Hubungan Aktivitas Fisik Pada Penderita Hipertensi Lansia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI KELURAHAN SUBANGJAYA WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SUKABUMI KOTA SUKABUMI



SKRIPSI



Disusun Oleh: ADINDA ALMAS S C1AA18005



PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI 2022



HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI KELURAHAN SUBANGJAYA WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SUKABUMI KOTA SUKABUMI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Ajar Skripsi Pada Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi



Disusun Oleh: ADINDA ALMAS S C1AA18005



PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI 2022



HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Ini Telah Diuji dan Dipertanggungjawabkan di Hadapan Tim Penguji Sidang Hasil Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Sukabumi Pada Tanggal 25 Juli 2022 Hubungan Dukungan Keluarga Dan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi Nama Mahasiswa : Adinda Almas S NIM



: C1AA18005



Sukabumi, 05 Agustus 2022 Pembimbing Utama



Pembimbing Pendamping



Teten Tresnawan S.Kp.,M.Kep



Dedi Wahyudin, S.Kep,Ners.,M.Kep NIDN. 0407068504



NIDN. 0402127901



Mengetahui, Ketua STIKes Sukabumi



Ketua Prodi Sarjana Keperawatan



H. Iwan Permana, S.KM., S.Kep., M.Kep



Ghulam Ahmad, S.Kp., M.Kep



iii



NIDN. 0417067405



NIDN. 0420107904



HALAMAN PANITIA UJIAN SIDANG SKRIPSI Nama NIM Judul



: Adinda Almas S : C1AA18005 : Hubungan Dukungan Keluarga Dan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi DiKelurahan Subangjaya Wilayah Kerja Uptd Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi



Sukabumi, 25 Juli 2022



Ketua Penguji : Teten Tresnawan S.Kp.,M.Kep



(



)



Penguji I



: Adisti Apriliani, S.Kep., Ners



(……………………)



Penguji II



: Johan Budhiana, M.Stat



(……………………)



Penguji III



: Dedi Wahyudin, S.Kep,Ners.,M.Kep



iv



(



)



HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS



Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk bukan hasil plagiat



Sukabumi, 19 Juli 2020 Yang menyatakan



Adinda Almas S NIM. C1AA18005



v



HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS



Sebagai sivitas akademik STIKes Sukabumi saya yang bertandatangan dibawah ini: Nama NIM Program Studi Departeman Jenis Karya



: : : : :



Adinda Almas S C1AA18005 Sarjana Keperawatan Keperawatan Gerontik Skripsi



Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi Hak Bebas Royalty Non ekslusif (Nonexclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: “Hubungan Dukungan Keluarga Dan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja Uptd Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi” Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalty Non Ekslusif ini Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi berkah menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Pada tanggal



: Sukabumi : 12 Agustus 2022



Yang menyatakan,



vi



(Adinda Almas S)



PERSEMBAHAN Bismillahirrahmanirrahin…. Alhamdulillah kupanjatkan puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat serta salam selalu terlimpahkan kepada junjungan kami yakni Nabi Muhammad SAW



Saya persembahkan karya sederhana ini kepada orang-orang yang sangat saya kasihi dan sayangi



Persembahan kecil saya untuk kedua orang tua saya yang ketika dunia menutup pintunya pada saya, bapak dan ibu membuka lengannya untuk saya. Ketika orangorang menutup telinga mereka untuk saya, bapak ibu lah yang membuka hati untuk saya. Terimakasih karena selalu ada untuk saya dan terimakasih atas usaha serta do’a yang setiap malamnya tidak pernah terhenti untuk saya.



“Ya Allah, jadikanlah ilmu yang ku dapat ini menjadikannya penerang di dunia maupun di akhirat kelak nanti”



vii



ABSTRAK PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI SKRIPSI, JULI 2022 ADINDA ALMAS S NIM. C1AA18005 HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI KELURAHAN SUBANGJAYA WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SUKABUMI KOTA SUKABUMI x + 95 Halaman + V BAB + 1 Bagan + 18 Tabel + 12 Lampiran Seiring pertambahan usia seseorang akan terjadi penurunan elastisitas pada dinding pembuluh darah arteri dan kekakuan pada pembuluh darah sistemik sehingga menyebabkan lansia rentan mengalami gangguan pada tekanan darah, hal tersebut terjadi akibat beberapa faktor yaitu kurangnya dukungan keluarga dan aktivitas fisik. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dukungan keluarga dan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmhg atau tekanan diastolik sedikitnya 90mmhg. Dukungan keluarga adalah proses yang terjadi terus menerus disepanjang masa kehidupan manusia. Aktivitas fisik merupakan suatu gerakan tubuh yang dihasilkan otot rangka dan membutuhkan energi. Jenis penelitian ini adalah korelasional dengan desain cross sectional Populasi dalam penelitian ini adalah 290 responden dengan sampel 168 responden. Teknik pengambilan sampel dengan Propotional random sampling. Analisis data menggunakan Chi-square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki dukungan keluarga kurang sebanyak 77 (45,8%), dan sebagian besar responden memiliki aktivitas fisik kurang sebanyak 90 (53,6%). Hasil analisis didapatkan nilai P value 0,000 < 0,05 artinya terdapat hubungan dukungan keluarga dan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi Kesimpulan dari hasil penelitian ini terdapat Hubungan dukungan keluarga dan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi. Diharapkan hasil penelitian ini bisa menjadi dasar bagi pelayanan kesehatan dalam membuat perencanaan kebijakan dalam penanggulangan hipertensi pada lansia khususnya dalam hal dukugan keluarga dan aktivitas fisik lansia viii



Kata Kunci Daftar Pustaka



: Dukungan Keluarga, Aktivitas Fisik, Hipertensi lansia : 59 (2012 – 2021)



ix



ABSTRACT PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI SKRIPSI, JULI 2022 ADINDA ALMAS S NIM. C1AA18005 THE RELATIONSHIP BETWEEN FAMILY SUPPORT AND PHYSICAL ACTIVITY WITH BLOOD PRESSURE IN ELDERLY PEOPLE WITH HYPERTENSION IN SUBANGJAYA VILLAGE, UPTD PUSKESMAS SUKABUMI WORK AREA SUKABUMI CITY x + 95 Page + V Chapter + 1 Chart + 18 Tables + 12 Appendix As a person grows older, there will be a decrease in elasticity in the walls of arterial blood vessels and stiffness in systemic blood vessels, causing the elderly to be prone to disturbances in blood pressure, this occurs due to several factors, namely lack of family support and physical activity. The purpose of this study was to determine family support and physical activity with blood pressure in elderly people with hypertension. Hypertension is an increase in systolic blood pressure of at least 140 mmhg or a diastolic pressure of at least 90mmhg. Family support is a process that occurs continuously throughout the life span of human life. Physical activity is a body movement produced by skeletal muscles and requires energy. This type of study is correlational with cross-sectional design The population in this study was 290 respondents with a sample of 168 respondents. Sampling technique with Propotional random sampling. Data analysis using Chi-square. The results of this study showed that most respondents had less family support as much as 77 (45.8%), and most respondents had less physical activity as much as 90 (53.6%). The results of the analysis obtained a P value of 0.000 < 0.05 meaning that there is a relationship between family support and physical activity with blood pressure in the elderly with hypertension. The conclusion of the results of this study is the relationship between family support and physical activity with blood pressure in elderly people with hypertension. It is hoped that the results of this study can be the basis for health services in making policy plans in overcoming hypertension in the elderly, especially in terms of family care and physical activity of the elderly. Keyword : Family Support, Physical Activity, Elderly Hypertension Reference : 59 (2012 – 2021)



ix



x



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur kami panjatkan kepada allah SWT, sholawat serta salam tercurah kepada junjunan nabi kita yaitu Muhamad SAW, beseta para sahabatnya para pengikutnya hingga akhir jaman. Alhamdulilah atas rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga dan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi”. Dalam penyusunan Skripsi ini tidak terlepas dari pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan, semangat, serta bimbingan baik moril maupun spiritual kepada penulis, sehingga penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. H. Iwan Permana, SKM., S.Kep., M.kep, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi. 2. Dr. Rita Fitrianingsih, M.Kes selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Sukabumi 3. Ghulam Ahmad,S.Kp., M.Kep selaku Ketua Prodi Sarja Keperawatan 4. Teten Tresnawan,S.Kp.,M.Kep selaku pembimbing utama yang bersedia membimbing dan mengarahkan penulis selama menyusun skripsi ini dan memberikan banyak ilmu serta solusi pada setiap permasalahan dalam menyusun skripsi ini. 5. Dedi Wahyudin, S.Kep,Ners.,M.Kep selaku pembimbing pendamping yang bersedia membimbing dan mengarahkan penulis selama menyusun skripsi ini dan memberikan banyak ilmu serta solusi pada setiap permasalahan dalam menyusun skripsi ini. 6. Seluruh staf dan dosen pengajar STIKes Sukabumi yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, saya mengucapkan banyak terimakasih.



x



7. Terutama penulis ucapkan banyak terimakasih kepada orang tua dan keluarga yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan baik moril maupun do’a 8. Teman-teman yang telah banyak membantu, mendukung dan selalu menyemangati dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari dalam pembuatan skripsi ini masih banyak kekurangan, sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk perbaikan dimasa mendatang. Akhir kata Penulis mengharapkan skripsi ini dapat menjadi sumbangan pikiran bagi seluruh warga di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi pada khususnya dan untuk semua orang pada umumnya.



Sukabumi, Juli 2022



Penulis



xi



DAFTAR ISI



HALAMAN SAMPUL...........................................................................................1 HALAMAN JUDUL..............................................................................................2 HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................iii HALAMAN PANITIA UJIAN SIDANG SKRIPSI...........................................iv HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.................................................v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.........................vi HALAMAN PERSEMBAHAN..........................................................................vii ABSTRAK...........................................................................................................viii ABSTRACT...........................................................................................................ix DAFTAR ISI........................................................................................................xii DAFTAR TABEL...............................................................................................xvi DAFTAR BAGAN............................................................................................xviii DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xix BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1 A. Latar Belakang..............................................................................................1 B. Rumusan Masalah.......................................................................................10 C. Tujuan Penelitian........................................................................................11 D. Manfaat Penelitian......................................................................................12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................13 A. Lansia..........................................................................................................13 1.



