Isi PTK Mapel Fiqih Kelas 7 Bab I - V [PDF]

  • Author / Uploaded
  • yasin
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



BAB I PENDAHULUAN A.



Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi



mengembangkan kemampuan dan membentuk watak peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu bidang studi yang harus dipelajari oleh peserta didik di Madrasah adalah Pendidikan Agama Islam, yang dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah terdiri dari empat mata pelajaran yaitu : Al- Qur’an Hadis, Akidah Akhlak, Fiqih dan Sejarah Kebudayaan Islam. Masing–masing mata pelajaran tersebut pada dasarnya saling terkait, isi mengisi dan melengkapi. Syari’ah Fiqih merupakan sistem norma (aturan) yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia dengan makhluk lainnya (muamalah) Pendidikan



shalat



kewajiban



bagi



mukallaf,



artinya



baru



wajib



melaksanakan shalat sudah akil balig, akil artinya berakal, yaitu akalnya berkembang sedemikian rupa sehingga sudah adanya kewajiban shalat. Sedangkan balig artinya sampai pertumbuhan dan perkembangan tertentu yaitu telah keluarnya mani bagi anak laki-laki dan menstruasi bagi anak perempuan, untuk mempersiapkan mereka agar mereka dapat melaksanakan shalat dengan baik maka nabi Muhammad SAW menyuruh anak-anak berumur 7 tahun mulai dilatih dan dibiasakan shalat. Dan pada umur 10 tahun hendaklah mendisiplinkan shalat secara lebih ketat, bahkan diperintahkan dipukul jika dengan sengaja meninggalkannya. Dipilihnya beberapa metode tertentu dalam suatu pembelajaran bertujuan untuk memberi jalan atau cara sebaik mungkin bagi pelaksanaan dan kesuksesan operasional pembelajaran. Sedangkan dalam konteks lain metode dapat merupakan sarana untuk menemukan, menguji dan menyusun data yang



2



diperlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu. Dalam hal ini metode bertujuan untuk lebih memudahkan proses dan hasil dalam pembelajaran sehingga apa yang direncanakan bisa diraih dengan sebaik dan semudah mungkin. Dengan demikian, jelas bahwa metode sangat berfungsi dalam menyampaikan materi pembelajaran. Perlu juga menjadi peretimbangan bahwa ada materi yang berkenaan dengan demensi afektif dan psikomorik, yang kesemuanya itu menghendaki pendekatan metode yang berbeda- beda. Madrasah pada dasarnya suatu pendidikan yang memberikan pendidikan ganda karena pendidikan lembaga ini memberikan agama dan umum. Madrasah Tsanawiyah Negeri Grong-grong Kabupaten Pidie menampakkan unsur–unsur agama yang lebih luas dibanding SMP/SLTP, maka perlu pembenahan yang lebih mantap agar bidang studi agama tersebut agar dapat diserap oleh peserta didik berpegang teguh pada ukuran norma atau nilai yang diyakini sesuatu yang baik. MTsN Grong-grong Kabupaten Pidie peserta didiknya berasal dari daerah pegunungan, dan mereka berjalan kaki, fenomena di MTsN Grong-grong masih banyak peserta didik yang belum benar dalam pengamalan tata cara shalat karena berbagai faktor diantaranya cara penyampaian pembelajaran yang masih bersifat tradisional, dan menjadi kebiasaan yang terjadi peserta didik hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh pendidik tanpa adanya suatu praktek atau pemeragaan dan faktor keluarga dimana bahwa dalam pelaksanaan dan pengamalan tata cara ibadah shalat orang tua tidak meneliti dan mengontrol anaknya. Kurangnya pengawasan dari orang tua, masalah ibadah terutama sholat, disamping itu model pembelajaran yang dilaksanakan proses pembelajaran di Madrasahpun juga serupa tanpa adanya pemeragaan atau praktek. Sedangkan pembelajaran, seperti yang didifisinikan Oemar Hamalik adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, internal material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada poses pembelajaran guru dihadapkan pada keragaman karakteristik dan dinamika perkembangan siswa yang berbeda–beda. Oleh karena itu mengajar adalah ilmu sekaligus seni. Ada ilmu mengajar saja belum cukup maka diperlukan seni dalam mengajar. Dalam proses belajar mengajar seorang guru harus mampu menentukan metode pembelajaran dengan tepat. Pemilihan metode harus



3



disesuaikan dengan maksud dan tujuan kegiatan belajar mengajar. Metode pembelajaran mempunyai peranan yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan. Metode sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa dianggap lebih signifikan dibanding dengan materi itu sendiri. Dengan menyampaian yang komunikatif lebih disenangi oleh siswa, meskipun materinya kurang manarik. Sebaiknya materi yang cukup menarik, karena penyampaianya kurang menarik maka materi itu kurang dapat diterima oleh siswa. Dipilihnya beperapa metode tertentu dalam suatu pembelajaran bertujuan untuk memberi jalan atau cara sebaik mungkin bagi pelaksanaan dan kesuksesan operasional pembelajaran. Dari permasalahan di atas, peneliti melalui studi tindakan kelas akan melakukan penelitian dengan judul : “Peningkatan Ketrampilan Praktek Ibadah Peserta Didik Mata Pelajaran Fiqih Materi Shalat Lima Waktu Melalui Metode Demonstrasi Kelas VII-2 Semester I MTsN Grong-Grong Kabupaten Pidie Tahun Pelajaran 2015/2016.” B.



Identifikasi Masalah Dari uraian diatas penulis mengidentifikasi beperapa masalah yang timbul



antara lain : 1.



Sebagian siswa dalam melaksanakan gerakan shalat belum benar.



2.



Kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak masalah pengamalan ibadah shalat.



3.



Cara



penyampaian



pembelajaran



terhadap



peserta



didik



hanya



mendengarkan pendidik tanpa adanya suatu praktek atau pemeragaan. Dengan melihat fenomena inilah yang menarik penulis untuk mengadakan penelitian sehingga dapat mengetahui akurasi pengamalan ibadah shalat. C.



Pembatasan Masalah Untuk menghindari kesalah pahaman penafsiran dan pengertian yang benar



terhadap penelitian di atas, maka peneliti berusaha menjelaskan berbagai istilah pokok yang terkandung dalam judul sebagai berikut :



4



1.



Upaya Upaya adalah usaha (syarat) untuk menyampaikan sesuatu maksud.



2.



Meningkatkan Berasal dari kata tingkat yang berarti menaikkan (derajat, taraf)



mempertinggi, memperhebat mendapat awalan “me” dan akhiran “an” yang mengandung arti usaha untuk menuju yang lebih baik. 3.



Pengamalan Pengamalan berasal dari kata dasar amal , yang mempunyai arti perbuatan



baik yang mendatangkan pahala (menurut ketentuan agama Islam), sedangkan pengamalan itu sendiri mempunyai arti proses (perbuatan) melaksanakan; pelaksanaan; penerapan atau proses (perbuatan) menunaikan (kewajiban, tugas). Dari pengertian pengamalan tersebut penulis menerangkan tentang perbuatan, gerakan dan bacaan dalam pelaksanaan ibadah shalat. 4.



Ibadah shalat



a.



Ibadah Ibadah dilakukan untuk memenuhi kehendak Allah sedangkan bentuk dan



tata cara pelaksanaannya sepenuhnya dilakukan sesuai dengan petunjuk Allah dan penjelasan



yang



diberikan



oleh



nabi



Muhammad



SAW. Ahli



lughat



mengartikannya taat, menurut, mengikuti, tunduk. Dan mereka mengartikan juga tunduk yang setinggi-tinginya, dan doa. b.



Shalat Menurut bahasa, shalat artinya bedo’a sedang menurut istilah syara’ ialah



rangkaian kata dan perbuatan yang telah ditentukan, dimulai dengan membaca takbir dan diakhiri dengan salam, menurut-syarat dan rukun yang telah ditentukan. Shalat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah shalat wajib. Penulis memilih shalat wajib, karena setiap orang muslim yang sudah baligh diwajibkan untuk melaksanakan ibadah shalat Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengamalan ibadah shalat yaitu suatu perbuatan atau amalan yang dikerjakan berdasarkan perintah dan petunjuk Allah semata-mata untuk berbakti kepada-Nya .



5



5.



Fiqih Kata Fikih secara arti kata berarti : “paham yang mendalam”. Tetapi fiqih



yang dimaksud dalam laporan penelitian ini adalah salah satu mata pelajaran yang terdapat di kelas VII-2 MTsN Grong-Grong Kabupaten Pidie. Adapun ruang linkup Fiqih di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam dalam mengatur dan ketentuan menjalankan hubungan manusia dengan Allah SWT. Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar fiqih dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa yang digambarkan dalam nilai mata pelajaran fiqih. 6.



Strategi Demonstrasi Yang di maksud dengan strategi demonstrasi ialah metode mengajar dengan



menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu pada siswa. Untuk memperjelas pengertian



tersebut dalam prakteknya dapat di



lakukan oleh guru atau anak didik itu sendiri. Metode Demonstrasi cukup baik apabila di gunakan dalam penyampaian bahan pelajaran fikih, misalnya bagaiamana cara, shalat. Demonstrasi



yang



dimaksud



ialah



suatu



metode



mengajar



yang



memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu. Metode demonstrasi adalah metode pembelajaran yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik. Metode demonstrasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penerapan sebuah



metode



dalam



pembelajaran



melalui



proses



demonstrasi



pada



pembelajaran shalat yang dilakukan oleh guru kelas VII-2 MTsN Grong-grong Kabupaten Pidie kepada peserta didiknya. Jadi penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan tindakan kelas untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik kelas VII-2 pada MTsN Grong-grong materi Shalat lima waktu dengan menggunakan metode demonstrasi.



6



7.



Siswa Kelas VII-2 MTsN Grong-Grong Kabupaten Pidie MTsN Grong-Grong Kabupaten Pidie adalah Madrasah Tsanawiyah Negeri”



yang berlokasi di Jalan Banda Aceh – Medan Desa Sukon Kecamatan Gronggrong Kabupaten Pidie. D.



Perumusan Masalah Berasal dari latar belakang permasalahan tersebut, maka dapat dirumuskan



menjadi fokus kajian dalam laporan penelitian yaitu : ”Apakah penerapan strategi demonstrasi dapat meningkatkan akurasi ketrampilan pengamalan ibadah shalat pada mata pelajaran fiqih kelas VII-2 MTsN Grong-Grong Kabupaten Pidie” ? E.



Manfaat Penelitian Setelah merumuskan tujuan yang ingin dicapai, penelitian ini diharapkan



juga dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis. 1.



Secara teoritis Dapat memberi masukan dan informasi secara teori dengan tema dan judul



yang sejenis. 2.



Secara praktis



a.



Bagi Madrasah Sebagai bahan dan masukan serta informasi bagi Kepala Sekolah, guru,



maupun siswa dalam meningkatkan prestasi belajar, khususnya mata pelajaran fiqih. b.



Bagi Orang Tua Siswa Sebaiknya, orang tua siswa memperhatikan prestasi belajar fikih kepada



anaknya, karena prestasi belajar fiqih memiliki peranan yang positif untuk meningkatkan pengamalan ibadah shalat. c.



Bagi siswa Untuk mengetahui ada atau tidak adanya efek pendidikan agama Islam



terhadap pengamalan ibadah siswa di sekolah tersebut yakni belajar fiqih memiliki peranan yang positif untuk meningkatkan akurasi pengamalan ibadah shalat.



7



BAB II LANDASAN TEORI A.



Landasan Teori



1.



Pengertian pengamalan Pengamalan berasal dari kata dasar “amal”, yang mempunyai arti perbuatan



baik yang mendatangkan pahala (menurut ketentuan agama Islam), sedangkan pengamalan itu sendiri mempunyai arti proses (perbuatan) melaksanakan; pelaksanaan; penerapan atau proses (perbuatan) menunaikan (kewajiban, tugas). Dari pengertian di atas, pengamalan berarti sesuatu yang dikerjakan dengan maksud berbuat kebaikan, dari hal di atas pengamalan masih butuh objek kegiatan.Sedangkan pengertian ibadah menurut Hasby Ash Shiddieqy yaitu segala taat yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah dan mengharap pahala-Nya di akhirat. Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa pengamalan ibadah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri sehingga akan mendatangkan pahala dan hasil belajar mata pelajaran fiqih sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan oleh Madrasah Tsanawiyah Negeri Grong-grong Kabupaten Pidie. 2.



Hakikat ibadah Hakekat ibadah adalah ketundukan jiwa yang timbul karena perasaan cinta



akan Tuhan yang Ma’bud dan merasakan kebesaran-Nya, lantaran beritikad bahwa alam ada kekuasaan, yang akal tidak dapat mengetahui hakikatnya. Boleh juga dikatakan memperhambakan jiwa dan mempertundukannya kepada kekuasaan yang ghaib tak dapat diliputi ilmu dan tak dapat diketahui hakikatnya. Ibadah menurut para sufi menekankan pada upaya kelanggengan hubungan komunikatif dengan Allah. Mereka menyembah kepada Allah karena keyakinnan bahwa Dia memang seharusnya disembah, Ibadah secara menyeluruh oleh para ulama telah dikemas dalam sebuah disiplin ilmu, yang dinamakan ilmu fiqih dan fiqih Islam. Karena seluruh tata peribadatan telah dijelaskan didalamnya, sehingga perlu diperkenalkan sejak dini dan sedikit demi sedikit dibiasakan dalam diri



8



anak, agar kelas mereka menjadi insan–insan yang bertakwa. Pranata-pranata ibadah di dalam Islam termasuk shalat, karena shalat merupakan tiang dari segala amal ibadah. B.



Materi Belajar Materi pembelajaran pada penelitian ini mengemukakan mata pelajaran, KI



dan KD, dan indikatornya. Selanjutnya mengurai konsep materi dari setiap indikator yang bersumber dari referensi yang standar. Mata pelajaran yang penulis ampu adalah Fiqih. dengan struktur sebagai berikut: 1.



Kompetensi Inti (KI)



:



1.1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya 1.2. Menghargai dan menghayati prilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergauan dan keberadaannya 1.3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata 1.4. Mencoba, mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/ teori 1.



Kompetensi dasar (KD) Adapun KD yang terdapat pada KI 3 adalah sebagai berikut: 1.2. Menghayati ketentuan shalat lima waktu 2.2



Menghayati hikmah shalat lima waktu



3.3



Memahami waktu-waktu shalat lima waktu



3.4



Memahami ketentuan sujud sahwi



4.2



Mempraktikkan azan dan iqamah



4.3



Mempraktikkan shalat lima waktu



4.5



Memperagakan sujud sahwi



9



2. Indikator-indikator Adapun indikator–indikator KD 3.1 adalah sebagai berikut :



3.



1.



Menjelaskan pengertian shalat



2.



Menjelaskan sunnah shalat



3.



Menjelaskan rukun shalat



4. 5.



Menjelaskan hal hal yang membatalkan shalat Menjelaskan waktu shalat lima waktuMenjelaskan pengertian sujud



6. 7. 8.



sahwi Menjelaskan sebab-sebab sujud sahwi Memperagakan salat lima waktu Mendemonstrasikan sujud sahwi



Uraian materi Shalat Lima Waktu Sholat lima waktu merupakan salah satu kewajiban yang harus dikerjakan



oleh setiap orang islam dimanapun, kapanpun dan dalam kondisi bagaimanapun. Sholat juga merupakan tiang agama, barang siapa mengerjakannya berarti ia telah menegakkan agamanya.Dan barang siapa meninggalkanya berarti ia telah merobohkan agamanya. Sholat yang kita kerjakan haruslah sesuai dengan sholat yang telah dituntunkan atau dicontohkan oleh Rosulullah SAW. Oleh karena itu supaya sholat kita dapat lebih baik dan sempurna maka bacalah dan perhatikan ketentuan-ketentuan sholat sebagaimana diuraikan dalam meteri berikut ini. a.



