Isi Laporan PKL Breeding Domba [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kambing dan domba merupakan ternak yang telah lama dipelihara di Indonesia. Populasi ternak kambing sekitar ​ 3.376.323 ​ribu ekor dan domba sekitar ​1.362.062 ribu ekor (BPS Jawa Timur, 2017). Kambing dan domba merupakan ternak yang memiliki sifat toleransi tinggi terhadap bermacam-macam pakan hijauan serta mempunyai daya adaptasi cukup baik terhadap berbagai keadaan lingkungan. Pengembangan kambing mempunyai prospek yang baik karena di samping untuk memenuhi kebutuhan daging di dalam negeri, juga memiliki peluang sebagai komoditas ekspor. Jumlah dan mutu bibit merupakan faktor produksi yang sangat strategis dan menentukan keberhasilan program pembangunan peternakan. Akhir-akhir ini penggemukan kambing dan domba mulai marak tumbuh yang dipicu oleh preferensi masyarakat pada kualitas daging yang lembut (berasal dari ternak muda). Meningkatnya permintaan pada ternak tersebut menuntut pembinaan di hilir dengan harapan agar supply ternak usia muda tetap tersedia sepanjang tahun. Untuk merespon kondisi tersebut perlu dibangun model pembibitan kambing dan domba baik di peternakan rakyat maupun peternak komersial. Sistem pemuliabiakan yang dipraktekkan oleh petani saat ini masih sangat tradisional​. ​Pada umumnya petani belum memiliki pejantan yang khusus untuk dijadikan sebagai pemacek



1



sehingga perkawinan terjadi secara alami tanpa terkontrol. Dengan demikian peluang kemungkinan terjadinya derajat inbreeding yang tinggi cukup besar. Bibit merupakan faktor dasar yang tidak bisa diabaikan, bila bibit itu jelek, walaupun tatalaksana dan makanan termasuk baik, produktivitas ternak tetap tidak maksimal (Anwar, 2015). Pembibitan yang disarankan perlu menetapkan tujuan akhir breeding yang akan dicapai yaitu pertumbuhan cepat pada umur muda, memperhatikan kapasitas tampung kawasan, perbaikan pakan dan manajemen, pemanfaatan pejantan terseleksi secara bertahap untuk peningkatan produktivitas individu dan peluang pengembangan pasar ternak bibit maupun ternak bakalan usia muda. Potensi strategis tersebut masih memiliki kelemahan yaitu, masih berbasis pada peternakan rakyat yang berciri skala usaha kecil, manajemen sederhana, pemanfaatan teknologi seadanya, lokasi tidak terkonsentrasi dan belum menerapkan sistem agribisnis. Kelemahan lain yang ada di lapangan yaitu kurangnya pengetahuan atau pemahaman mengenai manajemen pembibitan ternak yang baik​. ​Padahal untuk melakukan perbaikan dan peningkatan produksi memang tidak mudah karena menyangkut banyak faktor yaitu: pemilihan bibit atau bakalan (breeding), makanan yang baik (feeding), pengelolaan yang efisien (management), penanganan terhadap penyakit dan juga hal-hal yang berkaitan dengan masalah pemasaran produksi.



2



Unsur-unsur tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan harus mutlak diusahakan sebagai pendukung untuk mencapai produksi yang maksimal.



1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah pada praktik lapang ini adalah bagaimana manajemen breeding domba di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Kota Madiun​. 1.2 Tujuan Tujuan dari pelaksanaan praktik kerja lapang ini adalah untuk mengetahui manajemen ​breeding ternak domba di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Kota Madiun. 1.4 Manfaat Manfaat yang dapat diperoleh dari praktik kerja lapangan di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Kota Madiun. terkait majemen ​breeding ternak domba antara lain : 1. Mahasiswa/i bisa mengaplikasikan langsung teori yang dapat di perkuliahan dengan kenyataan dilapangan. 2. Mengetahui permasalahan peternakan di lapangan,khususnya tentang manajemen pembibitan ternak domba.



3



3. Sebagai bahan informasi bagi peternak tentang manajemen pembibitan ternak domba.



BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Domba Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia. Keuntungan selama pemeliharaan domba antara lain mudah beradaptasi terhadap lingkungan. Selain itu juga domba merupakan ternak yang cepat berkembang biak. (Sugeng, 1995). Domba yang kita kenal sekarang merupakan hasil domestikasi manusia yang sejarahnya diturunkan dari 3 jenis domba liar, yaitu Mouflon (Ovis musimon) yang berasal dari Eropa Selatan dan Asia, Argali (Ovis amon) berasal dari Asia Tenggara, Urial (Ovis Vignei) yang berasal dari Asia (Williamson and Payne, 1993). Klasifikasi ternak domba menurut Ensminger et al (2002) yaitu : Kingdom : Animalia Fillum : Chordata (hewan bertulang belakang) Kelas : Mamalia (hewan menyusui)