Pengertian Lansia....................................................................................13



2.



Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Usia Lanjut............................13



B. Hipertensi....................................................................................................16 1.



Definisi Hipertensi..................................................................................16



2.



Klasifikasi Hipertensi..............................................................................17



3.



Etiologi Hipertensi..................................................................................18



4.



Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Hipertensi....................20



5.



Patofisiologi.............................................................................................26 xii



6.



Pengukuran Tekanan Darah....................................................................26



7.



Penatalaksanaan Hipertensi.....................................................................27



8.



Pencegahan Hipertensi............................................................................29



9.



Komplikasi Hipertensi.............................................................................32



C. Dukungan Keluarga....................................................................................33 1.



Definisi Keluarga....................................................................................33



2.



Tipe keluarga...........................................................................................33



3.



Fungsi Keluarga......................................................................................34



4.



Dukungan Keluarga.................................................................................36



5.



Bentuk Dukungan Keluarga....................................................................36



D. Aktivitas Fisik.............................................................................................39 1.



Definisi Aktivitas Fisik...........................................................................39



2.



Aktivitas Fisik Pada Lansia.....................................................................39



3.



Pengukuran aktivitas fisik.......................................................................40



4.



Klasifikasi Aktivitas Fisik.......................................................................40



E. Penelitian Yang Relevan.............................................................................42 F.



Kerangka pemikiran....................................................................................43



G. Hipotesis......................................................................................................45 BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................47 A. Jenis Penelitian............................................................................................47 B. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................................47 1.



Lokasi Penelitian.....................................................................................47



2.



Waktu Penelitian.....................................................................................47



C. Variable Penelitian......................................................................................47 1.



Variable Bebas (Independent).................................................................48



2.



Variable tak bebas (Dependent)..............................................................48



D. Definisi Konseptual dan Operasional.........................................................48 1.



Definisi Konseptual.................................................................................49



2.



Definisi Operasional................................................................................50



E. Populasi Dan Sampel..................................................................................51 1.



Populasi...................................................................................................51 xiii



2.



Sampel.....................................................................................................52



3.



Ukuran sampel.........................................................................................52



4.



Teknik pengambilan sampel....................................................................53



F.



Teknik Pengumpulan Data..........................................................................55 1.



Jenis Data................................................................................................55



2.



Metode Pengumpulan Data.....................................................................56



G. Instrumen Penelitian...................................................................................56 H. Uji Validitas dan Reliabilitas......................................................................58 1.



Uji Validitas............................................................................................58



2.



Uji Reliabilitas.........................................................................................60



I.



Pengolahan Data.........................................................................................62 1.



Editing.....................................................................................................62



2.



Coding.....................................................................................................62



3.



Scoring.....................................................................................................63



4.



Procesing.................................................................................................63



5.



Cleaning..................................................................................................64



J.



Tekhnik Analisa Data..................................................................................64 1.



Gambaran Karakteristik Responden........................................................64



2.



Analisa Univariat.....................................................................................65



3.



Analisa Bivariat.......................................................................................67



K. Prosedur Penelitian.....................................................................................68 1.



Tahap Persiapan......................................................................................68



2.



Tahap Pelaksanaan..................................................................................68



3.



Tahap Pelaporan......................................................................................68



L. Etika Penelitian...........................................................................................68 1.



Menghormati martabat............................................................................69



2.



Asas Kemanfaatan...................................................................................69



3.



Berkeadilan..............................................................................................69



4.



Informed Concent....................................................................................70



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................71 A.



Hasil Penelitian.........................................................................................71 xiv



1. 2.



Gambaran karakteristik responden............................................................72 Analisa univariat.........................................................................................74



3.



Analisa bivariat...........................................................................................77



B. Pembahasan.................................................................................................79 1. Gambaran Dukungan Keluarga pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Subangjaya wilayah kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi.................................................................................................79 2. Gambaran aktivitas fisik pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Subangjaya wilayah kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi .................................................................................................................83 3. Gambaran tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Subangjaya wilayah kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi .................................................................................................................85 4. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tekanan Darah Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi......................................................................89 5. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi......................................................................91 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................94 A. Kesimpulan.................................................................................................94 B. Saran............................................................................................................95



DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................xx LAMPIRAN



xv



DAFTAR TABEL Tabel 1.1



Data Penderita Hipertensi Kota Sukabumi Tahun 2021....................3



Tabel 1.2



Data Kunjungan Penderita Hipertensi Pada Lansia Di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kota Sukabumi.....................................................4



Tabel 1.3



Data Penderita Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi Januari – Desember 2021......5



Tabel 2.1



Klasifikasi Tekanan Darah Menuru WHO......................................17



Tabel 3.1



DefinisiOperasional Variabel...........................................................50



Tabel 3.2



Perhitungan sampel berdasarkan rumus propotional random sampling............................................................................................54



Tabel 3.3



Indeks Reliabilitas Aturan Guilford (Guilford’s Emprical Rule)...61



Tabel 3.4



Hasil Uji Reabilitas............................................................................61



Tabel 4.1



Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Responden Penderita Hipertensi Di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi..................................72



Tabel 4.2 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden Penderita Hipertensi Di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi........................72 Tabel 4.3



Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan pendidikan Responden Penderita Hipertensi Di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi........................73



Tabel 4.4



Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Responden Penderita Hipertensi Di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi........................73



Tabel 4.5 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menderita Responden Penderita Hipertensi Di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi............................................................................................74 Tabel 4.6 Gambaran Dukungan Keluarga Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi....................................................................................74



xvi



Tabel 4.7 Gambaran Aktivitas Fisik Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi.............................................................................................75 Tabel 4.8 Gambaran Tekanan Darah Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi.............................................................................................76 Tabel 4.9 Tabulasi Data Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi...........................77 Tabel 4.10 Tabulasi Data Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi.....................................78



xvii



DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran Hubungan Dukungan Keluarga Dan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi ................................................................................11



xviii



DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Lembar Bimbingan Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian Lampiran 3 : Surat Pengantar Responden Lampiran 4 : Surat Persetujuan Responden Lampiran 5 : Kisi-Kisi Kuesioner Lampiran 6 : Kuesioner Lampiran 7 : Lembar Observasi Lampiran 8 : Data Karakteristik Responden Lampiran 9 : Hasil Tabel SPSS Lampiran 10 : Uji Validitas Dan Reabilitas Lampiran 11 : Analisa Univariat Dan Bivariat Penelitian Lampiran 12 : Daftar Riwayat Hidup



xix



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan bertambahnya usia, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses degeneratif (penuaan). Proses menua pada manusia merupakan suatu peristiwa alamiah, menghilangnya kemampuan jaringan pada tubuh untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi tubuh sehingga terjadi penurunan daya tahan tubuh secara perlahan, akibatnya terjadi penurunan derajat kesehatan dan masalah kesehatan pada lansia secara progresif selain rentan mengalami penyakit menular lansia rentan mengalami penyakit tidak menular (J et al., 2020). Penyakit tidak menular pada lansia di antaranya hipertensi, stroke, diabetes mellitus dan radang sendi atau rematik dan asam urat. Sedangkan penyakit menular yang diderita adalah tuberkulosis, diare, pneumonia dan hepatitis (Riskesdas Kementerian Kesehatan RI, 2018). Penyakit yang banyak dialami oleh lansia yaitu penyakit system kardiovaskular, salah satunya adalah hipertensi (J et al., 2020). Sudarso et al., (2019) menjelaskan kondisi penyakit kardiovaskular ini terjadi seiring pertambahan usia dimana terjadi penurunan elastisitas dinding pembuluh darah arteri dan kekakuan pada pembuluh darah sistemik akibat penuaan. Hal ini nantinya akan berhubungan kelainan pada sistem kardiovaskuler yang akan menyebabkan lansia rentan mengalami gangguan pada tekanan darah seperti hipertensi. Dalam (J et al., 2020).



1



2



Hipertensi identik dengan peningkatan tekanan darah melebihi batas normal. Seseorang dikatakan hipertensi jika hasil pengukuran tekanan darah sistoliknya >140 mmHg dan diastoliknya >90 mmHg (Mahmudah et al., 2015). Hipertensi juga sering disebut sebagai silent killer karena termasuk penyakit yang mematikan. Bahkan, Hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh penderitanya, melainkan hipertensi memicu terjadinya penyakit lain yang tergolong kelas berat dan mematikan serta dapat meningkatkan resiko serangan jantung, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal (Mahmudah et al., 2015). Hipertensi sampai saat ini masih menjadi suatu masalah yang cukup besar, berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% mengidap hipertensi, angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% ditahun 2025 (Seftiana and Kumalasary, 2021). Menurut (Kemenkes RI, 2018) prevalensi angka kejadia hipertensi di Indonesia mengalami kenaikan dari 25,8% di Tahun 2013, menjadi 34,1% di Tahun 2018. Dalam (Sakinah et al., 2018). Di Provinsi Jawa Barat



angka kejadian hipertensi termasuk



penyakit ke dua tertinggi setelah Kalimantan, sesuai dengan hasil data dari Riskesdas 2018 pevalensi hipertensi di Jawa Barat yaitu sebesar 39,6% (Riskesdas, 2018).



