Isi Tersedak True [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Tersedak merupakan suatu kegawat daruratan yang sangat berbahaya, karena dalam beberapa menit akan terjadi kekurangan oksigen secara general atau menyeluruh sehingga hanya dalam hitung menit klien akan kehilangan reflek nafas, denyut jantung dan kematian secara permanent dari batang otak, dalam bahasa lain kematian dari individu tersebut. Usia toddler adalah anak yang berusia 12 - 36 bulan atau 1 - 3 tahun dimana anak pada usia mengalami masa eksplorasi lingkungan yang intensif karena anak berusaha mencari tahu bagaimana semua yang dapat terjadi. Pada usia 12 bulan, anak mampu menggenggam benda yang sangat kecil tapi tidak mampu melepas sesuai keinginannya. Memasuki usia 15 bulan, toddler dapat menjatuhkan benda kecil ke dalam botol berleher sempit dan melempar serta menangkap bola. Selanjutnya, di usia 18 bulan toddler mampu melempar bola tanpa kehilangan keseimbangan. (Wong, 2009) Menurut World Health Organization (WHO) sekitar 17.537 anakanak berusia 3 tahun atau lebih muda sangat berbahaya karena tersedak, sebesar (59,5%) berhubungan dengan makanan, (31,4%) tersedak karena benda asing, dan sebesar 9,1% penyebab tidak diketahui. (Committee on injury, 2010) Prevalensi di Amerika Serikat didapatkan kasus tersedak pada anak usia dibawah 4 tahun sebesar 710, terjadi pada anak dibawah usia 1 tahun sebesar 11,6%, kasus terjadi pada usia 1 hingga 2 tahun sebesar 36,2% terjadi pada usia 2 tahun hingga 4 tahun sebesar 29,4%. (AAP, 2010)



1



Berdasarkan data dari Departemen Dinas Kesehatan Nasional menunjukkan penyebab tersedak adalah benda asing biji – bijian sejumlah 105 pasien, 82 pasien tersedak benda asing kacang – kacangan, sayuran 79 pasien, lainnya tersedak disebabkan oleh logam, makanan, dan tulang ikan. (Depdiknas, 2007) B. Rumusan Masalah 1. Apa Definisi Tersedak ? 2. Bagaimana Klasifikasi Tersedak? 3. Bagaimana Etiologi Tersedak? 4. Bagaimana Manifestasi Klinis Tersedak? 5. Bagaimana Patofisiologi Tersedak? 6. Bagaimana Pathway Tersedak? 7. Bagaimana Pemeriksaan penunjang Tersedak? 8. Bagaimana Penatalaksanaan Tersedak? 9. Bagaimana Komplikasi Tersedak? 10. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan Tersedak?



C. Tujuan 1.



Tujuan Umum Mahasiswa mampu memahami konsep asuhan keperawatan tersedak.



2.



Tujuan Khusus a.



Menjelaskan Definisi Tersedak.



b.



Menjelaskan Etiologi Tersedak.



c.



Menjelaskan Manifestasi Klinis Tersedak.



d.



Menjelaskan Klasifikasi Tersedak.



e.



Menjelaskan Patofisiologi Tersedak.



f.



Menjelaskan Pathway Tersedak.



g.



Menjelaskan Pemeriksaan penunjang Tersedak.



h.



Menjelaskan Penatalaksanaan Tersedak.



i.



Menjelaskan Komplikasi Tersedak.



2



j.



Menjelaskan konsep Asuhan Keperawatan Tersedak.



D. Manfaat 1. Bagi mahasiswa Diharapkan mahasiswa dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami kegawat daruratan tersedak. 2. Bagi masyarakat Diharapkan mahasiswa dapat memberikan pengetahuan atau informasi kepada masyarakat tentang tersedak dan bagaimana cara penanganannya. 3. Bagi tenaga kesehatan Diharapkan bagi tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan keperawatan dan pendidikan kesehatan tersedak pada klien.



