Indikasi Dan Kontraindikasi Ekstraksi Gigi [PDF]

  • Author / Uploaded
  • xx
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Indikasi dan Kontraindikasi Ekstraksi Gigi



Pencabutan Intra Alveolar • Pencabutan intra alveolar adalah pencabutan gigi atau akar gigi dengan menggunakan tang atau bein atau dengan kedua alat tersebut. Metode ini sering juga di sebut forceps extraction dan merupakan metode yang biasa dilakukan pada sebagian besar kasus pencabutan gigi • Dalam metode ini, blade atau instrument yaitu tang atau bein ditekan masuk ke dalam ligamentum periodontal diantara akar gigi dengan dinding tulang alveolar. Bila akar telah berpegang kuat oleh tang, dilakukan gerakan kea rah buko-lingual atau buko-palatal dengan maksud menggerakkan gigi dari socketnya. Gerakan rotasi kemudian dilakukan setelah dirasakan gigi agak goyang. Tekanan dan gerakan yang dilakukan haruslah merata dan terkontrol sehingga fraktur gigi dapat dihindari. (19,20)



Pencabutan Trans Alveolar



• Pada beberapa kasus terutama pada gigi impaksi, pencabutan dengan metode intra alveolar sering kali mengalami kegagalan sehingga perlu dilakukan pencabutan dengan metode trans alveolar. Metode pencabutan ini dilakukan dengan terlebih dahulu mengambil sebagian tulang penyangga gigi. Metode ini juga sering disebut metode terbuka atau metode surgical yang digunakan pada kasus-kasus: • Gigi tidak dapat dicabut dengan menggunakan metode intra alveolar • Gigi yang mengalami hypersementosis atau ankylosis • Gigi yang mengalami germinasi atau dilacerasi • Sisa akar yang tidak dapat dipegang dengan tang atau dikeluarkan dengan bein, terutama sisa akar yang berhubungan dengan sinus maxillaris. • Perencanaan dalam setiap tahap dari metode trans alveolar harus dibuat secermat mungkin untuk menghindari kemungkinan yang tidak diinginkan. Masing-masing kasus membutuhkan perencanaan yang berbeda yang disesuaikan dengan keadaan dari setiap kasus. Secara garis besarnya, komponen penting dalam perencanaan adalah bentuk flap mukoperiostal, cara yang digunakan untuk mengeluarkan gigi atau akar gigi dari socketnya, seberapa banyak pengambilan tulang yang diperlukan



Indikasi • • • • • • • • • •



Gigi supernumerary Gigi Impaksi Gigi yang diduga sebagai fokal infeksi Gigi yang mengalami nekrosis pulpa Gigi yang mengalami fraktur Alasan ortodontik Gigi pada garis fraktur rahang Gigi yang mengalami malposisi Gigi persisten Pre-radioterapi dan post-radioterapi



• Sisa akar gigi yang masih tertanam di dalam prosesus alveolaris • Gigi yang tidak dapat dirawat melalui apikoektomi atau apeks reseksi. • Gigi yang tidak dapat lagi dirawat melalui perawatan operative dentistry.



Kontraindikasi Starshak (1980) KI terbagi 2 A. Kontraindikasi lokal •. Impaksi dental akut •. Perawatan infeksi koronal akut thdp abses apikal •. Tumor ganas •. Gigi pada area radiasi •. Sinusitis maksilaris akut •. Malignancy oral



B. KI sistemik •. Penyakit sistemik yang tidak terkontrol •. Usia pasien •. Blood disease •. Kehamilan •. Penyakit jantung •. Nefritis •. Toksik goiter •. Jaudince



Indikasi



A. Gigi supernumerary Bhalajhi (2006;86) gigi supernumerary  kondisi dmn jumlah gigi lebih dari normal. Gigi biasanya memiliki bentuk dan jumlah yang tidak normal. Gigi supernumerary dengan btk normal = gigi supplemental) Tipe : a. Berdasarkan morfologi - conical  peg shape - tuberculate  barel shaped, invaginasi - supplemental  biasanya ditemukan pd akhir susunan gigi , ex: I lateral, P, M



b. Bdsrkn lokasi - Mesiodens : terletak antara I sentral - Distomolar : terletak papda distal molar - Paramolar : terletak antara gigi molar Akibat jika gigi supernumerary tidak diekstraksi : a. Menyebabkan rotasi gigi normal ex : mesiodens menyebabkan rotasi I sentral b. Diastema sentral  mesiodens yang gagal erupsi , benihnya terletak antara I sentral menyebabkan diastema c. Crowding  gigi supplemental I lateral d. Gigi impaksi karena kekurangan ruangan akibat gigi supernumerary



