Judul Tentatif Penelitian Sastra [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

A. Judul Tentatif Kajian Latar Dalam Novel Setetes Embun Cinta Niyala Karya Habiburrahman El Shirazy. B. Latar Belakang Habiburrahman El Shirazy, lahir di Semarang pada hari kamis 30 September 1976. Memulai pendidikan menengahnya di MTS Futuhiyyah I Mranggen sambil belajar kitab kuning di Pondok Pesantren Al Anwar, Mranggen, Demak di bawah asuhan KH. Abdul Bashir Hamzah. Pada tahun 1992 ia merantau ke kota Budaya Surakarta untuk belajar di Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Surakarta, lulus pada tahun 1995. Setelah itu melanjutkan pengembaraan intelektualnya ke Fak.Ushuluddin, Jurusan Hadis, Universitas Al-Ashar, Cairo dan selesai pada tahun 1999. Telah merampungkan Postgraduate Diploma(Pg.D) 52 di The Institute for Islamie Studies in Cairo yang didirikan oleh imam Al-Baiquri (2001). Profil diri dan karyanya pernah menghiasi beberapa Koran dan majalah, baik lokal maupun nasional seperti Solo Pos, Republika Anninda, Saksi, Sabilli, Muslimah, dll. Kang Abik demikian novelis muda ini biasa di panggil adik-adiknya semasa di SLTA pernah menulis naskah teatrikal puisi berjudul "Dzikir Dajjal" sekaligus menyutradarai pementasannya bersama teater Mbangbung di Gedung Seni Wayang Orang Srwedari Surakarta(1994). Pernah meraih juara I lomba menulis artikel se-MAN Surakarta(1994). Pernah menjadi pemenang juara I dalam lomba baca puisi religius tingkat SLTA se-Jateng (diadakan oleh panitia book fair '94 dan ICMI On /il Jateng di Semarang,1994), Pemenang I lomba pidato tingkat remaja se-eks Karesidenan Surakarta (diadakan



oleh



Jamaah



Masjid



Nurul



Huda



UNS



Surakarta"



lgg).



Kang Abik juga pemenang I lomba pidato bahasa Arab se-Jateng dan DIY yang diadakan IMABA UGM Yogyakarta(1994). Pernah mengudara di radio JPI Surakarta selama satu tahun (1994-1995) mengisi acara Syarhil Qur’an setiap jumat pagi. Pernah menjadi pemenang terbaik ke-5 dalam lomba KIR tingkat SLTA se-Jateng yang diadakan oleh 1



Kanwil P dan K Jateng (1995) dengan judul tulisan, Analisis Dampak Film Laga Terhadap Kepribadian Remaja. Ketika menempuh studio di Cairo, Mesir, Kang Abik pernah memimpin kelompok kajian MISYKATI (Majelis Intensif Studi Yurisprudens dan Kajian Pengetahuan Islam) di Cairo (l996-l997). Pernah terpilih menjadi duta Indonesia untuk mengikuti perkemahan Pemuda Islam Internasional Indonesia" yang diadakan oleh WAMY (The Wortd Assembly of Moslem Youth) selama sepuluh hari di kota Ismailia, Mesir (Juli 1996). Dalam perkemahan itu, ia berkesempatan memberi orasi bejudul “Tahqiqul Amni Was Salam FiI 'Alam Bil Islam" (Realisasi Keamanan dan perdamaian di Dunia dengan Islam). Orasi tersebut terpilih sebagai orasi kedua dari semua orasi yang disampaikan peserta perkemahan berskala internasional tersebut. Pernah aktif di Majelis Sinergi Kalam (MASIKA) ICMI Orsat Cairo (1998-2000), dan pernah menjadi koordinator sastra Islam ICMI Orsat Cairo selama 2 periode (19982000 dan 2000-2002). Sastrawan ini juga pernah dipercaya untuk duduk dalam Dewan Asaatidz Pesantren Virtual Nahdhatul Ulama yang ada di Cairo, dan sempat memprakasai berdirinya Forum Lingkar Pena (FLP) dan Komunitas Sastra Indonesia (KSl) di Cairo. Untuk menganalisis tempat, waktu, dan suasana kejadian dalam novel, digunakan kajian latar karena kajian latar akan dapat diketahui bagaimana latar tempat yang meliputi tempat dikenal, tempat tak dikenal, dan tempat khayalan, sedangkan latar waktu meliputi masa kini, masa depan, dan masa tak tentu, kemudian latar sosial meliputi kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, dan status sosial. Mengingat bahwa dalam novel Setetes Embun Cinta Niyala ini banyak yang mengkaji masalah unsur-unsur ekstrinsik (unsur-unsur pembangun struktur novel yang ada di luar novel tersebut) seperti kajian psikologi, karena dilihat dari judulnya bahwa novel ini ialah Novel Psikologi Islami Pembangun Jiwa, maka dari itulah saya ingin mengkaji masalah unsur-unsur intrinsik (unsur-unsur pembangun stuktur novel yang ada di dalam novel tersebut) seperti latar dalam novel tersebut melalui kajian latar dalam puisi Setetes Embun Cinta Niyala yang diterbitkan pada tahun 2005.



2



C. Rumusan Masalah 1. Bagaimana gambaran latar tempat dalam novel Setetes Embun Cinta Niyala karya Habiburrahman El Shirazy? 2. Bagaimana gambaran latar waktu dalam novel Setetes Embun Cinta Niyala karya Habiburrahman El Shirazy? 3. Bagaimana gambaran latar suasana sosial dalam novel Setetes Embun Cinta Niyala karya Habiburrahman El Shirazy? D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan yang ingin saya capai dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui gambaran latar tempat dalam novel Setetes Embun Cinta Niyala karya Habiburrahman El Shirazy. 2. Untuk mengetahui gambaran latar waktu dalam novel Setetes Embun Cinta Niyala karya Habiburrahman El Shirazy. 3. Untuk mengetahui gambaran latar sosial dalam novel Setetes Embun Cinta Niyala karya Habiburrahman El Shirazy. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian antara lain: 1. Bagi Mahasiswa Menambah wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa untuk mempelajari kajian latar tersebut dan memberikan suatu pengenalan tentang kajian latar. 2. Bagi Masyarakat Dapat memberikan pengetahuan dan pengenalan tentang kajian latar kepada masyarakat sehingga mereka dapat mengetahui bagaimana kajian dalam bidang sastra khusunya novel. 3



3. Bagi Peneliti Lain Dari hasil penelitian ini membantu bagi peneliti lain sebagai bahan referensi untuk meneliti dalam kajian latar dalam novel yang lain. 4. Bagi Pemerintah Dari hasil penelitian ini akan berdampak bagi pemerintah dengan adanya peningkatan mutu dan kualitas pendidikan khususnya di bidang sastra, dan memberikan keprofesionalan dalam bidang sastra khususnya novel. F. Penegasan Istilah Demi menghindari terjadinya kesalah-pahaman istilah dalam penelitian ini, maka peneliti perlu memberikan penegasan istilah. Adapun istilah-istilah yang peneliti gunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut. 1. Kajian Kajian menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia adalah hasil dari mengkaji yang artinya mempelajari, belajar, menyelidiki, memeriksa, mempertimbangkan. (Novia, 2009:248). 2. Latar Latar yang disebut juga sebagai landas tumpu, meyaran kepada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams, 1981:175).



G. Landasan Teori 1. Pengertian Novel Di antara para ahli teori sastra kita memang ada yang membedakan antara novel dan roman,



dengan menagatakan bahwa novel mengungkapkan suatu konsentrasi



kehidupan pada suatu saat yang tegang, dan pemusatan kehiudpan yang tegas; sedangkan 4



roman dikatakan sebagai menggambarkan kronik kehidupan yang lebih luas yang biasanya melukiskan peristiwa dari masa kanak-kanak sampai dewasa dan meninggal dunia. Ada yang menyabutkan bahwa roman merupakan



karya fiksi yang



menggambarkan tentang tokoh dan peristiwa-peristiwa yang hebat-hebat, mengagumkan, mengerikan, atau menyeramkan; sedangkan novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan secara halus. Novel yang diartikan sebagai memberikan konsentrasi kehidupan yang lebih tegas, dengan roman yang diartikan rancangannya loebih luas, mengandung sejarah perkembangan yang biasanya terdiri dari beberapa fragmen, patut ditinjau kembali. Definisi semacam itu keluar lantaran sekitar tahun 1950-an novel-novel Indonesia yang ditulis oleh Pramudya Ananta Toer, Mochtar Lubis, dan Achdiat memang bersifat demikian, sedangkan roman dalam pengertian di atas, banyak ditemukan dalam bukubuku Balai Pustaka lama. Novel yang lebih “memusat” dan roman yang lebih “luas” sebenarnya terdapat pada istilah novel maupun roman. Tom Janes yang lebih “luas” tetap bernama novel, sedangkan Jan Smees yang “memusat” tetap dinamai roman (Jakop Sumarjo, 1981). Novel Indonesia secara “resmi” muncul setelah terbitnya buku Si Jamin dan Si Johan, tahun 1919 oleh Marari Siregar, yang merupakan novel saduran dari novel Belanda, kemudian pada tahun berikutnya terbit novel Azab dan Sengsara oleh pengarang yang sama, sejak itulah berkembang sastra fiksi yang dinamai novel ini dalam khazanah sastra Indonesia 2. Latar a. Pengertian Latar dan Hakikat Latar Berhadapan dengan karya fiksi, pada hakikatnya kita berhadapan dengan sebuah dunia, dunia dalam kemungkinan, sebuah dunia yang sudah dilengkapi dengan tokoh penghuni dan permasalahan. Namun tentu saja, hal itu kurang lengkap sebab tokoh dengan berbagai pengalaman hidupnya itu memerlukan ruang lingkup, tempat dan waktu, sebagaimana halnya kehidupan manusia di dunia nyata. Dengan kata lain, 5



fiksi sebagai sebuah dunia, di samping membutuhkan tokoh, alut, dan plot juga perlu yang namanya latar. Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, meyaran kepada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa



yang



diceritakan



(Abrams,



1981:175).



Stanton



(1965)



mengelompokkan latar, bersama dengan tokoh dan plot, ke dalam fakta atau cerita sebab ketiga hal inilah yang akan dihadapi, dan dapat diimajinasi oleh pembaca secara faktual jika membaca cerita fiksi. Atau, ketiga hal inilah yang secara konkret dan langsung membentuk cerita: tokoh cerita adalah pelaku dan penderita kejadian kejadian yang bersebab akibat, dan itu perlu pijakan, di mana dan kapan. Misalnya, dalam Bawuk karya Umar Kayam yang dengan tokoh utama Bawuk, cerita terjadi di Karangrandu, waktu sejak zaman penjajahan Belanda dan terutama sekitar masa pemberontakan G-30-S/PKI, lingkungan social Jawa kelas (menengah) atas. Tahap awal karya fiksi pada umumnya brisi penyituasian, pengenalan terhadap yang diceritakan misalnya, pengenalan tokoh, pelukisan keadaan alam, lingkungan suasana, tempat, mungkin juga hubungan waktu dan lain-lain yang dapat menuntun pembaca secara emosional kepada suatu cerita. Latar Fisik Dan Spritual. Membaca sebuah novel kita akan bertemu dengan lokasi tertentu seperti; nama kota, jalan, rumah, dan lain-lain tempat terjadinya peristiwa. Di samping itu, kita juga berurusan dengan hubungan waktu seperti; malam, siang, pukul, tanggal, keadaan geografis, atau kejadian yang menyaran pada waktu tipikal tertentu dan sebagainya. Latar tempat, berhubung secara jelas menyaran pada lokasi tertentu, dapat disebut sebagai latar fisik (physical setting). Latar dalam karya fiksi tidak terbatas pada penempatan lokasi-lokasi tertentu, atau sesuatu yang bersifat fisik saja, mealinkan juga yang berwujud tata cara, adat istiadat, kepercayaan, dan nilai-nilai yang berlaku di tempat yang bersangkutan. Hal-hal yang disebut terakkhir inilah yang disebut sebagai latar spiritual (spiritual setting).



6



b. Unsur Latar Melalui analisis terhadap latar, seseorang dapat mengetahui bagaimana keadaan, pekerjaan, dan status sosial para tokoh. Seringkali latar juga berhubungan erat dengan nasib seorang tokoh dalam sebuah teks. Artinya lingkungan sekitar kerap memberikan efek secara langsung terhadap apa yang dikerjakan seorang pelaku. Ketika hujan dan seorang tokoh sedang berjalan, maka ia akan mencari tempat berteduh dan jika ia mempunyai payung maka ia akan segera menembus hujan. Tapi bila tidak sangat mungkin ia akan melakukan interaksi dengan orang yang juga tengah berteduh. Secara umum latar dibagi 3, yaitu: 1) Latar Tempat Latar tempat ialah tempat atau daerah terjadinya sebuah peristiwa dalam cerita fiksi. Unsur tempat yang digunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Tempattempat yang bernama adalah tempat yang dijumpai dalam dunia nyata, misalnya Magelang, Yogyakarta, Juranggede, Cemarajajar, Kramat, Grojongan, dan lainlain yang terdapat di dalam Burung-burung Manyar. Tempat dengan inisial tertentu, biasanya berupa huruf awal (kapital) nama suatu tempat, juga menyaran pada tempat tertentu, tetapi pembaca harus memperkirakan sendiri, misalnya kota M, S, T, dan desa B seperti dipergunakan dalam Bawuk. Latar tempat tanpa nama jelas biasanya hanya berupa penyebutan jenis dan sifat umum tempat-tempat tertentu, misalnya desa, sungai, jalan, hutan, kota, kota kecamatan, dan sebagainya. 2) Latar Waktu Latar waktu ialah waktu terjadinya sebuah peristiwa dalam cerita. Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu bisa berupa detik, menit, jam, jari, minggu, bulan, tahun, dan seterusnya. Tetapi juga sangat mungkin pengarang 7



tiada menentukan secara persis tahun, tanggal atau hari terjadinya peristiwa, namun hanya menyebutkan saat Hari Raya, Natal, tahun baru dan sebagainya yang pada akhirnya juga akan engacu kepada waktu seperti tanggal dan bulan tergantung latar tempat dalam cerita. Misalnya tahun baru di Indonesia identik dengan 1 Januari, namun di Arab tahun baru lebih identik pada 1 Muharram. Masalah waktu dalam karya naratif, dapat bermakna ganda, di satu pihak menyaran pada waktu penceritaan, waktu penulisan cerita, dan di pihak lain menunjuk pada waktu dan urutan waktu yang terjadi dan dikisahkan dalam cerita (Genette, 1980: 33;35). Tanpa kejelasan (urutan) waktu yang diceritakan, orang hampir tak mungkin menulis cerita-khususnya untuk cerita yang ditulis dalam bahasa-bahasa yang mengenal tenses seperti bahasa inggris Dalam hubungan ini, kejelasan masalah waktu menjadi lebih penting daripada kejelasan unsur tempat (Gennette, 1980: 215). Hal itu disebabkan orang masih dapat menulis dengan baik walau unsur tempat tak ditunjukkan secara pasti, namun tidak demikian halnya dengan pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan sebagai sarana pengungkapannya. 3) Latar Sosial Latar sosial ialah lingkungan hidup dan sistem kehidupan yang ada di tengah-tengah para tokoh dalam sebuah cerita. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain yang tergolong latar spiritual. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas. Misalnya seorang mahasiswa umumnya tinggal di kos dan hanya memiliki dua buah gelas di kamarnya dipastikan menduduki kelas sosial yang rendah dan seseorang bisa dipastikan menduduki kelas sosial yang tinggi dalam sistem kehidupan bila ia memiliki sopir dan pergi dengan alat transportasi mobil BMW. Akhirnya perlu sditegaskan bahwa latar sosial merupakan bagian latar secara keseluruhan. Jadi, ia berada dalam kepaduannya dengan unsur latar yang lain, yaitu unsur tempat dan waktu. Ketiga unsur tersebut dalam satu kepaduan 8



jelas akan menyaran pada makna yang lebih khas dan meyakinkan daripada secara sendiri-sendiri. Ketepatan latar sebagai salah satu unsur fiksi pun tak dilihat secara terpisah dari berbagai unsur yang lain, melainkan justru dari kepaduan dan koherensinya dengan keseluruhan. c. Hal Lain Tentang Latar 1) Latar sebagai Metaforik Penggunaan istilah metafor mengarah pada suatu perbandingan yang mungkin berupa sifat keadaan, suasana ataupun sesuatu yang lain. secara prinsip metafor merupakan cara memandang atau menerima melalui sesuatu yang lain. Fungsi pertama metafora adalah menyampaikan pengertian, pemahaman (Lakoff & Johnson, 1980: 36). Dalam kehidupan sehari-hari untuk mengekspresikan berbagai keperluan, manusia banyak mempergunakan bentuk-bentuk metafora. Ekspresi yang berupa ungkapan-ungkapan tertentu sering lebih tepat disampaikan dengan bentuk metafora daripada secara literal. Metafora erat berkaitan dengan pengalaman kehidupan manusia baik bersifat fisik maupun budaya (Lakoff & Johnson, 1980: 180), dan tentu saja antara budaya bangsa yang satu dengan yang lain tak sama, sehingga bentukbentuk ungkapan akan berbeda walau untuk mengekspersikan hal-hal yang hampir sama sekalipun. Kadang-kadang dalam karya fiksi dapat dijumpai adanya detil-detil deskripsi latar yang tampak berfungsi sebagai suatu proyeksi atau objektivikasi keadaan internal tokoh, atau kondisi spiritual tertentu (Kenny, 1962: 41). Dengan kata lain, deskripsi latar sekaligus mencerminkan keadaan batin seorang tokoh. 2) Latar sebagai Atmosfer Latar yang secara langsung menyihir pembaca membawanya kepada suasana tertentu, seperti suasana sedih, marah, muram, seram, dan sebagainya. Hal ini sangat penting karena disinilah kecerdasan para penulis menciptakan penyituasian yang dapat menarik pembaca terhanyut dalam suasana yang terterah dalam suatu karya sastranya. 9



Atmosfer cerita adalah emosi yang dominan yang merasukinya, yang berfungsi mendukung elemen-elemen cerita yang lain untuk memperoleh efek yang mempersatukan (Alterberd & Lewis, 1966: 72). Atmosfer itu sendiri dapat ditimbulkan dengan deskripsi detil-detil, irama tindakan, tingkat kejelasan, dan kemasukakalan



berbagai



peristiwa,



kualitas



dialog,



dan



bahasa



yang



dipergunakan. H. Metode dan Teknik Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dan metode dokumentasi. Dalam hal ini peneliti berusaha menganalisis isi dokumen (content analysis) untuk mengetahui isi yang terkandung dalam novel tersebut. 2. Teknik Penelitian Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural sastra, yaitu suatu pendekatan karya sastra dari segi unsur intrinsik dan unsur ekstrinsiknya. a. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan adalah teknik pengumpulan data dan teknik analisa data, yakni mengumpulkan semua data yang sesuai dengan permasalahan yang dikaji. Langkah-langkah kerja pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu: 1. Membaca novel yang dikaji secara keseluruhan. 2. Memilih dan menentukan data sesuai dengan masalah yang dirumuskan. 3. Merumuskan masalah. 4. Mendeskripsikan data yang telah ditentukan. b. Teknik dan Analisa Data Setelah data terkumpul kegiatan berikutnya adalah melakukan analisis data. Bertolak dari metode yang digunakan dalam penelitian ini maka teknik yang digunakan dalam analisis adalah teknik deskriptif interpretatif yaitu peneliti



10



memaparkan data secara keseluruhan terlebih dahulu, setelah data terkumpul dan terjaring peneliti menginterpretasinya. Semua data analisis melalui tahap-tahap sebagai berikut. 1. Penguntaian dan pengorganisasian data Mengacu pada proses pengurutan dan pemilihan data yang dilandasi pemahaman hubungan anatarpilihan secara sosiatif. 2. Interpretasi Mengacu pada penilaian data, pemaknaan dengan ciri signifikasi, selanjutnya dihubungkan dengan idealisasi menyangkut deskripsi yang dihasilkan. 3. Evaluasi Merefleksikan data dengan pemahaman dan pengetahuan peneliti. 3. Variabel, Subvariabel, dan Indikator VARIABEL Unsur



SUBVARIABEL Latar Novel



INDIKATOR 1. Latar tempat



Intrinsik



2. Latar waktu



Novel



3. Latar sosial



4. Data dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa unsur latar, yaitu: 1) Latar tempat 2) Latar waktu 3) Latar sosial Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1) Judul



: Setetes Embun Cinta Niyala



2) Nama Pengarang : Habiburrahman El Shirazy 3) Penerbit



: Republika



4) Tahun Terbit



: 2005



5) Cetakan



: VII



6) Tebal Buku



: 60 halaman 11



5. Prosedur Penelitian a. Persiapan Kegiatan penelitian yang dilakukan pada tahap ini antara lain: 1. Mengumpulkan bahan dokumentasi dan bahan pustaka mengenai unsur latar dalam novel yang diteliti. 2. Meneliti bahan dokumentasi dan bahan pustaka mengenai unsur latar dalam novel yang diteliti. 3. Menyusun rencana penelitian mengenai unsur latar dalam novel yang diteliti. b. Pelaksanaan Kegiatan penelitian yang dilakukan pada tahap ini antara lain: 1. Memilih novel yang diteliti, yakni novel yang mengandung unsur latar 2. Mengklasifikasikan unsur latar yang terdapat di dalam novel sumber data. c. Penyelesaian Kegiatan penelitian yang dilakukan pada tahap ini antara lain: 1. Menyusun laporan hasil penelitian. 2. Memperbaiki laporan hasil penelitian. d. Jadwal Penelitian Penelitian ini dijadwalkan berlangsung selama 2 bulan, yakni sejak tanggal 14 Maret 2012 sampai dengan tanggal 14 Mei 2012 dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: No



Kegiatan



Tanggal



. 1.



Tahap Persiapan



14-21 Maret 2012



2.



Tahap Pengumpulan



22-11 April 2012



3.



Tahap Analisis Data



11-30 April 2012



4.



Tahap Perbaikan Laporan



2.14ei 2012 12



Ket



I. DAFTAR PUSTAKA Ganie, Tajuddin Noor. 2010. Bahan Kuliah Penulisan Kreatif Sastra. Pusat Pengkajian Masalah Sastra (Puskajimastra) Kalimantan Selatan: Banjarmasin. Ganie, Tajuddin Noor. 2012.



Bahan Kuliah Penelitian Sastra dan Pengajarannya



“Penelitian Puisi”. STKIP PGRI Banjarmasin. Novia, Windy. 2009. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kashiko Publisher. Nurgiyantoro, Burhan. 1994. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gaja Mada University Press. Shirazy, Habiburrahman El. 2005. Pudarnya Pesona Cleopatra. Jakarta: Republika. Semi, M. Atar. 1993. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.



13