Jurnal Pendidikan Islam [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology) 5 (2) (2020): 108-122, DOI: https://doi.org/10.24114/antro.v5i2.14329



Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology) Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/anthropos



Pendidikan Islam dan Multikulturalisme di Indonesia Islamic Education and Multiculturalism in Indonesia Sapirin Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri 3 Tapanuli Tengah, Indonesia Diterima: 07-08-2019; Disetujui: 11-10-2019; Dipublish: 30-01-2020



Abstrak Kemajemukan Masyarakat Indonesia dapat dilihat dari berbagai sisi baik dari sisi ras, etnik, budaya, agama, golongan sosial ekonomi bahkan dari sisi orientasi politik. Keberagaman yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia tersebut merupakan menjadi kekhasan tersendiri yang merupakan kekayaan yang tak ternilai harganya. Disisi lain, walaupun keberagaman merupakan suatu hal yang sangat behargam, disisi lain hal tersebut dapat menjadi potensi yang mendorong terjadinya konflik dan perpecahan. Konsep pendidikan multikulturalisme memiliki masalah yang signifikan yaitu mementingkan pemahaman keagamaan. Jika hal ini yang menjadi penekanannya, maka dalam pembelajaran agama islam yang diajarkan adalah yang berkenaan dengan nilai-nilai universal saja sebagaimana yang dimiliki oleh semua agama. Sedangkan telah dipahami secara pasti bahwa dalam pendidikan agama islam yang diajarkan adalah tauhid, fiqih, dan akhlakul karimah. Dengan demikian dapat dipahami bahwa dalam pendidikan agama islam dilandasi sangat kuat dalam membina manusia yang beradab. Kalau diperhatikan, pendidikan multikulturalisme tidak memiliki dasar pijakan yang kuat dalam mengkonsep tujuan pendidikannya. Dibandingkan dengan pendidikan Islam jelas landasannya yaitu berdasarkan pada pada alquran, sunnah dan Ijtihad pada ulama. Jadi jelaslah bahwa tujuan pendidikan islam adalah pembentukan sikap, sudah tentu pada tataran sosial sudah bagian dari pendidikan multikulturalisme. Sikap disini adalah perilaku terpuji yang merupakan cerminan dari pendidikan islam itu sendiri. Kata Kunci: Pendidikan Islam, Multikulturalisme



Abstract The plurality of Indonesian society can be seen from various sides in terms of race, ethnicity, culture, religion, socioeconomic groups and even in terms of political orientation. The diversity that is owned by the people of Indonesia is a distinct characteristic that is a priceless wealth. On the other hand, although diversity is a very prestigious thing, on the other hand it can be a potential that drives conflict and division. The concept of multicultural education has a significant problem that is concerned with religious understanding. If this is the emphasis, then in the teaching of Islam the teachings are those that deal with universal values as possessed by all religions. While it is understood for certain that in Islamic religious education taught is monotheism, jurisprudence, and morality karimah. Thus it can be understood that in Islamic religious education is very strongly based in fostering civilized humans. If we pay attention, multiculturalism education does not have a strong foundation in conceptualizing its educational goals. Compared to Islamic education the foundation is clearly based on the Koran, Sunnah and Ijtihad on the ulama. So it is clear that the goal of Islamic education is the formation of attitudes, of course at the social level it is part of multiculturalism education. The attitude here is praiseworthy behavior which is a reflection of Islamic education itself. Keywords: Islamic Education, Multiculturalism



How to Cite: Sapirin. (2020). Pendidikan Islam dan Multikulturalisme di Indonesia, Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology) 5 (2): 108-123 *Corresponding author: ISSN 2460-4585 (Print) E-mail: [email protected] ISSN 2460-4593 (Online)



108



Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology) 5 (2) (2020): 108-123



PENDAHULUAN



Akibat konsep pendidikan agama islam



Kemajemukan Masyarakat Indonesia



selama ini masih bersifat normatif dan



dapat dilihat dari berbagai sisi baik dari



doktrinal



sisi ras, etnik, budaya, agama, golongan



lembaga



sosial ekonomi bahkan dari sisi orientasi



masih mendapat kritikan. Padahal jika



politik. Keberagaman yang dimiliki oleh



ditilik secara mendalam tentang konsep



masyarakat Indonesia tersebut merupakan



multikulturalisme,



sesuatu yang menjadi kekhasan tersendiri



secara



yang



Diantaranya ayat alquran QS. Ar-rum: 23



merupakan



kekayaan



ternilai harganya.



yang



tak



Disisi lain, walaupun



keberagaman merupakan suatu hal yang sangat beragam, namun hal tersebut dapat menjadi



potensi



yang



maka



multikulturalisme



pendidikan



Islam



maka



gamblang



di



khususnya



didapatkan penjelasannya.