Pengertian Dan Dalil Shalat Wajib Shalat secara bahasa berarti doa. Sedangkan menurut istilah syara’ shalat



adalah ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan tertentu, yang diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Shalat wajib juga disebut juga dengan shalat fardlu atau shalat maktubah yang berarti shalat yang harus dikerjakan orang Islam yang telah memenuhi syarat. Yang dimaksud salat wajib di sini adalah shalat lima waktu yaitu shalat zuhur,asar, maghrib isya’ dan subuh. Dasar hukum diwajibkannya shalat lima waktu adalah firman Allah :



10



Artinya : “Dan dirikanlah shalat dan bayarkanlah zakat, dan ruku`lah bersama orang-orang yang ruku`”(QS. Al-Baqarah : 43)



Artinya : “Amal yang pertama kali akan dihisab bagi seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik, maka akan dinilai baik semua amalnya yang lain dan jika shalatnya rusak maka akan dinilai jeleklah semua amalnya yang lain”. (HR. at-Tabrani) Shalat dalam Islam menempati kedudukan sangat penting, karena shalat merupakan ibadah yang pertama kali akan dihisab (dihitung) pertanggung jawabannya kelak di hari kiamat. b.



Rukun Shalat 1.



Niat



2.



Berdiri jika mampu



3.



Takbiratul Ikhram



4.



Membaca surat al-fatihah



5.



Ruku` dan tuma`ninah



6.



I`tidal dan tuma`ninah



7.



Sujud dan tuma`ninah



8.



Duduk diantara dua sujud dan tuma`ninah



9.



Duduk tasyahud akhir



10.



Membaca tasyahud akhir



11.



Membaca shalawat kepada Nabi



12.



Membaca salam pertama



13.



Tartib



c.



Rukun shalat tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu :



1. 2.



Rukun Qalbi, yaitu niat Rukun qauli, yaitu rukun yang berupa ucapan (contoh : Takbiratul ikhram, membaca surat al-fatihah, membaca tasyahud akhir, membaca salam)



11



3.



Rukun fi`li, yaitu rukun yang berupa gerakan (contoh : sujud, ruku`, I`tidal dll).



d.



e.



Syarat Wajib Shalat 1.



Islam



2.



Baligh. Batasan baligh dalam Islam adalah : a.



Bagi lak-laki telah keluar seperma atau mimpi basah



b.



Bagi perempuan telah keluar darah haid



3.



Berakal, tidak gila atau mabuk.



4.



Suci dari haid dan nifas bagi perempuan.



5.



Telah sampai dakwah kepadanya



6.



Terjaga, tidak sedang tidur.



Syarat Sah Shalat



Suci badan dari hadats besar dan kecil



Artinya : “Allah tidak menerima shalat seseorang diantara kamu yang berhadats sehingga dia berwudhu”.(HR. Bukhari dan Muslim) 1.



Suci badan, pakaian dan tempat dari najis



2.



Menutup aurat. Aurat laki-laki adalah antara pusar sampai lutut, sedang aurat perempuan adalah seluruh anggota badan kecuali kedua telapak tangan dan wajah.



3.



Telah masuk waktu shalat



4.



Menghadap kiblat Salah satu dari syarat sah shalat, firman Allah dalam Al Qur’an yang berbunyi :



Artinya : “maka palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. (QS. al-Baqarah : 144)



12



f.



Yang Membatalkan Shalat a) Berbicara dengan sengaja b) Bergerak dengan banyak (3 kali gerakan atau lebih berturut-turut) c) Berhadats d) Meninggalkan salah satu rukun shalat dengan sengaja e) Terbuka auratnya f) Merubah niat g) Membelakangi kiblat, kecuali sedang diatas kendaraan. h) Makan dan minum i) Tertawa j) Murtad



g.



Sunnah Shalat Sunah shalat merukan ucapan atau gerakan yang dilaksanakan dalam shalat selain rukun shalat. Sunah-sunah shalat dibagi menjadi dua, yaitu : 1.



Sunah `Ab`ad Sunah `ab`ad adalah amalan sunah dalam shalat yang apabila



terlupaka harus diganti dengan sujud sahwi. Yang termasuk sunah ab`ad adalah :



2.



a)



Tasyahud awal



b)



Duduk tasyahud



c)



Membaca selawat nabi ketika tasyahud awal



d)



Membaca selawat kepada keluarga nabi ketika tasyahud akhir



e)



Membaca do’a qunut pada waktu shalat subuh



Sunah hai`at Sunah hai`at adalah amalan sunah dalam shalat yang apabila



terlupakan tidak perlu diganti dengan sujud sahwi. Yang termasuk sunah hai`at adalah : a.



Mengangkat tangan ketika takbiratul ikhram



b.



Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri ketika sedekap.



c.



Memandang ke tempat sujud



d.



Membaca do`a iftitah



e.



Tuma`ninah (diam sejenak) sebelum atau sesudah membaca surat al-Fatihah.



13



f.



Membaca lafald “amin” sesudah membaca surat al-Fatihah.



g.



Membaca surat selain surat al-Fatihah setelah membaca surat alFatihah.



h.



Memperhatikan/mendengarkan bacaan imam (bagi makmum)



i.



Mengeraskan suara pada dua rakaat pertama shalat maghrib, isya dan subuh.



j.



Membaca takbir ibntiqal setiap ganti gerakan kecuali ketika berdiri dari ruku`.



k.



h.



Membaca do’aketika i`tidal.



Hikmah Shalat 1.



Mendidik disiplin dan menghargai waktu..



2.



Menjadikan hati tenang karena shalat merupakan hubungan antara seorang hamba dengan Tuhannya. seorang muslim bisa mendapatkan lezatnya bermunajat dengan tuhannya ketika shalat, sebab jiwanya menjadi



tenang,



hatinya



tentram,



dadanya



lapang,



keperluannyaterpenuhi, dan dengannya sesorang bisa tenang dari kebimbangan dan problematika duniawi 3.



Menyadarkan manusia tentang hakekat dirinya yang merupakan hamba Allah SWT yang harus senantiasa menyembahnya.



4.



Menanamkan nilai tidak ada yang memberi kenikmatan dan pertolongan selain Allah SWT.



5.



Shalat dapat menjauhkan diri dari perbuatan keji dan munkar (jelek)



Artinya : “Sesungguhna sholat itu dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar” 6. i.



Shalat dapat menjauhkan diri dari sifat sombong.



Bacaan Bacaan Shalat 1.



Niat Pada prinsipnya niat dilakukan dalam hati, tetapi jika dilafazdkan



sebagai berikut:



14



2. Takbiratul Ikhram dengan membaca



(Allahu akbar)



3. Membaca Do`a Iftitah Menurut pendapat ulama, ada dua macam do`a iftitah, yaitu : a.



Macam Pertama



b.



Macam Kedua



4. Membaca Surat al-Fatihah didahului dengan membaca ta`awudz 5. Membaca Surat Pendek 6. Ruku` dan Tuma`ninah Do`a yang dibaca ketika ruku`



7. I`tidal dan Tuma`ninah Do`a yang dibaca ketika I`tidal



15



8. Sujud Pertama dan Tuma`ninah Do`a yang dibaca ketika sujud



9. Duduk diantara 2 sujud dan Tuma`ninah Do`a yang dibaca ketika duduk diantara dua sujud



10. Sujud Kedua dan Tuma`ninah 11. Duduk Tasyahud 12. Membaca Tasyahud Akhir Bacaan tasyahud akhir



13. Membaca Shalawat Kepada Nabi Bacaan shalawat kepada nabi



14. Salam C.



Tindakan Tindakan yang dipergunakan adalah peningkatan preses belajar peserta didik



pada mata pelajaran Fiqih materi ketentuan shalat lima waktu. Tindakan merupakan upaya yang dilakukan untuk mengadakan perubahan. Ia merupakan salah satu dari variabel dan ia merupakan tindakan untuk mengadakan perubahan dari metode lama ke metode baru. Hal yang perlu dikemukakan disini adalah:



16



Pembelajaran Fiqih yang ada di madrasah saat ini tidak terlepas dari kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu Kurikulum Peraturan Menteri Agama RI. Peraturan Menteri Agama RI sebagaimana dimaksud adalah kurikulum operasional yang telah disusun oleh dan dilaksanakan di masingmasing



satuan



pendidikan.



Sehingga



kurikulum



ini



sangat



beragam.



Pengembangan Kurikulum K13 yang beragam ini tetap mengacu pada Standar Kompetensi Fiqih, lingkup materi minimal, dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai tingkat kelulusan minimal, sesuai dengan tujuan dan fungsi pembelajaran fiqih. 1.



Fungsi Sedangkan Fungsi mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah adalah: a.



Mendarong tumbuhnya kesadaran beribadah siswa kepada Allah SWT.



b.



Menanamkan kebiasaan melaksanakan syarit Islam di kalangan siswa dengan iklas.



c.



Mendorong tumbuhnya kesadaran siswa untuk mensyukuri nikmat Allah SWT dengan mengolah dan memanfaatkan alam untuk kesejahteraan hidup.



d.



Membentuk kebiasaan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab sosial dimadrasah dan di masyarakat.



e.



Membentuk kebiasaan berbuat/berperilaku yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di madrasah dan masyarakat.



2.



Tujuan Adapun Tujuan Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah adalah : a.



Agar siswa dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli, sebagai pedoman hidup bagi kehidupan pribadi dan sosialnya.



b.



Agar siswa dapat melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar, sehingga dapat menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.



Tindakan yang dipergunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Adapun model tindakan dalam penelitian ini bentuknya ada



17



dua, yakni metode yang dipergunakan dalam proses pembelajaran yang menimbulkan masalah dan metode yang dipergunakan untuk memecahkan masalah. Metode yang menimbulkan masalah disebut metode lama yang telah dilakukan dan metode untuk memecahkan masalah disebut metode baru, yakni metode yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran yang akan datang. Disini metode lama adalah metode komvensional sedangkan metode baru adalah metode Demontrasi, Masing-masing metode diberi penjelasan sebagai berikut: 3. 1)



a)



Metode Pembelajaran Metode konvensional Pengertian Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1991:523) konvensional artinya



berdasarkan kebiasaan atau tradisional. Jadi, pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru. Pada umumnya pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang lebih terpusat pada guru. Akibatnya pembelajaran kurang optimal karena guru membuat siswa pasif dalam kegiatan belajar dan pembelajaran. Metode yang sering dipakai dalam pembelajaran konvensional antara lain adalah ekspositori. Metode ekspositori sama seperti metode ceramah dalam hal terpusatnya kegiatan pada guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran). Tetapi pada metode ekspositori dominasi guru sudah banyak berkurang, karena tidak terus menerus berbicara. Ia berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya jawab. Siswa tidak hanya mendengar dan membuat catatan. Guru bersama siswa berlatih menyelesaikan soal latihan dan siswa bertanya kalau belum mengerti. Guru dapat memeriksa pekerjaan siswa secara individual, menjelaskan lagi kepada siswa secara individual atau klasikal. Siswa mengerjakan latihan sendiri atau dapat bertanya pada temannya atau disuruh guru mengerjakan di papan tulis. Walaupun dalam hal terpusatnya kegiatan pembelajaran masih kepada guru tetapi dominasi guru sudah banyak berkurang. b)



Ciri-ciri Pembelajaran Konvensional Secara umum, ciri-ciri pembelajaran konvensional adalah:



18



1.



Siswa adalah penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima pengetahuan dari guru dan pengetahuan diasumsinya sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki sesuai



2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



dengan standar. Belajar secara individual Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis Perilaku dibangun atas kebiasaan Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik Interaksi di antara siswa kurang Guru sering bertindak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.



c)



Tujuan dan Kegunaan Untuk menguraikan tujuan metode pengajaran, dikemukakan oleh Omar



Muhammad Al-Taumy yang dikutip Ramayulis sebagai berikut: 1.



Menolong pelajar untuk mengembangkan pengetahuan, pengalaman,



2.



keterampilan dan sikapnya. Membiasakan siswa menghafal,



memahami,



berfikiran



sehat,



memperlihatkan dengan tepat, mengamati dengan tepat, rajin, sabar 3.



dan teliti dalam menuntut ilmu. Memudahkan proses pengajaran itu bagi pelajar dan membuatnya



4.



mencapai sebanyak mungkin tujuan yang diinginkannya. Menciptakan suasana yang sesuai dengan pengajaran yang berlaku, sifat percaya-mempercayai dan hormat-menghormati antara guru dan murid serta hubungan baik antara keduanya.



d)



Langkah-langkah kegiatan Langkah-langkah



pembelajaran



dengan pendekatan



pembelajaran



konvensional adalah sebagai berikut: 1.



Guru memberikan apersepsi terhadap siswa dan memberikan motivasi kepada siswa tentang materi yang diajarkan



2.



Guru menerangkan bahan ajar secara verbal



3.



Guru memberikan contoh-contoh sebagai ilustrasi dari apa yang sedang diterangkan dan juga untuk memperdalam pengertian, guru memberikan contoh langsung seperti benda, orang, tempat, atau contoh tidak langsung, seperti model, miniatur, foto, gambar di papan



19



tulis dan sebagianya. Contoh-contoh tersebut sedapat mungkin diambil dari lingkungan kehidupan sehari-hari siswa-siswi. 4.



Guru memberikan kesempatan untuk siswa bertanya dan menjawab pertanyaannya



5.



Guru memberikan tugas kepada siswa yang sesuai dengan materi dan contoh soal yang telah diberikan



6.



Guru mengkonfirmasi tugas yang telah dikerjakan oleh siswa



7.



Guru menyimpulkan inti pelajaran



Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran konvensional guru memberikan apersepsi dilanjutkan dengan menerangkan bahan ajar secara verbal dilanjutkan dengan memberikan contohcontoh, guru membuka sesi tanya jawab dan dilanjutkan dengan pemberian tugas, guru melanjutkan dengan mengkonfirmasi tugas yang dikerjakan siswa dan guru menyimpulkan inti pelajaran. e)



Kelebihan dan kekurangan Namun perlu diketahui bahwa pengajaran model ini dipandang efektif atau



mempunyai keunggulan, terutama: 1. Berbagai informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain 2. Menyampaikan informasi dengan cepat 3. Membangkitkan minat akan informasi 4. Mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan 5. Mudah digunakan dalam proses belajar mengajar.



Sedangkan kelemahan pembelajaran ini adalah sebagai berikut: 1. Tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik 2.



mendengarkan Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan



3. 4. 5.



apa yang dipelajari Para siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas Daya serapnya rendah dan cepat hilang karena bersifat menghafal.



2)



dengan



Metode Demonstrasi



20



a.



Pengertian Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah metode pembelajaran yang menggunakan



pemeragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik. Demonstration is a strategy to use when you are teaching any kind of step by step procedure as possible you encourage student to be mentally a cert” ( Demonstrasi adalah strategi yang digunakan ketika mengajar berbagai jenis melangkah langkah demi langkah sebisa mungkin mendorong siswa berani secara mental ) Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang cukup efektif, sebab membantu para siswa untuk memperoleh jawaban dengan mengamati suatu proses atau peristiwa tertentu. Pada intinya metode bertujuan untuk mengantarkan sebuah pembelajaran kearah tujuan tertentu yang ideal dengan cepat dan tepat sesaui dengan yang diinginkan.



Karenanya,



terdapat



suatu



prinsip



yang



umum



dalam



memfungsikan ,metode yaitu prinsip menyenangkan, menggembirakan penuh dorongan dan motivasi sehingga materi pembelajaran itu menjadi lebih mudah untuk diterima peserta didik. Dari beberapa pengertian di atas disimpulkan bahwa metode demonstrasi adalah suatu metode mengajar dimana seorang guru atau orang lain bahkan murid sendiri memperlihatkan kepada seluruh kelas tentang suatu proses melakukan atau jalannya suatu proses perbuatan tertentu. Contohnya proses mengerjakan shalat. b.