3



BAB II PEMBAHASAN



A. Definisi Tersedak adalah masuknya benda asing ke arah paru-paru dan menyumbat jalan napas. Tersedak adalah tersumbatnya trakea seseorang oleh benda asing, muntah, darah, atau cairan lain. Tersedak merupakan keadaan yang gawat darurat. (Suwendra P, Putu SP, Subanada, 2012) Tersedak (choking) merupakan suatu keadaan masuknya benda asing (makanan, mainan, dll) ke dalam jalan napas atas sehingga menimbulkan gawat napas. Tersedak adalah masuknya makanan atau benda lain kedalam tenggorokan, misalnya mainan kecil yang tertelan tanpa sengaja. (Brunner & Suddarth, 2013) Tersedak adalah masuknya benda asing misalnya makanan atau minuman ke dalam tenggorokan. Tersedak adalah masuknya makanan atau benda lain kedalam tenggorokan, misalnya mainan kecil yang tertelan tanpa sengaja. (Soepardi EA, 2012)



B. Klasifikasi 1. Obstruksi total Pembuntuan saluran pernafasan secara total sehingga klien tidak dapat bernafas sama sekali, dan harus segera ditolong karena dalam beberapa menit klien akan mengalami kematian yang permanen. Bila terjadi obstruksi total maka akan terjadi atelektasis. 2. Fenomena check valve / Parsial



4



Pembuntuan saluran napas secara parsial atau tidak secara total, sehingga klien masih dapat bernapas tetapi kurang adekuat, dan benda asing harus segera dikeluarkan karena akan mempengaruhi pasokan O2 jaringan. Tetapi pengeluaran benda asing tersebut harus dilakukan oleh tenaga medis yang terlatih, karena ditakutkan akan terjadi sumbatan total bila dilakukan oleh orang yang tidak berpengalaman. Bila terjadi obstruksi parsial maka dapat terjadi emphisema paru. (Suwendra P, Putu SP, Subanada, 2012)



C. Etiologi Penyebab utama tersedak adalah makanan, koin, atau minuman. Penyebab lainnya adalah cara makan yang salah misalnya, sambil berjalan, berlari,



tidur,



bercanda,



mengunyah



terlalu



cepat,



atau



terlalu banyak menyuapi makanan ke mulutnya. Aspirasi benda asing masih merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang signifikan pada anak. Aspirasi bahan makanan merupakan kasus tersering, banyak yang telah melaporkan bermacam jenis aspirasi benda asing seperti biji-bijian, jarum, peniti, kacang, serpihan tulang, mainan, gigi, tutup pena, serpihan sayuran Benda-benda tersebut bisa tersangkut pada : 1. Laring Secara progresif akan terjadi stridor, dispneu, apneu, penggunaan otot bantu nafas, sianosis. 2. Saluran nafas Berdasarkan lokasi dibagi atas a. Trachea Benda asing didalam trachea tidak dapat dikeluarkan karena tersangkut didalam rimaglotis dan akhirnya tersangkut di laring dan akhirnya dapat menimbulkan gejala obstruksi larink b. Bronkus



5



Biasanya tersangkut pada bronkus kanan, benda asing ini kemudian dilapisi sekresi bronkus sehingga menjadi besar. (Suwendra P, Putu SP, Subanada, 2012)



D. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat, bentuk, dan ukuran benda asing. Seseorang yang mengalami aspirasi benda asing akan mengalami 3 stadium, yaitu: 1. Stadium permulaan, yaitu batuk hebat secara tiba-tiba (violent paroxysm of coughing), rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok (gagging), bicara gagap (sputtering), dan obstruksi jalan napas yang terjadi segera. 2. Stadium kedua, ialah gejala stadium permulaan diikuti oleh interval asimtomatik. Hal ini karena benda asing tersebut tersangkut, refleksrefleks akan melemah dan gejala rangsangan akut menghilang. Stadium ini berbahaya, sering menyebabkan keterlambatan diagnosis karena gejala belum jelas. 3. Stadium ketiga, telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi atau infeksi sebagai akibat rekasi terhadap benda asing, sehingga timbul batuk-batuk, hemoptisis, pneumonia, dan abses paru. (Suwendra P, Putu SP, Subanada, 2012)



E. Patofisiologi Bila proses menalan dan bersuara terjadi bersamaan, dimana proses respirasi dan menelan pada tahap faringeal terjadi dalam waktu yang sama, dapat menyebabkan masuknya makanan atau minuman ke saluran pernapasan Bronkhus dan trachea sedemikian sensitifnya terhadap sentuhan halus, sehingga benda asing dalam jumlah berapapun atau penyebab iritasi



