History of English LIterature in Early Modern Period [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH HISTORY OF ENGLISH LITERATURE SEJARAH KESUSASTRAAN INGGRIS PADA PERIODE TRANSISI (EARLY MODERN PERIOD) Dosen Pembimbing : Ahmad Ghozi, SS., M.A



Disusun oleh Nailu Fadhlatil Aidati (16320010)



KELAS C JURUSAN SASTRA INGGRIS FAKULTAS HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2018



KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim…



Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah Kesusatraan Inggris Pada Periode Transisi” yang ditulis untuk memenuhi tugas matakuliah History of English Literature. Dalam pembuatan makalah ini mulai dari perancangan, pencarian bahan, sampai penulisan, kami mendapat bantuan, saran, petunjuk, dan bimbingan dari banyak pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada temanteman dan seluruh pihak yang ikut partisipasi dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini banyak memiliki kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan di masa yang akan datang, dan kami juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.



Malang, 13 Oktober 2018



Penulis



History of English Literature (Early Modern Period)



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1 1.1.



Latar Belakang .................................................................................................... 1



1.2.



Rumusan Masalah............................................................................................... 1



1.3.



Tujuan ................................................................................................................. 1



BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 2 2.1



Tinjauan Sejarah Periode Transisi ...................................................................... 2



2.2



Tinjauan Kesusatraan.......................................................................................... 8



2.3



Tokoh dan Karya Sastra.................................................................................... 12



BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 17 3.1



Kesimpulan ....................................................................................................... 17



DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 18



History of English Literature (Early Modern Period)



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1.



Latar Belakang Kemajuan peradaban bangsa Inggris di zaman modern ini tidak terlepas dari



perkembangan yang bisa dilihat dari sejarah zaman dahulu. Secara garis besar, sejarah perkembangan bangsa Inggris dibagi menjadi periode kuno yakni Old English, periode pertengahan atau disebut Middle English dan periode modern yakni Modern English. Periode kuno dipenhi oleh kependudukan bangsa Kelt, Anglo-Saxon



serta



kekaisaran



Roma.



Stelah



periode



kuno



berakhir,



perkembangan bangsa Inggris berada pada periode pertengahan yang ditandai dengan adanya pengaruh kekuasaan Norman Perancis yang menghasilkan banyak perkembangan pada berbagai aspek kehidupan. Meskipun kekuasaan ini dipenuhi dengan kekerasan dan ketidakadilan, namun system-sitem pemerintahan bangsa Norman telah memberikan pengaruh tersendii dalam perkembangan aspek kehidupan seperti aspek politik, sosial, budaya, ekonomi dan juga sastra. Sastra juga menjadi aspek yang penting dalam perkembangan bangsa Inggris. Sejarah perkembangan sastra juga memberikan gambaran terhadap perkembangan bangsa Inggris di berbagai aspek kehidupan. Salah satunya adalah masa dimana bangsa Inggris bangkit setelah mengalami perebutan Bahasa oleh Perancis atau sering disebut dengan periode Renaissance. Periode ini awal dari perkembangan bangsa Inggris di era modern. Makalah ini akan menjelaskan sejarah serta aspekaspek kehidupan pada akhir abad 15 yang menjadi tombak perkembangan peradaban bangsa Inggris. 1.2.



Rumusan Masalah 1. Bagaimana tinjauan sejarah pada periode transisi? 2. Bagaimana tinjauan kesusastraan pada periode transisi? 3. Siapa tokoh sastra dan hasil karyanya pada periode transisi?



1.3.



Tujuan 1. Mengetahui bagaimana tinjauan sejarah pada periode transisi? 2. Mengetahui bagaimana tinjauan kesusastraan pada periode transisi? 3. Mengetahui siapa tokoh sastra dan hasil karyanya pada periode transisi?



History of English Literature (Early Modern Period)



