Intellectual Capital-Makalah Seminar Akuntansi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Makalah Peranan Intellectual Capital terhadap Perusahaan dalam Praktik Akuntansi DOSEN PENGAMPU : Dr. E. Hamonangan Siallagan, SE., M.Si.



Disusun oleh Kelompok Intellectual Capital 1. Ondo Johan H Siregar



(18510187)



2. Rosalinda Noviani Naibaho



(18510142)



3. Kelvin Dwiputra Siregar



(18510161)



PRODI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN T.A. 2021/2022



KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan nikmat kepada setiap umat-Nya terutama nikmat iman, umur serta kesempatan sehingga pada kesempatan ini kami dapat menyelesaikan tugas perkuliahan pada mata kuliah berupa Makalah Modal Intelektual dalam Penerapan Akuntansi sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Kemudian kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu yang telah memberikan tugas ini sekaligus pembinaanya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan baik sesuai dengan apa yang diketahui oleh kami. Sebagai insan biasa kami menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan Makalah Modal Intelektual dalam Penerapan Akuntansi jika ada kesalahan dalam penulisan, kesalahan dalam penggunaan kata, kesalahan dalam pengungkapan materi. Namun kami menyadari juga bahwa sedikitpun ilmu pasti akan berguna, sehingga dari kata itu tercermin bahwa kami harapkan Makalah Modal Intelektual dalam Penerapan Akuntansi dapat memberikan informasi kepada pembaca. Demikian kata pengantar ini kami susun semoga Makalah Modal Intelektual dalam Penerapan Akuntansi dapat digunakan sebagaimana semestinya untuk semua kalangan, baik kami sendiri maupun orang lain.



Medan, 24 September 2021



Tim



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR............................................................................................................. 2 DAFTAR ISI........................................................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4 1.1.



Latar Belakang.........................................................................................................4



1.2.



Rumusan Masalah....................................................................................................5



1.3.



Tujuan Makalah.......................................................................................................5



BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................... 6 2.1.



Pemahaman Intellectual Capital................................................................................6



2.2.



Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Perusahaan..................................12



BAB III KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................16 3.1.



Kesimpulan............................................................................................................ 16



3.2.



Saran...................................................................................................................... 16



DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 18



BAB I PENDAHULUAN 1.1.



Latar Belakang Revolusi industri 4.0 merupakan era dimana persaingan bisnis sangat ketat, karena



variabel persaingan yang makin kompleks pada informasi yang diperlukan. Kita sekarang hidup pada era ketika perusahaan taksi terbesar di dunia tidak memiliki satu pun armada taksi (Uber, Grab, Gojek). Kita hidup pada era ketika perusahaan ritel terbesar tidak memiliki satu pun toko maupun gudang (Amazon, Tokopedia, Sophee, dll). Mereka inilah yang disebut start-up. Start-up bukanlah usaha kecil. Ini adalah usaha baru, baru dimulai. Akhir 2019, valuasi aset Gojek mencapai 10 miliar USD atau setara Rp 142 triliun. Angka ini berarti 14 kali dari valuasi aset Garuda Indonesia yang ‘hanya’ Rp 11,07 triliun. Valuasi aset Tokopedia (berumur 10 tahun) mencapai 7 miliar USD, setara Rp 98 triliun, 15 kali dari valuasi aset Ramayana (berusia 40 tahun) yang ‘hanya’ Rp 5 sekian triliun. Aset terpenting yang mereka miliki adalah intangible assets, aset tak berwujud. Aset ini berbeda dengan aset yang dimiliki oleh Garuda, misalnya, yang lebih dominan tangible assets. Intangible assets bentuknya seperti brand, skill, inovasi, dan keterampilan. Aset-aset tak berwujud ini tidak dapat dilaporkan dalam laporan keuangan, karena tidak memenuhi kriteria sebagai aset. Namun pada perusahaan ‘konvensional’, karena tidak dilaporkan, seringkali aset-aset tak berwujud ini diabaikan dan tidak dikelola dengan baik. Sementara pada perusahaan start-up, justru aset inilah yang dibentuk, dimunculkan, dikelola, dan dihargai sangat tinggi. Oleh karena itu modal intelektual (intellectual capital) saat ini sedang menarik perhatian akademisi dan komunitas bisnis, karena dipandang berperan sangat penting dalam menciptakan dan mempertahankan keunggulan kompetitif serta nilai bagi perusahaan. Modal intelektual sering juga disebut dengan aset tidak berwujud (intangible asset) yang semakin di minati dimana mulai meninggalkan paradigma lama yang menitikberatkan ke kekayaan fisik (physical asset) dan membangun paradigma baru yang memfokuskan pada nilai aset intelektual (intellectual asset). Modal intelektual merupakan kekayaan atau sumber daya non fisik yang tidak terlihat dalam laporan posisi keuangan suatu perusahaan, tetapi diakui sebagai aset strategis dan dipandang penting bagi perusahaan dalam meningkatkan nilai dan keunggulan bersaing yang berkelanjutan.



