Hitung Jenis Leukosit [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Hitung Jenis Leukosit Dosen Pengampu : Dian Nurmansyah, S.ST, M.Biomed



Oleh :



Nama



: Annisa Bella



NIM



: AK 816008



Semester



: IV B



YAYASAN BORNEO LESTARI AKADEMI ANALIS KESEHATAN BORNEO LESTARI BANJARBARU 2018



KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya kami sudah dapat menyelesaikan Makalah Hematologi II ini yang berjudul “Hitung Jenis Leukosit”, Shalawat serta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad S.A.W beserta keluarga dan sahabatnya sekalian. Disini kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini memang masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi bahasa, penulisan dan pengolahan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritikan, saran dan masukan yang sifatnya membangun. Atas saran dan kritikan penulis ucapkan terima kasih.



Banjarbaru, 4 April 2018



DAFTAR ISI



BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1 1.3 Tujuan........................................................................................................................ 1 BAB II ISI.................................................................................................................................... 2 2.1 Pengertian Leukosit ................................................................................................... 2 2.2 Cara Pembentukan Leukosit...................................................................................... 2 2.3 Nilai Normal Leukosit dan Jenisnya ......................................................................... 2 2.4 Jenis-jenis Lekosit ..................................................................................................... 3 2.5 Hitung Jenis Leukosit ................................................................................................ 5 2.6 Pergeseran leukosit (leukocytes shift)........................................................................ 7 BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 8 3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 8 3.2 Saran .......................................................................................................................... 8 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 9 LAMPIRAN .................................................................................................................. 10



1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Darah adalah cairan yang terdapat pada hewan tingkat tinggi yang berfungsi sebagai alat transportasi zat seperti oksigen, bahan hasil metabolisme tubuh, pertahanan tubuh dari serangan kuman, dan lain sebagainya. Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena berfungsi sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya untuk menunjang kehidupan. Tanpa darah yang cukup seseorang dapat mengalami gangguan kesehatan dan bahkan dapat mengakibatkan kematian (Riswanto, 2013). Darah pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan darah) dan 45% selsel darah (darah padat). Jumlah darah yang ada pada tubuh kita yaitu sekitar sepertiga belas berat tubuh orang dewasa atau sekitar 4 atau 5 liter. Jenis sel darah manusia terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (lekosit) dan trombosit (keping darah) (World Health Organization, 2003 ). Pemeriksaan hematologi merupakan bagian kelompok pemeriksaan laboratorium klinik yang terdiri dari beberapa macam pemeriksaan seperti kadar hemoglobin, hitung jumlah leukosit, eritrosit, trombosit, laju endap darah (LED), sediaan apus darah tepi, hematokrit, retikulosit dan pemeriksaan hemostasis. Mengacu pada judul makalah akan dibahas satu jenis pemeriksaan hematologi mengenai hitung jenis leukosit. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa Pengertian Lekosit? 2. Bagaimana Pembentukan Lekosit? 3. Berapa Nilai Normal Lekosit dan Jenisnya dalam Tubuh? 4. Bagaimana Jenis-jenis Lekosit? 5. Bagaimana cara Pemeriksaan Hitung Jenis Lekosit? 6. Bagaimana istilah Leukocytes Shift yang sering digunakan dalam pemeriksaan hitung jenis leukosit ? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui Pengertian Lekosit. 2. Untuk mengetahui Cara Pembentukan Lekosit. 3. Untuk mengetahui Nilai Normal Lekosit dan Jenisnya dalam Tubuh. 4. Untuk mengetahui Jenis-jenis Lekosit. 5. Untuk mengetahui cara Pemeriksaan Hitung Jenis Lekosit. 6. Untuk mengetahui istilah Leukocytes Shift yang sering digunakan dalam pemeriksaan hitung jenis leukosit.