4



Ordo : Artiodactyla (hewan berkuku genap) Famili : Bovidae (hewan memamah biak) Genus : Ovis Spesies : Ovis aries Domba lokal mempunyai posisi yang strategis di masyarakat karena mempunyai fungsi ekonomis, sosisial dan budaya, merupakan sumber genetik yang khas untuk digunakan dalam perbaikan bangsa domba lokal maupun dengan domba impor (Sumantri et al., 2007). Bangsa-bangsa ternak lokal penting untuk dilindungi karena mempunyai keunggulan antara lain mampu bertahan hidup pada tekanan iklim dan pakan yang berkualitas rendah, tahan terhadap penyakit dan gangguan caplak, sumber gen yang khas, produktif dipelihara dengan biaya relatif rendah, mendukung keragaman pangan, pertanian dan budaya (FAO, 2009). 2.2 Manajemen ​Breeding 2.2.1 Kandang Di habitat aslinya, domba hidup di alam secara bebas. Aktivitas makan,minum, dan istirahat dilakukan tanpa kontrol manusia. Dalam hal ini, kandang memiliki fungsi sebagai berikut : 1. Melindungi domba dari hewan-hewan pemangsa maupun hewan pengganggu.



5



2. Sebagai tindakan perventif agar domba tidak merusak tanaman dan fasilitas lain di lokasi peternakan. 3. Tempat berteduh dari panas matahari dan hujan, serta sebagai tempat untuk beristirahat pada siang hari dan tidur pada malam hari. 4. Mempermudah peternak melakukan kontrol atau pengawasan terhadap kesehatan domba. 5. Tempat makan, minum, dan melakukan aktivitas lain bagi domba. 6. Kotoran domba lebih mudah dikumpulkan untuk pengolahan atau pemakaian lebih lanjut. 7. Domba-domba tidak mudah hilang atau terpisah dari kawanannya. 8. Membatasi gerak domba yang banyak menyita energi, seperti aktivitas berlari. 9. Memberikan kondisi iklim mikro yang sesuai dengan kebutuhan domba, sehingga mampu mencapai tingkat produksi optimal (Sodiq dan Abidin,2002). Kandang



domba/kambing



untuk



digembalakan



maupun



kandang



penggemukan dibedakan menjadi kandang yang langsung ketanah dan kandang yang memiliki tangga atau disebut kandang panggung. Pada kandang yang langsung ketanah dindingnya dibuat dari bambu atau dari kayu. Ukuran kandang untuk 2 (dua) ekor domba dewasa yaitu 1 m2. Dinding dibuat dari bambu yang dibelah, atau bambu bulat utuh yang barjarak 10-15 cm. Tergantung pada jenis kambing, misalnya pada kambing kacang jarak antara bambu yang satu dengan yang lainnya 10 cm. Atau dapat juga dibuat dari kayu sebagai pengganti bambu.



6



Tetapi untuk domba ekor gemuk/kambing Etawa dapat berjarak 15 cm. Apabila menggunakan kandang panggung maka diperlukan tangga untuk masuk kedalam kandang. Goat behavior (kebiasaan kambing) adalah memiliki sifat untuk pergi ke tempat yang lebih tinggi dari tanah. Sehingga kandang panggung adalah yang sesuai untuk kehidupan kambing (Sitepoe, 2008). Konstruksi harus diusahakan yang kuat, terutama tiang-tiangnya meskipun menggunakan bahan bangunan sederhana: a. Atap diusahakan dari bahan atap yang ringan dan memiliki daya serap panas yang relatif kecil. Untuk lokasi kandang di daerah panas dapat menggunakan atap rumbia atau ilalang, sedangkan di daerah dingin dapat menggunakan atap seng. b. Dinding harus diusahakan dari bahan bangunan seperti bambu yang dianyam



dan



ventilasinya



harus



diperhitungkan



supaya



pertukaran/sirkulasi udara berlangsung dengan baik tanpa pengganggu kenyamanan dan kesehatan ternak. Sesuai dengan fungsinya kandang harus menjamin ternak domba agar nyaman serta hidup sehat. Kandang juga harus memenuhi persyaratan tidak mengganggu lingkungan, terutama masyarakat sekitar, oleh karena itu kandang domba harus direncanakan dapat memenuhi syarat, seperti :



7



a. Kandang dibuat di daerah yang relatif lebih tinggi dari daerah sekitarnya,tidak lembab, lebih jauh dari kebisingan. b. Aliran/sirkulasi udara segar, terhindar dari aliran udara yang kencang; c. Sinar matahari pagi bebas masuk kandang, tetapi pada siang hari tidak sampai masuk ke dalam kandang. d. Agak jauh dari lokasi pemukiman, serta masyarakat tidak merasa terganggu



(utamanya



untuk



yang



sudah



masuk



kategori



perusahaan),tergantung kesepakatan dengan lingkungan masyarakat. e. Lokasi dianjurkan jauh dari sumber air minum yang digunakan oleh masyarakat sekitar, sehingga kotoran domba tidak mencemari, baik secara langsung maupun lewat rembesan. f. Usahakan lokasi kandang jauh dari tempat keramaian seperti : jalan raya,pasar, pabrik agar ketenangan ternak domba terjaga (Efendi, 2009). 2.2.2 Bibit Domba Peternak yang telah maju pasti akan selalu memilih tipe ataupun bangsa domba yang akan diternakkan. Di berbagai negara yang telah maju ternak domba diusahakan secara besar-besaran dan para peternak dengan mudah dapat memilih tipe-tipe domba yang diinginkan.