Akan tetapi di sejumlah negara Eropa, selain harus menyusun laporan keuangan, perusahaan publik harus juga menyajikan laporan tentang pengelolaan aset tak berwujud mereka. Bahkan, universitas dan organisasi-organisasi nonprofit belakangan juga mulai rajin mengungkapkan pengelolaan aset tak berwujud yang mereka miliki. Intangible assets ini biasa juga disebut dengan istilah intellectual capital (IC) atau modal intelektual. Maka dari itu kami mengangkat Intellectual Capital menjadi topik yang menarik untuk dibahas karena memberikan nilai lebih bagi perusahaan sehingga meningkatkan daya saing. Oleh karena itu, perlu disadari oleh para pemilik maupun top management bahwa program-program pelatihan untuk meningkatkan kompetensi karyawan perlu ditingkatkan daripada hanya membeli tanah untuk ekspansi usaha dan mesin-mesin baru. Berdasarkan hasil penelitian dari para ahli membuktikan bahwa perusahaan yang mempunyai intellectual capital dibanding perusahaan pesaingnya lebih profitable, serta kinerja keuangan dan nilai perusahaan lebih baik. Dilihat dari sudut pandang akuntansi, pengukapan intellectual capital dapat dilihat dari laporan tahunan perusahaan melalui baik program-program pelatihan maupun belanja SDM yang dapat meningkatkan kompetensi karyawan, sehingga dampaknya berpengaruh pada Free Cash Flow (FCF) yang naik.



1.2.



Rumusan Masalah a. Apakah yang dimasud dengan Intellectual capital atau modal intelektual? b. Bagaimana pengaruh intellectual capital terhadap kinerja perusahaan? c. Bagaimana strategi pengoptimalan intellectual capital?



1.3.



Tujuan Makalah a. Mengetahui dan memahami mengenai Intellectual capital atau modal intelektual b. Mengetahui dan memahami mengenai pengaruh intellectual capital terhadap kinerja perusahaan c. Mengetahui dan memahami strategi pengoptimalan intellectual capital



BAB II PEMBAHASAN 2.1.



Pemahaman Intellectual Capital Seperti yang dikemukakan oleh Widyaningdyah dan Aryani (2014), suatu perusahaan



dikatakan mempunyai keunggulan kompetitif jika dapat menciptakan nilai ekonomis yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan lain dalam industrinya. Fokus dunia bisnis tidak lagi bertumpu pada aset berwujud (tangible aset) namun sudah beralih ke aset tidak berwujud (Intangible asets). Kompetensi karyawan, hubungan dengan pelanggan, penciptaan inovasi, sistem komputer dan administrasi, hingga kemampuan menguasai teknologi juga merupakan bagian dari intellectual capital (Soetedjo dan Mursida, 2014). Intellectual capital merupakan instrument penentu bagi nilai dan kinerja perusahaan yang memicu munculnya the value of know how (Petty dan Guthrie, 2000). Bontis (2000) mengemukakan, intellectual capital adalah seluruh kemampuan pekerja yang meciptakan tambahan nilai. International Federation of Accountants (IFAC) mendefinisikan intellectual capital sebagai sinonim dari intellectual property (kekayaan intelektual), intellectual asset (aset intelektual), dan knowledge asset (aset pengetahuan), Modal ini dapat diartikan sebagai saham/modal



yang



berbasis



pengetahuan



yang



dimiliki



perusahaan.