1



BAB II PEMBAHASAN 2.1



Tinjauan Sejarah Periode Transisi a. Periode Transisi (Early Modern Period/ The Renaissance) Istilah ‘Renaissance’ berasal dari Bahasa Perancis yang berarti rebirth yakni kelahiran kembali atau dalam bahasa Latin disebut ‘renascentia’ (Paul Poplawski: 2008) Istilah ini digunakan untuk merujuk pada lahirnya kembali kajian pada penemuan ratusan manuskrip Yunani dan Latin yang telah hilang selama Abad Pertengahan. Periode ini dimulai pada akhir abad 15 sampai pertengahan abad 16 atau tepatnya yakni dari tahun 1485-1660 M. Istilah Renaissance muncul pada abad ke 16 untuk menggambarkan periode dimana adanya pembaharuan (renewal) terhadap teks-teks dari bahasa Latin dan budaya Romawi menjadi fokus perhatian intelektual. Jika dikatakan secara lebih umum, istilah ‘Renaissance’ digunakan para ahli sejarah dan kritikus sastra untuk menunjukkan periode yang ditandai dengan adanyar gerakan budaya (cultural movements) yakni pada aspek seni, politik, agama serta karya sastra (Paul Poplawski: 2008). Perkembangan seni, arsitektur, politik serta kajian sastra dapat dilihat pada akhir periode pertengahan (Middle Ages) dan pada awal periode modern yang banyak dipengaruhi oleh model bangsa Latin dan Roman (Margaret Drabble : 1995). Menurut Edward Albert (49), Pada periode ini terdapat pembaharuan tentang perhatian besar terhadap ilmu pengetahuan, perubahan idealisme agama, munculnya dunia sastra yang baru serta besarnya perubahan hati dan mindset masyarakat. Periode ini sering dinamakan periode transisi karena meliputi suatu jangka waktu antara dua tokoh besar dalam kesusastraan Inggris, ialah Chaucer dan Shakespear (Samekto 1976:11). Istilah ‘Renaissance’ sudah digunakan sejak abad ke 20 terhadap periode sebelumnya yang menunjukkan perhatian baru terhadap kajian periode kuno dan periode Charlemagne. (Margaret Drabble : 1995). Para ahli sejarah lebih memilih istilah ‘early modern’ untuk menunjukkan periode dimana adanya ‘cultural renewal’ ini.



History of English Literature (Early Modern Period)



2



b. Kedaulatan Tudor (Tudor sovereignty 1485-1603) Tema besar sejarah Tudor adalah Reformasi, yakni transformasi Inggris dari Katolik ke Protestanisme. Kedaulatan ini meliputi masa Elizabethan selama pemerintahan Elizabeth I sampai pada tahun 1603. Raja pertamanya ialah Henry VII. Menurut John Guy (1998:32), Inggris secara ekonomi lebih sehat, lebih luas, dan lebih optimis di bawah Tudors daripada kapan saja dalam kurun waktu seribu tahun. Reformasi yang terjadi pada periode Tudor ini berupa perubahan agama di Inggris. Dari empat penguasa di periode Tudor yakni Henry VIII, Edward VI, Mary I, dan Elizabeth I memiliki pendekatan yang sangat berbeda terhadap aspek agama. Henry VIII menggantikan paus sebagai kepala Gereja Inggris akan tetapi tetap mempertahankan doktrin Katolik. Raja Edward VI memaksakan Protestanisme yang sangat ketat. Sedangkan Mary I berusaha untuk mengembalikan Katolisisme. Terakhir adalah Elizabeth I tiba pada posisi berkompromi yang mendefinisikan Gereja Protestan yang tidak cukup Protestan di Inggris. Ini dimulai dengan tuntutan yang mendesak dari Henry VIII untuk pembatalan pernikahannya yang ditolak Paus Clement VII (Peter H. Marshall:2017) Jika dirangkum secara sekilas, masa pemerintahan dinasti Tudor adalah sebegai berikut. Awalnya, Henry VII memimpin secara monarki (turun temurun) yang diperkuat dengan melakukan kontrol yang semakin terpusat atas negara. Namun, ia dan para penerusnya dirundung oleh legitimasi dinasti mereka yang dipertanyakan. Masalah tersebut datang kpada masa kekuasaan Henry VIII yang mengalami kegagalan berulang dalam menghasilkan pewaris laki-laki. Henry berusaha untuk menikah lagi, tetapi Paus menolak untuk membubarkan pernikahannya dengan Catherine dari Aragon. Ini menyebabkan Henry melepaskan diri dari Gereja Katolik. Setelah beberapa perkawinan, ia mengkaruniai seorang putra, yakni Edward VI yang sakit-sakitan. Edward kemudian stelah meninggal enam tahun masa pemerintahannya. Kemudian Dia digantikan oleh saudara tiri sulungnya Mary I. Mary adalah istri Raja Philip II dari History of English Literature (Early Modern Period)