8



Secara umum ternak domba dikelompokan menjadi domba tipe potong,wol dan dual purpose, yakni sebagai penghasil daging dan sekaligus penghasil wol. 1. Kelompok domba tipe potong atau pedaging memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Bentuk badan padat, dada lebar dan dalam, leher pendek, garis punggung dan pinggang lurus. b. Kaki pendek, seluruh tubuh berurat daging yang padat. Termasuk domba tipe pedaging antara lain southdown, hampshire, dan oxford. 2. Domba tipe wol Kelompok domba tipe wol memiliki ciri-ciri sebagai berikut. a. Bertubuh ringan, kaki halus dan ringan, berdaging tipis, serta berperilaku lincah dan aktif. b. Antara



permukaan



berlipat-lipat.Termasuk



daging domba



dan tipe



kulit wol



agak



longgar



antara lain



dan



merino,



romboullet, dorset, dan suffolk. Domba asli Indonesia belum dapat dikelompokan dalam salah satu tipe yang ideal dari kedua tipe tersebut. Namun demikian, domba-domba di Indonesia umumnya mengarah ke tipe potong atau pedaging. Hal itu disebabkan domba tipe wol sampai saat ini belum dinikmati oleh peternak di Indonesia. Disamping itu pemasaran wol di Indonesia belum ramai kerena iklim Indonesia kurang sesuai untuk pemakaian wol, dan teknologi prosesing wol yang belum mendapat prioritas dari para



9



pengusaha. Konsumen domba di Indonesia lebih mengarah ke arah konsumsi daging (Sudarmono dan Sugeng, 2003). Sebagai pendekatan hasil seleksi untuk mendapatkan bibit yang baik, oleh peternak digunakan berbagai cara berdasarkan penilaian individual, penampilan, uji produksi dan silsilah. Pemilihan bibit sebagai calon induk dan pejantan dimaksudkan untuk memperoleh keturunan yang memiliki sifat-sifat yang baik, seperti kesuburan dan persentase kelahiran yang tinggi, kecepatan tumbuh yang baik dan produksi susu yang cukup. Untuk memilih ternak domba yang baik, banyak faktor yang harus dipertimbangkan oleh peternak di antaranya sebagai berikut. a. Kesehatan Kesehatan merupakan modal dasar dalam mengusahakan ternak domba yang menguntungkan. Kesehatan ternak domba ditunjukan pada penampilan dan perilaku domba bersangkutan, diantaranya sebagai berikut: - Selalu aktif dan lincah. - Kepala tegap dan pandangan mata cerah. - Warna bulu bersih. b. Ukuran tubuh besar Induk betina dan pejantan yang memiliki ukuran tubuh besar dengan bobot yang tinggi, kerangka, dan tulang-tulangnya besar dan kuat akan menghasilkan anak yang besar dan berbobot tubuh tinggi pula dan tumbuh cepat. c. Temperamen



10



Sifat keindukan seekor domba merupakan petunjuk bahwa induk tersebut akan merawat anaknya dengan baik. Keadaan ini ditunjukkan pada penampilan induk yang jinak serta sorot matanya yang bersifat ramah. Selain itu, induk selalu menjaga anaknya dari gangguan hewan lain. Induk yang temperamennya jelek akan membiarkan dan meninggalkan anaknya, tanpa menghiraukan anaknya mendekati untuk menyusui. Akibatnya, anak-anaknya tidak mendapatkan jaminan air susu induk. d. Kemampuan menghasilkan susu Untuk mengukur seekor induk mampu menghasilkan air susu dengan baik adalah bila produksi air susu 0,5-1,5 liter dan berlangsung minimum 8-10 minggu. e. Bobot lahir dan bobot sapih Anak domba yang memiliki bobot lahir tinggi akan lebih cepat tumbuh bila dibandingkan dengan anak domba yang lahir kecil. Dengan mengawinkan induk dan pejantan dari domba berbobot sapih yang tinggi diharapkan rataan bobot sapih pada keturunan berikutnya menjadi lebih tinggi. Faktor yang mempengaruhi bobot sapih domba di antaranya sebagai berikut: - Umur induk Pada umumnya induk muda akan melahirkan anak berbobot ringan dibandingkan anak yang berasal dari induk yang tua. - Kondisi induk Induk yang bertubuh gemuk cenderung melahirkan anak yang berbobot ringan.