IFAC



juga



mengestimasikan bahwa saat ini nilai perusahaan lebih ditentukan atas manajemen atas intellectual capital, tidak lagi terhadap aset tetap. Sehingga, Intellectual capital masuk dalam kategori aset (aktiva) bukan modal (equity) di dalam neraca. Sangkala (2006) menjelaskan bahwa Intellectual capital merupakan materi intelektual berupa informasi, pengetahuan, inovasi, intellectual, dan pengalaman yang dapat dimanfaatkan dalam menghasilkan aset yang mempunyai nilai tambah dan memberikan keunggulan bersaing.



Gambar 2.1 Bagan IC Standard Menurut Steward (1998), Sveiby (1997), Saint-Onge (1996), dan Bontis (2000) dalam Sawarjuwono dan Kadir (2003), intellectual capital terdiri dari tiga komponen utama yaitu: Pertama, Human Capital. Human capital sebagai sumber pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan, dan kompetensi dalam suatu organisasi atau perusahaan. Human capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut. Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki karyawannya. Kedua, Structural Capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan, misalnya: sistem operasional perusahaan, proses pabrikasi, budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk intellectual property yang dimiliki perusahaan. Seorang individu dapat memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, tetapi jika organisasi memiliki sistem dan prosedur yang buruk maka intellectual capital tidak dapat mencapai kinerja secara optimal dan potensi yang ada tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal. Ketiga, Relational Capital merupakan komponen modal intelektual yang memberikan nilai secara nyata. Elemen ini merupakan hubungan yang harmonis yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari para pemasok yang andal dan berkualitas, berasal dari pelanggan yang loyal dan merasa puas akan pelayanan perusahaan yang bersangkutan, berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun masyarakat sekitar. Relational capital dapat muncul dari berbagai bagian di luar lingkungan perusahaan yang dapat menambah nilai bagi perusahaan tersebut.



Sejalan dengan modal fisik dan keuangan, intellectual capital adalah salah satu dari tiga sumber daya vital organisasi. Intellectual capital mencakup semua sumber daya tidak berwujud yang dikaitkan dengan organisasi, dan berkontribusi pada penyampaian proposisi nilai organisasi. Sumber daya tidak berwujud dapat dibagi menjadi tiga komponen: human capital, structural capital dan relational capital.



Gambar 2.2 Hubungan Intellectual Capital dengan Human Capital,Structural Capital dan Relational Capital



Seperti ditampilkan dalam Gambar 2.2 terdapat 3 modal intelektual secara umum, yaitu : a. Modal manusia (Human Capital) Merupakan modal intelektual yang menunjukan kualitas sumber daya manusia yang berada dalam entitas perusahaan. Saat ini, kita bisa melihat bahwa perusahaan-perusahaan yang memiliki kualitas sumber daya manusianya tinggi berada dalam industri elektronik dimana perkembangan produk selalu cepat sebagai akibat dari persaingan yang ketat. meliputi pengetahuan, keterampilan dan pengalaman profesional, keahlian, tingkat pendidikan dan kreativitas karyawan. Persaingan merupakan dorongan kuat yang membuat sebuah perusahaan harus memperhatikan kualitas sumber daya manusianya. Perusahaan yang besar, pasti melakukan penyaringan yang ketat ketika melakukan rekrutmen untuk menjaga kualitas sumber daya yang dimiliki perusahaan. Modal manusia yang baik ditunjukkan oleh pengetahuan dan skill karyawan, pengalaman, pendidikan, kompenten, displin dan lainnya. Human capital sebagai sumber pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan, dan kompetensi dalam suatu organisasi atau perusahaan. Human capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut. Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki karyawannya. Menurut Bontis (2004) dalam Putra human capital adalah kombinasi dari pengetahuan, skill, kemampuan melakukan inovasi dan kemampuan menyelesaikan tugas, meliputi nilai perusahaan, kultur dan filsafatnya. Jika perusahaan berhasil dalam mengelola pengetahuan karyawannya, maka hal itu dapat meningkatkan human capital. Sehingga human capital merupakan kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang terdapat dalam tiap individu yang ada di dalamnya. Human capital ini yang nantinya akan mendukung structural capital dan customer capital. b. Modal Struktural (Structural Capital) Modal Struktural merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal, misalnya: sistem operasional perusahaan, proses manufaktur budaya organisasi, filosofi manajemen, dan semua bentuk intellectual property, yang dimiliki perusahaan. Modal struktural ini juga merupakan sebuah komponen penting yang diperlukan. Karena perusahaan besar dengan kinerja tinggi, pasti



