JIS M 8100 1992 Indonesia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

M 8100 -1992



UDC 622. 3-492:543.052



JIS



M 8100



Particulate bahan – Aturan Umum untuk Metode Sampling



JIS M 8100 -1992 (Verified 2005)



Investigated by Japanese Industrial Standard Committee (Published by Japanese Standard Association) M 8100 -1992



Licensed to Siswanto Yulianto JSA Web Store order No. 917001353 / Downloaded: 2007-04-12 This file is subject to the “END USER LICENSE AGREEMENT”



M 8100 -1992



Menteri yang berkompeten



:



Menteri



Perindustrian



dan



Perdagangan



Internasional Dibuat



:



1 September 1996 Direvisi: 1 Mei 1996



Dipublikasikan secara resmi



:



1 Mei 1996



Kooperator persiapan naskah



:



Japanese Mining Association



Investigation Section



:



Japanese Industrial Standard Committee Natural Resources and Energy Section (Section Manager Fukuhara Genichi)



Untuk Informasi dan pertanyaan lebih lanjut mengenai standar ini, silahkan menghubungi Material Standard Section Standard Department Industrial Technology Office (1-3-1 Kasumigaseki Chiyodaku Tokyo 100). Kemudian, berdasarkan peraturan Industrial Standard pasal 15, Japanese Industrial Standard ini paling tidak dalam jangka waktu lima tahun akan ditinjau oleh Japanese Industrial Standard Committee untuk keperluan verifikasi, revisi, ataupun penghentian.



M 8100 -1992



Japanese Industrial Standard



JIS M 8100 -1992



Partikel Bahan – Ketentuan Umum untuk Metode Sampling 1.



Ruang Lingkup



Standar ini mengatur metode-metode untuk menentukan mean value (selanjutnya disebut ratio mean) dari unsure pokok bahan kimia, moisture content, ukuran partikel, karakteristik fisik dan karakteristik lain yang banyak dalam partikel material. Metode-metode tersebut adalah sebagai berikut: (1)



Metode pengambilan sampling



(2)



Metode persiapan sampel yang diuji



(3)



Metode pengukuran kadar kelembaban



(4)



Metode penentuan ukuran partikel



Catatan: 1. Standar ini mengacu pada standard metode sampling dengan berbagai partikel material (Annex 1). 2. Standar ini diterapkan untuk menyelesaikan kasus sampling pada partikel material dan tidak di spesifikasi dalam JIS. 3. Standar acuan dari standar ini adalah sebagai berikut: JIS Z 8401



Cara pembulatan nilai numeric



JIS Z 8801



Uji Ayakan



JIS Z 8815



Uji Penyaringan



4. Standar internasional pada standard ini adalah sebagai berikut: ISO 3082:1987 Bijih besi - Penambahan sampling dan preparasi sample – metode mekanik ISO 3084:1986 Bijih besi – Metode uji untuk evaluasi quality variation ISO 3085:1986 Bijih besi – Metode uji untuk pemeriksaan ketelitian sampling ISO 3086:1986 Bijih besi – Metode uji untuk pemeriksaan penyimpangan pada sampling



M 8100 -1992



2.



Istilah yang digunakan



Istilah-istilah yang digunakan pada standar ini adalah sebagai berikut: (1)



Particulate material Jumlah powder dan bahan bongkahan dan campuran bahan.



(2)



Lot Massa yang diambil dan ditetapkan oleh pihak yang ditunjuk untuk menentukan ratio mean.



(3)



Increment Unit massa yang diambil dari lot atau sublot, sesuai aturan sebanyak 1 kali pengambilan, dengan menggunakan alat pengambil sampel.



(4)



Sampel bagian Sampel yang dikumpulkan dari sejumlah increment. Sesuai kebutuhan, ada kalanya setelah increment dikumpulkan satu persatu barulah ini yang dinamakan sampel bagian.



(5)



Gross Sample Metode pengambilan increment dari lot atau semua sample bagian yang telah dikumpulkan. Catatan : sample increment atau sample bagian yang telah dikumpulkan setelah preparasi disebut gross sampel



(6)



Random Sampling Metode pengambilan increment dari unit body atau unit komposisi massa lot yang mencakup sample yang mungkin sama. Catatan : sampling increment random dari seluruh lot.



(7)



Stratified Sampling Metode pengambilan increment random dari tiap stratum dengan membagi lot ke dalam beberapa lapisan. Catatan :



disebut stratified proporsional sampling pada angka increment sample dalam proporsi pada ukuran lapisan.



(8)



Sistematik Sampling Metode pengambilan increment tertentu interval pada massa atau waktu dari lot. Catatan : untuk sistematik sampling, diebut random start untuk mendapatkan first increment pada random dari interval pertama ( Gambar. 1).



M 8100 -1992



Gambar 1. Sistematik Sampling



(9)



Dua tahap sampling Pemisahan lot menjadi beberapa bagian (unit sampling pertama) dan untuk tahap pertama, pilih beberapa bagian pada random lalu ambil bberapa angka increment (unit sampling kedua) pada random out bagian dipilih untuk tahap kedua. Catatan : disebut multi-stage sampling diambil pada increment pengulangan tidak lebih dari 2 tahap.



(10) Sampling on belt Metode untuk mengambil increment dari belt conveyor atau chutes dimana lot dibawa dengan belt conveyor. (11) Sampling dari gerbong barang Metode untuk mengambil increment dari gerbong barang atau truk ketika lot diantarkan dengan gerbong barang atau truk. (12) Sampling dari container Metode untuk mengambil increment dari container ketika lot diantar dengan container (tas, kaleng drum, dll) (13) Sampling dari kapal hold Metode untuk mengambil increment dari kapal hold atau kargo-handling yang dilakukan selama stevedoring ketika lot diantar dengan kapal. (14) Preparasi sample Preparasi sample untuk uji konstituen, uji kelembaban, uji ukuran partikel, uji karakteristik fisik, dll dengan ukuran reduksi, reduksi dan pencampuran sample. (15) Reduksi Untuk mengurangi jumlah sample. (16) Sampel konstituen Istilah umum sample diambil untuk analisis konstituen. Catatan : sampel untuk constituent disiapkan untuk tujuan analisis ini yang disebut sebagai sampel uji constituent.



M 8100 -1992



(17) Sampel pengukuran kadar kelembaban Istilah umum untuk sampel yang diambil untuk keperluan pengukuran kadar kelembaban. Catatan :sampel yang digunakan pada persiapan dan pengukuran kadar kelembaban disebut sampel pengujian kadar kelembaban. (18) Sampel ukuran partikel Istilah umum untuk sampel yang diambil untuk keperluan pengukuran ukuran partikel. Catatan : sampel yang digunakan pada persiapan dan pengukuran ukuran partikel disebut sample pengujian ukuran partikel. (19) Sampel karakteristik fisik Istilah umum untuk sample yang diambil untuk pengukuran karakteristik fisik. Catatan : sampel yang disiapkan untuk pengukuran karakteristik fisik disebut sample pengujian karakteristik fisik. Sample pengujian karakteristik fisik disebut juga sample pengujian kekuatan sebagai pengganti karakteristik fisik. (20) Gabungan penggunaan sample Gabungan pengguaan sample digunakan untuk pengukuran tidak lebih dari 2 macam karakteristik dengan membagi sample. (21) Duplicate penggunaan sample Duplicate



penggunaan



sample



untuk



menggunakan



semua



atau



bagian



sample,dimana telah digunakan dalam pengukuran karakteristik tertentu, pengukuran untuk mendapatkan karakteristik lain. (22) Melewati seluruh ukuran ayakan Ukuran partikel yang paling besar pada sample. Catatan : Hal ini dinyatakan dengan ukuran ayakan terkecil sejumlah sample mampu melewatinya. (23) Ukuran partikel terbesar Ukuran lubang ayakan terkecil dimana rate residu sampel pada ayakan di bawah 5%. Ayakan yang digunakan pada standar ini sesuai dengan JIS Z 8801 (24) Error Perbedaan antara nila pengukuran dan nilai sebenarnya. Catatan : eror karena “sampling error”, error karena preparasi sample disebut “preparasi error”, dan error karena pengukuran disebut “pengukuran error”. Error biasanya diklasifikasi dalam ketelitian dan penyimpangan.



M 8100 -1992



(25) Presisi Derajat dispersi nilai pengukuran. (26) Penyimpangan Perbedaan antara pusat distribusi nilai pengukuran dan nilai



3.



Simbol Simbol-simbol yang digunakan pada standar ini adalah sebagai berikut: μ



:



Populasi mean karakteristik lot



x



:



Nilai rata-rata aritmatik pada nilai pengukuran



R



:



Kisaran ( perbedaan antara nilai maksimum dan minimum)



R



:



Nilai kisaran rata-rata



M



:



Jumlah unit sampling utama pada lot



m



:



Jumlah unit sampling utama sample pada tahap pertama dalam sampling 2 tahap



n



:



Jumlah increment yang dimbil dari 1 lot



nw



:



Jumlah increment diambil pada tahap kedua dari unit sampling utama dalam sampling 2 tahap



4.



d2



:



Koefisien standar deviasi dari nilai kisaran rata-rata R



D4



:



Koefisien batas limit atas kisaran 3 relatif dari kisaran milai rata-rata,R







:



Standar deviasi presisi



b



:



Standar deviasi dispersi antar layer



w



:



Standar deviasi dispersi pada layer antar increment



I



:



Standar deviasi dispersi diantara banyak increment



S



:



Standar deviasi presisi sampling



P



:



Standar deviasi presisi persiapan



M



:



Standar deviasi presisi pada persiapan, analisis, atau pengukuran



CV



:



Koefisien variasi



β



:



Presisi 2



K1



:



Harga sample unit sampling utama



K2



:



Harga sample unit sampling kedua (increment)



Item Umum



4.1 Sampling dan Sample Preparation Outline Outline sampling dan persiapan sampel adalah sebagai berikut: (Gambar 2)



M 8100 -1992



(1)



Menetapkan lot untuk sampling dan persiapan sample.



(2)



Mengamil increment dengan spsifikasi ukuran lot pada random atau sistematik selama pergerakan lot.



(3)



Mempersiapkan pengujian sample dengan ukura reduksi dan reduksi tiap increment, tiap sample bagian atau tiap sample gross. Gambar 2 Outline Sampling dan Preparasi Sampel (Contoh)



4.2 Penanganan sampel Selama sampling dan persiapan sampel serta masa pengukuran, agar tidak terjadi rugi sampel atau perubahan kualitas sampel, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut: Kemudian, agar sampel tidak tercampur dengan benda-benda lain, alat yang digunakan harus dalam keadaan benar-benar bersih. (1) Wadah sampel Wadah sampel adalah sebagai berikut: (a) Wadah yang digunakan untuk pengangkutan atau penyimpanan setiap jenis sampel, harus dapat menampung seluruh sampel, dapat menjaga kebersihan sampel, dan memiliki tutup yang rapat dan baik. (b) Khususnya, wadah sampel pengukuran kadar kelembaban, terbuat dari bahan yang kedap udara, bebas jamur, dan bagian dalam yang anti karat. Catatan : straw bag, hemp bag, etc. Yang tidak cocok untuk container dari sampel untuk kadar kelembaban. (2) Pengepakan serta keterangan sampel pengujian konstituen Sampel pengujian konstituen harus ditandai pada bungkus sampel pengujian konstituen diberi keterangan sebagai berikut: (a) Nama artikel dan nama lot (b) Nama sample atau simbol (c) Tanggal sampling atau persiapan sampel



M 8100 -1992



(d) Nama pekerjaan sampling atau persiapan sampel (e) Nama penanggung jawab persiapan sampel (f) Item penting lainnya (3) Penyimpanan sampel pengujian konstituen Penyimpanan sampel pengujian konstituen adalah sebagai berikut: (a) satu bagian sampel pengujian konstituen yang telah dibungkus seperti (2), sesuai aturan disimpan dalam jangka waktu 3 bulan untuk domestic dan dalam jangka waktu 6 bulan untuk luar negeri. (b) selama penyimpanan harus diperhatikan agar tempat penyimpanan terhindar dari pengaruh panas, lembab serta sinar matahari langsung. Sampel harus dimeterai pada saat penyimpanan dan pada kontainer dari bahan-bahan untuk sampel mudah dioksidasi. (4) Pengiriman sampel Sampel selain sampel pengujian konstituen, sesuai aturan tidak dikirimkan. Tetapi, bila terdapat keadaan di mana sampel tersebut harus dikirim, mengenai prosedurnya diperlukan adanya pembicaraan antar pihak-pihak yang terkait dengan pengiriman. 4.3 Penentuan ratio mean Ratio mean ditentukan menurut metode sebagai berikut : (1)



Pengukuran dilakukan pada sample gross, nilai yang diukur akan diambil sebagai nilai ratio mean lot.



(2)



Pengukuran dilakukan pada tiap bagian sample, ditimbang rata-rata nilai yang diukur akan diambil sebagai nilai ratio mean lot.



(3)



Pengukuran dilakukan pada tiap increment, nilai yang diukur akan diambil sebagai nilai ratio mean lot.



4.4 Cara pembulatan nilai numerik Cara pembulatan nilai numerik sesuai dengan JIS Z 8401 4.5 Item-item lain Item-item yang lain adalah sebagai berikut: (1)



Ketika metode ditetapkan dalam standar ini tidak dapat diterapkan, metode alternatif dapat ditetapkan dalam setiap standar dengan konfirmasi pengujian tidak ada penyimpangan dan presisi dapat ditentukan.



M 8100 -1992



(2)



Pengecekan metode sampling dilakukan untuk menyelidiki apakah presisi yang ditetapkan tercapai sesuai Annex 3 sampai Annex 7 secara berkala sesuai dengan kebutuahan, apakah sampling pekerjaan dilakukan sesuai dengan standar, atau apakah spesified presisi yang dicapai ketika proses kerja banyak bervariasi akan diteliti.



(3) Ketika air spray telah dilakukan untuk mencegah debu di Stevedoring pada lot, metode untuk menentukan kadar kelembaban akan ditentukan di masing-masing sebagai standar dalam pengiriman.



5.



Metode Sampling



5.1 Besarnya lot dan sublot Partikel bahan untuk satu dan merk yang sama akan diambil sebagai salah satu lot, sebagai suatu peraturan. Batas maksimum ukuran lot yang diperlukan harus sesuai, seperti yang telah disepakati antara pihak-pihak yang bersangkutan dengan pengiriman. 5.2 Karakterisitik dan presisi 5.2.1



Karakterisitik Karakteristik untuk menentukan presisi adalah partikel material atau karakteristik keseluruhan. Catatan (1) keseluruhan karakteristik adalah tidak kurang dari dua jenis karakteristik yang dianggap sama dan kadang-kadang misalnya dinyatakan dalam sejumlah uang.



5.2.2



Presisi gabungan Nilai presisi gabungan adalah 2 kali nilai standar deviasi (2 spM). Catatan : karena itu, saat mengambil keseluruhan presisi sebagai βSPM, nilai probabilitas penduduk ditentukan dari nilai ± βSPM lot sekitar 95%.



5.2.3



Presisi level Selain metode sampling, metode preparasim sample, pengukuran atau analisis metode, level presisi digunakan untuk setiap karakteristik seperti pada table 1. presisi level adalah koefisien variasi [ CV=(spM/x) x 100 %]. Tabel 1. Level Seluruh Presisi Number of level



Level presisi (CV %)



M 8100 -1992



1



20



2



10



3



5



4



2



5



1



6



0.5



7



0.2



8



0.1



5.3 Quality variasi 5.3.1



Klasifikasi quality variasi Klasifikasi quality variasi mengikuti standar deviasi sebagai berikut : (1)



Standar deviasi (σi) increment pada lot, untuk sampling random sederhana



(2)



Standar deviasi (σw) dalam stratum, untuk stratified sampling dan sistematik sampling.



(3)



Standar deviasi (σw) increment unit sampling utama dan standar deviasi (σb) unit sampling utama pada sampling 2 tahap.



5.3.2



Klasifikasi besaran quality variasi Besarnya quality variasi diklasigikasi kedalam besar, sedang dan kecil pada dasar investigasi standar deviasi pada stratum, standar deviasi lapisan dan dtandar deviasi increment dalam lot diukur tiap karakteristik atau representative karakteristik (Lampiran 3 dan Lampiran 4).



5.4 Jangka waktu implementasi sampling Jangka waktu pengambilan increment adalah salah satu dari waktu berikut: (1)



Dilakukan pada saat pemindahan lot selama massa pengiriman



(2) Dilakukan waktu pengukuran massa lot atau sebisa mungkin beberapa saat sebelum/sesudah pengukuran. 5.5 Jenis sampling Sampling dibagi ke dalam 4 jenis berdasarkan cara pengangkutan atau bongkar muat.



M 8100 -1992



Namun, pada 1 lot dapat digunakan lebih dari 2 jenis metode. (1) Belt sampling (2) Freight car sampling (3) Cotainer sampling (4) Ship`s hold sampling 5.6 Increment 5.6.1



Besarnya increment Besarnya increment ditetapkan sebagai massa yang diambil dengan skop yang kapasitasnya ditunjukkan pada Table 5 berdasarkan ukuran partikel terbesar lot. Catatan: Besarnya increment diambil dengan jumlah yang kira-kira tetap. Jumlah yang kira-kira tetap adalah dispersi besarnya increment yang tidak lebih dari 20% sebagai koefisien fluktuasi.



5.6.2



Alat pengambilan increment Alat pengambilan increment adalah sebagai berikut: (1) Skop pengambilan increment Skop pengambilan increment, berdasarkan ukuran partikel terbesar lot, sesuai aturan digunakan yang bernomor seperti tertera pada Tabel 2.



