Injeksi Intramuskular [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

INJEKSI INTRAMUSKULAR Posted on April 9, 2016 by bidanheppyaprilina BAB I PENDAHULUAN 



Latar Belakang



Intramuskular (IM), rute IM memungkinkan adsorbsi obat yang lebih cepat daripada rute SC karena pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot. Bahaya kerusakan jaringan berkurang ketika obat memasuki otot yang dalam tetapi bila tidak berhati-hati ada resiko menginjeksi obat langsung ke pembuluh darah. Dengan injeksi di dalam otot yang terlarut berlangsung dalam 1030 menit, guna memperlambat adsorbsi dengan maksud memperpanjang kerja obat, seringkali digunakan larutan atau suspensi dalam minyak umpamanya suspense penicilin dan hormone kelamin. 



Ruang Lingkup Penulisan







Pengertian pemberian obat secara IM



2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



Tujuan pemberian secara IM Indikasi pembrian obat secara IM Kontra indikasi pemberian obat secara IM Daerah penyuntikan IM Persiapan alat dn bahan dalam pemberian obat secara IM Hal-hal yang harus diperhatikan dalam IM Prosedur pelaksanaan dan penyuluhan pasien Contoh kasus







Tujuan Penulisan



Tujuan penulisan makalah ini sebagai pembelajaran tentang bagaimana proses pemberian obat secara intramuskular secara benar dan tpat sehingga tidak beresiko bagi pasien dan petugas kesehatan. 



Metode Penulisan



Data penulisan makalah ini diperoleh dengan metode studi kepustakaan. Metode studi kepustakaan yaitu suatu metode dengan membaca pustaka tentang sistem pemberian obat secara intramuskular. Selain itu, tim penulis juga memperoleh data dari CI Ruang Rawat Bedah (RRB) serta dari interne yang merupakan metode yang dapat mempermudah memperoleh informasi yang dibutuhkan. BAB II



TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pemberian Obat Secara Intramuskular Pengertian pemberian obat secara intramuskular adalah pemberian obat/cairan dengan cara dimasukkan langsung kedalam otot (muskulus). Pemberian obat dengan cara ini dilakukan pada bagian tubuh yang berotot besar, agar tidak ada kemungkinan untuk menusuk saraf, misalnya pada bokong dan kaki bagian atas atau pada lengan bagian atas. Pemberian obat seperti ini memungkinkan obat akan dilepas secara berkala dalam bentuk depot obat. Jaringan intramuskular terbentuk dari otot yang bergaris yang mempunyai banyak vaskularisasi aliran darah tergantung dari posisi otot ditempat penyuntikan. 



Tujuan pemberian obat secara intramuskular



Tujuan pemberian obat secara intramuskular yaitu agar obat diabsrorbsi tubuh dengan cepat. 



Indikasi dalam pemberian obat secara intramuskular



Indikasi pemberian obat secara intramuskular biasa dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberika obat secara oral, bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, benjolan tulang, otot atau saraf besar dibawahnya. Pemeberian obat secara intramuskular harus dilakukan atas perintah dokter. 



Kontra indikasi dalam pemberian obat secara intramuskular



Kontra indikasi dalam pemberian obat secara intramuskular yaitu: infeksi, lesi kulit, jaringan parut, benjolan tulang, otot atau saraf besar dibawahnya. 



Daerah penyuntikan dalam pemberian obat secara intramuskular



1. Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara anjurkan pasien untuk berbaring telentang dengan lutut sedikit fleksi. 2. Pada ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk miring, tengkurap atau telentang dengan lutut atau panggul miring dengan tempat yang diinjeksi fleksi. Area ini paling banyak dipilih untuk injeksi muscular karena pada area ini tidak terdapat pembuluh darah dan saraf besar. 3. Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap dengan lutut diputar kearah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fleksi dan diletakkan di depan tungkai bawah. 4. Pada daerah deltoid (lengan atas) dengan cara anjurkan pasien untuk duduk atau berbaring mendatar lengan atas fleksi. 



Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemberian Obat Secara Intramuskular



1. Tempat injeksi



2. 3. 4. 5. 6. 7.