menempatkan orang yang tepat diposisi yang tepat. Dengan kata lain, cara pengelolaan sumberdaya manusia itu sendiri merupakan modal struktural yang mendorong suksesnya sebuah perusahaan. Seorang individu dapat memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, tetapi jika organisasi memiliki sistem dan prosedur yang buruk maka intellectual capital tidak dapat mencapai kinerja secara optimal dan potensi yang ada tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal. Structural capital merupakan infrastruktur pendukung dari human capital sebagai sarana dan prasarana pendukung kinerja karyawan. Sehingga walaupun karyawan memiliki pengetahuan yang tinggi namun bila tidak didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, maka kemampuan karyawan tersebut tidak akan menghasilkan modal intelektual. c. Modal relasional (Relational Capital) Istilah modal intelektual (intellectual capital) pertama kali dikemukan oleh Galbraith pada tahun 1969, yang menulis surat kepada temanya Michael Kalecki. Galbraith menulis : “I wonder if you realize how much those of us the world around have owed to the intellectual capital you have provide over the last decades” (Hudson, 1993 dalam Bontis, 2000). Terdapat berbagai definisi modal intelektual dari beberapa ahli. Menurut Chartered Institute og Management Accountant (CIMA) dalam Bhasin (2008) modal intelektual merupakan pengetahuan dan pengalaman, kemampuan profesional, hubungan dan kerja sama yang baik, serta kapasitas kemampuan teknologi. Bukh et.al. (2005) mendefinisikan modal intelektual sebagai sumber pengetahuan yang berbentuk karyawan, pelanggan, proses, atau teknologi, yang dapat digunakan perusahaan untuk proses penciptaan nilai. Menurut Heng seperti dikutip oleh Sangkala (2006), modal intelektual adalah aset berbasis pengetahuan dalam perusahaan yang menjadi basis kompetensi inti perusahaan yang dapat memengaruhi daya tahan dan keunggulan bersaing. Sementara menurut Dalam berbagai penelitian dari berbagai disiplin ilmu, para peneliti mengidentifikasi modal intelektual atau aset tidak berwujud, sebagai semua sumber daya, properties dan attributes, atau sebagai aset non moneter yang dapat menghasilkan nilai atau manfaat masa depan (Choong, 2008). Dari sejumlah definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagai sebuah konsep, modal intelektual merujuk pada kekayaan tidak berwujud atau modal-modal non-fisik atau modal tidak kasat mata yang terkait dengan pengetahuan, teknologi, karyawan, manajemen proses dalam perusahaan yang merupakan keunggulan kompetitif perusahaan dan berguna dalam aktivitas operasional serta penciptaan nilai perusahaan.



Relational capital merupakan hubungan yang harmonis yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari para pemasok yang andal dan berkualitas, berasal dari konsumen yang loyal dan merasa puas terhadap pelayanan perusahaan, berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah, maupun dengan masyarakat sekitar. Hubungan yang dimaksud bukan saja hanya menyangkut kualitas hubungan yang tanpa ada masalah, tapi dengan siapa hubungan itu juga akan menambah nilai perusahaan. Salah satu contoh adalah



