Jurnal 01 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISIS EKONOMI DAN LINGKUNGAN KEGIATAN PERTAMBANGAN NIKEL (Studi Kasus: PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra)



SEPTY HERMAYA PUTRI



DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015



PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Ekonomi dan Lingkungan Kegiatan Pertambangan Nikel (Studi Kasus: PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.



Bogor, Februari 2015



Septy Hermaya Putri NIM H44090095



ABSTRAK SEPTY HERMAYA PUTRI. Analisis Ekonomi dan Lingkungan Kegiatan Pertambangan Nikel (Studi Kasus: PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra). Dibimbing oleh AKHMAD FAUZI dan ASTI ISTIQOMAH. PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra merupakan perusahaan yang mengekstraksi sumberdaya mineral logam nikel di Kecamatan Pomalaa. Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh UBPN Sultra memberikan dampak ekonomi dan lingkungan bagi perusahaan maupun masyarakat sekitar. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis dampak ekonomi dan lingkungan dari kegiatan produksi pertambangan nikel UBPN Sultra serta upaya pengendalian dampak lingkungan yang dilakukan. Dampak ekonomi dianalisis menggunakan analisis pendapatan dan multiplier effect. Dampak lingkungan dianalisis menggunakan analisis biaya pencegahan dan analisis biaya kesehatan. Berdasarkan hasil analisis, pendapatan usaha UBPN Sultra adalah sebesar Rp 223 584 708 876.29 dengan nilai ratio income multiplier tipe I adalah sebesar 1.34 artinya bahwa setiap peningkatan satu rupiah pada pengeluaran UBPN Sultra akan mengakibatkan peningkatan sebesar 1.34 rupiah terhadap pendapatan masyarakat dan tenaga kerja lokal. Biaya lingkungan yang dikeluarkan UBPN Sultra dan masyarakat pada tahun 2014 terdiri dari biaya pencegahan sedimentasi, biaya pengendalian debu, biaya kesehatan masyarakat, dan biaya pencegahan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar, dengan total sebesar Rp 2 017 821 778.13. Sebesar 96.44% dari biaya lingkungan tersebut dikeluarkan oleh UBPN Sultra dan 3.56% dikeluarkan oleh masyarakat. UBPN Sultra juga melakukan upaya pemanfaatan limbah pertambangan berupa slag menjadi pantai buatan yang dinamakan Pantai Harapan. Pantai ini terletak di Desa Pomalaa, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka yang kemudian menjadi tujuan wisata bagi masyarakat dan menciptakan kegiatan ekonomi dari munculnya pedagang makanan dan tempat penyewaan pendopo di Pantai Harapan. Kata Kunci:



dampak ekonomi, dampak lingkungan, multiplier effect, biaya kesehatan, biaya pencegahan



ABSTRACT SEPTY HERMAYA PUTRI. Economic and Environmental Analysis of Nickel Mining Activities (Case Study:PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra). Supervised by AKHMAD FAUZI and ASTI ISTIQOMAH. PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra is a company that extract nickel in Pomalaa subdistrict, Kolaka district, Southeast Sulawesi. Mining activities that conducted by UBPN Sultra have economic and environmental impacts for the company and local communities. The purpose of this study is to analyze economic and environmental impacts of nickel mining production activities and analyze the undertaken effort to control environmental impacts. Economic impacts were analyzed using revenue analysis and multiplier effect. Environmental impacts were analyzed using pevention cost analysis and cost of illness. Based on analysis result, UBPN Sultra revenue was Rp 223 584 708 876.29 with ratio income multipier tipe I value was at 1.34 which means that the increase of a rupiah in UBPN Sultra expenditure will resulting the increase of 1.34 rupiah on labor income and local communities revenue. Environmental cost spent by UBPN Sultra and local communities in 2014 consisted of sedimentation prevention cost, dust control cost, public healt cost and prevention cost by the local communities, with a total of Rp 2 017 821 778.13. As much as 96.44% of the environmental cost issued by UBPN Sultra and 3.50% issued by the local communities. UBPN Sultra also make an effort to use the mining waste in form of slag into artificial beach or sea water bathing pool called Pantai Harapan. This beach is located in the village of Pomalaa, Kolaka Distict which later became a tourism destination for the community and creating economic activity from the appearance of food vendors and a pavilion rental at Pantai Harapan. Keywords:



economic impact, environmental impact, multiplier effect, cost of illness, prevention cost



ANALISIS EKONOMI DAN LINGKUNGAN KEGIATAN PERTAMBANGAN NIKEL (Studi Kasus: PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra)



SEPTY HERMAYA PUTRI



Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan



DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015



PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan selama bulan April sampai bulan Mei 2013 serta pada bulan Juni 2014 ini ialah dampak ekonomi dan lingkungan, dengan judul Analisis Ekonomi dan Lingkungan Kegiatan Pertambangan Nikel (Studi Kasus: PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra). Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc. dan Ibu Asti Istiqomah, SP., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dalam penulisan karya ilmiah ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr. dan Ibu Nuva, S.P., M.Sc. selaku dosen penguji atas saran dan masukannya dalam penulisan karya ilmiah ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Abdullah Munadi selaku Kepala Departemen Pembelajaran PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra, Bapak Roni Setiawan selaku Superintendent Pengelolaan Lingkungan Tambang PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra, seluruh staf Satuan Kerja Pengelolaan Lingkungan Tambang PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra, seluruh staf Kantor Desa Tambea, dan kepada para pihak yang telah membantu selama pengumpulan data penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah (Edho Heryanto), ibu (Nunung Nurmayati), adik (Bianca Nanditya A.), serta keluarga besar atas segala doa serta kasih sayangnya dan kepada Krisman Perdamen Sembiring, Isterah, Diena, Sari, Lungit, Hesti, Annisia, Nur Cahaya, Khoirunissa, Nadia, Hilma, Inka, Lestari, Miranty, Ilham, Gugat, Yovita, Dayu, Lidya, serta seluruh sahabat-sahabat terbaikku atas segala dukungan dan bantuannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.



Bogor, Februari 2015



Septy Hermaya Putri



DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii 1 PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah ...................................................................................... 5 1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 7 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 7 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 8 II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 9 2.1 Pertambangan Nikel ..................................................................................... 9 2.1.1 Tahapan Kegiatan Pertambangan Nikel ............................................. 9 2.1.2 Dampak Lingkungan Pertambangan Nikel ...................................... 11 2.1.3 Limbah Pertambangan Nikel ............................................................ 11 2.2 Multiplier Effect ......................................................................................... 12 2.3 Penilaian terhadap Kerusakan atau Pencemaran Sumberdaya Alam dan Lingkungan ......................................................................................... 13 2.3.1 Konsep Perubahan Produktivitas ..................................................... 14 2.3.2 Konsep Biaya Pencegahan ............................................................... 15 2.3.3 Pendekatan Biaya Kesehatan............................................................ 15 2.4 Penelitian Terdahulu................................................................................... 16 III KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................................ 21 IV METODE PENELITIAN................................................................................. 24 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 24 4.2Jenis dan Sumber Data ................................................................................ 24 4.3 Metode Pengambilan Contoh ..................................................................... 25 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ....................................................... 25 4.4.1 Analisis Dampak Ekonomi............................................................... 26 4.4.2 Analisis Dampak Lingkungan .......................................................... 28



4.4.3 Identifikasi Manfaat Penggunaan Limbah Slag ................................ 31 V GAMBARAN UMUM ...................................................................................... 32 5.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian ............................................................... 32 5.1.1 Kondisi Umum PT. ANTAM (Persero) Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Nikel (UBPN) Sultra ................................................ 32 5.1.2 Kondisi Umum Desa Tambea ........................................................... 34 5.2 Karakteristik Responden ............................................................................. 35 5.2.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat ....................................... 35 5.2.2 Persepsi Masyarakat Mengenai Keberadaan UBPN Sultra dan Dampak Lingkungan ........................................................................ 39 5.2.3 Karakteristik Pengunjung Objek Wisata Pantai Harapan ................. 41 VI HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 45 6.1 Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Pertambangan PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra ........................................................................ 45 6.1.1 Analisis Pendapatan Usaha ............................................................... 45 6.1.2 Analisis Penyerapan Tenaga Kerja ................................................... 48 6.1.3 Analisis Deskriptif Peningkatan Infrastruktur .................................. 49 6.1.4 Nilai Efek Pengganda (Multiplier Effect) ......................................... 50 6.2 Analisis Dampak Lingkungan Kegiatan Pertambangan PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra ........................................................................ 51 6.2.1 Analisis Biaya Pencegahan Sedimentasi .......................................... 51 6.2.2 Analisis Biaya Pengendalian Debu ................................................... 53 6.2.3 Biaya Kesehatan Masyarakat ............................................................ 54 6.2.4 Biaya Pencegahan Masyarakat ......................................................... 56 6.2.5 Estimasi Dampak Lingkungan .......................................................... 57 6.2.6 Manfaat Keberadaan Pantai Buatan Dari Limbah Slag .................... 59 VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 66 7.1 Simpulan ..................................................................................................... 66 7.2 Saran ........................................................................................................... 67 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 68 LAMPIRAN .......................................................................................................... 71 RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 83



DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Kontribusi lapangan usaha terhadap PDB Indonesia tahun 2011-2013 ........ 1 2.



Penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor pertambangan dan penggalian tahun 2008-2014 ................................................................... 2



3.



Studi terdahulu yang berkaitan denganpenelitian ........................................ 19



4.



Matriks metode analisis data ....................................................................... 26



5.



Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin .................................... 36



6.



Karakteristik responden berdasarkan usia ................................................... 36



7.



Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan ............................ 37



8.



Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan.................................. 37



9.



Karakteristik responden berdasarkan penerimaan rumah tangga ................ 38



10.



Karakteristik responden berdasarkan status kepemilikan rumah................. 38



11.



Karakteristik responden berdasarkan lama tinggal ...................................... 39



12.



Persepsi masyarakat mengenai keberadaan UBPN Sultra ........................... 40



13.



Persepsi masyarakat mengenai dampak lingkungan.................................... 40



14.



Persepsi masyarakat mengenai perubahan kualitas udara ........................... 41



15.



Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin .................................... 42



16.



Karakteristik responden berdasarkan usia ................................................... 42



17.



Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan ............................ 43



18.



Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan.................................. 43



19.



Karakteristik responden berdasarkan pendapatan rumah tangga................. 44



20.



Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan ........................... 44



21.



Jumlah ekspor dan harga jual produk PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra per tahun ................................................................................ 45



22.



Biaya tetap PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra per tahun............... 47



23.



Biaya variabel PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra per tahun ......... 47



24.



Total biaya PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra per tahun............... 47



25.



Analisis pendapatan usaha pertambangan nikel PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra........................................................................................ 48



26.



Nilai efek pengganda ................................................................................... 50



27.



Rekapitulasi pemakaian alat berat jenis PC 200 tahun 2012 ....................... 52



28.



Biaya pengendalian debu ............................................................................. 54



29.



Biaya pengobatan masyarakat tahun 2014 ................................................... 55



30.



Pendapatan yang hilang karena sakit tahun 2014 ........................................ 56



31.



Biaya pencegahan masyarakat tahun 2014 .................................................. 57



32.



Nilai dampak lingkungan tahun 2014 .......................................................... 57



33.



Dampak lingkungan dari keberadaan UBPN Sultra tahun 2014 .................. 58



34.



Biaya lingkungan UBPN Sultra dan masyarakat tahun 2012 ...................... 59



35.



Penerimaan pedagang lokal.......................................................................... 62



DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Diagram alur kerangka berpikir ................................................................... 23



DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Total penerimaan UBPN Sultra ................................................................... 71 2.



Total biaya produksi ..................................................................................... 72



3.



Rincian perusahaan mitra tetap/outsourcing ................................................ 73



4.



Rincian peningkatan infrastruktur dasar Program Bina Lingkungan dan Community Development pada tahun 2012 ........................................... 74



5.



Biaya pencegahan sedimentasi ..................................................................... 76



6.



Biaya pengendalian debu ............................................................................. 77



7.



Biaya pengobatan ......................................................................................... 78



8.



Kehilangan pendapatan karena sakit ............................................................ 79



9.



Biaya pencegahan pembelian masker pelindung hidung dan mulut tahun 2014 .................................................................................................... 80



10.



Karakteristik responden Objek Wisata Pantai Harapan ............................... 81



1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumberdaya mineral sehingga memungkinkan berkembangnya sektor pertambangan. Berdasarkan survei Frasser Institute pada tahun 2008-2009, Indonesia menduduki peringkat ke-7 sebagai negara yang kaya akan sumberdaya tambang1. Potensi pertambangan yang besar dapat dilihat dari kontribusi pertambangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Tabel 1 Kontribusi lapangan usaha terhadap PDB Indonesia tahun 2011-2013 Lapangan Usaha 2011 2012 *) 2013 **) Pertanian 14.71 14.50 14.43 Pertambangan dan Penggalian 11.82 11.80 11.24 Industri Pengolahan 24.34 23.97 23.70 Listrik, Gas dan Air Bersih 0.75 0.76 0.77 Bangunan 10.16 10.26 9.99 Perdagangan, Hotel dan Restoran 13.80 13.96 14.33 Pengangkutan dan Komunikasi 6.62 6.67 7.01 Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan 7.21 7.27 7.52 Jasa-Jasa 10.58 10.81 11.02 Produk Domestik Bruto 100.00 100.00 100.00 Produk Domestik Bruto Tanpa Migas 91.60 92.21 92.65 Sumber: Badan Pusat Statistik (2014a) Keterangan: Dalam persen (%); *) Angka sementara; **) Angka sangat sementara



Sektor pertambangan dan penggalian menyumbang 11.82% pada PDB tahun 2011, 11.80% pada PDB tahun 2012 dan 11.24% pada PDB tahun 2013, dapat dilihat pada Tabel 1. Dari tahun 2011 sampai tahun 2013, sektor pertambangan dan penggalian menempati urutan ke-4 pada peringkat kontribusi PDB Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertambangan memiliki peran penting dalam membangun perekonomian negara. Melimpahnya sumberdaya mineral dan besarnya potensi pengembangan sektor pertambangan yang terdapat di Indonesia, mendorong perusahaanperusahaan pertambangan baik yang dimiliki oleh pemerintah maupun swasta untuk mengekstraksi sumberdaya yang ada dan berinvestasi pada sektor ini. 1



http://www.kemenperin.go.id/artikel/1224/kode-etik. Diakses pada tanggal 1 Februari 2015 pukul 17:07



2 Kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh perusahaan selain memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan penghasilan negara melalui nilai produksi komoditas pertambangan tetapi juga meningkatkan kesempatan bekerja masyarakat dengan penyerapan tenaga kerja di sektor pertambangan dan penggalian. Peningkatan jumlah penduduk Indonesia menyebabkan meningkatnya jumlah



angkatan



kerja.



Semakin



berkembangnya



sektor



pertambangan



menyebabkan peningkatan kebutuhan akan tenaga kerja sehingga jumlah tenaga kerja di sektor ini semakin meningkat setiap tahunnya. Untuk melihat kontribusi penyerapan tenaga kerja di Indonesia melalui sektor pertambangan, dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor pertambangan dan penggalian tahun 2008-2014 Tahun Februari Agustus 2008 1 079 689 1 097 862 2009 1 165 710 1 200 510 2010 1 221 705 1 280 889 2011 1 360 637 1 434 961 2012 1 615 563 1 602 706 2013 1 558 686 1 426 454 2014 1 623 109 1 436 370 Sumber: Badan Pusat Statistik (2014b)



Keberadaan potensi sumberdaya mineral logam yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia memungkinkan terciptanya lapangan pekerjaan di pelosokpelosok negeri. Penyerapan tenaga kerja lokal di daerah yang berpotensi sebagai penghasil barang tambang menjadi manfaat tersendiri bagi kesejahteraan masyarakat lokal. Nikel merupakan salah satu barang tambang mineral logam yang mengalami peningkatan produksi dari tahun 2011 ke 2012 sebesar 23 752 966 ton atau sebesar 34.45% (Badan Pusat Statistik, 2012). Angka ini menunjukan potensi mineral logam nikel untuk dikembangkan. Menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) tahun 2013, daerah yang memiliki potensi investasi komoditi nikel di Indonesia terdapat di Provinsi Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua.



3 Jumlah cadangan nikel di Sulawesi Tenggara berdasarkan data Dinas ESDM Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 97 milyar ton dengan luas sebaran nikel mencapai 480 000 Ha 2 . Jumlah cadangan nikel di Maluku Utara yang sudah diketahui sebesar 220 juta ton yang tersebar di Tanjung Buli, Pulau Gebe, Pulau Obi dan Teluk Weda3. Salah satu perusahaan yang mengekstraksi sumberdaya mineral logam nikel di Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara adalah PT. Aneka Tambang (ANTAM) (Persero) Tbk, dengan kegiatan usaha dan operasi Unit Bisnis Pertambangan Nikel (UBPN) Sulawesi Tenggara (Sultra) di Pomalaa dan Tapunopaka serta UBPN Maluku Utara di Buli. Dari produksi yang dihasilkan oleh PT. ANTAM (Persero) Tbk, nikel menjadi salah satu produk utama selain emas, perak, dan bauksit. Sejak tahun 2006, PT. ANTAM (Persero) Tbk meningkatkan jumlah produksi nikel menyusul peningkatan jumlah permintaan terhadap nikel. Bijih nikel yang dihasilkan telah di ekspor ke Jepang, Eropa, dan China. Jumlah cadangan dan sumber daya bijih nikel per 31 Desember 2011 sebesar 293.25 juta wet metric tons (wmt) untuk saprolit dan 407.3 juta wmt untuk limonit. Jumlah ini mencukupi untuk memenuhi kebutuhan PT. ANTAM (Persero) Tbk selama beberapa dekade ke depan pada tingkat ekstraksi yang tetap 4 . Selain produksi nikel saprolit dan limonit, PT. ANTAM (Persero) di UBPN Sulawesi Tenggara juga memproduksi feronikel yang mengandung sekitar 20% nikel dan 80% besi. Sebagaimana kegiatan pertambangan lain, kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh PT. ANTAM (Persero) Tbk juga memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Dampak lingkungan yang dihasilkan oleh UBPN Sultra berdasarkan laporan tahunan PT. ANTAM (Persero) Tbk tahun 2011 adalah dampak terhadap kualitas udara dan sedimentasi pesisir. Dampak terhadap lingkungan ini terjadi dari berbagai proses produksi yang dilakukan seperti pembukaan area tambang dan pengangkutan hasil tambang.



2



http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subyek=10¬ab =3.Diakses pada tanggal 2 April 2013 pukul 09:31 3 http://www.halmaherautara.com/artl/15/bedah-potensi-ekonomi-maluku-utara.Diakses pada tanggal 2 April 2013 pukul 10:02 4 http://antam.com/index.php?option=com_content&task=view&id=29&Itemid=35. Diakses pada tanggal 2 April 2013 pukul 12:05



4 Strategi menanggulangi dampak kegiatan pertambangan terhadap kualitas lingkungan sudah disusun dan dijalankan oleh PT. ANTAM (Persero) Tbk UBPN Sulawesi Tenggara. Berdasarkan laporan tahunan PT. ANTAM (Persero) Tbk tahun 2012, terjadi peningkatan jumlah biaya lingkungan yang dialokasikan dari tahun 2011 sampai 2012 pada total seluruh unit usaha dan operasinya. Pada tahun 2011 biaya yang dialokasikan sebesar Rp 105 656 915 249 dan pada tahun 2012 terjadi peningkatan menjadi Rp 110 623 762 806. PT. ANTAM (Persero) Tbk UBPN Sultra juga memanfaatkan limbah dari kegiatan pertambangan nikel yang berupa tailing (slag) untuk membangun tempat wisata bagi masyarakat umum berupa pantai buatan. Pantai ini dibangun sekitar tahun 2004 oleh perusahaan sebagai lokasi rekreasi alternatif bagi masyarakat. Pantai ini



terletak di kawasan perkantoran dan perumahan karyawan UBPN



Sultra di Pomalaa. Pantai dibuat dengan menimbun laut menggunakan tanah yang dilapisi slag hingga membentuk jalan dan tiga kolam yang digunakan untuk berenang oleh pengunjung. Saat memasuki kawasan Pantai Harapan, pengunjung akan melihat tanaman bakau di sebelah kanan dan kiri jalan yang dibudidayakan oleh PT. ANTAM (Persero) Tbk UBPN Sultra. Selain kolam yang dapat digunakan untuk berenang, pengunjung dapat menggunakan fasilitas lain yang telah disediakan seperti tribun, kamar mandi, kamar kecil, dan ruang ganti pakaian, serta pendopo yang dapat digunakan untuk melangsungkan acara. Untuk dapat memasuki kawasan Pantai Harapan ini pengunjung tidak dikenakan biaya masuk, namun untuk dapat menggunakan pendopo, pengunjung dikenakan biaya sewa. Pemanfaatan limbah pertambangan slag berupa pembangunan pantai buatan memberikan alternatif wisata bagi masyarakat Pomalaa. Selain pemanfaatan limbah pertambangan yang telah dilakukan, UBPN Sultra juga memperoleh PROPER Biru dari Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2010, yang artinya bahwa kegiatan usaha dan operasi di unit ini sudah taat terhadap peraturan lingkungan hidup seperti penerapan dokumen pengelolaan lingkungan, pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, pengelolaan limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3), pengendalian pencemaran air laut, dan kriteria kerusakan lingkungan. Pemberian penghargaan



5 Proper bertujuan mendorong perusahaan untuk taat terhadap peraturan lingkungan hidup dan mencapai keunggulan lingkungan (environmental excellency) melalui integrasi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dalam proses produksi dan jasa, penerapan sistem manajemen lingkungan, Reduce



Reuse Recycle (3R),



efisiensi energi, konservasi sumberdaya dan pelaksanaan bisnis yang beretika serta bertanggung jawab terhadap masyarakat melalui program pengembangan masyarakat (KLH,2012). Keberadaan UBPN Sultra menimbulkan dampak positif bagi ekonomi dan masyarakat serta menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dampak ekonomi dan lingkungan dari kegiatan pertambangan nikel di UBPN Sultra serta mengidentifikasi manfaat keberadaan pantai buatan dari limbah slag sehingga didapatkan nilai ekonomi dan lingkungan dari kegiatan pertambangan di UBPN Sultra yang mendukung perbaikan kualitas lingkungan. 1.2 Perumusan Masalah Nikel merupakan sumberdaya mineral yang tidak dapat diperbaharui (nonrenewable



resource),



dipertimbangkan



aspek



sehingga



dalam



keberlanjutan.



kegiatan Aspek



pertambangannya



keberlanjutan



perlu



menyertakan



pertimbangan terhadap dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkan dari pertambangan. Dampak langsung kegiatan pertambangan terhadap lingkungan di sekitar UBPN Sultra seperti yang disebutkan dalam laporan tahunan PT. ANTAM (Persero) Tbk meliputi penurunan kualitas tanah, air dan udara, serta gangguan keanekaragaman hayati. Salah satu dampak yang dapat dilihat sebagai akibat dari aktivitas pertambangan nikel adalah meningkatnya kekeruhan perairan pesisir. Hal ini tentu saja dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan organisme di sekitarnya, dan pada kondisi yang ekstrim, hal ini dapat menyebabkan kematian bagi organisme-organisme perairan yang hidup pada lokasi tersebut. Selain itu, adanya aktivitas pertambangan tersebut telah menyebabkan semakin padatnya sedimentasi di daerah muara sungai maupun pada perairan pesisir secara keseluruhan (Hamzah, 2009).