2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Leukosit Lekosit (White Blood Cell) adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh dan Leukosit merupakan sel heterogen yang memiliki fungsi yang sangat beragam dari setiap jenis-jenisnya. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler/diapedesis. Terdapat beberapa jenis lekosit, yaitu netrofil, eosinofil, basofil, monosit, limfosit dan megakarosit. Walaupun demikian sel sel ini berasal dari suatu sel bakal (stem cell) yang berdifferensiasi (mengalami pematangan) sehingga fungsi-fungsi tersebut dapat berjalan. 2.2 Cara Pembentukan Leukosit Untuk terbentuknya Lekosit terdapat proses terjadinya pembentukan Lekosit tersebut, terdapat dua proses pembentukan Lekosit, yaitu: 1. Granulopoeisis Perkembangan granulopoeisis dimulai dengan keturunan pertama dari hemositoblas yang dinamakan myeloblas, selanjutnya berdeferensiasi secara berturut – turut melalui tahap, promyelosit, myelosit, metamyelosit batang dan segmen. 2.



Limfopoesis Limfosit juga berasal dari sel induk yang potensial seperti sel induk limfosit yang selanjutnya dengan pengaruh unsur – unsur epitel jaringan limfoid akan berdeferensiasi menjadi limfosit.



2.3 Nilai Normal Leukosit dan Jenisnya Lekosit dalam darah jumlahnya lebih sedikit daripada eritrosit dengan rasio 1 : 700. Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga 11x109 sel darah putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang sehat - sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam setiap milimeter kubil darah terdapat 6000 sampai 10000 (rata-rata 8000) sel darah putih. Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per tetes. Jika jumlahnya lebih dari 11000 sel/mm3 maka keadaan ini disebut Lekositosis dan bila jumlah kurang dari 4000 sel/mm3 maka disebut leukopenia (Sutedjo, 2008). Nilai normal Lekosit, yaitu: Dewasa : Neonatus (Bayi baru lahir) : Anak umur 1 tahun : Anak umur 4-7 tahun : Anak umur 8-12 tahun :



4.000-11.000/µl 10.000-26.000/µl 6.000-18.000/µl 5.000-15.000/µl 4.500-13.500/µl



3 Dengan nilai rujukan hitung jenis leukosit : Jenis Lukosit



Nilai Normal



Basophil



0-1 %



Esosinophil



1-3 %



Neutrofil Stab



2-6 %



Neutrofil Segmen



50-70 %



Limfosit



20-40 %



Monosit



2-8 %



2.4 Jenis-jenis Lekosit Lekosit memiliki beberapa macam jenis sel yang dapat di identifikasi secara mikroskopik berdasarkan urutan, bentuk inti (nucleus), dan granula dalam sitoplasma. Berdasarkan terdapatnya butiran atau granula dalam sitoplasmanya, lekosit terbagi menjadi dua, yaitu : 1.



Granulosit Granulosit, yaitu lekosit yang di tandai dengan kehadiran butiran dalam sitoplasma bila di lihat dengan mikroskop cahaya. Ada tiga jenis granulosit, yaitu eosinofil, basofil, dan netrofil, yang di namai sesuai dengan sifat pewarnaan. a. Eosinofil Eosinofil adalah sel darah putih dari kategori granulosit yang berperan dalam sistem kekebalan dengan melawan parasit multiselular dan beberap infeksi pada makhluk vertebrata. Bersama-sama dengan sel biang, eosinofil juga ikut mengendalikan mekanisme alergi. Eosinofil terbentuk pada proses haematopoiesis yang terjadi pada sumsum tulang sebelum bermigrasi ke dalam sirkulasi darah. Eosinofil mengandung sejumlah zat kimiawi antara lain histamin, eosinofil peroksidase, ribonuklease, deoksiribonuklease, lipase, [[plasminogen] dan beberapa asam amino yang dirilis melalui proses degranulasi setelah eosinofil teraktivasi. Zatzat ini bersifat toksin terhadap parasit dan jaringan tubuh. Eosinofil merupakan sel substrat peradangan dalam reaksi alergi. Aktivasi dan pelepasan racun oleh eosinofil diatur dengan ketat untuk mencegah penghancuran jaringan yang tidak diperlukan. Individu normal mempunyai rasio eosinofil sekitar 1 hingga 6% terhadap sel darah putih dengan ukuran sekitar 12 – 17 mikrometer. Eosinofil dapat ditemukan pada medulla oblongata dan sambungan antara korteks otak besar dan timus, dan di dalam saluran pencernaan, ovarium, uterus, limpa dan lymph nodes. Tetapi tidak dijumpai di paru, kulit, esofagus dan organ dalam lainnya, pada kondisi normal, keberadaan eosinofil pada area ini sering merupakan pertanda