Indikasi



B. Gigi Impaksi  gigi yang mengalami gangguan erupsi karena terhalang oleh gigi sebelahnya atau tulang sekitar yang terlalu padat. Akibat dan gigi impaksi adalah terjadinya komplikasi seperti radang, kista, karies pada gigi yang bersangkutan atau bersebelahan. Gigi yang impaksi harus dipertimbangkan untuk dilakukan pencabutan. Jika terdapat sebagian gigi yang impaksi maka oklusi fungsional tidak akan optimal karena ruang yang tidak memadai, maka harus dilakukan bedah pengangkatan gigi impaksi tersebut. Namun, jika dalam mengeluarkan gigi yang impaksi terdapat kontraindikasi seperti pada kasus impaksi tulang penuh pada pasien dengan usia lanjut, maka gigi impaksi tersebut dapat dibiarkan.



Indikasi



C. Gigi yang diduga sebagai fokal infeksi Pada umumnya gigi yang dicurigai sebagai fokus infeksi adalah gigi yang nonvital, akan tetapi gigi vital juga dapat menjadi sumber infeksi yang berasal dan jaringan pendukungnya. D. Gigi yang mengalami nekrosis pulpa Dengan kondisi perawatan endodontik yang telah dilakukan ternyata gagal untuk menghilangkan rasa sakit sehingga diindikasikan untuk pencabutan.



Indikasi



E. Gigi yang mengalami fraktur Fraktur kelas VI -perpindahan gigi / tanpa fraktur mahkota /akar -fraktur pada akar gigi baik 1/3 ujung akar/bagian tengah akar Fraktur kelas VIII -Fraktur memanjang mahkota-akar F. Alasan Orthodontic Pasien yang akan menjalani perawatan ortodonsi sering membutuhkan pencabutan gigi untuk memberikan ruang untuk keselarasan gigi. Gigi yang paling sering diekstraksi adalah premolar satu rahang atas dan bawah, tapi premolar ke-dua dan gigi insisivus juga kadang-kadang memerlukan pencabutan dengan alasan yang sama.



Indikasi



G. Gigi pada garis fraktur rahang kondisi gigi yang terlibat dalam garis fraktur dapat dipertahankan, tetapi jika gigi terluka maka pencabutan mungkin diperlukan untuk mencegah infeksi. H. Gigi yang mengalami malposisi Gigi yang mengalami malposisi dapat diindikasikan untuk pencabutan dalam situasi yang parah. Jika gigi mengalami trauma jaringan lunak dan tidak dapat ditangani oleh perawatan ortodonsi, gigi tersebut harus diekstraksi. Contoh umum ini adalah molar ketiga rahang atas yang keluar kearah bukal yang parah dan menyebabkan ulserasi dan trauma jaringan lunak di pipi. Dalam situasi gigi yang mengalami malposisi ini dapat dipertimbangkan untuk dilakukan pencabutan.



Indikasi I. Gigi sulung persisten gigi yang persisten dapat menyebabkan impaksi pada gigi permanen sehingga mengganggu estetik dan oklusi fungsional. J. Pre-radioterapi dan post-radioterapi Pd pasien yang akan mendapatkan perawatan radioterapi pada RM harus dilakukan ekstraksi gigi terlebih dahulu pada daerah yang akan diradioterapi. Radioterapi dapat menyebabkan efek negatif terhadap perawatan , ex: karies radiasi, mukositis, candidiasis oral, pendarahan ggv, nekrosisi jaringan lunak dan xerostomia. Rencana perawatan mempertimbangkan kondisi dan waktu ekstraksi. Untuk gigi dengan restorasi yg sudah cukup lama/tidak baik lagi maka diindikasikan untuk ekstraksi, 3 minggu sebelum radioterapi.