6 Pada saat hujan biasanya air yang melalui sungai-sungai berwarna pekat kemerah-merahan. Keadaan ini juga terjadi di laut, dan bahkan mencapai radius 510 km sejajar pantai dan radius ± 700 meter tegak lurus terhadap garis pantai. Kuat dugaan bahwa material yang terbawa bersama air tersebut berasal dari sisa aktivitas penambangan (overburden) yang masuk ke perairan pesisir melalui sungai dan air limpasan permukaan di sekitar lokasi pertambangan (Zubayr, 2009). Upaya pengendalian terhadap dampak lingkungan akibat kegiatan operasional yang dijalankan dan juga pascatambang mengikuti rencana induk pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam tahapan penambangan. Pemanfaatan limbah slag berupa pantai buatan yang dilakukan oleh PT. ANTAM (Persero) Tbk UBPN Sultra juga memberikan alternatif wisata bagi masyarakat Pomalaa. Pantai buatan dari limbah tailing (slag) ini memiliki tiga kolam untuk berenang dan wisata budi daya bakau. Masyarakat bebas masuk ke kawasan pantai tanpa dikenakan biaya masuk oleh pihak pengelola, dalam hal ini PT. ANTAM (Persero) Tbk UBPN Sultra. Pantai dibuka setiap harinya dari pukul 08.00 WITA sampai 22.00 WITA. Pantai Harapan ramai dikunjungi wisatawan saat musim liburan dan akhir pekan dikarenakan pantai ini satu-satunya pantai buatan dari limbah slag di Pomalaa. Melihat potensi pertambangan nikel di UBPN Sultra terhadap pendapatan perusahaan dan peningkatan ekonomi masyarakat, permasalahan yang terjadi berkaitan dengan dampak lingkungan, serta manfaat pemanfaatan limbah slag menjadi pantai buatan, penulis terdorong untuk menganalisis penerimaan perusahaan dari kegiatan pertambangan, penyerapan tenaga kerja lokal, dampak lingkungan yang ditimbulkan serta pencegahannya, dan manfaat limbah slag menjadi pantai buatan. Dengan mengetahui seberapa besar dampak secara ekonomi dan lingkungan dari kegiatan pertambangan dan pengelolaan lingkungan, diharapkan PT. ANTAM (Persero) Tbk UBPN Sulawesi Tenggara dapat meningkatkan upaya pelestarian lingkungan untuk keberlanjutan kegiatan operasional maupun kesejahteraan masyarakat di sekitar lokasi pertambangan. Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:



7 1. Bagaimana dampak ekonomi dari kegiatan produksi pertambangan nikel PT. ANTAM (Persero) Tbk UBPN Sultra? 2. Bagaimana kegiatan produksi pertambangan nikel PT. ANTAM (Persero) Tbk UBPN Sultra berdampak pada lingkungan? 3. Bagaimana manfaat dari penggunaan limbah slag menjadi objek wisata pantai buatan? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui manfaat dari upaya pengelolaan lingkungan dan pengendalian dampak lingkungan yang dilakukan oleh PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk UBPN Sulawesi Tenggara agar bermanfaat bagi kegiatan operasional perusahaan. Sementara itu, secara khusus penelitian ini bertujuan: 1. Menganalisis dampak ekonomi dari kegiatan produksi pertambangan nikel PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk UBPN Sulawesi Tenggara. 2. Menganalisis dampak lingkungan dan upaya pengendalian dampak lingkungan dari kegiatan produksi PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk UBPN Sulawesi Tenggara. 3. Mengidentifikasi manfaat dari penggunaan limbah slag yang digunakan untuk membuat objek wisata pantai buatan. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan informasi kepada UBPN Sultra mengenai besarnya manfaat dari upaya pengendalian dampak lingkungan sebagai bahan pertimbangan pengendalian dampak lingkungan kegiatan pertambangan nikel UBPN Sultra yang lebih optimal. 2. Memberikan informasi kepada UBPN Sultra mengenai manfaat keberadaan pantai buatan dari pemanfaatan limbah slag. 3. Memberikan



informasi



sebagai



masukan



bagi



Pemerintah



Daerah



Kabupaten Kolaka maupun Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam menyusun kebijakan dalam pengelolaan lingkungan bagi perusahaan pertambangan di daerah tersebut.



8 4. Menjadi sarana bagi penulis untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu yang diperoleh dari Departemen Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibatasi untuk menganalisis pendapatan perusahaan, penyerapan tenaga kerja lokal, peningkatan infrastruktur Kabupaten Kolaka, dan dampak lingkungan yang terjadi serta mengidentifikasi manfaat dari penggunaan limbah slag menjadi pantai buatan. Pendapatan perusahaan dalam penelitian ini adalah pendapatan yang didapatkan dari hasil penjualan bijih nikel limonit dan saprolit (laterit berkadar tinggi dan rendah). Peningkatan infrastruktur Kabupaten Kolaka dalam penelitian ini adalah dampak dari keberadaan kegiatan pertambangan UBPN Sultra terhadap berkembangnya infrastruktur Kabupaten Kolaka. Penyerapan tenaga kerja lokal dalam penelitian ini adalah tenaga kerja yang berasal dari Provinsi Sulawesi Tenggara yang bekerja di UBPN Sultra. Dampak lingkungan dalam penelitian ini adalah perubahan terhadap kondisi lingkungan yang dirasakan masyarakat maupun yang mempengaruhi kegiatan operasional di UBPN Sultra serta kegiatan yang dilakukan PT. ANTAM (Persero) Tbk untuk mengendalikan dampak lingkungan berupa sedimentasi di perairan sekitar lokasi penambangan dan pengolahan nikel. Dampak lingkungan yang akan diteliti dibatasi hanya dampak terhadap kualitas udara serta sedimentasi yang terjadi di perairan sekitar lokasi penambangan dan pengolahan nikel. Dalam analisis penyerapan tenaga kerja dan kehilangan pendapatan masyarakat karena sakit, jumlah tenaga kerja menggunakan pendekatan jumlah kepala keluarga karena data penelitian yang terbatas sehingga diasumsikan dalam satu keluarga terdapat satu orang tenaga kerja. Identifikasi manfaat penggunaan limbah slag menjadi pantai buatan dibatasi untuk mengetahui bagaimana keberadaan pantai buatan ini memberikan manfaat bagi masyarakat. Lokasi penelitian berada di Unit Bisnis Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara milik PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk di Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian dilakukan pada kegiatan penambangan nikel limonit dan saprolit (laterit berkadar tinggi dan rendah) di tambang nikel Pomalaa.



9



II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertambangan Nikel 2.1.1 Tahapan Kegiatan Pertambangan Nikel Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009, pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral dan batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang. Badan



Pengendalian



Dampak



Lingkungan



(Bapedal)



(2001)



mengemukakan bahwa kegiatan pertambangan pada umumnya memiliki tahaptahap kegiatan sebagai berikut: 1. Eksplorasi 2. Pembangunan infrastruktur, jalan akses, dan sumber energi. 3. Pembangunan kamp kerja dan kawasan pemukiman. 4. Ekstraksi dan pembuangan limbah batuan. 5. Pengolahan bijih dan operasional. 6. Penampungan tailing (slag), pengolahan, dan pembuangannya. Sumberdaya nikel umumnya terdapat tidak terlalu dalam dari permukaan tanah sehingga sistem penambangan bijih nikel yang digunakan di Indonesia adalah sistem tambang terbuka. Bijih nikel hasil penambangan terbagi menjadi bijih nikel saprolit dan limonit. Bijih nikel limonit adalah bijih nikel laterit dengan kadar rendah dan mengandung 0.8% - 1.5% nikel, 25%-35% besi dan sedikit kobalt. Limonit terletak di atas lapisan saprolit dan lebih murah dan lebih mudah untuk ditambang. Bijih nikel saprolit terbentuk dibawah zona limonit. Saprolit secara umum mengandung sekitar 1,5%-2,5% nikel dan digolongkan sebagai bijih laterit kadar tinggi. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam sistem pertambangan terbuka, antara lain5: 5



http://halteng.org/tambang_sistem.php. Diakses pada tanggal 21 Maret 2013 pukul 15:25



10



1. Land Clearing Proses land clearing adalah proses membersihkan terlebih dahulu vegetasi yang terdapat diatas cadangan nikel untuk memudahkan pembongkaran dan penggalian material tanah penutup dan bijih nikel yang akan dilakukan kemudian. 2. Top Soiling Setelah tahap land clearing selesai dilakukan, lapisan tanah paling atas yang mengandung humus dan unsur hara yang penting untuk kesuburan tanah dikupas dan diangkut lalu ditimbun pada lokasi khusus. Hal ini dilakukan dengan harapan kondisi dan komposisi tanah paling atas tersebut tidak berubah dan dapat digunakan kembali ketika proses reklamasi dan revegetasi dilakukan setelah kegiatan penambangan selesai dilakukan. 3. Pengupasan dan Pengangkutan Tanah Penutup (Overburden) Setelah tahapan land clearing dan top soiling telah selesai dilakukan, lapisan tanah yang tidak mengandung atau memiliki kadar nikel yang rendah dikupas dan diangkut terlebih dahulu (overburden). Tahapan ini dilakukan karena endapan cadangan nikel (saprolit dan limonit) biasanya terletak dibawah lapisan tanah penutup. 4. Pengupasan dan Pengangkutan Bijih Nikel Setelah



lapisan



tanah



penutup



telah



selesai



dikupas,



maka



penambangan bijih nikel (saprolit dan limonit) dapat dilakukan. Tahapan penambangan ini dapat dilakukan dengan menggunakan kombinasi peralatan back hoe dan dump truck. Bijih nikel yang telah ditambang kemudian akan diangkut ke stock pile untuk ditimbun sementara pada lokasi tambang atau langsung menuju pabrik pengolahan maupun dikirim ke pelabuhan untuk dikirim ke lokasi yang telah ditentukan. 5. Pengangkutan Setelah ditambang, material bijih nikel selanjutnya akan diangkut menuju lokasi pengolahan untuk diolah maupun ke pelabuhan untuk dikirim



11 ke pihak pembeli. Proses pengangkutan bijih nikel menggunakan kombinasi peralatan dump truck dan kapal tongkang. 6. Penimbunan Kegiatan penambangan akan menghasilkan perubahan bentuk muka bumi berupa cekungan-cekungan bekas lokasi penambangan. Oleh karena itu, perusahaan tambang memiliki kewajiban untuk melakukan kegiatan penimbunan pada lokasi bekas tambang sehingga dapat meminimalisasi perubahan bentang alam yang terjadi. Dalam tahap ini, lapisan tanah paling atas yang mengandung humus dan unsur hara digunakan kembali. Kegiatan penimbunan ini menggunakan kombinasi peralatan back hoe dan bulldozer. 2.1.2 Dampak Lingkungan Pertambangan Nikel Kegiatan penambangan dengan sistem tambang terbuka memberikan dampak



terhadap



lingkungan.



Pada



umumnya,



kegiatan



penambangan



menggunakan sistem tambang terbuka melibatkan kegiatan seperti mobilisasi peralatan, pembangunan dan peningkatan jalan tambang, pembukaan lahan, serta pembangunan sarana penunjang. Secara keseluruhan, kegiatan pertambangan nikel memberikan dampak lingkungan berupa perubahan komponen ruang, lahan dan tanah, penurunan kualitas udara, gangguan berupa getaran, perubahan iklim mikro, gangguan terhadap siklus hidrologi, peningkatan erosi tanah dan sedimentasi, penurunan kualitas air, gangguan terhadap biota darat (flora dan fauna) dan gangguan terhadap biota perairan (Zubayr, 2009). Gangguan terhadap biota perairan dapat diakibatkan oleh semakin keruhnya perairan pesisir sebagai dampak dari aktivitas pertambangan yang dilakukan. Peningkatan laju erosi tanah terutama terjadi karena hilangnya vegetasi penutup tanah yang terjadi akibat kegiatan pembukaan lahan, pengupasan lapisan tanah pucuk (topsoil), dan penambangan bijih nikel (Hamzah, 2009). 2.1.3 Limbah Pertambangan Nikel Dalam kegiatan pertambangan nikel tidak terlepas dari berbagai dampak negatif yang ditimbulkan terhadap lingkungan yaitu dihasilkannya tiga jenis limbah cair berupa air pendingin mesin, air pendingin slag dan oli bekas serta dua jenis limbah padat berupa overburden dan tailing(slag) (Hamzah, 2009).



12 Tailing pertambangan nikel yaitu slag berupa butiran-butiran semen yang seperti logam. Bila limbah padat slag tersebut sifatnya terlalu asam bisa menyebabkan logam-logam tertentu seperti seng dan logam lain terlepas sehingga dapat membahayakan suatu perairan karena dapat menyebabkan penurunan kualitas perairan baik secara fisik maupun kimia dan memberikan pengaruh terhadap struktur komunitas organisme suatu perairan (Zubayr, 2009). Limbah dari kegiatan pertambangan nikel dapat berupa limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Definisi umum dari limbah B3 adalah limbah yang berpotensi menimbulkan resiko terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat (Zubayr, 2009). Menurut Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999, definisi limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan



lingkungan hidup,



dan/atau dapat



membahayakan



lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. Dalam peraturan pemerintah ini juga dijelaskan bahwa limbah yang termasuk limbah B3 apabila setelah melalui pengujian memiliki salah satu atau lebih karakteristik seperti berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, dan bersifat korosif. 2.2 Multiplier Effect Richardson (1972) dalam Laoh (1989) mengatakan bahwa analisis inputoutput merupakan suatu alat untuk menduga dampak dari pembangunan ekonomi suatu wilayah, dan besarnya dampak tersebut dapat dilihat melalui besaran koefisien pengganda (multiplier). Koefisien pengganda yang banyak digunakan antara lain yaitu koefisien pengganda output, koefisien pengganda tenaga kerja, dan koefisien pengganda pendapatan. Menurut tipe perlakuannya, koefisien pengganda dapat dibedakan atas koefisien pengganda tipe I dan koefisien pengganda tipe II. Menurut Cooper et al (1998) konsep multiplier didasarkan pada penjualan perusahaan yang membutuhkan pembelian dari perusahaan lain di dalam perekonomian lokal, seperti sektor industri ekonomi yang saling bergantung satu



13 sama lain. Menurut terminologi, terdapat tiga efek multiplier, yaitu efek langsung (direct effect), efek tidak langsung (indirect effect), dan efek lanjutan (induced effect). Ketiga efek ini digunakan untuk menghitung ekonomi yang selanjutnya digunakan untuk mengestimasi dampak ekonomi di tingkat lokal. Ratio Income Multiplier yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran unit usaha yang berdampak terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini mengukur dampak tidak langsung (indirect) dan lanjutan (induced). Ratio income multiplier tipe 1 menggambarkan nilai dampak tidak langsung dari pengeluaran pedagang atau unit usaha, sedangkan ratio income multiplier tipe 2 merupakan ukuran dari dampak lanjutan. Secara matematis dirumuskan (Marine Ecotourism for Atlantic Area, 2001) : Keynesian Local Income Multiplier



=D+N+U E



Ratio Income Multiplier Tipe 1



=D+N D



Ratio Income Multiplier Tipe 2



=D+N+U D



Dimana : E



= Tambahan pengeluaran pedagang/unit usaha (rupiah)



D



= Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (rupiah)



N



= Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (rupiah)



U



= Pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E (rupiah)



2.3 Penilaian terhadap Kerusakan atau Pencemaran Sumberdaya Alam dan Lingkungan Menurut KLH (2007), valuasi ekonomi dapat juga diterapkan untuk mengetahui nilai kerusakan suatu lingkungan. Setelah unsur kerusakan dan menurunnya fungsi lingkungan diidentifikasi, dapat dilakukan pendekatan nilai ekonomi total kerusakan lingkungan maupun pendekatan nilai ekonomi total atas biaya rehabilitasi dan restorasi sumberdaya alam dan lingkungan untuk mengetahui besarnya nilai ekonomi total kerusakan.



14 Pendekatan nilai ekonomi total kerusakan lingkungan didasarkan pada nilai jasa lingkungan, keanekaragaman hayati, dan pengaruh sosial budaya yang hilang dan atau rusak. Pendekatan nilai ekonomi total atas biaya rehabilitasi digunakan untuk menghitung biaya rehabilitasi atas kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan dengan cara memperkirakan biaya pemulihan (KLH, 2007). Nilai degradasi atau nilai kerusakan merupakan biaya yang dibayarkan kepada pihak yang terkena dampak pencemaran atau kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan sehingga yang bersangkutan menjadi pulih atau tidak mengalami keadaan yang lebih buruk dibanding dengan keadaan sebelum terkena pencemaran atau kerusakan. Penghitungan biaya kerusakan melalui valuasi ekonomi menggunakan anggapan bahwa sumberdaya alam dan lingkungan memberikan pelayanan atau jasa yang secara langsung maupun tidak langsung diberi nilai oleh manusia. Sedangkan valuasi kerusakan melalui biaya rehabilitasi juga melibatkan manusia dan ditentukan oleh cara rehabilitasi yang dipilih untuk dilaksanakan (KLH, 2007). Menurut Fauzi (2014), penilaian kerusakan lingkungan dapat membantu kebijakan publik dalam penentuan harga yang tepat dan penggunaan mekanisme fiskal, seperti pajak lingkungan, dapat membantu pengambilan keputusan atas kebijakan publik terhadap pentingnya barang dan jasa yang dihasilkan dari sumberdaya alam dan lingkungan, memasukkan aspek deplesi dan degradasi dari sumberdaya alam dan lingkungan dalam konteks perencanaan pembangunan, serta dapat membantu kebijakan publik dalam penentuan kompensasi yang terjadi pada sumberdaya alam dan lingkungan. 2.3.1 Konsep Perubahan Produktivitas Valuasi terhadap sumberdaya alam dan lingkungan melalui pendekatan perubahan



produktivitas



dilakukan



dengan



menggunakan



harga



pasar



sesungguhnya. Dengan mengetahui harga pasar dan kuantitas sumberdaya alam dan lingkungan, maka dapat diketahui nilai total dari sumberdaya alam tersebut (KLH, 2007). Dalam metode ini, kuantitas sumberdaya alam dianggap sebagai faktor produksi, sehingga perubahan dalam kualitas lingkungan mengubah produktivitas



15 dan biaya produksi. Perubahan produktivitas dan biaya produksi tentu akan mengubah harga dan tingkat hasil yang dapat diamati dan diukur (KLH, 2007). 2.3.2 Konsep Biaya Pencegahan Apabila nilai jasa lingkungan tidak dapat diduga nilainya, maka pendekatan ini, baik pengeluaran aktual maupun potensi pengeluaran, dapat dipakai. Melalui konsep ini, nilai lingkungan dihitung berdasarkan hal-hal yang disiapkan masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan kerusakan lingkungan, seperti pembuatan terasering untuk mencegah terjadinya erosi di dataran tinggi, biaya pemeliharaan taman nasional untuk memperbaiki kualitas air dan atau udara, dan lain-lain (KLH, 2007). 2.3.3 Pendekatan Biaya Kesehatan Dampak perubahan kualitas lingkungan dapat berakibat negatif pada kesehatan, yaitu menyebabkan sekelompok masyarakat menjadi sakit. Tahapan pelaksanaan pendekatan biaya pengobatan ini dimulai dari informasi yang menjelaskan bahwa telah terjadi gangguan kesehatan yang berakibat perlunya biaya pengobatan dan atau kerugian akibat penurunan produktivitas kerja, jumlah biaya pengobatan yang dibutuhkan sampai sembuh, besar kerugian akibat penurunan produktifitas kerja, yang terakhir adalah menghitung total biaya pengobatan dan penurunan produktifitas kerja (KLH, 2007). Menurut Dixon et al. (1996), pendekatan biaya kesehatan dapat digunakan untuk mengukur nilai dari kerugian kesehatan karena pencemaran, pendekatan ini didasarkan kepada keterkaitan fungsi kerusakan yang berhubungan dengan tingkat pencemaran dan pengaruhnya terhadap kesehatan fisik. Pendekatan biaya kesehatan telah digunakan untuk memperkirakan nilai ekonomi dengan tujuan meningkatkan kesehatan. Metode ini memperkirakan pengeluaran privat dan umum untuk kesehatan dan nilai kehilangan pendapatan, dalam hubungan morbidity dan mortality serta tingkat pencemaran. Pendekatan biaya kesehatan mengabaikan pengaruh preferensi individu pada kesehatan dan penyakit, dimana mereka bersedia membayar. Pendekatan ini menganggap perawatan kesehatan individu sebagai pengeluaran dan tidak



16 menerima kemungkinan individu melakukan pencegahan terhadap penyakit dan menyediakan biaya untuk mengurangi resiko kesehatan. 2.4 Penelitian Terdahulu Penelitian



tentang



Analisis



Ekonomi



dan



Lingkungan



Kegiatan



Pertambangan Nikel merupakan penelitian yang bertujuan untuk melihat dampak ekonomi dan lingkungan yang terjadi dari kegiatan penambangan nikel serta identifikasi dari program pengelolaan dampak lingkungan yang terdapat di lokasi penelitian. Untuk melakukan penelitian tersebut, perlu diketahui metode-metode dan alat analisis yang komprehensif agar penelitian menghasilkan output yang kemudian dapat digunakan untuk penelitian serupa selanjutnya. Untuk mengetahui pola berpikir dalam penelitian terhadap analisis dampak ekonomi dan lingkungan, maka perlu dilakukan peninjauan terhadap penelitian terdahulu yang relevan. Hermawati (2012) melakukan penelitian mengenai Dampak Ekonomi, Sosial dan Lingkungan dari Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Perah: Studi Kasus di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dengan menggunakan metode kuantitatif dan analisis regresi logistik. Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis pendapatan usaha ternak dari segi penerimaan dan biaya serta pengeluaran energi responden dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007. Analisis regresi logistik digunakan untuk mengolah faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam mengelola limbah ternak sapi perah menjadi biogas menggunakan program Statistics SPSS 17. Penelitian ini juga menggunakan metode kualitatif dengan analisis deskriptif yang digunakan untuk menganalisis persepsi dan dampak sosial dan lingkungan dari pemanfaatan limbah ternak sapi perah. Analisis ekonomi menggunakan metode kualitatif memberikan hasil bahwa pemanfaatan limbah menjadi biogas memiliki dampak ekonomi terhadap peningkatan pendapatan peternak



dan



penghematan



pengeluaran



energi



masyarakat.