Tujuan Metode Demonstrasi Sesuai dengan definisi metode demonstrasi yaitu memperlihatkan,



memperagakan dan mempraktekkan, maka tujuan demonstrasi yaitu anak diarahkan dan dibimbing untuk menggunakan mata dan telinganya secara terpadu sebagai hasil dari pengamatan. Tujuan pokok penggunaan metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar ialah untuk memperjelas pengertian konsep dan memperlihatkan (meneladani) cara melakukan sesuatu atau proses terjadinya sesuatu. Metode demonstrasi merupakan suatu wahana untuk memberikan pengalaman belajar agar anak dapat menguasai pelajaran lebih baik. Metode demonstrasi anak dilatih untuk menangkap unsur-unsur penting untuk proses



21



pengamatan, maka kemungkinan melakukan kesalahan sangat kecil bila terus menirukan apa yang telah didemonstrasikan oleh guru dibandingkan jika ia melakukan hal yang sama hanya berdasarkan penjelasan lisan. Demonstrasi memiliki makna penting bagi anak antara lain: a.



Dapat



memperlihatkan



secara



konkret



apa



yang



dilakukan/



dilaksanakan/ diperagakan. b.



Dapat mengkomunikasikan gagasan, konsep, prinsip dengan peragaan.



c.



Membantu mengembangkan kemampuan mengamati secara teliti dan cermat.



d.



Membantu mengembangkan untuk melakukan segala pekerjaan secara teliti dan cermat.



e.



Membantu mengembangkan kemampuan menirukan dan pengenalan secara tepat.



Metode demonstrasi mempunyai pengaruh terhadap proses belajar peserta didik dan bertujuan sebagai berikut: a.



Memberikan latihan keterampilan tertentu pada peserta didik.



b.



Memudahkan penjelasan dan peserta didik terampil melakukannya.



c.



Membantu peserta didik dalam memahami suatu proses secara cermat dan teliti.



c.



Aspek-Aspek dalam Metode Demonstrasi a.



Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati oleh peserta didik.



b.



Demonstrasi menjadi kurang efektif jika tidak diikuti oleh aktivitas peserta didik.



d.



c.



Tidak semua hal dapat didemonstrasikan.



d.



Hendaknya dilakukan dalam hal yang bersifat praktis.



e.



Beri pengertian dan landasan teori yang akan didemonstrasikan.



f.



Memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang. Langkah-Langkah Metode Demonstrasi



22



Langkah-langkah perencanaan dan persiapan yang perlu ditempuh agar metode demonstrasi dapat dilaksanakan dengan baik adalah: 1.



Perencanaan



Hal yang dilakukan adalah: 1)



Merumuskan tujuan yang jelas baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang diharapkan dapat ditempuh setelah metode demonstrasi berakhir.



2)



Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan.



3)



Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan.



4)



Selama demonstrasi berlangsung, seorang guru hendaknya introspeksi diri apakah: a)



Keterangan-keterangannya dapat didengar dengan jelas oleh peserta didik.



b)



Semua media yang digunakan ditempatkan pada posisi yang baik sehingga setiap peserta didik dapat melihat.



c) 5) 2.



Peserta didik disarankan membuat catatan yang dianggap perlu.



Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan peserta didik.



Pelaksanaan Hal-hal yang perlu dilakukan adalah: 1)



Memeriksa hal-hal di atas untuk kesekian kalinya.



2)



Memulai demonstrasi dengan menarik perhatian peserta didik.



3)



Mengingat pokok-pokok materi yang akan didemonstrasikan agar demonstrasi mencapai sasaran.



4)



Memperhatikan keadaan peserta didik, apakah semuanya mengikuti demonstrasi dengan baik.



5)



Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif memikirkan lebih lanjut tentang apa yang dilihat dan didengarnya dalam bentuk mengajukan pertanyaan.



6)



Menghindari ketegangan, oleh karena itu guru hendaknya selalu menciptakan suasana yang harmonis.



3.



Evaluasi



23



Sebagai tindak lanjut setelah diadakannya demonstrasi sering diiringi dengan kegiatan-kegiatan belajar selanjutnya. Kegiatan ini dapat berupa pemberian tugas, seperti membuat laporan, menjawab pertanyaan, mengadakan latihan lebih lanjut. Selain itu, guru dan peserta didik mengadakan evaluasi terhadap demonstrasi yang dilakukan, apakah sudah berjalan efektif sesuai dengan yang diharapkan. e. a.



Kelebihan, Kekurangan dan Manfaat Metode Demonstrasi Kelebihan metode demonstrasi 1)



Perhatian



siswa



akan



berpuat



sepenuhnya



pada



anak



yang



didemonstrasikan. 2)



Memberikan pengalaman praktis yang dapat membentuk ingatan yang kuat dan ketrampilan dalam berbuat.



3)



Hal-hal yang menjadi teka-teki siswa dapat terjawab



4)



Menghindarkan kesalahan siswa dalam mengambil suatu kesimpulan, karena meraka mengamati secara langsung jalannya demonstrasi.



b.



Kekurangan metode demonstrasi 1)



Perkembangan mengajar berpusat pada suatu minat atau suatu kegiatan, yang membutuhkan waktu yang lama untuk



mendemonstrasikan mengajar. 2)



Ketidak



mampuan



beperapa



supervisor



untuk



mengadakan



demonstrasi mengajar. 3)



Banyak guru tidak mau mengadakan demonstrasi atau membatu supervisor untuk mengadakan demonstrasi mengajar.



4)



Mahalnya biaya yang harus dikeluarkan terutama untuk pengadaan alat-alat modern.



5)



Demonstrasi tak dapat diikuti/dilakukan dengan baik oleh siswa yang memiliki cacat tubuh atau kelainan/kekurangmampuan fisik tertentu.



f.



Manfaat Metode Demonstrasi 1)



Menambah aktivitas belajar siswa karena ia turut kegiatan pemeragaan.



2)



Menghemat waktu belajar.



24



3)



Menjadikan hasil belajar yang lebih mantap dan permanen



4)



Membantu siswa dalam mengejar ketertinggalan penguasaan atas materi pelajaran, khususnya yang didemonstrasikan itu.



D.



5)



Membangkitkan minat dan aktivitas belajar siswa.



6)



Memberikan pemahaman yang lebih jelas.



Penerapan Metode Demonstrasi dalam Mata Pelajaran Fiqih Salah satu tugas sekolah adalah memberikan pembelajaran kepada peserta



didik, mereka harus memperoleh kecakapan dan pengetahuan. Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada peserta didik yang merupakan proses pembelajaran, dilakukan guru di sekolah dengan menggunakan metode-metode tertentu, cara inilah yang sering disebut metode pembelajaran. Para pendidik selalu berusaha memilih metode pembelajaran yang efektif dan efisien sebagai alat untuk mencapai tujuan, makin tepat metode, diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan tersebut. Sebuah metode pembelajaran harus mampu diterima peserta didik dengan baik, metode mengajar harus disajikan seefektif mungkin agar peserta didik dapat mudah menerima materi pelajaran. Ada beberapa metode dalam pembelajaran, salah satunya adalah metode demonstrasi. Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat efektif, karena dapat membantu siswa untuk memperjelas suatu pembelajaran dan membantu peserta didik untuk mudah menerima materi pembelajaran. Pelaksanaan metode demonstrasi dalam mata pelajaran Fikih, dalam pokok bahasan shalat mengemukakan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan metode demonstrasi sebagai berikut: 1.



Perencanaan/ persiapan Perencanaan meliputi:



a.



Penentuan tujuan demonstrasi Dalam perencanaan/ persiapan ini, peserta didik diharapkan terampil



melaksanakan gerakan-gerakan shalat, melafalkan bacaannya dan mampu menyerasikan



antara



gerakan



dengan



bacaan



melaksanakannya. b.



Penentuan langkah-langkah pokok demonstrasi



shalat



serta



terbiasa



25



Setelah penentuan tujuan demonstrasi sudah jelas, langkah selanjutnya yaitu penentuan langkah-langkah pokok demonstrasi. Misalnya gerakan dan bacaan shalat. 1)



Gerakan shalat Mempraktekkan gerakan shalat dengan benar dan luwes : berdiri, tegak,



takbir, bersedekap, rukuk, i’tidal, sujud, duduk antara dua sujud, duduk tahiyat awal, duduk tahiyat akhir dan salam. 2)



Bacaan shalat Menghafal dan melatih bacaan shalat sehingga fasih, yaitu bacaan shalat



pada waktu : takbir, rukuk, i’tidal, sujud, duduk antara dua sujud, duduk tahiyat awal, duduk tahiyat akhir dan salam 3)



Keserasian antara gerakan dan bacaan shalat Latihan menserasikan antara gerakan shalat dengan bacaannya.



c.



Persiapan alat dan bahan yang diperlukan Dalam persiapan praktek shalat ini seorang guru terlebih dahulu



mempersiapkan alat-alat/bahan yang akan digunakan dalam demonstrasi. Misalnya: mukena, sajadah, dan tempat untuk demonstrasi. 2.



Pelaksanaan Demonstrasi Selama pelaksanaan demonstrasi, yang dilakukan guru adalah: a.



Mengusahakan agar demonstrasi dapat diikuti, dan diamati oleh semua peserta didik di dalam kelas



b.



Menumbuhkan sikap kritis pada peserta didik, sehingga terdapat tanya jawab, dan diskusi tentang masalah yang didemonstrasikan



c.



Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba, sehingga merasa yakin tentang kebenaran suatu proses.



d.



Membuat penilaian dari kegiatan peserta didik dalam demonstrasi tersebut.



3.



Tindak lanjut demonstrasi Setelah demonstrasi selesai, guru hendaknya memberikan tugas kepada



siswa baik secara tertulis maupun lisan, misalnya dengan memberi pertanyaanpertanyaan peserta didik dan selanjutnya memintanya untuk praktek. Secara garis besar, persiapan guru untuk menggunakan metode demonstrasi sama dengan



26



metode eksperimen. Perbedaannya adalah pada metode demonstrasi, tiap percobaan tidak dilakukan oleh setiap peserta didik, tetapi oleh satu atau dua peserta didik, dan yang lain sebagai pengamat. Setelah proses pelaksanaan metode demonstrasi dalam pembelajaran fikih selesai, kemudian guru mengadakan evaluasi. Yang dimaksud dengan evaluasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan di dalam pendidikan.untuk mengukur sampai dimana penjelasan murid terhadap bahan pendidikan yang telah diberikan. Untuk mengevaluasi seorang guru dapat menggunakan berbagai alat untuk melakukan penilaian. Teknik yang dapat digunakan antara lain: a.



Teknik penilaian melalui tes Tes hasil belajar adalah tes untuk mengukur kemampuan seseorang dalam



suatu bidang tertentu yang diperoleh dari mempelajari bidang itu. Tes hasil belajar tersebut berfungsi untuk mengukur kemampuan yang dicapai setelah melakukan proses belajar. Dalam penelitian ini hasil belajar diperoleh dari tes yang dilakukan pada tiap akhir siklus. Jenis-jenis tes hasil belajar antara lain: 1)



Tes Seleksi, yaitu tes yang disajikan pada awal tahun pelajaran dalam rangka penerimaan calon siswa baru.



2)



Tes formatif, yaitu jenis tes yang disajikan pada saat dilangsungkan proses belajar mengajar untuk memantau kemajuan belajar peserta didik.



3)



Tes sumatif, yaitu tes yang diberikan pada akhir tahun ajaran/ akhir suatu jenjang pendidikan.



4)



Tes diagnosis, yaitu tes yang bertujuan untuk menentukan secara tepat, jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu.



5)



Tes akhir, yaitu untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh peserta didik.



b.



Teknik penilaian melalui observasi Observasi adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur tingkah laku



individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang diamati baik dalam situasi



27



sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dalam penelitian ini hal-hal yang diamati adalah keaktifan peserta didik dalam melakukan proses pembelajaran. Ada 3 macam jenis observasi, diantaranya: 1).



Observasi langsung, Pengamat dilakukan terhadap/gejala atau proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat.



2).



Observasi tidak langsung, yaitu observasi yang dilaksanakan dengan menggunakan bantuan alat tertentu.



3).



Observasi partisipasi, peneliti ikut melibatkan didik dalam kehidupan responden yang sedang diteliti.



Seorang guru melakukan evaluasi di sekolah mempunyai fungsi sebagai berikut: 1)



Untuk mengukur keberhasilan peserta dididik peserta didik yang pandai dan yang lebih pandai.



2)



Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran.



3)



Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah mengalami didikan dan ajaran.



4)



Untuk mendorong persaingan yang sehat antar sesama peserta didik.



5)



Untuk mengetahui tepat dan tidak guru dalam memilih bahan, metode dan berbagai penyesuaian di dalam kelas.



E.



Kajian Pustaka yang Relevan Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa pustaka sebagai acuan



dalam penulisan laporan penelitian. Beberapa pustaka tersebut adalah: 1.



Pertama, Laporan penelitian M. Syihabudin berjudul ”Pengaruh motivasi belajar pendidikan Agama Islam terhadap pengamalan ibadah siswa MTs Ma’arif Teupin Raya. Laporan ini berisi tentang bagaimana pengaruh motivasi belajar pendidikan agama Islam, Bagaimana tingkat pengamalan ibadah siswa. Pada judul laporan penelitian tersebut fokusnya terletak pada seberapa pengaruh adanya motivasi terhadap pengamalan ibadah siswa.



28



2.



Kedua buku, R. Ibrohim Nana Syaodih. S, ”Perencanaan Pengajaran”, Reneka Cipta, Jakarta, 2003.. Buku tesebut peneliti jadikan pedoman bagaimana metode mengajar untuk mengajarkan sesuatu bahkan pengajaran yang memerlukan pemeragaan dapat menambah wawasan peneliti.



3.



Ketiga



buku, Piet A Sahertian, ”Konsep Dasar Dan Tehnik Supervisi



Pendidikan”.



Dalam buku



ini



peniliti jadikansebagai



suatu



tehnik demonstrasi mengajar yang baik harus direncanakan dengan teliti dan mempunyai tujuan tertentu, memberikan kepada guru–guru untuk melihat metode-metode mengajar yang baru atau berbeda 4.



Keempat buku, Moeslichatoen ”Metode Pengajaran di Taman KanakKanak”. Dalam buku ini peniliti jadikan sebagai suatu tujuan demonstrasi mengajar yang baik harus direncanakan kegiatan, pelaksanaan dan penilaian dengan menggunakan metode demonstrasi.



F.



Hipotesis Tindakan Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang diteliti.



Jawaban ini dapat benar, atau salah tergantung pembuktian di lapangan. Sebagaimana diungkapkan oleh S. Margono, bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya. Hipotesis penelitian ini adalah dengan menerapkan metode demonstrasi dalam pembelajaran mata pelaran fikih kelas VII-2 materi pokok halat lima waktu, hasil belajar peserta didik dapat ditingkatkan. Metode ini sendiri bertujuan untuk memudahkan peserta didik dalam memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru, karena guru menjelaskan disertai dengan praktek. Dengan metode ini peserta didik terlibat dalam proses pembelajaran secara langsung, karena itu akan tercipta pembelajaran yang kondusif serta dapat memudahkan peserta didik dalam menerima dan memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru. Dengan pemahaman peserta didik terhadap pelajaran maka hasil belajar peserta didik dapat meningkat. G.