memiliki hubungan kemitraan dengan pemasok yang memberi



persediaan bahan baku dengan harga lebih rendah dari harga pasaran dengan kualitas yang sama. Dalam hal ini perusahaan memiliki kelebihan dalam Relational Capital karena memberi pengaruh langsung terhadap hasil perusahaan. Contoh lainnya adalah perusahaan memberi system garansi untuk produknya untuk membangun kepercayaan oleh pelanggan dimana jika pelanggan mendapatkan pengalaman buruk dari penggunaan produk perusahaan, alih-alih mencari produk pengganti dari pesaing besar kemungkinan pelanggan akan memilih untuk klaim garansi produk yang dibelinya. Ada beberapa teori yang digunakan dalam menjelaskan praktik pengungkapan modal intelektual perusahaan, antara lain : ● Signaling Theory Signaling Theory menyatakan bahwa perusahaan dengan kinerja yang tinggi menggunakan informasi keuangan untuk mengirim sinyal kepada pasar (Spence, 1973). Perusahaan akan selalu berusaha memberikan sinyal berupa informasi positif kepada para stakeholder, melalui mekanisme pengungkapan (Oliveira, 2006 dalam Cahya, 2013). Pengungkapan informasi yang lengkap akan meningkatkan nilai perusahaan dan manajemen juga akan mendapatkan sorotan atas kinerjanya. Oleh karena itu, manajemen akan mengungkapkan informasi secara menyeluruh meskipun tidak diwajibkan atau bersifat sukarela. Ketika perusahaan memberikan sinyal positif yaitu berupa informasi yang baik maka pasar juga akan memberikan respon yang positif sehingga nilai perusahaan menjadi baik di mata pasar. Signaling theory menunjukkan pentingnya informasi perusahaan bagi keputusan investasi pihak luar. Pengungkapan informasi perusahaan yang menyeluruh, mampu menjelaskan kinerja perusahaan, baik pada masa lau maupun masa yang akan datang. Pada teori ini, perusahaan akan menggunakan mekanisme



pengungkapan informasi untuk memberikan sinyal kepada pasar guna mengevaluasi nilai perusahaan. ● Stakeholder Theory Teori Stakeholder beranggapan bahwa perusahaan yang berkomitmen untuk melaporkan aktivitasnya, termasuk pengungkapan modal intelektual kepada stakeholder



biasanya



bertujuan



untuk



mempertahankan



keseimbangan



dan



keberlanjutan pembentukan nilai untuk semua stakeholder (Ernst and Young, 1999). 2.2 Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Perusahaan Intellectual capital memiliki peranan yang sangat penting yaitu sebagai sumberdaya untuk menghasilkan keunggulan bersaing bagi perusahaan. Lebih jelasnya dinyatakan bahwa intellectual capital merupakan sumber daya strategis perusahaan yang utama untuk menghasilkan keuntungan. Menurut Marr (2004) dalam Daneshi (2013) intellectual capital memberikan kontribusi dalam hal peningkatan posisi bersaing perusahaan. Intellectual capital memampukan perusahaan menghasilkan nilai tambah yang mengarah pada keunggulan bersaing. Nilai tambah tersebut berasal dari peningkatan efektifitas dan efisiensi dari kegiatan rutin perusahaan. Dengan demikian intellectual capital merupakan salah satu faktor kunci sukses perusahaan. Untuk memperoleh keunggulan bersaing, sangat penting bagi perusahaan untuk menggunakan pengetahuan secara efisien dan peningkatan potensi inovasi. Gambar 2.3 berikut ini menjelaskan bagaimana intellectual capital mempengaruhi kinerja



perusahaan. Gambar 2.3 Pengaruh Intellectual capital dengan Kinerja Perusahaan



Singkatnya, intellectual capital dikenal sebagai sumber daya yang sangat berpengaruh bagi perusahaan dan menghasilkan keunggulan bersaing. Dengan kata lain, komponen intellectual capital merupakan basis bagi perusahaan untuk mempertahankan keunggulannya (Kaplan dan Norton, 1996 dalam Ahmad, 2011). 2.2.1



Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Kinerja perusahaan merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menciptakan



nilai tambah bagi kelangsungan perusahaan di masa depan. Kinerja keuangan mengukur kinerja perusahaan dalam memperoleh laba dan nilai pasar (Sumarsih, 2011). Untuk mengetahui kinerja yang telah dicapai suatu perusahaan, maka dilakukan pengukuran kinerja pada perusahaan yang bersangkutan. Pengelolaan assetyang baik dapat meningkatkan laba atas sejumlah aset yang dimiliki perusahaan yang diukur dengan Return on Asset (ROA). Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dalam penelitian ini menggunakan rasio Return On Asset (ROA). 2.2.2