Sama-sama



menganalisis tentang ekonomi dan lingkungan, tetapi dalam penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif dan analisis regresi logistik. Haqq (2009) melakukan penelitian mengenai Analisis Efektivitas Biaya dan Penilaian Masyarakat terhadap Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Telogorejo



17 Semarang. Penelitian ini menggunakan metode analisis efektivitas biaya untuk meminimisasi biaya eksternal yang dikeluarkan dengan tanpa mengurangi manfaat yang diharapkan dari pengelolaan limbah sehingga sistem pengelolaan limbah akan menjadi semakin baik. Dari metode ini didapat hasil Besar UDC yang didapat dari perhitungan adalah Rp 1 397.04. Sedangkan rasio efektivitas biaya yang paling kecil ada pada parameter COD, yaitu Rp 0.016/mg. Rasio efektivitas biaya parameter TSS, BOD, NH3 dan PO4 adalah Rp 0.018/mg, Rp 0.044/mg, Rp 0.089/mg dan Rp 0.471/mg. Dalam penelitian menggunakan metode analisis efektivitas biaya ini jenis biaya yang digunakan adalah biaya instalasi yang dibagi dengan umur ekonomis IPAL, biaya operasional dan pemeliharaan rutin selama tiga tahun, yaitu dari Januari 2005 sampai dengan Desember 2007. Hamzah (2009) melakukan penelitian mengenai Studi Kualitas Air Lokasi Pertambangan Nikel Pomalaa Sulawesi Tenggara. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas perairan, mengetahui besarnya beban pencemaran dan menganalisis kapasitas asimilasi perairan pesisir di lokasi penambangan nikel Pomalaa. Penelitian dilakukan di 12 stasiun pengamatan yaitu, Sungai HukoHuko, Sungai Pelambua, Outlet Pabrik, Sungai Kumoro, Dermaga Pomalaa, Galangan Kapal, Laut Pomalaa, Dermaga Slag Dawi-Dawi, Laut Tambea, Laut Latumbi, Laut Sopura, dan Laut Tanjung Leppe. Penelitian menggunakan Indeks STORET memberikan hasil status pencemaran di setiap stasiun penelitian. Stasiun Sungai Kumoro tergolong tercemar ringan sedangkan stasiun lain termasuk ke golongan tercemar sedang. Penelitian ini juga dilakukan di Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, tetapi penelitian ini dilakukan untuk mengetahui beban pencemaran di perairan Pomalaa sebagai akibat kegiatan pertambangan nikel yang dilakukan berbagai perusahaan. Zubayr (2009) melakukan penelitian mengenai Analisis Status Pencemaran Logam Berat di Wilayah Pesisir (Studi Kasus Pembuangan Limbah Cair dan Tailing Padat/Slag Pertambangan Nikel Pomalaa). Penelitian dilakukan di wilayah pesisir Kabupaten Kolaka khususnya di daerah pembuangan limbah/tailing melalui serangkaian pengamatan karakteristik limbah/tailing dan pengukuran sifat fisika-kimia air di wilayah pesisir. Lokasi pengambilan sampel terdiri dari 2



18 bagian yaitu 4 stasiun sebagai jalan masuk limbah dari lokasi eksploitasi dan pabrik, 8 stasiun berada di laut sebagai penerima limbah. Analisis data utama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penentuan beban pencemaran dan kapasitas asimilasi. Penentuan status mutu perairan lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan metode STORET. Analisis data sosial tentang persepsi masyarakat tentang limbah cair dan tailing (slag) di lokasi penelitian adalah berupa wawancara dan kuisioner bersifat deskriptif. Hasil analisis STORET dari 8 stasiun pengukuran di wilayah pesisir tempat pembuangan limbah cair dan tailing (slag), semuanya dalam kategori pencemaran sedang.Ada 90% masyarakat yang tidak mengetahui wilayah pesisir Pomalaa memiliki kandungan logam berat, ini menandakan kurangnya perhatian pemerintah terhadap kegiatan pertambangan khususnya pemantauan limbah/tailing (slag) yang dibuang. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan sekaligus informasi dalam upaya rehabilitasi, pelestarian dan pemanfaatan kawasan pesisir. Penelitian ini juga dilakukan di Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, dan penelitian ini menganalisis status pencemaran logam berat yang diakibatkan pembuangan limbah cair dan tailing padat/slag di pertambangan nikel Pomalaa. Wulandari (2013) melakukan penelitian mengenai Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Akibat Kerusakan Situ (Kasus Pemukiman Sekitar Situ Pladen, Kelurahan Beji, Kota Depok). Penelitian dilakukan untuk mengestimasi nilai kerugian ekonomi masyarakat akibat kerusakan Situ Pladen. Penelitian dilaksanakan di Situ Pladen, Kelurahan Beji, Kecamatan Beji, Kota Depok. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, uji Friedman, dan metode valuasi ekonomi. Hasilnya adalah total kerugian ekonomi masyarakat akibat banjir tahun 2013 adalah sebesar Rp 92 956 229.23, total biaya pencegahan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir adalah sebesar Rp 1 640 325 566.81.



19 Tabel 3 Studi terdahulu yang berkaitan dengan penelitian Judul Penelitian Dampak Ekonomi, Sosial dan Lingkungan dari Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Perah: Studi Kasus di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat



-



-



Tujuan Analisis dampak ekonomi terhadap pendapatan dan pengeluaran energi responden. Analisis dampak sosial dan lingkungan pemanfaatan limbah kotoran ternak sapi sebagai biogas.



-



-



Metode Analisis Analisis deskriptif dan pendapatan (pendekatan penerimaan dan pengeluaran rumah tannga usaha ternak). Analisis deskriptif



-



-



Analisis Efektivitas Biaya dan Penilaian Masyarakat terhadap Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Telogorejo Semarang



-



Menghitung dan menganalisis UDC dan efektivitas biaya penurunan per satuan parameter limbah.



UDC dan costeffectiveness analysis



-



Studi Kualitas Air Lokasi Pertambangan Nikel Pomalaa Sulawesi Tenggara



-



Mengevaluasi kualitas perairan lokasi penambangan nikel Pomalaa. Mengetahui besarnya beban pencemaran yang masuk ke perairan lokasi penambangan nikel Pomalaa. Menganalisis kapasitas asimilasi perairan lokasi penambangan nikel Pomalaa.



-



-



-



-



-



Storet Pengukuran langsung debit sungai dan konsentrasi parameter. Grafik hubungan antara konsentrasi parameter limbah dengan beban pencemaran dan selanjutnya dianalisis dengan cara memotongkannya dengan garis baku mutu sesuai dengan peruntukan dan jenisnya.



-



-



Hasil Pendapatan usaha ternak biogas lebih tinggi dibandingkan usahaternak non biogas dengan selisih Rp 143.191/bulan dan penghematan pengeluaran energi bagi rumahtangga pengguna biogas sebesar Rp 31.890/bulan. Perubahan kondisi lingkungan sekitar kandang yang lebih bersih, dan berkurangnya pencemaran udara, serta berkurangnya kegiatan penebangan pohon di hutan dan kebun carik desa. Besar unit daily cost (UDC) pengelolaan limbah adalah sebesar Rp 1.397.04 dan biaya penurunan per satuan parameter yang paling efektif pada pengelolaan limbah cair adalah parameter COD (Rp 0.016/mg) dengan ratarata penurunan sebesar 86.864 mg/l. Sungai Kumoro tergolong tercemar ringan dan sebelas stasiun pengamatan lain termasuk kategori tercemar sedang. Beban pencemaran masing-masing parameter yaitu TSS 2612,803 ton/bulan, BOD5 291,879 ton/bulan, nitrat 17,123 ton/bulan, NH3-N 0,140 ton/bulan, besi 3,624 ton/bulan, seng 0,393 ton/bulan, khrom 1,892 ton/bulan, timbal 0,974 ton/bulan dan nikel 0,661 ton/bulan. Berdasarkan hasil perhitungan untuk parameter TSS, besi, seng, khrom, timbal dan nikel, beban pencemarannya telah melampaui batas kapasitas asimilasinya. Sedangkan untuk parameter BOD5 dan amonia, beban pencemarannya jauh lebih kecil dari kapasitas asimilasinya.



20 Judul Penelitian Analisis Status Pencemaran Logam Berat di Wilayah Pesisir (Studi Kasus Pembuangan Limbah Cair dan Tailing Padat/Slag Pertambangan Nikel Pomalaa Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Akibat Kerusakan Situ (Kasus Pemukiman Sekitar Situ Pladen, Kelurahan Beji, Kota Depok)



Tujuan Mendapatkan kuantitas dan karakteristik limbah cair/tailing padat (slag) dari hasil penambangan dan pengolahan nikel Pomalaa. Mengestimasi nilai kerugian ekonomi masyarakat sekitar akibat kerusakan Situ Pladen.



Metode Analisis Metode Storet



Hasil Ada dua jenis limbah khusus yaitu limbah tailing (slag) mengandung beraneka mineral dan dihasilkan ± 423.283 ton/hari serta batuan limbah mengandung mineral rendah.



-



Total kerugian ekonomi masyarakat akibat banjir 2013 adalah sebesar Rp 92 956 229.23, dan total biaya pencegahan masyarakat dalam kurun waktu 10 tahun terakhir adalah sebesar Rp 1 640 325 566.81



Cost Of Illness Preventive Expenditure



21



III KERANGKA PEMIKIRAN Sektor



pertambangan



memiliki



peran



penting



dalam



membangun



perekonomian negara. Sumberdaya mineral yang dimiliki Indonesia tersebar dari Pulau Sumatera sampai Pulau Irian Jaya. Melimpahnya sumberdaya mineral dan besarnya potensi pengembangan sektor pertambangan mendorong perusahaanperusahaan pertambangan baik yang dimiliki oleh pemerintah maupun swasta untuk mengekstraksi sumberdaya yang ada. Produksi mineral logam nikel memiliki potensi untuk dikembangkan di Indonesia. Salah satu perusahaan yang mengekstraksi sumberdaya mineral logam nikel adalah PT. ANTAM (Persero) Tbk. Perusahaan ini melakukan kegiatan dan operasi pertambangan di Provinsi Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara. Unit Bisnis Pertambangan Nikel (UBPN) Sulawesi Tenggara di Pomalaa dan Tapunopaka serta UBPN Maluku Utara di Buli. Perlu dipertimbangkan aspek keberlanjutan yang menyangkut dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan pertambangan nikel. Kegiatan pertambangan yang dilakukan PT. ANTAM (Persero) Tbk. memberikan dampak ekonomi dan lingkungan yang dirasakan oleh masyarakat Provinsi Sulawesi Tenggara. Dampak ekonomi yang ditimbulkan adalah peningkatan pendapatan perusahaan, penyerapan tenaga kerja lokal, peningkatan infrastruktur Provinsi Sulawesi Tenggara, dan multiplier effect. Dampak lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan pertambangan ini diantaranya adalah



penurunan



kualitas udara disekitar lokasi pertambangan, dan sedimentasi yang terjadi di pesisir Kabupaten Kolaka yang berdekatan dengan lokasi pertambangan. PT. ANTAM (Persero) Tbk telah mengalokasikan biaya lingkungan yang mencapai Rp 105 656 915 249 untuk seluruh unit operasi. Upaya pengendalian terhadap dampak lingkungan akibat kegiatan operasional perusahaan dan juga pascatambang mengikuti rencana induk pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam tahapan penambangan. PT. ANTAM (Persero) Tbk UBPN Sultra memanfaatkan limbah pertambangan berupa slag untuk membuat pantai buatan. Pantai ini menjadi lokasi wisata alternatif bagi masyarakat Pomalaa yang ingin berenang di laut. Lokasi



22 wisata ini ramai dikunjungi oleh wisatawan dan wisatawan yang ingin menikmati fasilitas tidak dikenakan biaya masuk. Tahapan pertama dalam penelitian ini adalah mengetahui dampak ekonomi dari kegiatan produksi pertambangan nikel di UBPN Sultra. Tahapan kedua adalah melihat dampak lingkungan yang dihasilkan, kemudian dianalisis menggunakan pendekatan penilaian terhadap kerusakan atau pencemaran sumberdaya alam dan lingkungan. Tahap ketiga adalah mengetahui manfaat lain dari kegiatan pertambangan nikel di UBPN Sultra berupa pemanfaatan limbah slag yang digunakan untuk membuat objek wisata berupa pantai buatan. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai nilai dampak ekonomi dan lingkungan dari kegiatan pertambangan nikel bagi UBPN Sultra. Dan selanjutnya dapat digunakan oleh Pemerintah daerah Kabupaten Kolaka dalam menyusun kebijakan dalam pengelolaan lingkungan bagi perusahaan pertambangan di daerah tersebut. Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian, maka dibuat alur kerangka berpikir yang dapat dilihat pada Gambar 1.



23 Potensi SumberdayaMineral Logam Nikel di Indonesia Dampak Kegiatan Pertambangan Nikel PT.ANTAM Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara



Identifikasi Dampak Ekonomi Langsung dan Tak Langsung



Identifikasi Dampak Lingkungan Dan Upaya Pengendalian



Dampak Ekonomi - Pendapatan PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk - Penyerapan Tenaga Kerja Lokal - Peningkatan Infrastruktur Kab. Kolaka



- Analisis Usaha - Analisis Penyerapan TK - Analisis Deskriptif Peningkatan Infrastruktur - Multiplier Effect Analysis -



Dampak Ekonomi dari Kegiatan Pertambangan di UBPN Sulawesi Tenggara terhadap Perusahaan dan Masyarakat



Identifikasi Manfaat Penggunaan Limbah Slagdi “Pantai Harapan”



- Penurunan Kualitas Udara - Upaya Pengendalian Sedimentasi



- Cost of Illness - Biaya Pencegahan



Analisis Deskriptif Manfaat Wisata



Nilai Kerugian Masyarakat Akibat Kegiatan Pertambangan di UBPN Sulawesi Tenggara



Manfaat Keberadaan Objek Wisata Pantai Harapan Bagi Masyarakat



Masukan bagi UBPN Sultra dan pemerintah daerah setempat mengenai pengelolaan dampak lingkungan Gambar 1 Diagram Alur Kerangka Berpikir



24



IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Nikel (UBPN) Sulawesi Tenggara. Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Daerah yang dipilih merupakan salah satu unit bisnis pertambangan yang dimiliki PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk yang memberikan dampak ekonomi dan lingkungan bagi perusahaan maupun masyarakat di sekitar lokasi kegiatan pertambangan.UBPN Sulawesi Tenggara juga melakukan pemanfaatan limbah tailing (slag) dari kegiatan pertambangan nikel. Pengambilan data dilakukan pada bulan April sampai bulan Mei 2013 serta pada bulan Juni 2014. 4.2Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan dan wawancara. Pengamatan dilakukan dengan melihat kondisi nyata di lapangan dan dilakukan wawancara langsung terhadap masyarakat, pihak PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra, dan pemerintah setempat. Wawancara dengan pihak terkait mengenai dampak kegiatan pertambangan nikel yang berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat dan lingkungan sekitar. Sedangkan jawaban yang bersumber dari responden melalui wawancara digunakan untuk memperoleh informasi mengenai nilai dampak lingkungan, baik positif maupun negatif, yang diperoleh responden dengan adanya kegiatan pertambangan nikel serta adanya lokasi wisata alternatif yang dibuat oleh UBPN Sultra. Data sekunder adalah data yang relevan sebagai informasi tambahan untuk mendukung penelitian. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data yang diperoleh dari laporan yang telah dipublikasikan maupun laporan yang tidak dipublikasikan yang bersumber dari PT. ANTAM (Persero) Tbk, khususnya UBPN Sultra, Pemerintah Daerah Kabupaten Kolaka, Badan Pusat Statistik (BPS), penelitian terdahulu dan literatur yang terkait dengan penelitian.



25 4.3 Metode Pengambilan Contoh Metode pengambilan contoh terhadap masyarakat sekitar UBPN Sultra yang merasakan dampak lingkungan kegiatan pertambangan serta pengunjung Pantai Harapan menggunakan metode non-probability sampling yaitu semua objek penelitian tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai responden (Juanda, 2007). Pengambilan responden untuk dampak lingkungan dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu teknik penarikan sampel dengan menentukan kriteria khusus terhadap sampel (Prasetyo dan Jannah, 2005). Responden dipilih dari masyarakat yang lokasi tinggalnya berdekatan dengan UBPN Sultra dan bersedia diwawancara. Jumlah responden yang diwawancarai adalah 30 orang dari masyarakat Desa Tambea, Kecamatan Pomalaa. Responden yang merupakan pengunjung objek wisata dipilih dengan menggunakan metode convenience sampling, dimana peneliti mengambil contoh yang mudah tersedia, sembarang atau kebetulan ditemui. Hal ini relatif lebih mudah, cepat serta menghemat biaya. Responden yang terpilih adalah pengunjung sebanyak 40 orang dan memenuhi kriteria yaitu berusia di atas 15 tahun. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian menurut Roscoe (1975) dalam Sekaran et al (2006) adalah untuk kebanyakan penelitian, jumlah sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 sudah tepat. 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Data-data yang diperoleh akan diolah secara deskriptif, kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode analisis usaha, analisis penyerapan tenaga kerja, analisis deskriptif peningkatan infrastruktur, multiplier effect analysis, biaya pencegahan sedimentasi dan pengendalian debu sebagai dampak kegiatan pertambangan nikel, cost of illness serta analisis deskriptif manfaat Objek Wisata Pantai Harapan. Pengolahan data dilakukan dengan alat bantu komputer Microsoft Office Excel 2007. Metode analisis data yang akan digunakan untuk menjawab tujuan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.



26 Tabel 4 Matriks metode analisis data No 1



2



3



Metode Analisis Data Menganalisis PT. Antam Analisis Pendapatan Dampak Ekonomi Tbk UBPN Usaha, Analisis dari Kegiatan Sultra, Penyerapan Tenaga Produksi Pemerintah Kerja, Analisis Pertambangan Nikel Kecamatan Deskriptif, PT. ANTAM Tbk Pomalaa Multiplier Effect UBPN Sultra Analysis Menganalisis Masyarakat Biaya Kesehatan, Dampak Lingkungan Desa Biaya Pencegahan dan Upaya Tambea, PT. Pengendalian Antam Tbk Dampak Lingkungan UBPN Sultra dari Kegiatan Produksi PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra. Mengidentifikasi Pengunjung Analisis Deskriptif Manfaat Dari Pantai Penggunaan Limbah Harapan Slag yang digunakan untuk Membuat Pantai Buatan Tujuan Penelitian



Sumber Data



Jenis Data Sekunder



Primer, Sekunder



Primer



4.4.1 Analisis Dampak Ekonomi a. Analisis Pendapatan Menurut Nicholson (1991), analisis pendapatan bertujuan untuk mengetahui besar keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan, yaitu selisih antara pendapatan total dengan biaya totalnya . Persamaan matematisnya adalah sebagai berikut: Π = TR – TC Dimana: Π TR TC



= PendapatanUBPN Sultra (Rp) = Total penerimaan UBPN Sulawesi Tenggara (Rp) = Total pengeluaran UBPN Sulawesi Tenggara (Rp) Analisis ini menggunakan kriteria, yaitu apabila TR > TC maka



UBPN Sulawesi Tenggara mendapat keuntungan, apabila TR < TC maka UBPN Sulawesi Tenggara mengalami kerugian, dan apabila TR = TC maka usaha mengalami titik impas.



