Jawaban Pemicu 1 Blok 8 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

4. sebutkan klasifikasi hipersensitifitas dan mekanismenya! Sumber: 1. Riwayati, Riwayati. "Reaksi Hipersensitivitas atau Alergi." Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera 13.2 (2015).



2. Hikmah, Nuzulul, and I. Dewa Ayu Ratna Dewanti. "Seputar Reaksi Hipersensitivitas (Alergi)." STOMATOGNATIC-Jurnal Kedokteran Gigi 7.2 (2015): 108-112.



Definisi Reaksi Alergi (Reaksi Hipersensitivitas) adalah reaksi-reaksi dari sistem kekebalan yang terjadi ketika jaringan tubuh yang normal mengalami cedera/terluka. Mekanisme dimana sistem kekebalan melindungi tubuh dan mekanisme dimana reaksi hipersensitivitas bisa melukai tubuh adalah sama. Karena itu reaksi alergi juga melibatkan antibodi, limfosit dan selsel lainnya yang merupakan komponen dalam system imun yang berfungsi sebagai pelindung yang normal pada sistem kekebalan. Reaksi ini terbagi menjadi empat kelas (tipe I – IV) berdasarkan mekanisme yang ikut serta dan lama waktu reaksi hipersensitif. Tipe I hipersensitivitas sebagai reaksi segera atau anafilaksis sering berhubungan dengan alergi. Gejala dapat bervariasi dari ketidaknyamanan sampai kematian. Hipersensitivitas tipe I ditengahi oleh IgE yang dikeluarkan dari sel mast dan basofil. Hipersensitivitas tipe II muncul ketika antibodi melilit pada antigen sel pasien, menandai mereka untuk penghancuran. Hal ini juga disebut hipersensitivitas sitotoksik, dan ditengahi oleh antibodi IgG dan IgM. Kompleks imun (kesatuan antigen, protein komplemen dan antibodi IgG dan IgM) ditemukan pada berbagai jaringan yang menjalankan reaksi hipersensitivitas tipe III. hipersensitivitas tipe IV (juga diketahui sebagai selular) biasanya membutuhkan waktu antara dua dan tiga hari untuk berkembang. Reaksi tipe IV ikut serta dalam berbagai autoimun dan penyakit infeksi, tetapi juga dalam ikut serta dalam contact dermatitis. Reaksi tersebut ditengahi oleh sel T, monosit dan makrofag Tipe-tipe Alergi Alergi tipe I Alergi atau hipersensitivitas tipe I adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahanbahan yang umumnya imunogenik (antigenik)atau dikatakan orang yang bersangkutan bersifat atopik. Dengan kata lain, tubuh manusia berkasi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk orang-orang yang tidak bersifat atopik. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut alergen. Terdapat 2 kemungkinan yang terjadi pada mekanisme reaksi alergi tipe I, yaitu :



1. Alergen langsung melekat/terikat pada Ig E yang berada di permukaan sel mast atau basofil, dimana sebelumnya penderita telah terpapar allergen sebelumnya, sehingga Ig E telah terbentuk. Ikatan antara allergen dengan Ig E akan menyebabkan keluarnya mediatormediator kimia seperti histamine dan leukotrine. 2. Respons ini dapat terjadi jika tubuh belum pernah terpapar dengan allergen penyebab sebelumnya. Alergen yang masuk ke dalam tubuh akan berikatan dengan sel B, sehingga menyebabkan sel B berubah menjadi sel plasma dan memproduksi Ig E. Ig E kemudian melekat pada permukaan sel mast dan akan mengikat allergen. Ikatan sel mast, Ig E dan allergen akan menyebabkan pecahnya sel mast dan mengeluarkan mediator kimia. Efek mediator kimia ini menyebabkan terjadinya vasodilatasi, hipersekresi, oedem, spasme pada otot polos. Oleh karena itu gejala klinis yang dapat ditemukan pada alergi tipe ini antara lain : rinitis (bersin-bersin, pilek) ; sesak nafas (hipersekresi sekret), oedem dan kemerahan (menyebabkan inflamasi) ; kejang (spasme otot polos yang ditemukan pada anafilaktic shock). Adapun penyakit-penyakit yang disebabkan oleh reaksi alergi tipe I adalah : • • • •



Konjungtivitis Asma Rinitis Anafilaktic shock



Reaksi Alergi tipe II {Antibody-Mediated Cytotoxicity (Ig G)} Reaksi alergi tipe II merupakan reaksi yang menyebabkan kerusakan pada sel tubuh oleh karena antibodi melawan/menyerang secara langsung antigen yang berada pada permukaan sel. Antibodi yang berperan biasanya Ig G.



Contoh penyakit-penyakit : • • • • •



Goodpasture (perdarahan paru, anemia) Myasthenia gravis (MG) Immune hemolytic (anemia Hemolitik) Immune thrombocytopenia purpura Thyrotoxicosis (Graves' disease)



Terapi yang dapat diberikan cortikosteroidsprednisolone).



pada



alegi



tipe



II:



immunosupresant



Reaksi Alergi Tipe III (Immune Complex Disorders) Merupakan reaksi alegi yang dapat terjadi karena deposit yang berasal dari kompleks antigen antibody berada di jaringan.