3



Spanyol, seorang raja Katolik yang kukuh. Kemudian di Inggris terdapat pembagian golongan yakni menjadi pro-Katolik dan pro-Protestan kamp, di mana divisi agama dan politik tidak dapat dipisahkan. Namun, pada kematian Mary, dia digantikan oleh saudari tirinya, Elizabeth I. Elizabeth tidak pernah menikah dan meninggal tanpa pewaris pada tahun 1603. Kemudian ahli waris yang ditunjuk adalah James VI dari Skotlandia, putra Mary Queen of Scots (1542-1567). Mary adalah cucu dari saudara perempuan Henry VIII yakni Margaret, yang menikah dengan dinasti Stuart di Skotlandia (istri dari Yakobus IV). Dengan demikian Mary selalu menjadi penuntut potensial tahta Inggris, dan Elizabeth akhirnya dipaksa untuk mengeksekusinya pada 1587. Namun, dengan menjadikan putra Mary sebagai pewarisnya, Elizabeth mendapatkan suksesi yang mudah raja Skotlandia dan transisi yang mudah dari Tudor ke dinasti Stuart. c. Pemerintahan Tudor 1. Henry VII (1485–1509) Henry VII ialah pendiri dari House of Tudor. Ia menjadi raja Inggris setelah berhasil mengalahkan raja Richard III pada pertanrungan Borsworth pada 22 Agustus 1485 yang menjadi puncak dari The War of Roses yakni perang antara kedua kerjaan besar di Inggris. Henry ialah petarung tearkhir dari kubu House of York dan Richard berasal dari kubu House of Lancaster. Henry VII kemudian menikah dengan Elizabeth dari York. Mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang akan mewarisi tahtanya, yakni Henry VIII. Henry terlibat dalam sejumlah inisiatif administratif, ekonomi, dan diplomatik. Ketika Henry VIII menggantikannya, dia mengeksekusi dua kolektor pajak yang paling dibenci Henry VII (Steven Gunn 2016) 2. Henry VIII 1509–1547 Henry VIII ialah putra dari Henry VII. Ia mewarisi tahta ayahnya untuk memimpin dinasti Tudor. Ia melakukan pernikahan sebanyak enam kali dengan tujuan untuk mengkaruniai seorang putra pewaris kerajaan. Kurang lebih selama dua puluh tahun ia belum juga mendapatkan keturunan. Sehingga ia memutuskan untuk melakukan pembatalan pernikahan. Akan tetapi hal itu History of English Literature (Early Modern Period)



4



ditolak oleh Paus. Karena kecewa, Henry mebuat kebijakan baru yakni memisahkan Inggris dari Gereja Katolik Roma dan menjadikan dirinya sendiri sebagai kepala tertinggi gereja di Inggris. Perubahan dibidang agama dan politik sangat terlihat pada masa pemerintahannya. Henry menolak Paus menjadi kepala Gereja di Inggris. Ia bersikeras bahwa kedaulatan nasional membutuhkan supremasi absolut raja. Atau dengan kata lain, ia menobatkan dirinya sebagai kepala Gereja sakaligus kepala Negara. Dia memutus hubungan dengan gereja Katolik sehingga menjadikan posisi Protestan menjadi sangat penting dalam urusan hubungan dengan Tuhan. Ini merupakan pengembangan utama pada masa pemerintahannya. Sampai pada akhirnya ia memiliki seorang anak laki-laki yang mewarisi tahtanya yakni Edward VI. Edward meninggal setelah enam tahun masa pemerintahannya karena menderita sakit. Dalam kebijakan luar negeri, ia fokus untuk memerangi Prancis namun hasilnya kurang memuaskan sehingga ia harus berurusan dengan Skotlandia, Spanyol, dan Kekaisaran Romawi Suci, seiring dengan mobilisasi militer atau peperangan yang sangat mahal yang menyebabkan pajak tinggi. Keberhasilan militer utama datang ke Skotlandia. 3. Edward VI: 1547–1553 Edward adalah putra dari Henry VIII dengan permaisurinya yakni Jane Seymour. Edward menjadi pewaris tahta ketiga dari dinasti Tudor. Ia menjadi raja pada usia 10 tahun (menjadi dewan kabupaten). Ia adalah raja Protestan Inggris pertama. Edward menjadi raja setelah meninngalnya ayahnya yakni Henry VIII. Pada tahun 1946 kesehatan Henry mulai memburuk. Hal tersebut ditanggapi oleh beberapa orang yang ingin mengambil alih kekuasaan Henry yang akan jatuh ke putranya. Mereka antara lain ialah Stephen Gardiner dan Thomas Howard, Adipati Norfolk ke-3 yang menentang adanya refomasi agama. Namun pada saat raja Henry meninggal, kekusaan tetap dipegang oleh kubu pro-reformasi di bawah kekuasaan putra kerajaan yakni Edward Seymour (WK Jordan :1968) Pemerintahan Edward ini menunjukkan kemenagan Protestan di Inggris. Saat Edward dinobatkan menjadi raja dibarengi dengan pemilihan Lord History of English Literature (Early Modern Period)