ۡ‫ار ۡ َۡوٱبتِغَا ٓ ُؤكُم ۡ ِمن‬ ِۡ ‫ل ۡ َۡوٱلنَّ َه‬ ِۡ ‫َو ِمنۡ ۡ َءا َٰيَ ِت ِۡهۦ ۡ َمنَا ُم ُكمِۡۡبٱلَّي‬ ۡ ۡ٢٣ۡ َ‫ت ِۡلقَو ٖمۡيَس َمعُون‬ ٖ َ‫فَض ِل ِ ٓهۡۦۡ ِإ َّنۡفِيۡ َٰذَلِكَ ََۡل ٓ َٰي‬



mendorong



22.



dan



di



antara



tanda-tanda



terjadinya konflik dan perpecahan. Dengan



kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit



demikian, perlunya suatu kesadaran bagi



dan bumi dan berlain-lainan bahasamu



setiap elemen masyarakat yang bernegara



dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada



untuk mewujudkan suatu ikatan persatuan



yang demikan itu benar-benar terdapat



dan



pengikat



tanda-tanda



kekuatan persatuan dalam keberagaman



mengetahui.



kesatuan.



Salah



satu



bagi



orang-orang



yang



adalah dengan politik sentralisasi yang



Ayat tersebut di atas memberikan



berpusat pada kekuasaan pemerintah.



gambaran bahwa dalam Islam sangat



Tetapi hal demikian tidak relevan lagi



menghargai



diterapkan pada masa sekarang, karena



merupakan keniscayaan. Dalam hal ini,



hal



khususnya



tersebut



merupakan



hal



yang



dilakukan pada masa lampau.



beraneka



Untuk saat sekarang ini yang menjadi



adanyaperbedaan bangsa ragam,



memberikan



Indonesia pendidikan



kontribusi



yang



yang yang agama positif



suatu alternatif sebagai wadah untuk



dengan memberikan pengetahuan yang



menghindari



dan



bernuansa



persatuan



dan



berlandaskan bagaimana seorang individu



nasional



adalah



disintegrasi



memelihara kesatuanintegrasi multikulturalisme



yang



bangsa



salah



multikulturalisme



hidup yang humanis dan pluralis.



satu



pengembangan konsepnya adalah melalui pendidikan Islam di lembaga pendidikan. 109



yang



Sapirin, Konseling Lintas Budaya dan Agama (Nilai-Nilai



PEMBAHASAN



keberadaan tradisi beragama di kehidupan



Multikulturalisme Sebagai Realitas Sosial (Statistik Multikulturalisme Di Indonesia)



masayarakat merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari lagi. Masing-masing bagian



dari



keberagaman



mempunyai



hak



yang



tersebut



sama



dan



mempertahankan tradisi dan identitasnya masing-masing. Jika dilihat dari data BPS tahun 2010 Indonesia merupakan salah satu



ditemukan



bahwa



negara



Indonesia



dengan



memiliki jumlah pulau sekitar 17.504



kondisi sosio kultural maupun geografis



pulau besar dan kecil dengan jumlah



yang beragam dan luas. Jika dilihat dari



populasi penduduk lebih dari 200 juta



data, Negara Indonesia memiliki jumlah



jiwa. Indonsesia memiliki 300 suku dengan



pulau sekitar 13.000 pulau besar dan kecil



menggunakan hampir 200 bahasa yang



dengan jumlah populasi penduduklebih



berbeda, kelompok suku terbesar



dari 200 juta jiwa. Indonsesia memiliki



Indonesia yaitu suku Jawa dengan jumlah



300 suku dengan menggunakan hampir



mencapai (40,2%), suku sunda (15,5%),



200 bahasa yang berbeda, dilain hal



suku



indonesia juga memiliki keberagaman



(3,03%),



keyakinan yaituIslam, Katolik, Kristen



Minangkabau



Protestan, Hindu, Budha, Konghucu serta



(2,69%), suku Melayu (2,27%), suku Arab



sebagai



(2,10%), suku Banten (1,97%), suku



negara



multikultural



macam



terbesar



aliran



kepercayaan.