4



2.



adanya suatu penyakit. Eosinofil dapat bertahan dalam sirkulasi darah selama 8-12 jam, dan bertahan lebih lama sekitar 8-12 hari di dalam jaringan apabila tidak terdapat stimulasi. b. Basofil Basofil adalah granulosit dengan populasi paling minim, yaitu sekitar 0,01 – 0,3% dari sirkulasi sel darah putih. Basofil mengandung banyak granula sitoplasmik dengan dua lobus. Seperti granulosit lain, basofil dapat tertarik keluar menuju jaringan tubuh dalam kondisi tertentu. Saat teraktivasi, basofil mengeluarkan antara lain histamin, heparin, kondroitin, elastase dan lisofosfolipase, leukotriena dan beberapa macam sitokina. Basofil memainkan peran dalam reaksi alergi (seperti asma). c. Neutrofil Neutrofil adalah bagian sel darah putih dari kelompok granulosit. Bersama dengan dua sel granulosit lain: eosinofil dan basofil yang mempunyai granula pada sitoplasma, disebut juga polymorphonuclear karena bentuk inti sel mereka yang aneh. Granula neutrofil berwarna merah kebiruan dengan 3 inti sel. Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri dan proses peradangan kecil lainnya, serta menjadi sel yang pertama hadir ketika terjadi infeksi di suatu tempat. Dengan sifat fagositik yang mirip dengan makrofaga, neutrofil menyerang patogen dengan serangan respiratori menggunakan berbagai macam substansi beracun yang mengandung bahan pengoksidasi kuat, termasuk hidrogen peroksida, oksigen radikal bebas, dan hipoklorit. Rasio sel darah putih dari neutrofil umumnya mencapai 50-60%. Sumsum tulang normal orang dewasa memproduksi setidaknya 100 miliar neutrofil sehari, dan meningkat menjadi sepuluh kali lipatnya juga terjadi inflamasi akut. Setelah lepas dari sumsum tulang, neutrofil akan mengalami 6 tahap morfologis: mielocit, metamielocit, neutrofil non segmen (band), neutrofil segmen. Neutrofil segmen merupakan sel aktif dengan kapasitas penuh, yang mengandung granula sitoplasmik (primer atau azurofil, sekunder, atau spesifik) dan inti sel berongga yang kaya kromatin. Sel neutrofil yang rusak terlihat sebagai nanah(Mehta, 2005). Agranulosit Agranulosit ditandai dengan ketiadaan jelas butiran dalam sitoplasmanya. Agranulosit terbagi atas dua, yaitu limfosit dan monosit. a.



Limfosit Limfosit adalah sejenis sel darah putih pada sistem kekebalan makhluk vertebrata. Ada dua kategori besar limfosit, limfosit berbutiran besar (large granular lymphocytes) dan limfosit kecil. Limfosit memiliki peranan penting dan terpadu dalam sistem pertahanan tubuh. Limfosit dibuat di sumsum tulang hati (pada fetus) dengan bentuk awal yang sama tetapi kemudian berdiferensiasi. Limfosit dapat menghasilkan antibodi pada anak-anak dan akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia.



5 b.



