Selain itu, sakit punggung juga bisa terjadi akibat meningkatnya hormon. Pada hormon kehamilan yang naik bisa membuat persendian di tulang panggul meregang, pergeseran ini bisa memengaruhi cara punggung ketika menyangga perut. Jadi hal ini merupakan keadaan fisiologis dalam kehamilan trimester III, dan ibu sudah diberi edukasi bahwa kontraksi yang sering dirasakan merupakan his palsu atau tanda persalinan palsu, jadi ibu tidak perlu khawatir. B. Persalinan Pada tanggal 15 April 2021 Ny.E menjalankan persalinannya. Ibu bersalin dalam usia kehamilan 40 minggu. Bayi lahir secara spontan pervaginam dengan presentasi belakang kepala dan dilahirkan dengan tenaga ibu sendiri, persalinan berlangsung aman tanpa komplikasi baik ibu maupun bayinya. Hal ini sesuai teori bahwa usia persalinan normal atau aterm 37-42 minggu, bayi lahir secara spontan pervaginam dengan presentasi belakang kepala dan dilahirkan dengan tenaga ibu sendiri (Saefudin, 2012). Pada kala I Ny.M mengeluh mules-mules an keluar lendir darah dari kemaluan. Menurut Prawirohardjo (2016) perasaan sakit pada waktu his bersifat subyektif, tidak hanya tergantung pada intensitas his, tetapi tergantung pula pada keadaan mental ibu. Ketenangan membuat perasaan sakit saat his hanya akan terasa sedikit. Untuk mengurangi rasa sakit pada ibu, berikan dukungan moril dan menghadirkan suami atau keluarga untuk memberi support selama proses persalinan, sehingga ibu merasa tenang. Dalam proses persalinan Ny.E pada kala I berlangsung selama 4 Jam. Menurut Mochtar (2015), tahapan proses persalinan terdiri dari 4 kala. Pada primigravida berlangsung selama 13-14 jam, sedangkan pada multigravida



6-7



jam.



Asuhan



yang



diberikan



pada



Ny.



E



yaitu



Memberitahukan ibu dan keluarga hasil pemeriksaan, informed choise dan informed concern, menghadirkan pendamping (suami), menentukan posisi sesuai keinginan ibu atau miring kiri jika ditempat tidur, mengijinkan ibu beraktivitas ringan sesuai kesanggupan (jalan2 di ruang VK), menganjurkan suami atau keluarga untuk memijat punggung atau membasuh muka ibu, 162



mengajarkan cara relaksasi tehnik pernafasan, menjaga privasi ibu,



163



menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK dan membasuh kemaluannya setelah BAK/BAB, menjaga kondisi ruangan sejuk dan nyaman, memberi makan dan minum yang cukup, pantau ulang kemajuan persalinan 4 jam kemudian atau bila ada indikasi. Asuhan ini sesuai dengan Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2014 Partus kala II Ny. E berlangsung selama 15 menit, His 4 kali 10’ 40” kuat. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Mochtar (2015), Kala II disebut juga kala pengeluaran janin, dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai dengan keluarnya bayi. Pada kala II, his menjadi lebih adekuat dan makin sering serta teratur. Dalam waktu 10 menit dapat 4 kali terjadi his yang lamanya 45 detik. Pada primipara kala II berlangsung selama 1,5 jam sampai 2 jam, pada multipara berlangsung selama 0,5 sampai 1 jam. Asuhan yang di berikan pada Ny.M yaitu Menjelaskan hasil pemeriksaan, memberikan dukungan psikologis pada ibu, menjaga kebersihan diri ibu, mengipasi dan massase ibu, menganjurkan ibu pada posisi yang nyaman, memberikan ibu cukup minum, periksa DJJ saat kontraksi dan setelah kontraksi, ajarkan ibu cara relaksasi dan pernafasan, menyiapkan alat dan siapkan diri penolong.,pimpin meneran yang benar, melakukan pertolongan persalinan secara APN, nilai keadaan bayi.keringkan dan potong tali pusat, lakukan IMD. Asuhan ini sesuai dengan Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2014 Dalam proses persalinan Ny.E pada kala III selama 10 menit dan jumlah perdarahan ±100 cc setelah bayi lahir. Menurut Mochtar (2015), kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir, pengeluaran plasenta biasanya disertai dengan pengeluaran darah ±50-200 cc. Asuhan yang di berikan pada Ny.M yaitu menjelaskan hasil pemeriksaan, pastikan tidak ada bayi kedua, melakukan manajemen aktif kala III meliputi ; (Menyuntikkan oksitosin 10 unit im , mmelakukan PTT , melahirkan plasenta, massage fundus uteri), memeriksa kelengkapan placenta, menilai jumlah perdarahan. Asuhan ini sesuai dengan Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2014 Dan proses Kala IV berjalan dengan normal, jumlah perdarahan yang dialami Ny. E adalah + 100 cc. Ibu dan Bayi dalam rawat gabung. Menurut Mochtar (2015), kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam 164



