Jaringan Pada Tumbuhan Dan Hewan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM ACARA VII JARINGAN PADA TUMBUHAN DAN HEWAN



Dosen Pengampu : Teguh Julianto, M.Si Oleh : Yusha Camilla Masyita



1901070031



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2019/2020



ACARA VII JARINGAN PADA TUMBUHAN DAN HEWAN A. Tujuan Praktikum 1. Untuk mengamati sel-sel yang meyusun macam jaringan pada tumbuhan dan letak jaringan-jaringan tersebut dalam berbagai organ. 2. Untuk mengetahui jaringan pada tumbuhan. 3. Untuk mengamati seseunan sel yang menyusun jaringan pada hewan dan mengetahui perbedaan masing-masing dari jaringan tersebut. B. Dasar Teori 1. Pengertian Jaringan Hewan Jaringan pada hewan dibedakan atas 4 jaringan utama: jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot dan jaringan syaraf. Jaringan ini tidak terdapat sebagai satuan-satuan terpisah tetapi saling berhubungan satu sama lain membentuk organ dan sistem tubuh. (Adimiharja & Mulyaningsih, 2013) Keempat jaringan tersebut dimiliki oleh semua hewan kecuali hewan paling sederhana seperti Porifera. Jaringan-jaringan tersebut akan membentuk organ yang memiliki fungsi tertentu dalam sistem organ. Berbagai sistem organ tersebut akan membentuk individu utuh yang mampu melakukan berbagai aktivitas. (Ferdinand & Ariebowo, 2009) 2. Macam-Macam Jaringan Hewan a. Jaringan Epitel Jaringan epitel terdiri atas sel-sel yang terikat satu sama lain. Jaringan epitel adalah jaringan yang melapisi permukaan tubuh (epitelium), membatasi antarorgan (mesotelium), atau membatasi organ dengan rongga dalam tubuh (endotelium). Sel-sel epitelium terikat kuat satu sama lain oleh material yang berada di antara sel-sel. Adanya ikatan yang kuat tersebut memungkinkan jaringan epitel sebagai pelindung yang melindungi tubuh dari luka secara mekanik, serangan mikroorganisme, dan kehilangan cairan.



1



Berdasarkan bentuk dan susunannya jaringan epitel dibagi menjadi tiga, yaitu epitel pipih, epitel batang, dan epitel kubus. (Diastuti, 2009) b. Jaringan Ikat Sesuai dengan namanya, jaringan ikat berfungsi sebagai pengikat, penyokong, serta penghubung satu jaringan dengan jaringan yang lainnya. Jaringan ikat tidak terdapat pada permukaan luar tubuh. Jaringan ikat mengandung banyak pembuluh darah, kecuali pada tulang rawan. Berbeda dengan sel epitel, populasi sel-sel jaringan ikat lebih jarang dan menyebar di dalam matriks. Pada umumnya, matriks terdiri atas jaringan-jaringan serabut yang melekat dalam bahan dasar berupa cairan, gel, atau solid. (Ferdinand & Ariebowo, 2009) Matriks pada jaringan ikat memiliki jalinan yang bergantung pada serabut yang dimilikinya. Berikut ini beberapa serabut yang menyusun jaringan ikat, yaitu serabut kolagen, serabut elastin, dan serabut retikuler. (Ferdinand & Ariebowo, 2009) Serabut kolagen memiliki daya regang sangat tinggi dengan elastisitas yang rendah. Serabut kolagen terbuat dari protein kolagen. Serabut elastin memiliki elastisitas tinggi. Namun, serabut elastin daya elastisitasnya akan semakin berkurang seiring dengan pertambahan usia seseorang. Serabut retikuler mirip dengan serabut kolagen hanya ukuran serabutnya lebih pendek dibandingkan dengan serabut kolagen. (Ferdinand & Ariebowo, 2009) Jaringan ikat dapat dikelompokkan dalam enam kelompok utama, yaitu jaringan ikat longgar, jaringan lemak, jaringan ikat padat, jaringan tulang rawan, jaringan tulang, dan jaringan ikat darah. (Ferdinand & Ariebowo, 2009)