Batak



(3,58%),



suku



suku



di



Madura



Betawi



2.88%),



suku



(2,73%),



suku



Bugis



Walaupun multikultural dan multireligius



Banjar(1,74%), suku Bali (1,67%),



merupakan suatu kekayaan bangsa, tidak



Sasak (1,34%), suku Dayak (1,27%), suku



bisa dipungkiri juga bahwa hal tersebut



Tionghoa (1,20%), suku Makasar (1,13%),



akan



suku Cirebon (0,79%). (BPS, 2010.)



melahirkan



persoalan



sosial



Indonesia



keagamaan. Kompleksitas hubungan sosial



juga



memiiliki



baik antar umat beragama maupun dengan



keberagaman



budaya berbeda sangat dirasakan oleh



memegang



seluruh elemen dalam masyarakat, mulai



kehidupan masyarakat. Masyarakat agama



dari politisi, guru, tokoh agama dan



yang heterogin itu diikat oleh sebuah



bahkan sampai orang tua di rumah. Hal ini



worldview yang dijadikan kesepakatan



tidak



bersama, yaitu sila “Ketuhanan Yang Maha



dapat



dinafikan



lagi



bahwa



110



agama,



suku



peranan



karena



agama



penting



dalam



Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology) 5 (2) (2020): 108-123



Esa”.



Menurut



Penduduk



berbagai tingkatan, sebagai wadah untuk



237.641.326



mengkader peserta didik untuk mencapai



penduduk Indonesia, penduduk terbesar



tujuan pendidikan bangsa. Secara historis,



pertama adalah agama Islam sebanyak



pendidikan multikultural muncul pada



87,18% sekaligus



lembaga-lembaga



Indonesia



dengan



hasil Sensus



2010,



dari



merupakan negara



penduduk muslim terbanyak



pendidikan



diwarnai



di



oleh sistem pendidikan. kelompok suku



dunia. Protestan 6,96%. Katolik 2,9%.



terbesar di Indonesia dengan jumlah



Hindu 1,69% . Buddha 0,72%. konghucu



mencapai (41,7%) dari total populasi, suku



0,05% . Kepercayaan lainnya , 0,13%.



sunda (15,41%), suku Tionghoa Indonesia



Karena Indonesia merupakan suatu



berjumlah sekitar (3,7%), suku melayu



negara yang terdiri dari keberagaman



(3,4%), suku Madura (3,3%), suku Batak



tersebesar di dunia, maka Indonesia



(3,0%), suku Minagkbau (2,7%), suku



berdasarkan konferensi yang diadakana



betwi (2,5%), suku Bugis (2,5%), suku



tahun 1979 di kota Vatikan Roma, maka



Arab-Indonesia



Indonesia



negara



(2,1%), suku Banjar(1,7%), suku Bali



percontohan dalam kehidupan toleransi



(1,5%), suku Sasak (1,3%), suku Makasar



antar umat beragama. Bahkan Paus Paulus



(1,0%),



II memberikan apresiasi kepada Indonesia



(0,9%)(NaimdanSauqi, 2008).



dijadikan



sebagai



(2,4%),



suku



suku



Banten



Cirebon



bahwa meskipun terdiri dari beragam



Karena Indonesia merupakan suatu



suku bangsa dan agama namun hidup



negara yang terdiri dari keberagaman



dalam kerukunan dan toleransi (Naim,



tersebesar di dunia, maka Indonesia



2008).



berdasarkan konferensi yang diadakana



Salah



satu



cara



untuk



tahun 1979 di kota Vatikan Roma, maka



mempertahankan tradisi dan identitas



Indonesia



keagamaan



jalur



percontohan dalam kehidupan toleransi



pendidikan (Abdullah, 2005). Pendidikan



antar umat beragama. Bahkan Paus Paulus



merupakan suatu sarana yang paling tepat



II memberikan apresiasi kepada Indonesia



dan



dan



bahwa meskipun terdiri dari beragam



melanggengkan suatu tradisi dari generasi



suku bangsa dan agama namun hidup



ke



dalam kerukunan dan toleransi (Abdullah,



efektif



adalah



untuk



generasi



dengan



melanjutkan



selanjutnya.