postpartum. Setelah plasenta lahir kontraksi otot rahim keras sehingga pembuluh darah terjepit untuk proses menghentikan perdarahan. Kemudian melakukan observasi dan pengukuran cermat pada tekanan darah, nadi, pernafasan, kontraksi otot rahim. Perdarahan sering terjadi selama 2 jam pertama. C. Bayi Baru Lahir Dari hasil pengkajian data subjektif anamnesa didapatkan ibu mengatakan ini kehamilan yang kedua belum pernah keguguran, Pukul 13.00 Wib bayi Ny. E lahir spontan, menangis kuat, warna kulit kemerahan, berat badan 3000 gr dan panjang badan 49 cm, Lingkar Kepala 34 cm, Lingkar dada 33 cm, Lingkar Lengan Atas 13 cm, Berat Badan 3000 gram, Panjang Badan 49 cm, bayi lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan. Menurut Sarwono (2016) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38-42 minggu dengan berat badan sekitar 2500-3000 gram dan panjang badan sekitar 50-55 cm. Bayi sudah menyusu Pada bayi Ny. E 6 jam setelah kelahiran, dilakukan rawat gabung ibu dan bayi dan mengobservasi tanda-tanda vital dan tangisan bayi stiap 30 menit sekali dan melihat warna kulit bayi, Mengukur antropometri bayi, perempuan, BB 3000 gram, PB 49 cm, anus ada, Menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat dengan cara memberikan pakaian yang hangat dan bersih, Bonding attachment dan memberikan ASI pada bayi segera dan bayi mau menghisap, bayi dibungkus dengan kain bedong, Memberikan injeksi HB 0 sebanyak 0,5 cc secara im, Memandikan bayi, Melakukan perawatan tali pusat saat atau setelah bayi dimandikan atau bila diperlukan. Hal ini sesuai dengan teori menurut (Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial, 2010) Asuhan yang diberikan pada By Ny.E saat kunjungan ulang usia 6 hari yang diberikan oleh bidan yaitu Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu. Menganjurkan pada ibu untuk memberikan ASInya setiap bayi ingin menyusu dan tidak berdasarkan jam, Memberikan KIE pada ibu tentang ASI eksklusif, Menganjurkan pada ibu untuk menjaga personal hygine bayi, Memberitahu ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir, Menganjurkan ibu membawa bayinya ke petugas kesehatan atau fasilitas kesehatan apabila di



165



temukan salah satu dari tanda bahaya bayi baru lahir,



Mengajurkan ibu



untuk menjaga keamanan bayi terhadap trauma dan penyakit atau infeksi, dan Merencanakan kunjungan ulang yang ketiga sebelum usia bayi 28 hari Hal ini sesuai dengan teori Pelayanan Kesehatan Neonatus menurut Kemenkes RI (2015), dimana pemeriksaan pada Kunjungan neonates ke-2 (KN 2) dilakukan pada hari ke-3 sampai hari ke-7 setelah lahir, yang dilakukan yaitu pemeriksaan fisik, melakukan perawatan tali pusat, pemberian ASI eksklusif, personal hygiene, pola istirahat, keamanan dan tanda-tanda bahaya. Dari data objektif juga ditemukan BB bayi saat kunjungan (hari ke 7) 3200 gram BAB dan BAK baik, bayi mau menyusu. Hal ini masih fisiologis pada bayi Ny.M. Sesuai dengan Buku Pedoman Praktek Klinis (2017). Pada kunjungan By. Ny. E usia 14 hari BB 3200gr, PB 49 cm, Bayi menangis kuat, Bayi mau menyusu, Tonus otot bergerak aktif, Tali pusar sudah lepas, pusar bersih dan kering, bayi dalam keadaan sehat. Sesuai dengan teori Buku Pedoman Praktek Klinis (2017) penurunan berat badan fisiologis terjadi saat neonatus usia 5 - 7 hari dan berat badan bertambah pada usia 12 – 14 hari. D. Nifas Ibu melahirkan jam 13.00. Ibu masih terasa mulas dan iASI nya keluar sedikit. K/U Baik, TD. 110/70 mmHg, Nadi :80 x/mnt, Pernafasan :20 x/mnt, Suhu :36,2 °C, dari pemeriksaan payudara tampak tegang ditekan ASI belum keluar, palpasi kontraksi baik,