2



c. Jaringan Otot Secara umum otot di dalam tubuh hewan maupun manusia dibagi menjadi tiga, yaitu: 1) Otot lurik (otot rangka) Otot lurik tersusun atas sel-sel yang berbentuk silindris yang sangat panjang, tetapi tidak mengalami percabangan. Panjang setiap selnya bervariasi antara 3–4 cm. Otot lurik mengandung inti sel yang banyak dan letaknya tersebar di bagian tepi sel. Miofibrilmiofibril otot lurik susunannya sejajar dengan serabut ototnya, sehingga membentuk daerah terang yang disebut isotrop dan daerah gelap yang disebut anisotrop. Adanya daerah terang dan gelap pada otot lurik, menyebabkan otot ini tampak bergaris-garis melintang. (Bakhtiar, 2011) Cara bergerak (kontraksi) otot lurik ini di bawah kesadaran, sehingga disebut otot volunter. Sel-selnya mengandung saraf-saraf yang berasal dari sistem saraf pusat. Otot lurik dapat berkontraksi secara cepat dan kuat. Otototot lurik dapat anda temukan pada sebagian besar otot rangka. (Bakhtiar, 2011) 2) Otot polos Sel-sel otot polos berbentuk seperti gelendong dengan panjang yang bervariasi antara 20-500 milimikron, bergantung pada organ mana otot polos ini berada. Inti selnya hanya satu dan terletak di bagian tengah sel. Kontraksinya (pergerakannya) tidak di bawah pengaruh kesadaran atau kemauan. Kontraksi otot polos dipengaruhi oleh saraf-saraf yang berasal dari sistem saraf otonom. (Bakhtiar, 2011) Otot ini dapat bergerak tanpa henti tanpa menimbulkan kelelahan, meskipun harus bergerak dalam jangka waktu lama. Untuk melakukan kontraksi otot polos membutuhkan waktu antara tiga detik sampai tiga menit. Otot polos terutama terdapat di bagian viseral, membentuk pada bagian-bagian yang berkontraksi seperti



3



pada dinding saluran pencernaan dari mulai pertengahan esophagus hingga ke anus, serta saluran-saluran keluar kelenjar yang berhubungan dengan sistem ini. Di samping itu, otot polos terdapat pada sistem pernapasan, sistem eksresi, sistem reproduksi, dan pada bagian tertentu di mata. (Bakhtiar, 2011) 3) Otot jantung Otot jantung merupakan jenis otot dari penggabungan otot lurik dan otot polos. Disebut demikian karena otot jantung, keadaan susunannya memperlihatkan susunan otot lurik, tetapi cara kerjanya seperti otot polos, yaitu berkontraksi secara ritmis dan otomatis. Walaupun otot jantung mirip otot lurik, tetapi ada perbedaan dalam hal percabangan dan intinya. Sel-sel otot jantung seringkali terlihat membentuk rantai dan bercabang dua atau lebih. Percabangan pada otot jantung seperti ini disebut Syncytium. Jumlah intinya terkadang satu atau dua buah dan terletak pada bagian tengah (pusat). Sel-sel otot jantung dipengaruhi oleh saraf-saraf dari sistem saraf otonom. Oleh karena itu, kontraksinya tidak di bawah pengaruh kesadaran (otot involunter). Otot jantung hanya terdapat di jantung, yaitu pada miokardium (lapisan otot jantung) dan pada dinding pembuluh darah besar yang langsung berhubungan dengan jantung. (Bakhtiar, 2011) d. Jaringan Syaraf Jaringan saraf membentuk sistem saraf. Sistem saraf berfungsi menjamin kepekaan hewan terhadap pengaruh lingkungannya. Dengan demikian, sistem saraf mampu menanggapi pengaruh yang terjadi dari lingkungannya. Di samping itu, sistem saraf mampu mengendalikan gerakan otot, sekresi kelenjar, dan berperan besar pada tingkah laku naluri. Jaringan saraf ini terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron. (Bakhtiar, 2011) Sel saraf atau neuron merupakan unit fungsional pada sistem saraf. Neuron yang terdapat dalam tubuh bentuknya bermacam-macam



