Jurnal LK Ii Hmi Elly Agustina [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

0



IDEOPOLSTRATAK MENGHADAPI PROBLEM SOSIAL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI



DISUSUN OLEH



: ELLY AGUSTINA



ASAL CABANG



: HMI CABANG LABUHANBATU RAYA



INTERMADIATE TRAINING (LK II) TINGKAT NASIONAL HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM CABANG JAMBI



1



DAFTAR ISI Daftar Isi ..........................................................................................................1 BAB I Pendahuluan .........................................................................................3 A. Latar Belakang .....................................................................................3 B. Rumusan Masalah ................................................................................5 C. Tujuan ..................................................................................................5 BAB II Metodologi...........................................................................................6 BAB III Pembahasan .......................................................................................7 A. Ideologi ................................................................................................7 B. Politik ...................................................................................................8 C. Strategi dan Taktik ...............................................................................10 D. Masyarakat Madani .............................................................................11 E. Stategi HMI dalam Membangun Masyarakat Madani .........................15 BAB IV Penutup ..............................................................................................20 A. Kesimpulan ..........................................................................................20 B. Saran ....................................................................................................20 Daftar Pustaka ..................................................................................................21



2



Abstrak Meskipun banyak peneliti sebelumnya yang telah dilakukan yang membahas tentang konsep masyarakat madani serta tentang teori ideopolstratak Hmi, akan tetapi penelitian tentang impelementasi konsep dan nilai-nilai ideopolstratak HMI dalam mewujudkan masyrakat madani masih sangat jarang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis proses implementasi ideopolstratak HMI dalam mewujudkan masyarakat madani. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang berfokus pada proses penggambaran hubungan antara objek formal dan material penelitian ini yakni, gagasan ideopolstratak dan konsep masyarakat madani sebagai tujuan organisasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh para kader Himpunan Mahasiswa Islam sebagai upaya mewujudkan konsep masyarakat madani seperti mengupayakan perbaikan nasib bangsa. Abstract Although many previous researchers have conducted discussing the concept of civil society as well as the theory of ideopol stratum HMI, research on the implementation of the concept and values of ideopol stratum HMI in realizing civil society is still very rare. The purpose of this study is to identify and analyze the process of implementing the HMI ideology in realizing civil society. The method used in this research is descriptive which focuses on the process of describing the relationship between formal objects and research materials, namely the ideopol stratak idea and the concept of civil society as organizational goals. The results of this study indicate that there are several stages that must be carried out by HMI cadres as an effort to realize the concept of civil society such as seeking to improve the fate of the nation.



3



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada pengalaman



era pahit



reformasi, dalam



masyarakat kehidupan



Indonesia



bernegara



telah



mengalami



maupun



kehidupan



bermasyarakat. Orde lama dengan ketidakstabilan politik menyebabkan munculnya pemberontakan-pemberontakan. Begitupun dengan orde baru yang atas nama kestabilan politik menjalankan cara otoriter dan menghasilkan banyak tragedi kemanusiaan dibaliknya. Dengan kejenuhan itu, masyarakat mencoba menggali konsep seperti apa yang dapat diterapkan, sehingga pada akhirnya muncullah konsep masyarakat madani. Dalam hal membangun masyarakat madani sangat dibutuhkan peran seorang intelektual. Orang-orang yang berpendidikan senantiasa menjadi ruh atau bapak dalam membangun masyarakat. Sejak awal abad ke-20, kaum intelektual yang juga dikenal dengan istilah golongan priyayi di Indonesia bergerak



membangun



sebuah



narasi



pergerakan



nasional



menuntut



kemerdekaan. Sampai akhirnya di tahun 1945 Indonesia mendapatkan kemerdekaan atas jasa perjuangan para kaum intelektual. Sebuah revolusi dimanapun selalu berawal dari gagasan kaum intelektual, bahkan hingga lingkup dunia. Membangun masyarakat madani bukanlah suatu persoalan yang mudah, perlu sebuah kematangan berpikir. Selain itu, perlu sebuah persiapan dan perencanaan yang terstruktur, mulai dari landasan fundamental, rancangan gagasan, pola gerakan, sampai kepada aksi dan implementasi. Sama halnya dengan Himpunan Mahasiswa Islam yang memiliki tujuan mulia yaitu “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam, dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil, makmur yang diridhoi Allah SWT”. Konsekuensi logis dari tujuan HMI tersebut adalah HMI bertanggungjawab untuk membangun masyarakat madani.