3



Berikut tabel rekapitulasi kejadian hipertensi pada lansia di wilayah kerja dinas kesehatan kota sukabumi tahun 2021: Tabel 1.1 Data Penderita Hipertensi Puskesmas Se-Kota Sukabumi Tahun 2021 No Puskesmas Jumlah Persentase Kasus (%) 1 Sukabumi 2.324 13% 2 Baros 2.143 12% 3 Benteng 1.791 10% 4 Cibeurem Hilir 1.558 9% 5 Limus Nunggal 1.445 8% 6 Selabatu 1280 7% 7 Gedong Panjang 1.182 6% 8 Tipar 1.094 6% 9 Sukakarya 1.064 6% 10 Nanggeleng 961 5% 11 Karang Tengah 938 5% 12 Cipelang 881 5% 13 Pabuaran 824 4% 14 Cikundul 605 3% 15 Lembursitu 230 1% Jumlah 18.320 100% (Sumber : Dinas Kesehatan Kota Sukabumi 2021) Berdasarkan tabel 1.1 diatas menunjukkan bahwa data Penderita Hipertensi Puskesmas Se-Kota Sukabumi Tahun 2021 dengan jumlah kasus terbanyak ada di wilayah Puskesmas Sukabumi sebanyak 2.324 kasus (13%), dan jumlah kasus terbanyak kedua ada di wilayah Puskesmas Baros sebanyak 2.143 kasus (12%). Maka dari itu, peneliti mengambil wilayah dengan kasus terbanyak pertama yaitu puskesmas Sukabumi dengan 2.324 kasus (13%). Berikut ini tabel kunjungan penderita Hipertensi pada Lansia di Puskesmas Sukabumi.



4



Tabel 1.2 Data Kunjungan Penderita Hipertensi Pada Lansia di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi No



Bulan



Jenis Kelamin Laki – Laki Perempuan (L) (P) 1 Januari 58 97 2 Februari 70 113 3 Maret 75 109 4 April 73 138 5 Mei 85 123 6 Juni 79 147 7 Juli 60 91 8 Agustus 49 86 9 September 59 112 10 Oktober 55 111 11 November 70 173 12 Desember 60 153 Jumlah (Sumber: Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi 2021)



Total



155 203 184 211 208 226 151 135 171 166 243 213 2.266



Berdasarkan tabel 1.2 menunjukkan bahwa jumlah kunjungan lansia penderita hipertensi pada tahun 2021 di Puskesmas Sukabumi sebanyak 2.266 orang kunjungan, dan jumlah kunjungan tertinggi terjadi pada bulan November sebanyak 243 kunjungan, dan jumlah kunjungan terendah terjadi pada bulan Agustus sebanyak 135 kunjungan.



5



Berikut ini tabel kejadian hipertensi pada lansia per- Kelurahan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi Tahun 2021. Tabel 1.3 Data Penderita Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi Januari – Desember 2021 No



Nama Kelurahan



Jumlah Persentase Kasus (%) 1 Subang Jaya 300 45% 2 Cisarua 294 43% 3 Kebon Jati 78 12% Jumlah 672 100% (Sumber : Buku kunjungan Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi 2021) Berdasarkan tabel 1.3 diatas menunjukkan bahwa data Penderita Hipertensi pada Lansia Per-Kelurahan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi periode Januari-Desember 2021 dengan jumlah kasus terbanyak ada di Kelurahan Subang Jaya yaitu sebanyak 300 kasus (45%), sedangkan jumlah kasus terkecil ada di Kelurahan Kebon Jati yaitu sebanyak 78 kasus (12%). Menurut petugas kesehatan Puskesmas Sukabumi yang memegang program kasus Hipertensi Khususnya pada lansia, program yang telah dilakukan Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi dalam menangani masalah kasus Hipertensi pada lansia adalah memberikan penyuluhan, mengadakan pemeriksaan tekanan darah secara rutin satu bulan sekali, serta bagaimana pola makan yang harus dilakukan pada penderita hipertensi kepada kader kesehatan yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi.



6



Prevalensi hipertensi terus meningkat seiring dengan peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH). Menurut data Biro statistik presentasi lansia di Indonesia sebesar 9,6% dari total penduduk atau sekitar 25,64 juta orang. Hasil proyeksi data tersebut mengindasikan perlunya perhatian yang khusus terhadap lansia mengingat hipertensi sangat berbahaya bagi lansia dan termasuk kelompok/populasi berisiko (Kementerian Kesehatan RI, 2018) dalam (Jabani et al., 2021). Angka prevalensi hipertensi pada lansia pada usia 55-64 tahun (55,2%), usia 65-74 tahun sebesar 63,2% dan usia>75 tahun sebesar 69,5% (Riskesdas, 2018). Pengobatan pemberiaan



obat



hipertensi,



dapat



dilakukan dengan cara



medis (farmakologi) dan non obat (non-farmakologi).



Pengobatan nonfarmakologi dapat dilakukan dengan cara : mengatasi obesitas



dengan



menurunkan



kelebihan berat badan, mengontrol



pola makan dan gaya hidup sedentary people, mengurangi asupan garam,



meningkatkan



konsumsi potassium



dan



magnesium,



menciptakan suasana rikleks, serta melakukan aktivitas fisik berupa olahraga ringan seperti berjalan selama



30-60



menit



selama 14



hari



(Muhammad Nurman. & Annisa, 2018). Aktivitas fisik bagi lansia penderita hipertensi suatu anjuran untuk



hidup aktif sebagai salah satu cara dalam memelihara dan



meningkatkan



kesehatan



dengan harapan akan memperlancar kerja



sistem peredaran darah, sehingga dapat menurunkan



resiko



penyakit



degeneratif seperti hipertensi. Oleh karena itu kegiatan aktivitas fisik



7



atau latihan fisik dan olahraga perlu menjadi gerakan masyarakat (Muhammad Nurman. & Annisa, 2018). Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi. Aktivitas fisik didefinisikan sebagai setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot rangka yang meningkatkan pengeluaran energi di atas level istirahat dan terdiri dari tugas rutin seharihari seperti perjalanan, tugas pekerjaan, atau kegiatan rumah tangga, serta gerakan atau aktivitas yang bertujuan meningkatkan kesehatan. Aktivitas fisik juga didefinisikan menjadi tiga yaitu aktivitas fisik diwaktu senggangg, aktivitas fisik pekerjaan, dan perilaku sedentary (Lay et al., 2020). Kurangnya



aktivitas



fisik



meningkatkan



resiko



menderita



hipertensi. Orang yang tidak aktif cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, makin besar dan sering otot jantung memompa, maka makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri sehingga tekanan darah akan meningkat. Aktivitas fisik yang baik dan rutinakan melatih otot jantung dan tahanan perifer yang dapat mencegah peningkatan tekanan darah. Aktivitas fisik tidak membutuhkan banyak biaya, kita cukup melakukan aktivitas fisik yang rutin secara teratur minimal 30 menit perhari. Hal ini bisa mengurangi resiko meningkatnya tekanan darah dikarenakan aktivitas akan melebar kandiameter pembuluh



8



darah (vasodilatasi) dan membakar lemak dalam pembuluh darah (Novitaningtias, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Iswahyuni (2017) menyatakan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan hipertensi (baik sistole maupun diastole). Semakin aktif fisiknya semakin normal tekanan darahnya baik pada hipertensi sistole maupun diastole, dan semakin tidak aktif aktivitas fisiknya maka semakin tinggi tekanan darah baik pada hipertensi sistole maupun diastole. Dalam (Sumarta, 2020). Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh (Herwati dan Sartika, 2014) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan beraktivitas fisik dengan terkontrolnya tekanan darah pada penderita hipertensi. Dalam (Sumarta, 2020). Selain aktivitas fisik dapat mengontrol tekanan darah pada lansia, suport keluarga pun suatu hal yang penting bagi kesehatan lansia Keluarga adalah semangat bagi lansia untuk mempertahankankan kesehatannya. Peran keluarga dalam merawat lansia adalah menjaga kondisi lansia, mempertahankan dan meningkatkan status mental, mengantisipasi berubahnya ekonomi serta memberi motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spriritual bagi lansia, adanya dukungan keluarga memberikan kekuatan dan terciptanya rasa saling memiiki satu sama lain dalam keluarga tersebut untuk memenuhi kebutuhan perkembangan keluarga. Ada beberapa bentuk dukungan keluarga yaitu : dukungan



9



penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasi, dan dukungan emosional. Salah satu alasan penderita hipertensi gagal dalam mengontrol tekanan darah adalah kurangnya dukungan keluarga. Oleh sebab itu keluarga memilki peran yang sangat penting dalam memenejemen penyakit pasien, dimulai dari mendukung lansia melakukan aktivitas fisik, mengontrol pola makan harian dan keluarga harus memberikan dukungan emosional yang membantu menangani stess akibat penyakitnya, dukungan keluarga akan berhubungan dengan mengontrol tekanan darah yang lebih baik pada penderita hipertensi (Whulandhani, 2014) Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang di lakukan oleh masmuri (2016) yang meneliti dukungan keluarga pada penderita hipertensi di kelurahan sumur Boto Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa keluarga yang kurang mendukung menjadikan pasien hipertensi sulit menjadikan tekanan darahnya normal. Sumber dukungan yang paling sering dan umum adalah diperoleh dari pasangan hidup, anggota keluarga, teman dekat, dan sanak saudara yang akrab dan memiliki hubungan yang harmonis. Dalam (Nur hak kiki et al., 2018). Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh (Tarigan et al., 2018) dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dukungan keluarga meliputi (dukungan harapan, dukungan nyata, dukungan informasi, dukungan emosional) berpengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan



10



dari diet hipertensi didesa Hulu kecamatan Batu Pancur. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga memegang peranan penting pada kemampuan untuk



mencapai



kesuksesan pengendalian tekanan darah



pada hipertensi. Berdasarkan survey pendahuluan yang telah di lakukan pada tanggal 08 april 2022 kepada 10 orang lansia yang menderita hipertensi di kelurahan Subangjaya RW 07 melalui metode wawancara dengan meggunakan kuesioner, di dapatkan hasil yaitu 4 orang lansia (40%) mengatakan bahwa selama ini mendapatkan dukungan yang baik dari keluarganya dan selalu beraktivitas fisik seperti olahraga, menyapu mengepel dll. secara rutin setiap hari, sedangkan 6 orang (60%) lansia mengatakan kurang mendapatkan dukungan dari keluarganya serta malas untuk melakukan aktivitas fisik. Berdasarkan data yag telah diuraikan dan Melihat dari penelitian sebelumnya, dan masih tingginya angka hipertensi, maka perlu penelitian lebih lanjut terkait faktor-faktor yang bisa mengontrol tekanan darah pada lansia baik dari faktor lansianya ataupun dari faktor dukungan orang sekitarnya oleh karena itu maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga Dan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertesi di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi”.