Jenis spuit dan jarum yang digunakan Kondisi atau penyakit klien Obat yang tepat dan benar Dosis yang diberikan harus tepat Pasien yang tepat Cara atau rute pemberian obat harus tepat dan benar







Alat dan Bahan Dalam Pemberian Obat Secara Intramuskular



1. Daftar buku obat/catatan dan jadwal pemberian obat 2. Obat yang dibutuhkan (obat dalam tempatnya) 3. Spuit dan jarum suntik sesuai dengan ukuran. Untuk orang dewasa panjangnnya 2,5-3 cm dan untuk anak-anak panjangnya 1,25-2,5 cm. 4. Kapas alkohol 5. Cairan pelarut/aquabidest steril 6. Bak instrument/ bak injeksi 7. Gergaji ampul (bila diperlukan) 8. Nierbekken 9. Handscoon 1 pasang 



Prosedur Kerja Pemberian Obat Secara Intramuskular



1. Mencuci tangan 2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan 3. Ambil obat dan masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosisnya. Setelah itu letakkan dalam bak injeksi. 4. Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan (perhatikan lokasi penyuntikan) 5. Desinfekasi dengan kapas alkohol pada tempat yang akan dilakukan injeksi. 6. Lakukan penyuntikan: 7. Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara anjurkan pasien untuk berbaring telentang dengan lutut sedikit fleksi. 8. Pada ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk miring, tengkurap atau telentang dengan lutut atau panggul miring dengan tempat yang diinjeksi fleksi. Area ini paling banyak dipilih untuk injeksi muscular karena pada area ini tidak terdapat pembuluh darah dan saraf besar. 9. Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap dengan lutut diputar kearah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fleksi dan diletakkan di depan tungkai bawah. 10. Pada daerah deltoid (lengan atas) dengan cara anjurkan pasien untuk duduk atau berbaring mendatar lengan atas fleksi. 11. Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus. 12. Setelah jarum masuk lakukan inspirasi spuit,bila tidak ada darah yang tertarik dalam spuit maka tekanlah spuit hingga obat masuk secara berlahan-lahanhingga habis. 13. Setelsh selesai tarik spuit dan tekan sambil dimasase penyuntikan dengan kapas alcohol,kemudian spuit yang telah di gunakan letakkan dalam bengkok. 14. Catat reaksi pemberian jumlah dosis dan waktu pemberian



15. Cuci tangan 



Prosedur Pelaksanaan Pemberian Obat Secara IM (Intra Muskuler) dan Penyuluhan Pasien



Penyuluhan pasien,memungkinkan pasien untuk minum obat dengan aman dan efektif. 1. Tahap PraInteraksi 2. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada 3. Mencuci tangan 4. Menyiapkan obat dengan benar 5. Menempatkan alat di dekat klien dengan benar 6. Tahap Orientasi 7. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik 8. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/klien 9. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan 10. Tahap Kerja 11. Tahap Terminasi 12. Melakukan evaluasi tindakan 13. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya 14. Membereskan alat-alat 15. Berpamitan engan klien 16. Mencuci tangan 17. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan BAB III TINJAUAN KASUS 1. Biodata pasien Nama



: Tn “ M ”



Umur



: 55 tahun



Pekerjaan



: Petani



Agama



: Islam



Alamat



: Desa Purwodadi



2. Keluhan Utama Pasien mengatakan adanya benjolan pada skrotum sebelah kanan yang sudah dirasakan 1 tahun ini.



3. Diagnosa Medis Tn “ M ” Usia 55 Tahun dengan Hernia Scrotalis Dextra 4. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Hari/Tanggal



: Selasa, 18 Maret 2014



Jam



: 12.00 WIB



Tempat



: Ruang Rawat Bedah/RSUD Padangsidimpuan



Pembimbing lapangan



: Hanti Fitiani, AmK (Staf RRB)



Oleh



: Kelompok II



5. Langkah-langkah tindakan dan hasilnya: 6. Persiapan alat   



Spuit sesuai ukuran Obat Xylomidon 2 cc/8 jam Obat Duradryl 2cc/8 jam (anti histamin)



Pengguanaan secara IM jarang menimbulkan efek samping sehingga cara ini paling digunakan.    



1. 2. 3. 4. 5.



sering



Kapas alkohol Bengkok Tempat sampah Buku catatan dan alat tulis



Persiapan pasien Memberi salam pada pasien Menganjurkan pasien untuk tidur tengkurap pada tempat yang telah disediakan Langkah-langkah tindakan Petugas mencuci tangan di air yang mengalir dengan menggunakan sabun dan dikeringkan dengan handuk kering dan bersih 6. Memperhatikan lingkungan pasien untuk menjaga privasi pasien 7. Melakukan anamnese pada pasien 8. Membuka spuit dari kemasan dan memasukkan obat kedalam spuit (jangan ada gelembung udara dalam spuit) 9. Mengatur posisi pasien (ventrogluteal) dan membebaskan daerah yang akan disuntikkan dari pakaian pasien 10. Menentukan tempat penyuntikan yaitu pada daerah bokong dengan menarik garis lurus dari SIAS menuju Os Coccygeus, dibagi 3 bagian lalu diambil 1/3 bagian pertama dari SIAS