3



4



Dalam rangka upaya membangun masyarakat madani, HMI mempersiapkan dan merangcang sesuatu dengan apa yang dinamakan Ideopolstratak (ideologi, politik, strategi, dan taktik). Perencanaan yang terstruktur dan sistematis dirumuskan mulai dari ideologi sebagai landasan fundamental, politik sebagai siasat, sampai kepada strategi dan taktik sebagai ujung tombak. Perencanaan dan persiapan ini tentunya sangat berkaitan dengan semangat yang dibawa oleh HMI itu sendiri, yaitu iman, ilmu, dan amal. Seperti pesan yang disampaikan oleh guru bangsa yaitu Haji Oemar Said Tjokroaminoto, bahwa pemuda Islam harus semurni-murninya tauhid, setinggi-tingginya ilmu pengetahuan, dan sepintar-pintarnya siasat. Iman dan tauhid menjadi landasan dasar atau ideologi, kemudian politik sebagai amal atau siasat yang dipersiapkan, dan strategi serta taktik menjadi ilmu yang dipakai dalam menjalankan langkah politik. Berbicara mengenai politik bukan lagi sebuah perbincangan yang asing di HMI. Tidak juga lantas HMI merupakan organisasi politik atau organisasi yang berafiliasi bahkan menjadi onderbouw partai politik manapun. Menurut Anggaran Dasarnya, HMI merupakan organisasi mahasiswa yang bersifat perkaderan dan perjuangan. Maka, politik merupakan hal yang penting dalam upaya membangun masyarakat madani. Namun sangat berbahaya jika berada di dalam posisi yang dinamakan buta politik. Bertolt Brecht seorang penyair asal Jerman pernah mengatakan bahwa “Buta yang terburuk adalah buta politik, dia tidak mendengar, tidak berbicara, dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, semua tergantung pada keputusan politik. Orang yang buta politik adalah orang yang sangat bodoh sehingga ia bangga dan membusungkan dadanya mengatakan bahwa ia membenci politik. Dan dia tidak tahu bahwa dari kebodohan politiknya lahir pelacur, anak terlantar, dan pencuri terburuk



5



dari semua pencuri, politisi buruk, rusaknya perusahaan nasional dan multinasional”. Maka tentunya, Himpunan Mahasiswa Islam dalam gerak langkahnya akan senantiasa bertujuan untuk membangun masyarakat madani. Hal ini menjadi konsekuensi logis, karena sejatinya HMI adalah perkumpulan orang terdidik dan kaum intelektual. Seperti halnya Edward W. Said dalam bukunya “Peran Intelektual”, bahwa tempat seorang intelektual adalah masyarakat. HMI sangat bertanggungjawab dalam membangun masyarakat madani dengan Ideopolstratak yang dimiliki HMI itu sendiri. B. RUMUSAN MASALAH 



Bagaimana rumusan Ideopolstratak dalam HMI ?







Bagaimana bentuk dan implementasi HMI dalam mewujudkan masyarakat madani ?



C. TUJUAN 



Memahami ideopolitorstratak HMI







Mengetahui bentuk dam implementasi HMI dalam mewujudkan masyarakat madani



6



BAB II METODOLOGI Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif baik secara tertulis maupun secara lisan dari orang-orang terkait objek penelitian. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer yang berupa data yang langsung dikumpulkan dari buku-buku atau dokumen-dokumen yang diterbitkan oleh HMI maupun diluar HMI seperti Abad ideologi oleh Henry D.Aiken, ideologi kaum intelektual oleh Ali Syari’ati, dasardasar ilmu politik oleh mariam budiharjo, Ideologi dan Kesejahteraan Rakyat oleh Vic George dan Paul Wilding, ilmu negara oleh soehino. Masyarakat Madani: Agama, Kelas Menengah, dan Perubahan Sosial oleh M.dawam raharjo. Menuju Masyarakat Madani Gagasan, Fakta, dan Tantangan oleh azyumarji azra, dan lain-lain.



6



7



BAB III PEMBAHASAN A. Ideologi Hakikatnya, manusia adalah makhluk yang senantiasa selalu berkembang dan dinamis. Dalam perkembangan kehidupan manusia, senantiasa terjadi perubahan-perubahan yang menandakan adanya pergerakan dalam sejarah hidup manusia. Seperti apa yang diteliti oleh Hegel tentang hakikat manusia. Seiring dengan berkembang dan berubahnya kehidupan manusia di muka bumi ini, maka berkembang dan berubah pula hal-hal yang menyertainya, seperti pemikiran, ide, sampai kepada fenomena sosial. Pemikiran dan ide manusia menentukan perkembangan kehidupan manusia itu sendiri. Pemikiran manusia pun berbeda-beda dipengaruhi oleh fenomena apa yang ditangkap. Muncullah istilah ideologi sebagai landasan filosofis yang mempengaruhi epistemologi dalam tidakan setiap manusia. Ideologi lahir sebagai pedoman normatif yang diyakini serta dapat menjadi dasar kepercayaan seseorang. Istilah ideologi ditemukan oleh filsuf Prancis yaitu Destutt de Tracy (1754-1836)1. Zaman idelogi berada pada abad ke-19, dimana dalam salah satu dari beberapa pengertiannya ideologi berarti spekulasi ideal atau abstrak dan teorisasi visioner. Atau dalam pengertian yang lain istilah ideologi mengacu pada sistem ide-ide tentang fenomena, terutama fenomena kehidupan sosial, cara berpikir khas suatu kelas atau individu 2. Ideologi juga dapat diartikan sebagai sekumpulan ide, keyakinan, dan gagasan yang menjadi pedoman serta dipakai sebagai nilai dasar atau fundamental. Ideologi saling berkaitan dengan pemikiran tentang sebuah fenomena sosial. Tentang bagaimana membangun masyarakat dan atau bagaimana masyarakat hidup. Lebih jauh lagi ideologi juga berkaitan dengan bagaimana cara mensejahterakan masyarakat. Sebagian besar hal-hal yang menyangkut 1



Henry D. Aiken, Abad Ideologi, (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 2002), hlm. 5. Ibid, hlm. 2.