Hubungan Kinerja Keuangan dengan Nilai Perusahaan



Semakin tinggi kinerja keuangan yang biasanya dilihat dengan rasio keuangan, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Melalui rasio-rasio keuangan tersebut dapat dilihat tingkat keberhasilan manajemen perusahaan mengelola aset dan modal yang dimilikinya untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Penilaian prestasi suatu perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan itu untuk menghasilkan laba. Laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukan prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Dengan intellectual capital yang dimiliki maka perusahaan dapat menggunakannya untuk mengelola asset yang dimilkiki agar lebih efisien. Semakin efisien perusahaan dalam mengelola asetnya, maka profitabilitas akan meningkat, sehingga kinerja keuangan perusahaan juga akan meningkat. Apabila kinerja keuangan meningkat yang ditandai dengan kenaikan profitabilitas, hal ini akan menarik perhatian investor sehingga meningkatkan nilai perusahaan karena investor menjadi tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Jika sumber daya yang dimiliki perusahaan dapat dikelola secara efektif dan efisien maka dapat mendorong peningkatan kinerja bagi perusahaan yang akan direspon positif oleh stakeholder salah satunya investor. Ulum (2008) meneliti hubungan antara Intellectual Capital (IC) dengan kinerja perusahaan perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI dari tahun 2004-2006. Variabel independen yang digunakan dalam penelitiannya adalah value added of intellectual capital



(VAIC) yang merupakan kombinasi dari ketiga value added yaitu physical capital (VACA), human capital (VAHU) dan structural capital (STVA). Adapun variabel dependen yang digunakan adalah financial performance (PERF) yang menggunakan proksi return on assets (ROA), asset turnover (ATO) dan growth revenue (GR). Hasil penelitian didapat bahwa terdapat pengaruh IC (VAIC) terhadap kinerja keuangan perusahaan selama tiga tahun (20042006) dan IC (VAIC) berpengaruh terhadap kinerja keuangan masa depan.



Gambar 2.4 Pengaruh Intellectual Capital terhadap Nilai Perusahaan Tarjo (2008) bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dan kinerja perusahaan. Untuk mengukur efisiensi tiga jenis intellectual capital tersebut, dapat menggunakan metode VAIC (Value Added Intellectual Coeffiecient) yaitu dengan menjumlahkan ketiga komponennya yaitu VACA, VAHU dan STVA. VAIC = VACA+ VAHU+ STVA Berikut ini adalah langkah menghitung VAIC: 1. Menghitung Value Added (VA) VA dihitung sebagai selisih antara output dan input.



VA= OUT – IN Keterangan: OUT = Output: total penjualan dan pendapatan lain. IN



= Input: beban penjualan dan biaya-biaya lain (selain beban karyawan).



2. Menghitung Value Added Capital Employed (VACA) VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap value added organisasi. VACA = VA/CE Keterangan: VACA = Value Added Capital Employed: Rasio dari VA terhadap CE. VA



= Value Added



CE



= Capital Employed: dana yang tersedia (ekuitas, laba bersih)



3. Menghitung Value Added Human capital (VAHU) VAHU menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam HC terhadap value added organisasi. VAHU = VA/HC Keterangan : VAHU = Value Added Human Capital : Rasio dari VA terhadap HC. VA



= value added



HC



= Human capital : beban karyawan.



4. Menghitung Structural capital Value Added (STVA)



Rasio ini mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. STVA = SC/VA Keterangan : STVA = Structural Capital Value Added: Rasio dari SC terhadap VA. SC



= Structural Capital : VA – HC



VA



= Value Added



BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1.



Kesimpulan



Intellectual Capital dapat memberikan nilai lebih bagi perusahaan sehingga meningkatkan daya saing. Banyak perusahaan masih beranggapan bahwa aset fisik berupa tanah, mesin, dan tenaga kerja yang dapat menghasilkan profit bagi perusahaan, sehingga mengesampingkan aset non fisik (intellectual capital) seperti, pengetahuan dan kompetensi karyawan, hubungan dengan pelanggan, inovasi, system computer dan administrasi, kreativitas dalam mendesain produk yang unik serta kemampuan menguasai teknologi. Oleh karena itu perlu disadari oleh para pemilik maupun top management bahwa program-program pelatihan untuk meningkatkan kompetensi karyawan perlu ditingkatkan daripada hanya membeli tanah untuk ekspansi usaha dan mesin-mesin baru. Berdasarkan hasil penelitian dari para ahli membuktikan bahwa perusahaan yang mempunyai intellectual capital dibanding perusahaan pesaingnya lebih profitable, serta kinerja keuangan dan nilai perusahaan lebih baik. Dilihat dari sudut pandang akuntansi, pengukapan intellectual capital dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan melalui baik program-program pelatihan maupun belanja SDM yang dapat meningkatkan kompetensi karyawan, sehingga dampaknya berpengaruh pada Free Cash Flow (FCF) yang naik. Pengungkapan dianggap oleh teori agensi sebagai mekanisme yang dapat mengurangi biaya yang dihasilkan dan konflik serta mengontrol kinerja manajer. 3.2.