11



B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini: Apakah terdapat Hubungan Dukungan Keluarga Dan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertesi di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui Hubungan Dukungan Keluarga dan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertesi di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini: a. Mengetahui Gambaran Tekanan Darah Penderita Hipertensi Di Kelurahan



Subangjaya



Wilayah



Kerja



UPTD



Puskesmas



Sukabumi Kota Sukabumi. b. Mengetahui Gambaran Dukungan Keluarga Aktivitas Fisik Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi. c. Mengetahui Gambaran Aktivitas Fisik Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi.



12



d. Mengetahui Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertesi di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi. e. Mengetahui Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertesi di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Sebagai wadah pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh dari pembelajaran serta menambah wawasan dan ilmu di luar perkuliahan yang dapat mengetahui kehidupan nyata di lapangan. 2. Bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi Penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat sebagai wadah sumber referensi keilmuan bagi mahasiswa maupun bagi peneliti selanjutnya. 3. Bagi UPTD Puskesmas Kota Sukabumi Bahan pertimbangan dalam membuat rencana kebijakan terkait hipertensi pada lansia terutama dalam meningkatkan aktivitas fisik lansia dan dukungan keluarga sehingga tekanan darah pada lansia dapat terkontrol dengan baik dan lansia mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1. Pengertian Lansia Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisioogis. Lansia adalah seseorang yang telah berusia ≥ 60 tahun dan tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah berusia ≥ 60 tahun, mengalami penurunan kemampuan beradaptasi, dan tidak berdaya untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari seorang istri (Purba, 2021). 2. Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Usia Lanjut a. Sel 1) Lebih sedikit jumlahnya. 2) Lebih besar ukurannya. 3) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.



13



14



4) Menurunnya proporsi protein diotak, otot, ginjal dan darah dan hati. 5) Jumlah sel otak menurun. 6) Terganggunya mekanisme perbaikan sel. 7) Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10% (Dana, 2018). b. Sistem pernafasan 1) Beratnya otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam setiap harinya. 2) Cepat menurunnya hubungan persyarafan. 3) Lembar dalam respon dan waktu untuk berkreasi, khususnya dengan stress. 4) Mengecilnya syaraf panca indra. 5) Mengurangnya



penglihatan,



hulangnya



pendengaran,



mengecilnya syaraf pencium dan perasa, lebih sensitive terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin. 6) Kurang sensitive terhadap sentuhan (Dana, 2018). c. Sistem pendengaran 1) Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi atau suara-suara nada-nada tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata 50% terjadi pada usia di atas umur 65 tahun.



15



2) Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis. 3) Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa/stress (Dana, 2018). d. Sistem penglihatan 1) Stringter pupil timbul sclerosis dan hilangnya respon terhadap sinar. 2) Kornea lebih berbentuk sferis (bola). 3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan. 4) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, dan sudah melihat dalam cahaya gelap. 5) Hilangnya daya akomodasi. 6) Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandangnya. 7) Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala (Dana, 2018) e. Sistem kardiovaskuler Sistem kardiovaskuler Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga peregangan jantung berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan jaringan ikat. Perubahan ini disebabkan oleh penumpukan lipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan



konduksi



berubah



menjadi



jaringan



ikat.



sistem



16



kardiovaskuler, yaitu elastisitas dinding aorta menurun, perubahan miokara; atrofi menurun, lemak sub endoikard menurun, fibrosis menebal,



skleosis,



katub-katub jantung



mudah



fibrosis



dan



klasifikasi (kaku), penurunan denyut jantung, cardiac ouput menurun, penurunan jumlah sel, jaringan kolagen bertambah dan jaringan elastis berkurang, penurunan elastisitas pada dinding dada respon baro reseptor menurun (Setyowati, 2021). B. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmhg atau tekanan diastolik sedikitnya 90mmhg (Pramuji, 2021). Hipertensi atau darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik diatas batas normal yaitu lebih dari 140 mmhg dan diastolik lebih dari 90mmhg (Risty, 2020). Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), tekanan darah Sistolik dewasa adalah tekanan yang diperoleh



pada



saat jantung



keseluruh tubuh



berkontraksi



memompakan



darah



dimana angka normalnya adalah 120mmhg.



Sementara tekanan diastolik yaitu tekanan saat otot jantung relaksasi dan menerima darah yang kembali dari seluruh tubuh dan nilai normalnya



adalah



(Simanjuntak, 2022).



80 mmhg (Anri & Khoiroh, 2017). Dalam



17



2. Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO (2016) klasifikasi tekanan darah pada dewasa terbagi menjadi kelompok hipertensi, optimal, normal, pra hipertensi, hipertensi ringan, hipertensi sedang, hipertensi berat. Dalam (Rizka, 2020). Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah menurut WHO Kategori



Sistolik (mmHg)



Optimal Normal Pra hipertensi Hipertensi ringan Hipertensi sedang Hipertensi berat Terdapat



2 jenis



120 120-130 130-140 140-160 160-180 >180 hipertensi



yang ditinjau



Diastolik (mmHg) 80 80-85 85-90 90-100 100-110 >110 berdasarkan unsur



penyebabnya menurut Kemenkes RI (2014) dalam (Nubatonis, 2021): a.



Hipertensi Primer Hipertensi primer atau yang disebut juga hipertensi esensial atau hipertensi idiopatik merupakan hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui dan sebanyak 95% kasus hipertensi masuk dalam kategori ini. Beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab hipertensi primer yaitu stres, bertambahnya usia, serta genetik atau keturunan.



18



b.



Hipertensi Sekunder Hipertensi sekunder atau yang disebut juga hipertensi renal adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya. Sekitar 5-10% kasus hipertensi disebabkan oleh penyakit ginjal dan sekitar 1-2% disebabkan oleh kelainan hormonal dan pemakaian obat yang dapat memicu terjadinya hipertensi.



3. Etiologi Hipertensi Terdapat 2 etiologi hipertensi menurut (Prabaazmajah, 2021) sebagai berikut : a. Hipertensi Primer Secara fisiologis, tekanan darah manusia dapat diregulasi atau dikompensasi agar tidak timbul peningkatan tekanan darah, mekanisme kompensasi dapat terganggu sehingga menimbulkan kondisi yang disebut hipertensi primer. Sebagian besar kasus hipertensi tergolong hipertensi primer yakni 95% dari semua kasus hipertensi. Hipertensi primer prevalensinya meningkat sehubungan dengan bertambahnya usia. Individu dengan tekanan darah yang relatif tinggi ketika berusia muda beresiko mengidap hipertensi di usia lanjut. Mekanisme terjadinya hipertensi esensial merupakan hipertensi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti konsumsi garam berlebih, genetik dan lingkungan .



19



b. Hipertensi Sekunder Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang sudah diketahui penyebabnya. Hipertensi dengan penyebab yang telah diketahui secara pasti disebut dengan hipertensi sekunder, salah satu contoh penyebab terjadinya hipertensi sekunder yaitu: penyakit ginjal, tiroid, bahkan penggunaan obat. Jenis hipertensi sekunder akan lebih mudah dikendalikan ketika penyebab spesifik dari hipertensi sekunder ditangani. Seseorang yang memiliki sejarah hipertensi pada keluarga dengan gejala hipertensi ringan, maka dia dapat mengurangi kemungkinan terjadinya perkembangan hipertensi dengan cara memberi perhatian khusus terhadap faktor resikonya. Obesitas, stres, penyumbatan pembuluh darah, konsumsi garam berlebih dan kurangnya aktivitas fisik merupakan kecenderungan genetik yang menyebabkan kasus tekanan darah tinggi meningkat.



20



4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Hipertensi Menurut (Setiawati, 2021) faktor resiko hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu: a. Faktor yang tidak dapat diubah 1) Riwayat keluarga Seseorang yang memiliki keluarga seperti ayah, ibu, saudara kandung, kakek dan nenek yang menderita hipertensi akan lebih beresiko terkena hipertensi. Hal ini sejalan dengan penelitian (Suparta, 2018) Hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan antara genetik dengan kejadian hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Nene Mallomo Kabupaten Sidenreng Rappang tahun 2018. 2) Usia Tekanan darah akan cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Untuk laki-laki akan meningkat pada usia diatas 45 tahun sedangkan untuk wanita akan meningkat pada saat usia diatas 55 tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian (Puspita et al., 2014), Menurut peneliti hipertensi disebabkan oleh berbagai macam faktor, bukan hanya dengan perilaku merokok, faktor yang paling sering ditemukan adalah faktor usia.



21



Faktor ini merupakan salah satu faktor terjadinya hipertensi dengan bertambahnya usia maka tekanan darah juga akan meningkat dimana dinding arteri akan mengalami penebalan oleh adanya penumpukan zat kolagen



pada



lapisan



otot,



sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. hal ini telah jelas bahwa usia merupakan salah satu faktor risiko hipertensi. 3) Jenis kelamin Hipertensi pada orang dewasa biasanya lebih banyak ditemukan pada laki-laki dari pada pada wanita. Hal ini sejalan dengan penelitian (Suparta, 2018) bahwa jenis kelamin dengan or 28,3 terdapat pengaruh terhadap kejadian hipertensi pada lansia di wilayah kerja puskesmas rumbai pesisir. 4) Ras/etnis Hipertensi



dapat



menyerang



semua



orang



tanpa



memandang ras dan etnis. Hal ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan (Simanjuntak, 2022) bahwa etnis dengan p value 0,000 berpengaruh dengan kejadian hipertensi pada lansia Puskesmas Sigumpar.



di Upt



22



b. Faktor yang dapat diubah Kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat dapat meningkatkan hipertensi antara lain : 1) Merokok Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan hipertensi, karena rokok mengandung nikotin. Nikotin terserap pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan ke otak. Didalam otak, nikotin memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyempatkan pembuluh darah dan akan memaksa jantung bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Akbar dan Santoso tahun 2020 pada masyarakat di Kecamatan Passi Barat menunjukkan bahwa hasil uji statistik chisquare diperoleh nilai p-value 0,037 (α ≤ 0,05) yang berarti kebiasaan merokok merupakan faktor penyebab terjadinya hipertensi pada masyarakat di Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow (Akbar & Santoso, 2020).



