Instruksi Kerja [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

INSTRUKSI KERJA Pemeriksaan Glukosa Pada Urine (Manual)



NO. DOKUMEN NO. REVISI TANGGAL HALAMAN



01 01/01/20 -



Pelaksana



Staf Laboratorium Kimia Klinik



Metode



Reduksi Benedict Glukosa dalam urine dapat mereduksi ion cupri menjadi ion cupro pada larutan, sehingga terjadi perubahan warna kuning menjadi merah bata. Mengetahui sejumlah glukosa yang terdapat didalam urin 1. Mikropipet



Prinsip Tujuan



2. Penjepit



Alat



3. Tabung reaksi



Ragen / Bahan Cara Kerja



Larutan Benedict 1. Masukan 2,5 ml larutan benedict kedalam tabung reaksi. 2. Tambahkan 4 tetes urine. 3. Lalu panaskan hingga mendidih menggunakan bunsen. 4. Ankat tabung, kocok isinya dan baca hasilnya.



Interpretasi Hasil



Negatif (-) :Tetap biru / sedikit kehijauan Positif + (1) Hijau kekuninggan Positif ++ (2) Kuning Positif +++ (+3) Jingga Positif ++++ (+4) Merah Bata



Nilai Normal Daftar Pustaka



Glukosa urine : Negatif Gandasoebrata, R. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat. Jakarta 1968. Disetujui



Dibuat Oleh



Penanggung Jawab Laboratorium



Menejemen Laboratorium



Pra Analitik, Analitik, dan Pasca Analitik



A.



Pra Analitik Dapat dikatakan sebagai tahap persiapan awal, dimana tahap ini sangat menentukan kualitas sampel yang nantinya akan dihasilkan dan mempengaruhi proses kerja berikutnya. Yang termasuk dalam tahap Pra Analitik meliputi Kondisi pasien, cara dan waktu pengambilan sampel, perlakuan terhadap proses persiapan sampel sampai sampel selesai dikerjakan. B.



Analitik Analitik adalah tahap pengerjaan pengujian sampel sehingga diperoleh hasil pemeriksaan. Tahap ini harus ekstra teliti dalam memulai pemeriksaan laboratorium, yang termasuk dalam tahapan analitik antara lain : 1. Pemeriksaan spesimen 2. Pemeliharaan dan Kalibrasi alat 3. Uji kualitas Reagen 4. Uji Ketelitian 5. Uji Ketepatan C.



Pasca Analitik Pasca analitik ialah tahap akhir pemeriksaan yang dikeluarkan untuk meyakinkan bahwa hasil pemeriksaan yang dikeluarkan benar – benar valid atau benar. Pra analitik sangat berpengaruh terhadap kualitas sampel walaupun tidak dapat dinyatakan secara kuantitas. Tahap pra analitik ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor sehingga jika terjadi kesalahan pada hasil pemeriksaan sangat sulit untuk ditelusuri atau dilacak. Oleh karenanya sebagai petugas laboratorium harus benar – benar berusaha bekerja sesuai dengan petunjuk pelaksanaan kerja sehingga meminimalisasi terjadinya kesalahan. Disamping faktor pengerjaan dari internal pada tahap pra analitik juga sangat tergantung pada kondisi pasien saat itu, kejujuran dan kelengkapan pasien dalam memberi informasi, kondisi sampel itu sendiri, suasana lingkungan dan bahan pembantu yang digunakan. Adapun faktor – faktor yang pada umumnya berpengaruh pada tahap pra analitik antara lain : 1. Kondisi pasiena.    a. Riwayat penyakit yang diderita pasien, penyakit turunan ataupun kelainan bawaan tentunya akan mempengaruhi kondisi tubuh pasien tersebut. b. Berat badan, tinggi badan, luas permukaan tubuh. Kondisi fisik pasien secara spesifik tentunya akan berbeda dan memberi pengaruh antar individu. c. Kondisi pasien yang sedang fit atau tidak. Kondisi pasien saat pemeriksaan tentunya akan mempengaruhi kondisi sampel yang diberikan. d. Kelainan – kelainan yang diderita oleh pasien. Jika pasien memiliki kelainan maka tentunya akan mempengaruhi kondisi pasien juga sampel dari pasien tersebut. e. Aktivitas fisik pasien. Aktifitas yang dilakukan pasien dapat meningkatkan kadar – kadar tes tertentu. f. Gaya hidup pasien, kebiasaan pasien yang tentunya juga akan mempengaruhi kondisi sampel, contohnya pada pasien yang memiliki kebiasaan merokok, hal ini dapat meningkatkan hasil/kadar pada pemeriksaan tumor marker. 2. Lama puasa pasien (Untuk pemeriksaan tertentu  yang memerlukan puasa) Lama puasa pasien sangat mempengaruhi  hasil pemeriksaan, misalnya pada pemeriksaan glukosa puasa jika pasien berpuasa  > 14 jam maka hasil pemeriksaan glukosa