2



7



8



tentang kesejahteraan hanya diartikan sebatas urusan teknis administratif belaka. Kebijakan yang menyangkut kesejahteraan masyarakat seringkali berlangsung dalam suatu kekosongan teoritis 3. Padahal, dalam sebuah perencanaan yang bersangkutan dengan kesejahteraan dan pembangunan masyarakat, ideologi penting sebagai landasan dasar, landasan filosofis, dan landasan teoritis yang mempengaruhi epistemologi. Kata ideologi biasa diasosiasikan dengan kaum intelektual dan keduanya saling melengkapi. Dengan demikian, seharusnya kaum intelektual mempunyai suatu ide yang gamblang tentaninyg kata ideologi yang akan membimbing mereka dalam mengembangkan suatu pola pemikiran tertentu. Istilah ideologi berasal dari kata “ideo” yang artinya pemikiran, khayalan, konsep, keyakinan, dan sebagainya. Dan kata “logo” yang artinya ilmu, logika atau pengetahuan.4 Dapat didefinisikan bahwa ideologi sebagai ilmu tentang keyakinan-keyakinan dan gagasan-gagasan. Dalam konteks tersebut ideologi mengandung keyakinan-keyakinan dan gagasan-gagasan yang ditaati oleh suatu kelompok, suatu kelas sosial, suatu bangsa atau suatu ras tertentu. Berdasarkan definisi ini kita dapat membedakan ideologi dari ilmu, walaupun keduanya sangat berkaitan erat. B. Politik Pada saat ini, politik selalu menjadi hal penting dalam kehidupan masyarakat. Sejak dahulu masyarakat mengatur kehidupan kolektif dengan baik. Mengingat masyarakat menghadapi terbatasnya sumber daya alam, masyarakat selalu berhadapan dengan keterbatasan dalam memanfaatkan sumber daya. Sehingga perlu dicari cara agar pemanfaatan sumber daya ini dirasakan oleh seluruh masyarakat, inilah politik. Politik adalah usaha menggapai kehidupan yang baik5. Ada beberapa pepatah yang berasal dari masyarakat lokal Indonesia salah satunya gemah 3



Vic George dan Paul Wilding, Ideologi dan Kesejahteraan Rakyat, (Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1992), hlm. 1. 4 Ali Syari’ati, Ideologi Kaum Intelektual (suatu wawasan islam), (Bandung : Penerbit Mizan, 1993), hlm.72. 5 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 13.



9



ripah loh jenawi yang artinya tenteram dan makmur serta subur tanahnya, maka kehidupan yang baik seperti inilah yang diharapkan masyarakat. Orang Yunani Kuno menamakannya dengan istilah en dam onia atau the good life. Tentunya, dalam politik membutuhkan suatu kekuasaan dalam suatu wilayah tertentu. Setelah itu baru kemudian terbentuklah suatu pengorganisasian Negara dalam rangka menyusun rencana menggapai the good life. Maka, politik berkaitan dengan kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan publik, dan alokasi atau distribusi. Namun, istilah dan pemikiran mengenai politik di dunia barat sangat dipengaruhi oleh filsuf Yunani Kuno abad ke-5 seperti Plato dan Aristoteles. Mereka (dunia barat) menganggap politik sebagai suatu usaha untuk mencapai masyarakat politik (polity) yang terbaik. Dalam masyarakat polity ini manusia hidup bahagia dengan mengembangkan potensi dan bakat, bergaul, berekspresi, bermasyarakat, serta hidup dalam moralitas yang tinggi. Sama halnya dengan apa yang disebut Peter Merkl “Politik dalam bentuk yang paling baik adalah usaha mencapai suatu tatanan sosial yang baik dan berkeadilan (politics, at its best is a noble quest for a good order and justice)”6. Kenyataannya, pelaksanaan kegiatan politik tidak hanya dalam sisi baik, tetapi juga mencakup sisi negatif. Hal ini tidak terlepas dari persaingan ide dan gagasan serta kepentingan. Kembali lagi, bahwa politik tidak kekosongan ide dan gagasan, politik selalu bersamaan dengan ide dan gagasan apa yang dibawa dalam menggapai kehidupan yang baik. Perbedaan ide dan gagasan menjadi konsekuensi dari adanya sebuah persaingan. Ide dan gagasan setiap kelompok atau golongan membutuhkan kekuasaan sebagai wadah penerapannya. Persaingan inilah yang dalam pelaksanaannya memunculkan sisi negatif politik. Singkatnya, politik juga berbicara tentang perebutan kuasa, tahta, dan harta. Sama hal nya seperti yang dikatakan Peter Merkl “Politik dalam bentuk yang paling buruk adalah perebutan kekuasaan, kedudukan, dan 6



Ibid, hlm. 15.