23



2) Kurang aktivitas fisik Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Jika kurang melakukan aktivitas fisik maka faktor risiko independent untuk penyakit kronis dan secara keseluruhan diperkirakan dapat menyebabkan kematian secara global. Hal ini sejalan dengan penelitian (Elvira & Anggraini, 2019), Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik (p-value = 0,014) dengan kejadian hipertensi pada pra lansia di Puskesmas Bojonggede tahun 2021. 3) Konsumsi Alkohol Alkohol mempunyai efek yang hampir sama dengan karbon monoksida, yaitu dapat meningkatkan keasaman darah. Darah akan menjadi lebih kental dan jantung dipaksa mempompa darah lebih kuat lagi agar sampai ke jaringan mencukupi. Hal ini sejalan dengan penelitian (Ramadhani, 2021), Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi alkohol (p =0,000) mempengaruhi terjadinya hipertensi pada masyarakat di Kampung Bedagai Kota Pinang.



24



4) Kebiasaan minum kopi Salah satu zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah adalah kafein. Didalam tubuh manusia kafein bekerja dengan cara memicu produksi hormon adrenalin yang berasal dari reseptor adinosa di dalam sel saraf yang mengakibatkan



peningkatan



tekanan



darah,



setelah



mengkonsumsi kafein dapat dirasakan dalam 5-30 menit dan bertahan hingga 12 jam. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rita Rahmawati (2016) menunjukkan bahwa ada hubungan kebiasaan minum kopi terhadap tingkat hipertensi dengan hasil yang didapatkan nilai signifikan p Value = 0,000 < α (0,05). 5) Kebiasaan konsumsi makanan yang banyak mengandung garam Konsumsi garam secara berlebihan akan mengakibatkan tekanan darah meningkat. Menurut Sarlina, Palimbong, S., Kurniasari, M.D., Kiha, R.R. (2018), natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler tubuh yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan cairan. Natrium yang berlebihan dapat mengganggu keseimbangan cairan



dalam tubuh sehingga



menyebabkan edema atau asites dan hipertensi.



25



Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Solehatul Mahdmudah, dkk (2015) di Kelurahan Sawangan Baru Kota Depok menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara asupan natrium dengan kejadian hipertensi pada lansia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil analisis regresi logistik berganda terlihat nilai OR Exp (B) asupan natrium sebesar 4,627 dapat diartikan bahwa responden yang asupan natrium berlebih memiliki resiko 4,627 kali lebih besar untuk mengalami kejadian hipertensi dibandingkan responden yang asupan natriumnya baik (OR Exp (B) = 4,627; 95% CI = 1,57413,635). 6) Kebiasaan konsumsi makanan yang mengandung lemak Menurut Jauhari (dalam Manawan A.A., Rattu A.J.M., Punuh M.I., 2016) lemak yang ada didalam makanan atau hidangan memberikan kecenderungan untuk meningkatkan kolesterol darah, terutama lemak hewani yang mengandung lemak jenuh. Kolesterol yang tinggi bertalian dengan meningkatkan prevalensi penderita penyakit hipertensi. Hasil



penelitian



ini



sejalan



dengan



penelitian



(Lumbantoruan et al., 2021) hasil bahwa konsumsi makanan berlemak Pvalue α) dan nilai r 0.566. (Jayanti, 2017). e. Penurunan stress Stress



menstimulasi



sistem



saraf



simpatis,



meningkatkan



vasokonstriksi, resistensi vaskular sistemik, curah jantung dan tekanan darah. Latihan fisik sedang dan teratur adalah adalah penanganan pilihan untuk menurunkan stress pada hipertensi. Hal ini sejalan dengan Penelitian (Lidia R., et al, 2018) dengan judul Hubungan tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada lansia di puskesmas rawat inap cempaka. Hasil penelitian menggunakan uji Chi-square menunjukkan ada hubungan tingkat stress dengan kejadian hipertensi pada lansia di puskesmas rawat inap Cempaka dengan nilai p-value (p=0,071).



32



9. Komplikasi Hipertensi Menurut (Setiawati, 2021) komplikasi hipertensi yaitu: a. Stroke Stroke bisa terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan pada pembuluh darah sehingga aliran darah pada area tersebut berkurang. Arteri



yang



mengalami



aterosklerosis



dapat



melemah



dan



meningkatkan terbentuknya aneurisma. b. Infark miokardium Infark miokardium terjadi pada waktu arteri coroner mengalami arterosklerotik tidak bisa menyuplai oksigen yang cukup ke miokardium apabila terbentuk thrombus yang dapat menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Karena terjadi hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel maka kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. c. Gagal ginjal Kerusakan ginjal disebabkan karena tingginya tekanan pada kapiler-kapiler glomerulus. Rusaknya glomerulus membuat darah akan mengalir ke inti fungsional ginjal, neuron terganggu, dan berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya glomerulus menyebabkan protein keluar melalui urin dan terjadi tekanan osmotik koloid plasma berkurang sehingga terjadi edema pada



33



penderita hipertensi kronik. d. Ensefalopi Kerusakan otak atau ensefalopi terjadi pada hipertensi maligna (hipertensi yang mengalami kenaikan darah dengan cepat). Tekana yang tinggi disebabkan karena kelainan yang membuat peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium dieluruh susunan saraf pusat, yang mengakibatkan neuro-neuro disekitarnya terjadi koma dan kematian. C. Dukungan Keluarga 1. Definisi Keluarga Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang terus menerus, yang tinggal dalam satu atap, mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban satu orang dengan lainnya (Johnson dalam Setianingsih, 2017). 2. Tipe keluarga Tipe keluarga terdiri dari dua menurut (Toulasik, 2019) yaitu : a. Tipe keluarga tradisional 1) Nuclear family atau keluarga inti adalah suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan anak kandung atau anak adopsi. 2) Extended family atau keluarga besar adalah keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, bibi dan paman.



34



3) Dyad family adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang tinggal dalam satu rumah tanpa anak. 4) Single parent family adalah suatu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian. 5) Single adult adalah satu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa. 6) Keluarga usia lanjut adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah lanjut usia. b. Tipe keluarga non tradisional 1) Keluarga communy yang terdiri dari satu keluarga tanpa pertalian darah, hidup dalam satu rumah. 2) Orang tua (ayah, ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak, hidup bersama dalam satu rumah tangga. 3) Homo seksual dan lesbian adalah dia individu sejenis yang hidup bersama dalam satu rumah dan berperilaku layaknya suami istri. 3. Fungsi Keluarga Menurut (Toulasik, 2019), terdapat beberapa fungsi keluarga yang dapat dilakukan yaitu: a. Fungsi Biologis 1) Untuk meneruskan keturunan 2) Memelihara dan membesarkan anak 3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga



35



4) Memelihara dan merawat anggota keluarga b. Fungsi Psikologis 1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman. 2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga. 3) Membina kedewasaan kepribadian anggota keluarga. 4) Memberikan identitas keluarga. c. Fungsi sosialisasi 1) Membina sosial pada anak. 2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak. 3) Menaruh nilai-nilai budaya keluarga. d. Fungsi Ekonomi 1) Mencari sumber–sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. 2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga. 3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya. e. Fungsi Pendidikan 1) Menyekolahkan



anak



untuk



memberikan



pengetahuan,



ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.



36



2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa. 3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya. 4. Dukungan Keluarga Dukungan keluarga adalah proses yang terjadi terus menerus disepanjang masa kehidupan manusia. Dukungan keluarga berfokus pada interaksi yang berlangsung dalam berbagai hubungan sosial sebagaimana yang dievaluasi oleh individu. Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Radiani, 2018). 5. Bentuk Dukungan Keluarga Menurut (Khotimah khusnul. & Masnina, 2020), keluarga memiliki beberapa bentuk dukungan yaitu : a. Dukungan Penghargaan Dukungan ini meliputi pertolongan pada individu untuk memahami kejadian depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi koping yang dapat digunakan dalam mengahadapi stressor. Dukungan ini juga merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu. Individu mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi pengharapan positif individu



37



kepada individu lain, penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan seseorang dan perbandingan positif seseorang dengan



orang



Dukungan



lain,



misalnya orang



keluarga



dapat



yang



kurang



mampu.



membantu meningkatkan



strategi



koping individu dengan startegi: 1) strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek 2) aspek yang positif. b. Dukungan Instrumental Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata (Instrumental support material support), suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu memecahkan masalah praktis, termasuk didalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang memberi atau



meminjamkan



uang,



membantu pekerjaan



sehari-hari,



menyampaikan pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat



saat



sakit



ataupun mengalami depresi yang dapat



membantu memecahkan masalah. Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh individu dan mengurangi depresi individu. Pada dukungan nyata keluarga sebagai sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan nyata.