27 b. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan oleh UBPN Sulawesi Tenggara pada tahun dilakukannya penelitian. Untuk mengetahui persentase tenaga kerja yang terserap pada



kegiatan



pertambangan nikel terhadap jumlah tenaga kerja yang tersedia, perlu diketahui potensi kerja. Potensi kerja dihitung dengan menghitung jumlah tenaga kerja yang tersedia dikonversikan hari orang kerja (HOK) dan dikalikan 300 atau jumlah hari kerja dalam setahun. Dengan demikian akan diperoleh angka ketersediaan tenaga kerja per tahun. Adapun persamaan matematis persentase penyerapan tenaga kerja yang dapat ditulis adalah sebagai berikut : % PYTK = JHOK . x 100% TKTe x JHK Keterangan : % PYTK : Persentase penyerapan tenaga kerja kegiatan pertambangan nikel JHOK : Jumlah HOK dalam satu tahun TKTe : Jumlah tenaga kerja yang tersedia JHK : Jumlah hari kerja dalam satu tahun (300) c. Analisis Deskriptif Peningkatan Infrastruktur Peningkatan infrastruktur Kabupaten Kolaka yang merupakan dampak tidak langsung dari keberadaan UBPN Sultra milik PT. ANTAM (Persero) Tbk, dianalisis melalui pendekatan analisis deskriptif. Data yang dikumpulkan menyangkut perkembangan infrastruktur Provinsi Sulawesi Tenggara dan pembangunan yang dilakukan oleh PT. ANTAM (Persero) Tbk. d. Multiplier Effect Analysis Dampak ekonomi dapat diukur menggunakan efek pengganda (multiplier) dari arus uang yang terjadi. Dampak ekonomi kegiatan pertambangan nikel dapat diukur melalui Ratio Income Multiplier Tipe I yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar dampak yang dirasakan dari pengeluaran unit usaha yang berdampak terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini mengukur dampak langsung (direct) dan tidak langsung (indirect). Ratio income multiplier tipe 1 menggambarkan nilai dampak



28 langsung dan tidak langsung dari pengeluaran UBPN Sulawesi Tenggara. Secara matematis dirumuskan: Ratio Income Multiplier Tipe 1



=D+N D



Dimana : D = Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari pengeluaranUBPN Sultra (rupiah) N = Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari pengeluaran UBPN Sultra (rupiah) Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari pengeluaran UBPN Sultra terdiri dari pajak dan retribusi serta peningkatan infrastruktur. Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari pengeluaran UBPN Sultra adalah upah tenaga kerja lokal yang bekerja di UBPN Sultra. Selanjutnya hasil analisis multiplier ini dapat digunakan sebagai acuan atau untuk rekomendasi nilai dampak ekonomi dari kegiatan pertambangan nikel UBPN Sulawesi Tenggara. 4.4.2 Analisis Dampak Lingkungan Dampak lingkungan dari kegiatan pertambangan nikel PT. ANTAM (Persero) Tbk. dapat dilihat dari dua indikator, yaitu kualitas udara di sekitar wilayah kegiatan pertambangan dan pengolahan nikel UBPN Sultra serta sedimentasi wilayah pesisir. Hal ini dapat dianalisis menggunakan metode Biaya Kesehatan dan Biaya Pencegahan. a. Biaya Kesehatan Kegiatan pertambangan nikel memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Lingkungan yang tercemar menimbulkan berbagai penyakit dan menimbulkan biaya pengobatan bagi orang yang terjangkit penyakit tersebut. Menurut Dwight et al (2005) dalam Dewi (2011), pendekatan biaya kesehatan dapat digunakan untuk mengukur nilai dari kerugian kesehatan karena pencemaran, pendekatan ini didasarkan kepada keterkaitan fungsi kerusakan yang berhubungan dengan tingkat pencemaran dan pengaruhnya



29 terhadap kesehatan fisik. Metode ini digunakan untuk memperkirakan biaya morbiditas akibat perubahan yang menyebabkan orang menderita sakit. Menurut Dwight et al (2005) dalam Dewi (2011), biaya kesehatan terdiri dari Direct Cost, Indirect Cost, Opportunity Cost, serta Intangible Cost. Dalam penelitian ini mengestimasi biaya kesehatan melalui Direct Costdan Opportunity Cost. Direct Cost merupakan biaya langsung yang dikeluarkan penderita apabila terjangkit penyakit. Opportunity Cost merupakan biaya kesempatan produktivitas yang hilang akibat menderita penyakit. Direct Cost dalam penelitian ini dianggap sebagai nilai dari biaya pengobatan untuk menyembuhkan penyakit yang diderita responden. Opportunity Cost adalah hilangnya pendapatan responden karena tidak dapat bekerja akibat sakit yang diderita. Nilai biaya kesehatan dapat dilihat pada persamaan berikut ini: C = P + MC Keterangan: C = biaya penyakit (Rp) P = hilangnya pendapatan (Rp) MC = biaya pengobatan (Rp) 1. Nilai Pendapatan yang Hilang Nilai pendapatan responden yang hilang karena sakit dihitung berdasarkan Cost of Time. Cost of Time adalah kerugian responden yang tidak masuk kerja pada saat terkena sakit. Perhitungan nilai Cost of Time dibedakan pada responden yang bekerja sebagai pegawai dan non-pegawai. Bagi responden yang bekerja sebagai pegawai, pendapatan tetap mereka saat ini tidak dipengaruhi oleh jumlah waktu tidak bekerja karena sakit. Namun, untuk mengetahui kehilangan pendapatan tersebut dapat diestimasi melalui pendekatan Value of Sick Leave sebagai proxy dari Cost of Time. Value of Sick Leave menjelaskan bagaimana mengestimasi nilai aktual dari cuti sakit yang dapat digunakan untuk mengurangi premi asuransi kesehatan pada masa pensiunan. Cost of Time pada responden non-pegawai sama dengan nilai hilangnya pendapatan per hari. Nilai ini diperoleh dari jumlah hari tidak bekerja responden non pegawai dikalikan dengan



30 tingkat pendapatan responden per hari. Jadi, nilai pendapatan responden yang hilang dapat dihitung dengan persamaan berikut ini: P=



𝑛 𝑖=1 𝐽HTKi.TPRi



Keterangan: P = Nilai kerugian responden tidak masuk kerja (Rp) JHTK = Jumlah jam/hari tidak kerja responden ke-i TPR = Tingkat pendapatan responden ke-i per jam/hari (Rp) n = Jumlah responden i = Responden ke-i (1, 2, 3,..., n) 2. Biaya Pengobatan Biaya pengobatan yang ditanggung oleh responden dihitung dari jumlah uang yang dikeluarkan untuk berobat, terdiri dari biaya kunjungan ke dokter atau puskesmas dan atau biaya pembelian obat. Biaya pengobatan responden merupakan biaya yang dikeluarkan responden untuk mengobati sakit pada saat responden tersebut menderita sakit. Biaya pengobatan yang dikeluarkan responden dapat dilihat pada persamaan berikut ini: MC =



𝑛 𝑖=1[



BKDi + BOi]



Keterangan: MC = Biaya pengobatan per responden (Rp) BKD = Biaya kunjungan ke dokter (Rp) BO = Biaya pembelian obat (Rp) n = Jumlah responden i = Responden ke-i (1, 2, 2,..., n) Nilai Cost of Illness dapat diestimasi melalui persamaan berikut ini: C = P + MC 𝑛 C = 𝑖=1[Pi+ [BKDi + BOi]] b. Biaya Pencegahan Menurut KLH (2007), apabila nilai jasa lingkungan tidak dapat diduga nilainya, maka pendekatan ini, baik pengeluaran aktual maupun potensi pengeluaran, dapat dipakai. Melalui metode ini nilai lingkungan dihitung berdasarkan hal-hal yang disiapkan masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan kerusakan lingkungan. Tahapan pelaksanaan perhitungan biaya pencegahan menurut KLH (2007) adalah:



31 1. Menentukan cara untuk melakukan pencegahan (meminimkan dampak), baik cara preventif secara fisik maupun perilaku menghindari resiko. 2. Mengidentifikasi data dan harga pasar untuk setiap komponen data yang dibutuhkan. 3. Menjumlahkan semua nilai pengeluaran untuk melaksanakan upaya pencegahan tersebut. 4.4.3 Identifikasi Manfaat Penggunaan Limbah Slag Identifikasi manfaat penggunaan limbah slaguntuk membuat pantai buatan menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik pengunjung objek wisata berupa pantai buatan dari limbah slag. Data awal berupa karakteristik yang didapat akan ditabulasikan ke dalam kerangka tabel kemudian dilakukan analisis terhadap



karakteristik tersebut. Variabel-



variabel yang dianalisis mencakup jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, penerimaan, jumlah tanggungan, daerah asal, jarak tempuh, waktu tempuh,jumlah kunjungan, biaya perjalanan, cara kedatangan, jumlah rombongan, alat transportasi yang digunakan, tujuan kunjungan, dan lama mengetahui lokasi wisata.



32



V GAMBARAN UMUM 5.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian 5.1.1 Kondisi Umum PT. ANTAM (Persero) Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Nikel (UBPN) Sultra PT. ANTAM (Persero) Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Nikel (UBPN) Sulawesi Tenggara (Sultra) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang pertambangan nikel. Kegiatan pertambangan nikel ini secara administrasi berada dalam wilayah Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara. Luas area Kuasa Pertambangan (KP) PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra yaitu 7 251.3 Ha. Menurut Laporan RKL RPL Triwulan 1 Tahun 2012 PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra (2012d), penambangan bijih nikel di dalam wilayah KP Pomalaa terbagi dalam tiga daerah tambang, yaitu Daerah Utara, Daerah Tengah, dan Daerah Selatan termasuk di dalamnya gugusan pulau di Teluk Mekongga. Daerah utara dibatasi oleh sungai Kumoro,di mana pada bagian tengah daerah utara ini terdapat Sungai Kumoro yang mengalir dari arah tenggara ke arah Teluk Mekongga. Daerah ini semakin meluas ke arah utara sampai di luar daerah KP bagian barat dekat pesisir pantai, melingkari bukit-bukit dan daerah ini mengapit ke arah Sungai Kumoro. Daerah tengah bagian utara berbatasan dengan daerah utara bagian selatan, dipisahkan oleh Sungai Kumoro, bagian utara terdapat perbukitan dan bagian selatan adalah pesisir pantai serta bagian barat terdiri dari lembah yang sangat luas dan bagian timur adalah batas daerah KP. Daerah selatan meliputi beberapa daerah antara lain daerah Sitado, Tanjung Pagar,Tanjung Leppe, dan Batu Kilat. Daerah tambang di Teluk Mekongga membentuk gugusan yang dipisahkan oleh laut yang dangkal dengan kedalaman rata-rata 30 meter. Pulau-pulau ini adalah Pulau Maniang, Pulau Lambasani, dan Pulau Buaya. Produksi nikel PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra terdiri dari bijih nikel laterit berkadar tinggi atau High Grade Saprolite Ore (HGSO), bijih nikel



33 laterit berkadar rendah atau Low Grade Saprolite Ore (LGSO), dan Limonit. Bijih nikel laterit yang berkadar tinggi (HGSO >1.80% Ni) semakin menipis jumlah cadangannya, maka dari itu untuk memperpanjang jangka waktu produksi PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra, dimanfaatkan cadangan bijih nikel laterit berkadar rendah (LGSO 1.50%-1.79% Ni) yang cukup besar. Bijih nikel HGSO tersebut selanjutnya dijadikan bahan baku untuk memproduksi logam Ferronikel (FeNi). Sampai saat ini, PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra telah berhasil membangun tiga unit pabrik FeNi, yaitu pabrik unit 1 dengan kapasitas 5 000 ton, pabrik unit 2 dengan kapasitas 5000 ton, dan pabrik unit 3 dengan kapasitas 15 000 ton. Di dalam wilayah PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra selain terdapat pabrik feronikel, terdapat pula infrastruktur penunjang lainnya seperti pembangkit listrik, pelabuhan laut, rumah sakit, dan komplek perumahan pegawai. Hingga akhir tahun 2012,jumlah pegawai tetap PT.ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra mencapai 1 136 orang,naik dibandingkan jumlah pegawai di tahun 2011 sebanyak 1 125 orang. Selain pegawai tetap, masih ada kelompok tenaga kerja lain, yaitu pegawai alih daya (outsourcing) yang dipekerjakan berdasarkan kontrak untuk pekerjaan tertentu. Jumlah pegawai outsourcing pada tahun 2012 di PT.ANTAM (Persero) Tbk.UBPN Sultra mencapai 3 356 orang. PT. ANTAM (Persero) Tbk. memiliki kebijakan untuk melibatkan tenaga kerja lokal atau putera daerah. Pegawai putera daerah didefinisikan sebagai pekerja yang lahir di sekitar kawasan Ring III di sekitar lokasi kegiatan perusahaan, yaitu meliputi cakupan provinsi. Persentase pegawai putera daerah di PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra pada tahun 2012 mencapai 80% dari total jumlah pegawai tetap, yaitu 909 orang. Dari jumlah pegawai putera daerah tersebut, empat orang telah menjabat ditingkat manajer yaitu mencapai 0.44%. Sebagai perusahaan yang memanfaatkan sumberdaya alam, PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra melakukan strategi pasca tambang yang diantaranya adalah pengelolaan lingkungan. Pada tahun 2012, UBPN Sultra telah melakukan upaya reklamasi pada lahan bekas tambang seluas dua puluh hektar. Sembilan hektar berada di Bukit R1 dan sebelas hektar berada di Bukit R2.



34 5.1.2 Kondisi Umum Desa Tambea Desa Tambea berada di wilayah Kecamatan Pomala Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara, dengan luas wilayah kurang lebih 34.16 km². Kondisi geografis berupa daratan berbukit dan berada di pesisir pantai dengan curah hujan 215 mm/tahun, suhu udara berkisar antara 29-33 derajat celcius. Jarak lokasi penelitian dari ibu kota kabupaten yaitu Kolaka kurang lebih 32 km, dari kota kecamatan yaitu Kelurahan Pomalaa, 3 km. Kondisi sarana dan prasarana jalan kabupaten cukup baik, sebagian beraspal dan sebagian lagi rusak dan berbatu, sedangkan sarana jalan desa masih berbatu bahkan masih ada jalan tanah. Desa Tambea termasuk desa yang terletak di tengah Kecamatan Pomalaa, jarak dari desa ke desa yang lain cukup jauh. Secara geografis, Desa Tambea berbatasan dengan wilayah sebagai berikut: a.



Sebelah Utara



: Kelurahan Pomalaa



b.



Sebelah Selatan : Desa Pesouha, Kecamatan Pomalaa



c.



Sebelah Barat



d.



Sebelah Timur : Teluk Bone



: Desa Hakatutobu, Kecamatan Pomalaa



Berdasarkan data monografi desa, diperoleh keterangan bahwa jumlah penduduk pada tahun 2012 sebanyak 983 atau 250 Kepala Keluarga (KK), yang tersebar di tiga kedusunan, yaitu Dusun Sanre Bulo (105 KK), Dusun Mattiro Riaja (71 KK), Dusun Mattiro Rilau (74 KK). Rata-rata penduduk desa ini memiliki mata pencaharian sebagai nelayan dengan persentase sebanyak 57.86% dari total penduduk desa yang bekerja sebanyak 319 orang, karyawan swasta sebesar 26.65%, wiraswasta sebesar 10.97%, PNS sebesar 3.13%, pensiunan PNS/TNI/Polri sebesar 0.94%, dan dukun kampung sebesar 0.63%. Jumlah penduduk Desa Tambea yang menyelesaikan pendidikan adalah sebanyak 564 orang. Persentase tertinggi adalah penduduk yang menyelesaikan pendidikan sampai tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 38.48% (217 orang), selanjutnya adalah penduduk yang menyelesaikan sekolah sampai tingkat Sekolah Dasar (SD) sebesar 37.05% (209 orang). Penduduk yang menyelesaikan pendidikan sampai tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 21.1% (119 orang), sampai tingkat diploma sebesar 1.95% (11 orang), dan sampai tingkat sarjana sebesar 1.42% (8 orang).



35 Secara umum kondisi perokonomian masyarakat tergolong kelas menengah ke bawah, akses terhadap air bersih, sarana pendidikan, sarana peribadatan, dan sarana kesehatan cukup sulit karena jumlahnya yang terbatas serta jalan menuju lokasi yang sulit. Sarana pendidikan yang tersedia di Desa Tambea terdiri dari satu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan satu Sekolah Dasar (SD). Sarana peribadatan yang tersedia terdiri dari satu masjid. Sarana kesehatan yang tersedia terdiri dari satu Pusat Kesehatan Desa (Puskesdes), satu posyandu, sembilan sumur gali, dan dua sumur bor. Adapun potensi yang berasal dari sumber daya alam baik berupa teluk dan hasil tambang cukup memberikan harapan bagi masyarakat Desa Tambea. 5.2 Karakteristik Responden 5.2.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Karakteristik sosial ekonomi masyarakat penting untuk dikaji dalam penelitian ini. Karakteristik sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar UBPN Sultra dapat mempengaruhi besarnya nilai dampak lingkungan yang dirasakan



masyarakat.



Selain



itu,



karakteristik



masyarakat



juga



akan



mempengaruhi jawaban masyarakat terkait persepsi keberadaan serta dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh UBPN Sultra dan upaya pengendaliannya. Karakteristik



sosial



ekonomi



masyarakat



Desa



Tambea



diperoleh



berdasarkan survei terhadap 30 responden yang mewakili 983 orang di desa tersebut. Karakteristik responden ini ditinjau dari beberapa aspek meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, penerimaan rumah tangga, status tempat tinggal, dan lama tinggal. Penjelasan masing-masing kriteria karakteristik responden dapat dijabarkan pada pembahasan di bawah ini. a. Jenis Kelamin Sebagian besar responden yang diwawancarai dalam penelitian ini berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebesar 90% sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan sebesar 10% dari total 30 orang responden. Dominasi responden laki-laki karena pada umumnya laki-laki berperan sebagai kepala keluarga yang bekerja untuk keluarga dan memahami pemasukan serta pengeluaran rumah tangga. Hal ini membantu penelitian



36 untuk memperoleh informasi biaya kesehatan dan hari tidak bekerja karena sakit. Perbandingan umur responden laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Jumlah Responden Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Laki-Laki 27 90 Perempuan 3 10 Jumlah 30 100.00 Sumber: Data primer diolah (2014)



b. Usia Tingkat usia menjadi salah satu kriteria yang mencerminkan tingkat kedewasaan dan pola pikir seseorang dalam mengambil suatu tindakan atau keputusan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan dirinya. Usia responden tergolong cukup bervariasi dengan distribusi usia 21-70 tahun. Jumlah responden terbanyak terdapat pada sebaran usia 31-40 tahun, yaitu sebesar 36.67% dari jumlah keseluruhan responden. Distribusi tingkat umur responden dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Karakteristik responden berdasarkan usia Jumlah Responden Usia Frekuensi Persentase (%) 21-30 6 20.00 31-40 11 36.67 41-50 8 26.67 51-60 4 13.33 61-70 1 3.33 Jumlah 30 100.00 Sumber: Data primer diolah (2014)



c. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang juga menjadi faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan dan pola pikir orang tersebut selain faktor usia. Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini bervariasi, mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai jenjang Perguruan Tinggi (PT). Mayoritas responden merupakan lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA)



37 yaitu sebanyak 53.33% dari keseluruhan responden. Perbandingan persentase tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan Jumlah Responden Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%) SD 5 16.67 SMP 5 16.67 SMA 16 53.33 Diploma 4 13.33 Perguruan Tinggi 0 0.00 Jumlah 30 100.00 Sumber: Data primer diolah (2014)



d. Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaan responden terdiri dari pegawai swasta, buruh, dan wiraswasta. Jenis pekerjaan utama responden masyarakat Desa Tambea adalah pegawai swasta yaitu sebesar 60%, selanjutnya buruh sebesar 23.33% dan wiraswasta sebesar 16.67%. Responden yang bekerja sebagai pegawai swasta bekerja di perusahan-perusahan tambang swasta dan perusahaan penyedia alat berat. Perbandingan persentase jumlah responden pada setiap jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan Jumlah Responden Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) Karyawan Swasta 18 60.00 Buruh 7 23.33 Wiraswasta 5 16.67 Jumlah 30 100.00 Sumber: Data primer diolah (2014)



e. Penerimaan Besarnya penerimaan responden berdasarkan hasil penelitian cukup bervariasi. Penerimaan responden yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah jumlah dari penghasilan utama dan sampingan kepala keluarga. Besarnya penerimaan mempresentasikan tingkat kesejahteraan rumah tangga. Mayoritas responden masyarakat memiliki penerimaan yang



38 berkisar antara Rp 1 500 001-Rp 2 000 000 yaitu sebesar 43.33% dari jumlah responden. Variasi jumlah penerimaan responden dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Karakteristik responden berdasarkan penerimaan rumah tangga Jumlah Responden Penerimaan Rumah Tangga Frekuensi Persentase (%) 1000000-1500000 5 16.67 1500001-2000000 13 43.33 2000001-2500000 5 16.67 2500001-3000000 2 6.67 ≥3000001 5 16.67 Jumlah 30 100.00 Sumber: Data primer diolah (2014)



f. Status Tempat Tinggal Berdasarkan hasil survei, mayoritas kepemilikan rumah responden adalah milik sendiri yaitu sebesar 60% dari keseluruhan responden. Kemudian, responden yang menyewa atau mengontrak rumah sebanyak 40%. Hal ini menunjukkan bahwa dampak lingkungan yang terjadi umumnya akan mempengaruhi responden yang menetap pada lokasi dan tidak dapat berpindah tempat tinggal. Perbandingan distribusi status kepemilikan rumah responden dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Karakteristik responden berdasarkan status kepemilikan rumah Jumlah Responden Status Tempat Tinggal Frekuensi Persentase (%) Sewa 12 40 Milik Sendiri 18 60 Jumlah 30 100 Sumber: Data primer diolah (2014)



g. Lama Tinggal Lama tinggal responden berkaitan dengan sejauh mana responden merasakan dampak lingkungan dari kegiatan pertambangan nikel UBPN Sultra dan beradaptasi dengan keadaan tersebut. Mayoritas responden telah tinggal di sekitar UBPN Sultra selama 1-10 tahun yaitu sebanyak 60% dari total responden. Meskipun jarak tempat tinggal berdekatan dengan UBPN



39 Sultra, masyarakat tetap memilih tinggal di daerah tersebut karena dekat dengan pusat kegiatan di Kecamatan Pomalaa. Perbandingan distribusi lama tinggal responden dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Karakteristik responden berdasarkan lama tinggal Jumlah Responden Lama Tinggal Frekuensi Persentase (%) 1-10 Tahun 18 60.00 11-20 Tahun 6 20.00 21-30 Tahun 5 16.67 ≥31Tahun 1 3.33 Jumlah 30 100.00 Sumber: Data primer diolah (2014)



5.2.2 Persepsi Masyarakat Mengenai Keberadaan UBPN Sultra dan Dampak Lingkungan Kegiatan pertambangan nikel di UBPN Sultra memberikan dampak positif dan negatif bagi masyarakat sekitarnya. Kegiatan pertambangan tersebut membuka lebih banyak kesempatan bekerja di sektor pertambangan maupun sektor yang mendukung pertambangan bagi masyarakat sekitar. Tidak dapat dipungkiri pula, kegiatan pertambangan tersebut dapat menyebabkan dampak negatif bagi lingkungan di sekitarnya. Keberadaan UBPN Sultra masih memberikan dampak lingkungan yang dirasakan masyarakat sekitar, khususnya masyarakat Desa Tambea, Kecamatan Pomalaa. a. Persepsi Masyarakat Mengenai Keberadaan UBPN Sultra Kegiatan pertambangan nikel oleh PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra sudah dilakukan sejak tahun 1968. Perusahaan ini merupakan perusahan milik negara, yang 65% sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia. Keberadaan UBPN Sultra di Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara ini menimbulkan sikap yang ditunjukkan dari persetujuan masyarakat setempat terhadap kegiatan pertambangan nikel perusahaan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 30 responden di Desa Tambea, Kecamatan Pomalaa, sebanyak 17 responden (56.67%) menyatakan bahwa mereka setuju terhadap keberadaan



40 UBPN Sultra, sedangkan 13 responden (43.33%) menyatakan memberikan keputusan kepada pemerintah. Proporsi tersebut dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Persepsi masyarakat mengenai keberadaan UBPN Sultra Jumlah Responden Sikap Frekuensi Persentase (%) Setuju 17 56.67 Terserah Pemerintah 13 43.33 Jumlah 30 100.00 Sumber: Data primer diolah (2014)



Mayoritas responden menyatakan



bahwa mereka setuju terhadap



keberadaan UBPN Sultra. Alasan sikap setuju tersebut didasarkan pada peran UBPN Sultra bagi perekonomian masyarakat sekitar, diantaaranya adalah memberikan nilai tambah bagi penerimaan rumah tangga, adanya kesempatan bekerja di UBPN Sultra, UBPN Sultra peduli terhadap masyarakat dan membantu pembangunan sarana/prasarana desa, dan juga UBPN Sultra lebih mengutamakan tenaga kerja lokal. b. Persepsi Masyarakat Mengenai Dampak Lingkungan Dampak lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan pertambangan nikel oleh UBPN Sultra, berdasarkan hasil penelitian dirasakan oleh 20 orang responden (66.67%) dari total 30 orang responden di Desa Tambea, sedangkan 10 responden lainnya (33.33%) menyatakan tidak merasakan dampak lingkungan dari kegiatan pertambangan nikel. Proporsi tersebut dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Persepsi masyarakat mengenai dampak lingkungan Jumlah Responden Merasakan Dampak Lingkungan Frekuensi Persentase (%) Merasakan 20 66.67 Tidak Merasakan 10 33.33 Jumlah 30 100.00 Sumber: Data primer diolah (2014)



Hal ini dapat dipengaruhi oleh pemahaman responden tentang pengertian dari dampak lingkungan itu sendiri. Sebagian besar masyarakat memahami bahwa dampak lingkungan dari kegiatan pertambangan nikel dalam penelitian ini adalah pengaruh dari kegiatan pertambangan nikel



41 UBPN Sultra terhadap kualitas lingkungan di sekitar wilayah pertambangan. Perubahan kualitas lingkungan, dalam hal ini adalah kualitas udara merupakan dampak dari kegiatan pertambangan nikel. Proporsi persepsi masyarakat mengenai perubahan kualitas lingkungan dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Persepsi masyarakat mengenai perubahan kualitas udara Jumlah Responden Perubahan Kualitas Udara Frekuensi Persentase (%) Tetap 3 10 Menurun 21 70 Tidak Tahu 6 20 Jumlah 30 100 Sumber: Data primer diolah (2014)



Berdasarkan tabel tersebut, 21 responden (70%) menyatakan bahwa terjadi penurunan kualitas udara di lingkungannya seiring dengan berkembangnya pertambangan nikel di daerah tersebut. Kualitas udara dinyatakan tetap oleh 3 responden (10%) dan 6 responden lainnya (20%) menyatakan tidak mengetahui apakah terjadi perubahan kualitas udara atau tidak. 5.2.3 Karakteristik Pengunjung Objek Wisata Pantai Harapan Karakteristik pengunjung penting untuk dikaji dalam penelitian ini. Karakteristik pengunjung ini dapat mempengaruhi manfaat yang dirasakan masyarakat. Karakteristik pengunjung diperoleh berdasarkan survei terhadap 40 responden yang mewakili pengunjung objek wisata Pantai Harapan. Karakteristik pengunjung ini ditinjau dari beberapa aspek meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan, dan jumlah tanggungan. Penjelasan masing-masing kriteria karakteristik responden dapat dijabarkan pada pembahasan di bawah ini. a. Jenis Kelamin Sebagian besar responden yang diwawancarai dalam penelitian ini berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebesar 62.5% sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan sebesar 37.5% dari total 40 orang responden.



42 Dominasi responden laki-laki karena pada umumnya memahami pemasukan dan pengeluaran rumah tangga serta memiliki peran sebagai kepala rumah tangga yang menjadi sumber utama penerimaan keluarga. Hal ini membantu peneliti dalam memperoleh informasi biaya perjalanan yang dikeluarkan untuk mencapai objek wisata Pantai Harapan. Perbandingan antar responden yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Jumlah Responden Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Laki-laki 25 62.5 Perempuan 15 37.5 Jumlah 40 100.0 Sumber: Data primer diolah (2014)



b. Usia Tingkat usia menjadi salah satu kriteria yang mencerminkan tingkat kedewasaan dan pola pikir seseorang dalam mengambil suatu tindakan atau keputusan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan dirinya. Usia responden tergolong cukup bervariasi dengan distribusi usia antara 17-52 tahun. Jumlah responden terbanyak terdapat pada sebaran usia 23-28 tahun, yaitu sebesar 42.5% dari keseluruhan responden. Distribusi tingkat umur responden dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Karakteristik responden berdasarkan usia Jumlah Responden Usia Frekuensi Persentase (%) 17-22 10 25.0 23-28 17 42.5 29-34 7 17.5 35-40 3 7.5 41-46 1 2.5 47-52 2 5.0 Jumlah 40 100.0 Sumber: Data primer diolah (2014)



c. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang juga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh dalam pengambilan suatu keputusan dan pola pikir orang



43 tersebut selain faktor usia. Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini bervariasi, mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai jenjang Perguruan Tinggi (PT). Mayoritas responden merupakan lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu sebanyak 62.5% dari keseluruhan responden. Perbandingan persentase tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan SD SMP SMA Diploma Perguruan Tinggi Jumlah



Jumlah Responden Frekuensi Persentase (%) 2 5.0 2 5.0 25 62.5 6 15.0 5 12.5 40 100.0



Sumber: Data primer diolah (2014)



d. Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaan utama responden pengunjung objek wisata Pantai Harapan adalah pegawai swasta sebesar 67.5%, selanjutnya ibu rumah tangga sebesar 17.5%. Para pengunjung yang bekerja maupun para mahasiswa mempunyai aktivitas rutin dalam bekerja, sehingga biasanya memanfaatkan hari libur maupun waktu luang untuk melakukan rekreasi. Bagi ibu rumah tangga yang melakukan rekreasi biasanya untuk mendampingi suami dan anak. Perbandingan persentase jumlah responden pada setiap jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan Jumlah Responden Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) Ibu Rumah Tangga 7 17.5 BUMN 2 5.0 Swasta 27 67.5 Pelajar 4 10.0 Jumlah 40 100.0 Sumber: Data primer diolah (2014)



44 e. Penerimaan Penerimaan responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah dari penghasilan utama dan sampingan kepala keluarga. Besarnya penerimaan mempresentasikan tingkat kesejahteraan rumah tangga. Mayoritas responden pengunjung memiliki penerimaan yang berkisar antara Rp 1 700 001-Rp 2 400 000 yaitu 40% dari jumlah responden. Variasi jumlah penerimaan responden dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Karakteristik responden berdasarkan penerimaan rumah tangga Jumlah Responden Pendapatan Rumah Tangga Frekuensi Persentase (%) 300 000-1 000000 4 10.0 1000001-1700000 6 15.0 1700001-2400000 16 40.0 2400001-3100000 5 12.5 3100001-3800000 1 2.5 ≥3800001 8 20.0 Jumlah 40 100.0 Sumber: Data primer diolah (2014)



f. Jumlah Tanggungan Jumlah tanggungan keluarga dapat berpengaruh terhadap keinginan berekreasi.Berdasarkan jumlah tanggungan keluarga, mayoritas responden tidak memiliki tanggungan karena belum berkeluarga yaitu sebanyak 45% dari jumlah responden. Variasi jumlah tanggungan yang dimiliki responden dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan Jumlah Responden Jumlah Tanggungan Frekuensi Persentase (%) 0 18 45.0 1 2 5.0 2 11 27.5 3 6 15.0 4 1 2.5 5 1 2.5 6 1 2.5 Jumlah 40 100.0 Sumber: Data primer diolah (2014)



45



VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Pertambangan PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra 6.1.1 Analisis Pendapatan Usaha a. Total Penerimaan Penerimaan usaha adalah hasil perkalian antara jumlah produksi dengan harga jual. Penerimaan yang diperoleh selama satu tahun berasal dari penjualan ferronikel dan bijih nikel laterit



tahun 2012.Analisis usaha pada penelitian



menggunakan data tahun 2012, karena pada tahun penelitian dilakukan perusahaan belum menerbitkan data penerimaan perusahaan. Perusahaan memproduksi ferronikel sebagai produk lanjutan dari bijih nikel laterit. Bijih nikel berasal dari tiga tambang milik PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra di Kecamatan Pomalaa. Penerimaan usaha PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra adalah hasil perkalian antara jumlah produksi bijih nikel laterit dan ferronikel yang diekspor dengan harga jual. Jumlah produksi bijih nikel laterit dan ferronikel yang diekspor serta harga jualnya dapat dilihat pada tabel 21. Tabel 21 Jumlah ekspor dan harga jual produk PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra per tahun Uraian Ekspor Harga Jual (USD)



Ferronikel (Pon) 43 062 897 7.7/pon



Nilai tukar rupiah terhadap dolar Rp 9 500 3 640 277 589 282.47 Penerimaan (Rp)



Produk LGSO (wmt) 1 427 499 26.69/wmt



Limonit (wmt) 361 473 15.35/wmt



418 277 901 274.57



60 915 074 135.02



Sumber: Laporan kinerja PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra(2012b) diolah (2014)



PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra pada tahun 2012 memproduksi 18 372 ton ferronikel atau sebesar 40 503 329.94 pon. Jumlah produksi ferronikel merupakan yang terbesar dibanding hasil produksi lainnya, seperti LGSO sebesar 1 349 970 wmt dan limonit sebesar 493 455 wmt. Pada tahun 2012, jumlah ekspor ferronikel merupakan yang terbesar mencapai 43 062 897 pon dengan harga jual US$ 7.7/pon atau bila dirupiahkan dengan nilai tukar pada tahun 2012 menjadi Rp 73 150/pon.



46 Total penerimaan usaha UBPN Sultra dari penjualan produk hasil pertambangan nikel pada tahun 2012 adalah sebesar Rp 3 564 712 224 720. Pada tahun 2012 nilai tukar rupiah terhadap dolar berada pada kisaran Rp 9 500 dan kemudian dikonversikan ke nilai saat ini dengan cara mengalikan nilai tersebut dengan tingkat suku bunga deposito yang telah ditambah satu dan dipangkatkan dengan selisih tahun penerimaan dengan tahun saat ini yaitu pada tahun 2014 dengan tingkat suku bunga deposito Bank Indonesia 7.50% periode April 2014. Penerimaan usaha PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra dari hasil penjualan ferronikel sebesar Rp 3 640 277 589 282.47, penerimaan dari penjualan LGSO sebesar Rp 418 277 901 274.57, dan penerimaan dari penjualan Limonit sebesar Rp 60 915 074 135.02. Rincian perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 1. Berdasarkan perhitungan tersebut, maka penerimaan perusahaan dari penjualan produk ekspor dengan nilai saat ini adalah sebesar Rp 4 119 470 564 692.05. b. Total Biaya Total biaya adalah komponen penting dalam suatu usaha yang akan mengelola input menjadi output. Total biaya yang dikeluarkan perusahaan selama satu tahun meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap, tidak tergantung pada perubahan tingkat kegiatan dalam menghasilkan produk. Biaya variabel adalah biaya yang sifatnya tergantung pada jumlah produksi yang dihasilkan. Biaya tetap pada kegiatan pertambangan nikel PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra meliputi biaya administrasi dan umum, serta beban depresiasi dan amortisasi. Besarnya biaya tetap yang dikeluarkan perusahaan selama tahun 2012 adalah sebesar Rp 450 790 084 535, nilai ini kemudian dikonversikan ke nilai saat ini dengan cara mengalikan nilai tersebut dengan tingkat suku bunga deposito yang telah ditambah satu dan dipangkatkan dengan selisih tahun pengeluaran dengan saat ini yaitu pada tahun 2014 dengan tingkat suku bunga deposito Bank Indonesia 7.50% periode April 2014, sehingga didapatkan biaya tetap adalah sebesar Rp 520 944 291 440.76 (Lampiran 2). Rincian biaya tetap pada kegiatan pertambangan nikel PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra dapat dilihat pada Tabel 22.



47 Tabel 22 Biaya tetap PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra per tahun Uraian Biaya (Rp) Biaya administrasi dan umum 520 470 485 190.76 Beban depresiasi dan amortisasi 473 806 250.00 Jumlah 520 944 291 440.76 Sumber: Laporan kinerja PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra (2012b) diolah (2014)



Biaya variabel meliputi beban bahan, beban pajak dan retribusi, beban pegawai, beban jasa, beban lainnya, dan biaya pemasaran. Besarnya biaya variabel yang dikeluarkan perusahaan selama tahun 2012 adalah sebesar Rp 2 920 447 000 000.00, nilai ini kemudian dikonversikan ke nilai saat ini dengan cara mengalikan nilai tersebut dengan tingkat suku bunga deposito yang telah ditambah satu dan dipangkatkan dengan selisih tahun pengeluaran dengan saat ini yaitu pada tahun 2014 dengan tingkat suku bunga deposito Bank Indonesia 7.50% periode April 2014 sehingga didapatkan biaya variabel sebesar Rp 3 374 941 564 375.00 (Lampiran 2). Rincian biaya variabel pada kegiatan pertambangan nikel PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23 Biaya variabel PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra per tahun Uraian Biaya (Rp) Beban bahan 2 041 120 345 000.00 Beban pajak dan retribusi 253 700 134 375.00 Beban pegawai 281 164 718 125.00 Beban jasa 493 799 718 125.00 Beban lainnya 158 685 802 500.00 Biaya pemasaran 146 470 846 250.00 Jumlah 3 374 941 564 375.00 Sumber: Laporan kinerja PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra (2012b) diolah (2014)



Total biaya adalah seluruh biaya yang dikeluarkan pada kegiatan pertambangan nikel. Total biaya terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Total biaya yang dikeluarkan perusahaan adalah sebesar Rp 3 895 885 855 815.76. Total biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24 Total biaya PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra per tahun Uraian Jumlah (Rp) Biaya tetap 520 944 291 440.76 Biaya variabel 3 374 941 564 375.00 Total biaya 3 895 885 855 815.76 Sumber: Laporan kinerja PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra (2012b) diolah (2014)



48 c. Analisis Pendapatan Usaha Pendapatan merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya. Pendapatan kegiatan pertambangan nikel PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra diperoleh dari selisih total penerimaan yang diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan. Penerimaan ditentukan oleh nilai penjualan Ferronikel, LGSO dan limonit yang diekspor, sedangkan total biaya ditentukan oleh biaya produksi yang dikeluarkan. Total penerimaan adalah hasil perkalian dari jumlah produksi yang diekspor dengan harga satuan produk. Total penerimaan yang diperoleh perusahaan sebesar Rp 4 119 470 564 692.05. Total biaya yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp 3 895 885 855 815.76. Berdasarkan analisis usaha kegiatan pertambangan nikel PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra,perusahaan memperoleh keuntungan usaha sebesar Rp 223 584 708 876.29. Analisis pendapatan kegiatan pertambangan nikel PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra dapat dilihat pada tabel 25. Tabel 25 Analisis pendapatan usaha pertambangan nikel PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra Uraian (per tahun) Jumlah (Rp) Total penerimaan 4 119 470 564 692.05 Total biaya 3 895 885 855 815.76 Pendapatan usaha 223 584 708 876.29 Sumber: Laporan kinerja PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra (2012b) diolah (2014)



6.1.2 Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Dalam penelitian ini, analisis yang digunakan adalah analisis penyerapan tenaga kerja lokal dengan melihat banyaknya tenaga kerja yang terserap pada kegiatan pertambangan nikel PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra. Tenaga kerja lokal merupakan tenaga kerja yang merupakan putera daerah dari Provinsi Sulawesi Tenggara. Dalam kegiatan produksinya, tenaga kerja PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra dibedakan menjadi pegawai tetap dan pegawai alih daya (outsourcing). Dari total pegawai tetap yang berjumlah 1136 orang, tenaga kerja lokal yang berasal dari Provinsi Sulawesi Tenggara sebanyak 909 orang atau sebesar 80.02% pada tahun 2012. Pegawai outsourcing berasal dari perusahaan-



49 perusahaan di Provinsi Sulawesi Tenggara yang menjalin mitra kerja dengan PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra. Jumlah pegawai outsourcing pada tahun 2012 adalah 3356 orang atau 74.7% dari jumlah total pegawai PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra sebanyak 4492 orang. Daftar perusahaan dan jumlah tenaga kerja tiap perusahaan dapat dilihat pada lampiran 3. Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki 527 352 Kepala Keluarga (KK) pada tahun 2012 (Profil Kesehatan Prov. Sulawesi Tenggara, 2012). Jumlah tenaga kerja lokal yang terserap oleh kegiatan pertambangan nikel di PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra sebanyak 4265 orang. Persentase penyerapan tenaga kerja dapat dihitung dengan membagi jumlah hari orang kerja dengan jumlah KK dikalikan jumlah hari kerja kemudian dikalikan seratus persen. Penyerapan Tenaga Kerja= Jumlah tenaga kerja lokal x Jumlah hari kerja x 100% Jumlah KK Sulawesi Tenggara x Jumlah hari kerja Penyerapan Tenaga Kerja = 4265x 300 x 100% 527 352 x 300 Penyerapan Tenaga Kerja = 0.809% Pegawai PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra, baik yang tetap maupun alih daya (outsourcing) memiliki jam kerja yang sama antara pria dan wanita, sehingga dalam perhitungan penyerapan tenaga kerja ini tidak dibedakan antara pria dan wanita. Maka, persentase penyerapan tenaga kerja dari adanya kegiatan pertambangan nikel PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra sebesar 0.809%. 6.1.3 Analisis Deskriptif Peningkatan Infrastruktur Dalam kegiatan pertambangan yang dilakukan PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara, tanggung jawab sosial perusahaan terhadap dampak yang ditimbulkan salah satunya dalam program Bina Lingkungan (BL) dan Community Development (Comdev). Implementasi tanggung jawab sosial perusahaan menjadi bagian dari upaya untuk meningkatkan kinerja perusahaan, baik dalam menjaga keberlangsungan operasional usaha, membangun nilai positif perusahaan di mata publik, maupun menjaga hubungan harmonis dengan stakeholders.