Pendidikan



dijadikan



2005).



efektif



merupakan strategi yang menjadikan latar



Lembaga-lembaga



melahirkan pendidikan



generasi dari



belakang



111



pendidikan



negara



merupakan salah satu media yang paling untuk



Jadi



sebagai



kebudayaan



multikultural peserta



didik



Sapirin, Konseling Lintas Budaya dan Agama (Nilai-Nilai



sebagai



usaha



pembelajaran penunjang budaya,



untuk



yang



meningkatkan



dijadikan



memperluas perbedaan,



sebagai



konsep-konsep kesamaan



dan



demokrasi (A. Suradi, 2018). multikultural



pendekatanprogresif



plural



yang



kelompok-kelompok membentuk



terdiri



dari



kulturalyang



ebih



penciptaan



mencerminkan



kolektif



dan



yang



menegaskan



perspektif-perspektif khas mereka; 5)



Hal ini berarti pendidikan islam yang berbasis



masyarakat



menggunakan agar



Multikulturalisme



kosmopolitan,



merupakan



plural



masyarakat



yang



dapat



berusaha menghapus batas-batas kultural



bertransformasi pendidikan dan budaya



sama sekali untuk menciptakan sebuah



masyarakat secara menyeluruh. Konsep



masyarakat tempat setiap individu tidak



tentang multikulturalisme secara umum



lagi terikat kepada budaya tertentu dan



dapat diterima oleh masyarakat indonesia



secara bebas berinteraksi terlibat dalam



secara positif karena realitas masyarakat



percobaan-percobaan interkultural



Indonesia



sekaligus



merupakan



masyarakat



majemuk. Ada lima konsep tentang model multikulturalisme



(Azra,



kehidupan



kultural masing-masing.



1)



Multikulturalisme terdiri dari tiga



Multikulturalisme isolasionis, merupakan



komponen yaitu kebudayaan, pluralitas



masyarakat yang terdiri dari berbagai



kebudayaan, dan cara tertentu untuk



kelompok



merespons pluralitas (Imron, 2009). Pada



kultural



2007):



mengembangkan



dan



yang



menjalankan



hidupnya secara otonom yang berinteraksi



dasarnya



minimal



2)



doktrin politik pragmatik tetapi cara



Multikulturalisme akomodatif, merupakan



pandang kehidupan manusia (Najmina,



masyarakat



kultur



2018).



dominan yang menyesuaikan diri dengan



awam



akomodasi-akomodasi



merupakan



satu yang



sama



lain;



terdiri



dari



tertentu



bagi



multikulturalisme



Dalam



pandangan



realitas asumsi



bukanlah



masyarakat



multikulturalisme problematis



yang



kebutuhan kultur kaum minoritas; 3)



penting dipahami. Demikian juga halnya



Multikulturalisme otonomis,



dalam



masyarakat



plural



yang



terdiri



kelompok-kelompok yangberusaha



merupakan dari



kultural



mewujudkan



kesetaraan



pendidikan agama



yang



melibatkan



pendekatan



historis



dan



komperatif



daripada mengajarkan tentang agama yang melibatkan



politik



Pendekatan



bisa



diterima;



4)



Multikulturalisme interaktif, merupakan



yang



mengajarkan



dengan budaya dominan dalam kerangka kolektif



agama



indoktrinasi yang



kedua



dogmatif. ini



dalam



realitasnya tidak mampu menyediakan



112



Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology) 5 (2) (2020): 108-123



sarana



untuk



menentukan



kurikulum



(Naim,



2008):



1)



Pendidikan



agama mana yang dapat diterima dan



multikulturalisme



mana yang harus ditolak (Zakiyuddin,



demokrasi; 2) Pendidikan multikultural



2007).



meberikan



berorientasi



pentingnya



Pendidikan



Hal



inilah



pemahaman



yang



tentang



berprinsip



kepada



pada



kemanusiaan;



multikulturalisme



paradigma multikultural menjadi landasan



mengembangkan sikap mengakui



utama



menghargai



penyelenggaraan



Pendidikan



agama



perubahan



perspektif



pandangan



pendidikan.



3) dan



membutuhkan



Pendidikan multikultural merupakan



keagamaan



fonomena dan gejala baru di dalam



multikulturalis



dan



pergaulan



umat



manusia



yang



mempertahankan pandangan dan sikap



mendambakan persamaan hak, termasuk



inklusif dan pluralis.



hak untuk mendapatkan pendidikan yang



Konsep



pendidikan



berwawasan pendekatan



agama



multikultural dialogis



menjadikan



dalam



memupuk



sama untuk semuaorang (“education for all”).