38



c. Dukungan Informasional Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab



bersama, termasuk di dalamnya



memberikan solusi dari



maslah, memberikan nasehat, pengarahan, saran atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi dengan menyarankan tentang dokter, terapi



yang



baik bagi



dirinya



dan tindakan spesifik bagi



individu untuk melawan stresor. Individu yang mengalami depresi



dapat



masalahnya



keluar dengan



dari



masalahnya



dukungan



dari



dan memecahkan keluarga



dengan



menyediakan feed back. Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun informasi dan pemberian informasi. d. Dukungan Emosional Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara emosiaonal, sedih, cemas dan kehilangan harga diri. Jika depresi mengurangi perasaan seseorang akan hal yang dimiliki dan dicintai. Dukungan emosional memberikan individu perasaan nyaman, merasa dicintai, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional



ini



keluarga



memberikan semangat



menyediakan



tempat



istirahat



dan



39



D. Aktivitas Fisik 1. Definisi Aktivitas Fisik Aktivitas fisik merupakan suatu gerakan tubuh yang dihasilkan otot rangka dan membutuhkan energi, termasuk aktivitas yang dilakukan saat bekerja, bermain, melakukan pekerjaan rumah tangga, bepergian dan kegiatan rekreasi (WHO, 2017) dalam (Kusumo, 2021). 2. Aktivitas Fisik Pada Lansia Aktivitas fisik untuk lansia yang dianjurkan menurut kemenkes RI (2018) dalam (Sumarta, 2020) yaitu: a. Durasi minimal 150 menit untuk latihan fisik sedang atau 17 menit untuk latihan fisik berat dalam waktu seminggu. b. Setiap praktik, durasi aktivitas berlangsung paling sebentar sepuluh menit. Jika partisipan sudah terbiasa dengan durasi anjuran tadi, maka durasi olahraga untuk lansia dalam intensitas sedan selama 30 menit atau intensitas berat selama 150 menit sepekan. c. Sebagian besar lansia mempunyai kendala dalam koordinasi tubuh, sehingga membatuhkan sesi latihan keseimbangan minimal tiga kali seminggu, sedangkan untuk latihan otot minimal dua kali seminggu. Ada banyak pilihan jenis olahraga atau aktivitas fisik untuk lansia yang dapat disesuaikan depgan kebutuhan. Untuk intensitas sedang, misalnya, jalan kaki garak dekat, membersihkan rumah; bersepeda santai, naik tangga. hingga berkebun, Sementara itu,



40



aktivitas tas beat meliputi berenang yoga, joging, jalan cepat, menggendong anak, sampai bulu tangkis. 3. Pengukuran aktivitas fisik Physical Activities Scale for Elderly (PASE) merupakan kuesioner untuk menilai aktivitas fisik lansia. PASE terdiri dari tiga macam aktivitas, yaitu leisure time activity (aktivitas waktu luang), house hold activity (aktivitas rumah tangga) dan work related activity (aktivitas relawan). Dalam (Rahmad, 2020). Dalam pengukuran aktivitas fisik pada penelitian ini peneliti mengadopsi kuesioner dari (Nur Nafidah, 2014) yang terdiri dari aktivitas waktu luang dan aktivitas rumah tangga dan membagi aktivitas fisik ini kedalam 2 kategori yaitu baik dan kurang 4. Klasifikasi Aktivitas Fisik Aktivitas fisik dibagi menjadi 3 kategori berdasarkan intensitas dan besaran kalori yang digunakkan, yaitu: aktivitas fisik ringan, aktivitas fisik sedang dan aktivitas fisik berat (Kemenkes, 2018) dalam (Kusumo, 2021): a. Aktivitas fisik berat Selama beraktivitas, tubuh mengeluarkan banyak keringat, denyut jantung dan frekuensi nafas meningkat sampai terengahengah. Energi yang dikeluatkan >7 Kcal/menit. Contoh aktivitas fisik berat:



41



1) Berjalan sangat cepat (kecepatan lebih dari 5 km/jam), berjalan mendaki bukti, berjalan dengan membawa beban di punggung, naik gunung, jogging (kecepatan 8 km/jam) dan berlari. 2) Pekerjaan seperti mengangkut beban berat, menyekop pasir, memindahkan batu bata, menggali selokan dan mencangkul. 3) Pekerjaan rumah seperti memindahkan perabot yang berat dan menggendong anak. 4) Bersepeda lebih dari 15 km/jam dengan lintasn mendaki, bermain basket, badminton dan sepak bola. b. Aktivitas fisik sedang Saat melakukan aktivitas fisik sedang tubuh sedikit berkeingat, denyut jantung dan frekuensi nafas menjadi lebih cepat. Energi yang dikeluarkan: 3,5 – 7 Kcal/menit Contoh aktivitas fisik sedang: 1) Berjalan cepat (kecepatan 5 km/jam) pada perukaan rata di dalam atau di luar rumah, di kelas, ke tempat kerja atau ke toko dan jalan santai dan jalan sewaktu istirahat kerja. 2) Memindahkan perabot ringan, berkebun, menanam pohon dan mencuci mobil. 3) Pekerjaan tukang kayu, membawa dan menyusun balok kayu, membersihkan rumput dengan pemotong rumput, bulu tangkis, Rekresional, dansa, bersepeda pada lintasan datar, dan berlayar



42



c. Aktivitas fisik ringan kegiatan yang hanya memerlukan sedikit tenaga dan biasanya tidak menyebabkan perubahan dalam pernapasan. Energi yang dikeluarkan 12 2) Kurang jika T < 12 3.



Analisa Bivariat Analisa data bivariat merupakan analisa yang dilakukan untuk menjelaskan hipotesis hubungan variable bebas dengan variable terkait ( Notoatmodjo, 2018). Analisa bivariat penelitian ini menggunakan uji statistic Chi-Square. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : x ²=



Σ ( f 0−f e ) fe



68



Keterangan :



X2 : Nilai Chi Square fo



: Nilai hasil pengamatan untuk tiap kategori



fe



: Nilai hasil yang diharapkan untuk tiap kategori.



Adapun hipotesa dua arah dengan tingkat kekeliruan 5% sebagai



berikut : a. Jika P value ≤ 0,05 maka Ho ditolak artinya tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. b. Jika P value > 0,05 maka Ho diterima artinya terdapat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. K. Prosedur Penelitian Menurut (Arikunto, 2013) ada 3 tahapan dalam prosedur penelitian, yaitu: 1. Tahap Persiapan Pada tahapan ini dimulai dari menentukan masalah yang akan dikaji, studi pendahuluan, membuat rumusan masalah, tujuan, manfaat, mencari landasan teori, menentukan hipotesis, menentukan metodologi



69



penelitian, dan mencari sumber-sumber yang dapat mendukung jalannya penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan Tahap ini peneliti mengumpulkan data atau informasi melalui kuesioner, menganalisis data, menarik kesimpulan dari data yang ada 3. Tahap Pelaporan Tahap ini peneliti menyusun laporan penelitian dan peneliti melaporkan hasil penelitian sesuai dengan data yang telah diperoleh dalam bentuk skripsi. L. Etika Penelitian Merupakan suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti,dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitian tersebut ( Notoatmodjo, 2018). 1. Menghormati martabat Peneliti yang dilalakukan harus menjungjung tinggi martabat seseorang (subjek penenlitian). Dalam melakukan penelitian, hak subjek penelitian harus dihargai. 2.



Asas Kemanfaatan 1)



Bebas dari penderitaan Penelitian dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada responden baik fisik maupun psikis.



70



2)



Bebas dari eksploitasi Peneliti meyakinkan responden bahwa partisipasinya dalam penelitian



atau



informasi



yang



telah



diberikan,



tidak



dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan responden dalam bentuk apapun. 3.



Berkeadilan 1)



Hak untuk mendapatkan penatalaksanaan yang adil (right to fair treatment) Dalam penelitian ini responden akan diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian. Saat penelitian, tidak ada diskriminasi apapun terhadap responden.



2)



Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy) Dalam penelitian ini responden mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan rahasia (confidentiality)



4.



Informed Concent Dalam penelitian ini responden mendapatkan informasi lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak



71



untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed consent juga dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu. Kesediaan responden dibuktikan dengan penandatanganan informed consent.



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.



Hasil Penelitian Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang telah dilakukan pengambilan data pada tanggal 02 juni 2022 sampai 02 juli 2022 mengenai hubungan dukungan keluarga dan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Subangjaya wilayah kerja Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi. Pada hasi penelitian ini juga akan dijabarkan hasil analisa univariat dan analisa bivariat, dimana analisa univariat dilakukan untuk mengetahui deskripsi karakteristik responden yang meliputi usia , jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan lama menderita hipertensi. Sedangkan analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui dukungan keluarga dan aktivitas dengan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Subangjaya wilayah kerja UPTD Puskesmas



71



72



1. Gambaran Karakterisktik Responden a. Gambaran karakteristik responden berdasarkan usia responden Tabel 4.1 Gambaran karakteristik responden berdasarkan Usia Responden penderita hipertensi di Kelurahan Subangjaya wilayah kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi Usia Frekuensi Presentase % Usia lanjut 135 80,3 (elderly) (60-74 tahun) Usia tua (old) 33 19,7 (75-90- tahun) Total 168 100,0 Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa hampir seluruh responden berusia lanjut sebanyak 135 responden (80,3%). b. Gambaran karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin responden Tabel 4.2 Gambaran karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin responden penderita hipertensi di Kelurahan Subangjaya wilayah kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi Jenis kelamin frekuensi Persentase % Laki-laki 33 19,6 perempuan 135 80,4 Total 168 100,0 Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa hampir seluruh responden jenis kelamin perempuan sebanyak 135 responden (80,4%).



73



c. Gambaran karakteristik responden berdasarkan pendidikan responden Tabel 4.3 Gambaran karakteristik responden berdasarkan pendidikan responden penderita hipertensi di Kelurahan Subangjaya wilayah kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi Pendidikan frekuensi Persentase% PG 2 1,2 SD 106 63,1 SMA 18 10,7 SMP 42 25,0 Total 168 100,0 Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berpendidikan terakhir SD sebanyak 106 responden (63,1%), dan sebagian kecil responden berpendidikan PG yaitu sebanyak 2 responden (1,2%). d. Gambaran karakteristik responden berdasarkan pekerjaan responden Tabel 4.4 Gambaran Karakteristik Resonden Berdasarkan Pekerjaan Responden penderita hipertensi di Kelurahan Subangjaya wilayah kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi Pekerjaan Frekuensi Persentase% IRT 45 26,8 Petani 2 1,2 Tidak bekerja 110 65,5 Wiraswasta 11 6,5 Total 168 100,0



74



Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tidak bekerja sebanyak 110



responden (65,5%) dan



sebagian kecil responden memiliki pekerjaan petani sebanyak 2 responden (1,2%). e. Gambaran



karakteristik



responden



berdasarkan



lama



menderita responden Tabel 4.5 Gambaran karakteristik responden berdasarkan lama menderita responden penderita hipertensi di Kelurahan Subangjaya wilayah kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi Lama menderita frekuensi Persentase% >1 tahun 10 6,0 1-5 tahun 158 94,0 Total 168 100,0 Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa hampir seluruh responden lama menderita 1-5 tahun sebanyak 158 responden (94,0%). 2.