6



lainnya akan menimbulakan refleks batuk. Laring dan karina (tempat percabangan trachea) adalah yang paling sensitive, dan bronkhiolus terminalis dan bahkan alveoli bersifat sensitive terhadap rangsang kimia yang korosif. Impuls aferen yang berasal dari saluran napas terutama berjalan melalui vagus ke medulla dan terjadilah refleks batuk. Inhibasi pernapasan dan penutupan glottis merupakan bagian dari refleks meelan. Menalan sulit atau tidak dapat dilakukan apabila mulut terbuka. Seorang dewa normal sering menalan selama makan juga diantara makan. Jumlah total menelan perhari sekitar 600 kali = 200 kali sewaktu makan dan minum, 350 kali sewaktu terjaga tanpa makan dan 50 kali sewaktu tidur. Apabila inhibasi pernapasan tidak ada dan atau glottis tidak menutup atau tidak menutup sempurna selama proses menelan, maka akan terjadi refleks tersedak. Hal ini penting untuk melindungi selama pernapasan dari bolus dan bahan-bahan lainnya yang seharusnya melalui saluran pencernaan. Tersedak dapat terjadi antara lain saat makan sambil berbicara, makan terlalu cepat, dan lain-lain. Menelan adalah mekanisme kompleks yang terdiri atas tiga tahap,yaitu volunter, faringeal, dan esofageal. Tahap seseorang tersedak ketika sepotong makanan tergelincir ke dalam trakea dan tersangkut sehingga memotong jalur pernapasan. Hal ini menyebabkan udara yang mengandung oksigen tidak bisa masuk menuju paru-paru. Tanpa oksigen, individu dapat menderita kerusakan otak atau mati. Ketika seseorang tersedak, tidak ada suara yang dapat dibuat karena laring terletak dalam trakea dan suara itu sendiri terbuat ketika udara didorong menyeberangi laring sedangkan ketika tersedak, tidak ada udara yang bisa masuk ke trakea, tempat dimana laring berada. (Price, 2012)



7



F. Pathways



8



G. Pemeriksaan Penunjang 1. Radiologi Berdasarkan hasil pemeriksaan yang diperoleh akan timbul bayangan radiologi yang diakibatkan oleh dua sebab : a. bila benda asing itu bersifat radiopaque maka bayangan yang terjadi disebabkan benda asing itu sendiri. b. Bila bayangan yang terjadi disebabkan karena komplikasi, misalnya atelektasis dan emfisema, maka akan tergantung pada tipe obstruksi yang terjadi. 2. Pemeriksaan faal paru Dari pemeriksaan faal paru didapatkan defek obstruktif faal paru dan ini tergantung pada lokasi obstruktif yang terjadi di daerah laringotrakeal, maka akan terjadi pengurangan dari kecepatan aliran (flowrate). Bila obstruksi terjadi disuparstnal notch, maka akan terjadi pengurangan dari aliran inspirasi (inspirasi flow rate), sedangkan bila terjadi dibawah suparsternal nocht, maka akan terjadi pengurangan aliran ekspirasi (expiratory flow rate). 3. Pemeriksaan gas darah Pada fase permulaan obstruksi dapat menimbulkan peningkatan PaCo2, kecepatan pernafasan yang 30x/menit masih dapat mengkompensasi sehingga tidak terjadi hipoksemia akan tetapi ada penyumbatan yang sifatnya proksimal maka total perburukan gas dan Ph terjadi secara cepat. (Suwendra P, Putu SP, Subanada, 2012)



H. Penatalaksanaan 1. Penanganan tersedak untuk anak usia >1 tahun – dewasa yang masih sadar a. Untuk tersedak ringan: Jika korban masih bisa batuk, anjurkan korban untuk batuk terus menerus sekeras-kerasnya. Yang tidak boleh dilakukan:



9



1) Memberi minum pada korban (jalan napas hanya boleh dilalui oleh udara) 2) Memasukkan jari ke dalam mulut sebagai usaha untuk mengeluarkan benda asing b. Untuk tersedak berat: 1) Tanyakan kepada korban “Apakah Anda tersedak?”, sekilas langkah ini terlihat agak rancu dan tidak mungkin dilakukan. Tetapi hal ini dilakukan untuk membedakan antara tersedak dan penyakit lain yang menyebabkan gawat napas. 2) Lakukan abdominal thrust (Heimlich manuever) selama beberapa kali sampai benda asing keluar atau sampai korban menjadi tidak sadar. Berikut ini merupakan langkah-langkah melakukan Heimlich manuever: a) Berdiri atau berlutut di belakang korban (posisikan tubuh sesuai dengan tinggi tubuh korban, pada pasien anak kemungkinan harus berlutut) b) Kepalkan salah satu telapak tangan c) Letakkan kepalan tangan dengan arah ibu jari menempel ke dinding perut korban, posisikan kepalan tangan 2 jari di atas pusat (pusat selalu sejajar dengan tulang pinggul atas) d) Kencangkan kepalan tangan dengan tangan satunya sehingga kedua lengan melingkar di perut korban. e) Lakukan penekanan ke arah belakang dan atas sampai benda asing keluar