Pendidikan



berjalan



saling



multikultural bergandengan



harus tangan



kesadaran dalam kehidupan keberagaman.



dengan proses demokratisasi di dalam



Dengan demikian pendidikan berwawasan



kehidupan



masyarakat.



multikultural didasarkan pada gagasan



demokratisasi



yang



sosial



dalam



multikulturalisme dipicu oleh pengakuan



pernah



terhadap hak asasi manusia yang tidak



dan



pendidikan berseberangan Islam



persamaan tidak



akan



dengan



memberikan



hak doktrin



memberlakukan



membedakanperbedaan-perbedaan



tentang



manusia atas warna kulit, agama dan



penghargaan terhadap ilmu pengetahuan



gender. Pendidikan multikultural sudah



yang



lil’lamin.



merupakan suatu kebutuhan yang harus



Sehingga dengan hal ini multikulturalisme



menjadi bagian dari masyarakat yang



memberikan pengakuan akan martabat



menyangkut berbagai aspek di masyarakat



manusia dalam komunitasnya dengan



modern karena ia dapat merupakan alat



kebudayaan beragam. Keberagaman ini



untuk



disatukan



pemahaman



dunia yang aman dan sejahtera, dimana



multikulturalisme, jadi secara garis besar



suku bangsa dalam suatu negara atau



pendidikan



berwawasan



bangsa-bangsa di dunia dapat duduk



mempunyai



bersama, saling menghargai, dan saling



merupakan



gambaran



Islam.



Proses



rahmatal



melalui



multikulturalisme



karakteristiknya adalah sebagai berikut



membantu.



113



membina



Sapirin, Konseling Lintas Budaya dan Agama (Nilai-Nilai



Pendidikan multikultural diperlukan



pendidikan adalah ujung tombak dari



untuk meluaskan pandangan seseorang



pelaksanaan



bahwa kebenaran merupakan milik bagi



mahasiswa yang menghargai. Disamping



seluruh keberagaman dalam masyarakat



itu mahasiswa juga sebagai agent of



dan tidak dimonopoli oleh dirinya sendiri



change



untuk



atau



untuk



kepentingan



kelompoknya



kebenaran



dapat



sendiri



pula



tetapi



dimiliki



oleh



bernegara.



untuk



membentuk



membangun



Kondisi



kemajuan



berbangsa seperti



ini



dan akan



kelompok yang lain. Pada dasarnya tujuan



menjadi lebih merupakan potensi yang



pendidikan multikultural adalah untuk



besar bila diarahkan untuk membentuk



berupaya mengajak generasi masyarakat



karakter yang baik. Olehsebab itu agenda-



untuk menerima perbedaan. Yang ada



agenda prodi yang tertuang di dalam misi



pada sesama manusia sebagai hal-hal yang



dan visi suatu lembaga pendidikan, yang



alamiah



bias



(natural



Menanamkan



sunnatullah).



kesadaran



diaplikasikan



dalam



berbagai



kepada



pembelajaran baik di kelas ataupun di luar



mahasiswa akan keragaman (plurality),



kelas, sangat menentukan karkater dari



kesetaraan



peserta didik.



(equality),



Kemanusiaan



(humanity), keadilan (justice) dan nilainilai demokrasi (democration values) yang diperlukan dalam beragam aktivitas sosial. Lembaga



pendidikan



pendidikan



yang



menganut



multikulturalisme



adalah



sebuah lembaga formal dalam pendidikan yang mencetak perserta didik yang masih sangat rentan (Suharyanto, 2013). Di sisi lain pihak peserta didik (mahasiwa) adalah manusia yang masih bergejolak untuk menunjukkan identitasnya dilain pihak mahasiswa juga diberi tanggung jawab untuk melakukan perubahan. Maka dengan kondisi seperti ini banyak



mahasiswa



merupakan



yang



dijadikan kepentingan kelompok yang mengatasnamakan agama. Setiap lembaga



Kaitan Realitas Multikulturalisme dengan Pendidikan Islam



Ketika mengaktualisasikan tentang gagasan pendidikan Islam berwawasan multikulturalisme maka tidak lepas dari konteks



sosial



politikdan



gagasan



dengan



berbagai



pluralisme



agama



dimensinya



(Sjadjali,



1993).