Kompetensi Dasar dan Indikator



29



Kompetensi Dasar dan Indikator mata pelajaran Fiqih berisi sekumpulan kemampuan minimal yang harus dikuasai peserta didik selama menempuh fiqih di MTsN kemampuan ini berorientasi pada perilaku afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan, ketaqwaan, dan ibadah kepada Allah SWT. Kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam komponen kemampuan dasar ini merupakan penjabaran dari kemampuan dasar umum yang harus dicapai di Madrasah Tsanawiyah. Sedangkan Kompetensi Dasar dan Indikator Pembelajaran Fiqih kelas VII Madrasah Tsanawiyah adalah: 2.1



Menjelaskan tatacara shalat lima waktu



2.1.1



Menjelaskan pengertian shalat lima waktu dan dalilnya



2.1.2



Menjelaskan syarat-syarat shalat



2.1.3



Menjelaskann rukun shalat



2.1.4



Menjelaskan sunnah shalat



2.1.5



Menjelaskan hal-hal yang membatalkan shalat



2.2



Menghafal bacaan-bacaan shalat lima waktu



2.2.1



Menghafalkan bacaan takbir



2.2.2



Menghafalkan do`a iftitah



2.2.3



Menghafalkan do`a ruku`



2.2.4



Menghafalkan do`a i`tidal



2.2.5



Menghafalkan do`a `sujud



2.2.6



Menghafalkan do`a duduk di antara dua sujud



2.2.7



Menghafalkan do`a tasyahud



2.3



Menjelaskan ketentuan waktu shalat lima waktu



2.3.1



Menjelaskan batasan waktu shalat dhuhur dan dalilnya



2.3.2



Menjelaskan batasan waktu shalat ashar dan dalilnya



2.3.3



Menjelaskan batasan waktu shalat magrib dan dalilnya



2.3.4



Menjelaskan batasan waktu shalat isya` dan dalilnya



2.3.5



Menjelaskan batasan waktu shalat subuh dan dalilnya



30



BAB III METODE PENELITIAN A.



Setting Penelitian ←



Penelitian ini direncakan pada MTsN Grong-Grong Kabupaten



Pidie, kelas VII-2, Semester Ganjil tahun 2015. Fokus penelitian berkenaan dengan peningkatan motivasi belajar peserta didik melalui metode demontrasi sehingga terjadi peningkatan prestasi peserta didik dari 70 % siswa tidak



31



mencapai KKM menjadi 70 % siswa keatas mencapai KKM dari 20 peserta didik pada materi shalat lima waktu. Pelaku tindakan dalam penelitian ini terdiri dari guru model dan observer/kolaborator. Guru model yang dimaksud adalah guru yang mengampu mata pelajaran Fiqih sebagai peneliti sedangkan observer adalah guru sejawat yang melakukan observasi terhadap guru mata pelajaran ketika melakukan proses pembelajaran didalam kelas. Identitas dari masing-masing pelaku tindakan ini adalah sebagai berikut: 1. Identitas guru mata pelajaran Nama : HANIFAH, S.Ag NIP : 19731227 199703 2 001 Pangkat/golongan : Pembina /IV-a Jabatan : Guru Madya pada MTsN Grong-Grong Mata Pelajaran : Fiqih Instansi : MTsN Grong-Grong Kabupaten Pidie 2. Identitas observer Nama : NURHASANAH, S.Ag NIP : 19720123 199905 2 001 Pangkat/golongan : Pembina /IV-a Jabatan : Guru Madya pada MTsN Grong-Grong Mata Pelajaran : Fiqih Instansi : MTsN Grong-Grong Kabupaten Pidie



B.



Prosedur Penelitian Penelitian ini diadakan selama 2 bulan terhitung mulai izin penelitian secara



lisan dan tertulis dengan surat ijin penelitian dari MTsN Grong-grong Kabupaten Pidie yaitu mulai bulan September 2015 sampai dengan Oktober 2015. Dalam penelitian tindakan kelas ini dipilih model spiral dari Kemis dan Taggart yang terdiri dari beberapa siklus tindakan dalam pembelajaran berdasarkan refleksi mengenai hasil dari tindakan-tindakan dari siklus sebelumnya. Dimana setiap siklus tersebut terdiri dari 4 tahapan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan (observasi), dan refleksi. Model Spiral dari Kemmis dan Taggart Perencanaan



32



Pelaksanaan



SIKLUS I



Pelaksanaan



Pengamatan Perencanaan Pelaksanaan



SIKLUS II



Pelaksanaan



Pengamatan ? Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas yang dimaksud adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. 1.



Metode penelitian tindakan Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus meliputi 4



tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Refleksi pada siklus pertama digunakan sebagai patokan untuk pelaksanaan siklus selanjutnya, sebagai perbaikan dari siklus sebelumnya. Adapun alur dari penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut: Langkah-langkah penelitian tindakan kelas ini dipilih model spiral dari Kemmis dan Taggart yang terdiri dari beberapa siklus tindakan pembelajaran berdasarkan refleksi mengenai hasil dari tindakan-tindakan pada siklus sebelumnya. Setiap siklus tersebut terdiri dari empat tahapan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan (observasi), dan refleksi. 2.



Observer Dalam penelitian ini peneliti bekerja sama dengan Nurhasanah, S.Ag selaku



guru mata pelajaran fiqih yang ada di MTsN Grong-grong Kabupaten Pidie dalam upaya meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada pelajaran fikih kelas VII-2 dengan menggunakan metode demonstrasi pada materi shalat lima waktu.



33



3.



Variabel Penelitian



Dalam penelitian ini yang menjadi indikator hasil belajar adalah: 1)



Peserta didik dapat menampilkan bacaan shalat.



2)



Peserta didik dapat menampilkan gerakan shalat.



3)



Peserta didik dapat menyerasikan antara bacaan dengan gerakan shalat dengan benar.



4.



Jadwal pelaksanaan Penelitian Berikut ini adalah jadwal rencana kegiatan penelitian tindakan kelas yang



akan dilaksanakan di kelas VII-2 MTsN Grong-grong Kabupaten Pidie: No.



5.



Rencana Kegiatan



1. Observasi Awal 2. Menyusun Konsep pelaksanaan 3. Menyepakati jadwal dan Tugas 4. Menyusun Instrumen 5. Diskusi konsep pelaksanaan 6. Pelaksanaan pra siklus 7. Pelaksanaan Siklus I 8. Pelaksanaan Siklus II 9. Menyusun konsep laporan 10. Pembuatan laporan Langkah-langkah Pelaksanaan Penelitian



Waktu (minggu) ke1 2 3 4 X X X X X X X X X X X X



Persiapan pelaksanaan tindakan yang akan peneliti lakukan dengan tahapantahapan tindakan sebagaimana yang tercantum dalam skenario pembelajaran. Tindakan yang akan peneliti lakukan adalah sebagai berikut: a.



Persiapan 1)



Peneliti melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah dan menganalisis akar penyebab masalah dengan melakukan pengamatan proses pembelajaran di kelas.



2)



Peneliti bersama guru fiqih berkolaborasi untuk menentukan dan menetapkan tindakan apa yang akan digunakan untuk mengatasi masalah.



3)



Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).



4)



Membuat Lembar Observasi Siswa (LOS)



5)



Penyusunan instrumen.



34



Instrumen ialah alat bantu yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian. Instrumen yang digunakan adalah soal-soal yang dibuat peneliti sendiri. Langkah-langkah penyusunan instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a)



Menentukan materi shalat



b)



Menyusun soal psikomotorik tes perbuatan yang telah ditentukan, yaitu sejumlah 20 soal untuk tiap siklus.



b.



Pelaksanaan tindakan



1)



Pra siklus Dalam



pelaksanaan



pra



siklus



proses



pembelajaran



guru



masih



menggunakan metode lama. 2)



Siklus I



Dalam penelitian tindakan (action research) tiap siklusnya terdiri dari : a.



Perencanaan



Dalam tahap ini penelitian bersama-sama dengan guru -



Merencanakan permasalahan apa yang akan diteliti



-



Merencanakan model atau metode apa yang akan diterapkan dalam kegiatan pembelajaran.



-



Membuat RPP



-



Membuat LOS (lembar observasi siswa)



b. c. -



Pelaksanaan Guru menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario dan LOS. Observasi Peneliti bersama guru melakukan observasi saat berlangsungnya proses pembelajaran.



d. -



Refleksi Peneliti bersama guru melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.



-



Peneliti bersama guru fiqih membahas hasil evaluasi yang telah dilakukan, serta merencanakan perbaikan yang akan digunakan pada siklus II.



3)



Siklus II



35



b.



Perencanaan 1.



Dari hasil evaluasi pada tindakan siklus I, peneliti bersama guru



merencanakan kembali tindakan yang akan dilakukan pada siklus ini. c.



Pelaksanaan 1.



d.



Guru menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario dan LOS.



Observasi 1.



Peneliti bersama guru melakukan observasi saat berlangsungnya



pembelajaran e.



Refleksi - Peneliti bersama guru melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan. - Membahas hasil evaluasi pada siklus ini, bila hasilnya memuaskan maka penelitian dapat dihentikan.



C.



Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan



data antara lain:



1.



Metode Observasi Metode observasi yaitu mengamat-amati, jadi observasi adalah mencari dan



mengumpulkan data-data fakta mengenai gejala tertentu secara langsung dengan menggunakan alat-alat pengamatan indera, dan mencatat fakta-fakta itu menurut teknik tertentu, di sepanjang waktu tertentu. Metode ini digunakan untuk mengobservasi proses pembelajaran yang dilakukan pada proses pembelajaran mata pelajaran fikih materi shalat dengan metode demonstrasi di kelas VII-2 MTsN Grong-grong Kabupaten Pidie Berupa proses pembelajaran atau tindakan yang dilakukan guru pada proses pembelajaran mata pelajaran fikih materi ketentuan pelaksanaan shalat lima waktu dengan metode demonstrasi di kelas VII-2 MTsN Grong-grong Kabupaten Pidie. 2.



Metode Tes



36



Metode tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Metode ini digunakan untuk mendapatkan nilai dari hasil belajar siswa kelas VII-2 MTsN Grong-grong Kabupaten Pidie, dengan diadakan tes pada tiap akhir siklus. D.



Teknik Analisis Data Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data



ke dalam pola kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan ide yang disarankan oleh data. Data-data yang diperoleh dari penelitian baik melalui pengamatan, tes atau dengan menggunakan metode yang lain kemudian diolah dengan analisis deskriptif untuk menggambarkan keadaan peningkatan pencapaian indikator keberhasilan tiap siklus dan untuk menggambarkan keberhasilan dalam upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan metode demonstrasi pada materi shalat di kelas VII-2 MTsN Grong-grong Kabupaten Pidie. Semua data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan deskriptif prosentase. Dimana hasil penelitian dianalisis dua kali, yaitu analisis ketuntasan belajar secara individu dan ketuntasan belajar secara klasikal. 1.



Ketuntasan belajar secara individu Rumus yang digunakan untuk mengetahui ketuntasan belajar secara



individual adalah sebagai berikut: Skor yang dicapai Skor maksimal X 100



Nilai = 2.



Ketuntasan belajar secara klasikal Nilai post test diperoleh dari nilai tes yang diadakan pada tiap akhir siklus,



kemudian dianalisis untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa. Rumus yang digunakan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara klasikal adalah sebagai berikut:



n



x100%



37



Keterangan: = nilai ketuntasan belajar = jumlah siswa tuntas belajar secara individual = jumlah total siswa E.



Indikator Kinerja Hasil belajar peserta didik dikatakan berhasil apabila peserta didik mampu



memperoleh nilai 70 dan mencapai ketuntasan belajar 70 %.



BAB IV HASIL DAN KAJIAN TINDAKAN PTK A.



Deskripsi Hasil Penelitian Pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas guru mengajar secara



konvensional. Guru cenderung mentransper ilmu kepada siswa dengan cara atau gaya biasa, sehingga siswa hanya mendengar dan siswa kurang aktif bahkan cenderung bosan. Proses pembelajaran tampak kaku karena siswa hanya melihat dan mendengar apa yang dijelaskan gurunya. Itu semua berdampak pada hasil nilai siswa di kelas VII-2 MTsN Grong-grong khususnya materi ketentuan pelaksanaan shalat lima waktu. Penelitian tindakan kelas (PTK) ini telah dilakukan pada kelas



VII-2



semester genap mata pelajaran fiqih pada materi ketentuan pelaksanaan shalat



38



lima waktu. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus, dari masing-masing siklus terdiri dari 3 pertemuan. Jadi PTK ini secara keseluruhan terdiri dari 6 kali pertemuan. Kondisi dari masing-masing pertemuan dapat dituangkan sebagai berikut: B.



Hasil Penelitian



1.



Persiapan Penelitian Peneliti mengadakan beberapa persiapan yang diperlukan sebelum



pelaksanaan penelitian. Adapun persiapan yang peneliti lakukan sebelum penelitian adalah sebagai berikut. a.



Peneliti meminta izin pra penelitian kepada Kepala Madrasah sebagai izin awal untuk mengadakan penelitian di MTsN Grong-grong Kabupaten Pidie.



b.



Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah melalui wawancara dengan guru mata pelajaran fikih pada tanggal, 4 September 2015



c.



Peneliti meminta persetujuan izin penelitian dan menyerahkan proposal kepada Kepala Madrasah selanjutnya bertemu dengan guru mata pelajaran fikih.



d.



Melakukan observasi lanjutan untuk mencari informasi tentang subjek penelitian dengan mencatat daftar nama peserta didik kelas VII-2 MTsN Grong-grong tahun ajaran 2015/2016.



e.



Peneliti melakukan tersebut diatas setelah peneliti mendapatkan surat izin penelitian atas Nama HANIFAH, S.Ag NIP: 19731227 199703 2 001 yang diterbitkan dari Kepala MTsN Grong-grong Kabupaten Pidie pada



tanggal,



7



MTs.01.05.11/PP.005/ 2.



September



2015



dengan



Nomor



:



/2015



Penelitian Tindakan Kelas Pra siklus Langkah pertama dalam kegiatan penelitian tindakan ini adalah pra siklus,



pada pelaksanaan pra siklus ini tanggal 16 September 2015 peneliti belum memberikan metode yang akan ditawarkan pada guru mata pelajaran sehingga pengajaran yang digunakan masih murni belum tercampur oleh peneliti, guru



39



masih menggunakan metode yang konvensional yaitu guru menjelaskan materi shalat lima waktu kepada peserta didik dengan detail atau menyeluruh sedangkan aktivitas peserta didik hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat dari tempat duduk mereka masing-masing. Setelah guru menjelaskan materi shalat lima waktu maka dilanjutkan dengan memberikan contoh sedangkan peserta didik menulis di buku tulis mereka masing-masing. Sebelum melakukan siklus, peneliti mengumpulkan data awal berupa daftar nama peserta didik dan nilai awal peserta didik. Nilai awal peserta didik diambil dari nilai pre-test berupa nilai terakhir peserta didik materi pokok shalat sebelum menggunakan metode demonstrasi. Nilai awal berupa aspek psikomotorik tes perbuatan pengamalan ibadah shalat peserta didik. dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel .1 Nilai Pre-tes Aspek Psikomotorik Tes Perbuatan Pengamalan Ibadah Shalat Peserta Didik No Nama Siswa 1 Acha Tahira 2 Al Fazir 3 Anum Fadilla 4 Desi Fitriani 5 Khairil Anwar 6 Khairul Azmi 7 Maksalmina 8 Maulia 9 M. Abrar 10 Mukhlisin 11 Nurul Jamili 12 Rahmat 13 Roni Saifunna 14 Ruslaini 15 Salsabila 16 Uswatunnia 17 Yusri 18 Zakiatu Nufus 19 Zahratun Nazirah 20 Agus Rahmayani Nilai rata- rata Prosentase ketuntasan klasikal



Nilai 50 60 65 55 50 40 75 55 60 65 75 80 75 75 60 70 70 60 60 30



40



Dari hasil data di atas menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik berada pada taraf rendah, yaitu terlihat pada ketuntasan klasikal peserta didik hanya 37,8%. Dalam pra siklus ada 11 peserta didik yang tidak tuntas belajarnya dan 9 peserta didik yang tuntas belajar. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran masih menggunakan metode lama. Peserta didik kurang aktif karena metode yang di gunakan selalu monoton, apa lagi dalam materi pokok shalat, gerakan shalat tidak bisa dimengerti peserta didik apabila hanya dengan penjelasan lisan saja tanpa disertai praktek. Atas dasar di atas peneliti bersama guru menyusun rencana untuk perbaikan hasil belajar peserta didik dengan mengubah metode pembelajarannya, guru menggunakan metode demonstrasi pada pembelajaran Fikih materi pokok shalat. 3.