11



- Mutu pakan - Jenis kelamin dan bangsa domba f. Kemampuan merumput Domba termasuk hewan yang suka merumput. Untuk mengimbangi sifat domba tersebut harus didukung oleh keadaan gigi dan rahang yang normal serta struktur kaki yang baik dan kuat. g. Silsilah Silsilah adalah catatan tertulis mengenai data-data potensial yang dimiliki seekor hewan, seperti berat sapihnya tinggi, kesuburan yang baik, dan kualitas karkas sehingga nantinya diharapkan dapat membantu peternak untuk menentukan induk yang dikawinkan periode berikutnya. Untuk memilih pejantan atau pemacek yang baik, peternak harus memperhatikan sifat-sifat yang baik pada seekor pejantan. Oleh karena itu, pejantan harus memenuhi kriteria sebagai berikut: - Berbadan normal, kondisi sehat, tingkah lakunya aktif, dan selalu siap untuk mengawini. - Buah pelir normal, berukuran besar, menggantung panjang dan simetris. - Tubuh berurat daging pada waktu berjalan selalu mengangkat kepalanya tinggi. Pemilihan dan perawatan bibit unggul merupakan kegiatan yang sangat penting dalam usaha ternak domba. Bila kedua hal ini diabaikan walaupun sarana dan



12



prasarana baik, tetap saja usahanya akan menemui kegagalan. Domba bisa saja tidak berproduksi dengan baik dari segi kualitas dan kuantitas. Penentuan, penyeleksian, dan pemilihan bibit domba dalam memulai usaha sangat penting adanya.



2.2.3 Pakan Rumen adalah alat pencernaan yang khas, terdiri atas 4 segmen, yakni rumen, reticulum, omasum, dan abomasum. Keempat segmen ini memilik aktivitas yang berbeda-beda, tetapi bekerja dalam satu kesatuan yang utuh dan saling menunjang. Berbeda dengan ternak monogastrik (yang memiliki perut tunggal), ruminansia tidak tergantung pada kadar zat-zat gizi pakan yang dikonsumsinya, karena proses-proses di dalam rumen mampu menghasilkan zat-zat gizi yang mudah diserap tubuh. Ada kalanya pemberian pakan berkadar protein tinggi tidak efisien, karena protein tersebut mudah terurai dan terfermentasi oleh mikroba di dalam rumen (Sodiq dan Abidin, 2002). Zat gizi makanan yang diperlukan oleh ternak domba dan mutlak harus tersedia



dalam



jumlah



yang



cukup



adalah



karbohidrat,



lemak,



protein,



vitamin,mineral dan air. Bahan pakan untuk domba pada umumnya digolongkan dalam 4 golongan sebagai berikut:



13



1. Golongan



Rumput-rumputan,



seperti



rumput



gajah,



benggala,



brachiaria,raja, meksiko dan rumput alam. 2. Golongan Kacang-kacangan, seperti daun lamtoro, turi, gamal, daun kacang tanah, daun kacang-kacangan, albisia, kaliandra, gliricidia dansiratro. 3. Hasil Limbah Pertanian, seperti daun nangka, daun waru, daun dadap,daun kembang sepatu, daun pisang, daun jagung, daun ketela pohon, daun ketela rambat dan daun beringin. 4. Golongan Makanan Penguat (konsentrat), seperti dedak, jagung kering, garam dapur, bungkil kelapa, tepung ikan, bungkil kedelai, ampas tahu, ampas kecap dan biji kapas (Departemen Pertanian, 2001). Hijauan segar yang dicari oleh pemilik atau pemelihara ternak berupa : daun lamtoro, daun nangka, daun turi, daun pisang, rumput liar atau rumput ditanam secara penanaman organik. Misal: rumput gajah, rumput kolonjono, dan lain-lain. Dari sisa hasil pertanian. Misal : jagung, terutama jagung baby corn atau sweet corn masih berumur muda, padi di sawah paska panen yang sudah tumbuh, sisa tanaman sayuran di daerah dingin, daun kentang, daun ubi rambat, daun ubi kayu (harus dilayukan dahulu banyak mengandung cianiada), daun tebu (pucuk tebu), daun kacang tanah, daun kacang kedelai, daun enceng gondok, daun pepaya, daun semangka, dan berbagai jenis daun lainnya (Sitepoe, 2008).



14



2.2.4 Sistem Reproduksi Sistem perkawinan pada domba/kambing sering dilakukan secara alami. Domba/kambing jantan akan dapat mengetahui yang mana domba/kambing betina yang sedang dalam masa birahi untuk dikawini. Pada domba/kambing dalam satu kelompok satu ekor jantan untuk 20-25 ekor betina. Apabila si jantan diikat dan betina juga diikat maka saat paling tepat untuk dikawinkan adalah 15-20 jam sesudah ada tanda-tanda birahi untuk domba dan 7-12 jam untuk kambing. Tetapi untuk kawin alam dalam satu kelompok tanpa diikat jantan maupun betina, maka si jantan akan mengetahui betina pada saat yang subur untuk dikawini. Baik pada jantan maupun betina sebelum kawin hendaknya diberi pakan berkualitas dua bulan sebelum masa kawin (Sitepoe,2008). Tanda-tanda awal terjadinya kebuntingan pada ternak domba sulit diketahui karena memang tak dapat diketahui secara visual. Ciri-ciri secara visual dapat diketahui dari perubahan perilaku sebagai berikut. a. Berahi berikutnya tidak timbul lagi. b. Perilakunya lebih tenang, tidak ingin mendekati ataupun didekati pejantan. c. Nafsu makan meningkat, bobot badan semakin bertambah, dan menjadi gemuk. d. Pada pertengahan kebuntingan perut sebelah kanan tampak semakin membesar atau menonjol.



