Interaksi Obat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Interaksi Obat Ns. Fance R. Pandie, M.Kep



Interaksi Obat Menurut (Bushra et al. 2011) Interaksi obat adalah keadaan dimana suatu zat mempengaruhi aktivitas obat, dimana dapat menghasilkan efek meningkat, menurun atau menghasilkan efek baru yang tidak dihasilkan obat tersebut. Interaksi obat dengan obat merupakan kejadian interaksi obat yang dapat terjadi bila penggunaan bersama dua macam obat atau lebih (Katzung 2007).



Mekanisme Interaksi Obat Interaksi Farmakokinettik



Interaksi Farmakodinamik



- Absorpsi - Distribusi - Metabolisme - Ekskresi



- Reaksi Aditif/Sinergi - Interaksi Oposit/Antagonis - Perubahan pada Mekanisme transpor obat - Perubahan pada keseimbangan cairan dan elektrolit



Interaksi Farmakokinettik



Interaksi Obat Mempengaruhi Absorpsi Kebanyakan obat diberikan secara oral diabsorbsi melalui membran mukosa dari saluran gastrointestinal. Contohnya absorpsi aspirin oleh lambung lebih besar pada pH rendah daripada pH tinggi kolestiramin secara bermakna mengurangi absorpsi furosemid dari usus, oleh karena itu furosemid diberikan 2-3 jam sebelum pemberian kolestiramin. metoklopramid mempercepat waktu pengosongan lambung, sedangkan opiat memperlambat waktu pengosongan lambung.



Perubahan PH



Tingkat absorpsi obat oleh difusi pasif dibatasi oleh kelarutan atau disolusi, dari senyawa di cairan gastrik. Obat basa lebih larut dalam cairan asam dan obat asam lebih larut pada cairan basa. asam lemah (pKa = 3-8) mungkin memiliki penyerapan terbatas dalam lingkungan basa, dan basa lemah (pKa = 11,5) memiliki penyerapan terbatas dalam lingkungan asam. Obat yang diketahui memerlukan lingkungan asam untuk disolusi: ketokonazol, itrakonazol, dan dapson, secara signifikan penyerapannya menurun ketika diberikan bersamaan (Kashuba and Bertino, 2001)



Khelasi dan Adsorpsi



Obat dapat membentuk kompleks tidak larut karena khelasi di saluran pencernaan. Adsorpsi adalah proses ikatan ionik atau ikatan hidrogen dan dapat terjadi antara antiefeksi seperti penisilin G, sefaleksin, sulfametoksazol, atau tetrasiklin dengan adsorben seperti kolestiramin. contoh: kompleksasi dari tetrasiklin dan besi. Dengan mekanisme ini, AUC antibiotika tetrasiklin menurun hingga 80% (Kashuba and Bertino, 2001)



Perubahan Pengosongan Lambung dan Motilitas Usus



Ada atau tidak adanya makanan dapat mempengaruhi penyerapan obat antiinfeksi dengan berbagai mekanisme Makanan tinggi lemak secara signifikan dapat meningkatkan tingkat penyerapan senyawa yang larut dalam lemak (griseofulvin, sefpodoksim, dan sefuroksim aksetil) Transit gastrointestinal cepat yang dipengaruhi oleh agen prokinetik seperti cisaprid, metoklopramid, dan domperidon dapat menurunkan tingkat absorpsi obat kurang larut atau obat-obatan yang diserap di daerah usus (Kashuba and Bertino, 2001).



Efek Aliran Darah



Aliran darah usus dapat dipengaruhi oleh agen vasoaktif dan secara teoritis dapat mempengaruhi penyerapan senyawa lipofilik



Perubahan transpor Aktif dan Pasif



Potensi penghambatan kompetitif transporter ini dengan antibiotika kuinolon telah didokumentasikan. Hal ini memberikan kontribusi mekanisme tambahan dimana interaksi obat antiinfeksi dapat terjadi



Efek P-Glikoprotein



P-glikoprotein adalah produk gen resistensi multidrug yang dapat ditemukan dalam berbagai jaringan manusia, termasuk epitel gastrointestinal Banyak antiinfeksi memiliki ikatan afinitas dengan Pglikoprotein, termasuk eritromisin, klaritromisin, ketokonazol, sparfloksasin, nukleosida analog adefovir, dan Human Immunodeficiency Virus (HIV)-1 protease inhibitor