Penelitian Tindakan Kelas Siklus I Penelitian Siklus I dilaksanakan pada hari Rabu 30 September 2015 peneliti



didampingi Nurhasanah, S.Ag sebagai Kolaborator. Penelitian yang telah dilakukan akhirnya diperoleh data-data yang dapat diuraikan sebagai berikut: a.



Perencanaan Tahap perencanaan secara kolaborasi dengan guru merencanakan hal-hal



apa saja yang dilakukan dalam penelitian. Guru menjelaskan permasalahan yang terjadi kelas VII-2 yakni tentang hasil belajar peserta didik yang masih dibawah ketuntasan minimum yaitu 7,0. Selain itu yang menjadi ganjalan guru saat pembelajaran fikih berlangsung siswa kurang memperhatikan materi yang telah diajarkan oleh beliau, karena pada tahun pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan semua peserta didik baik peserta didik yang berprestasi maupun yang kurang berprestasi dijadikan satu kelas. Tidak seperti pada tahun-tahun sebelumnya dimana peserta didik yang berprestasi dipisah dengan peserta didik yang kurang berprestasi dalam kelas yang lain. Sehingga penyampaian metode harus bisa menyesuaikan dengan kondisi peserta didik yang beragam tersebut. Saat pelajaran. Permasalahan lain seperti peserta didik tidak lagi memperhatikan pelajaran malah gaduh sendiri sehingga mengganggu konsentrasi peserta didik lain, fenomena yang terjadi pada MTsN Grong-grong masih banyak peserta didik yang belum benar dalam pengamalan ketrampilan ibadah shalat Dari sinilah peneliti mencoba menawarkan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan dengan menggunakan metode demonstrasi lebih cocok karena



41



memang Madrasah tersebut belum pernah tersentuh oleh model pembelajaran PAIKEM sehingga sangat antusias ketika ditawarkan metode pembelajaran aktif tersebut. Peneliti dan kolaborator merancang skenario pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi, membuat lembar observasi Setelah peneliti mengidentifikasi masalah, maka peneliti menyusun rencana tindakan yang akan digunakan, yaitu berupa penerapan metode pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi. Selanjutnya peneliti bersama guru menyusun perangkat pembelajaran yang berupa RPP, LOS dan soal-soal tes aspek psikomotorik tes perbuatan pengamalan ibadah shalat fardlu pada mata pelajaran fikih kelas VII-2 MTsN Grong-grong Kabupaten Pidie. b.



Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran siklus 1 untuk kelas VII-2 MTsN Grong-grong



Kabupaten Pidie dilaksanakan langsung oleh peneliti didampingi oleh Kolaborator, Nurhasanah, S.Ag selaku guru mata pelajaran fikih kelas VII-3 pada tahun 2015/2016 pada hari Rabu tanggal, 30 September 2015 dengan alokasi waktu 2x40 menit. Proses awal pembelajaran pada pertemuan pertama dimulai, keadaan peserta didik masih dalam keadaan ramai dan peseta didik juga belum pada hadir karena letak atau jarak MTsN Grong-grong dengan rumah sebagian peserta didik yang sangat jauh dan terletak di pegunungan sehingga peserta didik berjalan kaki karena belum adanya transportasi, pelajaran dimulai pada jam pertama dan masih nunggu anak yang belum datang karena terlambat. Pelajaran dimulai pertama kali dengan berdoa dipimpin oleh peneliti sebagai pelaksana penerapan pembelajaran dilanjutkan dengan perkenalan, karena proses penelitian di kelas baru pertama kali dilakukan. Setelah proses perkenalan dan mengabsen sebagai perkenalan terhadap peserta didik selesai, maka pelajaran dimulai menuliskan di papan tulis pokok materi yang menjadi bahan kajian selama penelitian yakni “shalat lima waktu” serta menerangkan secara singkat (10 menit) indikator-indikator ketentuan shalat lima waktu pada siklus pertama ini yaitu pengertian shalat lima waktu, bacaan-bacaan dan gerakan. Saat diterangkan peserta didik dalam keadaan gaduh, ramai dan kondisi peserta didik yang baru



42



tahap adaptasi penyesuaian dengan teman-temanya karena baru masuk dibangku kelas lanjutan tingkat pertama dan memang tidak bisa dipungkiri bawaan dari asal mereka sekolah, khususnya peserta didik yang duduk di deretan belakang selalu ramai saat diterangkan, setidaknya hal ini menunjukkan ketidakefektifan metode ceramah jika dilakukan terus menerus. Proses pembelajaran dilanjutkan pada penerapan metode demonstrasi, peneliti melakukan kegiatan kegiatan tentang bacaan dan gerakan dalam shalat. Selama demonstrasi berlangsung ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan. Guru melakukan kegiatan pembelajaran yang sudah disusun dalam RPP. Guru menyampaikan penjelasan tentang materi pokok shalat dan proses demonstrasi saat demonstrasi berlangsung. Guru mendemonstrasikan bacaan shalat dengan benar di depan kelas, kemudian guru meminta peserta didik untuk memperhatikan. Guru meminta peseta didik maju di depan kelas untuk mendemonstrasikan bacaan shalat. Guru membimbing peserta didik yang belum dapat mendemonstrasikan dengan baik. Dalam proses pembelajaran peserta didik kurang memperhatikan guru, masih banyak yang mengobrol sendiri dan kurang konsen pada pembelajaran. Hanya beberapa peserta didik saja yang aktif dalam pembelajaran. Peneliti melakukan pengamatan secara cermat terhadap aktivitas



peserta didik



menggunakan Lembar Observasi Siswa yang telah disiapkan terlebih dahulu. Guru memberikan tes perbuatan kepada peserta didik di akhir siklus untuk mengetahui tingkat penguasaan materi pelajaran yang baru dibahas di dalam kelas. Guru melafalkan bacaan shalat dengan fasih kemudian peserta didik mempraktekkan secara bergantian. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dengan menggunakan metode ini kurang optimal. Hal ini ditunjukkan dengan adanya beberapa peserta didik yang masih mengobrol sendiri pada saat pembelajaran. Peserta didik kurang tertarik pada pembelajaran Fikih, karena peserta didik belum terbiasa menggunakan metode demonstrasi. Demonstrasi pada siklus I belum menunjukkan proses demonstrasi, peserta didik masih malu dan ragu untuk bertanya.hal ini disebabkan karena peserta didik belum terbiasa dengan penerapan metode demonstrasi ini. Tetapi ada pertanyaan muncul dari Aprilia Astuti lagi saat pertanyaan dibuka pertanyaan tersebut adalah



43



“Bagaimana jika orang shalat tetapi tidak membaca surat Al-Fatihah diganti dengan surat yang lain ?”. Pertanyaan yang cukup berbobot untuk anak seusia tingkat MTs sudah bertanya seperti itu. Sebagai penutup guru menyimpulkan hasil demonstrasi yang telah dipelajari serta memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bertanya tentang materi yang telah demonstrasikan. Dilanjutkan dengan memberikan tes psikomotorik perbuatan pengamalan ibadah shalat fardlu peserta didik mendemonstrasikan maju di depan kelas satu persatu berdasarkan nomor absen masing-masing. c.



Pengamatan Observasi dilakukan terhadap aktifitas guru dan aktifitas peserta didik.



Pengamatan dilakukan untuk merekam semua kemampuan psikomotorik pengamalan ibadah shalat fardlu dan aktifitas belajar peserta didik dan kegiatan guru. Aspek-aspek psikomotorik yang diamati terhadap kegiatan peserta didik adalah: 1)



Peneliti mengamati peserta didik mendemonstrasikan materi.



2)



Peneliti mengamati peserta didik memecahkan masalah yang dihadapi.



3)



Peneliti mengamati peserta didik mampu mempresentasikan materi yang dibahas.



4)



Peneliti mengamati peserta didik aktif menanggapi hasil demonstrasi.



5)



Peneliti mengamati peserta didik mampu menyimpulkan hasil-hasil yang dicapai selama pembelajaran.



Hasil pengamatan yang didapatkan oleh peneliti terhadap ketrampilan peserta didik pada siklus pertama, adalah sebagai berikut: 1)



Penelitian siklus I ini dilaksanakan pada hari rabu tanggal, 1 Nopember 2015 tetapi Lembar Kerja Siswa (LKS) belum dibagikan



kepada peserta didik sehingga pembelajaran mengalami kesulitan karena peserta didik belum memiliki pedoman tentang materi 2)



Peserta didik belum mampu melafalkan bacaan shalat dan gerakannya dengan metode demonstrasi dikarenakan belum terbiasa, dan terkesan



44



malu-malu. Sehingga pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran demonstrasi belum terlaksana sebagaimana mestinya. 3)



Peserta didik kurang berani bertanya, masih malu untuk menjawab pertanyaan dari guru.



4)



Peserta didik belum bisa memaksimalkan waktu yang diberikan untuk menyelesaikan tugas.



5)



Peserta didik yang duduk dibelakang masih banyak yang berbicara sendiri atau ngobrol dengan teman sebangkunya



saat guru



menyampaikan materi. Nilai hasil belajar peserta didik dalam siklus I diambil dari nilai tes psikomotorik peserta didik pada akhir siklus dengan sebanyak 20 butir soal. Nilai akhir siklus I dapat peneliti gambarkan sebagai berikut : Tabel. 2 Aspek Psikomotorik Pengamalan Ibadah Shalat lima wakt Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Siklus I No Nama Siswa Nilai 1 Acha Tahira 55 2 Al Fazir 65 3 Anum Fadilla 70 4 Desi Fitriani 60 5 Khairil Anwar 60 6 Khairul Azmi 55 7 Maksalmina 80 8 Maulia 60 9 M. Abrar 75 10 Mukhlisin 70 11 Nurul Jamili 70 12 Rahmat 80 13 Roni Saifunna 55 14 Ruslaini 65 15 Salsabila 70 16 Uswatunnia 75 17 Yusri 80 18 Zakiatu Nufus 70 19 Zahratun Nazirah 65 20 Agus Rahmayani 60 Nilai rata- rata Prosentase ketuntasan klasikal



45



Dari data di atas ada 7 peserta didik yang belum mencapai nilai 70, ada 3 orang yang mendapat nilai 70 dan 10 orang mendapat nilai di atas 70. Dari data hasil belajar peserta didik tersebut menunjukkan bahwa ada 7 peserta didik yang belum tuntas belajar dan 10 peserta didik yang tuntas belajar. Hal ini disebabkan karena peserta didik kurang optimal dalam melaksanakan demonstrasi, hal ini terlihat dari beberapa peserta didik yang masih belum bisa melafalkan bacaan dan gerakan shalat dengan benar dan masih ada beberapa peserta didik yang mengobrol sendiri saat proses pembelajaran berlangsung. Bentuk psikomotorik tes perbuatan dalam metode demonstrasi materi pokok shalat yang dilakukan oleh peserta didik dapat peneliti gambarkan sebagai berikut: Tabel.3 Perbandingan Rata-rata Tes Akhir Pada Tahap Prasiklus dan siklus I No 1 2 d.



Pelaksanaan Siklus Prasiklus Siklus I



Rata-rata 61,4 69,4



Prosentase (%) 37,8 % 62,2 %



Refleksi Berdasarkan hasil observasi dan nilai tes akhir siklus I, bahwa masih banyak



peserta didik yang masih kurang aktif, masih banyak yang tidak memperhatikan penjelasan guru, tidak mau bertanya saat mengalami kesulitan. Hal ini dikarenakan peserta didik belum terbiasa menggunakan metode demonstrasi dan masih terpengaruh dengan metode yang lama. Pada siklus I guru menggunakan metode demonstrasi. Guru menjelaskan di depan kelas, guru mempraktekkan bacaan shalat dengan fasih, peserta didik diminta untuk mendengarkan dengan seksama, kemudian siswa diminta oleh guru untuk mendemonstrasikan bacaan shalat dengan baik dan benar. Guru membimbing peserta didik yang belum bisa mendemonstrasikan dengan baik. Karena masih banyak kekurangan dalam proses pembelajaran maka berdampak pada kurangnya tingkat pemahaman peserta didik. Hal ini terlihat pada data hasil belajar peserta didik pada siklus I yang menunjukkan bahwa indikator ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal belum tercapai, peserta didik yang tuntas belajar baru mencapai 62,2%. Dalam siklus ini ada 7 peserta didik yang



46



belum mencapai nilai 70, 3 anak mendapat nilai 70 dan 10 anak telah mencapai nilai di atas 70. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada 10 peserta didik yang belum tuntas belajar. Selanjutnya di akhir kegiatan peneliti mengisi Lembar Observasi Siswa pada siklus I ini dan selanjutnya peneliti melakukan refleksi dengan mengevaluasi kegiatan yang ada di siklus I, mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemukan dikelas dengan melakukan tindakan selanjutnya. Peneliti harus meningkatkan cara pembelajaran untuk memotivasi peserta didik sehingga peserta didik menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Peneliti berupaya supaya suasana di dalam kelas menjadi lebih menyenangkan dan menunjuk peserta didik yang sudah benar dalam keakurasin pengamalan ketrampilan ibadah shalat untuk memberikan motivasi pada peserta didik yang belum berani mendemonstrasikan shalat dengan baik dan benar, agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai indikator keberhasilan yang sudah ditentukan oleh pihak MTsN Grong-grong Kabupaten Pidie. Berdasarkan analisis data pada siklus I, upaya yang harus dilakukan adalah merencanakan dan melaksanakan kembali upaya perbaikan dengan menyusun kembali sekenario pembelajaran pada siklus II yang berupa RPP, LOS, dan soal tes perbuatan siklus II. Dari refleksi di atas didapatkan beberapa solusi terhadap permasalahan proses belajar mengajar pada kegiatan pembelajaran Fikih materi pokok shalat dengan metode demonstrasi di kelas VII-2 MTsN Grong-grong Kabupaten Pidie. Hasil refleksi kemudian dijadikan sebagai rumusan untuk diterapkan pada siklus II sebagai upaya perbaikan terhadap proses pembelajaran peserta didik pada siklus I. Untuk menentukan indikator keberhasilan secara indifidu mendapatka nilai 70 dan ketuntasan secara klasikan 70 % maka peneliti melakukan siklus yang II agar mencapai taraf keberhasilan yang telah peneliti tentukan. 4.



Penelitian Tindakan Kelas Siklus II



a.



Perencanaan Dari hasil refleksi pada siklus I, masih banyak peserta didik yang tidak



memperhatikan penjelasan guru, ada yang masih mengobrol sendiri dan kurang



47



aktif dalam proses pembelajaran, tidak mau bertanya saat peserta didik belum paham dan sebagian dari mereka belum merasa tertarik dengan proses pembelajaran. Dalam siklus ini ada 7 peserta didik yang belum mencapai nilai 70, 3 anak mendapat nilai 70 dan 10 anak telah mencapai nilai di atas 70. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada 10 peserta didik yang belum tuntas belajar. Karena masalah tersebut peneliti beserta guru menyusun kembali upaya perbaikan pada siklus II yang akan dilajutkan pada tanggal 5 oktober 2015. Peneliti menyusun kembali RPP, kisi-kisi soal, LOS dan soal tes siklus II. Guru mengupayakan agar proses pembelajaran menjadi lebih menarik, guru memberikan variasi-variasi kecil agar peserta didik tidak jenuh. Dan mengusahakan agar peserta didik yang kurang aktif menjadi lebih aktif. b.