15



e. Bagi domba yang baru pertama kali bunting, pertumbuhan ambingnya tampak nyata. f. Pertumbuhan anak di dalam kandungan untuk 100 hari yang pertama barlangsung lambat, kemudian tumbuh cepat selama 6-8 minggu terakhir.Oleh karena itu, untuk menjamin kesehatan induk dan anak dalam kandungan, pakan yang diberikan harus cukup dan bermutu (Sudarmono dan Sugeng, 2003). Lama kebuntingan bagi domba ± 150 hari (5 bulan). Menjelang kelahiran anak domba, kandang harus bersih dan diberi alas yang kering. Bahan untuk alas kandang dapat berupa karung goni/jerami kering. Obat yang perlu dipersiapkan adalah jodium untuk dioleskan pada bekas potongan tali pusar. Induk domba yang akan melahirkan dapat diketahui melalui perubahan fisik dan perilakunya sebagai berikut: 1. Keadaan perut menurun dan pinggul mengendur. 2. Ambing membesar dan puting susu terisi penuh. 3. Alat kelamin membengkak, berwarna kemerah-merahan dan lembab. 4. Ternak selalu gelisah dan nafsu makan berkurang. 5. Sering kencing. Proses kelahiran berlangsung 15-30 menit, jika 45 menit setelah ketuban pecah, anak domba belum lahir, kelahiran perlu dibantu. Anak domba yang baru lahir dibersihkan dengan menggunakan lap kering agar dapat bernafas. Biasanya induk



16



domba akan menjilati anaknya hingga kering dan bersih (Departemen Pertanian, 2001). 2.2.5 Kesehatan Ternak Kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan usaha ternak domba. Lemahnya kesehatan domba juga menyebabkan akan timbulnya penyakit. Untuk itu, menjaga kesehatan domba lebih penting dilakukan daripada harus mengobati. Namun demikian, pemahaman tentang penyakit yang menyerang domba, meliputi gejala, penyebab, dan cara mengatasinya, harus dikuasai peternak. Hal ini tidak lain untuk mempermudah peternak mengobati domba yang sakit (Sudarmono dan Sugeng, 2003). Secara umum pengendalian dan pencegahan penyakit yang terjadi pada domba dapat dilakukan dengan: 1. Menjaga kebersihan kandang, dan mengganti alas kandang. 2. Mengontrol anak domba (cempe) sesering mungkin. 3. Memberikan nutrisi dan makanan penguat yang mengandung mineral, kalsium dan mangan (Mn). 4. Memberikan makanan sesuai jadwal dan jumlahnya. Pakan yang berupa hijauan sebaiknya setelah dipotong, dilayukan terlebih dahulu sebelum diberikan.



17



5. Menghindari



pemberian



makanan



kasar



atau



hijauan



pakan yang



terkontaminasi siput dan sebelum diberikan sebaiknya dicuci dulu. 6. Sanitasi yang baik, sering memandikan domba dan mencukur bulu. 7. Tatalaksana kandang diatur dengan baik. 8. Melakukan vaksinasi dan pengobatan pada domba yang sakit (Departemen Pertanian, 2001). Pemeliharaan domba dapat berupa sebagai berikut : 1. Sanitasi dan Tindakan Preventif Sanitasi lingkungan dapat dilakukan dengan membersihkan kandang dan peralatan dari sarang serangga dan hama. Kandang terutama tempat pakan dan tempat minum dicuci dan dikeringkan setiap hari. Perlu dilakukan pembersihan rumput liar di sekitar kandang. Kandang ternak dibersihkan seminggu sekali. 2. Pengontrolan Penyakit Domba yang terserang penyakit dapat segera diobati dan dipisahkan dari yang sehat. Lakukan pencegahan dengan menyuntikan vaksinasi pada domba-domba yang sehat. 3. Perawatan Ternak Induk bunting diberi makanan yang baik dan teratur, ruang gerak yang lapang dan dipisahkan dari domba lainnya. induk yang baru melahirkan diberi minum dan



18



makanan hijauan yang telah dicampurkan dengan makanan penguat lainnya. Selain itu, induk domba harus dimandikan. Anak domba (cempe) yang baru dilahirkan, dibersihkan dan diberi makanan yang terseleksi. Cempe yang disapih perlu diperhatikan. Pakan yang berkualitas dalam bentuk bubur tidak lebih dari 0,20 kg satu kali sehari (Departemen Pertanian, 2001).