Monosit Monosit (bahasa Inggris: monocyte, mononuclear) adalah kelompok darah putih yang menjadi bagian dari sistem kekebalan. Monosit dapat dikenali dari warna inti selnya. Pada saat terjadi peradangan, monosit : 1) Bermigrasi menuju lokasi infeksi; 2) Mengganti sel makrofaga dan DC yang rusak atau bermigrasi, dengan membelah diri atau berubah menjadi salah satu sel tersebut. Monosit diproduksi di dalam sumsum tulang dari sel punca haematopoetik yang disebut monoblas. Setengah jumlah produksi tersimpan di dalam limpa pada bagian pulpa. Monosit tersirkulasi dalam peredaran darah dengan rasio plasma 3-5% selama satu hingga tiga hari, kemudian bermigrasi ke seluruh jaringan tubuh. Sesampai di jaringan, monosit akan menjadi matang dan terdiferensiasi menjadi beberapa jenis makrofaga, sel dendritik dan osteoklas. Umumnya terdapat dua pengelompokan makrofaga berdasarkan aktivasi monosit, yaitu makrofaga hasil aktivasi hormon M-CSF dan hormon GM-CSF. Makrofaga M-CSF mempunyai sitoplasma yang lebih besar, kapasitas fagositosis yang lebih tinggi dan lebih tahan terhadap infeksi virus stomatitis vesikular. Kebalikannya, makrofaga GM-CSF lebih bersifat sitotoksik terhadap sel yang tahan terhadap sitokina jenis TNF, mempunyai ekspresi MHC kelas II lebih banyak, dan sekresi PGE yang lebih banyak dan teratur. Setelah itu, turunan jenis makrofaga akan ditentukan lebih lanjut oleh stimulan lain seperti jenis hormon dari kelas interferon dan kelas TNF. Stimulasi hormon sitokina jenis GM-CSF dan IL-4 akan mengaktivasi monosit dan makrofaga untuk menjadi sel dendritic (Hoffbrand, A.V, 2005). 2.5 Hitung Jenis Leukosit Pada hitung jenis lekosit yang dihitung adalah jenis-jenis lekosit normal sekaligus memperhatikan kemungkinan adanya sel lekosit abnormal dalam darah tepi atau perifer. Sel lekosit normal merupakan sel lekosit yang sudah matur atau dewasa yang beredar pada darah perifer dan terdiri dari basofil, eosinofil, netrofil batang, netrofil segmen, limposit dan monosit. Sel lekosit abnormal merupakan sel lekosit yang masih muda secara normal ada dalam sumsum tulang dan dalam beberapa kasus dijumpai pada darah perifer. Untuk dapat melakukan hitung jenis lekosit diperlukan preparat apus darah tepi yang baik dengan pewarnaan Giemsa maupun romanowsky dengan pengenceran tertentu. Kriteria preparat darah hapus yang baik adalah lebar dan panjangnya tidak memenuhi seluruh kaca benda, secara gradual penebalannya berangsur-angsur menipis dari kepala ke ekor, tidak berlubang, tidak terputus-putus, tidak terlalu tebal dan mempunyai pengecatan yang baik. Morfologi preparat darah hapus dibagi tiga bagian yaitu kepala, badan dan ekor. Pada bagian badan dibagi dalam enam zona (daerah baca) yang dimulai dari zona 1 yang berada dekat kepala sampai zona VI yang dekat dengan ekor. Hitung jenis lekosit dimulai dari zona VI yang biasanya terdapat jenis lekosit



