Iptek [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Faktor Pendorong / Mempercepat Perkembangan IPTEK a.Arus Globalisasi, Membuka Peluang Masuknya Budaya Baru Kedalam Suatu Negara Pada era globalisasi, terjadi ledakan iptek yang begitu dpaat dirasakan hampir diseluruh sendi kehidupan bangsa, peerubahan gaya hidup juga mendorong perkembangan teknologi guna memenuhi setiap kehidupan manusia modern. Selain itu, perkembangan budaya baru yang mampu memasukan paham dan ideologi baru yang dapat mempercepat berkembangnya ilmu pengetahuan.



b.Munculnya Penemuan Baru Dan Teori Teori Baru Penemuan baru berupa alata alat yang mampu mempermudah kehidupan manusia membuat IPTEK semakin berkembang. Dalam hal ini penemuan baru berupa alat alat yang dapat menambah gudang teknologi yang ada disuatu negara. Tidak saja berupa alat alat, tetai juga mencakup semua substansi dalam kehidupan manusia. Tentunya dalam proses penemuan baru ini sering juga ditemukannya teori teori baru yang mungkin diterapkan dalam penemuan terbaru tersebut. Dengan demikian,perkembangan IPTEK dapat berkembang dengan pesat.



c.Gaya Hidup Instan (Mudah) Perkembangan IPTEK berbanding lurus dengan gaya hidup. Artinya bahwa gaya hidup yang dinamis ke arah yang lebih modern dapat menunjang perkembangan IPTEK. Untuk mewujudakan gaya hidup yang intstan dapat dilakukan dengan teknologi yang ada, sehingga baik sarana prasarana dan infrastruktur untuk menunjang gaya hidup yang lebih instan dapat terpenuhi. Contohnya orang zaman sekarang tidak lagi membutuhkan tangga untuk berpindah ke tempat yang lebih tinggi, tetapi menggunakan lift agar lebih cepat.



d.Peran Pemerintah Lewat Setiap Kebijakan Terkait Perkembangan IPTEK Setiap pemerintah dalam suatu negara tentunya tidak akan mau negara yang dipimpinnya tertinggal oleh karena itu, setiap pemerintah berpikir keras bahkan menyusun strategi guna memajukan negaranya. Seperti yang kita ketahui bahwa rata rata hampir semua negara di dunia menggunakan strategi yang dianggap paling efektif yaitu IPTEK. Dengan mengembangkan IPEK secara optimal, prospek yang baik pun muncul yaitu kemajuan suatu negara. Oleh karena itu, setiap pemerintah sebenarnya berperan aktif dalam perkembangan IPTEK yaitu dengan cara mengeluarkan kebijakan kebijakan terkait IPTEK baik itu pengguncian IT, perbaikan sarana prasarana pendidikan dan meningkatn ya kualitas SDM yang baik.



e.Munculnya Kaum Kaum Modernis Yang Berintelek Dan Terampil Kaum kaum yang berintelek hadir dari serangkaian penerapan IPTEK yang terintegrasi dari segi pendidikan maupun standar pekerjaan. Di era globalisasi, hasil dari segi pendidikan diharapkan adalah orang orang yang mampu bersaing dalam dunia kerja yang mempunyai standarisasi yang tinggi. Dengan adanya kaum yang berbasis IPTEK ini, maka IPTEK dapat berkembang dengan lebih baik.



f.Persaingan Antar Negara Dalam Bidang Pertahanan Dan Keamanan



Persaingan antar negara dalam bidang pertahanan dan keamanan dapat juga mendorong perkembangan IPTEK. Negara yang memiliki teknologi perang dan fasilitas pertahanan yang memadai mampu mempertahankan dan menentukan eksistensi suatu bangsa.



g.Kesejahteraan Sosial Masyarakat Untuk memenuhi kesejahteraan masyarakat dibutuhkan penunjang yaitu teknologi. Tanpa ilmu pengetahuan dan teknologi, kesejahteraan masyarakat dirasa kurang lengkap dan kurang optimal. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat dibutuhkan teknologi untuk hasil yang maksimal. Contohnya penerapan bio-teknologi dan juga transgenetik bagi petani.