BAB III MATERI DAN METODE



3.1



Lokasi Dan Waktu Kegiatan Praktik kerja lapangan (PKL) manajemen ​breeding domba dilaksanakan



selama satu bulan, mulai tanggal 24 Oktober 2018, sampai 2 Desember 2018. Lokasi pelaksanaan PKL ini dilaksanakan di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Kota Madiun.



19



3.2



Khalayak Sasaran Khalayak sasaran dalam praktik lapang ini adalah manajemen ​breeding



domba di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Kota Madiun. 3.3



Materi Kegiatan Materi yang digunakan berupa : domba jantan, indukan domba betina dan



domba anakan. Peralatan yang digunakan adalah perlengkapan kandang, timbangan, dan peralatan ​recording​. 3.4



Metode Kegiatan



Metode yang digunakan adalah : 1.



Observasi



Melakukan pengamatan langsung di lokasi mengenai pejantan, betina dan anak ternak. 2.



Wawancara



Wawancara dilakukan kepada pihak pengelola Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Kota Madiun. 3.



Partisipasi Aktif



Terlibat langsung dalam seluruh kegiatan yang ada di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Kota Madiun. 3.5



Analisis hasil kegiatan



20



Analisa hasil PKL menggunakan analisa deskriptif berupa membandingkan data yang didapat di lapang dengan literatur serta teori yang didapat selama di bangku kuliah, variabel yang diamati adalah manajemen ​breeding.



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1 Keadaan umum lokasi PKL



21



Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) adalah lembaga pelatihan di bidang pertanian dan pedesaan yang dimiliki dan dikelola langsung oleh petani baik secara perorangan maupun kelompok. P4S tumbuh dan berkembang dari, oleh, dan untuk petani di pedesaan serta merupakan sentra pembelajaran petani yang berfungsi untuk meningkatkan SDM petani. Lokasi lembaga ini berada di Jl. Sarana Mulya Gg. Buntu Kel. Rejomulyo Kec. Kartoharjo Kota Madiun. 63111. Filosofi Pelatihan di P4S adalah berbagi bersama petani melalui upaya membantu petani agar mereka mampu menolong dirinya sendiri dalam meningkatkan harkat dan martabat sebagai petani. Lembaga Kajian dan Pengembangan Potensi Ummat (LKP2U) Madiun adalah lembaga swadaya masyarakat yang berkonsentarsi pada kegiatan pendampingan pengusaha kecil dan menengah yang berdiri pada tanggal 13 september 1993. Mulai tahun 1998 lembaga ini mengembangkan kegiatan yang berkitan dengan bidang pertanian, utamanya Pertanian Terpadu Ramah Lingkungan Berbasis Organik. Direktur P4S LKP2U Madiun adalah Kunto Setyono, BE, SE dengan Visinya adalah menjadi lembaga pelatihan di bidang pertanian dan pedesaan yang profesional dan terbaik di wilayah Jawa Timur bagian barat. Kandank Oewang ​adalah pelaksana bisnis dari P4S LKP2U Madiun yang berdiri pada 12 April 2013 dan bergerak di bidang agribisnis dengan fokus utama saat ini adalah usaha penggemukan kambing domba secara intensif dengan pakan silase dan konsentrat. Manajer Kandang Oewang saat ini adalah Muhammad Tanfidzul Khoiri



22



dengan Visi yaitu Menjadi Perusahaan Agribisnis yang Berbasis Tekno-Ekologis dan Menjadi Mitra Terbaik Bagi Petani dan Peternak Rakyat Terbesar di Indonesia. Bagan 1. Struktur keorganisasian



4.2 Manajemen ​Breeding ​Domba 4.2.1 Kandang 1. Letak Kandang lokasi kandang di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Kota Madiun



berada diujung jalan gang buntu, sehingga tidak terlalu dekat dengan



keramaian,namun masih bersandingan dengan rumah beberapa warga.



23



2. Konstruksi Kandang Model kandang di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Kota Madiun berada di dalam ruangan suatu bangunan yang dulu bekas pergudangan dan kontruksinya meliputi beberapa aspek antara lain : ● Ventilasi Ada 4 buah ventilasi dengan luas sekitar 1m x 1,5m yang terpasang sehingga udara bisa selalu bergantian. ● Arah kandang Arah bangunan kandang menghadap kearah timur namun dengan posisi dan letak kandang berada di dalam ruangan sehingga membuat sinar matahari tidak terlalu banyak memasuki kandang. ● Lantai kandang Di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Kota Madiun menggunakan model kandang gembala(alas tanah) yang disambung dengan kandang panggung sehingga mempunyai kolong. Alas agak tinggi dan jarak dari tanah adalah 100 cm. Alas juga dibuat dari bahan kayu. Lubang atau celah alas dibuat dengan jarak 2 cm sehingga kotoran dan air kencing mudah jatuh. Lantai kandang yang berada dibawah panggung di bangun dengan kemiringan ± 30º