10



kekayaan untuk kepentingan diri sendiri (politic at its worst is a selfish grab for power, glory, and riches)”7. C. Strategi dan Taktik Seperti yang telah dijelaskan dalam pendahuluan, amal tanpa ilmu tidak berarti apa-apa, begitupun dengan politik tanpa strategi dan taktik juga tidak akan mencapai suatu politik. Jika kita perhatikan politik dalam lingkup kenegaraan, maka ia berkaitan dengan tatanegara dan tatapemerintahan8. Begitupun dengan organisasi seperti HMI, tertib administrasi merupakan hal penting. Strategi dan taktik bukan hanya berbicara tentang persoalan eksternal, tetapi diawali dengan tata kelola internal. Dari bermacam-macam pengertian dapat kita temukan dalam mendefinisikan strategi dan taktik. Jika mengambil istilah peperangan, strategi adalah memanfaatkan pertempuran untuk mengakhiri peperangan. Sedangkan taktik adalah penggunaan kekuatan untuk memenangkan suatu pertempuran. Begitu pula menurut Mao Tse Tung bahwa strategi adalah menguasai suatu peperangan secara keseluruhan, sedangkan taktik adalah melakukan kampanye (yang merupakan bagian dari peperangan). Dalam sebuah teori manajemen pemasaran oleh Professor Peter Drucker mendefinisikan bahwa strategi adalah mengerjakan sesuatu yang benar ( doing the right things ), dan taktik adalah mengerjakan sesuatu dengan benar ( doing the thing right ). Kemudian dalam pandangan HMI seperti yang diungkapkan oleh Dahlan Ranuwiharjo selaku pendidik politik di HMI bahwa strategi adalah bagaimana menggunakan peristiwa-peristiwa politik dalam jangka waktu tertentu untuk mencapai rencana perjuangan, sedangkan taktik adalah bagaimana menentukan sikap atau menggunakan kekuatan dalam menghadapi peristiwa politik tertentu pada saat tertentu. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merupakan sebuah organisasi yang 7



menghimpun



para



kaum



intelektual.



Ibid, hlm. 16. Soehino, Ilmu Negara, (Yogyakarta: Liberty, 2001), hlm. 6.



8



Dalam



melaksanakan



11



perjuangannya yaitu membangun masyarakat madani harus mempersiapkan rencana yang matang mulai dari internal hingga eksternal. Gerak perjuangan HMI mencakup iman yang teguh, ideologi yang jelas, ilmu yang cukup, tata organisasi yang rapi dan sistematis, strategi dan taktik yang tepat, serta kemampuan teknis dan teknologi yang memadai. D. Masyarakat Madani Masyarakat madani mengarah pada istilah civil society yang awalnya dipakai oleh seorang orator Yunani Kuno yaitu Cicero (106-43 SM), secara harfiah civil society berasal dari istilah latin yaitu civilis societas9. Menurut Cicero civil society merupakan sebuah masyarakat politik (political society) yang memiliki kode hukum sebagai pengaturan hidup. Adanya hukum yang mengatur kehidupan masyarakat sebagai pedoman dalam aktivitas kehidupan menandai eksistensi atau keberadaan suatu masyarakat tersendiri. Mereka hidup di kota-kota yang memiliki kode hukum sebagai tanda masyarakat yang beradab. Hal ini berkaitan dengan konsep tentang bangsa. Konsep yang dikemukakan oleh Cicero ini berbicara tentang individu dan masyarakat secara keseluruhan dan tidak terlepas oleh sistem norma yang berlaku sehingga disebut masyarakat beradab. Kemudian selanjutnya di zaman modern istilah civil society dihidupkan kembali oleh John Locke (1632-1704) dan Rousseau (1712-1778) yang mengungkapkan pemikirannya tentang masyarakat dan politik. Mereka mengartikan civil society atau masyarakat sipil ini sebagai masyarakat politik atau political society. Namun, sitilah yang diungkapkan ini berbeda dengan istilah yang sebelumnya diawali oleh Cicero. Konsep civil society Locke dan Rousseau memberikan ciri bahwa kehidupan civil society terdapat didalamnya tata kehidupan politik yang berkaitan dengan hukum atau dapat disebut pemerintahan, dan ada suatu kehidupan sosial ekonomi yang hidup dalam masyarakat. Maka konsep Locke



9



M. Dawam Rahardjo, Masyarakat Madani: Agama, Kelas Menengah, dan Perubahan Sosial, (Jakarta: LP3ES, 1999), hlm. 137.



12



dan Rousseau memberikan arti bahwa tidak ada perbedaan antara civil society dengan Negara, karena Negara merupakan bagian dari civil society. Namun berbeda dengan Locke dan Rousseau, Hegel (1770-1831) seorang pemikir Jerman memberikan pandangan lain tentang civil society. Menurut Hegel, civil society dan Negara merupakan dua hal yang berbeda, dua-duanya merupakan bagian dari tatanan politik (political order). Hegel mengungkapkan,