50 Pelaksanaan program BL dan comdev meliputi peningkatan infrastruktur di Provinsi Sulawesi Tenggara, khususnya di Kabupaten Kolaka. Dana program BL dan comdev diambil dari laba perusahaan. Pada tahun 2012, realisasi dana peningkatan infrastruktur dasar oleh PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara mencapai Rp 22 491 478 209. Peningkatan infrastruktur yang dilakukan perusahaan seperti dukungan pembangunan masjid, pengaspalan jalan, bantuan kendaraan pelayanan masyarakat, dukungan pembangunan balai pertemuan, dan dukungan pembangunan gedung pemerintahan. Dana peningkatan infrastruktur ini kemudian dikonversikan ke nilai saat ini dengan cara mengalikan nilai tersebut dengan tingkat suku bunga deposito yang telah ditambah satu dan dipangkatkan dengan selisih tahun pengeluaran dengan saat ini yaitu pada tahun 2014 dengan tingkat suku bunga deposito Bank Indonesia 7.50% periode April 2014 sehingga didapatkan biaya peningkatan infrastruktur sebesar Rp 25 991 714 505.28. Rincian peningkatan infrastruktur dasar serta biaya yang dikeluarkan dapat dilihat pada Lampiran 4. 6.1.4 Nilai Efek Pengganda (Multiplier Effect) Nilai efek pengganda (multiplier effect) digunakan untuk mengukur seberapa besar dampak ekonomi terhadap masyarakat di sekitar UBPN Sultra. Dampak ekonomi yang diberikan UBPN Sultra terhadap masyarakat diestimasi menggunakan ratio income multiplier tipe I yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar dampak tidak langsung terhadap perekonomian lokal. Perhitungan ratio income multiplier tipe I dapat dilihat pada Tabel 26 Tabel 26 Nilai efek pengganda Uraian Dampak Langsung Beban pajak dan retribusi (Rp/tahun) Biaya peningkatan infrastruktur (Rp/tahun) Jumlah Nilai Dampak Langsung (Rp/tahun) Dampak Tidak Langsung Tenaga kerja lokal (Orang) Upah tenaga kerja lokal dalam satu tahun (Rp/orang) Jumlah Nilai Dampak Tidak Langsung (Rp/tahun) Ratio Income Multiplier Tipe I



Jumlah 253 700 134 375.00 25 991 714 505.28 279 691 848 880.28 4 265 22 116 000.00 94 324 740 000.00 1.34



Sumber: Laporan kinerja PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra (2012b) diolah (2014)



51 Estimasi nilai ratio income multiplier tipe I didapatkan dari penjumlahan nilai dampak langsung yang dirasakan masyarakat dari pengeluaran UBPN Sultra berupa beban pajak dan retribusi (Tabel 23) dan biaya peningkatan infrastruktur (Lampiran 4) dengan nilai dampak tidak langsung yang dirasakan masyarakat dari pengeluaran UBPN Sultra berupa upah tenaga kerja lokal, hasil penjumlahan ini kemudian dibagi dengan nilai dampak langsung. Upah tenaga kerja lokal didapatkan dari perkalian antara jumlah tenaga kerja lokal sebanyak 4 265 orang dengan upah tenaga kerja outsourcing dalam satu tahun. Berdasarkan Tabel 26 didapatkan estimasi nilai ratio income multiplier tipe I



adalah sebesar 1.34



artinya bahwa setiap peningkatan satu rupiah pada pengeluaran UBPN Sultra akan mengakibatkan peningkatan sebesar 1.34 rupiah terhadap pendapatan masyarakat dan tenaga kerja lokal di UBPN Sultra. 6.2 Analisis Dampak Lingkungan Kegiatan Pertambangan PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra 6.2.1 Analisis Biaya Pencegahan Sedimentasi Upaya pencegahan sedimentasi sebagai akibat dari kegiatan pertambangan di wilayah KP PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra perlu dilakukan guna mengurangi resiko atau dampak dari kegiatan tersebut. Namun, upaya ini membutuhkan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Upaya pencegahan sedimentasi yang telah dilakukan antara lain membuat saluran drainase tambang sesuai kontur lahan, membuat perangkap sedimen, dan membuat kolam sedimentasi. Saluran drainase dibuat pada areal penambangan serta di jalan tambang. Pembuatan saluran ini ditujukan agar air limpasan terkonsentrasi melewati paritparit drainase sehingga sangat mudah mengontrol jalannya aliran permukaan dan muatan sedimennya. Perangkap sedimen dibuat dengan tujuan agar muatan sedimen yang terangkut melalui parit-parit drainase dapat tertampung di dalamnya. Kolam sedimentasi dibuat pada lokasi yang berdekatan dengan perairan. Dengan dibuatnya kolam sedimentasi, air yang bercampur dengan lumpur akan tertampung seluruhnya pada kolam-kolam tersebut. Dengan dibuatnya kolam sedimentasi diharapkan air yang lepas keperairan sudah tidak mengandung lumpur.



52 Saat ini masing-masing kolam sedimen mempunyai volume 60 000 m3 dengan jumlah 14 unit di lokasi tambang utara, 6 unit di lokasi tambang tengah, dan 3 unit di lokasi tambang selatan. Kemudian dibuat saluran drainase dari kolam sedimen ke laut agar air tersebut tidak masuk pada sawah-sawah penduduk sehingga mengurangi produktifitasnya. (Rencana Pengelolaan Lingkungan PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra, 2010). Upaya pencegahan sedimentasi dapat dilakukan dengan menggunakan alat berat. Alat berat yang digunakan oleh UBPN Sultra adalah jenis PC 200 yang disewa dari perusahaan mitra. PC 200 adalah alat berat yang mempunyai jangkauan yang jauh sehingga memudahkan dalam pembuatan drainase, perangkap sedimen, maupun kolam sedimentasi. Penggunaan alat berat menggunakan sistem kontrak yang dilakukan dengan perusahaan mitra. Kontrak dilakukan setiap bulan dengan menghitung waktu penggunaan alat berat. Tabel 27 Rekapitulasi Pemakaian Alat Berat Jenis PC 200 Tahun 2012 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Total Biaya



Waktu (jam) -



183 623 68



PC 200 (1) Biaya Jumlah (Rp) (per jam) -



420 000 420 000 420 000



77 280 000 261 660 000 28 560 000



Rp 367 500 000



PC 200 (2) Biaya Jumlah (Rp) (per jam) 435 000 13 920 000 435 000 183 570 000 435 000 209 670 000 420 000 168 000 000 420 000 168 000 000 420 000 174 720 000 420 000 180 600 000 420 000 151 200 000 Rp 1 249 680 000 Rp 1 617 100 000 Waktu (jam) 32 422 482 400 400 416 430 360



Sumber: Laporan Pemakaian Alat Berat Satuan Kerja Pengelolaan Lingkungan Tambang (2012c)



Pemakaian alat berat PC 200 untuk upaya pencegahan sedimentasi dipengaruhi oleh keadaan cuaca di lokasi tambang pada saat itu serta pekerjaan yang akan dilakukan. Jenis pencegahan sedimentasi yang dilakukan disesuaikan dengan lokasi tambang, apakah akan dibuat saluran drainase, perangkap sedimen, maupun kolam sedimentasi atau hanya melakukan perawatan berupa pengerukan endapan lumpur terhadap saluran drainase, perangkap sedimen, maupun kolam sedimentasi.



53 Dapat dilihat pada tabel 27, pemakaian alat berat PC 200 pada bulan September, Oktober, dan November memakai dua buah alat berat. Hal ini dikarenakan pada bulan



tersebut perusahaan melakukan upaya pencegahan



sedimentasi dengan merawat saluran drainase, perangkap sedimen, dan kolam sedimentasi sebelum memasuki musim penghujan. Alat berat tidak dapat bekerja dilokasi tambang saat cuaca sedang hujan, dikarenakan tanah yang kurang stabil sehingga ditakutkan dapat mencelakai pengguna alat berat. Perhitungan biaya pencegahan sedimentasi dihitung dengan cara mengkonversikan biaya yang dikeluarkan perusahaan pada tahun tertentu ke nilai saat ini (present value) dengan menggunakan tingkat suku bunga yang berlaku. Metode ini dikenal dengan compounding. Pada penelitian ini, seluruh biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam melakukan upaya pencegahan sedimentasi dikonversi kedalam nilai saat ini yaitu pada tahun 2014 dengan tingkat suku bunga deposito Bank Indonesia 7.50% periode April 2014. Biaya pencegahan yang dikeluarkan perusahaan untuk mengurangi dampak sedimentasi berasal dari penyewaan alat berat PC 200 dan upah tenaga kerja outsourcing berjumlah dua orang yang mengoperasikan alat berat tersebut. Penggunaan alat berat PC 200 pada tahun 2012 sebesar Rp 1 617 100 000 dan upah tenaga kerja outsourcing sebesar Rp 20 273 000, kemudian dikonversikan ke nilai saat ini dengan cara mengalikan nilai tersebut dengan tingkat suku bunga deposito yang telah ditambah satu dan dipangkatkan dengan selisih tahun pengeluaran biaya dengan saat ini. Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan biaya pencegahan sedimentasi sebesar Rp 1 892 189 173.13, dapat dilihat pada Lampiran 5. 6.2.2 Analisis Biaya Pengendalian Debu Kegiatan pertambangan nikel PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan berupa pencemaran udara dari debu yang dihasilkan oleh pengoperasian generator Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), proses produksi, dan pengangkutan bahan baku.. Berdasarkan Rencana Pengelolaan Lingkungan PT. ANTAM UBPN Sultra (2010), upaya pengendalian terhadap dampak pencemaran udara akibat peningkatan debu dan partikel-partikel di udara lokasi kegiatan maupun pemukiman diantaranya adalah



54 melakukan penyiraman jalan lintas angkutan bahan baku dari lokasi pelabuhan hingga ke lokasi pabrik yang melintasi pemukiman penduduk. Upaya ini dilakukan setiap hari selama UBPN Sultra beroperasi. Penyiraman debu pada musim kemarau dilakukan lebih sering dibanding musim hujan, karena debu yang lebih tebal. Sumber air untuk penyiraman debu ini berasal dari sungai terdekat, yaitu sungai Kumoro maupun Huko-Huko (Laporan Keberlanjutan PT.ANTAM (Persero) Tbk. UBPN, 2012a). Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengurangi dampak pencemaran udara berupa debu berasal dari penyewaan satu unit alat berat water truck dan upah tenaga kerja outsourcing berjumlah dua orang yang mengoperasikan alat tersebut. Biaya penyewaan water truck pada tahun 2012 sebesar Rp 2 400 000 dan upah tenaga kerja outsourcing sebagai operator alat berat sebesar Rp 44 232 000. Tabel 28 Biaya pengendalian debu per tahun Uraian (per tahun) Biaya Sewa Water Truck Upah TK Outsourcing Biaya Penyiraman



Jumlah (Rp) 2 773 500 51 115 605 53 889 105



Sumber: Laporan Pemakaian Alat Berat Satuan Kerja Pengelolaan Lingkungan Tambang (2012c)



Biaya pengendalian debu didapatkan dari hasil penjumlahan biaya penyewaan water truck dan upah tenaga



kerja outsourcing kemudian nilai



tersebut dikonversi ke nilai saat ini dengan cara mengalikan nilai tersebut dengan tingkat suku bunga deposito yang telah ditambah satu dan dipangkatkan dengan selisih tahun pengeluaran dengan saat ini yaitu pada tahun 2014 dengan tingkat suku bunga deposito Bank Indonesia 7.50% periode April 2014. Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan biaya pengendalian debu sebesar Rp 53 889 105, dapat dilihat pada Lampiran 6. 6.2.3 Biaya Kesehatan Masyarakat Dampak



lingkungan



yang



muncul



sebagai



akibat



dari



kegiatan



pertambangan nikel oleh UBPN Sultra menimbulkan dampak bagi kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi kegiatan tersebut. Dampak lingkungan berupa pencemaran debu mengganggu kesehatan masyarakat sehingga masyarakat harus mengeluarkan biaya untuk mengobati penyakit yang dideritanya. Selain



55 biaya untuk pengobatan, kerugian lain yang dialami masyarakat adalah kehilangan pendapatan akibat tidak dapat bekerja karena sakit. a. Biaya Pengobatan Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 30% dari 30 responden (9 responden) menderita sakit akibat penurunan kualitas udara berupa debu di sekitar UBPN Sultra. Penyakit yang diderita oleh responden terkait penurunan kualitas udara adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Dari 9 responden yang menderita sakit, 1 responden (11.11%) berobat ke rumah sakit dan 8 responden lainnya (88.89%) berobat ke puskesmas terdekat. Hasil estimasi total biaya pengobatan masyarakat dapat dilihat pada Tabel 29. Seluruh responden yang menderita sakit mengeluarkan biaya pengobatan untuk mengobati penyakitnya. Jumlah biaya pengobatan responden adalah sebesar Rp 1 230 000, dapat dilihat pada Lampiran 7. Jumlah biaya pengobatan tersebut dibagi dengan 9 responden yang mengeluarkan biaya pengobatan sehingga menghasilkan rata-rata biaya pengobatan sebesar Rp 136 667 per orang. Biaya rata-rata ini kemudian dikalikan dengan 30% dari jumlah populasi penduduk yang berjumlah 983 orang, sehingga didapatkan total biaya pengobatan yang dikeluarkan masyarakat akibat penurunan kualitas udara berupa debu di sekitar UBPN Sultra pada tahun 2014 adalah sebesar Rp 40 303 000. Sebanyak 30% dari jumlah populasi desa dalam asumsi tersebut menggambarkan persentase masyarakat yang menderita sakit. Tabel 29 Biaya pengobatan masyarakat tahun 2014 Uraian Biaya pengobatan (Rp) Responden yang Mengeluarkan Biaya Pengobatan (%) Rata-Rata Biaya Pengobatan Per Tahun (Rp) Populasi (Orang) Potensi Populasi yang Terkena Dampak (Orang) Total Biaya Pengobatan Masyarakat (Rp)



Jumlah 1 230 000 30 136 667 983 295 40 303 000



Sumber: Data primer diolah (2014)



b. Kehilangan Pendapatan Karena Sakit Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 26.67% dari 30 responden (8 responden) tidak bekerja karena sakit pada tahun 2014. Hilangnya waktu bekerja responden mempengaruhi pendapatan yang diterima. Kehilangan pendapatan



56 responden diestimasi dari jumlah hari tidak bekerja karena sakit dikalikan pendapatan responden per hari. Rata-rata hari tidak bekerja responden karena sakit adalah 6 hari. Pendapatan per hari responden didapatkan dari pembagian gaji per bulan dengan jumlah hari bekerja selama sebulan menggunakan asumsi jumlah hari kerja per bulan adalah 25 hari. Jumlah pendapatan yang hilang akibat responden tidak bekerja karena sakit adalah sebesar Rp 3 360 000 dengan pendapatan minimal dari responden adalah sebesar Rp 40 000, dapat dilihat pada Lampiran 8. Rata-rata pendapatan yang hilang karena sakit diperoleh dengan membagi jumlah tersebut dengan jumlah responden yang tidak bekerja karena sakit, yaitu 8 orang sehingga menghasilkan nilai rata-rata sebesar Rp 420 000 per KK. Nilai kehilangan rata-rata ini kemudian dikalikan dengan 26.67% jumlah populasi KK yang berjumlah 250 KK. Pada Tabel 30 dapat dilihat total pendapatan masyarakat yang hilang karena sakit akibat penurunan kualitas udara berupa debu adalah sebesar Rp 28 000 000. Tabel 30 Pendapatan yang hilang karena sakit tahun 2014 Uraian Pendapatan yang Hilang (Rp) Responden yang Kehilangan Pendapatan (%) Rata-Rata Pendapatan yang Hilang (Rp) Populasi (KK) Potensi Populasi yang Terkena Dampak (Orang) Total Pendapatan yang Hilang Karena Sakit (Rp)



Jumlah 3 360 000 26.67 420 000 250 66 28 000 000



Sumber: Data primer diolah (2014)



6.2.4 Biaya Pencegahan Masyarakat Selain



biaya



pengobatan,



masyarakat



mengeluarkan



biaya



untuk



menghindari sakit dari penurunan kualitas udara akibat debu di sekitar UBPN Sultra. Biaya yang dikeluarkan masyarakat berupa biaya untuk membeli masker. Berdasarkan hasil penelitian, 26.67% responden dari 30 responden (8 orang) mengeluarkan biaya untuk mencegah sakit seperti batuk, dan asma. Jumlah biaya pencegahan dari sakit yang dikeluarkan responden adalah sebesar Rp 105 000, dapat dilihat pada Lampiran 9. Biaya rata-rata didapatkan dari pembagian jumlah biaya tersebut dengan jumlah responden yang mengeluarkan biaya yaitu 8 orang, didapatkan nilai sebesar Rp 13 125 per orang. Nilai ini kemudian dikalikan dengan 26.67% dari populasi desa yang berjumlah



57 983 orang, didapatkan nilai total biaya pencegahan masyarakat adalah sebesar Rp 3 440 500, dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31 Biaya pencegahan masyarakat tahun 2014 Uraian Biaya Pencegahan (Rp) Responden yang Mengeluarkan Biaya Pencegahan (%) Rata-Rata Biaya Pencegahan (Rp) Populasi (Orang) Potensi Populasi yang Terkena Dampak (Orang) Total Biaya Pencegahan Masyarakat (Rp)



Jumlah 105 000 26.67 13 125 983 263 3 440 500



Sumber: Data primer diolah (2014)



6.2.5 Estimasi Dampak Lingkungan Berdasarkan data yang telah disajikan, estimasi biaya lingkungan yang dikeluarkan masyarakat dan perusahaan sebagai dampak dari kegiatan pertambangan nikel di UBPN Sultra didapatkan dari total biaya pencegahan sedimentasi, biaya pengendalian debu, dan biaya kesehatan masyarakat, dan biaya pencegahan yang dikeluarkan masyarakat. Dapat diasumsikan bahwa estimasi dampak lingkungan yang dirasakan masyarakat maupun pemerintah merupakan jumlah dari biaya lingkungan yang dikeluarkan masyarakat maupun perusahaan. Tabel 32 Nilai dampak lingkungan tahun 2014 No Uraian (per tahun) Jumlah (Rp) Persentase (%) Perusahaana 1 Biaya pencegahan sedimentasi 1 892 189 173.13 93.77 2 Biaya pengendalian debu 53 889 105.00 2.67 Total 1 946 078 278.13 96.44 Masyarakatb 1 Biaya pengobatan masyarakat 40 303 000.00 2.00 2 Kehilangan pendapatan karena sakit 28 000 000.00 1.39 3 Biaya pencegahan masyarakat 3 440 500.00 0.17 Total 71 743 500.00 3.56 Grand Total 2 017 821 778.13 100 a



Sumber: Laporan kinerja PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra (2012b) diolah (2014).; Sumber: Data primer diolah (2014)



b



Pada Tabel 32 dapat dilihat bahwa biaya lingkungan terbesar dikeluarkan oleh UBPN Sultra yaitu sebesar 93.77% dari total nilai dampak lingkungan sebesar Rp 2 017 821 778.13. Pengeluaran total perusahaan UBPN Sultra sebagai dampak lingkungan dari kegiatan pertambangan nikel UBPN Sultra adalah



58 sebesar Rp 1 946 078 278.13 (96.44%). Nilai ini didapatkan dari total biaya pencegahan sedimentasi dan biaya pengendalian debu pada tahun 2012 yang telah dikonversi menggunakan metode compounding ke nilai saat ini. Pengeluaran total masyarakat sebesar Rp 71 743 500.00 (3.56%) dari total nilai dampak lingkungan. Dari hasil tersebut terlihat bahwa biaya lingkungan terbesar dikeluarkan oleh UBPN Sultra untuk biaya pencegahan sedimentasi dan pengendalian debu. Persentase estimasi biaya lingkungan yang dikeluarkan UBPN Sultra dan masyarakat yang dibandingkan terhadap penerimaan dan pengeluaran UBPN Sultra serta Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dilihat pada Tabel 33. Tabel 33 Dampak lingkungan dari keberadaan UBPN Sultra tahun 2014 Uraian Dampak Lingkungan Terhadap Penerimaan Perusahaan Dampak Lingkungan Terhadap Pengeluaran Perusahaan Dampak Lingkungan Terhadap PDRB Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2013c



Persentase Nilai Dampak Lingkungan (%) Perusahaana Masyarakatb 0.0472



0.0017



0.0500



0.0018



0.0129



0.0005



a



Sumber Laporan kinerja PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra (2012b) diolah (2014).; b Sumber: Data primer diolah (2014).; cSumber:Badan Pusat Statistik (2013).