11. Mendesinfekasi bagian yang akan disuntik dengan kapas alcohol 12. Meregangkan daerah yang akan disuntik dengan jari telunjuk dan ibu jari 13. Memasukkan jarum ke posisi tegak lurus 900 dan cepat sedalam 2/3 bagian jarum 14. Memasukkan obat secara perlahan-lahan 15. Telunjuk tangan kiri menekan bekas suntikan dengan kapas alcohol dan tangan kanan mencabut jarum dengan cepat. 16. Menekan daerah yang telah disuntik dan mengadakan komunikasi dengan klien bahwa proses sudah selesai dikerjakan. 17. Merapikan baju pasien dan menata lingkungan 18. Mengembalikan alat pada tempatnya 19. Membuang bekas spuit dan jarum ke safety box, tutup spuit dibuang ke sampah medis 20. Mencuci tangan dengan sabun pada air yang mengalir dengan cara menggunakan 7 langkah dan dikeringkan dengan handuk kering dan bersih. 21. Mencatat tindakan yang sudah dilakukan 22. 7. Hasil tindakan – Klien merasa lega dan puas – Keadaan pasien baik tidak mengalami pusing 8. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Menganjurkan pada pasien untuk melakukan kompres hangat pada area yang dilakukan penusukan, apabila masih terasa nyeri/bengkak, untuk mengurangi rasa nyeri tersebut. BAB IV PEMBAHASAN 1. Menurut teori dalam persiapan alat ada bak instrumen kecil yang telah diberi alas, Sedangkan dilapangan tidak memakai bak instrumen. Jadi persiapan alat antara teori dan praktek dilapangan ada kesenjangan, keefisiensi waktu dan banyaknya pasien yang menunggu merupakan faktor utama penyebab terjadinya kesenjangan. 2. Pada saat persiapan pasien, terjadi kesenjangan antara teori dan praktek. Bidan tidak memberikan salam dam memperkenalkan diri, keefisieni waktu dan banyaknya pasien yang menunggu merupakan faktor utama penyebab terjadinya kesenjangan tersebut. 3. Pada saat melakukan tindakan 4. Setiap melakukan suatu tindakan injeksi, petugas tidak selalu mencuci tangan, tetapi hanya di awal/pasien pertama saja. Hal ini dikarenakan sudah ada pasien lain yang menunggu dan untuk keefisienan waktu. Selain itu handuk yang digunakan untuk mengeringkan tangan bukan handuk sekali pakai, melainkan handuk yang setiap kali digunakan untuk mengeringkan tangan sesudah selesai melakukan tindakan, untuk setiap orang yang memakai. Petugas juga tidak selalu memperkenalkan diri pada setiap pasien, yang sekali lagi disebabkan dengan tujuan efisiensi waktu.



5. Menurut teori selesai melakukan tindakan spuit harus di spool dengan larutan clorin sebelum dibuang, sedangkan di lapangan tidak dilakukan karena spuit langsung dibuang di safety box. Karena spuit yang digunakan memakai spuit disposibble. BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan 1. Pasien yang di periksa adalah Tn. “M “ usia 55 tahun. 2. Diagnosa medis Tn. “ M “ usia 55 tahun dengan Injeksi Intra muscular Xylomidon 2cc dan Duradryl 2cc setiap 8 jam sekali. 3. Dalam melakukan tindakan injeksi IM tersebut ada beberapa kesenjangan antara teori yang di dapat dengan kenyataan pada praktik di lapangan. 4. Setelah di lakukan tindakan keadaan pasien baik tidak mengalami pusing, pasien merasa lega dan puas 5.2. Saran 1. Lahan Praktek Diharapkan bagi lahan praktek untuk terus meningkatkan mutu pelayanan pada masyarakat/pasien sekitar guna meningkatkan kesejahteraan kesehatan pasien. 1. Mahasiswa Diharapkan bagi mahasiswa lebih meningkatkan ilmu pengetahuan, lebih banyak membaca buku tentang kesehatan, serta dapat memahami dan menerapkan tindakan sesuai dengan teori. 1. Institusi Institusi pendidikan sebagai tempat untuk mencari ilmu, diharapkan dapat menjadi tempat pengembangan ilmu khususnya tentang injeksi yang sering dijumpai dalam lahan praktek. DAFTAR PUSTAKA Ceklist Akbid Brawijaya Husada (2011). Injeksi intramuscular Potter, Perry. Ganiswara (2005). Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Famakologi, FKUI Ratna Ambarwati, Eni (2009). KDPK Kebidanan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Kawan Pustaka Saifudin, Abdul Bani (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo



Tjay, T.H (2009). Faktor Patofisiologi Tubuh. Http://liew.267.wordpress.com/ pengaruh cara pemberian terhadap absorbs obat/ diakses tanggal 26 Agustus 2011 Uliyah, Musrifatul dkk (2008). Ketrampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta: Salemba Medik