5



protrector dari kerajaan yakni Somerset. Somerset adalah paman dari raja Edward. Ia adalah kakak laki-laki dari mendiang ratu Jane Seymour ibu dari raja Edward. Pada hakikatnya, terpilihnya Somerset menjadi Lord Protecto berarti ia memerintah inggris dari mulai tahun 1543-1547. Kebijakankebijakan yang diambil oleh Somerset terhadap umat Ktolik cuuplah keras. Kebijakannya sempat mengundang beberapa kecaman. Somerset sering digambarkan sebagai penguasa yang arogan, tanpa keterampilan politik dan administrasi yang diperlukan untuk mengatur negara Tudor (David Loades :2000) Setelah itu, John Dudley yakni mantan sekutu Somerset yang menggulingkannya langsung bergerak cepat mengambil alih administrasi yang hampir bangkrut pada tahun 1549 (David Loades :2008). Bekerja sama dengan Thomas Cramner , Uskup Agung Canterbury, Dudley menjalankan kebijakan



agama



Protestan



yang



cukup



bersifat



agresif. Mereka



mempromosikan reformis radikal ke posisi Gereja yang tinggi, dengan menyerang para uskup Katolik. Penggunaan Kitab Doa Umum menjadi hukum pada tahun 1549 yakni doa yang dipanjatkan harus berbahasa Inggris bukan Latin. Misa juga tidak lagi dirayakan, dan pengabaran menjadi pusat pelayanan di gereja. Ortodoksi Protestan baru untuk Gereja Inggris diekspresikan dalam “Empat Puluh Dua Pasal Kepercayaan” pada tahun 1553. Akan tetapi ketika raja Edward tiba-tiba mati, upaya Dudley pada menit terakhir untuk membuat menantu perempuannya, Lady Jane Grey untuk menjadi penguasa baru ternyata gagal. Queen Mary kemudian mengambil alih dan memenggalnya (Dickens :230-58.) 4. Mary I : 1553-1558 Mary adalah anak perempuan dari raja Henry VIII dengan permaisurinya yakni Catherine dari Aragon. Mary adalah istri Raja Philip II dari Spanyol, seorang raja Katolik yang kukuh Mary dikenang karena usahanya yang kuat untuk memulihkan agama Katolik Roma setelah perjuangan hidup singkat raja Edward untuk menghilangkan Katolik di Inggris. Christopher Haigh History of English Literature (Early Modern Period)



6



(1992:203) yang berani menilai kembali sejarah agama pemerintahan Mary melukiskan kebangkitan perayaan keagamaan dan kepuasan umum terhadap kembalinya praktik-praktik Katolik lama. Pembentukan kembali agama Katolik Roma dibalikkan oleh adik perempuannya yang lebih muda dan yang penggantinya, yakni ratu Elizabeth I. Para penulis dari kaum Protestan pada saat itu memberikan kecaman dan penilaian yang sangat buruk kepada Mery. Mary dianggap menganiaya orangorang Protestan tanpa ampun (dipenggal, dibakar) sehingga mereka menjuluki Mary dengan sebutan “Bloody Mary”. Pada buku yang dibuat oleh Foxe yakni Actes and Monuments (1563) mengajarkan kepada umat Protestan bahwa Mery adalah tiran (pemegang kekuasaan yang mementingkan kepentingan pribadi) yang haus darah. Christopher Haigh (1992:234) memberikan kesimpulan bahwa tahun-tahun terakhir pemerintahan Mary bukanlah persiapan bagus untuk kemenangan Protestan, akan tetapi merupakan konsolidasi kekuatan Katolik yang berkelanjutan. Para sejarawan Katolik, seperti John Lingard berargumen bahwa kebijakan Mary gagal bukan karena apa yang mereka lakukan adalah salah, akan tetapi karena Mary terlalu tergesa-gesa dalam menetapkannya. Meskipun pemerintahan Mary pada akhirnya tidak efektif dan tidak populer, akan tetapi inovasinya terhadap reformasi fiskal, ekspansi angkatan laut, dan eksplorasi kolonial kemudian dipuji sebagai prestasi Elizabethan (Robert Tittler 1991:80). 5. Elizabeth I: 1558-1603 Elizabeth merupakan putri dari Henry VIII dan Anne Boleyn. Ia menggantikan Mary yakni saudara tirinya untuk memegang kekuasaan di dinasti Tudor. Ia dijuluki "The Virgin Queen" (Ratu Perawan), "Gloriana", atau "Good Queen Bess". Ia membawa stabilitas dan kedamaian pemerintahan Inggris sehingga periode ini disebut Zaman Keemasan (The Golden Age) dimana terdapat perkembangan politik, sosial dan budaya (Paul Hilliam :2005). Elizabeth adalah penguasa monarki kelima dan terakhir dari Dinasti Tudor. Pemerintahan Elizabeth menandai titik balik menentukan agama dalam History of English Literature (Early Modern Period)