tidak akan memperlihatkan kondisi sebenarnya, begitu juga pada pemeriksaan gula 2 jam PP jika pasien diambil darah > 10 menit pada 2 jam setelah makan maka hasil pemeriksaan tidak akan menggambarkan kondisi glukosa darah pasien yang sesungguhnya. 3. Asupan makanan dan obat – obatan yang dikonsumsi Asupan makanan dan obat – obatan tentunya akan mempengaruhi hasil pemeriksaan, contohnya : obat – obatan penurun kadar lemak ternyata  mempengaruhi hasil pemeriksaan kretinin kinase; makan makanan yang berlemak tentunya akan mempengaruhi kolesterol total; kopi dapat meningkatkan kadar kreatinin. 4. Hal – hal yang perlu diperhatikan pada saat pengambilan sampel : a. Serum atau Plasma : pengambilan darah harus dilakukan secara tepat, gunakan bahan pembantu yang benar dan berkualitas baik b. Whole Blood : pengambilamn darah harus dilakukan secara tepat, gunakan bahan pembantu yang benar dan memiliki kualitas baik, jaga stabilitas sampel, kondisi lingkungan disesuaikan dengan persyaratan. c. Urine : perhatikan cara penampungan yang benar, pengawetan yang digunakan haruslah tepat, gunakan wadah yang bersih dan bebas ketoaminan, stabilitas sampel terjaga baik. d. Cairan lain : sampel yang diambil haruslah yang tepat, cara pengambilan haruslah yang benar, gunakan bahan pembantu yang benar dan berkualitas baik, penyimpanan sampel benar. e. Swab, pus (cairan pada nanah/luka) : ketepatan sampel yang diambil, sterilitas bahan pembantu dan lingkungan. Sampel yang diambil haruslah sampel yang sesuai/tepat dengan jenis pemeriksaannya, cara pengambilan sampelpun harus benar. Penggunaan bahan pembantu yang tidak tepat tentunya akan merusak sampel. Kondisi lingkungan seperti suhu, kebersihan tentunya mempengaruhi stabilitas dan kualitas sampel sehingga dapat berakibat terhadap hasil pemeriksaan. Kualitas bahan pembantu juga mempengaruhi hasil karena jika kualitasnya tidak baik tentunya dapat merusak sampel dan atau menurunkan kualitas yang ada. 5. Proses persiapan sampel Cara mempersiapkan sampel tentunya sangat berpengaruh terhadap kualitas sampel yang ada, contohnya : waktu yang dibutuhkan dalam membekukan darah untuk memperoleh serum harus tepat 30 – 60 menit, pemutaran sampel untuk mendapatkan serum yang tepat haruslah sesuai aturan misalnya pada pemeriksaan kimia rutin, darah harus diputar dengan kecepatan 1000 g selama 10 menit. Hal inipun harus didukung oleh alat yang dalam kondisi maksimal seperti alat sentrifuge yang dipergunakan harus memiliki kecepatan dan timer yang sesuai dalam batas persyaratan.