Interaksi obat Mempengaruhi Distribusi Interaksi juga dapat mempengaruhi proses distribusi obat dalam tubuh. Dua obat yang berikatan dengan protein atau albumin akan bersaing untuk mendapatkan tempat pada protein atau albumin tersebut sehingga akan terjadi penurunan pada ikatan protein salah satu atau lebih obat. Hal tersebut mengakibatkan banyak obat bebas yang beredar dalam plasma dan dapat menyebabkan toksisitas. Obat yang tidak berikatan dengan plasma (bebas) dapat mempengaruhi respon farmakologik



Interaksi Obat Mempengaruhi Metabolisme Bagian utama metabolisme obat adalah hati. Metabolisme umumnya mengkonversi senyawa lipofilik menjadi metabolit terionisasi untuk dieliminasi di ginjal Metabolisme obat dapat diklasifikasikan menurut non sintetis (Tahap I) dan sintetis (Tahap II) reaksi. Reaski tahap I meliputi oksidasi, reduksi, dan hidrolisis dan terjadi dalam membran hepatosit retikulum endoplasma. Reaksi tahap II meliputi konjugasi (yaitu, glukuronidasi, sulfasi) dan terjadi dalam sitosol dari hepatosit (Kashuba and Bertino, 2001).



Interaksi Obat Mempeng aruhi Ekskresi



Filtrasi Glomerolus



Sekresi Tubulus



Reabsorpsi Tubulus



Interaksi Obat Mempeng aruhi Ekskresi



Ekskresi obat sebagian besar terjadi lewat ginjal melalui urin dan juga melalui empedu. Contoh interaksi yang mempengaruhi eliminasi adalah saat Filtrasi Glomerolus beta blocker digunakan bersamaan dengan teofilin yang akan mengurangi eliminasi teofilin (Nafrialdi, 2007 ; Tatro, 2009). Metotreksat dan obat anti inflamasi nonsteroid (AINS) berkompetisi dalam ekskresi melalui ginjal, penggunaan secara bersamaan obat-obat tersebut dapat meningkatkan kadar metotreksat dan meningkatkan risiko toksisitas, namun kombinasi ini tetap dapat diberikan dengan melakukan supervisi khusus.



Filtrasi Glomerolus Filtrasi glomerulus dapat dipengaruhi oleh perubahan aliran darah ginjal, cardiac output, dan tingkat ikatan protein. Dengan ikatan protein- obat yang kuat (misalnya, >80%), peningkatan yang signifikan dalam fraksi terikat dapat menyebabkan peningkatan filtrasi glomerulus dan eliminasi obat berikutnya meningkat.



Sekresi Tubulus Paling umum interaksi obat ginjal terjadi di lokasi transportasi sekresi tubulus. contoh: kombinasi dari probenesid dan penisilin untuk meningkatkan konsentrasi serum antibiotika



Reabsorpsi Tubulus Reabsorpsi obat dari lumen tubular melibatkan kedua difusi pasif dan proses transpor aktif.



Interaksi Farmakodinamikka



Reaksi Aditif atau Sinergis Interaksi aditif atau sinergis terjadi ketika dua obat dengan sifat farmakologi yang sama diberikan bersama-sama. Contoh: Etanol dikombinasikan dengan obat penenang lain seperti anxiolytics benzodiazepin atau histamin antagonis H1-reseptor yang digunakan untuk mabuk perjalanan. Interaksi aditif terjadi pada penggunaan supplemen kalium dan obat golongan Potassium sparing drugs (ACE Inhibitor, angiotensin receptor blocker, potassium sparing diuretic) yang akan menyebabkan hiperkalemia Interaksi sinergis yang terjadi antara furosemid dan ranipril yang dapat menyebabkan hipokalemia. Hipokalemia tersebut akibat dari efek diuretik yang bekerja memperbanyak pengeluaran kalium dan air.