yang



dimaksud



dengan



civil



society



merupakan



perkumpulan merdeka antara seorang yang membentuk apa yang disebut burgerlische Gesellschaft atau masyarakat borjuis (bourgeois society). Sedangkan Negara disini diartikan sebagai masyarakat politik atau political society. Sehingga konsep Hegel ini memperlihatkan bahwa civil society berhadapan dengan Negara. Menurut pandangan Hegel, civil society ini juga menimbulkan sisi negatif karena memiliki potensi konflik antara kepentingan-kepentingan yang berbeda dan berbenturan. Walaupun pada dasarnya dalam masyarakat yang merdeka civil society menciptakan suatu ruang partisipasi masyarakat dalam perkumpulan-perkumpulan sukarela yang lahir dari kebiasaan masyarakat, media massa, perkumpulan profesi, atau yang lainnya yang di Indonesia dapat diartikan sebagai ormas atau organisasi kemasyarakatan. Bisa dibuktikan dalam realitasnya, civil society ini memiliki potensi konflik atau bahkan menjadi sumber konflik dalam masyarakat. Tidak jarang kita melihat hal itu terjadi di Indonesia, karena menurut Hegel diantara ruang partisipasi masyarakat yang terwujud dalam perkumpulan-perkumpulan memiliki kepentingan masing-masing yang saling berbenturan. Sehingga Hegel mengidealiskan institusi Negara, dimana Negara merupakan institusi atau lembaga yang dapat memelihara kepentingan umat manusia secara universal. Namun demikian Marx tidak secara otomatis mengidealiskan Negara, karena civil society disini diartikan sebagai masyarakat borjuis. Kemudian bagi Marx, Negara pun merupakan alat atau badan pelaksana dari



13



kepentingan golongan borjuis. Ketika golongan borjuis yang individual ini melancarkan kepentingannya dan Negara bersikap patuh, maka dari sini akan lahir golongan yang terpinggirkan. Disini Negara tidak lagi menjadi badan yang melindungi dan memelihara kepentingan universal, tetapi hanya melayani kepentingan golongan. Sehingga, bagi Marx Negara harus dihapuskan atau digantikan dengan pemerintahan proletariat dan menciptakan masyarakat tanpa kelas. Dalam perdebatan yang sangat panjang tentang konsep civil society ini, muncul Gramsci yang merupakan seorang komunis Eropa berkebangsaan Itali mengungkapkan pemikirannya tentang konsep civil society. Baginya, civil society bukan semata-mata mewadahi kepentingan individu seperti menurut Hegel, tetapi civil society merupakan sekumpulan masyarakat yang didalamnya terdapat organisasi yang berorientasi melayani kepentingan orang banyak. Menurut Gramsci, civil society inilah yang membangun kesadaran masyarakat untuk membentengi diri dari kepentingan individu yang dampaknya merugikan manusia lain. Maka, ketika Negara hanya melayani bahkan melindungi kepentingan golongan borjuis yang menindas masyarakat rentan atau terpinggirkan, maka disanalah organisasi dalam civil society berada. Masyarakat madani yang konsep serta pengertiannya mengacu kepada civil society muncul dalam diskursus akademis pada tahun 1990an. Istilah masyarakat madani pertama kali dikenalkan dalam ceramah Wakil Perdana Menteri Malaysia tahun 1993-1998, Anwar Ibrahim dalam Festival Istiqlal tahun 1995. Dalam ceramahnya, ia menyampaikan bahwa agama merupakan sumber, peradaban adalah prosesnya, dan masyarakat kota adalah hasilnya. Dalam pengertiannya, masyarakat madani adalah masyarakat yang mengacu pada nilai-nilai kebijakan umum. Dasar utama masyarakat madani adalah persatuan dan integrasi sosial yang didasarkan pada suatu pedoman hidup, menghindari diri dari konflik dan permusuhan yang menyebabkan perpecahan serta hidup dalam suatu persaudaraan10. Masyarakat madani 10



Ibid., hlm. 152.



14



seperti ini dipertahankan dengan hidupnya dengan ruang partisipasi aktif masyarakat yang terwujud dalam pembentukan perkumpulan atau organisasi yang melayani kepentingan orang banyak seperti dalam konsep Gramsci. Istilah masyarakat madani yang muncul ini berkaitan erat dengan apa yang dikenal dengan gerakan pro demokrasi. Mereka bergerak atas nama demokrasi dan bertujuan membentuk masyarakat yang demokratis sebagai perwujudan masyarakat madani. Tren ini membuat gerakan prodemokrasi identik dengan gerakan oposisi terhadap pemerintah 11. Terlebih konsep ini mirip dengan konsep Gramsci dengan tujuan masyarakat tanpa kelasnya, sehingga civil society merupakan masyarakat yang menentang Negara. Maka akibatnya sama dengan masyarakat madani yang diisi dengan gerakan prodemokrasi yang identik dengan gerakan oposisi. Sedangkan gerakan lainnya yang sebenarnya prodemokrasi tetapi tidak oposisi tidak disebut sebagai gerakan prodemokrasi. Maka demikian peran Negara dalam membangun masyarakat madani adalah penting. Bagaimana organisasi kemasyarakatan yang merupakan gerakan prodemokrasi ini bergerak dalam dua hal, bekerjasama serta mengontrol pemerintah. Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh Taufik Abdullah dalam pengantarnya di buku Masyarakat Madani Karya Dawam Rahardjo. Bahwa apa yang dikenal di Indonesia dengan organisasi kemasyarakatan (ormas),



Lembaga



Swadaya



Masyarakat



(LSM),



Non-Government



Organization (NGO), lembaga penelitian, serta badan-badan filantropi memiliki



tiga corak dalam



aktivitasnya.



