Interaksi Sosial [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 4



Kelompok 5 Ervina Sari Febri Triningsi Rosmala Dewi



INTERAKSI SOSIAL Interaksi sosial adalah interaksi antara idividu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok.



INTERAKSIONISME SIMBOLIK Dari berbagai pendekatan yang digunakan untuk mempelajari interaksi sosial, ada yang dikenal dengan interaksionisme simbolik. Kata interaksionisme mengacu pada interaksi sosial; dan kata simbol mengacu pada penggunaan simbol-simbol dalam interaksi. Menurut Leslie White, simbol merupakan sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepada mereka yang menggunakannya. Dan menurutnya, makna/nilai tersebut tidak berasal dari sifat intrinsik dalam bentuk fisiknya, namun hanya ditangkap melalui cara nonsensoris. Contohnya, merah yang dapat berarti berani, atau putih yang berarti suci. Jadi, makna tersebut tidak dapat ditangkap dengan pancaindera karena tidak ada kaitannya dengan sifat intrinsik warna tersebut. Menurut Blumer pokok pikiran interaksionisme ada tiga, yaitu: 1. manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna (meaning) yang dimiliki sesuatu itu baginya.



2. makna yang dipunyai sesuatu tersebut berasal dari interaksi seseorang dengan sesamanya. 3. makna



diperlakukan/diubah



melalui



suatu



proses



penafsiran, yang digunakan orang dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya.



DEFINISI SITUASI Konsep penting lain mengenai interaksi sosial adalah konsep definisi situasi. Menurut Thomas tindakan seseorang selalu didahului tahap penilaian dan pertimbangan; diseleksi melalui proses yg dinamakan definisi situasi. Sebagai contoh, seorang gadis akan mengacuhkan salam yang diucapkan seorang pria tidak dikenal bila dirasa tidak dilandasi iktikad baik. Thomas juga terkenal dengan ungkapannya yang mengatakan bila orang mendefinisikan situasi sebagai hal yang nyata, maka konsekuensinya pun nyata. Contohnya, ada beberapa pemuda yang masuk ke dalam sebuah hotel dan tersesat di dalamnya, namun ditangkap satpam karena terlihat mencurigakan dan akhirnya pemuda-pemuda itu dianiaya. Padahal sebenarnya mereka hanya



tersesat, tapi karena satpam hotel itu mendefinisikan situasi pemuda itu sebagai pemuda yang mencurigakan, mereka jadi ditangkap. Thomas membedakan dua macam definisi situasi : 1. definisi situasi yang dibuat secara spontan oleh individu 2. defiisi situasi yang dibuat oleh masyarakat.



ATURAN YANG MENGATUR INTERAKSI Aturan yang mengatur interaksi manusia ada tiga jenis, yaitu aturan mengenai ruang, aturan mengenai waktu dan mengenai gerak dan sikap tubuh. Dalam hal mengenai ruang, Hall menyimpulkan ada empat macam jarak, yaitu: 1. jarak intim, berkisar antara 0-18 inci (0-45 cm) 2. jarak pribadi, berkisar antara 45 cm-1,22 m 3. jarak sosial, berkisar antara 1,22 m – 3,66 m 4. jarak publik, diatas 3,66 m



KOMUNIKASI VERBAL Dalam interaksi, orang lain membaca perilaku kita, bukan hanya perkataan kita. Contohnya mengacungkan tinju yang berarti



menantang, atau mengacungkan jempol yang berarti memuji. Jadi kita tidak dapat menggerakkan tangan dan tubuh kita sekehendak hati kita, karena berbagai sikap tubuh dan gerak tangan telah diberi makna tertentu dalam masyarakat dan dijadikan petunjuk untuk mendefinis situasi.



INTERAKSI DAN INFORMASI Interaksi dapat dilakukan bila kita mengenal minimalnya sedikit dari orang yang kita ajak berinteraksi, tapi bila asing sama sekali, interaksi akan sukar dilakukan. Maka menurut Karp dan Yoels ketiadaan atau kekurangan informasi itu dapat diatasi dengan mencari informasi. Sumber-sumber informasi yang dimaksud ialah ciri fisik seperti jenis kelamin, usia, ras, serta penampilan.