Persentase tersebut dapat menunjukkan proporsi besarnya dampak lingkungan dari kegiatan pertambangan nikel terhadap perusahaan dan PDRB Provinsi Sulawesi Tenggara. Jumlah penerimaan perusahaan didapatkan dari hasil perhitungan pada Lampiran 1 dan jumlah pengeluaran perusahaan didapatkan dari hasil perhitungan pada Tabel 24. PDRB Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan harga konstan 2000 pada tahun 2013 adalah sebesar Rp 15 040 860 000 0006. PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra dan masyarakat mengeluarkan biaya lingkungan setiap bulannya. Berdasarkan data dari Puskesmas Pomalaa, masyarakat yang menjalani pengobatan di puskesmas karena penyakit ISPA sepanjang tahun 2012 berjumlah 108 orang. Dengan biaya pengobatan rata-rata masyarakat sebesar Rp 48 889 per orang untuk satu kali kunjungan ke 6



http://bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_subyek=52¬ab=2. Diakses pada tanggal 6 November 2013 pukul 08:44



59 dokter/puskesmas. Biaya lingkungan yang dikeluarkan UBPN Sultra yaitu biaya pencegahan sedimentasi dan biaya pengendalian debu. Hubungan antara jumlah biaya lingkungan yang dikeluarkan UBPN Sultra dengan perubahan biaya kesehatan yang dikeluarkan masyarakat setiap bulan selama tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 34. Tabel 34 Biaya lingkungan UBPN Sultra dan masyarakat tahun 2012 Perubahan Biaya Lingkungan Perusahaan (%)



Jumlah Penderita ISPA (Orang)c



Total Biaya pengobatan (Rp)



Perubahan Biaya Pengobatan (%)



6 459 500



-



5



244 445



-



6 459 500



6 459 500



0.0



6



293 334



9.1



13 920 000



6 459 500



20 379 500



51.9



8



391 112



14.3



April



183 570 000



6 459 500



190 029 500



80.6



8



391 112



0.0



Mei



209 670 000



6 459 500



216 129 500



6.4



7



342 223



-6.7



Juni



0



6 459 500



6 459 500



-94.2



11



537 779



22.2



Juli



0



6 459 500



6 459 500



0.0



10



488 890



-4.8



Agustus



168 000 000



6 459 500



174 459 500



92.9



10



488 890



0.0



September



168 000 000



6 459 500



174 459 500



0.0



8



391112



-11.1



November



180 600 000



6 459 500



187 059 500



3.5



23



1 124 447



48.4



Desember



151 200 000



6 459 500



157 659 500



-8.5



12



586 668



-31.4



Biaya Pencegahan Sedimentasi (Rp)a



Biaya Pengendalian Debu (Rp)b



Januari



0



6 459 500



Februari



0



Maret



Bulan



a, b



Total Biaya Lingkungan Perusahaan (Rp)



Jumlah



132.5



Jumlah



40.0



Rata-rata



12.0



Rata-rata



3.6



Sumber: Laporan Pemakaian Alat Berat Satuan Kerja Pengelolaan Lingkungan Tambang (2012c); cSumber: Puskesmas Pomalaa (2012)



Pada bulan Januari, total biaya lingkungan yang dikeluarkan UBPN Sultra adalah sebesar Rp 6 459 500 dan total biaya pengobatan masyarakat yang berobat di Puskesmas Pomalaa adalah sebesar Rp 244 445. Pada bulan selanjutnya terjadi perubahan pada biaya lingkungan yang dikeluarkan UBPN Sultra maupun masyarakat. Berdasarkan Tabel 34 di atas, perubahan biaya lingkungan yang dikeluarkan UBPN Sultra melalui biaya pencegahan sedimentasi dan biaya pengendalian debu tidak berkorelasi terhadap biaya pengobatan yang dikeluarkan masyarakat. 6.2.6 Manfaat Keberadaan Pantai Buatan Dari Limbah Slag Kegiatan pengolahan nikel menjadi ferronikel menghasilkan limbah batuan tailing (slag). Limbah slag ini kemudian dimanfaatkan oleh UBPN Sultra untuk membangun sebuah objek wisata berupa pantai buatan yang dihasilkan dari



60 campuran timbunan slag dan tanah. Pantai buatan ini mulai dibangun pada tahun 2004 dan dibuka untuk umum pada tahun 2006 dengan diberi nama Pantai Harapan. Objek Wisata Pantai Harapan berada di Kompleks PT. ANTAM (Persero) Tbk.UBPN Sultra. Secara administratif, objek wisata ini termasuk dalam wilayah Desa Pomalaa, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara. Lokasi objek wisata ini berdekatan dengan pelabuhan milik PT. ANTAM (Persero) Tbk. dan pelabuhan milik perusahaan tambang swasta lain. Objek wisata yang berbeda dari wisata pantai lainnya yang berada di Kabupaten Kolaka ini sengaja dibangun oleh PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra sebagai sarana rekreasi bagi masyarakat. Objek Wisata Pantai Harapan dibangun pada area pesisir pantai di dekat kompleks perumahan karyawan yang awalnya tidak dimanfaatkan untuk kegiatan apapun. Masyarakat sekitar UBPN Sultra sebelum dibangunnya Pantai Harapan tidak dapat menikmati keindahan alam dengan mudah karena tertutup oleh perumahan karyawan dan tidak adanya akses jalan menuju pinggir pantai. Luas kawasan objek wisata Pantai Harapan adalah seluas 2 hektar dengan jalan masuk sepanjang 1 kilometer yang menjorok ke laut. Daya tarik utama dari objek wisata ini berupa kolam pemandian air laut yang terdiri dari dua kolam pemandian anak dan satu kolam pemandian dewasa. Kolam pemandian anak memiliki kedalaman sampai satu meter dan kolam pemandian dewasa memiliki kedalaman sampai lima meter. Selain kolam-kolam pemandian tersebut, Pantai Harapan memiliki daya tarik pemandangan alam berupa matahari tenggelam yang dapat dilihat diujung barat Pantai Harapan. Keunikan yang tidak dimiliki pantai lain adalah hamparan limbah slag yang menjadi salah satu material penimbun sehingga terbentuklah Pantai Harapan. Disepanjang jalan masuk menuju Pantai Harapan, UBPN Sultra menanam pohon bakau sebagai pemecah ombak dan mencegah abrasi pantai. Ditengah pepohonan bakau tersebut, dibangun jembatan kayu berwarna-warni yang bisa digunakan pengunjung untuk berjalan mengelilingi pepohonan bakau. Pada kawasan wisata ini juga terdapat fasilitas penunjang seperti dua toilet dan tiga kamar mandi, satu ruang ganti pakaian, tribun yang berada disamping kolam pemandian dewasa, satu pondokan, dan satu pendopo besar lengkap dengan



61 perangkat suara. Pihak pengelola pun selalu menjaga keamanan dan kebersihan lokasi wisata dengan baik, yaitu menyediakan petugas patroli dan tempat sampah yang memadai sehingga pengunjung selalu merasa aman serta kebersihan kawasan wisata tetap terjaga. UBPN Sultra tidak menetapkan tarif masuk bagi pengunjung dikarenakan tujuan awal pembangunan Pantai Harapan adalah untuk kepentingan masyarakat dan sebagai sarana mendekatkan diri antara perusahaan dengan masyarakat. Akses menuju objek wisata Pantai Harapan ini dapat dikatakan sangat mudah karena tidak ada hambatan lain seperti jalan rusak atau perbaikan jalan, semua jenis kendaraan bisa masuk sampai lahan parkir yang terletak di area kolam pemandian air laut. Akses yang mudah tersebut diduga berpengaruh terhadap keinginan masyarakat untuk berekreasi di objek wisata ini. Rincian hasil penelitian terhadap pengunjung objek wisata Pantai Harapan ditampilkan pada Lampiran 10. Berdasarkan penelitian ini, dapat dilihat bahwa seluruh responden pengunjung berasal dari Kabupaten Kolaka. Sebagian besar responden pengunjung berasal dari Kecamatan Pomalaa, lokasi objek wisata ini berada, yaitu sebesar 80% dari total 40 responden (32 orang), dikarenakan akses yang mudah dan jarak yang dekat menuju objek wisata Pantai Harapan. Responden pengunjung lain berasal dari Kecamatan Baula, Kecamatan Wundulako, dan Kecamatan Mowewe. Jarak dari tiap desa menuju objek wisata ini beragam. Sebagian besar responden menempuh jarak kurang dari sama dengan satu kilometer, yaitu sebanyak 35%. Responden ini sebagian besar berasal dari Desa Pomalaa dan Desa Kumoro yang merupakan wilayah kompleks perumahan karyawan UBPN Sultra. Jarak yang ditempuh pengunjung untuk menuju lokasi mempengaruhi waktu tempuh yang dihabiskan pengunjung. Responden yang membutuhkan waktu tempuh selama kurang dari sama dengan 5 menit untuk menuju lokasi sebesar 37.5% dari total 40 responden. Hal ini diduga dipengaruhi oleh jarak yang dekat dan juga jalan yang bebas hambatan, seperti kemacetan ataupun jalan rusak. Responden pengunjung Pantai Harapan sebagian besar berkunjung sebanyak 1 sampai 8 kali pada tahun dilakukannya penelitian karena jarak objek wisata yang dekat dan mudah ditempuh. Responden yang mengunjungi Pantai Harapan



62 sebanyak 1 sampai 8 kali dalam setahun sebesar 52.5% dari 40 responden (21 orang). Bahkan 35% responden (14 orang) berkunjung ke Pantai Harapan lebih dari 25 kali dalam setahun. Rata-rata kunjungan dari tiap pengunjung selama satu tahun adalah 27 kali kunjungan. Keberadaan Objek Wisata ini juga menarik para pedagang makanan untuk berjualan di kawasan ini. Berdasarkan penelitian, hanya ada 3 pedagang dengan jenis dagangan masing-masing yang setiap hari berdagang di Pantai Harapan, yaitu pedagang bakso tusuk, pedagang jagung rebus, dan pedagang siomay. Responden pengunjung yang mengeluarkan biaya konsumsi di lokasi objek wisata sebesar 37.5% dari total 40 responden (15 orang). Biaya konsumsi di lokasi dari responden ini menjadi penerimaan bagi pedagang lokal. Dari hasil penelitian didapatkan biaya konsumsi responden di lokasi wisata sebesar Rp 260 000 dalam satu waktu penelitian. Biaya konsumsi di lokasi ini kemudian dibagi dengan jumlah responden yang mengeluarkan biaya konsumsi, yaitu 15 orang, sehingga didapatkan jumlah pengeluaran konsumsi di lokasi rata-rata sebesar Rp 17 333.33 bagi satu pengunjung per kunjungan. Asumsi penerimaan pedagang dari satu pengunjung dalam setahun dapat dilihat pada Tabel 35. Tabel 35 Penerimaan pedagang lokal Uraian Biaya konsumsi responden di lokasi (Rp) Responden yang mengeluarkan biaya konsumsi di lokasi (Orang) Rata-rata biaya konsumsi di lokasi (Rp) Rata-rata frekuensi kunjungan per tahun (Kali) Rata-rata penerimaan pedagang dari satu pengunjung dalam setahun (Rp)



Jumlah 260 000 15 17 333.33 27



472 767



Sumber: Data primer diolah (2014)



Biaya konsumsi pengunjung di lokasi wisata termasuk ke dalam biaya perjalanan yang dikeluarkan pengunjung objek wisata Pantai Harapan. Biaya perjalanan adalah semua biaya yang dikeluarkan selama melakukan rekreasi ke objek wisata, yang terdiri dari biaya transportasi dan biaya konsumsi,baik biaya konsumsi di lokasi maupun biaya konsumsi yang dibawa dari rumah. Pengunjung objek wisata Pantai Harapan tidak dipungut biaya lain oleh pihak pengelola untuk menggunakan fasilitas yang telah disediakan, kecuali untuk penggunaan fasilitas pendopo besar yang lengkap dengan perangkat suara dan dapat digunakan untuk



63 karaoke. Untuk dapat menggunakan pendopo ini pengunjung dikenakan tarif sewa selama satu hari yaitu sebesar Rp 250 000. Biaya rekreasi yang dikeluarkan responden, mencakup biaya transportasi, biaya konsumsi di lokasi dan biaya konsumsi yang dibawa dari rumah, berkisar antara Rp 4 500 sampai Rp 59 500 per orang dengan rata-rata Rp 22 763 per orang per kunjungan. Kelompok terbesar adalah responden yang mengeluarkan besar biaya perjalanan antara lebih dari Rp 25 500 sampai dengan Rp 36 000 yaitu sebesar 35% dari jumlah responden. Dengan fasilitas yang cukup memadai, terdapat kolam pemandian untuk dewasa dan anak-anak serta tribun dan pendopo untuk santai dan menikmati pemandangan alam, Pantai Harapan ramai dikunjungi oleh rombongan keluarga yang mempunyai anak kecil dan kelompok orang yang menghabiskan waktu bersantai di Pantai Harapan. Responden datang paling banyak datang dengan rombongan kelompok teman sebanyak 57.5%. Responden yang datang bersama rombongan sebagian besar datang bersama teman dan keluarga, seperti yang terlihat pada Tabel 38. Jumlah pengunjung dalam satu rombongan beragam, sebagian besar berkunjung dengan jumlah rombongan sebanyak 1-4 orang, yaitu sebesar 47.5% dari total 40 responden. Pada umumnya kegiatan rekreasi di tempat wisata akan lebih menyenangkan bila dilakukan bersama dengan orang lain, baik teman maupun keluarga. Proporsi jumlah rombongan pengunjung objek wisata Pantai Harapan dapat dilihat pada Tabel 41. Pengunjung harus menggunakan kendaraan pribadi untuk mencapai lokasi objek wisata, karena tidak tersedianya kendaraan umum menuju Pantai Harapan. Jenis kendaraan yang digunakan pengunjung objek wisata Pantai Harapan sangat berhubungan dengan jumlah rombongan. Sebagian besar pengunjung datang dengan rombongan yang menggunakan kendaraan pribadi berupa motor roda dua yaitu sebesar 65%. Jenis kendaraan bermotor roda dua banyak dijadikan pilihan alat transportasi bagi pengunjung karena lokasi yang dekat dan jalan yang tidak terlalu lebar, dan sebagian besar responden belum memiliki kendaraan pribadi berupa mobil.



64 Objek wisata Pantai Harapan memiliki daya tarik wisata berupa kolam pemandian air laut pemandangan alam berupa matahari terbenam serta pengalaman yang unik saat mengunjunginya karena pantai ini dibangun menggunakan limbah slag. Tujuan kunjungan responden sebagian besar adalah untuk bersantai menikmati suasana dan pemandangan yaitu sebesar 42.5%. Selain akhir pekan, objek wisata Pantai Harapan semakin ramai oleh pengunjung saat sore hari untuk menikmati pemandangan alam. Lokasi objek wisata yang mudah dijangkau dan dekat, serta tidak dikenakan biaya masuk membuat pengunjung dari kawasan sekitar berwisata di Pantai Harapan. Responden pengunjung objek wisata Pantai Harapan ini sebanyak 52.5% telah mengetahui keberadaan objek wisata ini sejak 6 sampai 8 tahun lalu. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengunjung telah mengetahui keberadaan objek wisata Pantai Harapan sejak dibangun pada 8 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 2004. Keberadaan objek wisata Pantai Harapan memberikan alternatif baru bagi masyarakat yang ingin berekreasi, baik sendiri maupun bersama kelompok, dengan akses yang mudah dicapai dan juga fasilitas yang cukup memadai. Pemandangan matahari terbenam yang indah dan hamparan tanaman bakau di sepanjang jalan memberikan keindahan alam di Pantai Harapan. Keberadaan objek wisata ini juga memberikan manfaat ekonomi bagi pedagang yang menjual makanan bagi pengunjung di lokasi. Objek wisata Pantai Harapan dapat dikembangkan menjadi wisata alternatif yang dapat menarik lebih banyak wisatawan dari cakupan daerah yang lebih luas. Pengelolaan Pantai Harapan yang saat ini dipegang oleh PT. ANTAM (Persero) Tbk., dapat dikembangkan dengan melibatkan masyarakat maupun organisasi masyarakat seperti karang taruna untuk berpartisipasi mengelola objek wisata tersebut. Peran serta masyarakat dalam mengelola Pantai Harapan akan meningkatkan kepedulian masyarakat akan keberadaan objek wisata ini dan dapat lebih mendekatkan masyarakat dengan perusahaan, sebagaimana tujuan awal pembangunan Pantai Harapan. Masyarakat dan UBPN Sultra dapat bekerja sama membuat sistem tiket masuk yang kemudian dapat digunakan untuk tujuan pengembangan objek wisata.



65 Harga tiket dapat disesuaikan dengan objek wisata lain yang berada di Kabupaten Kolaka. Peningkatan jasa dan pelayanan bagi pengunjung Pantai Harapan dapat dilakukan dengan cara pengadaan tempat penyewaan pelampung atau ban, pengadaan tempat untuk menjual makanan dan minuman untuk konsumsi pengunjung, serta pengadaan penjaga parkir agar pengunjung merasa lebih aman meninggalkan kendaraannya saat berwisata. Kerja sama yang baik antara UBPN Sultra dengan masyarakat untuk pengelolaan objek wisata Pantai Harapan dapat kemudian menjadikan objek wisata ini tujuan wisata yang lebih menarik.



66



VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Kegiatan pertambangan nikel PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra memberikan dampak ekonomi bagi perusahaan maupun masyarakat. Pendapatan usaha bagi UBPN Sultra adalah sebesar Rp 223 584 708 876.29. Penyerapan tenaga kerja lokal yang berasal dari Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 0.809%. Peningkatan infrastruktur yang dilakukan UBPN Sultra untuk kepentingan masyarakat sekitar adalah sebesar Rp 25 991 714 505.28.Nilai Ratio Income Multiplier Tipe I adalah sebesar 1.34 menunjukkan bahwa setiap peningkatan satu rupiah pada penerimaan UBPN Sultra akan mengakibatkan peningkatan sebesar 1.34 rupiah terhadap pendapatan masyarakat dan tenaga kerja lokal di UBPN Sultra. 2. Kegiatan pertambangan nikel PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra memberikan dampak bagi lingkungan berupa sedimentasi dan pencemaran udara melalui debu. Estimasi kerugian total yang dialami perusahaan dari dampak lingkungan tersebut dengan pendekatan biaya pencegahan adalah sebesar Rp 1 946 078 278.13. Estimasi kerugian total yang dialami masyarakat sekitar UBPN Sultra dari dampak lingkungan akibat kegiatan pertambangan nikel tersebut dengan pendekatan biaya kesehatan dan biaya pencegahan adalah sebesar Rp 71 743 500. Total estimasi dampak lingkungan adalah sebesar Rp 2 017 821 778.13. 3. Penggunaan limbah slag untuk membuat pantai buatan yang diberi nama Pantai Harapan memberikan alternatif wisata bagi masyarakat sekitar UBPN Sultra. Munculnya aktivitas ekonomi dari keberadaan pedagang makanan dan biaya perjalanan yang dikeluarkan wisatawan dapat memberikan manfaat ekonomi baru bagi masyarakat.



67 7.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, adapun saran-saran yang diberikan peneliti sebagai rekomendasi dalam pembuatan kebijakan dan program oleh pihak-pihak terkait dan pemerintah, yaitu: 1. PT. ANTAM (Persero) Tbk.UBPN Sultra sebaiknya lebih mengendalikan dampak lingkungan yang terjadi. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan objek wisata Pantai Harapan sehingga pendapatan dari objek wisata tersebut dapat digunakan untuk pengendalian dampak lingkungan. 2. Pengelolaan objek wisata Pantai Harapan sebaiknya melibatkan masyarakat maupun organisasi masyarakat sehingga dapat memberikan dampak ekonomi yang positif. 3. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui dampak ekonomi dari penggunaan limbah slag bagi kesehatan masyarakat dan kesediaan pengunjung membayar tiket masuk sebagai kompensasi biaya pengelolaan.



68



DAFTAR PUSTAKA [Bapedal] Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. 2001. Aspek Lingkungan dalam Amdal Bidang Pertambangan. Jakarta (ID): Pusat Pengembangan dan Penerapan Amdal Bapedal. [BKPM] Badan Koordinasi Penanaman Modal. Nickel Commoditydalam http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id/idxcomm.php yang diakses pada tanggal 02 April 2013. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Produksi Barang Tambang Mineral 1996-2012 dalam http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subyek =10¬ab=3 yang diakses pada tanggal 02 Januari 2015. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Provinsi, 2000-2013 (Milyar Rupiah) dalam http://bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_subyek=52&n otab=2 yang diakses pada tanggal 02 Januari 2015 [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014a. Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha 2000-2013 dalam http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_subyek =11¬ab=5 yang diakses pada tanggal 02 Januari 2015. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014b. Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut



Lapangan



Pekerjaan



Utama



2004-2014



dalam



http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek =06¬ab=2 yang diakses pada tanggal 02 Januari 2015. Dewi, Riri Asmarta. 2011. Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Akibat Kerusakan Situ Rawa Badung (Kasus Kelurahan Jatinegara, Jakarta Timur) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Cooper C, Fletcher J, Fyall A, Gilbert D, Wanhill S. 1998. Tourism Principles and Practice. Essex (GB): Pearson Education.



69 Dixon JA, Carpenter RA, Fallon LA, Sherman PB, Manipomoke S. 1996. Economic Analysis of The Environmental Impact of Development Projects. London (GB): Earthscan Publications Ltd. Fauzi, Akhmad. 2014. Valuasi Ekonomi dan Penilaian Kerusakan Sumber Daya Alam dan Lingkungan.Bogor (ID): IPB Press. Hamzah. 2009. Studi Kualitas Air Lokasi Pertambangan Nikel Pomalaa Sulawesi Tenggara [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Haqq, Kamila. 2009. Analisis Efektivitas Biaya dan Penilaian Masyarakat Terhadap Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Telogorejo Semarang [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hermawati, Nina. 2012. Analisis Dampak Ekonomi, Sosial dan Lingkungan Dari Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Perah: Studi Kasus di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan.Kabupaten Sumedang, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Juanda, B. 2007. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Bogor (ID): IPB Press [KLH] Kementerian Lingkungan Hidup. 2007. Panduan Valuasi Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Jakarta (ID): Kementerian Negara Lingkungan Hidup. [KLH] Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Proper periode 2011-2012. Jakarta (ID): Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Laoh, Olly Esry Harryani. 1989. Dampak Kegiatan Penambangan Emas pada Perekonomian Sulawesi Utara [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Marine Ecotourism for Atlantic Area. 2001. Planning for Marine Ecotourism in The UE Atlantic Area. Brisbol (GB): University of The West of England. Nicholson, Walter. 1991. Teori Mikroekonomi Prinsip Dasar dan Perluasan: Jilid 1. Jakarta (ID): Binarupa Aksara. Prasetyo B, Jannah LM. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada.