Memajukan



kesejahteraan,



developmental atau pembangunan, dan advocacy atau pembelaan. Jadi memang memaknai konsep masyarakat madani di Indonesia yang dikemukakan oleh para intelektual dan cendekiawan tidak selalu identik dengan oposisi pemerintah. Justru mereka sepakat bahwa dukungan Negara terhadap organisasi kemasyarakatan dan teman-temannya merupakan hal yang penting. Dengan demikian, masyarakat madani di Indonesia memiliki 11 Azyumardi Azra, Menuju Masyarakat Madani Gagasan, Fakta, dan Tantangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 6.



15



konsep yang berbeda walaupun dasarnya tetap mengacu kepada istilah civil society. Konsepnya adalah masyarakat madani berbeda dengan Negara atau pemerintahan. Masyarakat madani adalah masyarakat berperadaban yang diisi dengan ruang partisipasi masyarakat yang terwujud dalam organisasi yang bercorak kesejahteraan, pembangunan, dan pembelaan. Konsep masyarakat madani dalam agama Islam dikenal dengan istilah khaira ummah yang disebut umat terbaik. Berdasar pada Negara-kota Madinah dengan tiga cirinya. Pertama, pengakuan bahwa mereka merupakan suatu kesatuan sosial yang disebut ummah. Kedua, mereka tunduk pada nilainilai luhur atau kebajikan yang disebut khair. Ketiga, menegakkan yang baik (ma’ruf) dan mencegah yang buruk (munkar). Pada era reformasi, pergerakan menuju masyarakat madani semakin terbuka lebar. Disamping karena Orde Baru yang berhasil runtuh sehingga semakin besar usaha membentuk masyarakat yang demokratis, pengalaman bernegara dan bermasyarakat di Orde Lama dan Orde Baru juga mendesak masyarakat Indonesia untuk mencari konsep lain12. Mucul lah masyarakat madani sebagai konsekuensi logis dari pengalaman pahit Orde Lama yang tidak stabil dan Orde Baru yang otoriter. Semangat Reformasi merupakan semangat menuju masyarakat yang disebut dengan stabilitas dinamis. E. Gerak HMI dalam Membangun Masyarakat Madani Sudah menjadi keharusan bagi organisasi HMI sebagai organisasi mahasiswa tertua di Indonesia untuk membangun masyarakat madani. Tidak dapat menghindar bahwa hal ini bahkan menjadi tanggung jawab moral bagi HMI. Organisasi yang didirikan pada tanggal 5 Februari 1947 yang bertepatan dengan 14 Rabiul Awal 1366 H ini memberikan warna baru dalam wacana pemikiran dan pergerakan mahasiswa. Ideopolstratak menjadi suatu bahan diskursus sebagai senjata bagi para kader HMI dalam membangun dan mewujudkan masyarakat madani. 12 Adi Suryadi Culla, Masyarakat Madani: Pemikiran, Teori, dan Relevansinya dengan Cita-Cita Reformasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), hlm. 215.



16



Ideologi menjadi pedoman normatif HMI sebelum melangkah kedalam urusan politik, strategi, dan taktik. Artinya tauhid menjadi landasan filosofis dan berpengaruh terhadap epistemologi dalam gerak selanjutnya. Bagi HMI jelas, pedoman dasar gerak langkah HMI termaksud dalam dokumen Nilai Dasar Perjuangan (NDP). Wacana ke-Islaman dan Ke-Indonesiaan mencerminkan kekuatan ideologi dan perjuangan HMI. Di masa silam ketika Indonesia harus berhadapan dengan ideologi komunis yang berwujud PKI beserta onderbouwnya13, namun HMI tetap tegak berdiri menjadi benteng yang mempertahankan keutuhan Indonesia. Bahkan HMI harus berhadapan dengan ancaman pembubaran. Tetapi HMI tidak tergoyahkan dan tidak mundur sedikitpun melawan komunisme hingga muncul slogan “Langkahi mayatku sebelum ganyang HMI”. Dalam pedomannya, HMI bergerak membela kemanusiaan. Atas dasar kemanusiaan HMI melawan gerakan komunis dan kapitalis yang menindas. HMI bergerak atas dasar kemanusiaan dan melawan segala tindak penindasan terhadap kemanusiaan. Sehingga sesuai dengan sifat asli atau fitrah manusia, ia akan cenderung pada kebenaran. Hati nuraninya merupakan pemancar bagi keinginannya untuk dapat bergerak melakukan kebenaran14. Dalam konsep masyarakat madani, HMI sebenarnya merupakan bagian dari upaya mewujudkan masyarakat madani tersebut. Dengan pengalamannya, HMI dibentuk dengan daya intelektualitas yang tinggi. HMI menjadi organisasi yang memiliki budaya literasi serta tradisi intelektual yang kuat. Tak jarang memang HMI disebut sebagai platform gerakan intelektual. Namun, pengalaman dan perjalanan panjang tersebut bukan tanpa permasalahan dalam struktural maupun fungsional. Beberapa fase HMI pernah mengalami kemandulan melahirkan kader yang melaksanakan kerja-kerja intelektual. Spirit intelektualitas tergerus oleh 13



M. Alfan Alfian, HMI 1963-1966 Menegakkan Pancasila di Tengah Prahara, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2013), hlm. 83. 14 Victor Tanja, Himpunan Mahasiswa Islam Sejarah dan Kedudukannya di Tengah GerakanGerakan Muslim Pembaharu di Indonesia, (Jakarta: Penerbit Sinar Harapan, 1982), hlm. 110.



17



nafsu kekuasaan dan kepentingan pribadi. Sebuah realitas yang perlu direnungkan kembali oleh para kader HMI. Padahal konsep dan rumusan organisasi dalam HMI cukup matang mulai dari hal mendasar hingga teknis. Tidak ada pilihan lain selain kembali kepada spirit konsep dan rumusannya. Inilah yang sebenarnya menjadi hal penting dalam gerak langkah HMI untuk mewujudkan masyarakat madani. HMI mencetak kader yang melakukan kerja-kerja intelektual seperti dalam segala konsep dan rumusannya. Sebagai gerakan inetelektual, HMI menjadi gerakan yang mampu mengontrol pemerintah serta bergerak langsung terjun bersama masyarakat akar rumput. Artinya HMI dapat bergerak secara vertikal dan horizontal. Gerakan vertikal dilakukan dengan berdiri sebagai pengontrol pemerintah, dan gerakan horizontal dilakukan dengan memaksimalkan lembaga pengembangan profesi. Banyak contoh yang dapat merekamnya, terutama dapat dilihat dalam keadaan masyarakat Kabupaten Labuhanbatu. Tahun 2018 kemarin merupakan tahun dimana mahasiswa tidak memperoleh hak nya dari pemerintah dalam hal beasiswa yang seharusnya diberikan setiap tahun. Hal ini menjadi perhatian serius bagi para aktivis kampus yang tergabung dalam beberapa organisasi, pasalnya kasus beasiswa ini menyebabkan efek buruk bagi mahasiswa maupun masyarakat yang sedang berusaha mencukupi biaya kuliah anaknya. Aktivis kampus termasuk HMI Cabang Labuhanbatu Raya terlibat dalam gerakan pengawalan kasus beasiswa tersebut. Gerak pemberdayaan dilakukan dengan pendampingan terhadap mahasiswa serta masyarakat yang terdampak. HMI melakukan pendampingan secara tersirat maupun secara tersurat sampai menuntaskan kasus ini sesuai dengan harapan dan cita-cita mahasiswa dan masyarakat Labuhanbatu. Tidak ubahnya seperti kasus-kasus lain yang pernah menimpa masyarakat Labuhanbatu seperti hak atas dana honorer perawat puskesmas dan rumah sakit yang tidak diberikan dan lain sebagainya. Gerakan seperti ini merupakan contoh dari gerakan horizontal



18



HMI dalam mengimplementasikan ideopolstratak untuk mewujudkan masyarakat madani. Nurcholis mengatakan bahwa tantangan masa depan demokrasi di negara Indonesia ini adalah bagaimana mendorong berlangsungnya prosesproses yang diperlukan untuk mewujudkan nilai-nilai madani. Dalam kaitan ini dengan mengutip beberapa sumber kontemporer Nurcholis mewujudkan beberapa titik penting pandangan demokratis yang harus menjadi pandangan hidup bagi masyarakat yang ingin mewujudkan cita-cita demokrasi dalam wadah yang disebut masyarakat madani. Pandangan-pandangan tersebut diringkas menjadi : a. Pentingnya kesadaran kemajuan atau pluralisme b. Berpegang teguh pada prinsip musyawarah c. Menghindari bentuk-bentuk monolitisme dan absolutisme kekuasaan d. Cara harus sesuai dengan tujuan sebagai lawan dari tujuan menghalalkan segala cara e. Meyakini dengan tulus bahwa kemufakatan merupakan hasil akhir musyawarah f. Memiliki perencanaan yang matang dalam memenuhi basic needs yang sesuai dengan cara-cara demokratis g. Kerjasama sikap antar warga masyarakat yang saling mempercayai h. Pendidikan demokratis yang live in dalam sistem pendidikan i. Demokrasi merupakan proses trial and error yang akan menghantarkan pada kedewasaan dan kematangan. Dengan demikian, untuk menata kembali kehidupan berbangsa dan bernegara menuju peradaban baru Indonesia, negeri adil terbuka, maka demokrasi tersebut harus dibangun dengan seefektif mungkin.15 Maka, rumusan ideopolstratak HMI menjadi rumusan yang penting dalam membangun dan mewujudkan masyarakat madani. Tauhid dalam Nilai Dasar Perjuangan HMI melahirkan wacana KeIslaman dan KeIndonesiaan, 15



Askar Nur & Zulkifli Makmur, Implementasi gagasan keindonesiaan Himpunan Mahasiswa Islam; mewujudkan konsep masyarakat madani, (Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin), Cetakan ke 1, hal.14.



19



sehingga HMI bergerak atas dasar kemanusiaan. Kemudian dalam gerak langkahnya HMI selalu bergerak secara vertikal dan horizontal.