Analisa univariat a. Gambaran Dukungan Keluarga Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi Tabel 4.6 Gambaran Dukungan Keluarga Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi Kategori Frekuensi Persentase % Cukup 15 9,0 Kurang 77 45,8 Tinggi 76 45,2 Total 168 100,0



75



Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki dukungan keluarga kurang sebanyak 77 responden (45,8%), dan sebagian kecil responden memiliki dukungan keluarga cukup yaitu sebanyak 15 responden (9,0%). b. Gambaran Aktivitas Fisik Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi Tabel 4.7 Gambaran Aktivitas Fisik Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi Kategori



Frekuensi



Persentase %



Baik



78



46,4



Kurang



90



53,6



Total



168



100,0



Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki aktivitas fisik kurang sebanyak 90 responden (53,6%), dan sebagian kecil responden memiliki aktivitas fisik baik yaitu sebanyak 78 responden (46,4%).



76



c. Gambaran Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi Tabel 4.8 Gambaran Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi Kategori Frekuensi Persentase % Berat 25 15,0 (>180mmHg/>110 mmHg) Ringan 85 50,5 (140-160 mmHg/90-100mmHg) Sedang 58 34,5 (160-180mmHg/100-110 mmHg) Total 168 100,0 Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki tekanan darah ringan sebanyak 85 responden (50,5%), dan sebagian kecil responden memiliki tekanan darah berat yaitu sebanyak 25 responden (15,0 %).



77



3.



Analisa bivariat Hasil analisa bivariat ini dilakukan untuk melihat adanya hubungan dukungan keluarga dengan tekanan darah lansia penderita hipertensi dan hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah lansia penderita hipertensi Tabel 4.9 Tabulasi Data Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tekanan Darah pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Subangjaya wilayah kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi Dukungan Tekanan darah F % pkeluarga value Berat Ringan Sedang F % F % F % Cukup Kurang Tinggi Total



5 19 1 25



33.3% 24,7% 1,3 % 14,9%



5 19 61 85



33.3% 24,7% 80,3% 50,6%



5 39 14 58



33.3% 50,6% 18,4% 34,5%



15 77 76 168



0,000 100%



Berdasarkan Tabel 4.9 menunjukan bahwa dari 15 responden yang memiliki dukungan keluarga cukup diantaranya, 5 responden (33,5%) memikili tekanan darah yang sedang, tekanan darah ringan, serta memiliki tekanan darah kategori berat. Selain itu dari 77 responden yang memiliki dukungan keluarga kurang diantaranya memiliki tekanan darah sedang sebanyak 39 responden (50,6%), 19 responden (24,7%) memiliki tekanan darah ringan, serta 19 responden (24,7%) memiliki tekanan darah dalam kategori berat. Dan dari 76 responden yang memiliki dukungan keluarga tinggi diantara nya memiliki tekanan darah sedang sebanyak 14 responden (18,4%), tekanan darah ringan



78



sebanyak 61 responden (80,3%) serta 1 responden (1,3%) yang memiliki tekanan darah dalam kategori berat. Berdasarkan tabel 4.9 mendeskripsikan bahwa hasil uji Chi-Square Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi menunjukan bahwa ada hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi dengan p-value = 0,000 (≤0,05) sehingga tolak H0. Tabel 4.10 Tabulasi Data Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Subangjaya wilayah kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi Aktivitas Tekanan darah F % pfisik value Berat Ringan Sedang F % F % F % Baik 3 3,8% 74 94,9% 1 1,3% 78 0,000 100% Kurang 22 24,5% 11 12,2% 57 63,3% 90 Total 25 14,9% 85 50,6% 58 34,5% 168 Berdasarkan Tabel 4.10 menunjukan bahwa dari 78 responden yang memiliki aktivitas fisik baik diantaranya memiliki tekanan darah sedang sebanyak 1 responden (1,3%), tekanan darah ringan sebanyak 74 responden (94,9%) serta 3 responden (3,8%) memiliki tekanan darah dalam kategori berat.



79



Selain itu dari 90 responden yang memiliki aktivitas fisik kurang diantaranya memiliki tekanan darah sedang sebanyak 57 responden (63,3%), tekanan darah ringan sebanyak 11 responden (12,2%) serta 22 responden (24,5%) memiliki tekanan darah dalam kategori berat. Berdasarkan tabel 4.10 mendeskripsikan bahwa hasil uji ChiSquare Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi menunjukan bahwa ada hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi dengan p-value =0,000 (≤0,05) sehingga tolak H0. B. Pembahasan 1.



Gambaran Dukungan Keluarga pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Subangjaya wilayah kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi Tabel 4.6 mendeskripsikan bahwa sebagian besar dukungan keluarga pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Subangjaya wilayah kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota



Sukabumi yaitu



memiliki dukungan keluarga kurang sebanyak 77 responden (45,8%). Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan melalui pengisian kuesioner bahwa lansia penderita hipertensi di Kelurahan Subangjaya wilayah kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota



80



Sukabumi sebagian besar memiliki dukungan keluarga yang kurang terutama pada dukungan intrumental dan dukungan informasi. Pada dukungan intrumental, dari 168 responden, 69 responden memberikan jawaban kadang-kadang pada pertanyaan keluarga selalu menyediakan waktu dan fasilitas jika lansia penderita hipertensi memerlukan untuk keperluan pengobatan dan keluarga bersedia membiayai perawatan dan pengobatan. Dan dari 168 responden, 67 responden memberikan jawaban kadang-kadang pada pertanyaan keluarga menyediakan makanan khusus rendah garam. kurangnya dukungan intrumental disebabkan oleh keluarga yang tidak rutin dalam melakukan pengobatan dikarenakan keluarga tidak mampu menyediakan keperluan terkait pengobatan seperti membiayai perawatan dan mengantarkan lansia penderita hipertensi untuk pengobatan. Selain itu keluarga juga tidak menjaga pola makan pada lansia penderita hipertensi terutama memberikan makanan khusus rendah garam sehingga akan mengakibatkan tidak terkontrolnya tekanan darah pada lansia. Salah satu fungsi keluarga yaitu ekonomi dimana keluarga bertugas mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga (Harmoko, 2012). Hal ini sejalan dengan penelitian Adhitomo (2014) menjelaskan bahwa hipertensi banyak pada kelompok berpendapatan rendah dibandingkan berpendapatan sedang dan tinggi karena faktor kurangnya biaya untuk memeriksakan diri



81



secara teratur serta tekanan psikologis berkaitan dengan himpitan ekonomi.



Kurangnya



dukungan



instrumental



menyebabkan



ketidakpatuhan dalam pengobatan karena keluarga tidak mampu menyediakan keperluan terkait pengobatan. Dukungan instrumental yang baik dapat membantu pasien dengan hipertensi untuk mendapatkan fasilitas, sarana, dan kemudahan akses informasi kesehatan yang baik sehingga dapat membantu proses pengobatan. Pada dukungan informasi responden memberikan jawaban kadangkadang dan jarang pada pertanyaan keluarga mengingatkan untuk meminum obat dan mengecek tekanan darah dan keluarga mengingatkan dalam menjaga pola makan dan berolahraga. Peneliti menyimpulkan berdasarkan jawaban responden bahwa kurangnya dukungan informasi disebabkan oleh keluarga yang sibuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarganya hal ini menjadikan keluarga lupa untuk mengingatkan untuk melakukan pengecekan tekanan darah secara teratur, menjaga pola makan dan berolahraga. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang di lakukan oleh masmuri (2016) yang meneliti dukungan keluarga pada penderita hipertensi di kelurahan sumur Boto Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa keluarga yang kurang mendukung menjadikan pasien hipertensi sulit menjadikan tekanan darahnya normal. Sumber dukungan yang paling sering dan



82



umum adalah diperoleh dari pasangan hidup, anggota keluarga, teman dekat, dan sanak saudara yang akrab dan memiliki hubungan yang harmonis. Dalam (Oktaviani.J, 2018). Salah satu alasan penderita hipertensi gagal dalam mengontrol tekanan darah adalah kurangnya dukungan keluarga. Oleh sebab itu keluarga memilki peran yang sangat penting dalam memenejemen penyakit pasien, dimulai dari mendukung lansia melakukan aktivitas fisik, mengontrol pola makan harian dan keluarga harus memberikan dukungan emosional yang membantu menangani stess akibat penyakitnya,



dukungan



keluarga



akan



berhubungan



dengan



mengontrol tekanan darah yang lebih baik pada penderita hipertensi (Lestari, 2014). Salah satu faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga terhadap penderita hipertensi yaitu tingkat pendidikan. Pendidikan merupakan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku dan upaya mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan (Nugraha, 2018). Menurut Nursalam (2016) semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin banyak informasi yang diterimanya, maka semakin tinggi tingkat pengetahuannya. Sehingga seseorang dengan tingkat pendidikan lebih tinggi akan berpengetahuan tentang kesehatan dan mengerti tentang keadaannya lebih baik dari dibanding dengan tingkat pendidikannya yang rendah. Sesuai dengan hasil interpretasi data tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar



83



responden berpendidikan terakhir SD sebanyak 106 responden (63,1%), dan sebagian kecil responden berpendidikan PG yaitu sebanyak 2 responden (1,2%). Selain tingkat pendidikan, lama menderita juga dapat mempengaruhi dukungan keluarga. Peneliti berpendapat semakin lama menderita hipertensi maka semakin bosan keluarga dalam merawat lansia penderita hipetensi karena di anggap penyakit hipertensi ini hal yang biasa di derita oleh lansia. Hal ini sesuai dengan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa hampir seluruh responden lama menderita 1-5 tahun sebanyak 151 responden (93,8%). 2.