70 PT. ANTAM (Persero) Tbk. 2010. Rencana Pengelolaan Lingkungan UBPN Sultra. PT. ANTAM (Persero) Tbk. 2011. Laporan Keberlanjutan 2011. PT. ANTAM (Persero) Tbk. 2012a. Laporan Keberlanjutan 2012. PT.ANTAM (Persero) Tbk. 2012b. Laporan Kinerja UBPN Sultra 2012. PT. ANTAM (Persero) Tbk. 2012c. Laporan Pemakaian Alat Berat Satuan Kerja Pengelolaan Lingkungan Tambang UBPN Sultra Tahun 2012. PT. ANTAM (Persero) Tbk. 2012d. Laporan RKL RPL Triwulan I Tahun 2012 UBPN Sultra. [Puskesmas] Pusat Kesehatan Masyarakat Pomalaa. 2012. Surveilance Terpadu Penyakit Berbasis Puskesmas. Republik Indonesia. 1999. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 3815. Jakarta (ID): Sekretariat Negara. Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4959. Jakarta (ID): Sekretariat Negara. Sekaran U,Bougie R. 2010. Research Methods for Business: A Skill Building Approach, Fifth Edition. New York (US): John Wiley & Son, Inc. Wulandari, Nadia. 2013. Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Akibat Kerusakan Situ (Kasus Pemukiman Sekitar Situ Pladen, Kelurahan Beji, Kota Depok) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Zubayr, Syamsul Alam. 2009. Analisis Status Pencemaran Logam Berat Di Wilayah Pesisir (Studi Kasus Pembuangan Limbah Cair dan Tailing Padat/Slag Pertambangan Nikel Pomalaa) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.



71 Lampiran 1 Total penerimaan UBPN Sultra a. Penjualan Ferronikel Ekspor tahun 2012



= 43 062 897 pon



Harga jual 2012 (US$)



= US$ 7.7/pon



Penerimaan 2012 (US$)



= Ekspor tahun 2012 x Harga jual 2012 (US$) = 42 062 897 pon x US$ 7.7/pon = US$ 331 584 306.9



Penerimaan 2012 (Rp)



= Penerimaan 2012 (US$) x Nilai tukar rupiah 2012 = US$ 331 584 306.9 x Rp 9 500/US$ = Rp 3 150 050 915 550



b. Penjualan LGSO Ekspor tahun 2012



= 1 427 499 wmt



Harga jual 2012 (US$)



= US$ 26.69/wmt



Penerimaan 2012 (US$)



= Ekspor tahun 2012 x Harga jual 2012 (US$) = 1 427 499 wmt x US$ 26.69/wmt = US$ 38 099 948.31



Penerimaan 2012 (Rp)



= Penerimaan 2012 (US$) x Nilai tukar rupiah 2012 = US$ 38 099 948.31 x Rp 9 500/US$ = Rp 361 949 508 945



c. Penjualan Limonit Ekspor tahun 2012



= 361 473 wmt



Harga jual 2012 (US$)



= US$ 15.35/wmt



Penerimaan 2012 (US$)



= Ekspor tahun 2012 x Harga jual 2012 (US$) = 361 473 wmt x US$ 15.35/wmt = US$ 5 548 610.55



Penerimaan 2012 (Rp)



= Penerimaan 2012 (US$) x Nilai tukar rupiah 2012 = US$ 5 548 610.55 x Rp 9 500/US$ = Rp 52 711 800 225



Total penerimaan tahun 2012 = Penjualan Ferronikel + Penjualan LGSO + PenjualanLimonit = Rp 3 150 050 915 550 + Rp 361 949 508 945 + Rp 52 711 800 225 = Rp 3 564 712 224 720 Total penerimaan saat ini = Total penerimaan tahun 2012 x Nilai compounding = Total penerimaan tahun 2012 x (1+Suku bunga 2012) (2014-2012) = Rp 3 564 712 224 720 x (1+7.5%)(2) = Rp 3 564 712 224 720 x 1.155625 = Rp 4 119 470 564 692.05



72 Lampiran 2 Total biaya produksi a. Biaya tetap Biaya administrasi



= Rp 450 380 084 535



Beban depresiasi dan amortisasi



= Rp 410 000 000



Biaya tetap tahun 2012



= Biaya administrasi + Beban depresiasi dan amortisasi = Rp 450 380 084 535 + Rp 410 000 000 = Rp 450 790 084 535



Jumlah biaya tetap saat ini = Biaya tetap tahun 2012 x Nilai compounding = Biaya tetap tahun 2012x (1+Suku bunga 2012)(2014-2012) = Rp 450 790 084 535 x 1.155625 = Rp 520 944 291 440.76 b. Biaya variabel Beban bahan



= Rp 1 766 248 000 000



Beban pajak dan retribusi



= Rp 219 535 000 000



Beban pegawai



= Rp 243 301 000 000



Beban jasa



= Rp 427 301 000 000



Beban lainnya



= Rp 137 316 000 000



Biaya pemasaran



= Rp 126 746 000 000



Biaya variabel tahun 2012



= Beban bahan + Beban pajak dan retribusi+ Beban pegawai + Beban jasa + Beban lainnya + Biaya pemasaran = Rp 1 766 248 000 000 + Rp 219 535 000 000 + Rp 243 301 000 000 + Rp 427 301 000 000 + Rp 137 316 000 000 + Rp 126 746 000 000 = Rp 2 920 447 000 000



Biaya variabel saat ini



= Biaya variabel tahun 2012 x Nilai compounding = Biaya variabel tahun 2012 x (1+Suku bunga 2012) (2014-2012) = Rp 2 920 447 000 000 x 1.155625 = Rp 3 374 941 564 375.00



Total biaya produksi saat ini



= Biaya tetap saat ini + Biaya variabel saat ini = Rp 666 941 331 440.76 + Rp 3 374 941 564 375.00 = Rp 3 895 885 855 815.76



73 Lampiran 3 Rincian perusahaan mitra tetap/outsourcing No. Nama Perusahaan 1 PT. Satria Jaya Sultra 2 PT. Blitar Jaya 3 PT. Sumbar Setia Budi 4 PT. Pernick Sultra 5 PT. Nawakara PN. 6 PT. Supra Bakti Mandiri 7 PT. Sultra Jembatan Mas 8 PT. Triputra Jaya Sultra 9 Kopkar Antam 10 PT. Karya Sinar Cipta 11 PT. Wartsila 12 PT. Anugrah Benner P. 13 PT. Multi Karya Sultra 14 PT. Tri Karsa Manunggal 15 PT. Royal Medika 16 PT. Himpun 17 PT. Nipa Karya 18 PT. Sumbar Sinar Gemilang 19 PT. Sinergi Logistindo 20 PT. Wika (MOP-PP) 21 PT. Adi Karya (MOP-PP) 22 PT. Triniti 23 PT. Geomin 24 MOP-PP 25 PT. Dewi Jaya 26 PT. Jaya Nikel P. 27 PT. Anugrah Gumilang P. Jumlah



Jumlah Tenaga Kerja 267 103 251 140 301 22 67 32 148 170 56 9 33 65 57 132 169 8 63 458 303 102 117 75 167 27 14 3356



74 Lampiran 4 Rincian peningkatan infrastruktur dasar Program Bina Lingkungan dan Community Development pada tahun 2012 Program Unggulan



Realisasi Program Pembangunan Talud Desa Tonggoni



64 449 000



Pembangunan Polindes Kecamatan Mowewe



10 300 000



Pengadaan Kapal Patroli TNI AU



Infrastruktur Dasar



Biaya (Rp)



178 200 000



Rehabilitasi Masjid Korem 143/HO Kendari



27 711 750



Pembangunan Jembatan Gantung Oko-Oko Desa Oko-Oko



14 058 000



Pembangunan Masjid Darussalam Desa Hakatutobu



303 335 285



Pembangunan Pagar SDN 1 Kecamatan Tirawuta



234 300 000



Pemasangan Keramik SMP 2 Sopura



61 930 000



Pembangunan Talud/Drainase SD 3 Wundulako



12 232 000



Dukungan Material Rehabilitasi Kantor KODIM 1412 Kendari



723 574 500



Dukungan Material Pondok Pesantren Al Mawaddah Kolaka



210 045 000



Dukungan Rehabilitasi Bangunan Masjid Desa Latawe, Wawo, Kolut



218 900 000



Dukungan Penimbunan Slag Desa Tambea



520 852 860



Pembangunan Asrama Putri Poli-Polia



52 965 000



Pekerjaan Pengaspalan Jalan Kompleks Graha Momahe Pesouha



44 550 000



Pembangunan Kantin Sehat SDN 1 Tonggoni



40 870 924



Rehabilitasi Gedung Ex. SMP Antam



335 500 000



Dukungan Bantuan Kendaraan BASARNAS



141 694 000



Dukungan Bantuan Kendaraan RSU Kolaka & PMI Kolaka



441 474 000



Pembangunan Pagar Masjid Nurul Iman Desa Sopura



111 072 500



Pembangunan Balai Pertemuan di Desa Tamboli



172 425 000



Pembangunan Asrama Polwan Kendari



458 700 000



Rehab 1 Kopel Rumah Dinas Polsek Pomalaa



84 150 000



Pembangunan Pagar SDN 1 Desa Oko-Oko



145 516 250



Pembangunan RKB Pondok Pesantren Al Mincis Kec. Toari



296 780 000



Pembangunan RKB SMKN 2 Pertambangan Sopura



499 889 500



Pembangunan Teras Masjid Tambea



135 927 000



Pembangunan Rumah Sehat Darat Desa Pesouha Pembangunan Gedung Dharma Wanita Kejaksaan Kendari Pembangunan Pagar Kantor Dendpom Kolaka



68 750 000 110 247 500 35 750 000



Rehabilitasi Pondok Pesantren Darul Arqam



213 950 000



Pembangunan Kantin Sehat SDN 1 Pesouha



74 250 000



Pembangunan Pagar Kantor Kejaksaan Kolaka



269 032 500



Pembangunan Drainase JL. Pelabuhan Dawi-Dawi



148 494 500



Pembangunan 6 Dekker JL. Pelabuhan Dawi-Dawi



95 040 000



Pembangunan Kantor Sekretariat Saka Bahari Lanal Kendari



102 556 960



Rehabilitasi Bangunan Wawo



374 207 680



Dukungan Meubiler SMKN 1 Kolaka Pembangunan Kantor Camat Pomalaa (Lanjutan)



42 000 000 933 900 000



75



Infrastruktur Dasar



Pembangunan Talud Titik I Graha Momahe



280 500 000



Pembangunan Talud Titik II Graha Momahe



295 652 500



Pembangunan Talud Titik III Graha Momahe



22 742 500



Pembangunan Talud Titik IV Graha Momahe



564 921 500



Pembangunan Ruang Tunggu Bandara Tanggetada (Tahap II)



340 000 000



Dukungan Program Bedah Kecamatan Kab. Kolaka Thn. 2012 (Seng)



1 088 450 000



Dukungan Program Bedah Kecamatan Kab. Kolaka Thn. 2012 (PLTS)



9 407 200 000



Dukungan Rehabilitasi Barak Prajurit Korem 143/HO



1 449 195 000



Rehabilitasi Perumahan Prajurit Komando Kompi 725 Langori



842 160 000



Rehablitasi Perumahan Prajurit Polsek Samaturu



191 075 000



Total biaya tahun 2012



22 491 478 209



Biaya peningkatan infrastruktur dasar saat ini: Total biaya tahun 2012 x Nilai compounding



= Total biaya tahun 2012 x (1+Suku bunga 2012)(2014-2012) = Rp 22 491 478 209 x 1.155625 = Rp 25 991 714 505.28



76 Lampiran 5 Biaya pencegahan sedimentasi Biaya sewa alat berat jenis PC 200 tahun 2012



= Rp 1 617 100 000



Upah tenaga kerja outsourcing



= Rp 1 843 000/orang/bulan



Jumlah tenaga kerja outsourcing



= 2 orang



Lama pengoperasian alat berat PC 200



= 11 bulan



Total upah tenaga kerja outsourcing



= Upah tenaga kerja x jumlah tenaga kerja



x lama



pengoperasian alat berat PC 200 = Rp 1 843 000/orang/bulan x 2 orang x 11 bulan = Rp 20 273 000 Biaya pencegahan sedimentasi tahun 2012



= Biaya sewa tahun 2012 + total upah tenaga kerja = Rp 1 617 100 000 + Rp 20 273 000 = Rp 1 637 373 000



Estimasi biaya pencegahan sedimentasi



= Biaya pencegahan sedimentasi tahun 2012 x Nilai compounding = Biaya pencegahan sedimentasi tahun 2012 x (1+Suku bunga 2012)(2014-2012) = Rp 1 637 373 000 x (1+7.5%)(2) = Rp 1 637 373 000 x 1.155625 = Rp 1 892 189 173.13



77 Lampiran 6 Biaya pengendalian debu Biaya sews water truck tahun 2012



= Rp 2 773 500



Upah tenaga kerja outsourcing



= Rp 1 843 000/ orang/bulan



Jumlah tenaga kerja outsourcing



= 2 orang



Lama pengoperasian water truck



= 12 bulan



Total upah tenaga kerja outsourcing



= Upah tenaga kerja x jumlah tenaga kerja



x lama



pengoperasian water truck = Rp 1 843 000/orang/bulan x 2 orang x 12 bulan = Rp 44 232 000 Biaya pengendalian debu tahun 2012



= Biaya sewa tahun 2012 + total upah tenaga kerja = Rp 2 773 500 + Rp 44 232 000 = Rp 46 632 000



Estimasi biaya pengendalian debu i



= Biaya pengendalian debu tahun 2012 x Nilai compounding = Biaya pengendalian debu tahun 2012 x (1+Suku bunga 2012)(2014-2012) = Rp 46 632 000x (1+7.5%)(2) = Rp 46 632 000 x 1.155625 = Rp 53 889 105



78 Lampiran 7 Biaya pengobatan No. Responden



Jenis Penyakit



1



Tidak ada



2



ISPA



3



Frekuensi Pengobatan Tahun 2014 (kali)



Biaya (Rp)



Biaya Tahun 2014 (Rp)



0



0



0



50 000



4



200 000



Tidak ada



0



0



0



4



Tidak ada



0



0



0



5



Tidak ada



0



0



0



6



Tidak ada



0



0



0



7



Tidak ada



0



0



0



8



Tidak ada



0



0



0



9



ISPA



100 000



4



400 000



10



Tidak ada



0



0



0



11



Tidak ada



0



0



0



12



ISPA



60 000



2



120 000



13



ISPA



30 000



6



180 000



14



Tidak ada



0



0



0



15



Tidak ada



0



0



0



16



Tidak ada



0



0



0



17



Tidak ada



0



0



0



18



Tidak ada



0



0



0



19



ISPA



40 000



2



80 000



20



ISPA



50 000



2



100 000



21



Tidak ada



0



0



0



22



Tidak ada



0



0



0



23



ISPA



40 000



1



40 000



24



Tidak ada



0



0



0



25



ISPA



30 000



1



30 000



26



ISPA



40 000



2



80 000



27



Tidak ada



0



0



0



28



Tidak ada



0



0



0



29



Tidak ada



0



0



0



30



Tidak ada



0



0



0



Biaya pengobatan (Rp) (a) Responden (Orang) (b) Responden (%) (c= (b/30)*100%) Rata-Rata Biaya Pengobatan (Rp/Orang) (d= a/b) Populasi (Orang) (e) Potensi Populasi Terdampak (Orang) (f= e*c) Total Biaya Pengobatan Masyarakat (Rp) (g= d*f)



1 230 000 9 30 136 667 983 295 40 303 000



79 Lampiran 8 Kehilangan pendapatan karena sakit No. Responden 1



Pekerjaan KK



Buruh



Pendapatan RT (Rp/Bulan) 1250000



Pendapatan RT (Rp/Hari)



Lama Tidak Bekerja (Hari) 0



0



44000



7



308000



1200000



48000



0



0



Wiraswasta



2000000



80000



0



0



Buruh



1500000



60000



0



0



6



Buruh



1500000



60000



0



0



7



Kary.Swasta



1800000



72000



0



0



8



Wiraswasta



2000000



80000



0



0



9



Wiraswasta



1500000



60000



0



0



10



Buruh



1000000



40000



0



0



11



Kary.Swasta



1650000



66000



0



0



12



Kary.Swasta



2000000



80000



4



320000



13



Kary.Swasta



1650000



66000



12



792000



14



Buruh



2000000



80000



0



0



15



Kary.Swasta



2500000



100000



0



0



16



Kary.Swasta



1650000



66000



0



0



17



Kary.Swasta



1650000



66000



0



0



18



Buruh



1650000



66000



0



0



19



Pensiunan



2000000



80000



8



640000



20



Kary.Swasta



2500000



100000



7



700000



21



Kary.Swasta



1650000



66000



0



0



22



Kary.Swasta



2000000



80000



0



0



23



Kary.Swasta



2600000



104000



2



208000



24



Buruh



1650000



66000



0



0



25



Kary.Swasta



2000000



80000



1



80000



26



Kary.Swasta



2600000



104000



3



312000



27



Kary.Swasta



1800000



72000



0



0



28



Wiraswasta



5000000



200000



0



0



29



Kary.Swasta



1650000



66000



0



0



30



Kary.Swasta



1650000



66000



0



0



2



Kary.Swasta



1100000



3



Kary.Swasta



4 5



50000



Cost of Time (Rp)



Pendapatan yang Hilang (Rp) (a) Responden (KK) (b) Responden (%) (c= (b/30)*100% Rata-Rata Pendapatan yang Hilang (Rp/KK) (d= a/b) Populasi (KK) (e) Potensi Populasi Terdampak (Orang) (f= e*c) Total Pendapatan yang Hilang Karena Sakit (Rp) (g= d*f)



3360000 8 26.67 420000 250 66 28000000



80 Lampiran 9 Biaya pencegahan pembelian masker pelindung hidung dan mulut tahun 2014 Responden



Biaya Pembelian Masker



1



10000



2



0



3



5000



4



0



5



0



6



0



7



0



8



20000



9



0



10



0



11



0



12



0



13



0



14



0



15



0



16



15000



17



0



18



0



19



0



20



0



21



0



22



10000



23



15000



24



0



25



0



26



10000



27



0



28



20000



29



0



30



0



Biaya Pencegahan (Rp) (a) Responden (Orang) (b) Responden (%)(c= (b/30)*100% Rata-Rata Biaya Pencegahan (Rp) (d= a/b) Populasi (Orang) (e) Potensi Populasi Terdampak (Orang) (f= e*c) Total Biaya Pencegahan Masyarakat (Rp) (g= d*f)



105000 8 26.67 13125 983 263 3440500



81 Lampiran 10 Karakteristik responden Objek Wisata Pantai Harapan Jumlah Responden Uraian Frekuensi



Persentase (%)



Daerah Asal Kecamatan Pomalaa Dawi-Dawi



11



27.5



Kumoro



7



17.5



Pelambua



4



10.0



Pesouha



2



5.0



Pomalaa



6



15.0



Tambea



2



5.0



Pundoho



1



2.5



Watalara



2



5.0



Baula



2



5.0



Lamekongga



1



2.5



Wundulako



1



2.5



1



2.5



40



100.0



≤1



14



35.0



2



13



32.5



3



5



12.5



Kecamatan Baula



Kecamatan Wundulako



Kecamatan Mowewe Mowewe Jumlah Jarak Tempuh (Km)



≥5



8



20.0



40



100.0



≥5



15



37.5



6 15



16



40.0



16-25



6



15.0



26-35



3



7.5



Jumlah



40



100.0



1 8 kali



21



52.5



9 16 kali



3



7.5



17 24 kali



2



5.0



≥25 kali



14



35.0



Jumlah



40



100.0



Jumlah Waktu Tempuh (Menit)



Jumlah Kunjungan



82 Jumlah Responden Uraian Frekuensi



Persentase (%)



Biaya Perjalanan (Rp) ≤ 4500



7



17.5



4501 – 15000



11



27.5



15001 – 25500



2



5.0



25501 – 36000



14



35.0



36001 – 46500



2



5.0



46501 – 57000



3



7.5



≥ 57001



1



2.5



Jumlah



40



100.0



Keluarga



14



35.0



Kelompok



23



57.5



3



7.5



40



100.0



1 – 2 orang



11



27.5



3 – 4 orang



19



47.5



5 – 6 orang



5



12.5



7 – 8 orang



3



7.5



9 – 10 orang



2



5.0



40



100.0



Cara Kedatangan



Sendiri Jumlah Jumlah Rombongan



Jumlah



Alat Transportasi yang Digunakan Motor



26



65.0



Mobil



14



35.0



Jumlah



40



100.0



Berenang



13



32.5



Menikmati Pemandangan



17



42.5



Berenang dan Menikmati Pemandangan



10



25.0



Jumlah



40



100.0



Tujuan Kunjungan



Lama Mengetahui Lokasi Wisata 0 - 2 tahun



3



7.5



3 - 5 tahun



16



40.0



6 - 8 tahun



q21



52.5



40



100.0



Jumlah



83



RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor, pada tanggal 22 September 1991 dari Ayah Edho Heryanto dan Ibu Nunung Nurmayati. Penulis adalah putri pertama dari dua bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 5 Bogor dan pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Talenta Masuk Institut Pertanian Bogor (UTMI). Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Gentra Kaheman pada tahun 2010, serta aktif dalam kegiatan Himpunan Profesi (Himpro) Resources and Environmental Economic Student Association (REESA) pada tahun 2011-2012 di Divisi Campus Social Responsibility (CSR). Penulis juga aktif sebagai panitia dalam beberapa kegiatan di Institut Pertanian Bogor (IPB).