Tabel 2. Kapasitas skop untuk mengambil increment



M 8100 -1992



Catatan: 1. Ketika menggunakan skop berikut untuk mereduksi increment, digunakan yang tidak memiliki ujung (e=0) dan disebelah nomor skop diberi huruf D 2. Skop nomor 0,25D digunakan hanya untuk mereduksi increment (2) Perangkat instrumen sampling Perangkat instrument sampling adalah sebagai berikut: (a) Instalasi perangkat Perangkat pengambilan sampel dipasang pada posisi di mana seluruh increment mengalir pada saat dipindahkan. Catatan: Misalnya dipasang pada tempat keluaran conveyor. Sebagai perangkat adalah cutter imitation platinum (b) Alat pengambil sampel



M 8100 -1992



Besar bagian bukaan alat pengambil sampel memiliki dimensi di mana partikel terbesar lot dapat diambil dengan mudah (sebagai acuan 3 kali atau lebih dari ukuran terbesar partikel) Kemudian, alat ini memiliki struktur yang tidak membuat sampel melimpah keluar atau harus dipadatkan. (c) Interval pengambilan Interval pengambilan diharapkan dapat diubah-ubah (d) Keamanan Keamanan



pengukur



perangkat



instrument



sampling,



pada



saat



pemasangan, serta keselamatan para pekerja harus diperhatikan dengan seksama. (e) Konversi serta observasi Diharapkan



perangkat



instrument



sampling,



alat



pengambil



sampel,



conveyor, hopper, alat pereduksi, dan lain-lain memiliki struktur yang dapat melalui semua system, mudah disimpan dan dibersihkan, serta terbuat dari bahan anti karat. Kemudian, selama pengoperasian, diharapkan setiap bagian fungsi memiliki struktur yang dapat diobservasi dengan mudah. (f) Pengecekan bias Pada instrumen sampling, sesudah pemasangan perangkat, harus dipastikan bahwa tidak ada bias yang terjadi pada sampel yang diambil dengan perangkat ini, dengan melakukan pengecekan. Catatan: metode pengecekan sesuai JIS M 8100 lampiran 6 dan 7. (g) Pengecekan presisi Perangkat instrumen sampling diharapkan memiliki struktur di mana pengecekapan presisi dapat dilakukan dengan mudah. Catatan: Metode pengecekan sesuai dengan JIS M 8100 lampiran 5 (3) Alat pengambil increment yang lain Alat pengambil increment yang lain adalah sebagai berikut: (a) Increment memas dari bias. (b) Kapasitas tidak lebih dari Tabel 2.



M 8100 -1992



5.6.3



Metode Penentuan Jumlah Increment Persyaratan minimum jumlah increment diambil dari lot ditentukan untuk tiap divisi untuk keseluruhan presisi (βSPM = 2σSPM) tiap karakteristik mewakili karakteristik lainnya atau keseluruhan karakteristik dan jummlah variasi lot (σi, σb, dan σw). Bila perlu, jumlah minimum increment harus ditentukan pada setiap ukuran, setiap presisi dan setiap kelas karakteristik lot. Jumlah increment (n) diambil dari prosedur perhitungan setelah pemilihan tingkat seluruh presisi (CV %). (Prosedur 1) Tentukan tingkat presisi (CV %) sesuai Tabel 1. (Prosedur 2) Hitung standar deviasi (σSPM) dari (CV %),



atau memperoleh standar deviasi (σSPM) dari presisi keseluruhan (βSPM)



(Prosedur 3) Hitung σs menggunakan σp dan σM diperoleh secara terpisah dari σSPM yang telah diperoleh dari Prosedur 2.



atau



(Prosedur 4) Sesuai tipe sampling, tentukan jumlah increment n diambil pembulatan titik decimal. (a)



Random sampling



(b) Stratified sampling



(c) Sistematik sampling



M 8100 -1992



(d) Sampling 2 tahap



5.6.4



Metode pengambilan increment Metode pengambilan increment adalah sebagai berikut: (1) Increment diambil secara random dalam 1 kali pengambilan dengan besar increment yang kira-kira tetap menggunakan pengambilan alat pengambilan increment pada 5.6.2. Tetapi, bila terdapat keadaan di mana 1 kali pengambilan tidak memungkinkan, dapat dilakukan beberapa kali pengambilan di satu tempat yang ditentukan secara random lalu hasilnya digabung menjadi 1 increment. (2) Increment, sesuai aturan, diambil pada waktu pemindahan lot, misalnya saat bongkar muat. (3) Interval pengambilan tidak boleh diganti di tengah-tengah proses sampling 1 sublot. (4) Walaupun sejumlah increment yang ditentukan sudah selesai diambil, saat bongkar muat sublot sedang dijalankan, pengambilan increment tidak dihentikan tetapi terus dilanjutkan sesuai interval yang ditetapkan.



5.7



Metode pengumpulan increment



5.7.1 Increment diambil dari lot (1)



Persiapan sample pengujian dari tiap increment (Gambar. 3). Gambar. 3



M 8100 -1992



Sampel uji bila dianalisis dalam satu waktu, presisi secara keseluruhan Sample uji bila dianalisis dalam l waktu, presisi secara keseluruhan (2)



Persiapan sample pengujian dari tiap bagian sample (Gambar 4) Gambar 4



Sampel uji bila dianalisis dalam satu waktu, presisi secara keseluruhan Sample uji bila dianalisis dalam l waktu, presisi secara keseluruhan Simbol “k” mewakili jumlah sample uji (3)



Persiapan sample pengujian dari gross sample (Gambar 5)



M 8100 -1992



Gambar 5



Sampel uji bila dianalisis dalam satu waktu, presisi secara keseluruhan Sample uji bila dianalisis dalam l waktu, presisi secara keseluruhan 5.7.2 Beberapa unit sampling utama diambil dari lot dan beberapa increment (unit sampling kedua) diambil dari unit sampling utama (1) Persiapan sample pengujian dari tiap increment (Gambar 6) Gambar 6



M 8100 -1992



Sampel uji bila dianalisis dalam satu waktu,



presisi secara keseluruhan



M 8100 -1992



Sample uji bila dianalisis dalam l waktu, presisi secara keseluruhan (2) Kumpulan increment tiap unit sampling utama untuk menghasilkan sample bagian, dan persiapan sample pengujian sebelumnya (Gambar 7). Gambar 7



Sampel uji bila dianalisis dalam satu waktu, presisi secara keseluruhan Sample uji bila dianalisis dalam l waktu, presisi secara keseluruhan (3) Persiapan sample pengujian dari gross sample (Gambar 8).



Gambar 8



M 8100 -1992



Sampel uji bila dianalisis dalam satu waktu, presisi secara keseluruhan Sample uji bila dianalisis dalam l waktu, presisi secara keseluruhan 5.8 Sampel pasangan dan utama Sampel dapat digunakan sekaligus untuk keperluan ukuran partikel, kadar air dan konstituen ataupun salah satunya saja. Tetapi, bila waktu digunakan sekaligus, pembagian fluktuasi rasio berbeda, digunakan sampel dari sejumlah increment terkecil yang dibutuhkan yang memiliki karekteristik lebih banyak. Kemudian, saat sampel digunakan untuk 1 keperluan saja terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi. (1)



Sampel kering setelah pengukuran kadar air, karena bijih dengan butiran halus mudah terserak, pada saat proses reduksi dipersiapkan perangkat untuk mencegah terseraknya bijih dengan butiran halus.



(2)



Dipastikan tidak ada bias pada kadar kelembaban dan kandungan nikel dengan mengadakan pengecekan.



5.9 Belt Sampling 5.9.1 Tempat pengambilan increment Waktu pemindahan lot menggunakan conveyor belt, increment diambil dari atas belt atau tempat keluaran.



M 8100 -1992



5.9.2 Jumlah increment Jumlah terkecil increment yang dibutuhkan ditunjukkan pada 5.6.3. 5.9.3 Metode Pengambilan increment Metode pengambilan increment adalah sebagai berikut: (1) Mengadakan sistem sampling dengan random start. Dalam keadaan ini, interval pengambilan increment ditetapkan dengan cara membagi besarnya lot dengan jumlah increment yang diambil. Di sini nilai dibulatkan. (2) Bila diambil ketika conveyor belt dihentikan, maka diambil dengan volume yang lebih besar atau sama dengan besarnya increment yang telah diatur dan pada posisi yang telah ditentukan. Dalam keadaan ini, pada arah berjalannya belt, increment yang memiliki panjang lebih atau sama dengan 3 kali ukuran partikel terbesar lot diambil seluruhnya selebar jalur aliran belt . Dan kemudian disebut 1 increment. Catatan: Selebar jalur aliran belt adalah ketika bijih dipindahkan menggunakan conveyor belt, bagian siku-siku terhadap arah pergerakan conveyor atau terhadap arah jatuhnya bijih pada tempat keluaran. (3) Pada keadaan diambil dari conveyor yang bergerak, increment diambil dari atas belt atau tempat keluaran, dengan volum yang sama atau lebih dari yang ditentukan, diambil seluruhnya selebar jalur aliran belt. Catatan: Bila tidak bisa diambil selebar jalur aliran belt, untuk memastikan tidak ada bias, increment bisa diambil pada tempat pengambilan yang ditentukan secara random di tengah lebar aliran belt, dari atas belt atau tempat keluaran, dengan menggunakan alat pengambil increment yang telah diatur. 5.10 Freight Car Sampling 5.10.1 Tempat pengambilan increment Increment diambil dari truk atau kereta angkut selama bongkar muat. 5.10.2 Jumlah truk minimum yang dibutuhkan untuk diekstrak Sebagai tahap awal, dilakukan ekstraksi truk dengan jumlah minimum yang dibutuhkan dari 1 lot seperti yang tertera pada 5.6.3. Tahap kedua, 2 buah increment diambil dari masing-masing truk yang sudah diekstrak. 5.10.3 Metode pengambilan increment Metode pengambilan increment adalah sebagai berikut:



M 8100 -1992



(1) Memilih truk yang akan digunakan untuk pengambilan increment sebagai tahap awal sampling tingkat 2. Cara pengambilannya berdasarkan sistem sampling. (2) Interval ekstraksi truk yang akan digunakan untuk pengambilan increment ditetapkan dengan membagi besar lot dengan jumlah truk yang diekstrak. Di sini nilai dibulatkan. (3) Waktu pengambilan increment dari dalam truk, posisi pengambilan ditentukan secara random dan increment diambil dari sisi terbaru tumpukan selama bongkar muat. Pada pengambilan dari sisi tumpukan selama bongkar muat di truk, dipastikan agar tidak ada bias dengan mengadakan pengecekan. 5.11 Container sampling 5.11.1 Tempat pengambilan increment Ketika lot dalam tas. Kaleng drum, atau wadah lain, tempatkan increment daro containers. 5.11.2 Jumlah increment Jumlah increment minimum yang dibutuhkan yang diambil dari 1 lot tertera pada tabel 5. Tetapi, untuk 2 buah increment yang diambil dari dalam 1 glove bucket, jumlah truk pada 5.6.3 diganti menjadi jumlah glove bucket uang disampling, kemudian dari glove bucket tersebut diambil 2 buah increment. 5.11.3 Metode pengambilan increment Metode pengambilan increment adalah sebagai berikut: (1) Bila jumlah pada container kecil, increment akan diambil dari tiap container dengan stratified sampling. Bila jumlah container terutama kecil, semua jumlah kadar dalam container boleh diambil sebagai sample. (2) Bila jumlah container besar, container akan dipilih sebagai tahap pertama dari dua tahap sampling dan increment akan diambil dari tahap itu. Pemilihan metode container untuk tahap pertama harus secara acak atau sesuai dengan sistematik sampling. Bila kapasitas container



kecil, setiap container dipilih pada tahap



pertama dapat diambil sebagai increment. (3) Bila increment diambil dari container, akan disesuaikan dengan salah satu dari dibawah ini : (a)



Mengambil increment dari tempat yang acak setelah pengosongan container dari kadar di tempat yang bebas dari benda asing.



M 8100 -1992



(b)



Pengambilan increment dari tempat yang dipilih secara acak pada container.



5.12 Ship hold sampling 5.12.1 Tempat pengambilan increment Selama stevedoring lot dengan material handling device, atau dari tempat langsung setelah stevedoring pada kapal. 5.12.2 Jumlah increment Persyaratan minimum jumlah increment diambil dari satu lot yang ditentukan sesuai dengan 5.6.3. 5.12.3 Metode pengambilan increment Penentuan pengambilan interval sesuai dengan 5.6.3 catatan 2, dan pengambilan increment dengan sistematik sampling. 5.13 Sampling ukuran partikel 5.13.1 Tempat pengambilan increment Tempat pengambilan increment harus disesuaikan dengan 5.9 – 5.12. Tetapi, jika ada peralatan penghancur pada jalan yang banyak gerakan, sampling harus dilakukan sebelum penghancuran pad waktu penerimaan dan setelah penghancuran pada saat pengapalan. 5.13.2 Jumlah increment Persyaratan minimum jumlah increment diambil dari satu lot yang ditentukan sesuai dengan 5.6.3. 5.13.3 Metode pengambilan increment Metode pengambilan increment harus disesuaikan dengan 5.9 – 5.12. 5.14 Sampling kadar kelembaban 5.14.1 Tempat pengambilan increment Tempat pengambilan increment harus disesuaikan dengan 5.9 – 5.12. Tetapi, sample kadar kelembaban harus diambil dari tempat yang sedekat mungkin, sebelum atau sesudah tempat massa pada lot ditimbang karena kadar kelembaban mudah berubah. 5.14.2 Jumlah increment Persyaratan minimum jumlah increment diambil dari satu lot yang ditentukan sesuai dengan 5.6.3.



M 8100 -1992



5.14.3 Metode pengambilan increment Tempat pengambilan increment harus disesuaikan dengan 5.9 – 5.12. Apabila terdapat perbedaan kadar kelembaban di bagian yang banyak, misalnya, di antara bagian atas, bagian tengah dan bagian bawah dari freight car, stratified sampling harus dilakukan. Selanjutnya, apabila bagian bawah kapal dan seperti partikel air, harus dilakukan stratified sampling untuk preparasi increment.



6.



Metode persiapan sampling



6.1 Persiapan sampling Persiapan sampling adalah sebagai berikut (Gambar 9 dan Gambar 10) : (1)



Sampel dipecahkan dan direduksi untuk mempersiapkan sampel pengujian



(2)



Sampel pengujian konstituen, selama masa pemecahan dan reduksi, jika perlu dilakukan pengeringan bila sample basah.



(3)



Reduksi dilakukan sesuai dengan metode reduksi dengan spesifikasi standar reduksi.



(4)



Lamanya waktu pemindahan sample untuk uukuran partkel dan karakteristik fisik dan jatuhnya pemindahan harus diminimalkan untuk mencegah hancurnya seluruh sample tahap sampling, sample preparsi dan pengujian sample.



(5) Itu yang diinginkan peralatn preparasi sample menjadi integral dengan peralatan sampling, tetapi bila tempat yang ditemukan dekat peralatan sampling tidak sesuai atau buila increment diambil dari beberapa tempat yan dilakukan dengan satu peralatan prparasi sample, dapat dipisahkan dari peralatan samping. Peralatan preparasi sample, telah diatur dalam kesatuan bagian dengan peralatan sampling dan dilakukan perlakuan setiap increment, harus mampu merawat increment dalam waktu yang pendek dibandingkan dengan interval untuk pengambilan increment. (6) Selama persiapan sampel, harus diperhatikan dengan seksama agar tidak ada bagian sampel yang terserak atau tercampur dengan benda lain, seperti debu.



Gambar 9. Bila Sampel Uji untuk Uji disiapkan Setelah Uji Ukuran Partikel



M 8100 -1992



Gambar 10. Bila Sampel untuk Uji Kadar Kelembaban dan Sampel Uji constituent disiapkan



6.2 Presisi persiapan



M 8100 -1992



Nilai presisi persiapan utama dari karakteristik sample harus CV 0.05 % sampai 5 %. 6.3 Pengeringan awal sampel 6.3.1 Outline



Saat screening, penghancuran dan reduksi sampel dapat dilakukan karena sampel dengan kelembaban yang berlebihan, sample dikeringkan sehingga dapat diolah dengan menggunakan ayakan, penghancur dan peralatan reduksi di bawah spesifikasi kondisi (temperature, periode waktu,dll) dalam standar individu pada ruang pengering atau peralatan pengeringan, dll. Penambahan kadar kelembaban (%) diperoleh dalam 7, hitung pengeringan awal kadar kelembaban (%). 6.3.2 Sampel Sample yang digunakan harus seluruh sample yang telah diambil. 6.3.3 Peralatan (1)



Peralatan pengeringan Gunakan peralatan dengan kapasitas dalam jumlah yang diperlukan akomodasi dan mampu menyesuaikan dengan suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan suhu sample.



(2)



Timbangan Sensitivitas timbangan diperlukan untuk mendapatkan presisi.



6.3.4 Pengoperasian Pengoperasian dilakukan sebagai berikut : (1)



Timbang berat sample



(2)



Tingkat sample harus seragam ketipisannya dan kering sesuai kondisi spesifikasi (suhu, periode waktu, dll).



(3) 6.3.5



Timbang berat setelah pengeringan.



Perhitungan Hitung pengeringan awal sample kadar kelembaban A (%) dengan 2 desimal, sesuai dengan rumus : Pengeringan awal sample Keterangan : W = total massa sample sebelum pengeringan Wa = total massa setelah pengeringan



6.4 Pemecahan sampel



M 8100 -1992



Pemecahan sampel dilakukan menggunakan alat pemecah yang tepat untuk semua massa sampel serta sampai ukuran partikel sampel yang sudah ditentukan. (1) Menentukan alat pemecah Dipilih alat yang memiliki kemampuan serta bentuk yang sesuai dengan karakteristik fisik partikel sampel sebelum dan sesudah dipecahkan. (kekerasan, kekuatan, specific gravity, kadar kelembaban, dan kelekatan) (2) Cleaning Alat pemecah dibersihkan bagian dalamnya sebelum memasukkan sampel (3) Whole cleaning Bila akan memecahkan sampel yang berbeda dengan sampel yang dipecahkan sebelumnya atau akan mengalirkan bijih yang diambil dari lot yang berbeda, diharapkan dilakukan pembersihan sebelumnya. (4) Pengeluaran sampel Diperhatikan agar tidak ada sampel yang tersumbat dalam alat pemecah. (5) Pencegahan perubahan kualitas Diperhatikan agar tidak terjadi perubahan kualitas sampel karena panas akibat pengoperasian jangka panjang atau tipe alat pemecah. 6.5 Reduksi sampel 6.5.1 Klasifikasi metode reduksi Klasifikasi metode reduksi adalah sebagai berikut: (a) Metode reduksi increment (b) Metode dengan riffle sampler (c) Metode conical quartering (d) Metode alternative shovelling (e) Metode dengan alat reduksi Catatan: Pada persiapan sampel pengukuran kadar kelembaban lebih baik tidak menggunakan metode (b), (c), dan (d) karena mudah menyebabkan hilangnya kadar kelembaban. 6.5.2 Metode reduksi increment Metode reduksi increment adalah sebagai berikut: (1) Sampel dibentuk persegi dan direduksi memakai skop untuk mereduksi increment. Besarnya skop untuk mereduksi increment dan ketebalan sampel yang dibentuk persegi, sesuai ukuran partikel sampel, tertera pada Tabel 3.



M 8100 -1992



Tabel 3. Ukuran Partikel Sampel, Besar Skop untuk mereduksi Increment, serta Ketebalan Sampel Ukuran semua partikel yang akan lewat



Nomor skop



Ketebalan sampel



≤31,5 mm



30 D



40~50



≤22,4 mm



20 D



35~45



≤16,0 mm



15 D



30~40



≤10,0 mm



10 D



25~35



≤5,00 mm



5D



20~30



≤2,80 mm



3D



15~25



≤1,00 mm



1D



10~20



≤250 µm



0,25 D



5~10



Catatan: 1. Volume dan dimensi skop tertera pada Gambar 1. 2. Reduksi increment, partikel materialcjumlah unitdiambil dari sample disebut increment. (2) Jumlah increment harus sesuai dengan standar berikut : (a) Gross sample



20 increment atau lebih



(b) Bagian sample



10 increment atau lebih



(c) Tiap increment



4 increment atau lebih



(3) Bila melakukan reduksi increment sampel bagian dengan cara manual, misalnya dibagi 20 bagian, maka mengikuti langkah-langkah berikut, (Gambar 1) (Langkah 1) Sampel dibentuk persegi panjang di atas papan datar, disebar dengan ketebalan yang sama seperti pada Tabel 3. (Langkah 2) Sampel dibagi 4 bagian ke bawah dan 5 bagian ke samping (Langkah 3) Dengan menggunakan skop untuk mereduksi increment, dari setiap bagian diambil masing-masing 1 buah(pada setiap bagian, posisi pengambilan sampel dipilih secara random) hingga terkumpul total 20 buah dan ini disebut sampel setelah reduksi. Saat mengambil sampel, skop dimasukkan sampai ke lapisan paling bawah. Catatan: 1. Bila dibutuhkan massa yang lebih banyak dari yang didapat dengan cara pengambilan seperti yang tertera di atas, maka bisa dilakukan peningkatan



M 8100 -1992



besarnya increment atau penambahan jumlah increment. Bila yang dilakukan penambahan jumlah increment, bisa jumlah bagiannya atau jumlah satuan incrementnya yang ditambah. Pada keadaan ini, jumlah increment yang diambil dari tiap bagiannya tidak ditentukan. 2. Saat



melakukan



reduksi



increment



diharapkan



mengambil



increment



menggunakan papan penahan. 6.5.3 Metode riffle sampler Metode riffle sampler adalah sebagai berikut: (1) Memilih nomor riffle sampler berdasarkan ukuran partikel sampel, sesuai aturan seperti yang tertera pada Tabel 4. Tabel 4. Ukuran Partikel dan Jenis Riffle Sampler Ukuran partikel seluruh sampel yang akan lewat mm



Jenis riffle sampler



Lebar parit



>







22,4



31,5



No. 60



60 ± 1



16,0



22,4



No. 50



50 ± 1



10,0



16,0



No. 30



30 ± 1



5,00



10,0



No. 20



20 ± 1



2,80



5,00



No. 10



10 ± 0,5



2,80



No. 6



6 ± 0,5



(2) Riffle sampler adalah sebagai berikut: (a) Ukuran riffle sampler, serta strukturnya tertera pada Gambar 3 (b) Sudut kemiringan antara bagian atas dan bawah adalah 60° atau kurang. (c) Jumlah parit selalu genap dan sesuai aturan adalah 16 atau kurang. Tetapi, untuk No. 60, 50 dan 30 adalah 12 atau kurang. (d) Wadah sampel memiliki struktur agar butiran yang keluar dari mulut riffle sampler tidak terserak. (e) Bagian dalam riffle sampler memiliki struktur yang halus dan dari bahan anti karat. (3) Sampel dimasukkan ke dalam wadah supply bijih, lalu semuanya dimasukkan ke dalam riffle sampler yang akan membagi sampel menjadi 2 bagian. Kemudian,



M 8100 -1992



salah satu dari 2 bagian yang telah dipilih secara random disebut sebagai sampel setelah reduksi. Catatan: Dalam penggunaan riffle sampler harus diperhatikan kemungkinan tersumbatnya parit. (4) Standar reduksi tertera pada 6.5.7. 6.5.4 Metode conical quartering Metode conical quartering adalah sebagai berikut : (1)



Prosedur reduksi sample sesuai dengan conical quartering secara manual sebagai berikut, (Langkah 1) tumpukan sample digerus ke dalam cone-form (Langkah 2) ratakan circular cone (langkah 1) dan ulangi pengoperasian (langkah 1) pada tempat yang lain sekali atau dua kali (Langkah 3) ratakan cone dengan press secara vertical dari atas dan ¼ sample dalam bentuk fan (Langkah 4) ambil pasangan bagian diagonal dan hubungkan untk mengambil sample setelah reduksi.



(2)



Standar sample reduksi harus sesuai 6.5.7.



6.5.5 Metode alternative shoveling Prosedur metode alternative shoveling harus diberikan pada lampiran Gambar 5. selanjutnya, standar reduksi sesuai dengan 6.5.7. 6.5.6 Metode dengan alat reduksi Pada alat reduksi harus diperhatikan bahwa ukuran partikel cukup dan tidak ada bias. Kemudian, standar reduksi tertera pada 6.5.7. Catatan: Alat yang digunakan pada reduksi sebelum digunakan harus dibersihkan dengan seksama. Bila akan mereduksi sampel yang berbeda dengan sampel yang direduksi sebelumnya atau akan mengalirkan bijih yang diambil dari lot yang berbeda, diharapkan dilakukan pembersihan sebelumnya. 6.5.7 Standar reduksi



Sehubungan dengan ukuran partikel semua sampel yang akan lewat dan massa sampel setelah reduksi, sesuai aturan tertera pada Tabel 5. Namun, untuk reduksi increment tertera pada 6.5.2. Tabel 5. Ukuran Partikel dan Standar Reduksi Ukuran partikel



Berat sample setelah reduksi kg



M 8100 -1992



semua sampel yang akan lewat ≤ 31,5 mm ≤ 22,4 mm ≤ 16,0 mm ≤ 10,00 mm ≤ 5,00 mm ≤ 2,80 mm ≤ 1,00 mm ≤ 420 µm ≤ 250 µm



Gross sample



Bagian sampel



Setiap increment



≥ 280 ≥ 140 ≥ 70 ≥ 35 ≥8 ≥2 ≥ 0.5 ≥ 0.1 ≥ 0.05



≥ 140 ≥ 70 ≥ 35 ≥ 17 ≥4 ≥1 ≥ 0,5 ≥ 0,1 ≥ 0,05



≥ 80 ≥ 40 ≥ 20 ≥ 10 ≥ 2.5 ≥ 0.6 ≥ 0.3 ≥ 0.1 ≥ 0.05



Catatan: 1. Massa sampel pada tabel ini menunjukkan bulk density sampel 1.



2. Untuk sampel dengan massa di bawah massa yang tertera pada tabel, tidak direduksi. 6.6 Persiapan sampel pengujian konstituen Persiapan sampel pengujian konstituen adalah sebagai berikut: (1)



Sampel analisis konstituen yang dipersiapkan dari setiap lot dipecahkan sampai berukuran 150 µm atau kurang, lalu diaduk. Setelah itu, dipersiapkan dengan jumlah yang sudah ditetapkan setiap 100 g atau lebih menggunakan metode reduksi increment dan alat reduksi yang tepat.



(2)



Sampel ini dimasukkan ke dalam wadah, ditutup, disegel, dan menjadi sampel pengujian konstituen.



(3)



Sampel pengujian konstituen terdiri dari 4 buah atau lebih, untuk penjual, pembeli, pengujian, dan stok.



6.7 Persiapan sampel pengujian kadar kelembaban Persiapan sampel pengujian kadar kelembaban adalah sebagai berikut: (1)



Hancurkan dan kurangi increment, sub-sampel atau gross sample dan mengkhasilkan sample dengan spesifikasi ukuran partikel dan spesifikasi massa untuk pengujian sample kadar kelembaban.



(2)



Jumlah sample penghujian kadar kelembaban tidak lebih dari satu increment dan sub-sampel dan tidak lebih dari 2 gross sample.



(3)



Dalam kasus berikut, sample pengujian kadar kelembaban harus dipersiapkan setiap increment atau setiap sub-sampel. (a)



Bila sample berair (%)



M 8100 -1992



(b)



Bila jumlah variasi kadar kelembaban (%) lebih besar seperti turun hujan, salju, dll.



(c) (4)



Bila lama waktu yang diperlukan untuk sampling satu lot.



Karena sample untuk kadar kelembaban mudah untuk menghasilkan bias dengan perubahan kadar kelembaban sewaktu pemecahan, reduksi, dan pencampuran, dll. Pengeringan awal sample sebaiknya dilakukan segera setelah pengambiln sample. Selanjutnya, perlakuan sample untuk kadar kelembaban dengan membayar tempat penanganan, peralatan, metode pemecahan dan reduksi, dan mengurangi jumlah pemecahan dan reduksi sejauh mungkin.



6.8 Persiapan sampel pengujian ukuran partikel Persiapan sampel pengujian ukuran partikel sebagai berikut : (1)



Persiapkan sample pengujian ukuran partikel dari dampel ukuran partikel dengan pemecahan



(2)



Dengan menggunakan seluruh jumlah sample atau dengan metode reduksi 6.5.1, kurangi sample sesuai dengan standar reduksi dan menghasilkan sample pengujian ukuran partikel.



(3)



Standar reduksi (2) harus sesuai dengan rumus : (a) Gross sample



Dimana, Ms = bobot sample pengujian ukuran partikel (kg)



β2PM = presisi dari pengujian presisi S



= apparent density (kg/m3)



G = persentase (%) mengandung spesifikasi divisi ukuran partikel L = ukuran partikel dari seluruh sample yang dapat melewatinya (mm) Y = spesifikasi ukuran partikel (mm)



(b) Sub-sampel Ms (kg) K



M 8100 -1992



Dimana, k = jumlah sub-sampel merupakan gross sample Ms = bobot sample pengujian pada gross sample (kg) (c) Increment Ms (kg) n Dimana, n = jumlah increment merupakan gross sample Ms = bobot sample pengujian pada gross sample (kg) 7. Metode pengukuran kadar kelembaban 7.1 Outline Sampel pengujian kadar kelembaban dikeringkan pada suhu yang ditetapkan sampai memperoleh massa tetap. Dari massa setelah dikeringkan, didapat kadar kelembaban setiap sampel dengan cara menghitung kadar kelembaban lot sesuai poin 7.7. 7.2 Sampel Digunakan sampel pengujian kadar kelembaban sesuai poin 6.7. 7.3 Perlengkapan Perlengkapannya adalah sebagai berikut: (1) Piring pengering yang memiliki area alas untuk sampel dengan ketebalan 30 mm atau kurang dan tahan korosi serta panas. (2) Toleransi suhu dalam menjaga temperature konstan alat pengering adalah 5°C (3) Skalanya adalah skala dengan skala minimum 1/5000 atau kurang dari massa sampel. 7.4 Pengaturan Pengaturan dilakukan sebagai berikut: (1) Sampel pengujian kadar kelembaban yang sudah dipersiapkan 1~5 kg seperti pada poin 6.7 dipindahkan ke piring pengiring yang sudah dikeyahui massanya (W1) dan disebutkan tadi dengan posisi rata dan ketebalan sampel yang sudah ditetapkan, kemudian diukur massanya (W2). (2) Sampel dimasukkan ke alat pengiring temperatur konstan yang sebelumnya diatur pada suhu 105 ± 5°C, lalu dikeringkan.



M 8100 -1992



(3) Setelah dikeringkan dalam waktu tertentu, dikeluarkan dan diukur massanya. Setelah itu, setiap 2 jam pengeringan diukur kembali massanya untuk mengetahui penurunan massa karena panas pengeringan. (4) Pengeringan dilanjutkan sampai persentase penurunan massa karena panas pengeringan 0.1% atau kurang. (5) Ketika pengeringan selesai, seluruh massa diukur (W3) langsung selagi masih panas. 7.5 Penghitungan Penghitungan kadar kelembaban dilakukan dengan menggunakan rumus berikut, dan dihitung sampai 3 digit desimal.



Ms



=



Kadar kelembaban (%)



W1



=



Massa piring pengering (g)



W2



=



Massa total sampel pengujian kadar kelembaban dan piring pengering (g)



W3



=



Massa total setelah pengeringan selesai (g)



7.6 Toleransi Toleransi untuk perbedaan kadar kelembaban Ms (%) bila pengujian 2 sampel dilakukan. 7.7 Nilai tetap Nilai tetap adalah sebagai berikut: (1) Bila pengeringan awal sampel dilakukan (b)



Pada gross sample, rata-rata aritmatika 2 nilai Ms (%) nilai yang hilang dari panas pengeringan dan ambil bilai yang dibulatkan pada decimal pertama sesuai JIS Z 8401 sebagai kadar kelembaban (%) lot.



(c)



Bila panas pengeringan hilang telah diperoleh setiap sub-sampel nilai yang mewakili pengujian, bobot unit sampling utama atau jumlah increment composing sample sebagai berat dan ambil nilai kadar moisture (%) lot.



(d)



Bila tinggat kerugian panas pengeringan telah diperoleh tiap increment, temukan rata-rata aritmatika untuk setiap nilai pengujian dan ambil kadar moisture (%) lot.



(2) Bila pengeringan awal dilakukan Penambahan pengeringan awal kadar kelembaban A (%) diperoleh dalam 6.3 untuk kadar kelembaban C (%) diperoleh dari (1) (a) sampai (c) dengan rumus,



M 8100 -1992



pembulatan nilai angka decimal pertama dan ambil kadar kelembaban D (%) lot. Tetapi, C (%) harus menjadi nilai hitung dua angka decimal.



8. Metode Penentuan ukuran partikel 8.1 Outline Layar sample ditentukan dengan ayakan, timbang jumlah sisa pada ayakan dan



kuantitas melalui ayakan dengan kecepatan minimum dan mendapat berat persentase (%) dengan jumlah sampel, dan menentukan ukuran partikel (%) dari lot sesuai dengan 8.6. 8.2 Sampel (1)



Gunakan sample pengujian ukuran partikel sesuai dengan 6.8.



(2)



Sample pengujian ukuran partikel digunakan dibawah standar (begara penerima sample).



8.3 Ayakan (1)



Ayakan sesuai JIS Z 8801



(2)



Penentuan ukuran lobang ayakan tergantungpada ukuran partikel bahan untuk screening



(3)



Harus lebih spesifik penggolongan ayakan dan bentuk ukuran setiap standar.



8.4 Pengoperasian Pengoperasian sesuai dengan JIS Z 8815. (1)



Pengoperasian manual Prosedur manual sebagai berikut : (a)



Timbang berat sample dan isikan ke dalam ayakan.



(b)



Jumlah yang diisi untuk masing-masing waktu tidak lebih dari jumlah partikel langsung dengan lobang penyaring.



(c)



Standar pengoperasian screening ditentukan dari jarak ayakan dan waktu periode setiap standar.



M 8100 -1992



Waktu bila sejumlah sample melewati ayakan persentasenya menjadi



(d)



tidak tentu untuk waktu tetap akan dinilai sebagai waktu selesai pengoperasian screening. (e)



Pengoperasian diulangi secara descending ukuran lubang ayakan.



(f)



Sample discreen diawetkan tiap ukuran partikel dan massa yang ditimbang. Catatan : 1. Lubang saringan pada ayakan tidak lebih kecil daripada yang ditentukan dalam standar, biarkan sampel melewati dan yang bisa lewat arah pembuangan dan jaga jangan sampai ada yang terlewati. 2. untuk sampel dengan ukuran partikel yang kecil dan dengan kemampuan dispersi, harus diberi penutup yang sesuai denga receiver.



(2)



Pengoperasian mekanis Pengoperasian dengan ayakan mekanis digunakan dengan (1). Catatan : 1. Kasus screening dengan pengoperasian mekanis, kondisi pengoperasian ditentukan awal hasil relatif pad pengoperasian manual yang bebas dari bias. 2. Bila lanjutan mesin screening digunakan, sesuai metode makanan bijih untuk area screening dipilih sesuai dengan properti sampel.



(3)



Pengoperasian basah Pengoperasian basah dispesifikasi pada tiap standar yang diperlukan.



8.5 Perhitungan



Perhitungan ukuran partikel lot sesuai dengan berikut : (1)



Bila ukuran partikel gross sample telah diuji, hitung ukuran partikel S (%) tiap divisi satu tempat decimal dengan rumus :



Dimana, W : massa sample sebelum screening Wi : massa sample divisi ukuran partikel



M 8100 -1992



Bila setiap increment atau setiap sub-sampel tel;ah diuji, hitung ukuran



(2)



partikel dengan rumus :



Dimana, ΣWi : jumlah massa sample sebelum screening ΣW : jumlah massa sample divisi ukuran partikel Catatan : 1. Bila sulit untuk menimbang berat sample sebelum screening, mungkin untuk mengganti jumlah massa sample setiap bagian ukuran partikel setelah screening. 2. Bila koefisien variasi (CV) ukuran increment tidak kurang dari 20 %, atau bila variasi (CV) ukuran increment kurang dari 20 % bila diperlukan, dapatkan ukuran partikel S (%) untuk tiap increment. Peroleh ukuran partikel S (%) lot dari rata-rata aritmetika. 8.6 Nilai tetap Pembulatan nilai dihitung, yang didapat dari 8.5, jumlah integral sesuai JIS Z 8401 dan ambil nilai tetap ukuran partikel. Catatan : diperlukan sebagai, nilai penentuan mungkin 1 tempat desimal ( jadi, mungkin dihitung nilai dua tempat desimal). Terlampir Gambar 1. Contoh Dimensi Skop Pengambilan Increment



M 8100 -1992



Catatan : Bila menggunakan skop ini untuk reduksi increment, gunakan skop dengan ujung segitiga (e = 0) dan append D disebelah kanan no skop. Terlampir Gambar 2. Ilustrasi Metode Reduksi Increment Manual



(1)



Dalam satu lot dan satu gross sample (contoh 20 bagian )



M 8100 -1992



Sampel bagian yang sudah dipecahkan, dibentuk persegi



panjang



dengan



ketebalan



yang



ditentukan pada Tabel 3.



Persegi panjang dibagi menjadi 20 bagian. Misalnya 4 bagian ke bawah dan 5 bagian ke samping.



Pada setiap bagian dari 20 bagian tersebut diambil increment masing-masing 1 buah (bagian dipilih secara random) menggunakan skop untuk mereduksi increment yang dimasukkan sampai ke lapisan



sampel



paling



bawah,



kemudian



dikumpulkan dan dijadikan sampel reduksi (2)



Setiap increment diambil dari lot ( contoh bagian 4 )



Membagi menjadi 4 bagian. Setiap 2 bagian sama panjang dan lebarnya.



Penyebaran curshed increment menjadi empat persegi panjang yang memiliki ketebalan yang ditetapkan pada Tabel 3 dari standar ini.



M 8100 -1992



Ambil 1 skop increment secara acak setiap bagian, yang dibagi menjadi 4 bagian, oleh dorongan increment skop ke dalam bawah sample dan kumpulkan sebagai sample satelah reduksi. (3)



Ilustrasi outline pengambilan increment dengan menggunakan piring bumper



Skop untuk mereduksi increment



Papan penahan



Terlampir Gambar 3. Bentuk dan Dimensi Riffle Sampler



M 8100 -1992



Terlampir Gambar 4. Metode Conical Quartering



M 8100 -1992



Terlampir Gambar 5. Metode Alternatif Skop



M 8100 -1992



Terlampir Tabel 1. Kelas, Bentuk Lubang dan Lubang Ayakan



M 8100 -1992



Lampiran 1. Penentuan Masing-masing Standar Metode Sampling 1.



Ruang lingkup



Lampiran 1 ini menentukan item sebagai aturan standar yang ditetapkan dalam setiap materi tentang particulate. Catatan : Jumlah clauses diberikan pada 2. dan 3. sesuai dengan jumlah clauses pada standar. 2. Item yang ditentukan untuk masing-masing standar Item yang ditentukan sebagai berikut : (1) 4.2 (3) Penyimpanan sample (2) 4.3 Penentuan rata-rata kualitas (3) 5.2.1 Karakteristik (4) 5.2.3 Tingkat presisi (5) 5.6.1 Besarnya increment (6) 5.6.2 (3) Perangkat sample lain (7) 5.8 Penggabungan beberapa penggunaan sample (8) 5.9.2 Jumlah increment (5.10.2, 5.11.2, dan 5.12.2 adalah ditto) (9) 5.9.3 Metode pengambilan increment (5.10.3, 5.11.3, dan 5.12.3 adalah ditto) (10) 6.2 Persiapan presisi (11) 6.3.4 Pengoperasian (12) 6.5.2 Metode reduksi increment (13) 6.5.7 Standar sample reduksi (14) 6.6 Persiapan sample pengujian konstituen (15) 6.7 Persiapan sample pengujian kadar kelembaban (16) 6.8 Persiapan sample pengujian ukuran partikel (17) 7.3 Peralatan (18) 7.4 Pengoperasian (19) 8.3 (2) Ukuran ayakan aperture (20) 8.4 (1) (d) Kriteria titik akhir cara manual 3.



Item yang telah ditentukan dalam setiap standar



Item yang telah ditentukan pada setiap standar adalah sebagai berikut : (1)



2.



Definisi



(2)



3.



Simbol



(3)



4.2 (1)



Wadah sample



(4)



4.2 (2)



Tanda sample pengujian constituent



(5)



4.5 (1)



Metode alternatif dari bagian metode penetapan standar



(6)



4.5 (3)



Metode penentuan kadar kelembaban dimana dilakukan perlakuan dengan air spray



(7)



5.1



Ukuran lot



(8)



5.3.2



Klasifikasi kualitas ukuran variasi



(9)



5.6.2 (1)



Ukuran skop



M 8100 -1992



(10) 5.7



Metode untuk konstitusi increment dan keseluruhan presisi



(11) 6.3.3



Perlatan



(12) Persiapan pengujian sample untuk karakteristik fisik dan karakteristik lainnya. (13) 7.6



Toleransi



(14) 8.3 (3)



Klasifikasi ayakan dan bentuk ayakan aperture



(15) 8.4 (2) Catatan 1.



Toleransi pada bias yang berkaitan dengan hasil cara manual



M 8100 -1992



Lampiran 2. Kondisi dan Bentuk Mekanik Sampling serta Persiapan Peralatan 1.



Ruang Lingkup



Lampiran 2 ini menentukan kondisi dan bentuk mekanik sampling serta persiapan peralatan 2.



Penentuan kondisi peralatan mekanik



Keselamatan operator Keselamatan operator sebagai berikut : (1) Dari tahap awal merancang dan membuat dengan peralatan, keselamatan operator harus dipertimbangkan, dan berbagai peraturan keselamatan harus dihormati. (2) Bila kecepatan conveyor belt sangat tinggi atau tingkat aliran bijih tinggi, sampling lebih kecil harus lebih baik. Permasalahan sampling diambil secara manual karena berbahaya. Peralatan robustness Sampling dan persiapan alat dirancang dan dibuat robustly sehingga diperlukan fungsi yang dapat ditampilkan di bawah masing-masing kondisi setiap saat. Fungsi alat (1) Pada waktu mendesain sampling dan persiapan alat sample, item berikut harus menjadi pertimbangan : (a)



Kelas karakteristik kualitatif dan presisi partikel bahan yang diperlukan.



(b)



Bebas dari bias dan sejenisnya.



(2) Massa dan jumlah increment akan ditetapkan pada setiap standar. (3) Sampel ukuran partikel diambil sebelum dihancurkan. (4) Berbagai penggunaan increment, jika tiap standar diakui. Bila sample telah digunakan untuk pengukuran ukuran partikel digunakan untuk pengukuran karakteristik lain, dapat dipersiapkan setelah pencampuran sample setiap bagian ukuran partikel. Peralatan yang dapat memeriksa kualitas variasi (Lampiran 3) Dalam mendesain tempat sample uang digunakan untuk sampling sistematik, harus dilengkapi denga peralatan yang dapat mengumpulkan increment dan menghasilkan sepasang sample A dan B. Peralatan yang dapat memeriksa presisi dan bias Alat pemeriksaan presisi dan bias adalah sebagai berikut (Lampiran 5-7) :



M 8100 -1992



(1) Bila sampling baru dan persiapan alat telah terinstal, bila bagian utama telah dibuat kembali, atau bila kelas baru untuk particulate material yang belum ditangani terakhir diambil, pengujian bias dan presisi diperiksa apa harus dilakukan. (2) Untuk pemeriksaan sampling presisi, perlu untuk mengambil sedikitnya 2n increment dari lot. Catatan : n berarti jumlah increment yang ditentukan setiap standar. (3) Adanya bias berkaitan dengan presisi peralatan yang ditentukan dalam setiap standar yang sesuai dengan lampiran 6 dan lampiran 7. Bias sampler dapat diperiksa dengan membandingkan sampling dari stopped conveyor. (4) Presisi dan bias harus diperiksa dengan seluruh alat dan diperiksa pada setiap bagian alat. (5) Pemeriksaan percobaan untuk presisi dan bias sampling persiapan alat harus dilakukan dengan kondisi yang sama. Catatan : Sampling dari stopped conveyor : increment diambil dari tempat yang ditentukan sebagai bahan particulate yang memiliki arus lebar penuh yang memenuhi kuantitas tetap ditentukan oleh masing-masing standar dan panjang tidak kurang dari 3 kali ukuran partikel maksimum, dan lebar tidak kurang dari 30 mm. Pada kasus ini, frame untuk sampel harus ditempatkan pada conveyor dengan bersebrangan full flow width, dan bahan particulate pada frame ini diambil. Misalnya, bahan particulate ditangkap dari sisi kiri frame tempat masuknya sampel dan bahan partikulate ditangkap dari sisi kanan frame tempat keluarnya sampel. Pengoperasian peralatan sampling dan preparasi Pengoperasian alat sampling dan preparasi sebagai berikut : (1) Alat dioperasikan untuk memenuhi kondisi 5. dan 6. pada standar. (2) Alat sampling dan preparasi harus diawasi setiap saat pada semua tahap sampling dari lot dan preparasi sample untuk mempertahankan control yang bagus. Bila alat rusak atau tidak dapat berfungsi, akan didesain menjadi alat cara manual. Catatan : Sampel diambil dengan cara manual dengan pemisahan dari sample yang diambil dari metode mekanis. Tindakan darurat Regulasi untuk tindakan darurat sebagai berikut :



M 8100 -1992



(1) Bila alat rusak atau bagian partikel bahan (misalnya, bijih yang lengket) ditangan, metode alternative sampling harus diterapkan. Misalnya, increment diambil dengan sampler yang dapat dianglut dengan alat yang telah dipersiapkan sebelumnya (conveyor pendek atau truk penerima) sehingga preparasi sample dapat dilakukan dengan tangan. Selanjutnya, kecuali sample untuk kadar kelembaban. Sample dapat dipersiapkan dengan alat preparasi setelah pengeringan. (2) Bagian utama alat harus baik sehingga dapat dibuat pengoperasian secara terpisah. Catatan : Bila timbul masalah pada alat atau bila terdapat cacat fungsional, perbaikan kecepatan alan mudah dilakukan. Pencegahan sample dari kontaminasi dan bias Pencegahan sample dari kontaminasi dan bias dilakukan dengan : (1) Alat harus dibuat setiap bagian dimana sample bebas dari bias dan kualitas sample bebas dari perubahan kimia atau fisik dengan bahan yang digunakan. (2) Agar terbebas dari bias dalam mengambil increment, sampler selama pemakaian harus dikonfirmasi apakah desain dasar diamati apa tidak. (a)



Ada tidaknya limpahan atau tumpahan dari sample. Tetapi, tidak akan ada penghamburan particulate material yang sangat halus.



(b)



Ada tidaknya clogging pada sampler.



(c)



Ada tidaknya halangan dari aliran sample yang melewati sampler.



(d)



Sampler harus tipe pembersih diri dan didalam sampler bebas dari kandungan sample.



(e)



Ada tidanya kontaminasi yang berada didalam sampler bebasa dari bahan asing selain sample.



(f)



Ada tidaknya perubahan kualitas sample selama sampling dengan sampler. Misalnya, penumbukan pada sample untuk ukuran partikel dan perubahan dalam kadar kelembaban dapa sample kadar kelembaban.



(3) Setelah pengambilan muatan sample atau sebelum pengambilan bongkaran sample, pengambilan tidak mempengaruhi kualitas lot. Jika tidak dapat diikuti, misalnya, metode koreksi yang disepakati antara pihak-pihak yang bersangkutan dengan pengiriman yang diterapkan bila penyemprotan air pada kargo untuk menghilangkan debu saat melepas bebas air dari lot.



Pembersihan dan pemeliharaan



M 8100 -1992



Pembersihan dan pemeliharaan mengikuti : (1) Alat harus mudah diakses di segla tempat, sehingga memudahkan pemeriksaan, cukup membersihkan, memperbaiki atau memeriksa percobaan. (2) Setelah selesai menangani satu lot, bersihkan bagian utama dari alat oleh air bersih, keringkan dan unoily kompresi udara, atau oleh debu. Bila air bersih telah digunakan, alat yang harus cukup kering sebelum penggunaan berikutnya. Bila lot berubah, cukup mengambil sejumlah particulate dari bahan lot yang dimaksudkan, maka hendaklah mengaliri semua alat sistem dan menghapus setiap potensi contaminant. 3.



Peralatan Mekanik Sampler



Lokasi instalasi Sampler untuk mengambil increment harus diinstal pada tempat dimana melalui seluruh jumlah lot. Sampler harus diinstal mendekati tempat fasilitas bongkar muat langsung sebelum atau langsung setelah ditimbang. Tipe sampler 1.



Ada beberapa jenis samplers yang berbeda dalam bentuk dan metode operasi. Kemudian, jenis yang sesuai harus dipilih sesuai dengan tujuan sampling, instalasi ruang, dengan spesifikasi konveyor untuk diinstal (jumlah transportasi, lebar dari belt, kecepatan sebuah belt, dll), dan particulate properti dari bahan-bahan yang akan diangkut.



2.



Sebuah contoh diambil dari partikel bahan, Lampiran 2 Gambar.1 informatif dan Lampiran 2 referensi Tabel 1 menunjukkan jenis parasut cutter, jenis cutter backet, jenis swing arm, jenis cutter feeder, jenis pengikis dan tipe diverter untuk mengambil arus lebar. Samplers dari jenis lainnya dari jenis yang tidak akan digunakan kecuali jika bias tidak dikonfirmasi.



Fungsi sampler Increment  sebaiknya diambil dari bahan particulate yang jatuh. Struktur harus sedemikian rupa sehingga bagian depan dan belakang sampler berakhir pada tempat yang sama dan particulate material jatuh dari total lintas bagian yang diambil vertikal pesawat ke aliran bahan particulate vertikal atau dalam edaran dengan rata-rata dari tempat aliran particulate material. Lebar bagian pembuka sampler



M 8100 -1992



Bentuk bagian terbuka dari sampler akan paralel atau radial dan lebar (A Lampiran 2 Gambar 1) tidak kurang dari 3 kali ukuran partikel maksimum. Namun, bahkan bila kemudian bagian terbuka lebar tidak kurang dari 3 kali ukuran partikel maksimum, kelas tertentu particulate material (misalnya, bijih lengket) adalah bagian bahaya sebaiknya harus diperbesar walaupun spesifikasi di atas untuk menghindari bias dipertimbangkan dalam laju kecepatan cutter, kecepatan belt dan kondisi partikel bahan. Ukuran sampler Jenis cutter ember sampler eksklusif dari jenis cutter shute sampler, menjadi ukuran yang jumlah keseluruhan increment bisa diterima sehingga bebas dari overflow dalam mengambil atau hilangnya sampel relatif terhadap laju kecepatan dari arus cutter dan laju aliran partikel bahan. Sampler harus diukur dalam pengambilan sampel tidak kurang dari yang ditentukan massa. Kecepatan jalannya sampler Kecepatan jalannya sample harus didesign dengan kecepatan antara ± 5 % dalam toleransi ketika pengambilan increment. Laju kecepatan cutter ditentukan bebas dari bias sesuai dengan kecepatan belt conveyor dan laju aliran partikel bahan. Lampiran 2 Gambar 1. Contoh Tipe Sampler



M 8100 -1992



M 8100 -1992



Informatif referensi : tipe sampler divertor adalah sampler dengan pengambilan penimbangan yang diperlukan sejumlah sample dalam skala hopper dengan pengoperasian kedua conveyor dan switchover dumper, stelah pemindahan tingkat particulate material tertentu yang mengalir pada bahan conveyor utama sebagai second conveyor dengan penggunaan diverter. Sampler ini cocok pada pengambilan sampel dari conveyor dengan kapasitas yang besar.



M 8100 -1992



Lampiran 2 Informasi Referensi Tabel 1. Tabel Comparative Karakteristik Sampler



Peralatan untuk persiapan sample. Susunan alat untuk preparasi sample Susunan alat untuk preparasi sample meliputi : (1) Alat preparasi sample mekanik harus didesign sehingga mampu memperiapkan setiap increment, setiap sub-sampel atau setiap gross sample sesuai dengan spesifikasi 6. pada standar. (2) Penanganan alat increment harus didesign dengan



cukup hati-hati untuk



menghindari penyemprotan sampel melewati tahap dari tempat sampling dengan



M 8100 -1992



ukuran partikel alat pengujian atau alat preparasi sampel untuk ukuran partikel dan karakteristik fisik lainnya. Meminimalkan jumlah perpindahan tempat dan ketinggian jatuh sejauh mungkin. (3) Sampler dan alat preparasi sample mungkin dapat dipadu atau dipisahkan. Ketika berintegrasi, harus mampu memproses increment dalam waktu singkat dibandingkan interval yang mengambil increment dua kali berturut-turut yang memiliki karakteristik yang sama. (4) Alat preparasi sample harus mampu menghancurkan ukuran partikel sampel yang ditentukan lebih lanjut, serta mengurangi massa sampel yang ditentukan tanpa bias. (5) Alat untuk menghancurkan dan reduksi harus menjadi lebih kecil sehingga sampel tidak akan terkena aliran udara yang ganas. Kemudian, udara yang beredar pada alat harus dikurangi untuk menghindari hilangnya bahan lumat dan kadar kelembaban. (6) Ketika alat pemecah tahap yang terakhir tidak dapat dimasukkan dalam alat preparasi



sampel, operasi penumpasan dan tahap reduksi ini dapat dilakukan secara terpisah. (7) Setelah sample untuk kadar kelembaban diambil, pengeringan dari sampel untuk



contituent, dapat diinstal sebelum penghancuran sampel. Crusher Crusher harus sebagai berikut : (1) Berbagai kelas crushers digunakan untuk preparasi sampel yang ditampilkan dalam Lampiran 2 informatif referensi Tabel 2. Sangatlah penting untuk memilih penghancur yang memiliki waktu dan kapasitas yang sesuai untuk keras, kadar kelembaban, keadaan bergetah, ukuran partikel gerusan. Penghancur yang baik itu bebas dari clogging dan sisa dari sampel serta mudah dibersihkan, selanjutnya mampu mengganti bagian yang rusak dengan mudah. (2) Setiap tahapan penghancuran, ukuran partikel sample yang diperoleh ditentukan dari jumlah sampel yang dapat melewati saringan, sampel yang tidak diambil sehingga tetap pada saringan maka alat akan disesuaikan. (3) Bila sampel dikenakan biaya dalam penghancur, bagian sampel yang rapuh mulai digerus terlebih dahulu. Tahap penghancuran ini adalah istilah penumpasan yang preferensial. Hal ini disebabkan oleh hubungan mekanisme operasi dengan penumpasan, dan hubungan di antara akan muncul sebagai percobaan di Lampiran 2 Tabel 1.



M 8100 -1992



Bila ada korelasi antara kerapuhan dan unsur dari sampel, terdapat kemungkinan yang menyebabkan sampel menjadi bias adalah saat penggerusan oleh penghancur yang memiliki mekanisme besar preferensial crushability dan reduksi karena menjadikan sampel kurang dicampur. Lampiran 2 Tabel 1. Hubungan Antara Mekanisme Pengoperasian Crusher dan Preferential Crushability



(4) Bila bahan keras bagian penghancuran dari penghancur lebih kecil dibandingkan dengan kerasnya sampel, bagian yang cepat hancur dicampur dalam sampel sebagai impurities agar meningkat, sehingga lebih baik untuk berhati-hati pada pemilihan bahan sebelumnya dan untuk memeriksa apakah unsur kimia bebas dari bias. Selanjutnya, penghancur menyebabkan penyebaran dari kadar kelembaban (dalam sampel untuk kadar kelembaban) dan kemerosotan dari sampel oleh panas yang dihasilkan oleh gesekan.



M 8100 -1992



Lampiran 2 Informatif Referensi Tabel 2 Kinerja Berbagai Kelas Crusher



Catatan : Persentase crushable adhering air (%) bervariasi sesuai dengan sample yang ditunjukkan. Reduktor Reduktor harus sebagai berikut : (3) Contoh reduktor akan ditampilkan sebagai berikut : (a)



Tipe reduktor cutter chute. Strukturnya sama dengan sampler Lampiran 2 Gambar 1 (a)



(b)



Tipe reduktor slot belt [Lampiran 2 Gambar.2 (a)]



(c)



Tipe reduktor chain bucket [Lampiran 2 Gambar.2 (b)]



(d)



Tipe reduktor rotary cutter chute [Lampiran 2 Gambar.2 (c)]



(e)



Tipe reduktor rotary container [Lampiran 2 Gambar.2 (d)]



M 8100 -1992



(f)



Tipe reduktor rotary cone [Lampiran 2 Gambar.2 (e)]



(g)



Tipe reduktor rotary plate [Lampiran 2 Gambar.2 (f)]



(h)



Tipe reduktor mechanical carge riffle [Lampiran 2 Gambar.2 (g)]



(i)



Tipe reduktor snyder [Lampiran 2 Gambar.2 (h)]



(j)



Tipe reduktor table separator [Lampiran 2 Gambar.2 (i)]



(k)



Tipe reduktor rotary hopper [Lampiran 2 Gambar.2 (j)]



(3) Sampel reductor yang bebas dari bias akan digunakan (3) Jenis reductor cutter yang harus sesuai dengan kondisi : (a)



Pengambilan sample pertama diperlukan random sehingga tidak menyebabkan bias. Cutter yang dalam hal ini berfungsinya sebagai interlocked dengan fungsi feeder oleh nomor random generator. Jika sepanjang waktu dari pengacakan nomor yang dihasilkan oleh generator adalah nomor acak equalized ke interval waktu sampling, yang memotong (increment) pada interval waktu sampling diambil secara seragam.



(b)



Setiap tahap reduksi, pengisian bijih harus dibuat serentak oleh reduktor.



(c)



Lebar bagian pembuka pada reduktor sesuai dengan spesifikasi 3.1.4.



(d)



Kecepatan jalan cutter harus tetap (3.1.2 – 3.1.6) Lampiran 2 Gambar.2 Contoh Tipe Reduktor



M 8100 -1992



M 8100 -1992



M 8100 -1992



Alat pengering Alat pengering dilengkapi sehingga preparasi sampel untuk komponen yang dapat digunakan tanpa kesulitan. Ketika pengukuran kadar kelembaban dilakukan dengan sampel untuk kedua kadar kelembaban dan constituent, alat pengering yang harus diinstal setelah tahap pemakaian sampel untuk kadar kelembaban telah diambil. Pengeringan harus dilakukan pada suhu lebih rendah daripada suhu menyebabkan kemerosotan pada sampel. Selanjutnya, pengambilan harus tidak menyebabkan bias dari unsur kimia oleh hilangnya ultra halus bahan-bahan yang beredar oleh udara. Contoh lembar aliran sample dan alat persiapan sampel Ada beberapa kelas sampel dan alat preparasi sampel dan sulit untuk membuat flow sheet yang berguna untuk keseragaman. Lampiran 2 Gambar.3 adalah contoh alur lembar yang akan merujuk pada kasus di mana sebuah alat mekanik baru diinstal. Flow sheet Lampiran 2 Gambar.3 didasarkan pada kondisi mengikuti : Sampling berdasarkan massa Sampling utama dengan kecepatan tetap Variasi massa dari increment CV < 20 %



M 8100 -1992



Persiapan sample pengujian ukuran partikel, sample pengujian kadar kelambaban, dan sample pengujian constituent secara terpisah. Lampiran 2 Gambar.3. Diagram Alir untuk Peralatan (Contoh)



M 8100 -1992



Lampiran 3. Metode Penyelidikan Kualitas Variasi dalam Tingkat Sampling dan Sampling Sistematik 1. Ruang Lingkup Lampiran 3 ini menentukan metode untuk memeriksa kualitas variasi untuk penentuan metode sampling dalam sampling bertingkat dan sampling sistematik. 2.



Masalah Umum



2.1 Kualitas variasi Sampling bertingkat atau sampling sistematik diterapkan pada kasus dimana sampling dari bahan particulate dilakukan dari kapal atau materi penanganan perangkat, dan sampling sistematik sering diterapkan untuk kasus dimana sampling dilakukan dari permukaan atau chute of belt conveyor. Perlu untuk menentukan standar deviasi untuk penentuan metode sampling bertingkat atau sampling sistematik. Sampling bertingkat : standar deviasi lapisan Sampling sistematik : standar deviasi antara increment dalam interval sampling Pada kasus sampling sistematik, bahan particulate pada increment harus diambil interval satu stratum. Diatas dua standar deviasi yang dinyatakan oleh σw. Kualitas variasi harus diperiksa untuk setiap brand. 2.2 Kualitas karakteristik Sebagai kualitas karakteristik untuk memeriksa kualitas variasi, umumnya dipilih wakil constituent. Tetapi, kadar kelembaban, ukuran partikel, dan kualitas karakteristik lainnya juga dipilih. Standar untuk bagian kualitas variasi harus ditetapkan. 2.3 Sampling, preparasi sample, dan pengukuran Sampling, preparasi sample dan pemeriksaan pengukuran harus dilakukan sesuai dengan metode setiap standar. 2.4 Pelaksanaan penyelidikan Sampling untuk penyelidikan ini sebaiknya dimasukkan dalam pekerjaan pemeriksaan rutin. 3.



Metode Penyelidikan



Prosedur untuk memperoleh standar deviasi (σw) lapisan yang berlaku untuk sampling stratified dan sampling sistematik mengikuti : (1)



Metode divisi



M 8100 -1992



Metode divisi harus sebagai berikut : (a)



Metode 1 Bila kualitas variasi yang diperoleh dari satu lot, pisahkan lot ke dalam 10 lapisan dengan berat yang mendekati, kumpulkan increment setiap lapisan sesuai dengan metode yang ditunjukkan dalam Lampiran 3 Gambar.1-1 dan Lampiran 3 Tabel 1 dan ambil sebagai grup sub-sampel.



(b)



Metode 2 Bila kualitas variasi yang diperoleh dari beberapa jumlah lot, biarkan massa dari lot digunakan untuk penelitian yang hampir sama, membagi seluruh lot menjadi sedikitnya 10 strata hampir sama dengan massa, kumpulkan increment setiap stratum sesuai dengan metode yang ditunjukkan pada Lampiran 3 Gambar.1-2 dan Lampiran 3 Tabel 2 dan bawa ke dalam grup sub-sampel.



(c)



Metode 3 Bila penelitian pada Metode 1 dan Metode 2 mahal dan kualitas variasi yang akan diperoleh dari sejumlah besar lot massa, mengumpulkan increment di setiap lot sesuai dengan metode pada Lampiran 3 Gambar.1-3 dan Lampiran 3 Tabel 3 dan digunakan sebagai grup sub-sampel.



(d)



Metode 4 Bila increment diambil dari semua unit sampling utama ( truk atau sebagainya), mengumpulkan increment disetiap lot sesuai dengan metode pada Lampiran 3 Gambar.1-4 dan bawa ke dalam grup sub-sampel.



(2)



Jumlah increment Jumlah increment diambil dari



lot penyelidikan dengan jumlah yang sama pada



sampling harian. Bila sampling harian dilakukan kualitas variasi “kecil”, jumlah increment tidak cukup untuk memperoleh standar deviasi, jumlah increment harus ditingkatkan. a.



Pada kasus Metode 1, menentukan jumlah increment sesuai dengan metode yang ditetapkan dalam setiap standar, membagi sejumlah increment menjadi sedikitnya 10 strata dan memproduksi satu grup sub-sampel dari setiap lapisan (Lampiran 3 Gambar.1-1).



b.



Pada kasus Metode 2, menentukan jumlah increment diambil dari setiap lot sesuai dengan metode yang ditetapkan dalam setiap standar, membagi banyak ke dalam setiap strata dengan massa yang sama, dan menghasilkan satu kelompok sub-sampel. Increment yang diambil dari setiap lapisan harus sama jumlahnya (Lampiran 3 Gambar.1-2).



c.



Pada kasus Metode 3, menentukan jumlah increment diambil dari setiap lot sesuai dengan metode yang ditetapkan dalam setiap standar (Lampiran 3 gambar.1-3).



d.



Pada kasus Metode 4, menentukan jumlah increment diambil dari setiap lot dan jumlah increment diambil dari setiap unit sampling utama sesuai dengan metode



M 8100 -1992



yang ditetapkan dalam setiap standar (Lampiran 3 Gambar.1-4). Bila jumlah increment adalah nomor ganjil, tingkatkan satu increment menjadi nomor genap. (3)



Komposisi sub-sampel Komposisi sub-sampel harus sesuai dengan prosedur : a.



Menetapkan nomor increment secara berturut-turut pada satu lapisan.



b.



Mengumpulkan increment yang memiliki nomor di setiap lapisan dan digunakan sebagai sub-sampel A dan mengumpulkan increment yang memiliki nomor di setiap lapisan dan digunakan sebagai satu kelompok sub-sampel B dan merupakan pasangan sub-sampel (Lampiran 3 Gambar.2).



c.



Untuk setiap metode 1-4, siapkan k pasangan kelompok sub-sampel. Catatan : Setiap sub-sampel akan diambil tidak kurang dari 2 increment.



Lampiran 3 Gambar.1-1 Metode 1 (contoh untuk satu lot dibagimenjadi 10 strata)



Catatan : 1. Persegi panjang



▭ mewakili 1 lot dan setiap bagian



dibuat oleh patahan baris yang mewakili satu lapisan. 2. Tanda o mewakili sub-sampel 3. Catatan 1 dan catatan 2 berlaku juga untuk Lampiran 3 Gambar.1-2 dan Lampiran 3 Gambar.1-3. Lampiran 3 Gambar.1-2 Metode 2 (contoh 3 lot dibagi menjadi 12 strata)



Lampiran 3 Gambar.1-3 Metode 3 (contoh 1 lot diambil sebagai 1 stratum)



M 8100 -1992



Lampiran 3 Gambar.1-4 Metode 4 (contoh sampling bertingkat dari truk lot)



Catatan : 1. persegi panjang  mewakili unit sampling utama. 2.Tanda o mewakili sub-sampel dan tanda ● mewakili increment Lampiran 3 Gambar.2 Komposisi Sub-sampel (Contoh Metode 1)



Catatan : 1. Tanda ● mewakili increment 2. Angka diatas adalah contoh dari penelitian satu lot dan jumlah minimum yang diperlukan increment sesuai dengan setiap standar adalah 100 increment, dan 10



M 8100 -1992



kelompok sub-sampel Ai dan Bi constituting setiap subsampel oleh 5 increment yang disiapkan. (4)



Preparasi sample uji dan pengukurannya Persiapkan sample uji dari sub-sampel A dab B setiap lapisan. Gunakan sample uji untuk pengukuran kualitas karakteristik (chemical constituent, kadar kelembaban, ukuran partikel dan karakteristik fisik sebagai kualitas karakteristik).



(5)



Jumlah penyelidikan Jumlah penyelidikan telah ditentukan karena standar deviasi σw tidak dapat dikira dengan presisi bila jumlah penyelidikan kecil.



4.



a.



Pada kasus Metode 1 dan Metode 2, setidaknya diperlukan 5 kali penelitian.



b.



Pada kasus Metode 3 dan Metode 4, setidaknya diperlukan 10 kali penelitian. Perhitungan standar deviasi lapisan



Perekaman hasil pengukuran Hasil rekaman analisis kimia, penentuan kadar kelembaban, penentuan ukuran partikel dan uji fisik yang telah diukur setiap sample uji pada lembar data pada unified form (Lampiran 3 Tabel 1-3) Perhitungan Nilai perkiraan standar deviasi di lapisan dihitung berdasarkan rumus : Kisaran pasangan data : ……….



……………………………….(1)



Dimana, A



: data kualitas karakteristik sample uji yang dipreparasi dari subsampel A



B



: data kualitas karakteristik sample uji yang dipreparasi dari subsampel B



Kisaran rata-rata : ……………….…………………(2) Dimana, k



: jumlah R



Rata-rata pasangan data :



……………………….…..….(3)



M 8100 -1992



Standar deviasi lapisan : ………………….…….……….(4) Dimana,



δ*w



: nilai perkiraan standar deviasi lapisan



ns



: jumlah increment constituting setiap sub-sampel A dan B



d2



: 1.128



Catatan : 1. sebagai keputusan nilai harian kualitas karakteristik lot, nilai rata-rata ( ) yang banyak diperoleh dari rumus (5) :



……………………..…………..………..(5) 2. δ*W diperoleh dari rumus (4) termasuk standar deviasi sampling, preparasi sample dan pengukuran dan δW telah dievaluasi. Namun, nilai ini dapat digunakan untuk klasifikasi kualitas variasi pada 6. Lampiran 3 (5. Lampiran 3). Bila standar deviasi δP preparasi sampel dan standar deviasi δM pengukuran telah diketahui dan nilai δW diperlukan, harus dihitung sesuai dengan rumus berikut :



…………………………(6) 5.



Ekspresi dari Hasil (1) Pada Metode 1 dan Metode 2, diperkirakan nilai (δw) standar deviasi pada lapisan diperoleh dari haril penyelidikan oleh nilai rata-rata akar kuadrat semua δ2w. ……..…………………………..(7)



Dimana, δw H



: nilai rata-rata δw : jumlah δ2w



(2) Pada Metode 3 dan Metode 4, nilai δ2w diperoleh dari rumus (4) atau nilai δw diperoleh dari rumus (6) harus diambil sebagai nilai perkiraan standar deviasi di lapisan. 6.



Klasifikasi kualitas variasi



Kualitas variasi partikel bahan harus diklasifikasi kedalam bagian kualitas variasi “large”, “medium”, dan “small” berdasarkan nilai standar deviasi uang diperoleh dari penyelidikan.



M 8100 -1992



Catatan : Kualitas variasi memiliki kemungkinan terjadinya perubahan oleh faktor berikut : (1) Lapisan bijih dari tambang (2) Metode pertambangan (3) Metode ore dressing atau coal dressing (4) Metode stock pile dan pengiriman (5) Metode stevedoring (6) Massa lot Lampiran 3 Tabel 1 Contoh Sampling Stratifikasi pada Satu Lot (Lampiran 3 Gambar.1-1)



Lampiran 3 Tabel 2 Contoh Sampling Stratifikasi pada 4 lot (Lampiran 3 Gambar. 1-2)



M 8100 -1992



Lampiran 3 Tabel 3 Contoh Sampling Stratifikasi pada 13 lot (Lampiran 3 Gambar. 1-3)



M 8100 -1992



Lampiran 4 Metode Pemeriksaan Kualitas Variasi Sampling 2 Tahap



M 8100 -1992



1.



Ruang lingkup



Lampiran 4 ini menentukan metode untuk penelitian kualitas variasi untuk penentuan metode sampling pada sampling dua tahap. 2.



Masalah umum Kualitas variasi Kualitas variasi particulate material yang besar akan ditentukan oleh standar deviasi σ b antara unit sampling utama (misalnya, pengiriman mobil) dan dengan standar deviasi σ w antara unit sampling utama. Kualitas variasi harus diteliti setiap brand. Kualitas karakteristik Karena kualitas karakteristik untuk meneliti kualitas variasi, pemilihan yang mewakili secara umum, namun kadar kelembaban, ukuran partikel dan kualitas karakteristik lainnya harus dipilih. Sampling, preparasi sampel, dan pengukuran Sampling, preparasi sampel dan pengukuran untuk penelitian ini harus dilakukan sesuai dengan metode setiap standar. Hasil penelitian Sampling untuk penelitian ini lebih baik dimasukkan dalam pekerjaan pemeriksaan rutin.



3.



Metode penelitian



Prosedur untuk memperoleh standar deviasi σb antara unit sampling utama dan standar deviasi σw antara increment unit sampling utama ditunjukan mengikuti. Catatan : Bila jumlah unit sampling utama relatif kecil dan perlu mengambil increment dari seluruh unit sampling utama, penelitian sesuai dengan metode stratified sampling seperti yang ditentukan pada 3. (1) (d) lampiran 3. (1)



Seleksi jumlah unit sampling utama dan jumlah sampel increment Bila satu lot dibuat satu atau beberapa strata (misalnya, kereta api dalam kasus batu bara yang dikirim oleh gerbong barang), jumlah unit sampling utama (misalnya, jumlah gerbong barang) dipilih dari semua strata dan jumlah increment diambil dari setiap unit sampling utama harus ditentukan sesuai dengan prosedur berikut :



M 8100 -1992



(Prosedur 1) Bila satu lot yang dibuat dari satu atau beberapa kereta api, ambil satu kereta sebagai satu unit uji. Sebaiknya setiap kereta api massanya hampir sama. (Prosedur 2) Jumlah gerbong barang dipilih dari satu kereta (m) dapat ditentukan sesuai dengan setiap standar. Untuk pembanding, hubungan antara massa lot dan jumlah gerbong barang yang dipilh ditunjukkan dalam Lampiran 4 Tabel 1. Lampiran 4 Tabel 1. Jumlah Freight Car yang dipilih dari Satu Kereta (Contoh)



(Prosedur 3) 4 increment diambil dari setiap gerbong barang yang dipilih. (2)



Komposisi sub-sampel Semua increment diambil dari freight car harus dikumpulkan seperti yang ditunjukkan dalam Lampiran 4 Gambar.1, dan diamil 2 kelompok yang berbeda yaitu sub-sampel A dan B, dan sub-sampel C dan D.



M 8100 -1992



Lampiran 4 Gambar.1. Komposisi Sub-sampel



(3) Preparasi dan pengukuran sampel uji Persiapan sampel uji dari sub-sampel A, B, C, dan D. Pengukuran perlu dalam sampel uji kualitas karakteristik. (4) Jumlah percobaan Setidaknya 10 percobaan harus dilakukan. 4.



Perhitungan standar deviasi antara unit sampling utama dan diantara increment unit sampling utama Rekaman hasil pengukuran



M 8100 -1992



Hasil analisis kimia, pengukuran kadar kelembaban, pengukuran ukuran partikel dan uji fisik yang telah dilakukan setiap sampel uji harus dicatat pada kertas form (Lampiran 4 Tabel 2). Perhitungan Perkiraan nilai standar deviasi antar unit sampling utama dan antar increment unit sampling utama harus dihitung sesuai dengan rumus : Kisaran 2 grup data : RAB = |A - B| ...........................................................(1) RCD = |C - D| ..........................................................(2) Dimana, A, B, C, dan D : data kualitas karakteristik sampel uji dipreparasi dari subsampel A, B, C, dan D. Rata-rata data 2 grup : . ....................................(3) Dimana, xi



: nilai rata-rata data 2 grup



Standar deviasi antara unit sampling utama dan antara increment unit sampling utama : .................................................(4) .............................................(5) Dimana,



δ*w



: perkiraan nilai standar deviasi antara increment pada unit sampling utama



δb Catatan :



: perkiraan nilai standar deviasi antara unit sampling utama



1. Rata-rata nilai ( ) diperoleh dari rumus (3) yang dapat digunakan



sebagai



nilai desisi kualitas karakteristik menjadi satuan unit



percobaan. 2. Rumus (4) dan (5) didapat dari simultan ekuasi berikut :



…………………………………..(6) ……………………………..(7)



M 8100 -1992



Dimana, nW



:4



3. δ*w diperoleh dari rumus (4) termasuk standar deviasi sampling, preparasi sampel dan pengukuran dan δW diluar perkiraan. Namun, nilai ini dapat digunakan untuk mengklasifikasikan kualitas variasi (5 dan 6). Bila standar deviasi δP preparasi sampel dan standar deviasi δM pengukuran telah diketahui dan nilai δW diperoleh, δW ini harus dihitung dari rumus berikut :



………………………..(8) 4.



Bila nilai yang diperoleh dari rumus (5) atau rumus (8) menjadi negatif, baca sebagai nol.



5.



Hasil pengamatan



Nilai perkiraan σw dan σb standar deviasi diperoleh dari hasil percobaan nilai rata-rata semua akar kuadrat σw2 dan σb2. .....................



............................(9)



................................................ (10) Dimana,



6.



δw



: nilai rata-rata δw



δb



: nilai rata-rata δb



h



: jumlah σw dan σb



Klasifikasi kualitas variasi



Kualitas variasi bahan particulate diklasifikasi ke dalam bagian kualitas variasi “large”, “medium” dan “small” biasanya pada dasar nilai standar deviasi diperoleh dari percobaan.



M 8100 -1992



Lampiran 4 Tabel 2 Lot 10 Kereta



M 8100 -1992



Lampiran 5 Metode Percobaan untuk Pemeriksaan Presisi Sampel 1.



Ruang Lingkup



Lampiran 5 ini untuk menentukan metode percobaan untuk memeriksa presisi sampel. Catatan : metode ini dapat digunakan untuk memeriksa presisi dan sampel preparasi. 2.



Masalah Umum



2.1 Jumlah percobaan Tidak kurang dari 20 percobaan pada lot dengan merek yang sama harus dilakukan. Jika kurang dari 20 percobaan, percobaan yang dilakukan sedikitnya pada 10 lot. 2.2 Jumlah increment dan jumlah gross sampel Minimum jumlah increment yang diperlukan untuk percobaan ini dua kali penentuan jumlah increment. Yaitu, jikia jumlah yang dibutuhkan untuk increment sampel rutin adalah n dan satu gross sampel jumlah minimum increment yang diperlukan untuk percobaan 2n dan 2 gross sampel terdiri dari masing-masing increment yang akan diproduksi. 2.3 Preparasi sampel dan pengukuran Preparasi sampel dan pengukuran harus dilakukan sesuai dengan metode standar relevan yang ditentukan. 2.4 Pelaksana percobaan Bila metode sampling yang telah ditetapkan atau diubah selama setahun dan sebulan yang terlewati setelah terakhir dilakukan percobaan, percobaan harus dilakukan. Percobaan ini sebaiknya dimasukkan ke dalam pekerjaan pemeriksaan rutin. 3.



Metode Percobaan



1.0



Metode sampling



Pilih salah satu dari cara berikut seperti sampling bertingkat, sampling stratified, atau sampling dua tahap. (1)



Sampling bertingkat



M 8100 -1992



(a) menentukan jumlah increment (n) tergantung ukuran lot (t) dan pembagian kualitas variasi. (b) memperoleh sampling interval increment dengan membagi massa dengan lot dengan 2n. Yaitu, menjadi setara dengan ½ dari sampling interval kasus sampel rutin. (c) memulai pengambilan increment pertama diacak dan setelah itu, mengambil sampel increment tetap pada interval yang diperoleh dari (b). (d) increment ditempatkan di container 2 sampel A dan B secara bergantian dan menghasilkan gross sampel A dan B yang terdiri dari masing-masing n increment. Contoh 1. (1) bila pengiriman 19000 t batubara untuk membuat kokas dengan kadar ash 8 % oleh belt conveyor, minimum yang diperlukan (jumlah n) increment yang harus diambil adalah 40. (2) sampel pada waktu increment ditentukan adalah sebagai berikut :



(3) karena itu, increment harus diambil pada waktu 230t. Titik waktu ketika increment pertama diambill dari waktu sampel pertama 230t akan ditentukan secara acak. Jika penentuan dari waktu ke waktu pertama increment adalah 150t dari sudut awal waktu gerakan lot, yang kedua dan increment selanjutnya harus diambil masing-masing titik di waktu 380t (=150+230), 610t (=150+230x2),...dan sebagainya. 82 increment yang diambil total untuk semua lot 19000t. (4) increment disimpan pada container sampel A dan B secara bergantian, memproduksi 2 gross sampel A dan B yang terdiri dari masing-masing 41 increment (Lampiran 5 Gambar.1). Lampiran 5 Gambar.1 Contoh Sampling Bertingkat



M 8100 -1992



(2) Sampling Stratified (b)



bila jumlah (M) freight cars atau container (selanjutnya disebut sebagai “freight car”), lebih kecil dibandingkan dengan jumlah (n) dari increment yang ditentukan dari masing-masing standar, nw increment dari setiap freught car yang diambil. nwyang diperoleh sesuai dengan rumus (1) : ...............................................................(1) Kecilnya hasil yang diperoleh dari rumus (1) harus dihitung sebagai unit untuk menjumlahkan seluruhnya.



(c)



Untuk tujuan percobaan ini, 2 nw increment diambil dari setiap freight car.



(d)



2 nw increment diambil dari freight car dan membagi kedalam dua sub-sampel (Ai dan Bi) yan terdiri dari masing-masing nw secara acak.



(e)



Mengumpulkan sub-sampel Ai dan Bi untuk jumlah freight car masing-masing untuk memproduksi gross sampel A dan B. Catatan : bila setiap freight car dalam tonase berbeda, jumlah (ni) dari increment diambil dari tiap freight car yang ditentukan untuk setiap proporsi tonase. Metode ini adalah istilah “ sampling proporsional bertingkat” (contoh 3). Contoh 2. (1) Bila satu lot batubara (dressed coal, kadar abu 16.5%) adalah constituted dari 10 freight car (setiap freight car beban 30 t), persyaratan jumlah sampel minimum adalah 30, mengambil nilai kadar abu perliu dipertimbangkan.



M 8100 -1992



Oleh karena itu, jumlah increment yang diambil dari tiap freight car harus didapat dari rumus (1) sebgai berikut :



(3) Enam (=3x2) increment diambil dari setiap freight car untuk tujuan percobaan ini. (4) Enam percobaan dibagi ke dalam 2 sub-sampel yang terdiri setiap 3i increment secara acak. (5) Setiap sub-sampel Ai dan Bi pada 10 freight car dikumpulkan ke dalam 2 kelompok sampel A dan B yang terdiri dari 30 (=3x10) increment (Lampiran 5 Gambar.2).



Lampiran 5 Gambar.2 Contoh Sampling Bertingkat



Contoh 3. (1) Bila gerbong barang ores tembaga yang banyak dimuat di tiga 15 ton pengiriman mobil, dua gerbong barang 20 ton dan 30 ton satu gerbong barang yang diterima sebagai satu lot dan proporsi untuk ukuran gerbong barang, 3 increment dari 15 ton setiap gerbong barang, 4 increment dari 20 ton setiap gerbong barang, dan 6 increment dari 30 ton setiap gerbong barang diambil.



M 8100 -1992



(2)



Adapun jumlah yang dibutuhkan increment dari setiap pengiriman mobil, 6 increment (= 3x2) dari 15 ton gerbong barang, 8 increment (=4x2) dari 20 ton gerbong barang dan 12 increment (=6x2) dari 30 ton gerbong barang yang diambil. (3) Pada kasus 15 ton pengiriman mobil, 6 incremet yang dibagi menjadi 2 sub-sampel yang terdiri dari 3 increment secara acak. Dalam kasus 20 ton gerbong barang, 8 increment yang dibagi menjadi 2 sub-sampel yang terdiri dari setiap 4 increment secara acak. Dalam kasus 30 ton gerbong barang, 12 increment yang dibagi menjadi 2 sub-sampel yang terdiri dari masingmasing 6 increment secara acak. (4) Setiap sub-sampel Ai dan Bi dari semua pengiriman mobil dikumpulkan dalam 2 gross sampel A dan B.



(3) Sampling dua tahap (a) ketika jumlah pengiriman mobil constituting satu lot dari jumlah yang diperlukan increment (n) yang telah ditetapkan dalam spesifikasi masing-masing, m gerbong barang yang telah ditentukan sesuai dengan standar masing-masing akan dipilih dari lot secara acak. (b) Lebih jauh lagi, m gerbong akan dipilih secara acak dengan cara yang sama seperti (a). Catatan : freight car dipilih pada kedua waktu diduplikasi dengan freight car yang dipilih pertama kali. (c) Jumlah increment yang diperlukan sesuai dengan standar masing-masing yang relevan diambil dari pengiriman gerbong barang yang dipilih. (d) Mengumpulkan seluruh increment yang telah diambil dari m gerbong barang yang telah dipilih saat pertama kali membuat gross sampel A. (e) Mengumpulkan seluruh increment yang telah diambil dari m gerbong barang yang telah dipilih pada waktu kedua untuk membuat gross sampel B. Contoh 4 : (1) Ketika satu lot 2400 t dari bijih besi yang didapat dari delapan 30 ton pengiriman mobil dan pembagian kualitas variasi antara pengiriman mobil "kecil" dan pembagian kualitas variasi dalam



M 8100 -1992



pengiriman mobil adalah "medium", jumlah pengiriman mobil adalah 30. Oleh karena itu, pada waktu pertama dipilih 30 pengiriman mobil secara acak. (2) 30 pengiriman mobil pilih secara acak, selanjutnya. (3) Ambil 2 increment dari masing-masing 30 pengiriman mobil yang telah dipilih pada saat pertama kali dan mengumpulkan seluruh increment (60 increment) untuk membuat gross sampel A. (4) Ambil 2 increment dari masing-masing 30 pengiriman mobil yang telah dipilih pada kedua kalinya dan mengumpulkan seluruh increment (60 increment) untuk membuat gross sampel B. 3.2 Preparasi sampel dan pengukuran Mempersiapkan langkah-langkah gross sampel A dan B secara terpisah sesuai dengan cara berikut dari 1-4. (1) Metode 1 (Lampiran 5 Gambar.3) (a)



mempersiapkan 2 sampel uji (A1, A2, B1, dan B2) dari masing-masing 2 gross sampel A dan B



(b)



mengukur 4 sampel uji dua kali berturut-turut.



Informasi referensi : presisi dari setiap sampel, preparasi sampel dan pengukuran dapat diperoleh secara terpisah sesuai dengan Metode 1. Lampiran 5 Gambat.3 Preparasi Sample Metode 1



(2) Metode 2 (Lampiran 5 Gambar.4) (a)



mempersiapkan 2 sampel uji A1 dan A2 dari gross sampel, dan mempersiapkan satu sampel uji B0 dari gross sampel B.



(b)



Mengukur dua kali sample uji A1 dan mengukur sampel uji A2 dan B0 satu kali.



M 8100 -1992



Informasi referensi : presisi dari setiap sampel, preparasi sampel dan pengukuran dapat diperoleh secara terpisah oleh Metode 2. Namun, perkiraan presisi preparasi sampel dan presisi pengukuran diperkirakan lebih rendah dari yang diperoleh pada Metode 1. Lampiran 5 Gambar.4 Preparasi Sampel Metode 2



(3) Metode 3 (Lampiran 5 Gambar.5) (a)



Mempersiapkan 2 sampel uji A1 dan A2 dari gross sampel, dan mempersiapkan satu sampel uji B0 dari gross sampel B.



(b)



Mengukur semua pengujian sampel sekali.



Informasi referensi : presisi sampel dan presisi preparasi sampel dan pengukuran dapat diperoleh pada Metode 3. Lampiran 5 Gambar. 5 Preparasi Sampel Metode 3



(4) Metode 4 (Lampiran 5 Gambar.6) (a)



mempersiapkan satu sample uji dari dua gross sampel A dan B.



(b)



Mengukur 2 sampel uji sekali.



Informasi referensi : presisi keseluruhan termasuk sampel, preparasi sampel dan pengukuran dapat dilakukan sesuai dengan Metode 4.



M 8100 -1992



Lampiran 5 Gambar.6 Preparasi Sample Metode 4



4.



Data Analisis Percobaan



Metode analisis yang eksperimental data ditentukan oleh preparasi sampel dan metode pengukuran yang independen dari metode sampling. (1)



Metode 1 Menghitung presisi pada kemungkinan 95 % (selanjutnya disebut sebagai “presisi”), dari sampel. Preparasi sampel dan perhitungan sesuai dengan prosedur. (Lampiran 3 Gambar. 3 dan Lampiran 5 Tabel 2) : (a)



Mengambil 8 data yang sesuai untuk masing-masing 2 sampel uji yang dipersiapkan dari gross sampel A dan B sebagai x111, x112, x121, x122, x211, x212, x221, dan x222.



(b)



Memperoleh nilai rata-rata



dan kisaran R1 dari 2 data sampel uji.



.................................................(1)



.................................................(2) (c)



Memperoleh nilai rata-rata



dan kisaran R2 setiap 2 sampel uji A1 dan A2 ,



B1 dan B2 sesuai dengan gross sampel A dan B.



............................................(3)



M 8100 -1992



................................................(4) (d)



Memperoleh nilai rata-rata



dan kisaran R3 dari gross sampel A dan B. ..............................................(5) ..................................(6)



(e)



Memperoleh total nilai rata-rata dari semua lot dari percobaan yang telah dilakukan dan nilai rata-rata setiap R1, R2 dan R3 kisaran R1, R2 dan R3. ...........................................................(7) ........................................................(8) ........................................................(9) .........................................................(10) Dimana, k



: number lot yang telah diuji



Mendapatkan kontrol sebagai batas bawah untuk pembuatan grafik kontrol dari nilai rata-rata dan kisaran. Kontrol batas kontrol grafik



: .................................. (11)



Batas kontrol atas kontrol grafik R : ….………………………………… (12)



(f)



Dimana, A2



: 1.880



D4



: 3.267



Memperoleh nilai perkiraan (δs) dari standar deviasi sampel, nilai perkiraan (δp) dari standar deviasi preparasi sampel, dan nilai perkiraan (δ m) dari estándar deviasi pengukuran sebagai berikut : ………….…………………….……………..(13) .…………………………….(14) ……….…………………….(15)



M 8100 -1992



(g)



Memperoleh nilai perkiraaan (2δs) dari presisi sampel, nilai perkiraan (2δ p) dari presisi preparasi sampel, dan niai perkiraan (2δm) dari presisi pengukuran. Membandingkan nilai yang diperoleh 2δs dan presisi sampel yang diperlukan (βs).



(2)



Metode 2 Menghitung nilai perkiraan presisi sampling, preparasi sampel dan pengukuran sesuai dengan prosedur berikut (Lampiran 5 Gambar.4) : (a)



menunjukkan 4 data sebagai berikut : Pengambilan data yang diperoleh dari pengukuran yangtelah dilakukan dua kali pada sample A1 dari gross sampel A, sebagai x 1 dan x2. Pengambilan data oleh satu pengkuran dari sampel uji A2 dari gross sampel A, sebagai x3. Pengambilan data yang diberikan dari satu pengukuran dari sampel uji B 0 dari gross sampel B, sebagai x1.



(b)



memperoleh nilai rata-rata dari data x1 dan x2 yang didapat oleh 2 pengukuran sampel uji A1 dan kisaran R1. ……………………………..……………(16) ……..……………………………………(17)



(c)



Pilih salah satu kelompok x1 dan x3 atau kelom[ok x2 dan x3 secara acak dan mendapatkan rata-rata



dan kisaran R2. …………………………(18) ……………………………(19)



(d)



Pilih satu secara acak dari data x, x 2, dan x3 dari gross sampel A dan mendapatkan rata-rata



dari data dan x4 dari gross sampel B dan kisaran R3. .…………….(20) …..………….(21)



(e)



Memperoleh total rata-rata x dan nilai rata-rata masing-masing



dari semua lot percobaan yang telah dilakukan ,



dan



dari kisaran R1, R2, dan R3.



…………...................................................(22) ……………………………………………….(23) ………..…………………………………….(24) ………..…………………………………….(25)



M 8100 -1992



Untuk menyiapkan kontrol grafik dari nilai rata-rata dan kisaran, harus mendapatkan kontrol batas sebagai berikut : Kontrol batas dari x grafik kontrol : …………………………(26) Batas kontrol atas kontrol grafik R : .…………………………….………(27) (f)



Memperoleh perkiraan nilai standar deviasi dari sampel (δ s), perkiraan nilai standar deviasi dari preparasi sampel (δp) dan perkiraan nilai standar deviasi dari pegukuran (δm) sebagai berikut : ……..………………………….….…………(28) .…………………..……………(29) ..………………………………(30)



(g)



Memperoleh perkiraan nilai presisi sampel (2δs), presisi preparasi sampel (2δp) dan presisi pengukuran (2δm). Bandingkan 2δs yang diperoleh dengan sampel yang diperlukan presisi (βs).



(3)



Metode 3 Mustahil untuk mendapatkan perkiraan nilai sampel preparasi yang presisi dan pengukuran presisi terpisah dari metode ini. Menghitung perkiraan nilai sampel presisi dan preparasi sampel dan pengukuran presisi sesuai dengan prosedur dibawah ini (Lampiran 5 Gambar.5). (a)



Ambil data setiap satu pengukuran pada dua sampel uji A1 dan A2 disiapkan dari gross sampel A sebagai x1 dan x2. Ambil data satu pengukuran pada sampel uji B0 yang disiapkan dari gross sampel B lainnya sebagai x3.