3 minggu merupakan waktu yang cukup untuk pembetukan osteoid di socket dan pembetukan epitel setelah ekstraksi. Osteoid  matrix tulang yang belum terkalsifikasi dan blm mengandung mineral Postradioterapi Setelah terapi, terjadi peningkatan resiko xerostomia  karies  ekstraksi Resiko terjadinya osteoradionekrosis pada ekstraksi gigi post radioterapi cukup tinggi hinggan perlu dipertimbangkan waktu yang tepat untuk ekstraksi Waktu yang tepat untuk ekstraksi  Preradioterapi



Indikasi H. Sisa akar gigi yang masih tertanam di dalam prosesus alveolaris  untuk menghilangkan fokus infeksi atau iritasi mekanis yang berasal dan sisa akar. I. Gigi yang tidak dapat dirawat melalui apikoektomi atau apeks reseksi.  Apikoektomi adalah tindakan bedah yang bertujuan untuk menghindari ekstraksi gigi pada gigi yang mendenta infeksi atau trauma dengan memotong dan membuang sepertiga ujung akar gigi beserta jaringan periapikalnya J. Gigi yang tidak dapat lagi dirawat melalui perawatan operative dentistry.  Indikasi untuk eksodonsia tergantung pada perluasan karies; makin luas struktur gigi yang terlibat makin rapuh struktur giginya, makin tinggi kemungkinan gigi untuk diekstraksi.



Kontra Indikasi



Kontraindikasi lokal a. Impaksi dental akut b. Perawatan infeksi koronal akut thdp abses apikal Pada abses apikal : drainase abses dilakukan bersamaan denganpencabutan gigi Pada infeksi perikoronal : infeksi menyebar  sepsis, jika gigi dicabut dalam fase akut. Sebelum ekstraksi dilakukan pemberian antibiotik 24-48 jam, drainase dan irigasi abses. c. Tumor ganas d. Gigi pada area radiasi e. Sinusitis maksilaris akut kontra indikasi eksodonsia premolar dan molar maksila.



Kontra Indikasi



f. Malignancy oral Pada malignansi oral yang mendapatkan terapi radiasi atau kemoterapi aktivitas sel-sel jaringan rendah, seliingga daya resistensinya kurang terhadap infeksi. Eksodonsia yamg dilakukan akan menyebabkan penyembuhan jaringan yang tidak baik bahkan dapat terjadi osteoradionekrosis. Apabila perawatan radiasi memang terpaksa harus dilakukan pencabtan terlebih dahulu pada area tersebut. Dikhawatirkan pencabutan akan menyebabkan pertumbuhan lebih cepat dari keganasan itu. Sehingga luka bekas ekstraksi gigi sulit sembuh. Jadi keganasannya harus diatasi terlebih dahulu



g. Gigi yang masih dapat dirawat/dipertahankan dengan perawatan konservasi, endodontik dan sebagainya



Kontra Indikasi



KI sistemik a. Penyakit sistemik yang tidak terkontrol ex : DM, nefritis dan hepaitis , dapat menghasilkan infeksi jaringan dan penyembuhan yang tidak sempurna jika dilakukan ekstraksi. b. Usia pasien Usia pasien yang terlalu muda menjadi KI untuk anestesi Usia pasien yang terlalu tua  kooperati fan lamanya proses penyembuhan c. Blood disease Pd Pasien yang mengidap kelainan darah seperti leukemia, haemoragic purpura, hemophilia dan anemia, jika dilakukan ekstraksi gigi maka akan terjadi gangguan pembekuan darah/ penyembuhan luka bekas daerah ekstraksi d. Kehamilan Kehamilan. pada trimester 1 dan 3 karena obat-obatan pada saat itu mempunyai efek rendah terhadap janin. Waktu untuk ekstraksi adalah trimester tengah / antara akhir trimester 1 dan awal dari timester akhir ( bulan 3-7)



Kontra Indikasi



e. Penyakit jantung Katup jantung yang sudah mengalami kerusakan merupakan tempat transit bakteri Streptokokus Vindans yang umumnya dapat ditemui dalam aliran darah sesudah dilakukan eksodonsia. Kuman tersebut akan masuk kedalam jantung melalui katup sehingga akan terjadi keadaan yang disebut Subacute Bacterial Endocarditis f. Nefritis  bila dilakukan ekstraksi gigi akan menyebabkan keadaan akut g. Toksik goiter Pada penderita ini tidak boleh dilakukan tindakan bedah mulut termasuk eksodonsia, karena dapat menyebabkan keadaan krisis tiroid yang disertai dengan cardiac embrasment dan kegagalan jantung. Penderita sebaiknya dirujuk ke dokter ahli untuk mendapatkan perawatan sebelum menerima tindakan bedah. h. Jaudince Tanda-tandanya adalah kulit berwarna kekuning-kuningan desebut bronzed skin, konjungtiva juga berwama kekuningan, juga mukosa rongga mulut. Tindakan eksodonsia pada penderita akan menyebabkan prolonged haemorrhage yaitu perdarahan yang berlangsung lama, maka sebelum pencabutan gigi sebaiknya penderita dirujuk dulu ke dokter ahli untuk mendapatkan perawatan.