10



Abdominal thrust atau Hemlich manuever Jika korban tersedak adalah wanita hamil atau orang dewasa yang terlalu gemuk (obesitas) kita bisa melakukan pilihan lain dengan melakukan “chest thrust” yaitu dengan meletakkan kepalan tangan di tengah-tengah tulang dada.



Pengganti Hemlich manuever pada korban wanita hamil



2. Penanganan tersedak untuk anak usia >1 tahun – dewasa yang tidak sadar Jika korban menjadi jatuh tidak sadar lakukan langkah-langkah berikut: a. Panggil bantuan medis segera b. Buka jalan napas korban, jika benda asing dapat terlihat lakukan finger swab atau sapuan jari untuk mengeluarkan benda asing c. Segera lakukan CPR/ RJP. Perbedaannya dengan CPR biasa adalah setelah melakukan 30 kali kompresi dada, periksalah mulut korban terlebih dahulu sebelum memberikan 2 kali napas bantuan. Dikatakan telah sukses menangani korban tersedak yang tidak sadar jika ada tanda-tanda berikut:



11



1. Dada korban terlihat naik ketika memberikan bantuan napas 2. Melihat benda asing keluar dari mulut korban. Lakukan langkah-langkah berikut ini jika sudah berhasil menangani korban tersedak. Karena ada beberapa kemungkinan yang akan terjadi setelah benda asing keluar dari mulut korban: 1. Berikan 2 kali napas 2. Lihat respons korban (batuk, muntah, pergerakan), kemudian periksa nadi di leher korban selama 10 detik. 3. Jika nadi tidak teraba dan korban juga tidak bernapas, lanjutkan CPR dan pasang AED segera (jika tersedia). Jika nadi ada tetapi napas tidak ada maka berikanlah bantuan napas saja selama 2 menit, dalam 1 menit harus memberikan 10 kali napas (jadi jeda antara napas adalah 6 detik). Setelah 2 menit periksalah apakah napasnya sudah ada atau belum, jika korban sudah bernapas normal posisikan korban miring (posisi pemulihan) sambil menunggu bantuan datang. 3. Penanganan tersedak untuk bayi ( 60



a. Bersihkan mulut, hidung



o. Usia 1-4 : < 20 atau >



dan secret trakea



30



b. Pertahankan jalan nafas



p. Usia 5-14 : < 14 atau



yang paten



> 25



c. Atur peralatan oksigenasi



q. Usia > 14 : < 11 atau



d. Monitor aliran oksigen



> 24



e. Pertahankan posisi pasien



r. Kedalaman



f. Onservasi adanya tanda



pernafasan



tanda hipoventilasi



s. Dewasa volume



g. Monitor adanya kecemasan



tidalnya 500 ml saat



pasien terhadap oksigenasi



istirahat



Vital sign Monitoring



t. Bayi volume tidalnya



a.



6-8 ml/Kg



Monitor TD, nadi, suhu, dan RR



22



u. Timing rasio



b.



v. Penurunan kapasitas



Catat adanya fluktuasi tekanan darah



vital



c.



Monitor VS saat pasien



Faktor yang



berbaring, duduk, atau



berhubungan :



berdiri



a. Hiperventilasi



d.



b. Deformitas tulang



Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan



c. Kelainan bentuk



e.



dinding dada



Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan



d. Penurunan



setelah aktivitas



energi/kelelahan e. Perusakan/pelemahan



f.



Monitor kualitas dari nadi



g.



Monitor frekuensi dan



muskulo-skeletal



irama pernapasan



f. Obesitas



h.



Monitor suara paru



g. Posisi tubuh



i.



Monitor pola pernapasan



h. Kelelahan otot



abnormal



pernafasan



j.



i. Hipoventilasi sindrom



Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit



j. Nyeri



k.