Warna Kulit Menurut Karp dan Yoels ciri yang dibawa sejak lahir seperti jenis kelamin,usia,dan ras sangat menentukan interaksi.Dalam masyarakat yang mengenal



diskriminasi



ras seperti Amerika



Serikat,misalnya,interaksi tergantung dengan warna kulit orang yang



berinteraksi. Dalam masyarakat kita pun,kadangkala kita masih mendengar keluhan wisatawan dalam negeri mengenai perbedaan pelayanan yang diberikan pramuniaga toko antara mereka dengan wisatawan asing. Usia Usia merupakan suatu faktor yang ikut menentukan pola interaksi.Dalam masyarakat interaksi dengan orang yang dianggap lebih tua sering berbeda dengan orang yang sebaya serta dengan orang yang lebih muda. Jenis Kelamin Jenis kelamin sangat mempengaruhi interaksi. Misalnya, sekelompok pria membahas mengenai suatu hal yang bersangkutan dengan masalah pria, tidak akan membicarakan hal itu kepada seorang wanita. Begitu juga sebaliknya pada wanita, tidak akan membicarakan masalah tentang wanita bila ada pria diantara mereka. kesukaran berinteraksi dapat terjadi saat salah satu pihak jenis kelaminnya tidak jelas. Penampilan Fisik Karp dan Yoels mengemukakan bahwa selain ciri yang dibawa sejak lahir tersebut di atas, faktor penampilan pun mempengaruhi



interaksi. Mereka menyajikan sejumlah hasil penelitian yang antara lain memperlihatkan bahwa orang yang berpenampilan fisik menarik lebih mudah memperoleh pasangan, dan bahwa orang yang merasa dirinya tidak menarik mengeluh karena mengalami kesukaran dalam pergaulan. Bentuk Tubuh Karp dan Yoels mengemukakan penelitian Well dan Siegal bahwa orang cenderung menganggap adanya keterkaitan antara bentuk tubuh dan watak manusia. Contohnya, orang yang berbentuk tubuh Endomorph(bulat,gemuk)dianggap mempunyai sejumlah ciri watak tertentu,antara lain tenang,santai,dan pemaaf. Sedangkan orang yang berbentuk badan Mesomorph (atletis,berotot) dominan, yakin, aktif. Dan orang yang berbentuk badan Ectomorp (tinggi,kurus) tegang dan pemalu. PENDEKATAN GOFFMAN Hambatan terhadap persepsi dinamakan social establishment. Tempat penyajian penampilan disebut “kawasan depan” (front region); di samping itu terdapat pula suatu ”kawasan belakang” (back region) atau panggung belakang (backstage), tempat penampilan di kawasan depan dipersiapkan dan kesan yang disajikan melalui



penampilan dibantah secara sadar melalui tindakan yang tidak sepadan dengan penampilan di Kawasan depan. Penampilan untuk mendefenisikan situasi dapat disajikan oleh seorang individu, ataupun beberapa orang selaku suatu ”tim” (team of performes). Penampilan individu atau tim disaksikan oleh suatu ”khalayak” (audience); orang yang berada diluar ruang sidang disebut “orang luar” (outsiders). Saat menyajikan penampilan di kawasan depan, tim berusaha menjaga solidaritas dan menutupi kesalahan anggota tim. Dalam interaksi,para pelaku berusaha menonjolkan kesepakatan dan membatasi pertentangan. Social Establishment terdiri atas ruang sidang ujian skripsi. Peserta dalam perjumpaan ini ialah mahasiswa yang diuji, dan tim yang terdiri atas panitia ujian skripsi-pimpinan fakultas, ketua jurusan, para pembimbing skripsi,dan penguji.Khalayak terdiri atas sesama mahasiswa yang memperoleh izin untuk menghadiri sidang ujian. Mahasiswa berusaha menyajikan kesan bahwa ia siap diuji dan menguasai bidangnya. Masing-masing anggota tim penguji berusaha menyajikan kesan bahwa mereka ahli dalam bidang mereka,mampu memberikan bimbingan dengan baik, dan mampu menilai skripsi mahasiswa secara kritis.