7



sejarah bangsa Inggris, yakni sebagai negara yang didominasi Katolik pada awal pemerintahannya lalu didominasi Protestan pada akhir pemerintahannya. Meskipun Elizabeth mengeksekusi 250 imam Katolik, ia juga mengeksekusi beberapa orang Puritan ekstrem, Secara keseluruhan ia mencari posisi konservatif moderat dengan memadukan kontrol katas gereja den dengan mengkombinasi ritual yang didominasi Katolik, dan teologi yang didominasi Calvinis. Pada masa ini, semua kebijakan yang dibuat oleh Mary Tudor dihapuskan. Kemudian Elizabeth menjadi kepala gereja Inggris. The Book of Common Prayer (kitab doa umum) harus digunakan di seluruh gereja. Seluruh umat gereja harus mendatangi pusat pelayanan gereja. Jika mereka melanggar, mereka akan mendapatkan denda. 2.2 Tinjauan Kesusatraan Selain disebut sebagai periode Transisi, periode ini juga di sebut sebagai periode imitatif (Samekto 1976:11). Dikatakan sebagai periode imitatif karena jika dilihat dari tinjauan kesusatraan, karya sastra yang dihasilkan pada periode ini mendapat banyak pengaruh dari sastrawan besar dan paling berpengaruh pada periode pertengahan, yakni Chaucer.



Pengaruh yang



dibawa oleh Chaucer berdampak pada periode-periode setelahnya, terutama pada periode Trasnsisi. Pengaruh tersebut berdampak pada karya sastra meliputi puisi, prosa, dan drama. Adapun berikut adalah tinjauan kesusatraan pada periode transisi yang banyak dipengaruhi oleh Chaucer. a. Puisi Pengaruh Chaucer terhadap pembuatan puisi pada periode transisi sangatlah besar. Hampir seluruh penyair pada periode ini menghaslkan karya sastra yang memiliki karakteristik seperti karya Chaucer. Para penyair puisi tersebut antara lain John Lydgate, Stephen Hawes, dan John Skelton. Pengaruh Chaucer ini juga menyebar hingga ke Skotlandia. Di sana terdapat beberapa penyair terkenal yang disebut “Scottish Chaucerians”. Dari sebutan tersebut menunjukkan besarnya pengaruh Chaucer pada periode Transisi. Puisi yang muncul pada periode ini antara lain bergenre romance (oleh Lydgate), History of English Literature (Early Modern Period)



8



alegori (oleh Dunbar), satiris (kritik) kepada gereja dan pemerintah, sajak pastoral (oleh Henryson) dan lain sebagainya. Sajak pastoral ini pada masa kuno sudah digunakan oleh Virgil dan Theocritus dan menjadi bentuk yang biasa digunakan dalam menulis puisi di Perancis, Italia dan Spanyol sebelum sajak ini muncul di Inggris pada abad ke 16 (Edward Albert 2000:59). Jika ditinjau dari segi literary style, penyair-penyair seperti Lydgate, Skelton, dan Hawes meteran sering diklaim memiliki mutu yang rendah. Dalam karya mereka terdapat sedikit jejak imajinasi dan ungkapan puitis yang nyata dengan menggunakan kosakata yang tidak mencolok. Jika dibandingkan dengan Chaucer, karya mereka tampak kekanak-kanakan dan tidak kompeten (Edward Albert 2000:59). Meskipun banyak pengaruh yang diberikan oleh Chaucer pada masa ini, namun hasil karya para penyair pada periode ini tidak bisa mengikuti atau mengadaptasi dengan baik karya-karya Chaucer. Akan tetapi, pada puisi-puisi Skotlandia ternyata cukup bisa mengikuti jejak Chaucer dengan baik. Mereka banyak melakukan aktifitas terkait puisi. Adapun ciri-ciri puisi Skotlandia yakni berisi fitur-fitur tentang humor, terkadang cenderung vulgar, berupa catatan hasrat yang berlebihan, alam dan manusia serta masih banyak fitur yang lain (Edward Albert 2000:69). Pada periode transisi juga mulai muncul warna baru terhadap kesusastraan Inggris. Hal ini ditandai dengan munculnya karya-karya oleh Sir Thomas Wyatt dan Henry Howard, the Earl of Surrey. Karya kedua penyair ini menunjukkan beberapa pengaruh kesusatraan Italia. Pengaruh tersebut dapat dilihat dari bentuk maupun tema puisi yang dibuat. Pada periode ini juga mulai muncul bentuk baru dalam kajian teori sastra dalam puisi yang dicetuskan oleh Wyatt dan Surrey, yakni sonnet dan iambic pentameter yang digunakan pertama kali oleh Surrey pada karyanya yakni Virgil’s Aeneid II dan IV. Istilah iambic pentameter



juga dikenal sebagai isstilah ‘blank



verse/unrhymed’ (Michael Alexander :2000). Bentuk tersebut kemudian digunakan oleh sastrawan-sastrawan sesudahnya seperti Shakespear dan Milton.