Pelaksanaan Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa tujuan penelitian belum



tercapai dan harus dilanjutkan pada siklus II. Hal-hal yang belum sempurna di siklus I diperbaiki di siklus II. Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 7 Oktober 2015 dengan alokasi waktu 2x40 menit. Pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan metode demonstrasi. Pelaksanaan pembelajaran dimulai, proses awal masuk kelas, peneliti langsung memposisikan diri sebagai guru. Sedangkan kolaborator yang masuk bersama peneliti duduk pada bangku belakang dengan membawa lembar observasi yang harus diisi sebagai lembar pengamatan. Pembelajaran berlangsung tidak jauh berbeda dengan penelitian pada siklus pertama yakni dimulai menuliskan di papan tulis pokok materi yang menjadi bahan kajian selama penelitian yakni “gerakangerakan shalat lima waktu” serta menerangkan secara singkat (10 menit) indikator-indikator ketentuan shalat lima waktu pada siklus kedua ini yaitu menyebutkan syarat wajib shalat, menjelaskan keakurasian shalat. Kondisi peserta didik saat diterangkan materi tersebut cukup tenang, karena metode pembelajaran yang digunakan sangat membantu peserta didik kelas VII-2. c.



Pengamatan



48



Observasi dilakukan terhadap psikomotor guru dan peserta didik. Pengamatan dilakukan untuk merekam semua kemampuan belajar peserta didik dan kegiatan guru. Aspek-aspek yang diamati terhadap kegiatan peserta didik siklus II adalah: 1)



Peneliti mengamati peserta didik mendemonstrasikan shalat.



2)



Peneliti mengamati peserta didik memperhatikan demonstrasi.



3)



Peneliti mengamati peserta didik mampu mempresentasikan materi yang dibahas.



4)



Peneliti mengamati peserta didik aktif menanggapi hasil demonstrasi.



5)



Peneliti mengamati peserta didik mampu menyimpulkan hasil-hasil yang dicapai selama pembelajaran.



Hasil pengamatan aktifitas peserta didik dalam pembelajaran adalah: 1)



Proses demonstrasi berjalan dengan lancar, hal ini karena peserta didik dalam bentuk kelompok.



2)



Antusias peserta didik dalam keakurasian shalat sudah mulai nampak.



3)



Sudah ada peningkatan pada siklus II yaitu semua soal yang diberikan oleh guru dikerjakan tuntas oleh peserat didik dan sudah banyak yang benar walaupun ada beberapa jawaban dari peserta didik yang kurang tepat (masih terdapat kesalahan) tetapi pada dasarnya mereka bisa memperhatikan penjelasan dari guru maka dari itu peserta didik lebih bisa menjawab tes yang diberikan guru.



Bentuk psikomorik dalam metode demonstrasi materi shalat yang dilakukan oleh siswa dapat peneliti gambarkan sebagai berikut dengan bentuk penilaian terlampir : Tabel .4 Aspek Psikomotorik Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran Siklus II No 1 2 3 4 5



Nama Siswa Acha Tahira Al Fazir Anum Fadilla Desi Fitriani Khairil Anwar



Nilai 65 70 80 75 65



49



6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20



Khairul Azmi Maksalmina Maulia M. Abrar Mukhlisin Nurul Jamili Rahmat Roni Saifunna Ruslaini Salsabila Uswatunnia Yusri Zakiatu Nufus Zahratun Nazirah Agus Rahmayani Nilai rata-rata Prosentase ketuntasan klasikal



70 85 80 90 95 80 100 95 85 70 75 75 85 85 75 77,9 89,2%



Dari hasil data di atas menunjukkan bahwa pada siklus II hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan, peserta didik yang telah tuntas belajar ada 20 anak dan 2 anak tidak tuntas belajar. Hal ini menunjukkan bahwa indikator keberhasilan peserta didik telah tercapai. Ada 2 peserta didik yang mendapat nilai 70, 14 peserta didik mendapat nilai di atas 70 dan hanya 2 peserta didik yang belum mencapai nilai 70, di dapat bahwa rata-rata hasil belajar siklus II yaitu, 77,9 ketuntasan secara klasikal telah mencapai 89,2%. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran Fikih materi pokok shalat dengan menggunakan metode demonstrasi telah berhasil dan ini sudah di atas indikator yang ditetapkan sebesar 70 %, sehingga tidak perlu melakukan siklus tahap berikutnya. Tabel.5 Perbandingan Rata-rata Tes Akhir Pada Tahap siklus I dan siklus II



1 2 d.



No Pelaksanaan Siklus Siklus I Siklus II



Rata-rata 69,8 77,9



Prosentase (%) 62,2 % 89,2 %



Refleksi Berdasarkan data hasil tes siklus II diperoleh ketuntasan belajar peserta



didik adalah 89,2%. Pada siklus II menunjukkan terjadi peningkatan pada hasil belajar peserta didik. Guru berhasil menciptakan suasana pembelajaran menjadi menarik sehingga peserta didik sudah mulai tertarik dengan proses pembelajaran.



50



Peserta didik memperhatikan penjelasan guru sehingga peserta didik merasa lebih mudah dalam memahami pelajaran, karena guru mempraktekkan didepan kelas dan peserta didik memperhatikan. Setelah semua peserta didik dianggap paham, guru meminta peserta didik mendemonstrasikan gerakan shalat di depan kelas dengan baik dan benar. Ada 4 peserta didik yang mendapat nilai 70, 14 peserta didik mendapat nilai di atas 70 dan ada 2 peserta didik belum mencapai nilai 70. Berdasarkan hasil refleksi siklus II indikator kinerja guru mengalami peningkatan. Dari siklus I dengan ketuntasan belajar secara klasikal sebanyak 62,2%. Siklus II dengan ketuntasan belajar secara klasikal 89,2%. Pada siklus I ada 14 peserta didik yang belum tuntas belajar, dan setelah diadakan perbaikan pada siklus II ada 2 peserta didik yang tidak tuntas belajar. C.



Pembahasan



1.



Analisis Penelitian Tindakan Pra Siklus Penelitian tindakan tahap prasiklus dilakukan untuk mengetahui hasil belajar



peserta didik sebelum menggunakan metode demonstrasi. Tahap ini menggunakan nilai hasil belajar peserta sebelum menggunakan metode demonstrasi dan sesudah menggunakan metode demosntrasi pada tahun 2015/2016.



Tabel .6 Daftar Nilai Hasil Belajar Pra Siklus Mata Pelajaran Kelas Materi No 1 2 3 4 5 6 7 8



: Fikih Guru Mapel : VII-2 KKM yang ditetapkan : Shalat lima waktu Nama Siswa Acha Tahira Al Fazir Anum Fadilla Desi Fitriani Khairil Anwar Khairul Azmi Maksalmina Maulia



: HANIFAH, S.Ag : 7.0 Nilai 50 60 65 55 50 40 75 55



Ketercapaian TT TT TT TT TT TT T TT



51



9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20



M. Abrar Mukhlisin Nurul Jamili Rahmat Roni Saifunna Ruslaini Salsabila Uswatunnia Yusri Zakiatu Nufus Zahratun Nazirah Agus Rahmayani Nilai rata-rata Prosentase ketuntasan klasikal



60 65 75 80 75 75 60 70 70 60 60 30 61,4 37,8%



TT TT T T T T TT T T TT T TT



Keterangan: Kriteria hasil belajar : < 70= tidak tuntas 70= tuntas Berdasarkan nilai tahun lalu diatas maka, didapat: · nilai seluruh peserta didik ( x)  2275 ·



 seluruh peserta didik tuntas belajar(Ftb) 14



·



 peserta didik (N )  37



Sehingga nilai rata-ratanya (x ) =  x Ketuntasan belajar (%) N = Ftb x100%  = 2275 x 100% = 61, 4 20 = 7 x 100% = 37,8 % 20 Dari hasil data di atas menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik berada pada taraf rendah, yaitu terlihat pada ketuntasan klasikal peserta didik hanya 37,8%. Dalam pra siklus ada 11 peserta didik yang tidak tuntas belajarnya dan 9 peserta didik yang tuntas belajar. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran masih menggunakan metode lama.



52



Peneliti mengidentifikasikan beberapa permasalahan yang terjadi sehingga menyebabkan nilai hasil belajar peserta didik rendah antara lain: a.



Belum adanya media pembelajaran yang tepat dengan materi yang sedang diajarkan, sehingga peserta didik bosan dan kurang semangat dalam menerima pelajaran.



b.



Pembelajaran yang masih bercorak satu arah sehingga peserta didik jenuh dengan proses pembelajaran.



c.



Belum terciptanya pembelajaran PAIKEM



d.



Kondisi siswa yang berasal dari pegunungan yang jauh dari majlis ta’lim.



e.



Perhatian orang tua yang kurang dalam mengontrol dan memotifasi anak untk belajar, karena kondisi orang tua yang sibuk mencari kebutuhan rumah tangga yang kesehariannya hanya bercocok tanam, pekerja bangunan yang kadang-kadang pulang sore atau tidak pulang.



f.



Jarak MTsN Grong-grong yang jauh dari tempat siswa tinggal dan siswa sudah capek karena untuk ke MTsN Grong-grong mereka jalan kaki kurang lebih 4-5 km, tiap harinya.



Setelah mengidentifikasi beberapa permasalahan diatas, pembelajaran fikih harus dikemas semenarik mungkin, memberikan inovasi baru dalam proses pembelajaran agar memberikan kesan menyenangkan dan menambah keaktifan peserta didik di kelas saat pembelajaran berlangsung. Untuk itu perlu adanya metode baru yang bisa mengajak peserta didik untuk aktif di kelas yakni dengan metode pembelajaran demonstrasi. 2.



Analisis Penelitian Tindakan siklus I Selama proses pembelajaran berlangsung, peserta didik melakukan



kegiatan-kegiatan yang dirancang oleh peneliti di dalam RPP dan LOS. Kegiatan yang dilakukan antara lain peneliti memberikan penjelasan apa yang harus dilakukan pada saat mendemonstrasikan shalat. Peserta didik diminta untuk mengamati secara cermat dan teliti pada saat guru mendemonstrasikan di depan kelas. Guru membimbing peserta didik pada saat proses demonstrasi berlangsung. Di akhir kegiatan pembelajaran peserta didik diminta untuk menarik kesimpulan



53



kemudian peserta didik memberikan tes soal di akhir siklus untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran yang telah dibahas di dalam kelas. Tabel .7 Daftar Nilai Hasil Belajar Siklus I Mata Pelajaran Kelas Materi



: Fikih Guru Mapel : HANIFAH, S.Ag : VII-2 KKM yang ditetapkan : 70.0 : Shalat Lima waktu



No Nama Siswa 1 Acha Tahira 2 Al Fazir 3 Anum Fadilla 4 Desi Fitriani 5 Khairil Anwar 6 Khairul Azmi 7 Maksalmina 8 Maulia 9 M. Abrar 10 Mukhlisin 11 Nurul Jamili 12 Rahmat 13 Roni Saifunna 14 Ruslaini 15 Salsabila 16 Uswatunnia 17 Yusri 18 Zakiatu Nufus 19 Zahratun Nazirah 20 Agus Rahmayani Nilai rata- rata Prosentase ketuntasan klasikal



Nilai 55 65 70 60 60 55 80 60 75 70 70 80 55 65 70 75 80 70 65 60



Keterangan: Kriteria hasil belajar : < 70= tidak tuntas 70= tuntas Berdasarkan nilai tahun lalu diatas maka, didapat:  nilai seluruh peserta didik (x)  2585 ·  seluruh peserta didik tuntas belajar(Ftb)  23 ·  peserta didik (N )  37



54



Sehingga nilai rata-ratanya (x ) =  x Ketuntasan belajar (%) N = Ftb x100%  = 2585 x 100% = 69,4 20 = 11 x 100% = 62,2 % 20 Berdasarkan table tersebut pelaksanaan siklus I, diperoleh data bahwa masih banyak peserta didik yang kurang berhasil, banyak yang tidak memperhatikan guru. Hasil belajar peserta didik pada pembelajaran siklus I dengan ketuntasan 62,2% dan rata-rata hasil belajar, 69,4 belum dapat mencapai nilai ketuntasan yang peneliti tetapkan. Pada siklus I ada 11 peserta didik yang belum tuntas belajar, hal ini diakibatkan karena: a.



Banyak peserta didik yang belum aktif mengajukan pertanyaan saat mengalami kesulitan



b.



Banyak peserta didik yang kurang sepenuhnya memperhatikan demonstrasi guru



c.



Banyak peserta didik yang belum terbiasa mendemonstrasikan shalat dengan benar



Untuk itu guru bersama peneliti menyusun kembali upaya perbaikan pada siklus II. 3.



Analisis Penelitian Tindakan siklus II Untuk pelaksanaan siklus II, guru mempersiapkan RPP dan LOS. Guru



memperbaiki cara mengajarnya supaya peserta didik termotifasi untuk memperhatikan, bertanya dan serius dalam mendemonstrasikan gerakan shalat. Guru memacu peserta didik untuk memperhatikan dan mengamati dengan lebih seksama lalu mendemonstrasikan hasil pengamatannya dengan benar. Guru memberi sanksi bagi peserta didik yang tidak memperhatikan guru. Guru membimbing peserta didik saat demonstrasi berlangsung. Guru mengajari peserta didik yang kesulitan dalam mendemonstrasikan gerakan shalat. Tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki siklus I adalah sebagai berikut:



55



a.



Guru menjelaskan secara terperinci gerakan dan bacaan dalam shalat



b.



Memberikan motivasi pada peserta didik untuk lebih aktif lagi dalam proses pembelajaran



c.



Peserta didik diminta untuk lebih serius dalam mendemonstrasikan gerakan dan bacaan shalat.



Diakhir kegiatan pembelajaran peserta didik diminta untuk menarik kesimpulan kemudian peserta didik memberikan tes soal di akhir siklus untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran yang telah dibahas di dalam kelas. Tabel 8 Daftar Nilai Hasil Belajar Siklus II Mata Pelajaran Kelas Materi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20



: Fikih Guru Mapel : VII-2 KKM yang ditetapkan : Shalat Lima Waktu



Nama Siswa Acha Tahira Al Fazir Anum Fadilla Desi Fitriani Khairil Anwar Khairul Azmi Maksalmina Maulia M. Abrar Mukhlisin Nurul Jamili Rahmat Roni Saifunna Ruslaini Salsabila Uswatunnia Yusri Zakiatu Nufus Zahratun Nazirah Agus Rahmayani Nilai rata-rata Prosentase ketuntasan klasikal Keterangan: Kriteria hasil belajar :



Nilai 65 70 80 75 65 70 85 80 90 95 80 100 95 85 70 75 75 85 85 75 77,9 89,2%



: HANIFAH, S.Ag : 7.0 Ketercapaian TT T T T TT T T T T T T T T T T T T T T T



56



< 70 = tidak tuntas 70 = tuntas Berdasarkan nilai tahun lalu diatas maka, didapat: · nilai seluruh peserta didik (x)  2885 ·  seluruh peserta didik tuntas belajar(Ftb)  33 ·  peserta didik (N )  37 Sehingga nilai rata-ratanya (x ) =  x Ketuntasan belajar (%) N = Ftb x100%  = 2885 x 100% = 77,9 % 20 = 18 x 100% = 89,2 % 2 Berdasarkan table hasil belajar pelaksanaan siklus II, diperoleh data bahwa Peserta didik yang semula pada siklus I ada 11 peserta didik yang tidak tuntas belajar, nilai ketuntasan secara klasikal hanya mencapai 62,2%. Dan rata-rata hasil belajar, 69,4, Setelah diadakan perbaikan pada siklus II, hasil belajar menjadi meningkat, peserta didik yang tuntas belajar mencapai 89,2% atau 18 peserta didik tuntas belajar dan rata-rata hasil belajar,77,9, berarti bahwa metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Fikih materi pokok shalat. Untuk itu siklus dihentikan, maka dapat disimpulkan dengan penerapan model pembelajaran metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik MTsN Grong-grong Kabupaten Pidie semester ganjil tahun ajaran 2015/2016 pada materi pokok shalat lima waktu. BAB V PENUTUP A.