Faktor Penghambat Perkembangan dan Teknologi(IPTEK)



Ilmu



Pengetahuan



a.Kebudayaan Etnosentris Merupakan sebuah faktor penghambat internal yang mana suatu kehidupan kesukuan yang cenderung menutup diri dari segala perkembangan global yang ada dengan tujuan untuk mempertahankan nilai-nilai budaya asli.



b.Kurangnya Daya Kreatif dan Inofatif Sumber Daya Manusia Merupakan sebuah faktor penghambat internal yang turut berdampak pada perkembangan IPTEK. Faktor ini diakibatkan oleh kurangnya swadaya SDM dan minimnya kualitas SDM, dalam hal ini kapasitas kreatif dan inofatif yang kurang memadai dapat memperlambat perkembangan IPTEK.



c.Tingkat Pendidikan yang Rendah Pendidikan merupakan suatu sarana penting yang bermanfaat bagi perkembangan IPTEK di suatu negara, karena lewat pendidikannlah ilmu pengetahuan dan juga penerapannya sampai ke tangan individu maupun kelompok orang. Oleh karena itu, pendidikan dapat menjadi sebuah penghambat perkembangngan IPTEK apabila taraf pendidikan rendah. Tingkat pendidikan yang rendah dapat memperlambat transfer ilmu pengetahuan yang berakibat pada perkembangan IPTEK.



d.Sarana-prasarana Penelitian (Observasi) yang Kurang Memadai Sarana-prasarana dan infrastruktur juga turut berperan dalam perkembangan IPTEK. Seperti yang telah diketahui bahwa suatu penilitian(observasi) adalah suatu d asar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan atau dengan kata lain, lewat sebuah penilitian, ilmu pengetahuan dapat dirumuskan sesui fakta empiris yang ada. Penilitian juga merupakan indikator dari perkembangan ilmu pengetahuan dalam suatu peradaban.Apakah peradaban itu kaya akan ilmu pengetahuan dapat dihitung dari tingkat populasi yang melakukan penelitian terhadap sebuah teori. Oleh karena itu, sarana-prasarana penelitian yang buruk dapat menghambat perkembangan IPTEK.



e.Belum adanya berobservasi



Budaya



Industrialis



dan



juga



Kesadaran



untuk



Budaya industrialis merupakan manifestasi dan IPTEK atau lebih khusus mencakup teknologi. Semakin tinggi tingkat kegiatan industrialis di dalam suatu negara,



mengindikasikan progres yang baik dari penerapan IPTEK di negara tersebut. Kurangnya budaya industrialis atau bahkan belum adanya budaya industrialis ini menunjukan bahwa suatu negara tertinggal secara IPTEK yang ada. Selain itu, kesadaran untuk berobservasi yang masih kurang dapat menghambat dan mematikan penyebaran dan perkembangan IPTEK di suatu negara.



f.Kurangnya Tenaga Ahli/Profesional, Pemikiran yang Sempit dan Statis Kurangnya tenga ahli/profesional diakibatkan dari kurangnya pemberdayaan manusia khususnya secara kemampuan, nalar, maupun mental. Hal ini dapat mengakibatkan, kurangnya tenaga yang berkompeten dan terampil dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, ditambah lagi sebuah paradigma yang sempit dan statis menjadi penunjang yang paling baik dari faktor ini. oleh karena itu, kurangnya tenaga ahli dapat secara nyata menghambat perkembangan IPTEK.