24



yang dibagian ujung hilirnya dibentuk cekungan dan diberi kawat saring untuk aliran kencingnya. ● Dinding kandang Dinding ruangan terbuat dari tembok,sedangkang dinding kandang domba terbuat dari kayu dan bambu dengan sela-sela berjarak 10-15cm dan dibagian depan diberi sela dengan jarak ± 30 cm sehingga kepala domba dapat keluar untuk makan rumput yang disediakan di dalam tempat makan. ● Atap kandang Atap bangunan yang berada di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Kota Madiun terbuat dari bahan besi seng,sehingga membuat suasana kandang yang berada di dalam terasa panas meskipun desain atapnya dibuat bertingkat guna tambahan ventilasi yang berada di bangunan tersebut. 3. Ukuran Kandang Ukuran luas kandang pejantan 1m x 1m,untuk betina yang sedang bunting ataupun yang sudah melahirkan beserta anaknya pun secara bergerombol di letakkan di kandang yang ukuran luasnya ± 2m x 5m.sedangkan luas kandang yang ber-alas tanah ± 5m x 5m. 4. Peralatan Kandang



25



Peralatan kandang yang tersedia di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Kota Madiun antara lain tong untung menyimpan silase,timba untuk air minum,timbangan digital (max 200kg),selang,peralatan kebersihan dan kereta sorong. Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Kota Madiun juga mempunyai kandang karantina yang di letakkan di luar sebelah utara bangunan sehingga mengurangi efek penularan penyakit ternak domba yang bisa terjadi lewat udara. 4.2.2



Bibit Domba



Pemilihan bibit domba yang dilakukan di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Kota Madiun meliputi berbagai aspek pertimbangan antara lain : ● Kesehatan Terlihat aktif atau lincah,postur tubuhnya tegap ,mempunyai nafsu makan yang tinggi. ● Ukuran tubuh yang di lihat dari aspek BCS antara 3-4 Di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Kota Madiun belum melakukan seleksi bibit dengan mempertimbangkan aspek-aspek antara lain tempramen biit ternak,kemampuan menghasilkan susu,identifikasi bobot lahir dan sapih,kemampuan merumput dan silsilah. Hal ini disebabkan karena belum ada



26



penjual atau penyedia bibit indukan yang memperhatikan kualitas bibit indukan secara rinci.



4.2.3 Pakan Pemberian pakan di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Kota Madiun berdasarkan 10% dari bobot badan dan sesuai dengan fase fisiologisnya. 1. Bahan Pakan Domba bahan baku pakan domba yang diberikan di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Kota Madiun terdiri dari dua jenis, yaitu hijauan berupa silase dari tebon jagung dan konsentrat yang terdiri dari jagung, kedelai,dedak,onggok,ampok,polar dan ampas kecap. 2. Teknik Pemberian Pakan a. Pemberian pakan dengan cara digembalakan Pada cara ini domba dilepas untuk mencari pakan sendiri di lapangan pengembalan. Perlakuan dengan teknik ini diberikan kepada domba bunting muda dengan umur kebuntingan bulan ke 1-4 guna menekan biaya pakan.



27



b. Pemberian pakan dengan cara disediakan Pakan yang disediakan untuk ternak domba yang dipelihara di dalam kandang terus menerus pada umunya berupa hijauan dan pakan penguat. Dalam pemberiannya dilakukan 4 tahap dalam satu hari yaitu pada pagi jam 07.30 dan 09.30 kemudian sore hari pada jam 14.00 dan 16.00 dengan cara hijauan silase dimasukkan kedalam tempat makan domba kemudian ditaburkan kosentrat di atasnya.



Pakan diberikan dengan kapasitas dan prosentase seperti yang ada di dalam Tabel 1. berikut : Tabel 1. Tabel SOP Pakan Hijauan Silase Tebon No



Fase Ternak



Kosentrat jagung



1



Anak domba 2-3 bulan



10%



90%



2



Anak domba 4-7 bulan



40%



60%



3



Induk bunting tua (​flushing)



85%



15%



65%



35%



Induk laktasi (2 bulan setelah 4 melahirkan) Sumber : NRC Nutrient Requirements Of Sheep (1985)



3. Pemberian Air



28



Pemberiaan air minum untuk domba pada Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Kota Madiun dilakukan dengan cara mengisi timba air minum dengan ukuran setengah dari timba tersebut. Pemberian air minum dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari.



4.2.5 Sistem Reproduksi Sistem perkawinan yang dilakukan di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Kota Madiun adalah dengan cara sistem perkawinan secara alami dengan jumlah 1 domba jantan dicampur dengan beberapa domba betina yang siap dikawinkan pada satu kandang dengan kurun waktu 1-1,5 bulan. Ada juga beberapa aspek yang diperhatikan dalam hal sistem reproduksi : ●



Domba betina mulai dikawinkan yang pertama kali pada umur 12-15 bulan.







Domba betina yang baru melahirkan baru bisa dikawinkan lagi setelahnya jika sudah berjarak antara 40-60 hari.



● Penyapihan anak dilakukan pada umur 3 bulan. ●



Memberikan pakan yang berkualitas kepada ternak pada fase 1 bulan bunting tua dan 2 minggu setelah melahirkan.







