5 0 82 KB
INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4% I.
TUJUAN Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan cara pembuatan sediaan injeksi aminophyllin.
II. TINJAUAN PUSTAKA Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melaluui selaput lendir. Injeksi dapat berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk steril yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan. Injeksi dapat digolongkan menjadi : 1.Injeksi intrakutan atau intradermal (i.c) 2.Injeksi subcutan atau hipoderma (s.c) 3.Injeksi intramuskulus (i.m) 4.Injeksi intravenus (i.v) 5.Injeksi intraarterium (i.a) 6.Injeksi intrakor atau intrakardial (i.k.d) 7.Injeksi intrarektal (i.t) 8.Injeksi intratikulus 9.Injeksi subkonjungtiva 10.Injeksi yang digunakan lain : a.Intraperitonial (i.p) b.Peridural (p.d) c. Intrasisternal (i.s) Syarat – syarat obat suntik : Aman Harus jernih Tidak berwarna Sedapat mungkin isohidris Sedapat mungkin isotonis Harus steril Bebas pyrogen ( Anief, 1997 ) Cara sterilisasi sediaan injeksi : a.Pemanasan dalam autoklaf b.Pemanasan dengan bakterisida c. Penyaringan d.Pemanasan kering Teknik aseptic. Proses aseptik adalah cara pengurusan bahan steril menggunakan teknik yang dapat memperkecil kemungkinan terjadinya cemaran kuman hingga seminimum mungkin. Teknik aseptic dimaksudkan digunakan untukdigunakan dalam pembuatan injeksi yang tidak dapat dilakukan proses sterilisasi akhir karena ketidakmampuan zatnya. ( Anonim, 1979)
Larutan
injeksi
memiliki
suatu
keakraban
yang
mmemadai
perbandingannya dengan cairan darah, cairan jaringan atau cairan air mata, diisotonisasikan, artinya diatur pada penurunan titik bekuyang sama dibandingkan dengan air murni. Cairan darah dan cairan jaringan memiliki tekanan
osmotiknya
sendiri.
Jika
hanya
sejumlah
kecil
cairan
diinjeksikanke dalam vena sama sekali tidak menimbulkan nyeri atau rangsangan juga jika larutan yang tidak isotonis oleh karena berlangsung suatu pengenceran yang cepat. Jika larutan hipotonis dibawa ke dalam aliran darah, maka air melintasimembran semipermiabel dari eritrosit. Dengan ini tidak dapat tidak terjadisuatu peningkatan volume dari tubuh darah
berkaitandengan
suatu
peningkatan
tekanan
dalam.
Larutan
hpertonis yang mnegarahkan kepada suatu hilangnyaair dari tubuh darah sehingga mereka mengkerut menghasilkan plasmolise. Jika terdapat larutan isotonis dapat , tidak berlangsung suatu pertukaran cairanmelalui membrane. (Voigt, 1971) Aminofillin (teofillin, etilendiamin, Euphhyllin Byk )adalah garam yang dalam darah membebaskan teofillin kembali. Bersifat basa dan sangat merangsangselaput lendir, maka secara oral sering mengakibatkan gangguan-gangguan
lambung
(
mual
muntah),
bgitu
pula
pada
penggunaan supositoria dan injeksi intramuscular (nyeri!). Pada serangan asma digunakan sebagai injeksi i.v 1 gram aminophyllin 0=0,85 teofillin 0 aq. Dosis : oral 2-4 kali sehari175 – 350 mg dragee tanpa dikunyah, i.v pada serangan hebat 240 mg, rekatal 2 – 3 kali sehari360 mg. Dosis maksimal 1,5 sehari. (Tjay dan Rahardja, 1986 ) III. METODE KERJA A. Alat dan Bahan Alat : - Autoclave - Inkubator - Glassware - Ampul - Timbangan Bahan : -
Teofilin Etilendiamin Aqua p.i Karbo adsorben
-
Metilen blue Penol
B. Formula R/ Teofilin 2,0 g Etilendiamin 0,55 g Aqua p.i ad 100 ml C. Pemerian Bahan D. Cara Kerja E. Pembahasan Cara Kerja IV.
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Percobaan B. Perhitungan C. Analisis Data DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta Anonim, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia : Jakarta
Tjay hoan tan dan Kirana Rahardja, 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Pengggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya Edisi VI. Departemen Kesehatan Republik Voight
Rudolf,
1971.
Buku
Indonesia : Jakarta Pelajaran
Teknologi
Farmasi
Edisi
V.
Diterjemahkan Oleh Dr. Soendani Noerono. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta