Jurnal Keperawatan KMB 2-1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

JURNAL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH



KELOMPOK 05 : Abubakar Abdi Mei yulianty Ilham Muhammad



PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG



Judul



: Mobilisasi Pada Pasien Fraktur Melalui Pendekatan Konseptual Model Dorothea E. Orem



Jurnal from : Idea Nursing Journal Penulis



: Marlina. (2017).



Register



: ISSN : 2087-2879



PEMBAHASAN Judul original : Mobilisation Patient Fraktur with Concepts Models Dorothea E. rem Judul translate : Mobilisasi pada pasien fraktur melalui pendekatan konseptual model Dorothea E. Orem Abstrak : Mobilisasi merupakan kemampuan pasien untuk bergerak dan berjalan. Pada pasien fraktur dapat terjadi diskontinuitas jaringan tulang yang ditandai dengan nyeri, krepitasi, gangguan mobilisasi, sehingga pasien harus segera dimobilisasikan. Fenomena sekarang masih banyak pasien post fraktur yang tidak melalukan mobilitas sehingga menimbulkan gejala sisa. Menurut kondeptual model Dorothea E Orem self care defisit semua pasien memiliki kemampuan untuk menolong dirinya sendiri, perawat bekerja hanya untuk memandirikan pasien sesuai dengan tingkat ketergantungan bukan menempatkan pasien pada posisi dependent. Orem mengatakan ada tiga tingkatan derajat ketergantungan pasien, ketergantungan penuh, parsial dan supportif sehingga penulisan ini didapatkan bahwa pasien dapat melakukan aktifitas kemandiriannya sesuai dengan derajat ketergantungan. Pico :



Penderita fraktur di rumah sakit. Kriteria inklusi (yang memenuhi syarat keikutsertaan dalam penelitian) : 1) Usia lebih dari 18 tahun. 2) Rata-rata sudah post op ortopedi. 3) Bisa membaca dan berbicara bahasa indonesia. Kriteria eksklusi (yang tidak memenuhi syarat keikutsertaan dalam penelitian) : 1) Berada dalam perawatan intensiv 2) Depresi berat sesuai hasil kuisioner kesehatan pasien sebelum dilakukan penelitian. 3) Memiliki masalah kesehatan, seperti kanker stadium akhir maupun HIV. INTERVENSI 1. Tahap satu Menjelaskan keperawatan diperlukan: analisa dan interpretasi membuat keputusan dalam keperawatan, diharuskan adanya pengumpulan fakta klien mengenai self care agent, terapetik self care demand serta adanya hubungan diantaranya sehingga dapat ditetapkan self care deficit . Pada tahap ini ditentukan juga tujuan memberikan arahan dalam melakukan tindakan keperawatan. Orem menjelaskan bahwa dalam diagnosa keperawatan kemampuan klien dan keluarga serta minat berkolaborasi dengan team mempengaruhi penyembuhan. 2. Tahap dua Diberikan perawatan pada klien membuat nursing system secara efisien dan efektif merupakan cara yang valid untuk membantu klien. Desain tersebut termasuk peran klien dan perawat dalam self care yang harus dilakukan untuk memenuhi self care therapetic demand dan mengatur latihan self care agency, melindungi kekuatan self care agency yang baru berkembang. Perencanaan adalah arahan dan cara untuk mengimplementasikan system keperawatan dan berhubungan dengan usaha untuk mendapatkan aktifitas tertentu saat perawat-klien membutuhkan alat–alat yang siap dipergunakan. 3. Tahap tiga dinamakan perencanaan dan pengontrolan. Pengaturan system keperawatan dihasilkan ketika perawat berinteraksi dengan klien dan melakukan kegiatan yang konsisten untuk memenuhi therapetic self care demand serta mengatur latihan dan pengembangan self care, dengan cara : melakukan dan meregulasi tugas self care untuk klien, mengkoordinasikan tugas self care system perawatan dengan komponen pelayanan kesehatan lain, Menuntun, mengarahkan dan mendukung klien dalam latihannya untuk meningkatkan self care, Mengarahkan dan mendukung klien untuk aktivitas belajar, Membuat karekteristik keputusan akan kecukupan dan efisiensi self care, pengaturan latihan atau pengembangan self care agency, Membuat keputusan tentang hasil dan bantuan perawat terhadap proses penyembuhan klien dalam system keperawatan melalui perubahan peran perawat dan klien. POPULASI



COMPARASI



OUTCOMES



Kelompok fraktur selain fraktur tulang belakang 1) Pasien ini dapat di berikan intevensi ini karena tidak dalam kondisi tidak sadar 2) Pasien dapat secara aman di lakukan intervensi ini. 3) Pasien juga dapat mempraktekannya dirumah dengan bantuan keluarga Kelompok fraktur tulang belakang 1. Dalam kelompok ini tidak dapat di prediksi dapat melakukan intervensi ini atau tidak di karenakan kebanyakan fraktur tulang bekang adalah fraktur dengan sensitifitas tinggi seperti kelumpuhan 2. Pasien pasien dengan kasus fraktur ini di sarankan untuk lebih baik tirah baring full untuk pengembalian kondisi tulang dengan baik. Pada kenyataannya, hasil dari penelitian menunjukkan hasil: 1. klien mampu mempertahankan kebutuhan self carenya 2. klien mampu mengatasi deficit self care 3. klien mampu memobilisasi dirinya 4. klien mampu mendemonstrasikan mobilisasi diri di depan perawat.



Critical Thinking :  Populasi : ada keterbatasan dalam teknik sampling yang pada akhirnya menyebabkan hasil penelitian ini tidak bisa digeneralisasikan karena sampel kurang mempresentasikan.  Intervensi : terdapat kelemahan pada intervensi, intervensi terlalu rumit dan membutuhkan banyak komunikasi yang baik serta pengawasan yang intensif. Jadi, perlu diperhatikan untuk penelitian selanjutnya.  Outcome : pada populasi tekhnik pengambilan sampling tidak dilakukan secara random sehingga berpengaruh pada outcome, sehingga outcome tidak bisa di generalisasikan. * Tingkat aplikasi pada metode edukasi Dorothea E. Orem dalam intervensi keperawatan bagi klien fraktur dengan rendah mobilisasi sangat memungkinkan atau efektif digunakan, hanya saja perlu pengawasan dan komunikasi extra untuk melakukannya.