Interaksi Oposit atau Antagonis Reseptor agonis dan interaksi antagonis termasuk dalam klasifikasi ini. contoh: naloxone reversal overdosis opioid dan pembalikan flumazenil dari benzodiazepin yang diinduksi obat penenang. Glukokortikoid menyebabkan hiperglikemia dan menentang tindakan agen hipoglikemik. Efek menentang dari dua obat diketahui dan kombinasinya jarang diresepkan (Pleuvry, 2005). Interaksi antagonis dapat terjadi antara kombinasi ACE Inhibitor atau diuretik loop dengan obat golongan obat antiinflamasi non steroid (OAINS) yang bertentangan dengan efek antihipertensi



Perubahan Pada Mekanisme Transpor Obat Banyak obat bersaing satu sama lain untuk penyerapan di tempat aksi. Neuron noradrenergik adalah tempat utama terjadinya mekanisme ini Secara tidak langsung aksi obat simpatomimetik (misalnya turunan amfetamin) diambil ke neuron untuk melepaskan noradrenalin. Agen penghambat neuron adrenergik (misalnya guanetidin) yang sebelumnya digunakan sebagai obat antihipertensi, diperlukan uptake ke neuron untuk menghasilkan efek tersebut.



Perubahan Pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Glikosida digitalis adalah contoh utama dari obat yang mengubah keseimbangan elektrolit. Peningkatan kontraktilitas jantung yang disebabkan oleh penghambatan Na+ / K+ -ATPase, menyebabkan penumpukan Na+ dalam sel jantung. Hal ini menyebabkan peningkatan pertukaran Na+ /Ca2+ dan penumpukan kalsium intraseluler serta peningkatan kontraksi. Dalam dosis tinggi hal ini dapat menyebabkan gangguan irama jantung contoh: litium dapat mengganti tempat natrium dalam sejumlah proses seluler, sehingga toksisitas litium ditingkatkan dengan diet garam rendah (Pleuvry, 2005).



Dokumentasi interaksi obat



establish (interaksi sangat mantap terjadi) probable (interaksi obat dapat terjadi) suspected (interaksi obat diduga terjadi) possible (interaksi obat belum dapat terjadi) unlikely (kemungkinan besar interaksi obat tidak terjadi).



Keparahan Minor Keparahan Moderate Keparahan Mayor



Derajat Keparahan Interaksi Obat Keparahan interaksi diberi tingkatan dan dapat diklasifikasikan yang dikemukakan oleh Bailie (2004):



Level Signifikan Interaksi Obat



Level Signifikan 1 Interaksi dengan signifikansi ini memiliki keparahan mayor dan terdokumentasi suspected, probable, atau established.



Level Signifikan 2 Interaksi dengan signifikansi kedua ini memiliki tingkat keparahan moderat dan terdokumentasi suspected, probable, atau established.



Level Signifikan 3 Interaksi ini memiliki tingkat keparahan minor dan terdokumentasi suspected, probable, atau established.



Level Signifikan Interaksi Obat



Level Signifikan 4 Interaksi ini memiliki terdokumentasi possible.



keparahan



mayor



/



moderat



dan



Level Signifikan 5 Interaksi dalam signifikansi ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tingkat keparahan minor dan terdokumentasi possible serta keparahan mayor, moderat, minor dan terdokumentasi unlikely.



Faktor2 yang mempengaruhi interaksi obat



Usia Genetik Penyakit Komsumsi Alkohol Merokok Makanan Lingkungan



Penatalaksanaan Interaksi Obat



Beritahu dan diskusikan dengan dokter bagaimana langkah yang akan diambil untuk meminimalkan efek samping yang terjadi Menghindari kombinasi seluruhnya, untuk beberapa interaksi obat, risiko selalu melebihi efek terapinya, dan kombinasi harus dihindari Menyesuaikan dosis obat. Terkadang dalam memberikan dua obat yang berinteraksi kemungkinan aman digunakan selama dosis obat disesuaikan Memberikan jarak penggunaan untuk menghindari interaksi. Untuk beberapa interaksi yang melibatkan ikatan dalam saluran pencernaan, untuk menghindari interaksi dapat diberikan jarak penggunaan antara obat-obat minimal 2 jam sebelumnya atau 4 jam setelahnya.



Terima Kasih