Dalam penampilan tim, para anggota panitia ujian berusaha membatasi perbedaan di antara mereka dan berusaha menjaga solidaritas tim—kesetiaan pada tim(dramaturgical loyalty). Dalam sidang ujian terbuka yang merupakan kawasan depan ini, perbedaan terdapat diantara anggota tim(misalnya terdapat perbedaan pendapat mengenai teori atau kualitas data) atau kelemahan salah seorang anggota tim (misalnya ada anggota panitia penguji yang sama sekali tidak melakukan bimbingan atau belum membaca skripsi yang diuji) diusahakan untuk menutup-nutupi. Demi kelancaran, kesan solidaritas tim diusahakan untuk dijaga, tetapi kadang-kadang terjadi gangguan penampilan tim. perbedaan pendapat antara para penguji dapat di kemukakan dalam sidang ujian; bimbingan yang isinya saling bertentangan dapat terungkap dan diperdebatkan para pembimbing dalam sidang. Dalam kasus ekstrim angggota panitia penguji ada yang memboikot sidang ujian atau meninggalkan sidang karena perbedaan penafsiran terhadap peraturan atau prosedur. Setelah



sidang



ujian



terbuka



selesai,



khalayak



serta



mahasiswa yang diuji diminta meninggalkan ruangan karena panitia ujian akan bersidang untuk menilai isi skripsi dan kemampuan



mahasiswa dalam menjawab pertanyaan penguji. Dengan kepergian khalayak, maka ruang sidang ujian berubah menjadi panggung belakang. Dalam perjumpaan yang tejadi dalam ruang tertutup ini, disiplin, tenggang rasa dan kesetiaan para anggota tim mungkin diabaikan atau dikurangi dan perbedaan dapat dikemukakan secara lebih bebas dan terbuka. Perilaku mahasiswa yang diuji, baik selama sidang ujian berlangsung maupun selama masa bimbingan mungkin menjadi bahan pembicaraan, pergunjingan atau mungkin bahan tertawaan-hal yang pasti tidak akan ditampilkan tim dalam sidang ujian terbuka. Proses penentuan nilai akhir yang mungkin saja berlangsung secara musyawarah tetapi dapat pula mengandung konflik, ultimatum,



tawar-menawar,



atau kompromi



pun tidak



diketahui oleh mahasiswa yang diuji maupun oleh khalayak yang menghadiri sidang ujian terbuka. Pada saat sidang ujian terbuka lagi untuk mengumumkan hasil ujian di hadapan khalayak yang hadir, unsur-unsur kesetiaan, disiplin dan tenggang rasa di antara anggota ditampilkan lagi.Di kawasan depan ini tim menyajikan penampilan yang telah disepakati panggung belakang—misalnya siapa yang akan membacakan hasil ujian, nasehat apa yang akan diberikan tim dan sebagainya.



Dengan sendirinya pendekatan Goffman ini mendapat kritik berbagai pihak. Goffman menyajikan para pelaku dalam interaksi sebagai penipu (con artist), sebagai manipulator yang berusaha menipu atau memanipulasikan peserta lain. Dari Berjumpa Sampai Berpisah Ruang cakupan interaksi cukup luas—mulai dari interaksi antara orang yang saling tidak mengenal sampai interaksi antara orang yang hubungannya sangat intim.Dalam buku Social Intercous from greeting to goodbye(1978)Mark L.Knapp membahas berbagai tahap yang dapat dicapai dalam interaksi. Dari tulisan ini, tahap interaksi ada dua kelompok yaitu tahap yang mendekatkan peserta interaksi dan tahap menjauhkan mereka. Tahap