Saran



Terdapat beberapa saran yang ingin kami sampaikan: a. Kepada perusahaan terutama perusahaan konvensional hendaknya lebih terbuka dengan semakin canggihnya teknologi dan ide-ide dari sumber daya manusia dikelola dengan baik oleh perusahaan. b. Kepada pemerintah diharapkan mendukung para pengusaha,mahasiswa dan ekonom untuk giat mencari titik terang menemukan metode sosialisasi penerapan Intellectual capital untuk diaplikasikan oleh perusahaan. c. Kepada mahasiswa yang ingin melanjutkan penelitian ini, disarankan nantinya untuk menyajikan makalah yang lebih lengkap seperti definisi perbaruan dari Intellectual capital



dan prinsip-prinsip dasar dalam menerapkan Intellectual capital pada perusahaan konvensional.



DAFTAR PUSTAKA Hartati, Noorina. 2014. “Intellecttual Capital Dalam Meningkatkan Daya Saing: Sebuah Telaah Literatur”. Jurnal Etikonomi Vol. 13, 51 – 68. Garfield, Stan. 2018. “What is the relationship between structural capital and knowledge management?”. https://stangarfield.medium.com/what-is-the-relationship-between-structural-capital-andknowledge-management-13a898913580 https://sites.google.com/site/piacapitalintelectual/intellectual-capital Wirawan, Septiadi. 2017. “Pengaruh Human Capital, Structural Capital dan Customer Capital terhadap Kinerja Perusahaan pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Kabupaten Tabalong”. Jurnal Administrasi Publik dan Administrasi Bisnis Vol.1 No.2, 387404 http://stiatabalong.ac.id/ojs3/index.php/PubBis/article/view/septiadi%20wirawan/42 Erdianthy, D. & C.D. Djakman. 2014. Pengungkapan Modal Intelektual, Proporsi Komisaris Independen dan Kinerja Bank di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XVII. Mataram: 24-27 September Khlifi, F. & A. Bouri. 2010. Corporate Disclosure and Firm Characteristics: A Puzzling Relationship. Journal of Accounting – Bussiness & Management 17 (1). pp. 62-89. Leland, H. E. & D. H. Pyle. 1977. Information Asymetries, Financial Structure, and Financial Intermediation. The Journal of Finance 32 (2). Pp 371- 387. Lin, C. & C.Huang. 2011. Measuring Competitive Advantage with an Aset-Light Valuation Model. African Journal of Business Management, 5(13). pp. 5100-5108.



Miller, C. & H. Whiting. 2005. Voluntary disclosure of intellectual capital anda the “hidden Value”. Proceedings of the accounting and finance association of Australia and new Zealand conference. Nur, D.I. 2010. Meningkatkan Kinerja Keuangan melalui Intellectual Capital: Bukti Empiris Perusahaan Otomatif Bursa Efek Indonesia. Jurnal Aplikasi Manajemen Vol. 8, No. 3. Ross, S. A. 1977. Some Notes on Financial Incentive-Signalling Models, Activity Choice and Risk Preferences. The Journal of Finance 33 (3). pp. 777-792. Sangkala. 2006. Intellectual Capital Management: Strategi Baru Membangun Daya Saing Perusahaan. Jakarta: Yapensi. Sawarjuwono, T. & A.P. Kadir. 2003. Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran dan Pelaporan (Sebuah Library Research). Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol 5, No. 1, pp.3151. Sholikhah, B. et.al. 2010. Implikasi intellectual capital terhadap financial performance, growth, dan market value: studi empiris dengan pendekatan simplistic specification. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto: 13-14 Oktober. Taurisca, S. 2013. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Corporate Financial Performance: Studi Empiris Perusahaan Yang Termasuk Dalam Index IDX 30 – Blue Chip. (Laporan Penelitian Tidak Dipublikasikan). Semarang: Universitas Dian Nuswantoro