Kesimpulan Dari uraian yang telah dibahas di bab sebelumnya maka tentang laporan



penelitian yang berjudul “Peningkatan Ketrampilan Praktek Ibadah Peserta Didik Mata Pelajaran Fiqih Materi Shalat Lima Waktu Melalui Strategi Demonstrasi Kelas VII-2 Semester I MTsN Grong-Grong Kabupaten Pidie Tahun Pelajaran 2015/2016 “, dapat disimpulkan bahwa: Penerapan metode demontrasi dapat meningkatkan akurasi ketrampilan pengamalan ibadah shalat pada mata pelajaran Fiqih kelas VII-2 MTsN Grong-



57



grong Kabupaten Pidie, yaitu guru menyiapkan bahan pelajaran sebelum proses pembelajaran berlangsung. Guru menyiapkan RPP dan skenario pembelajaran. Guru mendemonstrasikan gerakan shalat dengan jelas di depan kelas, guru meminta peserta didik untuk memperhatikan. Setelah selesai guru meminta peserta didik untuk mempraktekkan di hadapan teman-temannya. Guru menyuruh peserta didik untuk mengamati segala kegiatan demonstrasi yang dilakukan oleh guru dan teman yang berdemonstrasi. Selama awal proses demonstrasi guru mengalami kesulitan, karena peserta didik belum terbiasa menggunakan metode demonstrasi, peserta didik masih terbiasa dengan metode lama, peserta didik belum aktif saat proses pembelajaran berlangsung, mereka masih malu saat diminta mendemonstrasikan di depan kelas. Namun selelah diadakannya siklus II, peserta didik mulai terbiasa menggunakan metode demonstrasi, mereka memperhatikan penjelasan guru dengan seksama, peserta didik dapat mendemonstrasikan dengan baik dan benar. Guru membimbing dan memantau proses demonstrasi, guru membuka tanya jawab bagi peserta didik ynag belum paham. Guru sering berkeliling mendekati peserta didik, mencatat kegiatan yang terjadi di dalam kelas selama kegiatan demonstrasi berlangsung dan mengisi Lembar Observasi Siswa. Metode demonstrasi efektif karena dengan metode demonstrasi peserta didik mengamati saat proses berlangsung, maka kemungkinan melakukan kesalahan sangat kecil, apabila ia sering menirukan apa yang didemonstrasikan oleh guru. Setelah observasi selesai dilakukan, peneliti bersama kolaborator dalam penelitian tindakan di kelas VII-2 MTsN Grong-grong Kabupaten Pidie kemudian mengadakan diskusi berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan dengan menggunakan metode demonstrasi tersebut. Hasil diskusi tersebut berkaitan dengan pembahasan hasil tindakan dari tahap prasiklus, siklus I sampai siklus II. Terjadi peningkatan penguasaan materi shalat lima waktu peserta didik dari tahap pra siklus, siklus I dan siklus II. Peningkatan aktifitas belajar peserta didik di setiap siklus penelitian. Hasil tes akhir juga menunjukkan peningkatan prestasi belajar peserta didik dari tahap siklus I dan siklus II. Pada siklus I ada 11 peserta didik yang tidak tuntas belajar, nilai ketuntasan secara klasikal hanya mencapai 62,2%. Dan rata-rata hasil belajar, 69,4, Setelah diadakan perbaikan pada siklus II, hasil belajar menjadi meningkat, peserta didik



58



yang tuntas belajar mencapai 89,2% atau 18 peserta didik tuntas belajar dan ratarata hasil belajar,77,9, berarti bahwa metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Fikih materi pokok shalat. Untuk itu siklus dihentikan, maka dapat disimpulkan dengan penerapan model pembelajaran metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik MTsN Grong-grong Kabupaten Pidie semester ganjil tahun ajaran 2015/2016 pada materi pokok shalat lima waktu. Setelah peneliti mengetahui bahwa dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar dan keakurasian shalat sudah baik dan benar peneliti bermusyawarah kepada Kepala, Waka kurikulum, Keiswaan, dan waka humas, maka MTsN Grong-grong Kabupaten Pidie akan mempratekkan semua bidang keagamaan terutama mata pelajaran fiqih, karena mata pelajaran fiqih disamping ilmu yang diajarkan di MTsN Grong-grong Kabupaten Pidie akan bermanfaan bagi diri siswa untuk bekal hidup bercampur dengan masyarakat, sehingga MTsN Grong-grong akan tampak berbeda dengan sekolah-sekolah yang sederajat. B.



Rekomendasi Dari uraian tersebut di atas, penulis mencoba memberikan saran-saran



dengan maksud proses pembelajaran Fikih dengan metode demonstrasi yang diterapkan dapat mengikatkan kualitas pendidikan. 1.



Kepada guru Untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik hendaknya menggunakan



penerapan metode demonstrasi dalam penyampaian materi yang berupa proses atau bahan ajar yang berupa kemampuan psikomotorik sehingga peserta didik akan lebih tinggi tingkat pemahamannya. 2.



Kepala Madrasah dan Komite a.



Untuk semakin lancarnya proses belajar mengajar, maka hendaknya lebih dilengkapi sarana dan prasarana yang sekiranya bisa menunjang keberhasilan metode yang digunakan.



b.



Begitu juga dalam hal perpustakaan, hendaknya buku-buku yang ada lebih dilengkapi dengan menambah buku-buku yang bersifat



59



keagamaan. Dengan tujuan diharapkan anak dapat bertambah pengetahuan agamanya. 3.



Kepada Siswa Siswa harus terus meningkatkan hasil belajarnya agar mendapatkan hasil



yang baik dalam proses pembelajaran yang dilakukan dan berusaha membiasakan melaksanakan shalat dalam kehidupan sehari-hari. 4.



Kepada Orang Tua Sebagai Orang tua yang peduli terhadap perkembangan moral anaknya



harus mendukung program belajar yang di desain sekolah dengan membantu peserta didik dalam mencapai hasil yang lebih baik serta memantau dan mengawasi kegiatan anak di rumah terutama dalam mengamalkan nilai-nilai ibadah.



DAFTAR PUSTAKA Ash Shiddieqy, Muhammad Hasbi, Kuliah Ibadah Ditinjau dari Segi Hukum dan Hikamh, ( Semarang : PT Pustaka Rizki Putra, 2000 ) Baharuddin, dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010) Darsono, T Ibrahim, Penerapan Fikih Kelas VII Madrasah Tsanawiyah, (Surakarta : PT Tiga Srangkai Pustaka Mandiri, 2005) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984) Hasan, Muhammad Tholhah, Ahlussunah Wal Jama’ah Dalam Persepsi Dan Tradisi NU, (Jakarta : Lantabora Press, 2005)



60



http://www.scribd.com/doc/30424476/Pengertian-Metode-Demonstrasi Junaedi, Mahfud, Materi Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Classroom Action Research) Bagi Guru Madrasah Sasaran MEDP(LPTK Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2010) Margono, M, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000) Mel Silberman, Active Learning 101 Strategiies To Teach Any Subject, (Massachusetts: allyn and Bacon, 1996) Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008. Tentang Standar Kopetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab Di Madrasah. Moeslihaton, Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004) Muh Rifa’i, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap,( Semarang: 2008) Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Walisongo Semarang, 2007)



(Semarang:



Fakultas



Tarbiyah



IAIN



Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, Cet 3, 2006 Rifai, Muh, Mutiara Fiqih Jilid I, (Semarang : CV Wicaksana,1998) Sahertian, Piet A., Konsep dasar & Teknik Supervisi Perndidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000) SM, Ismail, Stategi Pembelajaran Agama Islam Berbasir PAIKEM, (Semarang: Ra SAIL Media Group.2008) Subana, dkk, Statistik Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2005) Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2001) Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009) Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008) Syaodih S, R Ibrahim Nana, Perencanan Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003) Syarifuddin, Amir, Garis Garis Besar Fiqh, (Bogor: Prenada Media, 2003)



61



Usman, Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002)



Lampiran 1 Tabel Daftar Nama Peserta Didik Kelas VII-2 MTsN Grong-grong No 1 2 3 4 5 6 7 8 9



Nama Peserta Didik Acha Tahira Al Fazir Anum Fadilla Desi Fitriani Khairil Anwar Khairul Azmi Maksalmina Maulia M. Abrar



P/L



62



10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20



Mukhlisin Nurul Jamili Rahmat Roni Saifunna Ruslaini Salsabila Uswatunnia Yusri Zakiatu Nufus Zahratun Nazirah Agus Rahmayani Peserta Didik Laki-laki Peserta Didik Perempuan



Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) ( Siklus I dan II ) Satuan Pendidikan : MTsN Grong-grong Mata Pelajaran : Fiqih Kelas/ Semester : VII/ I Materi Pokok : Shalat lima waktu Alokasi Waktu : 6 x 40 Menit (3 kali pertemuan) A. Kompetensi Inti (KI) 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya



63



2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya 3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata 4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori B. Kompetensi Dasar 1.2.



Menghayati ketentuan shalat lima waktu



2.2



Menghayati hikmah shalat lima waktu



3.3



Memahami waktu-waktu shalat lima waktu



3.4 4.2



Memahami ketentuan sujud sahwi Mempraktikkan azan dan iqamah



4.3



Mempraktikkan shalat lima waktu



4.5



Memperagakan sujud sahwi



C. Indikator Pencapaian Kompetensi dan Tujuan Pembelajaran Indikator Pencapaian Kompetensi 9. Menjelaskan pengertian shalat 10. Menjelaskan sunnah shalat 11. Menjelaskan rukun shalat 12. Menjelaskan hal hal yang membatalkan shalat 13. Menjelaskan waktu shalat lima waktuMenjelaskan pengertian sujud sahwi 14. Menjelaskan sebab-sebab sujud sahwi 15. Memperagakan salat lima waktu 16. Mendemonstrasikan sujud sahwi



Tujuan Pembelajaran Melalui pendekatan saintifik dengan metode kooperatif, siswa dapat: 1. Merumuskan arti salat dan dalilnya 2. Menyebutkan macammacam sunnah salat 3. Menyebutkan rukun-rukun salat 4. Menyebutkan hal-hal yang



64



membatalkan salat 5. Menjelaskan dalil ketentuan waktu salat fardu lima waktu 6. Membedakan waktuwaktu salat fardu lima waktu 7. Merumuskan arti sujud sahwi 8. Menjelaskan sebab-sebab sujud sahwi 9. Memperagakan salat yang baik dan benar. 10. mendemonstrasikan sujud sahwi D. Materi Pokok 1. Shalat secara bahasa berarti doa. Secara istilah salat adalah ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan tertentu, yang dimulai dengan takbir, dan diakhiri dengan salam 2. Adapun syarat shalat itu terdiri dua jenis, yaitu: sayarat sah dan syarat wajib 3. Sunah `ab`ad adalah amalan sunah dalam shalat yang apabila terlupakan harus diganti dengan sujud sahwi. Sedangkan Sunah Hai`at adalah amalan sunah dalam shalat yang apabila terlupakan tidak perlu diganti dengan sujud sahwi. (Pemahaman mengenai sunah dalam salat, dapat disesuaikan dengan keadaan siswa dan guru) 4. Adapun yang Membatalkan Shalat, antara lain:Berbicara dengan sengaja, Bergerak dengan banyak (3 kali gerakan atau lebih berturut-turut), Berhadats, Meninggalkan salah satu rukun shalat dengan sengaja, Terbuka auratnya, Merubah niat, Membelakangi kiblat, Makan dan minum, Tertawa, dan Murtad 5. Tentang rukun shalat dirumuskan menjadi 13 perkara:Niat, Berdiri, bagi yang berkuasa, Takbiratul ihram: membaca "Allahu Akbar", Membaca Surat Fatihah, Ruku' dan thuma'ninah, I'tidal dengan thuma'ninah, Sujud dua kali dengan thuma'ninah, Duduk antara dua sujud dengan thuma'ninah, Duduk untuk tasyahud pertama, Membaca tasyahud akhir, Membaca shalawat atas Nabi, Mengucapkan salam yang pertama, dan Tertib 6. Dalam hal bacaan shalat, guru dapat memberi materi tambahan, atau meminta siswa menghafalkan bacaan-bacaan salat yang telah siswa pelajari sebelumnya baik di lingkungan keluarga, maupun lembaga pendidikan formal yang pernah ditempuh siswa. (misalnya materi tentang lafaz qunut dalam salat subuh, dapat disesuaikan dengan keadaan siswa).



65



8. Sujud sahwi adalah sujud yang dilakukan karena seseorang meninggalkan sunah ab`ad, kekurangan rakaat atau kelebihan rakaat, maupun ragu-ragu tentang jumlah rakaat dalam shalat. E. Proses Pembelajaran a. Kegiatan Pendahuluan 1) Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama. 2) Guru memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. 3) Guru memotivasi peserta didik dengan kegiatan yang ringan dengan melakukan kegiatan ringan, seperti cerita motivasi, senam otak atau bersalawat. 4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 5) Guru mengajukan pertanyaan secara komunikatif materi sebelumnya dan mengaitkan dengan materi ketentuan salat lima waktu dan sujud sahwi. 6) Guru dapat memakai beberapa alternatif media/alat peraga/alat bantu, dapat berupa tulisan manual di papan tulis, kertas karton (tulisan yang besar dan mudah dilihat/dibaca), atau dapat juga menggunakan multimedia berbasis ICT atau media lainnya. 7) Guru memberikan informasi tentang tujuan dan manfaat mempelajari seputar. 8) Guru menggunakan metode diskusi dalam bentuk the educationaldiagnosis meeting. Artinya, peserta didik berbincang mengenai pelajaran di kelas dengan maksud saling mengoreksi pemahaman mereka atas pelajaran/materi yang diterimanya agar masing-masing memperoleh pemahaman yang benar yang dikolaborasi dengan metode demontrasi. b. Kegiatan Inti 1) Guru meminta peserta didik untuk mengamati pelaksanaan salat lima waktu dan sujud sahwi yang dilaksanakan siswa lainnya di masjid sekolah maupun umat Islam pada umumnya yang dilaksanakan setiap hari di berbagai tempat 2) Peserta didik menyebutkan hasil pengamatannya di depan kelas. 3) Peserta didik mengamati gambar berikutnya (kolom mengamati gambar), yang terdiri terdiri 4 gambar. 4) Peserta didik mengemukakan isi gambar tersebut dengan bimbingan guru 5) Guru memberikan penjelasan tambahan dan penguatan yang dikemukakan peserta didik tentang isi gambar tersebut. Yaitu: - Gambar 1 tentang pelaksanaan salat lima waktu siswa laki-laki di masjid sekolah - gambar 2 tentang pelaksanaan salat lima waktu siswi perempuan di masjid sekolah - gambar 3 tentang pelaksanaan shalat berjamaah yang dilakukan keluarga di rumah - gambar 4 tentang pelaksanaan salat yang dilakukan atlit profesional



66



6)



Peserta didik dibagi menjadi 4-5 siswa per kelompok, mendiskusikan hal-hal berikut dengan saling menghargai pendapat teman: No. Masalah Hasil Diskusi 1 Iwan hanya mau melaksanakan salat di sekolah saja, namun tidak dilaksanakan bila di rumah 2 Boy mencuri sandal saat meinggalkan masjid setelah salat Saat zuhur tiba, ketua OSIS 3 menghentikan rapat namun ditolak oleh anggota lain yang meminta rapat tetap dilanjutkan 4 Susi enggan melaksanakan salat karena tergesa-gesa mengerjakan PR 5 Dody menjadi imam dengan menggunakan celana jeans dan kaos ketat sehingga aurat bagian belakangnya kelihatan saat bersujud