History of English Literature (Early Modern Period)



9



b. Prosa Pada periode ini tidak terdapat pencapaian yang besar. Akan tetapi, terdapat fakta yang menunjukkan mulai memudarnya pengaruh bahasa Latin dimana bahasa Inggris sudah mulai difokuskan kembali. Pada periode ini, karya prosa mulai muncul dalam bentuk karya teologis. Salah satu tokohnya ialah Fisher dan Cranmer. Terdapat pula prosa bentuk sejarah yang salah satu karya yang populer yakni Chronicle of England of Capgrave (1393-1464) (Edward Albert 2000:60). Jika ditinjau dari segi literary style (gaya kesusastraan), pada masa ini terdapat peningkatan keterampilan para sastrawan dalam membuat prosa. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan latihan yang dilakukan oleh para sastrawan. Pada periode ini juga mulai muncul perkembangan persepsi tentang keindahan ritme dan irama (Edward Albert 2000:69). Pada periode transisi terdapat karya sastra berupa prosa yang sangat berpengaruh di kalangan rakyat, yakni terjemahan Kitab Perjanjian baru pada tahun 1525 oleh William Tyndale. (Samekto 1976:12). Terjemahan ini menggunakan bahasa Inggris standar yang tersebar luas ke seluruh pelosok negeri baik di kalangan elit maupun kalangan rakyat jelata. Terjemahan ini diguanakan di seluruh gereja dan menjadi dasar dari ‘authorized version’ yakni terjemahan kitab Injil yang menggunakan bahasa Inggris standar yang diterbitkan pada tahun 1611. Jadi menurut Michael Alexander (2000), pada periode transisi ini, karya sastra berupa prosa memiliki tema besar berupa religious prose (prosa keagamaan). c. Drama Pada periode transisi, drama juga mengalami perkembangan terutama pada jenis drama. Sebelumnya, drama yang dimainkan berisi tentang kehidupan orang suci atau kisah-kisah yang diambil dari kitab Injil yakni pada tahun 1540-1579 yang dikenal dengan sebutan “mystery” dan “miracles”. Atau dapat dikatakan bahwa sebelumnya drama berupa terjemahan dari teks keeagamaan (Michael Alexander :2000) Akan tetapi, pada periode ini



History of English Literature (Early Modern Period)



10



munculah jenis drama baru yang dikenal dengan ‘morality-plays’ yang menggambarkan kehidupan umat manusia secara umum seperti kejahatan, kebaikan, dll. Drama tersebut memepertunjukkan kebajikan dan kejahatan dalam bentuk kreasi alegori. Fitur penting dalam permainan drama ini yakni adanya pengembangan karakterisasi. (Edward Albert 2000:66). Menurut Samekto (1976:13), tujuan utama dari morality adalah untuk mengajarkan moral. Salah satu drama yang terkenal yang berisi tentang pengajran moral yakni “Everyman” yang penciptanya tidak diteahui (anonimous). Selain ‘morality’, terdapat pula jenis drama baru yakni “Interlude”. Istilah interlude berasal dari bahasa Latin yakni dari kata ‘between’ + ‘game’ yang berarti ‘a moral play offered between courses’ (Michael Alexander :2000). Atau dengan kata lain drama ini berisi tentang moral entertainment (hiburan moral). Menurut Samekto (1976:13), interlude ini mempunyai tujuan untuk menghibur namun didalamnya masih terdapat pengajaran moral. Drama ini biasanya dimainkan untuk kalangan atas. Salah satu drama yang terkenal yakni “Fulgens and Lucres” karya Henry Medwall. Menjelang akhir periode mulai dunia drama mulai mengenal dan menerima karya-karya Yunani dan Romawi. Berikut adalah ciri-ciri kesusastraan pada periode transisi menurut Edward Albert (2000:49) 1. Minimnya materi. Jika dilihat dari cukup panjangnya waktu pada perode ini, fakta menunjukkan bahwa adanya kekurangaan atau bahkan miskinnya materi yang menyebabkan minimnya output dari hasil karya satra yang ada pada periode ini. Pada periode transisi ini tidak terdapat puisi bahasa Inggris yang memiliki konsekuensi apapun. Karya sastra berupa prosa juga memiliki kualitas dan kuantitas yang sangat minim. Akan tetepai kondisi ini ditolong oleh para penyair dari Skotlandia yang disebut ‘Scottish Poets’ yang karya-karyanya banyak mengadaptasi karya-karya Chaucer. 2. Scottish Poetry