Memberikan betadin kepada cempe yang baru lahir dengan cara mencelupkan tali ari yang sudah putus ke wadah kecil yang sudah diberi betadin.



29







Jika induk domba tidak mempunyai tempramen untuk menyusui cempenya maka cempe akan diberikan susu formula yang kusus untuk cempe domba/kambing. Proses kelahiran di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S)



Kota Madiun kebanyakan secara normal. Jadi induk dibiarkan melahirkan secara alami. Apabila terdapat kesulitan dalam melahirkan akan dibantu oleh petugas yang menangani kelahiran. Kemudian induk dengan sendirinya akan menjilati lendir yang ada di cempe,jika dirasa lama maka petugas akan membantu membersihkan lendirnya dengan kain.



4.2.5 Kesehatan Ternak Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Kota Madiun melakukan pencegahan dan penangan penyakit ternak diantaranya sebagai berikut : a. Menjaga kebersihan kandang panggung dari kotoran yang menumpuk 1



minggu dilakukan 2x, sedangkan kebersihan kandang gembala dilakukan 1 hari 1x. b. Kotoran ternak yang sudah mulai menumpuk dikeringkan dan digiling halus



untuk diolah menjadi pupuk kandang. c. Mengontrol anakan domba. d. Secara rutin 1 bulan 1x memberikan Vitamin B komplex. e. mencukur bulu domba yang sudah terlalu gimbal dan kotor.



30



f.



Melakukan penyemprotan disinfektan selama 1 minggu 2x.



g. Memberikan obat cacing kepada ternak yang baru memasuki kandang. h. Memberikan obat Entrostop jika ternak mengalami diare.



Di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Kota Madiun mempunyai kerjasama dengan dinas pertanian sekitar,sehingga mendapatkan bantuan jasa pengobatan ternak jika ternak mengalami penyakit yang serius.



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 kesimpulan Kesimpulan dari pelaksanaan PKL ini adalah manajemen ​breeding di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Kota Madiun sudah dilakukan dengan baik berdasarkan evaluasi yang ada, hal ini dilihat dari sistem perkandangan,manajemen pakan, dan sistem penanganan kesehatan ternak yang baik.



5.2 Saran



31



Saran dari pelaksanaan PKL ini adalah lebih memperhatikan seleksi bibit yang memperhatikan kualitas indukan secara rinci.Pengontrolan pada manajemen reproduksi sebaiknya lebih diintensifkan terutama saat proses melahirkan agar tidak terjadi kagagalan hingga cempe atau induknya berakibat kematian.



DAFTAR PUSTAKA Sodiq, A. 2010. ​Identifikasi Sistim Produksi dan Keragaan Produktivitas Domba Ekor Gemuk di Kabupaten Brebes Propinsi Jawa-Tengah. F ​ akultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto, Jawa-Tengah. Badan Pusat Statistik. 2017. ​Populasi ternak di jawa timur 2009-2017 (ekor).D ​ iakses tanggal 28 Januari 2019. https://jatim.bps.go.id/statictable/2018/10/18/1293/populasi-ternak-di-jawa -timur-2009-2017-ekor-.html Kurniawan, D. 2010. ​Manajemen Pemeliharaan Domba Ekor Gemuk Di UPTD Aneka Ternak Sambirejo, Sragen. F ​ akultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.



32



Departemen Pertanian, 2001. ​Beternak Domba​. http/www.deptan.go.id. Diakses pada hari Senin tanggal 7 Juni 2010 pukul 19.00. Efendi,



Y., 2009. ​Sistim Perkandangan Ternak Domba​. http/www.google.com.Diakses pada hari Senin tanggal 7 Juni 2010 pukul 19.00.



Sitepoe, M., 2008. ​Cara Memelihara Domba dan Kambing Organik.​ Indeks, Jakarta. Sodiq dan Abidin, 2002. ​Kambing Peranakan Etawa Penghasil Susu Berkhasiat​. Agromedia Pustaka, Jakarta. Sudarmono dan Sugeng, 2003. ​Beternak Domba.​ Penebar Swadaya. Jakarta. Hidayat, A. 2015. ​Manajemen Pembibitan Kambing Peranakan Etawa (Pe)Di Satuan Kerja Balai Pembibitan Dan Pembesaran Ternak Ruminansia (Bpbtr) Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo. ​Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah. Purworejo. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. 2006. ​Sukses eternak Kambing Dan domba. D ​ iakses tanggal 28 Januari 2019. http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/booklet/beternak_kambing_d omba_2006/fullteks_beternak_kambing_domba_2006.pdf?secure=1.



LAMPIRAN LAMPIRAN 1. DOKUMENTASI PKL Gambar 1. Pemotongan tebon jagung dengan cooper



33



Gambar 2. Silase yang sudah matang



k



a



a



Gambar 3. Nutrisi pakan silase



34



Gambar 4. Mencukur bulu domba



Gambar 5. Pembuatan kosentrat



35



Gambar 4. Penyerahan Sertifikat PKL dari P4S



36