dan



saat



TFU dua jari di



bawah pusat, kandung kemih penuh, lochea rubra 50 cc. Menurut Bahiyatun (2009) hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan ibu masih terasa mulas karena masih mengalami adaptasi masa nifas tepatnya yaitu pada masa taking in yg berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Selain itu terjadinya Involusi uteri atau pengerutan uterus yang mengakibatkan kontraksi otot-otot polos uterus sehingga ibu merasa mulas. Pada pemeriksaan ditemukan tinggi fundus uteri setinggi pusat. Hal ini sesuai dengan teori perubahan uterus pada masa nifas (Nugroho, 2014), bahwa sesaat setelah plasenta lahir termasuk post partum 6 jam TFU 2 jari di bawah pusat. Menurut (Kristyansari, 2011) posisi dan perlekatan yang baik akan memaksimalkan reflek bayi pada saat proses menyusui. Apabila bayi tidak melekat pada posisi yang benar bayi 166



akan menarik, mengigit dan menyebabkan puting menjadi luka. Teknik menyusui yang kurang tepat bisa menyebabkan masalah pada payudara dan ibu menjadi tidak nyaman selama proses menyusui sehingga bayi tidak maksimal menyusu sampai ke aerola. Pada pemeriksaan genital terdapat lochea rubra berjumlah ±50 cc. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (Mochtar, 2018), bahwa Lochea rubra berisi darah segar, berwarna merah hitam dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks casecose, rambut lanugo, sisa mekonium dan sisa darah selama 2 hari pasca persalinan. Pada kunjungan nifas 6 hari Ibu mengatakan keadaannya sudah lebih baik dan ASI sudah keluar, KU baik, Kes CM, Emosi stabil, TD 110/70, N 80 x/m, RR 20x/m, S 36,2 C, TFU 3 jari di atas symfisis, Kontraksi uterus baik, Lochea sanguilenta (merah kecoklatan) tidak berbau. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Yanti, 2014 bahwa Lochea hari ke 3 sampai ke 7 yaitu sanguilenta,warna putih bercampur merah dan tinggi Fundus Uteri hari ke 7 dalam batas normal yaitu di pertengahan pusat dan simpisis. Pada kunjungan nifas 14 hari Ibu mengatakan merasa tidak ada keluhan, ibu hanya memberikan ASI saja pada bayinya, ibu mengatakan sudah tidak ada darah keluar dari kemaluan hanya ada cairan kekuningan (Lochea serosa). Sesuai dengan teori menurut Mochtar (2018) pengeluaran lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Lochea serosa adalah cairan berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan. Padankunjungan nifas 6 minggu Ibu mengatakan tidak ada keluhan apa apa,ibu masih menyusui bayinya dan ibu ingin KB suntik. TFU tidak teraba, kontraksi uterus baik, pengeluaran darah pervaginam sudah tidak ada. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Yanti, 2014 bahwa tinggi fundus uteri normal 6 minggu sudah tidak teraba, pemeriksaan



genital



sudah tidak ada pengeluaran Lochea. E.



KB dan Kontrasepsi Pada tgl 16 Mei Ibu datang ingin menggunakan kb suntik 3 bulan, ibu mengatakan saat ini PP 42 hari, sedang menyusui bayinya, tidak ada penyakit yg diderita. TD 120/80 mmhg, N 80 x/m, S 36,3ºc, RR 20 x/mt, TB 160 cm, BB 62 Kg. Payudara simetris dan tidak ada benjolan Abdomen tidak ada benjolan. Menurut Saroha 2014, bahwa pemilihan kontrasepsi pada 167



klien menyusui yaitu MAL, suntik Progestin, AKDR, kondom. Keuntungan KB suntik 3 bulan menurut Maryunani 2016 yaitu sangat efektif dengan kegegalan kurang dari 1%, tidak mempengaruhi produksi ASI, sedikit efek samping, dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai perimenopause, menurunkan kejadian penyakit jinak payudara. Penulis juga telah menjelaskan efek samping dan kapan harus kunjungan ulang sesuai dengan teori Maryunani 2016.