History of English Literature (Early Modern Period)



11



Di Skotlandia terdapat beberapa masalah yang menyebabkan adanya keterhambatan peerkembangan karya sastra. Masalah-masalah tersebut antara lain kemiskinan dan perpecahan di Skotlandia, pemutusan stimulus intelektual dari pemikiran bangsa Inggris, kurangnya fasilitas pendidikan dan lain-lain. Akan tetapi permasalahan dan kerugian ini tidak berlangsung lama. 3. Pengembangan drama Popularitas drama romantic hampir hilang pada perode ini. Drama yang berkembang sejalan dengan perkembangan pemikiran masyarakat pada masa itu. Konten drama juga mulai dipikirkan dari segi output-nya. Salah satunya yakni drama jenis ‘morality’. 4. Pentingnya periode transisi Pada periode ini, dorongan sastra sudah mulai muncul.



2.3 Tokoh dan Karya Sastra a. Puisi Tokoh John



Lydgate



Karya (1370- Troy



1451)



Book,



Keterangan



Siege



of Lydgate



adalah



Thebes, The Monk's Tale, penerjemah cerita moral Fall of Princess.



dan keagamaan. Ia adalah penggemar Namun



Chaucer.



karya-karyanya



lebih



condong



meniru



gaya



para



penyair



Perancis. Stephen



Hawes -The History of Graunde Ia adalah seorang penyair



(meninggal tahun 1532)



Amour and la bel pucel, yang



banyak



conteining the knowledge menciptakan



alegori.



of the seven sciences and Namanya



tidak



terlalu



the course of mans life in dikenal.



Akan



tetapi



this



History of English Literature (Early Modern Period)



Wolrde



or



the perannya



dalam



12



Passetyme of pleasure -The



Conversyen



pembakuan of



bahasa



Inggris cukuplah besar.



Swerers John



Skelton



(1460- Bowge of Court



1529)



Mulai muncul puisi satire yang



mengkritik



kehidupan



istana



dan



gereja. John Skelton, juga dikenal



sebagai



John



Shelton (sekitar 1463 - 21 Juni 1529). Ia adalah seorang penyair dan guru bahasa Inggris untuk Raja Henry VIII dari Inggris Scottish Poets



Penyair-peyair



di



Skotlandia a. Robert Henryson The (1430-1506)



Cresseid



Testament



of Karya ini berisi tentang ketuhanan dan moralitas abad



pertengahan.



Karyanya yang terkenal yakni The Testament of Cresseid



memiliki



karakteristik menyerupai sajak-sajak



Chaucer.



Hinngga pada tahun 1711 banyak



yang



mengira



bahwa



karya



tersebut



adalah



karya



Chaucer.



Henryson



juga



merupakan pertama



History of English Literature (Early Modern Period)



penyair dalam



dunia



13



kesusastraan Inggris yang menulis



sajak-sajak



pastoral. b. William



Dunbar The Golden Targe, The Dunbar



(1465-1530)



Flyting



ialah



penyair



yang menulis sajak-sajak alegori dan satiris. Dalam menulis



sajak-sajak



alegori



ia



cenderung



mengikuti gaya Chaucer. Akan



tetapi



menulis



ketika



sajak



satiris



cenderung lebih bebas dalam bentuknya. c. Gavin



Dougles Terjemahan Aeneid



(1474-1522)



Gavin



lebih



dikenal



sebagai penerjemah dari Æneid. Æneid merupakan karya



sastra



klasik



pertama



yang



diterjemahkan



dalam



bahasa Inggris. Sir Thomas Wyatt (1503- Tottel’s Miscellany



Tottel’s Miscellany ialah



1542)



kumpulan



puisi



dan



sonata yang berjumlah Sembilan puluh enam. Wyatt adalah sastrawan pertama



yang



memasukkan soneta



Italia



kesusatraan menggunakan



bentuk kedalam Inggris. Ia sonata



dalam membuat sajakHistory of English Literature (Early Modern Period)



14



sajak percintaan. Earl of Surrey (1517- Virgil’s Æneid



Surrey



adalah



penyair



1547)



Inggris



pertama



yang



menggunakan



“blank



verse”.



verse”



“blank



yakni bentuk sajak tanpa rima yang mengandung lima



suku



kata



bertekanan keras di setiap barisnya.



b. Prosa Tokoh Sir



Thomas



Karya Malory Morte d’Arthur



(1470)



Keterangan Prosa



ini



bergenre



romance



yang



menceritakan kisah raja Arthur



dan



kesatrianya.