4



bergantung pada tempat beradanya dan fungsinya. Sitoplasma sel neuron mengandung organel-organel antara lain badan golgi, mitokondria, dan retikulum endoplasma. Untuk kelangsungan hidupnya, neuron mendapatkan suplai makanan melalui neuroglia yang terdapat di sekitarnya. Neuron memiliki badan sel, dendrit, dan neurit (akson). (Bakhtiar, 2011)



3. Pengertian Jaringan Tumbuhan Jaringan tumbuhan adalah sel-sel yang memiliki tujuan yang sama untuk membentuk suatu energy pada tumbuhan. Jaringan tumbuhan terbentuk karena berlangsungnya pembelahan dari sel-sel, yang dalam hal ini sel-sel yang terjadi tetap melakukan hubungan-hubugan dengan erat antara yang satu dengan yang lainnya. Selanjutnya pembentukan jaringanjaringan tersebut sangat erat hubungannya dengan pembentukan berbagai alat pada tumbuhan, akar, batang, daun, bunga, buah, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, tiap jaringa biasanya hanya melakukan saru proses dalam hidupnya. Seperti; jaringan meristem yang mampu membelah terus dan membentuk sel-sel baru. (Waluyo, 2006: 71).



4. Macam-macam Jaringan Tumbuhan Jaringan pada tumbuhan diantaranya adalah : a. Jaringan Meristem (jaringan muda) Jaringan meristem adalah jaringan yang terus menerus membelah dan jaringan ini relatif sangat muda , sitoplasmanya penuh , mempunyai kemampuan totipotensi yang tinggi karena kemampuan membentuk jaringan yang lain berupa jaringan dewasa (A.Fahn, 1982:82). b. Jaringan epidermis (jaringan dewasa) Jaringan epidermis merupakan jaringan yang letaknya paling luar, tersusun atas sel-sel hidup berbentuk pipih selapis yang berderet rapat tanpa ruang antar sel. Tidak mengandung klorofil kecuali pada epidermis tumbuhan Bryophita dan Pterydophyta serta sekitar



5



epidermis pada sel penutup stomata. Bentuk sel jaringan epidermis seperti balok dan mengalami modifikasi membentuk aneka ragam sel yang sesuai dengan fungsinya. Pada tumbuhan yang sudah mengalami pertumbuhan sekunder, akar dan batangnya sudah tidak lagi memiliki jaringan epidermis (Yatim, 1982:154). Adapula yang berperan aktif dalam proses transportasi zat – zat makanan pada tumbuhan diantaranya adalah : -



Xilem (pembuluh kayu) Sel-selnya mati dan berlapiskan zat lignin. Dapat dibedakan menjadi dua, yaitu trakeid dan trakea. Trakeid berciri sekat antarselnya berpori, dan trakea apabila sekatnya tidak jelas. Fungsinya untuk mengangkut air dan garam-garam mineral dalam tanah dari akar ke daun.



-



Floem (pembuluh kulit kayu = pembuluh tapis ) Di sebelah luarnya pembuluh floem terdapat sel-sel yang masih hidup yang disebut sel-sel pengiring (companion cell). Floem berfungsi untuk mengangkut hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tubuh. Persatuan antara xilem dan floem akan membentuk ikatan pembuluh (fasis) (http://biologimediacentre.com)



5. Organ-Organ pada Tumbuhan Sedangkan organ – organ tumbuhan diantaranya adalah : a. Akar Akar merupakan organ tumbuhan yang penting karena berperan sebagai alat pencengkeram pada tanah/penguat dan sebagai alat penyerap air. Akar memiliki bagian pelindung berupa tudung akar yang tidak dimiliki oleh organ lain. Berdasarkan asal terbentuknya, akar dapat dibedakan atas akar primer dan akar adventitif. Akar primer terbentuk dari bagian ujung embrio dan dari perisikel, sedangkan akar adventitif berkembang dari akar yang telah dewasa selain dari perisikel atau keluar dari organ lain seperti dari daun dan batang.