(b)



Memperoleh nilai rata-rata



dari x1 dan x2, dan kisaran R2.



….……………………………………….(31) ………………………………………….(32) (c)



Pilih salah satu dari x1 atau x2 dan dapatkan nilai rata-rata



dari x3, dan



kisaran R3. ..………………………….(33) ……..…………………….(34) (d)



Memperoleh total rata-rata nilai rata-rata



dan



dari semua lot percobaan yang dilakukan dan



dari kisaran R2 dan R3. ……………………………………………….(35)



M 8100 -1992



………………………………………….....(36) ………………………….………………….(37) Untuk menyiapkan kontrol grafik dari nilai rata-rata dan kisaran, harus mendapatkan kontrol batas sebagai berikut : Kontrol batas dari x grafik kontrol : ………………………….…………(38) Batas kontrol atas kontrol grafik R : ……………………………………….……(39) (e)



Memperoleh perkiraan nilai standar deviasi dari sampel (δs), perkiraan nilai standar deviasi dari preparasi sampel (δp) dan perkiraan nilai standar deviasi dari pegukuran (δm) sebagai berikut : ……………………………….…………….(40) ……………….……………….(41)



(f)



Memperoleh perkiraan nilai presisi sampel (2δs), presisi preparasi sampel (2δp) dan presisi pengukuran (2δm). Bandingkan 2δs yang diperoleh dengan sampel yang diperlukan presisi (βs).



(4)



Metode 4 Setiap perkiraan nila presisi sampel, presisi preparasi sampel dan presisi pengukuran tidak dapat diperoleh



secara terpisah pada metode ini. Presisi dapat



diperoleh pada metode ini dari keseluruhan presisi (2δ SPM). Hitung perkiraan nilai seluruh presisi sesuai dengan prosedur yang ditunjukkan dibawah (Lampiran 5 Gambar.6). (a)



Memperoleh nilai rata-rata



dari data x1 dan x2, yang diperoleh dari gross



sampel A dan B, dan kisaran R. ……………………………….………….(42) …………………………….…………….(43) (b)



Memperoleh total nilai rata-rata nilai rata-rata kisaran



semua lot percobaan yang dilakukan dan



. ……………………………………………….(44) …………………………..………………….(45)



Untuk menyiapkan kontrol grafik dari nilai rata-rata dan kisaran, harus mendapatkan kontrol batas sebagai berikut : Kontrol batas dari x grafik kontrol :



M 8100 -1992



………………………………………………(46) Batas kontrol atas kontrol grafik R : ……………………………………………………(47) (c)



Memperoleh perkiraan nilai (δSPM) standar deviasi termasuk sampling, preparasi sampel dan pengukuran. …………………….………………………(48)



(d) 5.



Memperoleh perkiraan nilai keseluruhan presisi (2δSPM). Interpretasi Hasil dan Tindakan pencegahan



5.1 Interpretasi Bila semua nilai R3, R2, dan R1 diperoleh dari 4. (1) dan 4. (2) adalah batas kontrol atas dari kontrol grafik R sesuai dengan 4. (1) (e) dan 4. (2) (e), sampling, preparasi sampel dan indikasi pengukuran berada dalam kontrol negara masing-masing. Bila seluruh nilai R3 dan R2 yang diperoleh dari 4. (3) yang berada di kontrol atas dari kontrol grafik R sesuai dengan 4 (3) (d), maka sampel, preparasi sampel dan pengukuran menunjukkan bahwa mereka berada dalam kontrol negara masing-masing. Bila seluruh nilai R yang diperoleh dari 4. (4) yang berada di kontrol atas dari kontrol grafik R sesuai dengan 4 (4) (b), maka sampel, preparasi sampel dan pengukuran menunjukkan bahwa mereka berada dalam kontrol negara masing-masing. Di sisi lain, ketika beberapa nilai R3, R2, dan R1 jatuh diluar batas kontrol atas masing-masing, maka sampel, preparasi sampel dan pengukuran dalam pelaksanaan percobaan menunjukkan tidak dalam kontrol negara. Pada kasus ini, penyelidikan untuk mendeteksi penyebabnya akan dilaksanakan. Bila ada dengan penyebab yang jelas, data dikeluarkan untuk melaksanakan interpretasi diatas. Penggunaan kontrol batas yang diperoleh harus lebih baik dari eprcobaan diatas untuk interpretasi dari hasil percobaan berikut. 5.2 Tindakan pencegahan Bila presisi yang diperlukan belum tercapai, setiap standar ditetapkan relevan dimana prosedur sampel harus direvisi sebagai berikut : (1)



Periksa perubahan kualitas variasi dari nilai yang sesuai dengan karakteristik Lampiran 3 atau Lampiran 4 dan bila perubahan kualitas variasi tekah diamati dengan jelas, ambil tindakan pencegahan sebagai berikut :



M 8100 -1992



(a)



untuk sampling bertingkat atau sampling stratified, ambil sejumlah increment untuk pembagian kualitas variasi, yang lebih besar satu peringkat, dari lot.



(b)



untuk sampel dua tahap, pilih jumlah freight car sesuai pembagian kualitas variasi yang lebih besar satu peringkat, dari lot.



(2)



Untuk sampling bertingkat dan sampling stratified, jumlah (n) increment lebih dari jumlah yang diperlukan dapat diambil dari lot. Efek tindakan pencegahan yang diambil untuk meningkatkan presisi sampel ang proporsional



(3)



.



Membuat increment lebih besar. Namun, berhati-hatilah increment terlalu jauh lebih besar daripada yang diperlukan ukuran kecil yang memiliki efek pada presisi.



6.



Contoh Percobaan



Berikut adalah contoh percobaan. Dalam hal ini, bila batubara telah tiba, sampel yang telah diambil dengan metode sampling bertingkat dan percobaan yang dilakukan sesuai dengan Metode 1. Hasil percobaan akan ditampilkan pada Lampiran 5 Table 1, Lampiran 5 Tabel 2 dan Lampiran 5 Gambar.7. Lampiran 5 Tabel 1 menunjukkan rincian dan hasil percobaan. Lampiran 5 Tabel 2 menunjukkan kadar abu % dan proses perhitungan δs, δp, dan δM, dan Lampiran 5 Gambar.7 menunjukkan grafik kontrol rata-rata



, dan



kisaran R1, R2, R3. Jumlah data yang jatuh di luar batas kontrol 3σ dicatat pada kolom terendah pada Lampiran 5 Tabel 2, dan tanda * yang ditambahkan ke data sesuai dalam tabel ini. Perkiraan nilai setiap standar deviasi sampel, preparasi sampel dan pengukuran percobaan ini adalah sebagai berikut : Standar deviasi analisis



:



δM = 0.097 (kadar abu %)



Standar deviasi preparasi sampel



:



δP = 0.26 (kadar abu %)



Standar deviasi sampling



:



δS = 0.05 (kadar abu %)



7.



Metode Alternatif 1 untuk Analisis data Percobaan



Bila data tidak termasuk outlier, Metode alternatif 1 ini dapat digunakan untuk analisis eksperimental data. (1)



Metode 1 Hitung presisi sampel, preparasi sampel dan pengukuran sesuai dengan prosedur berikut (Lampiran 5 Gambar.3) :



M 8100 -1992



(a)



Mengambil 8 data yang sesuai untuk masing-masing 2 sampel uji yang dipersiapkan dari gross sampel A dan B sebagai x111, x112, x121, x122, x211, x212, x221, dan x222.



(b)



Memperoleh nilai rata-rata



dari 2 data dan kisaran R1 setiap



sampel uji. ………………………………………..(1) ………………………………….……..(2) (c)



Memperoleh nilai rata-rata



setiap 2 sampel uji A 1 dan A2, dan



B1 dan B2, yang sesuai untuk 2 gross sampel A dan B, dan kisaran R2. …………………….………………..(3) ………..…………..…………………..(4) (d)



Memperileh nilai rata-rata



gross sampel A dan B dan kisaran R3.



…..……………..……………………(5) …..……………..……………………(6) Memperoleh variansi δ12, δ22 dan δ32 dari total nilai rata-rata



(e)



seluruh lot, percobaan yang telah dilakukan, dan square sum kisaran (ΣR1, ΣR2 dan ΣR3). ………………………………….………(7) ……………………..…………(8) …………………………………(9) ………………..………………(10) ………………………………………(11) ………….……………………………(12) …………….…………………………(13) Dimana, k (f)



: jumlah lot percobaan yang telah dilakukan. Memperoleh perkiraan nilai (δS) standar deviasi sampling, (δP)



preparasi sampel, dan pengukuran adalah sebagai berikut : …………………………………………..…….(14)



M 8100 -1992



…………………………………….(15) …………………………………….(16) (g)



Memperoleh perkiraan nilai (2δS) presisi sampel, (2δP) presisi preparasi sampel dan (δM) presisi pengukuran. Bandingkan nilai yang diperoleh 2δS dengan diperlukan presisi sampling (βS).



(2) Metode 2 Hitung presisi sampel, preparasi sampel dan pengukuran sesuai dengan prosedur berikut (Lampiran 5 Gambar.4) : (a)



Indikasi 4 data sebagai berikut : Mengambil data 2 measurement sampel uji A1 disiapkan dari gross sampel A sebagai x1 dan x2. Mengambil data



satu pengkuran sampel uji A2 yang



disiapkan dari gross sampel A sebagai x3. Mengambil data satu pengukuran sampel uji B0 yang disiapkan dari gross sampel B sebagai x4. (b)



Memperoleh nilai rata-rata



data x1 dan x2 diperoleh dari dua



pengukuran sampel uji A1 dan kisaran R1. ………………………………………..(17) ………………..……………………..(18) (c)



Pilih salah satu kelompok x1 dan x3 atau x2 dan x3 secara acak dan diperoleh nilai rata-raya



dan kisaran R2. …………………………(19) ………………….………(20)



(d)



Pilih satu secara acak dari data x1, x2 dan x3 dari gross sampel A dan diperoleh nilai rata-rata



dari data x4 gross sampel B lainnya dan kisaran



R3. ………………(21) ………………(22) (e)



Memperoleh variansi δ12, δ22 dan δ32 dari seluruh nilai rata – rata dan square sum (ΣR12, ΣR22 dan ΣR32) kisaran seluruh lot dari percobaan yang telah dilakukan. ……………………………………………….(23)



M 8100 -1992



………………………………………….(24) ………………………………………….(25) …………….…………………………....(26) (f)



Memperoleh perkiraan nilai standar deviasi sampel (δ S), preparasi sampel (δP) dan pengukuran (δM) sebagai berikut : ……………..………………………………….(27) ………………………………………….(28) ………………………………………….(29)



(g)



Memperoleh perkiraan nilai presisi sampel (2δS), presisi preparasi sampel (2δP) dan presisi pengukuran (2δM). Bandingkan nilai yang diperoleh 2δS dengan presisi sampling yang diperlukan (βS).



(3) Metode 3 Hitung perkiraan nilai presisi sampel, presisi preparasi sampel dan presisi pengukuran sesuai dengan prosedur berikut (Lampiran 5 Gambar.5) : (a)



Mengambil data setiap satu pengukuran 2 sampel uji A 1 dan A2 disiapkan dari gross sampel A sebagai x1 dan x2. Mengambil data satu pengukuran sampel uji B0 disiapkan dari gross sampel B lainnya sebagai x3.



(b)



Memperoleh nilai rata-rata



dari x1 dan x2, dan kisaran R2.



………………………..…………………(30) …………….……………………………(31) (c)



Pilih satu secara acak x1 atau x2 dan memperoleh nilai rata-rata dan x3, dan kisaran R1. ……………………………(32) ………….………………(33) 2



Memperoleh variansi δ1 dan δ22 dari keseluruhan rata-rata



(d)



dan



square sum (ΣR22 dan ΣR32) kisaran seluruh lot, dari percobaan yang telah



dilakukan. …………………..………………………(34) ………………………………………..(35)



M 8100 -1992



……..………………………………..(36) (e)



Memperoleh perkiraan nilai standar deviasi (δS) sampling dan (δM) preparasi sampel dan pengukuran sebagai berikut : ……………………………………………(37) …………………….…………………(38)



(f)



Memperoleh perkiraan nilai (2δS) presisi sampel dan (δPM) preparasi sampel dan presisi pengukuran. Bandingkan nilai yan diperoleh 2δS dengan presisis sampling yang diperlukan (βS).



(4) Metode 4 Hitung keseluruhan presisi termasuk presisi sampel, presisi preparasi sampel dan presisi pengukuran sesuai dengan prosedur berikut (Lampiran 5 Gambar.6) : (a)



Memperoleh rata-rata nilai



dan kisaran setiap data x1 dan x2 dari



gross sampel A dan B, kisaran R. ……………………..………………(39) ……….………………………………(40) (b)



Memperoleh perkiraan nilai standar deviasi termasuk sampling, preparasi sampel dan pengukuran dari seluruh rata-rata



dan square sum



kisaran (ΣR22) lot dari percobaan yang telah dilakukan. …………………………………………..(41) ……………………………………..(42) (c) 8.



Memperoleh perkiraan nilai 2δSPM keseluruhan presisi.



Metode Alternatif 2 untuk Analisis Data Percobaan



Metode alternatif untuk analisis data percobaan ditunjukkan dalam Lampiran 5 Gambar.4 dan Gambar. 5 ditetapkan disini. (2)



Metode alternatif 2 untuk analisis data percobaan pada Lampiran 5 gambar. 4. (a)



Memperoleh



dari x1 i dan x2 i :



M 8100 -1992



………………………….……………..(1) ……………………………….……………..(2) (b)



Memperoleh xA1i dari x1i dan x2i : …………………………….………..……(3)



(c)



Memperoleh



dari xA1i dan x3i : ………………………..…….……….(4) ………………………………….……….(5)



(d)



Memperoleh xAi dari xA1 i dan x3 i : ……………………….………….…….(6)



(e)



Memperoleh



dari xAi dan x4i : ……………………………..…………..(7) ………………………….….…….………….(8)



(f)



Memperoleh perkiraan nilai standar deviasi (δS) sampling, (δP) preparasi sampel, dan (δM) pengukuran sebagai berikut : ……………………………………………….(9)



…………………..……….(10)



……………………………(11) (2)



Metode alternatif 2 untuk analisis data percobaan pada Lampiran 5 gambar. 5. (a)



Memperoleh



dari x1i dan x2i : …………………………………………(12) ………………………………..……………(13)



(b)



Memperoleh x4i dari x1i dan x2i : ……………………………………………(14)



(c)



Memperoleh



dari xAi dan x3i :



M 8100 -1992



………………….………….………...(15) ………………………………...…………..(16) (d)



Memperoleh perkiraan nilai standar deviasi (δS) sampling dan (δPM) preparasi sampel dan pengukuran sebagai berikut : ……………………..…………….………..(17) ……………….…………..(18) Lampiran 5 Tabel 1. Pemeriksaan catatan percobaan presisi sampel



M 8100 -1992



Lampiran 5 Gambar.7. Contoh Grafik Kontrol Rata-rata dan Kisaran (Kadar abu %)



M 8100 -1992



M 8100 -1992



M 8100 -1992



M 8100 -1992



Lampiran 6. Metode Percobaan Pemeriksaan Bias Sampling 1.



Ruang Lingkup



Lampiran 6 ini menentukan metode percobaan untuk memeriksa keberasaan bias dari sampel. 2. (1)



Keadaan Umum Dalam metode percobaan, hasil yang diperoleh dari metode yang akan diperiksa (disebut sebagai Metode B) akan dibandingkan dengan hasil metode referensi (disebut sebagai Metode A) yang dianggap praktis untuk memproduksi hasil dilihat dari teknisa dan nilai empiris.



(2)



Jika teleh dinilai bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara hasil yang diperoleh dari Metode B dan A, metode B mungkin diadopsi sebagai metode rutin seperti yang telah disepakati antara pihak-pihak yang bersangkutan dengan pengiriman. Catatan : apakah perbedaan antara hasil Metode A dan Metode B karena kesalahan, yakni, apakah ada perbedaan statistik antara diverifikasi oleh t verifikasi (uji satu sisi) dengan tingkat signifikan sebesar 5 % untuk menentukan keberadaan bias.



(3)



Jumlah lot tidak kurang dari 20. Jumlah yang diperlukan dalam percobaan akan ditentukan dengan standar deviasi dari perbedaan berdasarkan 20 percobaan seperti yang ditentukan dalam 4. dan nilai (δ) bias terdeteksi. Catatan : nilai bias (δ) untuk mendeteksi ditetapkan sebagai kesepakatan antara pihakpihak yang bersangkutan dengan pengiriman dengan memperhatikan presisi dari metode sampling, metode preparasi sampel dan metode pengukuran, yang telah diadopsi dari segi teknis dan ekonomis. Bila tidak ada kesepakatan, nilai ½ dari keseluruhan presisi (βSPM) sebagai satu standar yang digunakan sebagai nilai (δ) bias yang terdeteksi.



(4)



Di antara unsur kimia, kadar kelembaban, ukuran partikel dan berbagai macam karakteristik fisik akan digunakan.



(5)



Metode analisis data percobaan yang telah disebutkan dalam standar ini dapat diterapkan untuk perbedaan antara hasil yang memuat titik tertentu dan banyaknya titik pemakaian.



M 8100 -1992



3.



Metode Sampling dan Preparasi Sampel



3.1 Sampling Contoh Metode A dan Metode B diperiksa ditampilkan dibawah ini : Contoh 1. Sampling belt Metode A : metode untuk mengambil dari setiap increment belt conveyor berhenti di suatu tempat yangpenuh arus lebar tidak kurang 3 kali ukuran partikel maksimum dan setidaknya tidak kurang dari lebar 30 mm. Catatan : pelaksanaan metode ini memerlukan peralatan belt conveyor yang cukup panjang dan cocok untuk bekerja. Metode B : metode untuk mengambil increment dari setiap tempat dipilih secara dengan arus penuh lebar belt. Contoh 2. Sampling mekanik Metode A : metode untuk mengambil setiap increment sesuai dengan Metode A Contoh 1. Metode B : metode untuk mengambil setiap increment dari perpindahan belt conveyor dengan sampler mekanik. Contoh 3. Grab sampling Metode A : metode untuk mengambil setiap increment dengan Metode A Contoh 1. Metode B : metode untuk mengambil setiap increment secara acak dari grab. Contoh 4. Freight car Sampling Metode A : metode untuk megambil setiap increment sesuai dengan Metode A Contoh 1. Metode B : (1) metode untuk mengambil setiap increment dengan SASI (sharpedged tube- shaped sampler) atau boring sampler dari permukaan atau bahan kasar pada freight car. (2) metode untuk mengambil setiap increment secara acak dari permukaan yang baru muncul di freight car selama muatan atau pemakaian dari freight car. Contoh 5. Container sampling Metode A : metode untuk mengambil seluruh jumlah container yang dipilih pada tahap pertama dari dua tahap sampling sebagai sampel. Metode B : metode untuk mengambil increment masing-masing secara acak dari container yang dipilih pada tahap pertama dari dua tahap sampling.