para



Karya



ini



memiliki peranan yang penting



dalam



sejarah



sastra karena dijadikan sebagai



inspirasi



bagi



beberapa penyair ternama seperti Shakespear dan Tennyson. William Tyndale (1484- Terjemahan 1536)



Perjanjian Baru



Kitab Terjemahan ini memiliki pengaruh yang besar di seluruh kalangan rakyat. Karya



ini



digunanakn



hampir di seluruh gereja



History of English Literature (Early Modern Period)



15



di penjuru kota. Karya ini juga menjadi dasar dari Authorized Version yakni terjemahan yang



kitab



Injil



menggunakan



bahasa



Inggris standar



uyang terbit pada tahun 1611.



c. Drama Tokoh



Karya



Keterangan



Henry Medwall (1462- Fulgens and Lucres



Karya



tersebut



adalah



1521)



salah satu karya drama interlude yang terkenal. Drama



ini



selain



memiliki



tujuan



untuk



menghibur, di dalalmnya juga terdapat pengajaran moral. Nicholas Udall (1504- Ralph Roister Doister



Karya



tersebut



1566)



karya



drama



adalah komedi



pertama di Inggris yang mencontoh model klasik. Hal itu dikarenakan pada masa ini sudah mulai mengenal dan menerima karya



Romawi



dan



Yunani Klasik.



History of English Literature (Early Modern Period)



16



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Renasissance adalah masa dimana terdapat gerakan pembarauan di seluruh Eropa. Renaissance muncul pada abad ke 16 untuk menggambarkan periode dimana adanya pembaharuan (renewal) terhadap teks-teks dari bahasa Latin dan budaya Romawi menjadi fokus perhatian intelektual. Jika dikatakan secara lebih umum, istilah ‘Renaissance’ digunakan para ahli sejarah dan kritikus sastra untuk menunjukkan periode yang ditandai dengan adanyar gerakan budaya (cultural movements) yakni pada aspek seni, politik, agama serta karya sastra. Periode transisi di Inggris ini terjadi pada kekuasaan dinasti Tudor yang terdapat adanya reformasi, yakni transformasi agama dari Katolik ke Protestan. Pada kekuasaan dinasti Tudor terdapat banyak kebijakan-kebijakan terkait politik dan agama yang terlihat dari periode ke periode. Jika ditinjau dari segi kesusastraan, perkembangan karya sastra juga cukup signifikan. Hampir seluruh karya sastra masih dipengaruhi oleh gaya Chaucer pada abad pertengana. Baik dari genre puisi, prosa, maupun drama. Penyair yang terkenal pada periode transisi yakni Sir Thomas Wyatt yang pertama kali menggunaka sonata dari Itali ke dalam karya sastra Inggris. Juga terdapat



Earl



of



Surrey



yang



pertama



kali



mengenalkan



‘blank



verse/unrhymed’. Pada genre prosa juga terdapat perkembangan pada bentuk karya prosa terjemahan, teologi dan sejarah. Perkembangan drama juga berjalan cukup baik dengan diperhatikannya konten atau materi drama yang ditampilkan. Sehingga drama bukan hanya sebagai hiburan melainkan juga sebagai sarana edukasi.



History of English Literature (Early Modern Period)



17



DAFTAR PUSTAKA Albert, Edward. 2000. History of English Literature. US: Oxford University Press Alexnder, Michael. 2000. A History of English Literature. London: Macmillan Press LTD Cannon , John. 1997, The Oxford Companion untuk sejarah Inggris. Guy, John. 1988. Tudor England . United States : Oxford University Press. Gunn, Steven. 2016. Henry VII's New Men and the Making of Tudor England. Haigh, Christopher. 1992. Reformasi Inggris: agama, politik, dan masyarakat di bawah Tudors. _______________. 1992. Reformasi Bahasa Inggris: agama, politik, dan masyarakat di bawah Tudors. Hilliam, Paul. 2005. Elizabeth I: Queen of England's Golden Age. Head, Dominic. 2006. The Cambridge Guide to Literature in English. UK: Cambridge University Press Loades, David. 2000. Pemerintahan Edward VI: Sebuah survei historiografi. Marshall, Peter H. 2017. Heretics dan Believers: A History of the English Reformation: Yale UP Samekto. 1976. Ikhtisar Sejarah Kesusastraan Inggris. Jakarta : PT. Gramedia. Tittler, Robert. 1991. The Reign of Mary I (2nd ed). WK Jordan. 1968. Edward VI: Raja Muda. The Protectorship of the Duke of Somerset. Anonim. https://en.wikipedia.org/wiki/Tudor_period



History of English Literature (Early Modern Period)



18