Gambaran aktivitas fisik pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Subangjaya wilayah kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi Tabel 4.7 mendeskripsikan bahwa sebagian besar responden yang memiliki aktivitas kurang sebanyak 90 responden (53,6%), dan sebagian kecil responden yang memiliki aktivitas fisik baik yaitu sebanyak 78 responden (46,4%). Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan melalui pengisian kuesioner di dapatkan bahwa lansia penderita hipertensi di Kelurahan Subangjaya wilayah kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi sebagian besar memiliki aktivitas fisik yang kurang terutama pada berolahraga dan aktivitas rumah tangga. Pada pertanyaan berolahraga responden menjawab kadang-kadang dan pada pertanyaan melakukan aktivitas rumah tangga responden menjawab jarang. Hal ini



84



dikarenakan sampel pada penelitian ini yaitu lansia yang berumur diatas 60 tahun sehingga untuk melakukan aktivitas fisik lansia sering mudah lelah sehingga dalam melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga dan mengerjakan aktivitas rumah tangga itu kadang-kadang dan jarang dilakukan sehingga mengakibatkan aktivitas fisik nya terhadap kegiatan sehari-hari dan berolahraga itu kurang. Hasil penelitian ini di dukung oleh penelitian yang di lakukan oleh (Ibrahim, 2014) Kurangnya aktivitas fisik meningkatkan resiko menderita hipertensi. Orang yang tidak aktif cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, makin besar dan sering otot jantung memompa, maka makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri sehingga tekanan darah akan meningkat. Aktivitas fisik yang baik dan rutinakan melatih otot jantung dantahanan perifer yang dapat mencegah



peningkatan



tekanan



darah.



Aktivitas



fisik



tidak



membutuhkan banyak biaya, kitacukup melakukan aktivitas fisik yang rutin



secara



teratur



minimal



30



menitperhari.



Hal



ini



bisa



mengurangiresiko meningkatnya tekanan darah dikarenakan aktivitas akan melebar kandiameter pembuluh darah (vasodilatasi) dan membakar lemak dalam pembuluh darah. Adapun salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik yaitu usia. Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berusia lanjut sebanyak 135 responden (80,3%). Peneliti



85



berpendapat bahwa semakin bertambahnya usia akan mempengaruhi lansia dalam melakukan aktivitas fisik karena semakin bertambah nya usia fungsi otot akan menurun secara alamiah. Selain umur, faktor lain yang mempengaruhi aktivitas fisik yaitu pekerjaan. Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tidak bekerja sebanyak 110 responden (65,5%), dan sebagian kecil responden memiliki pekerjaan petani yaitu sebanyak 2 responden (1,2%). Pekerjaan juga berhubungan dengan aktifnya tubuh dalam melakukan aktivitas fisik. Peneliti berpendapat orang yang bekerja secara fisik cenderung menurunkan resiko peningkatan tekanan darah. Penelitian ini menyatakan bahwa hipertensi mayoritas di derita oleh lansia yang tidak bekerja. 3.



Gambaran tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan



Subangjaya



wilayah



kerja



UPTD



Puskesmas



Sukabumi Kota Sukabumi Tabel 4.8 mendeskripsikan bahwa sebagian besar responden memiliki tekanan darah ringan sebanyak 85 responden (50,5%). Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan melalui pengukuran tekanan darah di dapatkan bahwa lansia penderita hipertensi di Kelurahan Subangjaya wilayah kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi sebagian besar memiliki hipertensi ringan (sistolik 140-160 mmHg dan diastolik 90-100 mmHg), sampel yang di



86



lakukan dalam penelitian ini yaitu lansia yang berumur diatas 60 tahun. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudarso et al., (2019) yang menjelaskan kondisi penyakit kardiovaskular terjadi seiring pertambahan usia dimana terjadi penurunan elastisitas dinding pembuluh darah arteri dan kekakuan pada pembuluh darah sistemik akibat penuaan. Hal ini nantinya akan berhubungan kelainan pada sistem kardiovaskuler yang akan menyebabkan lansia rentan mengalami gangguan pada tekanan darah seperti hipertensi. Dalam (J et al., 2020). Hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah. Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang terus-menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden penderita hipertensi berusia lanjut sebanyak 135 responden (80,3%). Hal ini sejalan dengan penelitian (Puspita et al., 2014), Menurut peneliti hipertensi disebabkan oleh berbagai macam faktor, bukan hanya dengan perilaku merokok, faktor yang paling sering ditemukan adalah faktor usia. Faktor ini merupakan salah



87



satu faktor terjadinya hipertensi dengan bertambahnya usia maka tekanan



darah



juga akan meningkat dimana dinding arteri akan



mengalami penebalan oleh adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit



dan menjadi kaku. hal ini telah jelas bahwa usia



merupakan salah satu faktor risiko hipertensi. Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden jenis kelamin perempuan sebanyak 135 responden(80,4 %). Peneliti berpendapaat bahwa wanita yang mengalami menopause merupakan salah satu faktor penyebab wanita beresiko memiliki tekanan darah lebih tinggi dari pada lakilaki. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni dan Eksanoto (2013) bahwa perempuan akan mengalami peningkatan risiko hipertensi setelah menopause yaitu usia diatas 45 tahun. Perempuan yang telah mengalami menopause memiliki kadar estrogen yang rendah sedangkan estrogen ini berfungsi meningkatkan kadar HDL yang sangat berperan dalam menjaga kesehatan pembuluh darah. Pada wanita menopause kadar estrogen yang menurun juga akan diikuti dengan penurunan kadar HDL jika tidak diikuti dengan gaya hidup yang baik juga.



88



Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berpendidikan terakhir SD sebanyak 106 responden (63,1%).



Tingkat



pendidikan



secara



tidak



langsung



juga



mempengaruhi tekanan darah. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap gaya hidup yaitu kebiasaan merokok, kebiasaan minum alkohol, dan kebiasaan melakukan aktivitas fisik seperti olahraga. Hasil Riskesdas tahun 2013 dalam Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2013) menyatakan bahwa penyakit hipertensi (tekanan darah tinggi) cenderung tinggi pada pendidikan rendah dan menurun sesuai dengan peningkatan pendidikan. Tingginya risiko terkena hipertensi pada pendidikan yang rendah, kemungkinan disebabkan karena kurangnya pengetahuan pada seseorang yang berpendidikan rendah terhadap kesehatan dan sulit atau lambat menerima informasi (penyuluhan) yang diberikan oleh petugas sehingga berdampak pada perilaku/pola hidup sehat (Anggara dan Prayitno, 2013 ). Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tidak bekerja sebanyak 110 responden (65,5%), dan sebagian kecil responden memiliki pekerjaan petani yaitu sebanyak 2 responden (1,2%). Berdasarkan data yang didapat sebagian besar responden adalah tidak bekerja. Peneliti berpendapat bahwa semakin rendahnya penghasilan seseorang maka semakin seseorang mengalami kenaikan tekanan darah, dimana faktor ekonomi sangat berperan



89



penting dalam menjaga status kesehatan seseorang , oleh karena itu seseorang yang tidak berpengahasilan tidak akan memperhatikan pola makan, sehingga usia lanjut yang tidak erpenghasilan gambpang terserang kenaikan tekanan darah. Menurut Depkes RI, 2014 penghasilan memang berkontribusi dalam kejadian kenaikan tekanan darah, dikarenakan pada status sosial ekonomi keluarga semakin baik maka akan semakin baik pula seseorang menjaga status kesehatanya. 4.



Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tekanan Darah Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi Berdasarkan hasil uji statistik analisa bivariat Chi-Square yang telah di lakukan menunjukan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi dengan p-value =0,000 (≤0,05). Hal ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh (Isra, et.al 2017) dengan penelitian nya yang berjudul Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Derajat Hipertensi Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Ranomuut Kota



Manado menyatakan bahwa terdapat



hubungan antara dukungan keluarga dengan derajat hipertensi dan di



dapatkan nilai p= 0,000.



90



Keluarga



adalah



semangat



bagi



lansia



untuk



mempertahankankan kesehatannya. Peran keluarga dalam merawat lansia



adalah



menjaga



kondisi



lansia,



mempertahankan



dan



meningkatkan status mental, mengantisipasi berubahnya ekonomi serta memberi motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spriritual bagi lansia, adanya dukungan keluarga memberikan kekuatan dan terciptanya rasa saling memiiki satu sama lain dalam keluarga tersebut untuk memenuhi kebutuhan perkembangan keluarga. Ada beberapa bentuk dukungan keluarga yaitu: dukungan penilaian, dukungan instrumental, dukungan informasi, dan dukungan emosional. Salah satu alasan penderita hipertensi gagal dalam mengontrol tekanan darah adalah kurangnya dukungan keluarga. Oleh sebab itu keluarga memilki peran yang sangat penting dalam memenejemen penyakit pasien, dimulai dari mendukung lansia melakukan aktivitas fisik, mengontrol pola makan harian dan keluarga harus memberikan dukungan emosional yang membantu menangani stess akibat penyakitnya,



dukungan



keluarga



akan



berhubungan



dengan



mengontrol tekanan darah yang lebih baik pada penderita hipertensi (Lestari, 2014). Hasil dari penelitian ini bahwa masalah yang terjadi pada anggota keluarga karena tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia pada tingkat keluarga, yang menyebabkan masalah dalam dukungan keluarga adalah tidak optimalnya tugas keluarga dalam bidang



91



kesehatan. Penelitian ini pun menemukan adanya dukungan keluarga cukup dan baik akan tetapi tekanan darah responden berat hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya kesadaran dari responden nya itu sendiri karena dukungan yang telah di berikan pun sudah cukup akan tetapi responden nya itu sendiri malas dalam melakukan pengobatan atau pun pengecekan tekanan darah secara rutin dan mengurangi konsumsi garam berlebih. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah kemampuan mengenal masalah



kesehatan,



kemampuan



merawat anggota



keluarga yang sakit, kemampuan memodifikasi lingkungan untuk keluarga agar tetap sehat optimal, serta kemampuan memanfaatkan sarana



kesehatan



yang tersedia



di



lingkungannya, apabila



keluarga dapat melaksanakan tugas keluarga dalam bidang kesehatan dengan baik maka pasien hipertensi dapat mengontrol tekanan darah dalam batas normal. 5.



Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi Berdasarkan hasil uji statistik analisa bivariat Chi-Square yang telah di lakukan menunjukan bahwa ada hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi dengan p-value =0,000 (≤0,05).



92



Hal ini sejalan dengan penelitian (Elvira & Anggraini, 2019), Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik (p-value = 0,014) dengan kejadian hipertensi pada pra lansia di Puskesmas Bojonggede tahun 2021. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Oktavia et al., 2021) menyatakan hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi (p=0,000