Monitor sianosis perifer



k. Kecemasan



l.



Monitor adanya cushing



l. Disfungsi



triad (tekanan nadi yang



Neuromuskuler



melebar, bradikardi,



m. Kerusakan



peningkatan sistolik)



persepsi/kognitif



m. Identifikasi penyebab dari



n. Perlukaan pada



perubahan vital sign



jaringan syaraf tulang belakang o. Imaturitas Neurologis



23



3.



Ketidakefektifan perfusi



NOC



NIC



jaringan perifer b.d



a. Circulation status



Peripheral Sensation



hipoksemia akibat



b. Tissue Perfusion :



Management



kekurangan oksigen di



cerebral



(Manajemen sensasi perifer)



perifer.



Kriteria Hasil :



Definisi : Penurunan



Mendemonstrasikan



tertentu yang hanya peka



sirkulasi darah ke perifer



status sirkulasi yang



terhadap



yang dapat mengganggu



ditandai dengan :



panas/dingin/tajam/tumpul



kesehatan



a. Tekanan systole dan



Batasan Karakteristik :



diastole dalam rentang



a. Tidak ada nadi



yang diharapkan



b. Perubahan fungsi motorik c. Perubahan



b. Tidak ada ortostatik hipertensi c. Tidak ada tanda tanda



karakteristik kulit



peningkatan tekanan



(warna, elastisitas,



intrakranial (tidak lebih



rambut, kelembapan,



dari 15 mmHg)



kuku, sensasi, suhu)



Mendemonstrasikan,



d. Indek ankle-brakhial



kemampuan kognitif yang ditandai dengan :



e. Perubahan tekanan



a. Berkomunikasi dengan



darah diekstremitas



jelas dan sesuai dengan



f. Waktu pengisian kapiler > 3 detik g. Klaudikasi h. Warna tidak kembali ketungkai saat tungkai diturunkan i. Kelambatan penyembuhan luka



kemampuan b. Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi c. Memproses informasi d. Membuat keputusan dengan benar Menunjukkan fungsi sensori motori cranial



24



a. Monitor adanya daerah



b. Monitor adanya paretese c. lnstruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi d. Gunakan sarung tangan untuk proteksi e. Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung f. Monitor kemampuan BAB g. Kolaborasi pemberian analgetik h. Monitor adanya tromboplebitis i. Diskusikan menganai penyebab perubahan sensasi



perifer



yang utuh : tingkat



j. Penurunan nadi



kesadaran membaik tidak



k. Edema



ada gerakan gerakan



l. Nyeri ekstremitas



involunter



m. Bruit femoral n. Pemendekan jarak total yang ditempuh dalam uji berjalan 6 menit o. Pemendekan jarak bebas nyeri yang ditempuh dalam uji berjalan 6 menit p. Perestesia q. Warna kulit pucat saat elevasi Faktor Yang Berhubungan : a. Kurang pengetahuan tentang faktor pemberat (mis, merokok, gaya hidup monoton, trauma, obesitas, asupan garam, imobilitas) b. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit (mis, diabetes, hiperlipidemia)



25



c. Diabetes melitus d. Hipertensi e. Gaya hidup monoton f. Merokok



4.



Penurunan curah jantung



NOC



NIC



b.d perubahan volume



a. Cardiac Pump



Cardiac Care



sekuncup.



effectiveness



Definisi



b. Circulation Status



: Ketidakadekuatan darah



c. Vital Sign Status



yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Batasan Karakteristik : Perubahan Frekuensi Irama Jantung



Kriteria Hasil : a. Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi) b. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada



c. Tidak ada edema paru,



b. Bradikardi, Takikardi



perifer, dan tidak ada



c. Perubahan EKG



asites



d. Palpitasi Perubahan Preload



( intensitas, lokasi, durasi) b. Catat adanya disritmia jantung



kelelahan a. Aritmia



a. Evaluasi adanya nyeri dada



d. Tidak ada penurunan kesadaran



c. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output d. Monitor status kardiovaskuler e. Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung f. Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi g. Monitor balance cairan h. Monitor adanya perubahan tekanan darah



a. Penurunan tekanan



i. Monitor respon pasien



vena central (central venous pressure,



terhadap efek pengobatan



CVP)