6



b. Batang Pada tumbuhan dikotil, berkas pembuluh tersusun dalam suatu lingkaran sehingga korteks terdapat di bagian luar lingkaran dan empulur di bagian dalam lingkaran. Pada tumbuhan dikotil ini, xilem tersusun di bagian dalam lingkaran. Di antara floem dan xilem terdapat kambium yang menyebabkan pertumbuhan sekunder pada tumbuhan dikotil. c. Daun Struktur morfologi daun pada setiap jenis tumbuhan berbeda-beda. Oleh karena itu, struktur morfologi daun dapat digunakan untuk mengklasifikasikan jenis-jenis tumbuhan. Struktur daun dapat dilihat dari: bentuk tulang daun (menyirip, menjari, melengkung, dan sejajar); bangun daun atau bentuk helaian daun (bulat, lanset, jorong, memanjang,



perisai,



jantung, dan bulat telur); tepi daun (bergerigi, beringgit, berombak, bergiri, dan rata); bentuk ujung daun (runcing,meruncing, tumpul, membulat, rompang/ terbelah, dan berduri); bentuk pangkal daun (runcing, meruncing, tumpul, membulat, rata, dan berlekuk); dan prmukaan (licin, kasap, berkerut, berbulu, dan bersisik). d. Bunga Bunga merupakan organ reproduksi pada tumbuhan, organ ini bukanlah organ pokok dan rnerupakan modifikasi (perubahan bentuk) dari organ utama yaitu batang dan daun yang bentuk, susunan, dan warnanya



telah



disesuaikan



dengan



fungsinya



sebagai



alat



perkembangbiakan pada tumbuhan. |ika kita memperhatikan bagian dasar bunga dan tangkai bunga, bagian ini merupakan modifikasi dari batang, sedangkan kelopak dan mahkota bunga merupakan modifikasi dari daun yang bentuk dan warnanya berubah. Sebagian masih tetap bersifat seperti daun, sedangkan sebagian lagi akan mengalami metamorfosis membentuk bagian yang berperan dalam proses reproduksi



7



C. Alat dan Bahan 1. Alat a. Mikroskop Binokuler b. Gelas Objek c. Gelas Penutup d. Silet



2. Bahan a. Preparat awetan jaringan epitel berlapis semu b. Preparat awetan jaringan epitel kubus selapis c. Preparat awetan jaringan epitel kubus berlapis d. Preparat awetan jaringan epitel pipih selapis e. Preparat awetan jaringan epitel transisional f. Preparat awetan jaringan epitel silinder berlapis g. Preparat awetan akar Zea mays h. Preparat awetan batang Zea mays i. Preparat awetan daun Zea mays j. Preparat segar irisan membujur akar monokotil k. Preparat segar irisan membujur batang monokotil l. Preparat segar irisan membujur daun monokotil m. Preparat segar irisan membujur akar dikotil n. Preparat segar irisan membujur batang dikotil o. Preparat segar irisan membujur daun dikotil



D. Cara Kerja 1. Jaringan pada Tumbuhan a. Siapkan alat dan bahan yang sudah disediakan. b. Lalu amatilah dengan menggunakan mikroskop. c. Kemudian amati dan perhatikan bentuk dari struktur sel-sel penyusun masing-masing jaringan dan letak masing-masing jaringan pada organ.



8



d. Setelah itu gambarlah satu sector dari masing-masing sediaan dan juga berilah keteranganpada tiap-tiap bagian sel nya. e. Catatlah perbesaran yang digunakan pada saat mengamati menggunakan mikroskop.