M 8100 -1992



Contoh 6. Ship hold sampling Metode A : metode untuk mengambil increment masing-masing sesuai dengan Metode A pada Contoh 1. Metode B : metode untuk mengambil increment dari setiap tempat segera setelah stevedoring di kapal. Contoh 7. Reduksi Sampel Kadar Kelembaban Metode A : metode sesuai dengan increment reduksi. Metode B : Metode dengan reduktor. 3.2



Preparasi sampel Metode yang constituting, preparasi sampel dan metode



pengukuran dari sepasang gross sampel harus sebagai berikut : (a)



mengumpulkan increment yang diambil dari Metode A dan Metode B dari satu lot merupakan sepasang gross sampel A dan B.



(b)



melakukan preparasi sampel gross sampel A dan B secara terpisah dengan cara yang sama dan mengukur sepasang data yang diperoleh.



(c)



Melakukan percobaan untuk sekurangnya 20 lot atau untuk sejumlah lot yang diperlukan. Catatan : Bila increment sesuai dengan Metode A dan Metode B diambil dari tempat yang dekat satu dengan yang lain, harus dilakukan preparasi sampel dan pengukuran untuk setiap increment, berturut-turut. Untuk



pemeriksaan



sampel



bias,



harus



lebih



baik



untuk



membandingkan dan memeriksa data yang tidak kurang dari 20 pasang. Dalam



hal



ini,



harus



banyak



membandingkan



pasangan



sehingga



mencangkup banyak merk. Namun, hasil dari increment daro gross sampel tidak dapat dilakukan dalam kombinasi. Salah satu dari dua cara ini harus diambil. 4.



Analisis Data Percobaan



Metode analisis data percobaan harus sebagai berikut : (1)



Penentuan perbedaan standar deviasi (a)



mengambil data i-th yang diperoleh sesuai dengan Metode A sebagai xAi dan i-th data yang dieproleh sesuai dengan Metode B sebagai xBi.



(b)



Hitung perbedaan (di) xAi dan xBi dengan mengikuti :



M 8100 -1992



………….……….(1) (c)



Hitung rata-rata nilai (đ) perbedaan satu tempat desimal lebih yang digunakan dalam pengukuran data : ……………………………………….(2)



(d)



Hitung square sum perbedaan (SSd) dan standar deviasi (sd). …………………..……….(3) ……………………………….(4)



(2)



Penentuan jumlah (nr) lot yang diperlukan Hitung standardisasi bias (D) sesuai dengan rumus berikut : …………………………….….……….(5) Berikutnya, nr1 sesuai untuk menentukan nilai dari D dari Lampiran 6 Tabel 1. Bila nr1 20 atau dibawahnya, untuk menyimpulkan (3). Bila nr1 lebih besar dari 20, lakukan percobaan (nr1-20) lot dan dapatkan sd dan D data dari nr1, dan sekali lagi, dapatkan nr2 sesuai dengan Lampiran 6 Tabel 1. Bila nr2 adalah nr1 atau dibawahnya, untuk menyimpulkan (3). Bila nr2 lebih bedar dari nr1, lakukan percobaan lot (nr2-nr1). Ulangi prosedur ini hingga nrj menjadi nr(j-1) atau dibawahnya. Dimana, nrj, j = 1, 2, …, j adalah nr yang telah didapatkan di j-th waktu.



(3)



Verifikasi Hitung nilai t0 ke tiga desimal dari empat desimal sesuai dengan rumus berikut : ………………..……………………(6) Bila nilai absolut t0 lebih kecil dari nilai t sesuai dengan k Lampiran 6 Tabel 2, perbedaan tidak signifikan dan nilai Metode B yang diadopsi sebagai metode rutin.



M 8100 -1992



Lampiran 6 Tabel 1. Tabel Hubungan Antara D dan nr



Lampiran 6 Tabel 2. Nilai t tingkat signifikan 5 %



M 8100 -1992



5.



Contoh Percobaan



5.1 Nilai Numerik Contoh 1



Nilai numerik contoh ditunjukkan pada Lampiran 6 Tabel 3



adalah hasil percobaan mekanis pada sampler yang telah dilaksanakan sesuai dengan 3.1 contoh 2 Lampiran 6 untuk bijih besi. Ukuran bias yang dideteksi diambil sebagai kadar besi total = 0.2 % sesuai antara kesepakatan pihak-pihak yang bersangkutan dengan pengiriman. Lampiran 6 Tabel. 3 Nilai Numerik Contoh 1



M 8100 -1992



Memperoleh nr = 28 dari Lampiran 6 Tabel 1. oleh karena itu, melakukan 8 pasang percobaan lebih lanjut, jalankan verifikasi perbedaan yang signifikan pda semua data 28 pasangan. 5.2 Nilai Numerik Contoh 2



Nilai numerik contoh ditunjukkan pada Lampiran 6 Tabel 4



adalah hasil percobaan mekanis pada sampler yang telah dilaksanakan sesuai dengan 3.1 contoh 2 Lampiran 6 untuk bijih besi. Ukuran bias yang dideteksi diambil sebagai kadar besi total = 0.1 % sesuai antara kesepakatan pihak-pihak yang bersangkutan dengan pengiriman. Lampiran 6 Tabel 4 Nilai Numerik Contoh 2



M 8100 -1992



Memperoleh nr = 13 dari Lampiran 6 Tabel 1. Oleh karena itu, k = 20 mencukupi untuk percobaan ini.



Memperoleh t = 1.729 sesuai dengan k = 20 dari Lampiran 6 Tabel 2. Oleh karena itu, keyakinan koefisiensi adalah 95 % dan bias total kadar besi < 0.1 %, dan Metode B dapat diadopsi sebagai metode rutin.



M 8100 -1992



5.3 Nilai Numerik Contoh 3 Nilai numerik contoh ditunjukkan pada Lampiran 6 Tabel 5 adalah hasil percobaan mekanis pada sampler yang telah dilaksanakan sesuai dengan 3.1 contoh 2 untuk bijih besi. Ukuran bias yang dideteksi diambil sebagai kadar besi total = 0.15 % sesuai antara kesepakatan pihak-pihak yang bersangkutan dengan pengiriman. Lampiran 6 Tabel 5. Nilai Numerik Contoh 3



Memperoleh nr = 6 dari Lampiran 6 Tabel 1. Oleh karena itu, jumlah pasang data k = 20 mencukupi untuk percobaan ini.



Memperoleh t = 1.729 sesuai dengan k = 20 dari Lampiran 6 Tabel 2. Oleh karena itu, Metode B termasuk bisa signifikan, sehingga countermeasure harus diambil untuk pengecualian bias.



M 8100 -1992



5.4 Nilai Numerik Contoh 4 Nilai munerik contoh ditunjukkan pada Lampiran 6 Tabel 6 adalah hasil percobaan pengaruh dari ukuran dan massa partikel dari sampel uji kelembaban mengenai kadar kelembaban kandungan besi. Dalam percobaan ini, sampel 1 kg dengan ukuran partikel yang tidak lebih dari 10 mm (Metode B) dan sampel 5 kg dengan ukuran partikel yang tidak lebih dari 22.4 mm (Metode A) telah dibandingkan. Ukuran bias terdeteksi menjadi kadar kelembaban = 0.3 % sesuai antara kesepakatan pihak-pihak yang bersangkutan dengan pengiriman. Lampiran 6 Tabel 6. Nilai Numerik Contoh 4



Memperoleh nr = 13 dari Lampiran 6 Tabel 1. Oleh karena itu, jumlah pasang data k = 20 mencukupi untuk percobaan ini.



M 8100 -1992



Memperoleh t = 1.729 sesuai dengan k = 20 dari Lampiran 6 Tabel 2. Oleh karena itu, keyakinan koefisiensi adalah 95 % dan bias total kadar besi < 0.30 %, dan Metode B dapat diadopsi sebagai metode rutin.



Lampiran 7. Metode Percobaan untuk Memeriksa Bias dan Presisi dari Reduktor 1.



Ruang Lingkup



Lampiran 7 ini menentukan metode percobaan untuk memeriksa keberadaan bisa dan presisi dari reduktor termasuk riffle sampler.



M 8100 -1992



2.



Keadaan Umum



(1)



untuk metode percobaan, Metode 1 mengambil unsur kimia sebagai nilai karakteristik, Metode 2 mengambil ukuran partikel sebagai nilai karakteristik dan Metode 3 mengambil kadar kelembaban sebagai nilai karakteristik yang telah dilakukan. (a)



pada kasus Metode 1 mengambil unsur kimia sebagai nilai karakteristik, hasil analisis sampel dibuang dibagi dengan reduktor untuk memeriksa bias dan presisi dan hasil analisis sampel akan berkurang. Catatan : pada metode ini, percobaan dilakukan mengenai sampel discarded tidak berbeda dari sampel sebelum reduksi.



(b)



Pada kasus Metode 2 mengambil ukuran partikel sebagai nilai karakteristik, hasil penyaringan sampel sebelum pengurangan dan hasil pemeriksaan dari sampel harus dikurangi untuk dibandingkan. Catatan : 1. pada metode ini, jumlah sampel discarded dan sampel direduksi harus diambil sebagai sampel sebelum reduksi. 2. presisi pada reduksi tidak dapat tergenggam oleh metode ini. 3. dua kelas saringan besar dan kecil ditetapkan dalam 3.2 (1) yang digunakan.



(c)



Pada kasus Metode 3 mengambil kadar kelembaban sebagai nilai karakteristik, yang diukur dari hasil sampel sebelum pengurangan dan diukur hasil sampel yang akan dikurang untuk dibandingkan. Catatan 1. pada metode ini, sampel yang diambil oleh sebagian pengurangan increment sebelum pengurangan dengan reduktor diambil sebagai sampel sebelum reduksi. 2. presisi pada reduksi tidak dapat tergenggam oleh metode ini.



(2)



Bila ada keputusan hal-hal berikut, reduktor yang telah diperiksa dapat digunakan sehari-hari. (a)



apabila keputusan sesuai dengan Metode 1 bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara statistik hasil sampel dibuang (A) dan hasil sampel dikurangi (B).



(b)



apabila keputusan sesuai dengan Metode 2 bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara statistik hasil sampel sebelum reduksi (A) dan hasil sampel direduksi (B).



(c)



apabila keputusan sesuai dengan Metode 3 bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara statistik hasil sampel sebelum reduksi (D) dan hasil sampel direduksi (B)



(3)



Jumlah sampel tidak lebih dari 20 setiap metode.



M 8100 -1992



Jumlah percobaan yang diperlukan akan ditentukan oleh standar deviasi dari perbedaan berdasarkan 20 percobaan sebagaimana ditentukan dalam 4. Lampiran 6 dan nilai (δ) bias yang terdeteksi. Catatan : 1. tidak perlu selalu mengambil sampel dari lot yang sama. 2. nilai (δ) bias yang terdeteksi dintentukan sesuai dengan persetujuan antara pihak-pihak yang bersangkutan dengan pengiriman menjadi pertimbangan presisi dari metode preparasi sampel dan metode pengukuran yang diadopsi dari teknis dan ekonimis. 3. jika tidak ada kesepakatan diantara mereka, nilai ½ dari preparasi sampel dan presisi pengukuran (βPM) dapat digunakan sebagai nilai (δ) bias yang terdeteksi sebagai acuan. 3. Metode Percobaan 3.1 Metode 1 (1) Sampel diabi ke dalam sampel direduksi (B) dan sampel dibuang (A) dengan reduktor untuk memeriksa bias. (2) Menyiapkan sampel direduksi (B) dan sampel dibuang (A) secara terpisah dan dan memproduksi masing-masing 2 sampel uji B1 dan B2 dan selanjutnya A1 dan A2. Catatan : 1. constituent sampel uji harus disiapkan dengan increment metode reduksi setelah penghancuran seluruh jumlah sampel yang cukup untuk ukuran partikel untuk meminimalkan kesalahan reduksi. 2. bila bias diperiksa, masing-masing sampel uji harus cukup untuk sampel direduksi dan sampel discharged. (3) Mengambil data yang diperoleh dari analisis 4 sampel uji sebagai x i11, xi12, xi21 dan xi22 berturut-turut (Lampiran 7 Gambar. 1). Lampiran 7 Gambar.1



M 8100 -1992



3.2 Metode 2 (1) Mempersiapkan 2 kelas penyaringan (besar dan kecil) untuk percobaan. Untuk saringan yang besar memiliki kecepatan sama, pilih saringan yang memiliki



kecepatan yang



sama besar sehingga akan menjadi sekitar 10 % dari sampel ketika pemeriksaan sampel. Untuk saringan kecil memiliki kecepatan sama, pilih saringan yang memiliki kecepatan sama agar ukuran menjadi sekitar 20 % dari sampel. Catatan : saringan, setelah dipilih sekali, tidak boleh diganti selama percobaan. (2) Bagi sampel kedalam sampel direduksi (B) dan sampel dibuang (A) dengan reduktor untuk memeriksa bias. (3) Saring sampel ini secara terpisah oleh 2 jenis saringan (besar dan kecil) yang dipilih dalam (1), mengukur besarnya massa pada saringan besar yang memiliki kecepatan sama, dan masing-masing sebagai xi1 dan xi2. Disisi lain, mengukur massa dari ukuran saringan kecil memiliki kecepatan sama, dan mengambil sebagai y i1 dan yi2 (Lampiran 7 Gambar.3). (4) Selanjutnya, memperoleh persentasi massa (%) yang terlalu besar pada saringan besar untuk sampel (C) sebelum reduksi dan sampel direduksi (B), dan sebagau x i1 dan xi2 berturut-turut. Disisi lain, memperoleh persentase massa (%) yang terlalu besar untuk lubang saringan kecil dan sibawa sebagai yi1 dan yi2 (Lampiran 7 Gambar.3).



Lampiran 7 Gambar. 2



M 8100 -1992



Lampiran 7 Gambar. 3



3.3 Metode 3 (1) Mengambil sebagian sampel sebelum pengurangan (D) dari sampel oleh penurunan increment. (2) Kumpulkan semua jumlah sampel yang tetap (1) dibagi ke dalam sampel direduksi (B) dan sampel dibuang (A) dengan reduktor untuk memeriksa bias. (3) Menyiapkan sampel sebelu reduksi (D) dan sampel direduksi (B) secara terpisah, dan memproduksi setiap satu sampel uji kadar kelembaban berturut-turut. Catatan : untuk mencegah penyebara isi dari kadar kelembaban selama proses preparasi sampel, sampel disiapkan secepatnya.



M 8100 -1992



(4) Setelah selama 2 sampel uji kadar kelembaban untuk massa konstan, memperoleh kadar kelembaban % dengan mengukur kerugian pada pengeringan, dan dibawa masing-masing sebagai xi1, xi2 (Lampiran 7 Gambar.4). Lampiran 7 Gambar.4



4.



Analisis Data Percobaan



4.1 Metode 1 4.1.1 Interpretasi Bias (1) Hasil percobaan Hasil percobaan ditunjukkan mengikuti Lampiran 7 Tabel 1.



M 8100 -1992



Lampiran 7 Tabel 1. Hasil Percobaan Metode 1



(2) Penentuan Perbedaan Standar Deviasi Hitung perbedaan (di) antara pasangan data yang sesuai dengan Lampiran 7 Tabel 1. …………..………….(1) Hitung rata-rata nilai (đ) perbedaan satu tempat desimal dari data yang diukur : ……………..……….(2) Hitung square sum (SSd) perbedaan standar deviasi (sd) : …………………………………..(3) ……………………………………..(4) (3) Penentuan Jumlah Sampel yang diperlukan (nr) Penentuan jumlah sampel (nr) sesuai dengan 4. (2) Lampiran 6. (4) Verifikasi



Memverifikasi sesuai dengan 4 (3) Lampiran 6 dan tentukan keputusan



perbedaan yang signifikan. Catatan : bila hanya menginterpretasikan bias, masing-masing pengukuran pada sampel direduksi dan sampel discharded. Bila xi11 dan xi21 telah diukur, t verifikasi (uji satu-sisi) dilakukan sesuai dengan (1) sampai (4) dengan mengambil di = xi21 - xi11 4.1.2 Interpretasi Presisi Hitung rata-rata nilai



dan



setiap pasang data xi11 dan xi12 dan selanjutnya, xi21 dan xi22



pada Lampiran 7 Tabel 1, dan kisaran R1 : …………………….…………(5) ………………………(6) ………………….…(7)



M 8100 -1992



Hitung kisaran R2 pada



dan



: ………………………………………(8)



Hitung rata-rata nilai



dan



kisaran R1 dan R2 berturut-turut pada semua sampel



percobaan yang telah dibuat : …………………………….……………….(9) ……………………………………………(10) Selanjutnya, perkiraan presisi (σPM) reduksi dan pengukuran reduktor sesuai dengan rumus : …………..……………………………(11) Perkiraan presisi reduksi σP reduktor denga rumus berikut :



…………….…………….(12) 4.2 Metode 2 4.2.1 Hasil Percobaan Hasil percobaan ditunjukkan mengikuti Lampiran 7 Tabel 2. Lampiran 7 Tabel 2. Hasil Percobaan Metode 2



M 8100 -1992



4.2.2 Analisis data Percobaan Persentase (%) analisis data percobaan yang terlalu besar dan persentase (%) yang terlalu kecil pada Lampiran 7 Tabel 2 secara terpisah sesuai dengan 4. Lampiran 6. Catatan : verifikasi untuk adanya perbedaan yang signifikan, jika telah didapat nilai perbedaan yang signifikan di keduanya atau salah satu dari persentase (%) oversize dan persentase (%) undersize, reduktor harus dinilai memiliki bias. 4.3 Metode 3 4.3.1 Hasil Percobaan Hasil percobaan ditunjukkan pada Lampiran 7 Tabel 3. Lampiran 7 Tabel 3. Hasil Percobaan Metode 3



4.3.2 Analisis Data Percobaan Hasil analisis percobaan sesuai dengan 4. Lampiran 6.



M 8100 -1992