7) Peserta didik secara bergantian menyampaikan hasil diskusi, sedangkan kelompok lainnya memperhatikan/menyimak dan memberikan tanggapan 8) Guru memberikan penjelasan tambahan dan penguatan yang dikemukakan peserta didik tentang materi salat lima waktu dan sujud sahwi 9) Guru menyampaikan gambaran teknis tentang tata cara salat lima waktu dan sujud sahwi 10) Peserta didik secara bergantian mempraktikkan tata cara salat lima waktu dan sujud sahwi sesuai dengan ketentuan dalam syari’at sedangkan peserta didik yang lainnya memperhatikan. 11) Guru membimbing peserta didik untuk membaca kisah/cerita tentang salat lima waktu dan sujud sahwi 12) Peserta didik mengemukakan pendapatnya tentang hikmah dari kisah/cerita tentang salat lima waktu dan sujud sahwi (kolom Bercerita) 13) Guru memberikan penjelasan tambahan dan penguatan terhadap kisah tersebut. 14) Guru dan peserta didik menyimpulkan intisari dari pelajaran tersebut sesuai yang terdapat dalam buku teks siswa pada kolom rangkuman. 15) Guru meminta siswa melaksanakan “Uji kompetensi”, guru: a. membimbing peserta didik untuk memberikan jawaban dengan jujur terkait pelaksanaan salat lima waktu dan sujud sahwi yang



67



dilaksanakan setiap hari dan diserahkan pada waktu yang ditentukan guru setelah di paraf oleh orang tua b. membimbing peserta didik untuk memberikan tanggapan terhadap perilaku-perilaku terkait materi salat lima waktu dan sujud sahwi c. meminta peserta didik untuk mengerjakan bagian pilihan ganda d. meminta peserta didik untuk mengerjakan bagian uraian e. membimbing peserta didik untuk membentuk kelompok diskusi dan saling menghargai pendapat teman (Kolom diskusi). 3. Kegiatan Penutup 1) Bersama-sama melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. 2) Guru memberi apresiasi terhadap hasil kerja siswa 3) Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya dan menyampaikan tugas tidak terstruktur. 4) Sebelum berdoa, guru mengingatkan peserta didik untuk benar-benar menjaga shalat lima waktu dalam kehidupan sehari-hari 5) Bersama-sama menutup pelajaran dengan berdoa F. Penilaian Guru melakukan penilaian terhadap peserta didik dalam kegiatan sebagai berikut: a. Penilaian sikap dalam mengikuti diskusi: No. Masalah Hasil Diskusi 1 Iwan hanya mau melaksanakan salat di sekolah saja, namun tidak dilaksanakan bila di rumah 2 Boy mencuri sandal saat meinggalkan masjid setelah salat Saat zuhur tiba, ketua OSIS 3 menghentikan rapat namun ditolak oleh anggota lain yang meminta rapat tetap dilanjutkan 4 Susi enggan melaksanakan salat karena tergesa-gesa mengerjakan PR 5 Dody menjadi imam dengan menggunakan celana jeans dan kaos ketat sehingga aurat bagian belakangnya kelihatan saat bersujud Aspek dan rubrik penilaian. 1. Kejelasan dan kedalaman informasi.



68



a. Jika kelompok tersebut dapat memberikan kejelasan dan kedalaman informasi lengkap dan sempurna, skor 30. b. Jika kelompok tersebut dapat memberikan penjelasan dan kedalaman informasi lengkap dan kurang sempurna, skor 20. c. Jika kelompok tersebut dapat memberikan penjelasan dan kedalaman informasi kurang lengkap, skor 10. 2. Keaktifan dalam diskusi. a. Jika kelompok tersebut berperan sangat aktif dalam diskusi skor 30. b. Jika kelompok tersebut berperan aktif dalam diskusi skor 20. c. Jika kelompok tersebut kurang aktif dalam diskusi skor 10. 3. Kejelasan dan kerapian presentasi. a. Jika kelompok tersebut dapat mempresentasikan dengan sangat jelas dan rapi, skor 40. b. Jika kelompok tersebut dapat mempresentasikan dengan jelas dan rapi, skor 30. c. Jika kelompok tersebut dapat mempresentasikan dengan sangat jelas dan kurang rapi, skor 20. c. Jika kelompok tersebut dapat mempresentasikan dengan kurang jelas dan tidak rapi, skor 10. b. Penilaian Mempratekkan shalat zhuhur dan sujud sahwi Aspek yang dinilai: 1. Niat shalat zhuhur ( Skor 30). a. Jika peserta didik bisa melafalkan bacaan niat dengan lancar dan tartil, skor 30. b. Jika peserta didik bisa melafalkan bacaan niat dengan lancar dan tidak tartil, skor 20. c. Jika peserta didik bisa melafalkan bacaan niat tidak lancar, skor 10. 2. Gerakan shalat zhuhur dan sujud sahwi (Skor 20) a. Jika peserta didik dapat melakukan gerakan dengan sempurna, skor 20. b. Jika peserta didik dapat melakukan gerakan kurang sempurna, skor 10. 3. Doa shalat zhuhur dan sujud sahwi ( skor 30) a. Jika peserta didik bisa melafalkan bacaan doa sesudah dengan lancar dan tartil, skor 30. b. Jika peserta didik bisa melafalkan bacaan doa sesudah dengan lancar dan tidak tartil, skor 20. c. Jika peserta didik bisa melafalkan bacaan doa sesudah tidak lancar, skor 10. 4. Tertib shalat zuhur dan sujud sahwi ( Skor 30) a. Jika peserta didik melaksanakan praktik dengan tertib, skor 20. b. Jika peserta didik melaksanakan praktik tidak tertib, skor 10. c. Soal Penalaran No



Kasus



1. Ahmad terkadang



Tanggapan



69



2. 3. 4.



5.



melaksanakan salat subuh pada pukul 06.45 Rina mendahulukan makan siang sementara waktu zuhur sudah masuk Pak Iwan lupa melaksanakan salat karena sibuk bekerja Ketika shalat Siti lupa rakaat berapa yang sedang dilaksanakan, selanjutnya dia membatalkan salatnya Samsul tidak sujud sahwi ketika lupa qunut dalam shalat shubuh



Aspek dan rubrik penilaian. a. Jika memberikan kejelasan dan kedalaman tanggapan lengkap dan sempurna, skor 100 b. Jika memberikan penjelasan dan kedalaman tanggapan lengkap dan kurang sempurna, skor 85 c. Jika kelompok tersebut dapat memberikan penjelasan dan kedalaman tanggapan kurang lengkap, skor 75 d. Pilihan Ganda Perintah: Berilah tanda (X) pada huruf a, b, c, atau d yang kamu anggap paling tepat! 1. Shalat adalah kewajiban yang telah ditentukan waktunya atas orang orang yang beriman.Menurut bahasa shalat artinya... a. Selamat b. Doa c. Menyembah d. memohon 2. Shalat tidak sah apabila tidak memenuhi syarat dan rukunnya. Berikut ini yang bukan syarat wajib shalat adalah… a. Niat b. Islam c. Berakal sehat d. Suci dari hadas 3. Membaca surat alfatihah termasuk salah satu..... shalat a. Syarat Wajib b. Sunah c. Syarat sah d. Rukun 4. Perhatikan ayat di bawah ini!



Maksud dari lafal yang diberi garis bawah diatas adalah .... a. Dan berikanlah shadaqah c. dan laksanakanlah haji b. dan dirikanlah shalat d. dan puasalah kamu 5. Dalam shalatnya afandi berbisik bisik dengan temannya yang berada disampingnya maka shalat afandi... a. sah karena hanya pelan pelan c. kurang sempurna b. batal d. tidak apa -apa 6. ( ‫سبحا ن ربي العظيم ) حوِدبححممِدد ه‬ Doa di atas dibaca ketika....



70



a. Sujud b. i’ tidal c. Rukuk d. duduk tawaruk Shalat kita lebih sempurna jika dikerjakan semua sunah-sunahnya berikut ini yang termasuk sunah shalat adalah... a. membaca alfatihah c. Suci dari hadas dan najis b. berakal sehat d. membaca doa iftitah 8. Ibadah shalat kita akan sah jika dilaksanakan pada waktu yang telah ditentukan.Mulai matahari tergelincir condong kesebelah barat sampai bayang bayang badan sama panjang dengan bendanya adalah waktu shalat.... a. zhuhur b. Asar c. Subuh d. isya 9. Waktu shalat yang berakhir sampai mejelang matahari terbit adalah... a. Dhuhur b. Asar c. Mahrib d. subuh 10. Sujud yang dilakukan karena lupa atau ragu ragu didalam shalat disebut... a. sujud tilawah b. sujud syukur c. sujud sahwi d. sujud tilawah 7.



Skor penilaian sebagai berikut: Pilihan ganda: jumlah jawaban benar x 6 dari 10 soal (nilai maksimal = 60) KUNCI JAWABAN : NO 1.



KUNCI JAWABAN B



2.



A



3.



D



4.



B



5.



B



6.



C



7.



D



8.



A



9.



D



10.



C



71



e. Uraian Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan Jelas! 1. Sebutkan syarat syahnya shalat ! 2. Sebutkan hal-hal yang membatalkan shalat ! 3. Sebutkan rukun-rukun shalat ! 4. Apa yang dimaksud dengan sujud sahwi? Jelaskan! 5. Sebutkan sebeb-sebab sujud sahwi? Rubrik Penilaian Uraian: (nilai maksimal= 40) No. Kunci Jawaban Rubrik Penilaian Soal 1 1) Suci badan dari hadats besar dan a. Jika peserta didik dapat kecil menuliskan syarat sahnya 2) Suci badan, pakaian dan tempat salat lengkap dan dari najis sempurna, skor 8 3) Menutup aurat (aurat laki-laki b. Jika peserta didik dapat adalah antara pusar sampai menuliskan syarat sahnya lutut, sedang aurat perempuan salat lengkap, skor 6 adalah seluruh anggota badan c. Jika peserta didik dapat kecuali kedua telapak tangan menuliskan syarat sahnya dan wajah) salat tidak lengkap, skor 4 4) telah masuk waktu shalat, dan 5) menghadap kiblat



2



1) Berbicara dengan sengaja 2) Bergerak dengan banyak (3 kali gerakan atau lebih berturut-turut) 3) Berhadats 4) Meninggalkan salah satu rukun shalat dengan sengaja 5) Terbuka auratnya 6) Merubah niat 7) Membelakangi kiblat 8) Makan dan minum 9) Tertawa 10) Murtad



a. Jika peserta didik dapat menuliskan hal-hal yang membatalkan shalat lengkap dan benar, skor 6 b. Jika peserta didik dapat menuliskan hal-hal yang membatalkan shalat kurang dari 3, skor 3



Skor maksimal 8



6



72



3



1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) 13)



4



5



Niat Berdiri bagi yang kuasa Takbiratul ihram Membaca surat alfatihah Ruku dan tuma’ninah I’tidal dengan tuma’ninah Sujud dua kali dengan tuma’ninah Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah Duduk untuk tasyahud pertama Membaca tasyahud akhir Membaca salawat atas nabi Mengucap salam yang pertama Tertib



Sujud sahwi adalah sujud yang dilakukan karena seseorang meninggalkan sunah ab`ad, kekurangan rakaat atau kelebihan rakaat, maupun raguragu tentang jumlah rakaat dalam shalat. Sujud sahwi dapat dilaksanakan sebelum maupun sesudah salam dengan membaca dzikir dan doa yang dibaca yang sama seperti sujud dalam shalat 1) Apabila menambah perbuatan dari jenis shalat karena lupa, seperti berdiri, atau ruku', atau sujud 2) Apabila mengurangi salah satu rukun shalat 3) Apabila meninggalkan salah satu wajib shalat, seperti lupa tidak tahiyat awal 4) Apabila ragu tentang jumlah rakaat



a. Jika peserta didik dapat menuliskan d e n g a n rukun-rukun shalat lengkap dan benar, skor 10 b. Jika peserta didik dapat menuliskan rukun-rukun shalat kurang dari 8, skor 8 c. Jika peserta didik dapat menuliskan kurang dari 4, skor 4.



a. Jika peserta didik dapat menuliskan pengertian sujud sahwi dengan penjelasan yang lengkap dan benar, skor 10 b. Jika peserta didik dapat menuliskan pengertian sujud sahwi tidak lengkap skor 5



a. Jika peserta didik dapat menuliskan sebab-sebab sujud sahwi dengan lengkap dan benar, skor 6. b. Jika peserta didik dapat menuliskan sebab-sebab sujud sahwi kurang lengkap, skor 3



Jumlah skor Nilai akhir= jumlah skor rata-rata aspek 1, 2 3, dan 4 4 F.



Saran:



10



10



6



40



73



Guru harus kreatif mengembangkan soal berikut rubrik dan penskorannya sesuai dengan kebutuhan peserta didik. G.



Pengayaan Peserta didik yang sudah menguasai materi mengerjakan soal pengayaan yang telah disiapkan oleh guru berupa makna dari salat lima waktu dan sujud sahwi. (Guru mencatat dan memberikan tambahan nilai bagi peserta didik yang berhasil dalam pengayaan). H.



Remedial Peserta didik yang belum menguasai materi akan dijelaskan kembali oleh guru. Guru akan melakukan penilaian kembali. Remedial dilaksanakan pada waktu dan hari tertentu yang disesuaikan contoh: pada saat jam belajar, apabila masih ada waktu, atau di luar jam pelajaran (30 menit setelah jam pelajaran selesai). Mengetahui Kepala,



Grong-grong, 30 September 2015 Peneliti



CUT ROSWATI T. SYAMSUDDIN, S.Ag NIP.19600603 198503 2 003



HANIFAH, S.Ag NIP. 19731227 199703 2 001



Lampiran



74



Lembar Evaluasi Meningkatkan Ketrampilan Pengamalan Ibadah shalat Dengan strategi Demonstrasi Siswa Siklus I Nama siswa No _bsent



NO 1 2 3 4



KODE S-01 S-02 S-03 S-04



5 6 7 8 9 10 11 12



S-05 S-06 S-07 S-08 S-09 S-10 S-11 S-12



13 14



S-13 S-14



15



S-15



16



S-16



17



S-17



18



S-18



19



S-19



20



S-20



: : : ASPEK YANG DIAMATI Bacaan niat shalat Bacaan takbiratul ikhrom Bacaan do’a iftitah Membaca surah Al Fatikhah diteruskan membaca ayat atau surah AlQur’an Bacaan ruku’ Bacaan I’tidal Bacaan sujud Bacaan sujud Duduk diantara dua sujud Membaca tasyahud awal Tasyahud akhir Bacaan salam Berdiri tegak sempurna menghadap kiblat, berniat dan takbiratul Ikhram Bediri sempurna bersedekap, kedua telapak tangan diantara dada dan pusar telapak tangan kanan dipunggung tangan kiri Ruku’ gerakan rukuk diawali dengan mengangkat tangan sebagaimana takbiratul ikhram, membungkukkan badan, posisi punggung dan kepala rata, tangan memegang lulut dan ditekan, pandangan mata tertuju ke tempat sujud sambil membaca doa ruku’ I’tidal, dilakukan setelah ruku’ pada saat I’tidal kedua tangan diangkat seperti takbiratul ikhram saat mengangkat tangan membaca sami’allaahuliman khamidah, tangan diturunkan kembali diletakkan di samping badan , membaca lanjutan bacaan I’tidal Sujud, menempatkan wajah ketempat sujud sambil membaca takbir, posisi dahi, hidung kedua telapak tangan, kedua lutut, dan seluruh ujung jari diletakkan di tempat sujud, seluruh ujung jari kaki menghadap kiblat sambil membaca do’a sujud Duduk diantara dua sujud, dengan cara telapak kaki kiri diduduki dan telapak kaki kanan berdiiri tegak menghadap kiblat, kedua tangan memegang lutut sambil membaca doa dua sujud. Duduk tasyahud awal seperti duduk antara dua sujud , telunjuk kanan menunjuk kea rah kiblat, Duduk takhiyat akhir, telapak kaki kiri dijulurkan dibawah telapak kaki



75



kanan, tegak dengan jari-jari menekan lantai, telunjuk tangan kananmenuju kearah kiblat, membaca salam, menoleh ke kanan,



76



Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) ( Siklus II )