2. Jaringan pada Hewan a. Siapkan alat dan bahan yang sudah disediakan. b. Lalu amatilah dengan menggunakan mikroskop. c. Gambarah jaringan yang sudah diamati. d. Kemudian sebutkan ciri-ciri dari masing-masing jaringan yang sudah diamati. e. Setelah itu, catat perbesaran yang digunakan dengan menggunakan mikroskop.



9



E. Hasil Pengamatan No



Gambar



1.



Jaringan Epitel Berlapis Semu



Keterangan



Perbesaran 4/0.1



2.



Jaringan Kubus Berlapis Perbesaran 4/0.1



3.



Jaringan Epitel Kubus Selapis Perbesaran 4.01



10



4.



Jaringan Epitel Pipih Selapis Perbesaran 4/0.1



5.



Jaringan Epitel Transisional Perbesaran 4/0.1



6.



Jaringan Epitel Silinder Selapis Perbesaran 4/0.1



11



7.



Akar Zea mays Perbesaran 4/0.1



8.



Batang Zea mays Perbesaran 4/0.1



9.



Daun Zea mays Perbesaran 10/0,25



12



10.



Akar Curcuma longa Perbesaran 4/0.1



11.



Batang Curcuma longa Perbesaran 4/0.1



12.



Daun Curcuma longa Perbesaran 4/0.1



13



13.



Akar Amaranthus sp. Perbesaran 4/0.1



14.



Batang Amaranthus sp. Perbesaran 4/0.1



15.



Daun Amaranthus sp. Perbesaran 4/0.1



14



F. Pembahasan Dalam melaksanakan praktikum kali ini, kami mengamati mengenai jaringan-jaringan penyusun pada hewan yaitu jaringan epitel, jaringan konektif, jaringan otot, dan jaringan syaraf. Serta mengamati jaringanjaringan penyusun pada bagi tumbuhan yaitu jaringan parenkim, jaringan kolenkim, dan jaringan sklerenkim. Pertama kita akan membahas jaringan pada hewan, jaringan pada hewan diantara adalah : 1. Jaringan Epitel Jaringan epitel adalah salah satu empat dari jaringan dasar (lainnya: jaringan otot, jaringan penyambung, jaringan saraf). Jaringan epitel berperan sebagai pelapis organ dan rongga tubuh bagian luar. mempunyai susunan sel rapat sehingga tidak ada ruang antar sel. Susunan selnya rapat karena sesuai dengan fungsi universal jaringan epitel yaitu melindungi organ yang ada dibawahnya. Sehingga susunan sel-selnya sangat rapat dengan tujuan tersebut. Berikut adalah beberapa jenis jaringan epitel, yakni: a. Jaringan Epitel Berlapis Semu Jaringan epitel berlapis semu ini terdiri atas selapis epitelium tetapi tinggi dari sel epitelium tersebut memiliki tinggi yang tidak sama, sehingga terlihat seperti beberapa lapis sel. Sel epitelium berlapis semu terdapat pada trakea. b. Jaringan Epitel Kubus Berlapis Jaringan epitel kubus berlapis merupakan jaringan yang tersusun atas beberapa sel berbentuk kubus yang berlapis-lapis. Jaringan ini berfungsi dalam membantu proses sekresi. Jaringan ini terletak pada saluran kelenjar minyak, ovarium, testis, dan kelenjar keringat. c. Jaringan Epitel Kubus Selapis Jaringan epitel kubus selapis merupakan sel penyusunnya terdiri atas sel yang berbentuk sama kubus. Jaringan ini yang