Penyakit : • • • • •



the protozoans that cause malaria the worms that cause schistosomiasis and filariasis the virus that causes hepatitis B, demam berdarah. Systemic lupus erythematosus (SLE) "Farmer's Lung“ (batuk, sesak nafas)



Kasus lain dari reaksi alergi tipe III yang perlu diketahui menyebutkan bahwa imunisasi/vaksinasi yang menyebabkan alergi sering disebabkan serum (imunisasi) terhadap Dipteri atau tetanus. Gejalanya Disebut dg. Syndroma sickness yaitu : • • • •



fever Hives/urticarial arthritis protein in the urine.



Reaksi Alergi Tipe IV {Cell-Mediated Hypersensitivities (tipe lambat)} Reaksi ini dapat disebabkan oleh antigen ekstrinsik dan intrinsic/internal (“self”). Reaksi ini melibatkan sel-sel imunokompeten, seperti makrofag dan sel T. Ekstrinsik : nikel, bhn kimia Intrinsik: Insulin-dependent diabetes mellitus (IDDM or Type I diabetes), Multiple sclerosis (MS), Rheumatoid arthritis, TBC



5. Coba terangkan bagaimana hubungan antara mikroorganisme rongga mulut dengan terjadinya kasus diatas! Sumber: permata, dita ayu. “IDENTIFIKASI JENIS MIKROORGANISME PADA KARIES GIGI ANTARA ANAK DAN LANSIA.” Http://Digilib.unila.ac.id/.



Mikroorganisme di Dalam Mulut a. Bakteri Aerob Bakteri yang memerlukan udara atau oksigen agar dapat hidup atau tumbuh. Dibagi dalam dua kelompok, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Bakteri gram positif meliputi bakteri coccus (streptococcus, staphylococcus), bacillus (saprofit), dan spiral (Treponema dan Leptospira). Adapun gram negatif aerob diantaranya adalah bakteri coccus (N. gonorrhoeae, N. meningitides atau pnemococcus) dan lain-lain (Whitman, et.al., 2012; Jawetz, 2013). • Streptococcus Streptococcus memiliki taksonomi yang berasal dari Domain Bacteria, Phylum Firmicutes, Kelas Bacilli, Ordo Lactobacillales, Famili Streptococcaceae, Genus Streptococcus, Spesies Streptococcus mutan, Streptococcus sobrinus, Streptococcus oralis dan lain sebagainya (Jawetz, 2013). Spesies yang paling penting dalam pembentukan plak gigi adalah Streptococcus. Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus mempunyai peranan yang penting pada terjadinya karies gigi, karena mereka











dapat menempel pada email dan membentuk sebuah plak. Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus memiliki sifat asidogenik atau mampu memfermentasi sukrosa, fruktosa, dan glukosa menjadi senyawa asam (Forssten, 2010; Ramayanti dan Purnakarya, 2013). Staphylococcus Taksonomi Staphylococcus Domain Bacteria, Filum Firmicutes, Kelas Bacilli, Ordo Bacillales, Family Staphylococcaceae, Genus Staphylococcus. Terdapat 30 spesies dengan tiga spesies utama, yaitu Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan Staphylococcus saprophyticus. Lactobacillus Lactobacillus merupakan bakteri gram positif berbentuk bacil. Lactobacillus diklasifikasikan sebagai bakteri lactic acid karena mampu memfermentasi gula menjadi asam laktat dan organophospat yaitu memperoleh hidrogen atau elektron dari fermentasi gula. (Jawetz, 2013; Whitman, et.al., 2012).



b. Bakteri Anaerob Bakteri yang dapat hidup pada keadaan tidak ada oksigen bebas atau udara. Rongga mulut mengandung jutaan bakteri anaerob seperti Fusobacterium dan Actinomyces (Jawetz, 2013). • Fusibacterium Bakteri ini merupakan flora normal di mulut. Bakteri ini berbentuk spiral, pada jumlah yang tinggi bakteri ini bersifat patologi dan dapat mengakibatkan kelainan gigi dan mulut (Whitman, et.al., 2012). • Actinomyces Actinomyces sudah sering ditemukan dalam rongga mulut manusia dan sering dihubungkan dengan karies. Bakteri ini juga merupakan pengguna karbohidrat tetapi sifat ketahanan terhadap asamnya tidak terlalu kuat (Whitman, et.al., 2012). Streptococcus mutans berperan penting dalam mengawali karies, golongan ini tidak begitu berperan dalam perkembangan karies selanjutnya, yaitu karies yang dalam. Bakteri didalamlapisan karies yang paling dalam didominasi oleh anaerob obligat. Streptococcusmutans dan lactobasiluS merupakan kuman yang kariogenik karena mampu segera membuatasam dari karbohidrat yang dapat diragikan. Kuman-kuman tersebut dapat tumbuh subur dalam suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat polosakharida ekstra sel yang sangat lengket dari karbohidrat makanan. Polisakharida ini yang terutama terdiri dari polimer glukosa,menyebabkan matriks plat gigi mempunyai konsistensi seperti gelatin. Akibatnya bakteri-bakteri terbantu untuk melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain. Dan karena plak makin tebal maka hal ini akan menghambat fungsi saliva dalam menetralkan plak tersebut. Bakteri-bakteri dalam plak yang melekat pada permukaan gigi terutamanya