6 yang berukuran besar menuju ke zona IV yang terdapat konsentrasi seri limfosit tua (ukuran lebih kecil). Hitung jenis lekosit dilakukan sampai jumlah lekosit terpenuhi 100 sel dengan catatan tidak ada indikasi abnormal. Akan tetapi seringkali penghitungan sudah mencapai 100 sel sebelum sampai ke zona IV. Untuk mencapai zona IV maka penghitungan diteruskan sehingga jumlah sel melebihi angka 100 selanjutnya diprosentase. Sebagai contoh bila penghitungan hanya sampai di zona VI saja karena hasilnya sudah 100 sel maka hasil yang didapat banyak sel PMN dan monosit sedangkan limfositnya sedikit. Sebagaimana diketahui bahwa morfologi preparat apus darah tepi adalah simetris antara bagian atas dan bawah. Oleh karena itu bagaimana bila pada penghitungan jenis lekosit dilakukan pada salah satu zona saja yaitu zona atas atau bawah dari mulai zona VI menuju zona IV sehingga kemungkinan kelebihan dari 100 sel lekosit dapat teratasi dan waktu pembacaan menjadi lebih efisien serta sebaran jenis lekosit dapat terbaca dalam penghitungan. Hitung jenis leukosit dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai cara. Pada diagnosis rutin pemeriksaan hitung jenis leukosit dilakukan dengan mesin penghitung sel. Teknologi yang digunakan untuk pemeriksaan hitung jenis bergantung pada tipe mesin, dengan mengenali berbagai karakteristik sel, seperti ukuran, pembiasan optik, impedansi dan sebagian juga menurut pulasan sitokimiawi. Namun bila hal tersebut berkenaan dengan pengenalan sel-sel patologis, validitas jenis pemeriksaan diferensiasi tersebut sebagian besar terbatas. Karena itu penilaian morfologis sediaan apus darah dengan menggunakan mikroskop masih menjadi dasar diagnosis hematologi. Pada pemeriksaan hitung jenis leukosit dengan cara otomatis yang menggunakan alat hematology analyzer bekerja berdasarkan beberapa prinsip diantaranya impedance dan laser-based (optical) flowcytometry. Pada impedance flowcytometry, jenis-jenis leukosit dibedakan menurut ukurannya saja, sehingga hanya bisa membedakan 3 (tiga) jenis leukosit yaitu sel yang berukuran kecil dimasukkan dalam kelompok limfosit, sel yang berukuran besar dimasukkan kelompok granulosit dan sel yang berukuran sedang dimasukkan dalam kelompok mid-cells. Pada laser-based flowcytometry, untuk membedakan sel-sel darah putih selain berdasarkan ukuran sel juga berdasarkan granula yang kompleks dari masing-masing sel sehingga teknik ini dapat membedakan seluruh jenis leukosit yang ada pada darah. Pada kondisi di lapangan tidak semua pemeriksaan hitung jenis leukosit berlangsung lancar seperti yang diharapkan. Terkadang alat tidak dapat membaca karena berbagai faktor sehingga diperlukan teknik lain, teknik lain yang digunakan untuk melakukan perhitungan jenis leukosit adalah dengan cara manual yaitu dengan membuat sediaan apus darah tepi. Pembuatan preparat sediaan apus darah adalah untuk menilai berbagai unsur sel darah tepi seperti eritrosit, leukosit, trombosit dan mencari adanya parasit seperti malaria, microfilaria dan lain sebagainya. Bahan pemeriksaan yang digunakan biasanya adalah darah kapiler tanpa antikoagulan atau darah vena dengan antikoagulan EDTA dengan perbandingan 1mg/ cc darah ( Santoso, 2010 ).