mendekatkan



terbagi



menjadi



tahap



memulai



(initiating),menjajaki (expenmenting), meningkatkan (intensifying), menyatupadukan (integrating), dan mempertalikan (bonding). Saat menjadi mahasiswa baru, kemungkinan besar kita akan memulai dan menjajaki interaksi dengan teman seangkatan dengan cara tegur sapa dan obrolan kecil misalnya informasi tentang asal SMA, tempat tinggal,jurusan difakultas.Hasil penjajakan dijadikan landasan untuk



memutuskan apakah hubungan perlu dilanjutkan tetapi diusahakan agar dipertahankan seperti sekarang,atau harus ditingkatkan. Menurut Knaap peningkatan hubungan terjadi secara hati-hati dan bertahap.Secara bertahap terjadi peningkatan komunikasi dan komunikasi nonferbal. kebersamaan dalam tindakan pun meningkat. Tahap menyatupadukan merupakan suatu tahap antara yang menjembatani peningkatan hubungan dan tahap pertalian. Pada tahap ini masing-masing pihak merasa menjadi suatu kesatuan, dan pihak luar pun memperlakukan kedua individu sebagai suatu kesatuan. Pertalian merupakan tahap terakhir dalam proses interaksi yang mempersatukan, dan ditandai diresmikannya pertalian yang terjalin oleh masyarakat. Peresmian ini berupa pernikahan yang memperkuat ikatan hubungan dan mempersulit masing-masing pihak untuk menarik diri dari hubungan. Tahap dalam proses perenggangan hubungan yaitu membedabedakan (differentiating), membatasi (circumscribing), memacetkan (stagnating), menghindari (avoiding), dan memutuskan (terminating).



Tahap



membeda-bedakan,



apa



yang semula



dikerjakan



bersama,mulai dilakukan sendiri-sendiri. Kelakuan mulai ditonjolkan; toleransi terhadap kekhasan pihak lain mulai menurun. Tahap membatasi adalah tahap hubungan yang mulai dihindari dan pokok pembicaraan menjadi lebih dangkal dan sempit. Komunikasi mulai bersifat disosiatif; suatu pernyataan cenderung ditanggapi dengan bantahan, sanggahan, keluhan, larangan, dan perintah. Pada tahap memacetkan komunikasi. Bila ada komunikasi, maka ini dilakukan hanya karena terpaksa dan dilakukan dengan hati-hati. Perbedaan antara kedua belah pihak semakin besar sehingga hanya membicarakan hal yang sederhana, itu pun masingmasing pihak merasa ragu karena khawatir akan terjadi benturan. Jika pelaku yang hubungannya telah macet dipaksa untuk tetap berada ditempat yang sama, maka mereka akan saling menghindar. Tahap



terakhir



dalam



kerenggangan



hubungan



adalah



memutuskan hubungan. Menurut Knaap, tahap ini pemutusan dikomunikasikan melalui pernyataan mengenai jarak dan pemisahan diri. Dengan adanya jarak, komunikasi diharapkan agar terhalang;



dengan berlangsungnya pemisahan diri, masing-masing pihak diharapkan dapat meneruskan hidupnya tanpa kehadiran pihak lain. Knaap menvisualisasikan tahap interaksi laksana jenjangjenjang pada anak tangga. Knaap juga mengatakan riwayat suatu hubungan



laksana



riwayat



hidup manusia:



mengalami



tahap



kelahiran, masa remaja, masa dewasa, masa pudar, dan kematian. Penahapan



Knaap



yang



didasarkan



atas



pengalaman



kebudayaan Barat ini, tidak menutup kemungkinan bagi tahap yang berlainan dalam kebudayaan yang berbeda. Masyarakat yang didalamya, hubungan pernikahan bukan merupakan hubungan peresmian hubungan ”cinta romantis” yang telah terjadi antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan melainkan merupakan hasil kesepakatan pihak laki-laki dan perempuan yang berdasarkan pengarahan rekan sekelompok,hasil kesepakatan kedua belah pihak keluarga, atau berdasarkan ketentuan hukum adat.