Pengertian IPTEK IPTEK merupakan singkatan dari ‘ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu suatu sumber informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan ataupun wawasan seseorang di bidang teknologi. IPTEK merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknologi, baik itu penemuan yang terbaru yang bersangkutan dengan teknologi ataupun perkembangan dibidang teknologi itu sendiri. Sejarah Perkembangan IPTEK di Indonesia Perkembangan ilmu pengetahuan di dunia dimulai pada abad 15 saat munculnya pergerakan reinesance. Pergerakan ini memiliki tujuan mengembangkan pikiran dan daya cipta manusia. Melalui pergerakan tersebut, umat manusia bebas menciptakan benda atau karya yang berguna bagi kehidupan manusia. Hingga abad ke 18 perkembangan IPTEK semakin berkembang pesat ditandai dengan banyaknya penemuan-penemuan di bidang teknologi. Di Indonesia sendiri perkembangan IPTEK dimulai sejak jaman penjajahan Belanda. Hal ini ditandai dengan adanya lembaga pengembangan penelitian yang didirikan oleh pemerintah Belanda. Lembaga tersebut bernama Lembaga Biologi Molekular Eijkman dan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BGKW). Lembaga ini banyak berperan dalam bidang perkembangan pengobatan khususnya pada penyakit tropis. Lembaga ini didirikan oleh Cristiaan Eijkman pada tahun 1888 berlokasi di Batavia pada masa itu. Selain lembaga penelitian yang didirikan oleh Belanda, setelah kemerdakaan pemerintah mulai mendirikan lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan teknologi, antara lain : 1. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Berdirinya LIPI diawali dengan berdirinya Organisasi Penyelidikan dalam Ilmu Pengetahuan Alam atau OPIPA yang diprakarsai oleh pemerintah Hindia Belanda tahun 1928. Lembaga ini bertugas hingga tahun 1956 dan pada tahun itu juga pemerintah melalui UU No. 6 tahun 1956 membentuk suatu Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI). Organisasi tersebut memiliki tugas pokok membimbing perkembangan IPTEK serta memberikan pertimbangan kepada pemerintah dalam hal IPTEK. Kemudian pada tahun 1962 pemerintah membentuk Departemen Urusan Riset Nasional (DURENAS) untuk mengurusi masalah riset dan MIPI termasuk di dalamnya. Pada tahun 1966 pemerintah mengubah status DURENAS menjadi Lembaga Riset Nasional (LEMRENAS), hingga pada tahun 1967 pemerintah meleburkan LEMRENAS dan MIPI menjadi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Pada intinya LIPI bertanggungjawab atas perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia di berbagai bidang. LIPI memiliki berbagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang memegang bidangnya masingmasing. Selain melakukan berbagai penelitian, LIPI juga banyak mengadakan kompetisi ilmiah khususnya bagi kaum remaja dan kaum muda Indonesia. 2. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Lembaga ini dibentuk pada tahun 1963 atas pertimbangan semakin berkembangnya IPTEK di bidang penerbangan dan antariksa. LAPAN mempunyai tugas untuk mengembangkan IPTEK di bidang dirgantara serta yang berhubungan dengan atmosfer, iklim serta antariksa. 3. Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Pada mulanya BATAN bernama LTA atau Lembaga Tenaga Atom yang tugasnya untuk merealisasikan pelaksanaan program nuklir di Indonesia. Untuk menyempurnakan program nuklir di Indonesia dikirimlah berbagai ilmuwan dan mahasiswa ke luar negeri untuk belajar



tentang hal tersebut. Barulah pada tahun 1964, LTA berubah nama menjadi Badan Tenaga Atom Nasional dan pada tahun 1998 diubah lagi menjadi Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Melalui BATAN ini berbagai program nuklir dikembangkan di Indonesia seperti Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir dan rekayasa bibit tanaman pertanian. 4. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) BPPT pada awalnya merupakan satu divisi yang berada di bawah Pertamina yang bernama Advanced Technology Pertamina (ATP), divisi tersebut didirikan tahun 1976. Pada tahun 1978, melalui SK Presiden No. 25 tahun 1978 ATP diubah menjadi lembaga pemerintah non departemen bernama BPPT dan bertanggung jawab langsung pada Presiden. Tugas pokok dari BPPT yaitu melakukan tugas pemerintah di bidang pengkajian dan penerapan teknologi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Jadi setiap ada teknologi baru yang diciptakan di Indonesia, BPPT berkewajiban untuk mengkaji teknologi tersebut apakah sesuai dengan situasi dan kondisi di Indonesia. Selain itu, penerapan teknologi yang dilakukan pun diawasi oleh BPPT sehingga penerapannya sesuai dengan fungsi teknologi itu sendiri. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Iptek di Indonesia Beberapa lembaga yang telah disebutkan di atas memang sangat mendukung perkembangan IPTEK di Indonesia menjadi lebih maju dan tidak kalah dari negaranegara lainnya. Namun beberapa pendapat mengatakan kalau perkembangan IPTEK di Indonesia lebih banyak dikuasai oleh pihak asing, padahal sebenarnya Indonesia memiliki banyak peneliti dan ilmuwan hebat. Perkembangan IPTEK di Indonesia tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya : 1. Terbatasnya jumlah orang Indonesia yang berminat untuk terlibat dalam suatu penelitian. 2. Meski jumlah lulusan sarjana atau doktor di Indonesia sudah banyak, namun hanya sedikit yang berminat untuk mengembangkan ilmunya. Masih banyak dari mereka yang hanya melaksanakan tugas rutin dan memenuhi kewajiban untuk memiliki gelar yang tinggi. 3. Seringkali masyarakat Indonesia lebih nyaman menjadi pengikut/follower dibandingkan menjadi innovator. Oleh karena itu sebagai generasi penerus bangsa sudah semestinya kita mendukung perkembangan IPTEK di Indonesia agar kita dikenal sebagai bangsa inovator dan bisa turut menyukseskan pembangunan nasional.