antiaritmia j. Atur periode latihan dan



b. Peneurunan tekanan arteri paru



istirahat untuk menghindari



(pulmonary artery



kelelahan



26



wedge pressure,



k. Monitor toleransi aktivitas



PAWP)



pasien



c. Edema, Keletihan



l. Monitor adanya dyspneu,



d. Peningkatan CVP



fatigue, tekipneu dan



e. Peningkatan PAWP



ortopneu



f. Distensi vena jugular



m. Anjurkan untuk



g. Murmur



menurunkan stress



h. Peningkatan berat



Vital Sign Monitoring



badan



a. Monitor TD, nadi, suhu,



Perubahan Afterload



dan RR



a. Kulit Lembab



b. Catat adanya fluktuasi



b. Penurunan nadi



tekanan darah



perifer



c. Monitor VS saat pasien



c. Penurunan resistansi



berbaring, duduk, atau



vascular paru



berdiri



(pulmunary vascular



d. Auskultasi TD pada kedua



resistence, PVR)



lengan dan bandingkan



d. Penurunan resistansi



e. Monitor TD, nadi, RR,



vaskular sistemik



sebelum, selama, dan



(sistemik vascular



setelah aktivitas



resistence , SVR)



f. Monitor kualitas dari nadi



e. Dipsnea



g. Monitor adanya pulsus



f. Peningkatan PVR



paradoksus



g. Peningkatan SVR



h. Monitor adanya pulsus



h. Oliguria



alterans



i. Pengisian kapiler



i. Monitor jumlah dan irama



memanjang



jantung



j. Perubahan warna kulit



j. Monitor bunyi jantung



k. Variasi pada



k. Monitor frekuensi dan



pembacaan tekanan



irama pernapasan



27



darah



l. Monitor suara paru



Perubahan kontraktilitas



m. Monitor pola pernapasan



a. Batuk, Crackle



n. Monitor suhu, warna, dan



abnormal



b. Penurunan indeks



kelembaban kulit



jantung



o. Monitor sianosis perifer



c. Penurunan fraksi



p. Monitor adanya cushing



ejeksi



triad (tekanan nadi yang



d. Ortopnea



melebar, bradikardi,



e. Dispnea paroksismal



peningkatan sistolik)



nokturnal



q. Identifikasi penyebab dari



f. Penurunan LVSWI



perubahan vital sign



(left ventricular stroke work index) g. Penurunan stroke volume index (SVI) h. Bunyi S3, Bunyi S4 Perilaku/Emosi Ansietas, Gelisah Faktor Yang Berhubungan : a. Perubahan afterload b. Perubahan kontraktilitas c. Perubahan frekuensi jantung d. Perubahan preload e. Perubahan irama f. Perubahan volume sekuncup



28



5.



Ansietas berhubungan



NOC



NIC



dengan ancaman



a. Anxiety self-control



Anxiety Reduction



kematian.



b. Anxiety level



(penurunan kecemasan)



Definsi : Perasaan tidak



c. Coping



a.



nyaman atau kekawatiran



Kriteria Hasil :



yang



a. Klien mampu



Samar



disertai



Gunakan pendekatan yang menenangkan



b.



Nyatakan dengan jelas



respon autonom (sumber



mengidentifikasi dan



harapan terhadap pelaku



sering kali tidak spesifik



mengungkapkan gejala



pasien



atau tidak diketahui oleh



cemas.



individu); perasaan takut yang



disebabkan



antisipasi bahaya.



b. Mengidentifikasi,



oleh



mengungkapkan dan



terhadap



menunjukkan tehnik



Hal



merupakan



ini isyarat



kewaspadaan



yang



memperingatkan individu



c. Vital sign dalam batas



tingkat aktivfitas



bertindak



d.



Pahami prespektif pasien terhadap situasi stres



e.



Temani pasien untuk memberikan keamanan



d. Postur tubuh, ekspresi



kemampuan untuk



selama prosedur



normal.



wajah, bahasa tubuh dan



Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan



untuk mengontol cemas.



akan adanya bahaya dan individu



c.



dan mengurangi takut f.



Dorong keluarga untuk menemani anak



menunjukkan



g.



Lakukan back / neck rub



menghadapi ancaman.



berkurangnya



h.



Dengarkan dengan penuh



Batasan Karakteristik



kecemasan.



perhatian i.



Perilaku : a. Penurunan



Identifikasi tingkat kecemasan



produktivitas



j.



b. Gerakan yang



Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan



ireleven



kecemasan



c. Gelisah



k.