15



berfungsi sebagai alat sekresi pada gunjal dan sebagai pelindung. Jaringan ini berada di ovarium, saluran nefron pada ginjal, retina mata, dan kelenjar tiroid d. Jaringan Epitel Pipih Selapis Jaringan epitel pipih selapis berfungsi untuk proses difusi CO2/O2 dan filtrasi darah. Letak jaringan ini di paru-paru dan ginjal bisa ditemukan pembuluh limfe, pericardium, alveolus, kapsul glomerulus, dan endotel. e. Jaringan Epitel Transisional Jaringan epitel transisional yanki terdiri dari sel dengan bentuk yang tidak beraturan dan juga dapat mengembang ataupun berubah bentuknya. Jaringan ini berfungsi mengubah bentuk dalam kondisi tertentu. epitel transisional terletak pada ginjal, kandung kemih, juga uretra. f. Jaringan Epitel Silindris Berlapis Jaringan epitel silindris berlapis merupakan jaringan yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya absorpsi, ekskresi, sebagai saluran pelindung terhadap gerak zat dan sebagai saluran ekskresi kelenjar susu. Jaringan ini terletak di permukaan laring, faring, kelenjar susu maupun kelenjar ludah.



2. Anatomi Zea mays a. Akar Zea mays Struktur akar Zea mays dari lapisan paling luar ke lapisan terdalam adalah: epidermis, korteks, endodermis, floem, xilem, dan empulur. Endodermis terdiri dari satu lapis sel,yang tersusun secara padat. Pada jaringan epidermis dapat ditemukan derivat epidermis berupa rambut akar, yang terutama terdapat pada zona diferensiasi. Rambut akar memiliki fungsi untuk memperluas daerah penyerapan air dan unsur hara yang terlarut di dalam tanah.



16



Sementara fungsi dari epidermis yaitu melindungi kerusakan mekanis pada jaringan lunak yang berada di sebelah dalam jaringan epidermis dan mencegah penguapan air yang berlebihan pada jaringan dalam. Di bawah epidermis terdapat jaringan yang terdiri dari beberapa lapis sel yang disebut jaringan korteks. Sel-sel yang menyusun jaringan korteks memiliki ruang antar sel. Di dalam korteks akar Zea mays membentuk serabut sklerenkim dari berbagai sel yang berdinding tebal sebagai penguat. Di sebelah dalam korteks terdapat endodermis yang terdiri atas satu lapis sel dengan dinding tebal yang mengandung suberin dan lignin. Penebalan pada dinding sel endodermis tersebut menghasilkan tampilan seperti pita yang disebut sebagai pita kaspari. Endodermis berfungsi untuk mengatur pemasukan air ke dalam jaringan angkut (xilem). Pita kaspari merupakan lapisan lilin sehingga mencegah aliran air secara apoplas. Sehingga air harus melewati membran plasma dan masuk secara simplas. Plasma membran sel endodermis memiliki banyak protein transport yang secara aktif menyalurkan molekul ke dalam dan ke luar. Setelah air melewati pita kaspari di sel endodermis, maka air bebas mengalir secara apoplas ke sel xilem. Di sebelah dalam endodermis, terdapat daerah silinder pusat. Silinder pusat menempati bagian tengah akar. Silinder pusat meliputi : 1) Jaringan perisikel Perisikel merupakan lapisan tunggal yang terletak di sebelah



dalam



parenkimatis,



endodermis letaknya



yang



berbatasan



terdiri



dari



dengan



sel-sel jaringan



pengangkut . Perisikel berfungsi membentuk primordial akar



17



lateral, dan sebagian dari cambium pembuluh yang nantinya akan menghasilkan xylem dan floem sekunder. 2) Jaringan pengangkut Xylem dan floem akar tersusun secara radial, dan ujuran sel xilem lebih besar daripada sel floem.



b. Batang Zea mays Zea mays merupakan tumbuhan monokotil, maka struktur anatomi



batangnya



memiliki



struktur



batang



monokotil.