168



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari uraian materi dan pembahasan kasus tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa pentingnya asuhan yang diberikan oleh bidan atau tenaga kesehatan terhadap ibu secara profesional baik pada masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, maupun KB, sehingga deteksi dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi dapat dihindari. Pada pemeriksaan kehamilan, Ny. E melakukan kunjungan antenatal care sebanyak 2 kali dipantau oleh penulis, pemeriksaan dilakukan pada tanggal 12 Maret 2022 dan 23 Maret 2022 mengikuti masa kehamilan tanpa adanya komplikasi. Hal ini berarti penulis mampu menerapkan pengkajian dan pelaksanaan asuhan kebidanan kepada ibu hamil, sesuai dengan dokumentasi menggunakan metode SOAP dan pathway. Dalam proses persalinan kala I sampai kala IV berlangsung dengan lancar. Hal ini berarti penulis mampu menerapkan pengkajian dan pelaksanaan



asuhan



kebidanan



pada



ibu



bersalin,



sesuai



dengan



dokumentasi menggunakan metode SOAP dan pathway. Pada bayi yang dilahirkan merupakan bayi aterm sesuai dengan masa kehamilan karena memiliki berat badan 3200 gram dan panjang badan 49 cm, bayi bugar. Hal ini berarti penulis mampu menerapkan pengkajian dan pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, sesuai dengan dokumentasi menggunakan metode SOAP dan pathway. Pada masa involusi uterus berlangsung dengan baik dan tidak ditemukan terjadinya perdarahan maupun tanda-tanda infeksi. Hal ini berarti penulis mampu menerapkan pengkajian dan pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas, sesuai dengan dokumentasi menggunakan metode SOAP dan pathway. Pada 6 minggu post partum ibu sudah mendapatkan pelayanan KB, yaitu suntik KB 3 bulan yang tidak mengganggu produksi ASI dan itu merupakan pilihan ibu dengan bantuan konseling menggunakan ABPK. Berdasarkan dari asuhan kebidanan komprehensif selama kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan KB pada Ny. E berjalan normal, sesuai dengan teori yang ada. 169



B. Saran 1. Bagi PMB Agar meningkatkan mutu asuhan kebidanan dengan memperhatikan kebutuhan pasien dengan pemasangan poster, spanduk dan pemberian leaflet sesuai kebutuhan pasien sehingga pasien merasa puas atas pelayanan yang diberikan. 2. Bagi Institusi Pendidikan. Agar dapat mengembangan perpustakaan digital atau e-library agar perpustakaan mempermudah



tetap



eksis



sesuai



kemajuan



mahasiswa



dalam



pelaksanaan



teknologi



dan



pembelajaran



dapat serta



penyusunan studi kasus di era pandemi covid 19 3. Bagi Penulis. Diharapkan mampu mengembangkan pengetahuan dari hasil yang didapat pada studi kasus ini.



170



DAFTAR PUSTAKA Dewi,Vivian Nanny Lia.2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Balita.Jakrta:Salemba Medika. Depkes, dkk, 2008. Standar Pelayanan Kebidanan, Jakarta : Depkes RI (http://idhoe.co.tv/tag.askeb-intranatal.html) Manuaba,Ida Ayu Chandranita dkk.2010.Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB.Jakarta:EGC. Moctar Rustam, 2010, Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC Prawirohardjo,Sarwono.2008.Ilmu Kebidanan edisi ke empat.Jakarta:YBP-SP Saleha,Siti.2009.Asuhan Medika.



Kebidanan



Pada



Masa



Nifas.Jakarta:Salemba



Salmah, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta : EGC Saifuddin.2008.Ilmu Kebidanan.Jakarta: YBP-SP. .2009.Buku Acuan Nasional Neonatal.Jakarta: YBP-SP. .2010.Buku Panduan Praktis Neonatal.Jakarta: YBP-SP.



Pelayanan



Kesehatan



Pelayanan



Kesehatan



Maternal



dan



Maternal



dan



Sulistyawati,Ari.2009.Asuhan Kebidanaan pada masa kehamilaan. Jakarta: Salemba Medika. .2010. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin.Jakarta:Salemba Medika. Wiknjosastro, Hanifa.2008.Asuhan Persalinan Normal.Jakarta:Depkes R .2008.Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Jakarta:Depkes RI



Menyusui Dini.



Wiknjosastro, Hanifa. Dkk. 2006. Ilmu Kebidanan, Edisi ketiga cetakan kedelapan . Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Wikjonsastro,Gulardi H. 2010. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Depkes RI. (www.depkes.go.id/index.php?vw=2&pg=provilkesehatan_provinsi) (www ://www.who.int/en/) Varney, Helen. 2007. Manajemen 7 Langkah Varney. Jakarta : EGC 171



Johariyah, Ema Wahyu. 2012. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: CV Trans Info Media



172



LAMPIRAN



173



174