Dorong pasien untuk



d. Melihat sepintas



mengungkapkan perasaan,



e. Insomnia



ketakutan, persepsi



f. Kontak mata yang



l.



29



Instruksikan pasien



buruk



menggunakan teknik



g. Mengekspresikan



relaksasi



kekawatiran karena



m. Berikan obat untuk



perubahan dalam



mengurangi kecemasan



peristiwa hidup h. Agitasi i. Mengintai j. Tampak waspada Affektif : a. Gelisah, Distres b. Kesedihan yang mendalam c. Ketakutan d. Perasaan tidak adekuat e. Berfokus pada diri sendiri f. Peningkatan kewaspadaan g. Iritabihtas h. Gugup senang beniebihan i. Rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan j. Peningkatan rasa ketidak berdayaan yang persisten k. Bingung, Menyesal l. Ragu/tidak percaya



30



diri m. Khawatir Fisiologis : a. Wajah tegang, Tremor tangan b. Peningkatan keringat c. Peningkatan ketegangan d. Gemetar, Tremor e. Suara bergetar Simpatik : a. Anoreksia b. Eksitasi kardiovaskular c. Diare, Mulut kering d. Wajah merah e. Jantung berdebardebar f. Peningkatan tekanan darah g. Peningkatan denyut nadi h. Peningkatan reflek i. Peningkatan frekwensi pernapasan j. Pupil melebar k. Kesulitan bernapas l. Vasokontriksi superfisial m. Lemah, Kedutan pada



31



otot Parasimpatik : a. Nyeri abdomen b. Penurunan tekanan darah c. Penurunan denyut nadi d. Diare, Mual, Vertigo e. Letih, Ganguan tidur f. Kesemutan pada ekstremitas g. Sering berkemih h. Anyang-anyangan i. Dorongan cegera berkemih Kognitif : a. Menyadari gejala fisiologis b. Bloking fikiran, Konfusi c. Penurunan lapang persepsi d. KesuIitan berkonsentrasi e. Penurunan kemampuan belajar f. Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah g. Ketakutan terhadap



32



konsekwensi yang tidak spesifik h. Lupa, Gangguan perhatian i. Khawatir, Melamun j. Cenderung menyalahkan orang lain. Faktor Yang Berhubungan : a. Perubahan dalam (status ekonomi, lingkungan,status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, status peran) b. Pemajanan toksin c. Terkait keluarga d. Herediter e. Infeksi/kontaminan interpersonal



33



BAB IV PENUTUP



A. Kesimpulan Tersedak (choking) merupakan suatu keadaan masuknya benda asing (makanan, mainan, dll) ke dalam jalan napas atas sehingga menimbulkan gawat napas. Tersedak adalah masuknya makanan atau benda lain kedalam tenggorokan, misalnya mainan kecil yang tertelan tanpa sengaja.



B. Saran 1. Bagi mahasiswa keperawatan Diharapkan dapat memahami konsep dasar keperawatan gawat darurat dalam kasus tersedak yang berguna bagi profesi dan orang sekitar kita. 2. Bagi masyarakat Diharapkan dapat memanfaatkan makalah ini untuk menambah pengetahuan tentang kasus tersedak yang seringterjadi di sekitar mereka. 3. Bagi tenaga kesehatan Diharapkan dapat memberikan penanganan dan asuhan keperawatan gawat darurat yang tepat dan sesuai dengan standar operasional prosedur tindakan dalam menangani klien dengan kasus tersedak.



34



DAFTAR PUSTAKA



Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2. Jakarta EGC Dongoes, Maryllin E, 2009. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC Krisanty, P., et al. (2009) Ed. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta : CV. Trans Info Media , 103-105 Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan



Diagnosa



Medis



&



NANDA



NIC-NOC.



Jogjakarta: MediAction. Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. 2012. Patofisiologi: Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. Jakarta: EGC Riset Kesehatan Dasar (Rikesda). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan secara Terpadu. Yogyakarta : Graha Ilmu Soepardi EA (2012). Kesulitan Menelan: Disfagia. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher Edisi 7. Jakarta: FK UI Suwendra P, Putu SP, Subanada (2012). Aspirasi Benda Asing dalam Saluran Respiratori. Dalam: Buku Ajar Respirologi Anak Edisi 1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia



35