Streptococcus dan Lactobasilus akan memetabolisme sisa makanan yang bersifat kariogenik terutama yang berasal dari jenis karbohidrat yang fermentable, seperti sukrosa, glukosa, fruktosa, maltose. Gula ini mempunyai molekul yang kecil dan mempunyai berat yang rendah sehingga mudah meresap dan dimetabolisme oleh bakteri, hasil metabolisme oleh bakteri tersebut selain dapat menghasilkan asam juga menghasilkan polisakarida ekstraseluler dan polisakarida intraseluler,alkohol dan CO2. Asam yang paling banyak dihasilkan adalah asam laktat, selain itu juga asam piruvat, asamasetat, asam propionate dan asam formiat. Asam yang terbentuk dari hasil metabolisme ini selain dapat merusak gigi, juga dipergunakan oleh bakteri untuk mendapatkan energi. Pada seseorang yang terlalu sering mengkonsumsi gula dan terus menerus maka pH akan tetap dibawah pH normal, dalam waktu tertentu akanmengakibatkan terjadinya demineralisasi dari permukaan email yang rentan diikuti denganterjadinya pelarutan kalsium dan phospat dari email, selanjutnya akan terjadi kerusakan sehingga menimbulkan karies. 6. Bagaimana cara pencegahan terjadi bengkak dan gatal-gatal seperti yang dialami pasien tersebut? Sumber: 1. . Baratawidjaja, KG., Rengganis, Iris. Alergi Dasar Edisi ke-10. Jakarta: FKUI; 2009.hal.459-92. 2. . Solensky R. Drug desensitization. Immunol Allergy Clin North Am. 2004;24(3):425–43. 3. Sitinjak, D. M. Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Antibiotik Dan Penatalaksanaan Alergi Antibiotik Di Klinik Bedah Mulut Fkg Usu 2015.



Reaksi hipersensitivitas terhadap obat harus dipikirkan pada pasien yang datang dengan gejala alergi yang umum seperti anafilaksis, urtikaria, asma, serum sickness-like symptoms, ruam kulit, demam, infiltrat paru dengan eosinofilia, hepatitis, nefritis interstitial akut, dan lupuslike syndromes. Reaksi alergi obat bisa menyerupai alergi pada umumnya. Ketika ada kecurigaan mengenai munculnya reaksi alergi obat, maka harus ditanyakan riwayat pemakaian obat yang baru saja digunakan dan hubungan waktu antara pemakaian obat dan munculnya gejala. Pemeriksaan fisis pada pasien tersangka alergi obat harus dilakukan secara menyeluh terhadap semua sistem untuk mencari semua presentasi klinis alergi obat. Pemeriksaan penunjang alergi obat terdiri dari pemeriksaan penjunjang umum dan khusus, yang dapat dilakukan baik in vivo, in vitro, maupun dengan biopsi. Tiga hal yang menjadi dasar tatalaksana alergi obat adalah menghindari faktor yang menimbulkan gejala, pengobatan reaksi yang benar dan cara-cara khusus. Cara-cara khusus yang penting dalam tatalaksana alergi obat diantaranya adalah threating through, tes dosing, desensitisasi dan pramedikasi terhadap obat-obat tertentu. Seperti pada penyakit immunologis lainnya, pengobatan alergi obat antibiotik adalah dengan menetralkan atau mengeluarkan obat tersebut dari dalam tubuh. Epinephrine adalah drug of choice pada reaksi anafilaksis. Untuk alergi obat jenis lainnya, dapat digunakan pengobatan simptomatik dengan antihistamin dan kortikosteroid. Penghentian obat yang dicurigai menjadi



penyebab harus dilakukan secepat mungkin. Tetapi, pada beberapa kasus adakalanya diharuskan untuk memilih antara risiko alergi obat atau manfaat dari obat tersebut karena keduanya memiliki efek yang sama besar. 24 Secara umum penatalaksanaan alergi obat antibiotik adalah dengan menghentikan pemberian obat tersebut, menjaga kondisi pasien dari kemungkinan terjadinya erupsi yang lebih parah, menjaga kondisi fisik pasien termasuk asupan nutrisi dan cairan tubuh seperti infus misalnya berupa glukosa 5% dan larutan Darrow. Dan apabila terapi tidak mengalami kemajuan, dapat dilakukan transfusi darah.24 Setelah pemakaian antibiotik yang diduga menyebabkan alergi dihentikan, dapat diberikan antibiotik pengganti seperti pemberian antibiotik vankomisin atau fluorokuinolon pada pasien yang alergi terhadap penisilin atau pemberian antibiotik siprofloksasin pada pasien yang alergi terhadap antibiotik amoksisilin.