BAB IV



20



PENUTUP A. KESIMPULAN Himpunan Mahasiswa Islam merupakan sebuah organisasi yang menghimpun kaum intelektual. Sudah menjadi konsekuensi logis untuk organisasi setua dan sebesar HMI



dalam



menjalankan



kerja-kerja



intelektualnya. Dalam implementasinya, HMI memiliki rumusan penting yang bernama ideopolitorstratak. Rumusan yang matang mencakup hal mendasar sebagai keyakinan dan kepercayaan hingga strategi dan taktik sebagai teknis pelaksanaaan. Dapat dilihat dengan jelas rumusan ideopolitorstratak HMI. Mulai dari tauhid dalam Nilai Dasar Perjuangan sebagai ideologi, sehingga melahirkan wacana keIslaman dan keIndonesiaan. Kemudian politik HMI bergerak atas dasar kemanusiaan, dan diaktualisasikan dalam dua ranah gerakan yaitu gerakan vertikal dan gerakan horizontal. Rumusan tersebut sebagai pedoman kader HMI dalam membangun dan mewujudkan masyarakat madani. Masyarakat berperadaban yang digerakkan



oleh



organisasi



berorientasi



memajukan



kesejahteraan,



development atau pembangun, dan advocacy atau pembelaan sebagai wujud dari ruang partisipasi aktif masyarakat. B. SARAN 1. Semakin banyak diskursus mengenai masyarakat madani dan peran HMI dalam mewujudkannya. 2. Semakin banyak hasil kajian atau artikel yang dapat dijadikan landasan literatur dalam mempelajari implementasi ideopolitorstratak HMI untuk mewujudkan masyarakat madani.



DAFTAR PUSTAKA 20



21



Aiken, Henry D. 2002. Abad Ideologi. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. Alfian, M. Alfan. 2013. HMI 1963-1966 Menegakkan Pancasila di Tengah Prahara. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. Azra, Azyumardi. 1999. Menuju Masyarakat Madani Gagasan, Fakta, dan Tantangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Budiardjo. Miriam. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Culla, Adi Suryadi. 1999. Masyarakat Madani: Pemikiran, Teori, dan Relevansinya dengan Cita-Cita Reformasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. George, Vic dan Paul Wilding. 1992. Ideologi dan Kesejahteraan Rakyat. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Nur Aska & Makmur Zulkifli. Jurnal Implementasi gagasan keindonesiaan Himpunan Mahasiswa Islam; mewujudkan konsep masyarakat madani. Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin, Cetakan ke 1. Rahardjo, M. Dawam. 1999. Masyarakat Madani: Agama, Kelas Menengah, dan Perubahan Sosial. Jakarta: LP3ES. Soehino. 2001. Ilmu Negara. Yogyakarta: Liberty. Syari’ati, Ali. 1993. Ideologi Kaum Intelektual (suatu wawasan islam), Bandung : Penerbit Mizan. Tanja, Victor. 1982. Himpunan Mahasiswa Islam Sejarah dan Kedudukannya di Tengah Gerakan-Gerakan Muslim Pembaharu di Indonesia. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan.



FORMULIR PENDAFTARAN PESERTA LATIHAN KADER II (LK II) dan LATIHAN KHUSUS KOHATI (LKK)



22



TINGKAT NASIONAL HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM CABANG JAMBI “Dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, bahwa apa yang saya isi dalam formulir ini adalah benar adanya.”



A. Nama Lengkap Nama Panggilan Tempat dan Tanggal Lahir Jenis Kelamin Golongan Darah Anak Ke/Dari Tinggi Badan dan Berat Badan Alamat Asal Riwayat/sakit yang sedang diderita No. Hp/E-mail Hobby Cabang/Badko Jenis buku favorit Judul buku yang terakhir dibaca



INFORMASI DIRI : Elly Agustina : Eli : Sigambal, 22 Agustus 2000 : Perempuan :B : 3 dari 5 bersaudara : 152 cm dan 50 kg : Jl.Kesehatan Kampung Sawah Sigambal : penyakit lambung : 082298649143 : bernyanyi : Cabang Labuhanbatu Raya/ Badko Sumut : tentang anak usia dini : Psikologi perempuan



B. Pendidikan Sekarang Perguruan Tinggi Fakultas Jurusan Tahun Masuk



JENJANG PENDIDIKAN



Riwayat Nama Pendidikan Institusi SD Muhammadiyah 06 Sigambal SMP Negeri 2 Rantau Selatan SMA Negeri 1 Rantau Selatan



Tahun Masuk



: STIT-Albukhary Labuhanbatu : Tarbiyah : Pendidikan Islam Anak Usia Dini : 2018 Tahun Tamat



: 2006



2012



: 2012 : 2015



2015 2018



PENGALAMAN ORGANISASI INTERNAL HMI C. Lembaga Jabatan Masa Jabatan 1. HMI Komisariat Unisla : Anggota biasa 1 tahun 2. HMI Komisariat Unisla : Bendahara Umum 6 bulan 3. HMI Komisariat Unisla : Ketua Kohati 6 bulan



23



D. PENGALAMAN ORGANISASI EKSTERNAL HMI



Lembaga Jabatan Tahun 1. BKPRMI Anggota 2018 2. Ikatan Remaja Masjid An-Nur Sekretaris Umum 2017 3. HMPS Piaud Ketua Umum 2020 PENGALAMAN KERJA Nama perusahaan 1. TK Ar-Raudhatul Jannah



Jabatan Guru



PENGALAMAN PELATIHAN Nama Pelatihan Nama Penyelenggara 1. Diklat dasar guru TK Dinas Pendidikan 2. Mendongeng Kado Labuhanbatu



Tanggal Nama lengkap Tanda tangan



Tahun 2018



Bulan/Tahun 2019 2019



: 27 Februari 2022 : Elly Agustina :