7 2.6 Pergeseran leukosit (leukocytes shift) Pergeseran leukosit (leukocytes shift) menunjukan adanya sel leukosit yang dominan di dalam darah berdasarkan tingkat kematangannya. Apakah itu sel leukosit yang sudah matang (mature) atau yang masih muda (immature). Pergeseran leukosit ini bisa diketahui melalui pemeriksaan hitung jenis. Istilah shift (pergeseran) ini lebih digunakan untuk melihat sel granulosit saja, lebih spesifiknya neutrofil, karena jumlahnya yang paling banyak dibandingkan leukosit lain. Pergeseran yang terjadi bisa bergeser ke kiri (shift to the left) maupun bergeser ke kanan (shift to the right). Istilah pergeseran ini timbul pada zaman dulu dimana pemeriksaan hitung jenis masih dilakukan menggunakan mesin hitung jenis manual. Biasanya sel yang sudah mature akan disimpan di kanan dan sel yang immature akan di simpan di kiri. Sehingga jika sel immature meningkat jumlahnya, maka disebut bergeser ke kiri dan jika sel mature lebih meningkat jumlahnya, maka disebut bergeser ke kanan. a. Shift to the left, atau sering disebut juga left shift, adalah istilah yang digunakan untuk menunjukan peningkatan bentuk immature dari sel neutrofil. Shift to the left menandakan adanya fase akut dari suatu proses imunologi, baik itu infeksi akut, inflamasi akut, ataupun proses nekrosis akut. b. Shift to the right, atau sering disebut juga right shift, menunjukan peningkatan jumlah sel mature neutrofil dibandingkan dengan jumlah sel immature-nya. Mengapa demikian? Shift to the right terjadi akibat kerusakan "pabrik" pembuat sel darah di sum-sum tulang. Hal ini menyebabkan jumlah sel yang immature mengalami penurunan produksi atau tidak diproduksi sama sekali. Yang sering salah kaprah adalah mengenai maksud dari shift to the right ini. Walaupun shift to the left menunjukan tanda infeksi akut, akan tetapi shift to the right bukan kebalikannya menunjukan infeksi kronis. Shift to the right merupakan tanda spesifik dari penyakit anemia pernisiosa (pernicious anemia) dan keracunan radiasi (radiation sickness). Pada pemeriksaan hitung jenis, jumlah sel neutrofil mature ini menjadi tampak meningkat didarah. Sebetulnya jumlah sel neutrofil mature ini tetap. Akan tetapi, karena sel immature-nya menurun atau tidak ada, mengakibatkan sel yang mature tampak lebih banyak atau lebih dominan. Selain dari itu, akibat dari tidak adanya neutrofil immature, neutrofil mature bekerja lebih ekstra dalam sistem pertahanan tubuh. Hal ini mengakibatkan sel-sel neutrofil mature menjadi membesar menjadi neutrofil raksasa (giant neutrophil).



8 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Hitung jenis lekosit merupakan Differensial counting yang biasanya dilakukan bersama-sama dengan pemeriksaan apus darah tepi yang masuk dalam pemeriksaan rutin dalam pemeriksaan hematologi. Pada hitung jenis lekosit yang dihitung adalah jenis-jenis lekosit normal sekaligus memperhatikan kemungkinan adanya sel lekosit abnormal dalam darah tepi atau perifer. Sel lekosit normal merupakan sel lekosit yang sudah matur atau dewasa yang beredar pada darah perifer dan terdiri dari basofil, eosinofil, netrofil batang, netrofil segmen, limposit dan monosit. Sel lekosit abnormal merupakan sel lekosit yang masih muda secara normal ada dalam sumsum tulang dan dalam beberapa kasus dijumpai pada darah perifer. 3.2 Saran Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Semoga dengan adanya materi dalam makalah ini bisa menunjang pembelajaran dan diskusi dalam kelas. Penyusun makalah mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi kelancaran dalam penyusunan makalah berikutnya.



9 DAFTAR PUSTAKA Santoso. 2010 . Differensial Counting Berdasarkan Zona Batas Atas dan Bawah Pada Preparat Darah Apus. Jurnal Unimus ISBN : 978.978.704.883.9 Hal : 55-59. Hoffbrand, A.V. 2005 . Hematologi Edisi 4 . Jakarta : Buku Kedokteran.EGC. Mehta. 2005. At a Hematologi Edisi ke-2. Jakarta : Erlangga. Sutedjo, AY. 2008. Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Yogyakarta: Amara Books. Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta: Alfamedia dan Kanal Media. World Health Organization. 2003. Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.



10 LAMPIRAN



Sel Basofil



Sel Eosinofil



Staf (netrofil batang)



Sel Netrofil segmen



Sel Limfosit



Sel Monosit



Gambar: 1. Morfologi jenis sel lekosit pada preparat darah apus (Santoso, 2010).