Epidermis adalah bagian terluar dari batang yang terdiri dari satu lapis sel parenkim yang tersusun padat tanpa adanya celah antar sel. Epidermis batang dilindungi oleh lapisan kutikula. Di lapisan epidermis batang dapat ditemukan adanya derivat epidermis berupa stomata. Korteks batang Zea mays berukuran cukup luas, bagian dalam korteks utamanya terdiri dari parenkim dan beberapa lapis terdiri dari sklerenkim (tepat di bawah epidermis). Sklerenkim juga terdapat pada sekeliling berkas pengangkut. Sel sklerenkim memiliki fungsi untuk mendukung batang dan melindungi berkas pengangkut. Sel sklerenkim memiliki ukuran yang kecil, dan memiliki dinding sel yang kuat dan tebal. Dinding sel dipenuhi dengan lignin, maka dari itu dinding sel memiliki sifat kaku. Sel parenkim memiliki ukuran yang lebar dengan dinding sel tipis. Sel parenkim tetap hidup sampai tumbuhan dewasa. Sel parenkim memiliki fungsi untuk menyimpan zat tepung yang dihasilkan dari fotosintesis. Sel parenkim juga memiliki kloroplas sehingga dapat melakukan fotosintesis. Jaringan pengankut terdiri dari dua jaringan yaitu xilem dan floem. Xilem selalu berada lebih dalam daripada floem dan memiliki ukuran sel yang lebih lebar dibandingkan dengan floem. Fungsi xilem adalah menyalurkan air dan mineral yang terlarut



18



dari akar ke bagian tubuh yang melakukan fotosintesis. Sedangkan fungsi dari floem adalah untuk menyalurkan makanan hasil fotosintesis dari bagian tanaman yang melakukan fotosintesis ke bagian lain yang membutuhkan suplai makanan.



c. Daun Zea mays Daun Zea mays memiliki tulang daun yang melengkung dan sejajar. Jaringan paling luar disebut epidermis yang terdiri dari satu lapis sel (unilateral) yang berbentuk batang dan memiliki kutikula sehingga bersifat kasar dan tahan air. Jaringan epidermis atas berbeda dengan epidermis bawah. Permukaan atas daun disebut permukaan adaksial dan permukaan bawah daun disebut dengan permukaan abaksial. Pada permukaan adaksial terdapat derivat epidermis seperti sel kipas (bulliform cell) dan stomata Sel kipas pada daun Zea mays terletak pada epidermis sebelah atas, dan memiliki ukuran yang lebih besar daripada ukuran sel epidermis sekitarnya, sedikit bahkan hampir tidak memiliki klorofil, dan memiliki fungsi dalam proses pembukaan gulungan daun dalam tunas dan untuk mengurangi penguapan yang berlebihan. Proses ini terjadi pada musim dimana air sulit diperoleh. Untuk mengatasi kekurangan air yang berlebih, maka sel kipas akan mengkerut dengan mengurangi tekanan turgornya, sehingga daun menggulung dan akan kembali lagi ketika air mudah didapatkan kembali. Stomata yang ada pada daun Zea mays tersebar secara merata di kedua sisi epidermis (epidermis atas dan epidermis bawah) atau disebut juga dengan amfistomata. Stomata di batasi oleh dua sel penjaga yang memiliki klorofil. Di bawah jaringan epidermis, terdapat jaringan mesofil yang memenuhi bagian tengah daun. Pada tanaman monokotil seperti jagung, daun tidak memiliki jaringan palisade. Di dalam



19



jaringan mesofil terdapat berkas pengangkut tipe kolateral tertutup.



Setiap berkas pengangkut terletak berjajar, dan



dikelilingi oleh jaringan parenkim yang keras namun tipis. Jaringan pengangkut diselubungi oleh sebuah selubunga yang terdiri dari sel-sel parenkim yang di dalamnya terdapat klorofil sehingga dapat melakukan fotosintesis. Jagung adalah tipe tanaman C4. Tanaman C4 memiliki sel kloroplas yang besar dan tersebar secara kaku. Kloroplas terletak di daerah mesofil daun yang terletak pada bagian tengah jaringan daun.



3. Anatomi Curcuma longa



4. Anatomi Amaranthus sp.



20