Bangsa



Indonesia merupakan bangsa yang plural dan multikultural sehingga kondisi ini sangatrentan konflik sosial dan konflik sosial, hal ini disebabkan pemahamannya terhadap ajaran bersifatliteral sehingga menjadi



kaku



dan



tertutup



(SofyandanMadjid, 2003). Dalam Islam pelaksanaan kehidupan sebenarnya sudah diterapkan Nabi Muhammad saw. dengan



114



Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology) 5 (2) (2020): 108-123



konsep madani yang dikenal dengan



untuk



piagam



tatanan



menghargai, menghormati, memelihara,



masyarakat Madani menjunjung tinggi



dan bahkan menolak pluralisme sama



semangat



dengan



halnya



segmen



realitas yang ada di dalam masyarakat



madinah.



Dalam



kebersamaan



kemajemukan



dalam



segala



kehidupan. untuk



beragama



mengakui



menolak



sekaligus



sunnatullah.



Sebagai



maka pluralisme ini tidak seorangpun yang



Konsep multikulturalisme tujuannya adalah



saling



mewujudkan



dalam



makna



toleransi



Pluralisme



yang



ada



menyangkut



lebih



keberagamaman agama, etnis, suku dan



substansial dan tidak berhenti pada wujud



ras. Mengikuti konstruksi sosial Berger,



toleransi semu. Islam yang merupakan



realitas



agama



terbahasakan



mayoritas



di



yang



dapat mengelak dari keberadaaannya.



Indonesia



akan



pluralis



terpelihara



dalam



dengan



Al-quran,



hadist,



ulama



yang



berdampak dalam bentuk tindakan dan



buku-buku/manuskrip



cara



Dengan



terpelihara hingga kini, sehingga banyak



demikian maka perlu kesadaran untuk



yang menyakini kebenaran keberadaannya



menampilkan



dalam



di tengah-tengah masyarakat. Hal ini



memberi pengakuan sebatas hak masing-



karena tidak lain bahwa pluralisme ini juga



masing



disosialisasikan



berperilaku



tindakan



untuk



kebebasan



masyarakat. Islam



bereksistensi



menjalankan



dengan agamanya



masing-masing (Tolak, 2018).



dari



tingkat



masyarakat yang paling bawah sampai pada



Sejak pluralisme diekternalisasikan



mulai



masyarakat



sehingga



tidak



yang ada



paling satu



atas,



elemen



oleh para pemikir seperti Nurcholis Madjid



masyarakatpun



yang



mengelak dari keberadannya pluralime itu



mengungkapkan



bahwa



pluralisme



pemikirkannya adalah



sesuatu



bahwa



sunahtullah,



maka



desain



Allah



oleh



kehidupan



manusia



pluralisme



adalah



pluralisme untuk (Madjid,



di



dinamika 1999).



mampu



sendiri.



kenyataan yang ada di masyarakat bahkan dikatakan



yang



Sosialisasi



tentang



dilakukan



pluralis



seiring



kemajuanmasyarakat,



terus dengan



berbagai



bentuk



sosialisasinya. Realitas subyektif ituterus diekternalisasikan



pluralis



kehidupan



Dengan demikian pluralis bukan sekedar



sehari-hari,



fakta yang bersifat plural, jamak, atau



makna yang sangat luas, sehingga dapat



banyak. Lebih dari itu, pluralisme secara



dieksternalisasikan dalam setiap detik dan



substansial termanifestasikan dalam sikap



ruang kehidupan mahasiswa. Disamping



115



karena



dalam



memiliki



Sapirin, Konseling Lintas Budaya dan Agama (Nilai-Nilai



itu mahasiswa juga menjalin komunikasi yang



intens,



bersikaf



masyarakat,



ramah



menghargai



Konsep



tentang



wawasan



dengan



multikulturalisme dan pluralisme agama



pendapat,



yang bertitik tolak pada pemahaman



menghargai kekurangan dan kelebihan



makna



masing-masing,



mengaburkan identitas keagamaan masing



mahasiswa



sampai



juga



menjadi



akhirnya lebih



peka



Islam



secara



umum



telah



masing manusia. Konsep inilah yang



terhadap apa yang menjadi persoalan yang



menjadi



ada di masyarakat tersebut untuk segara



multikulturalisme oleh pemeluk agama



mendapatkan solusinya.



Islam,



Konsep pendidikan



multikulturalisme agama



Islam



dapat



kritik dan



terhadap



hal



inilah



diklarifikasikan



lagi



multikulturalisasi



tetap



konsep



yang agar



perlu konsep



diterima



dan



menumbuhsuburkan dialog intern agama



makna islam tidak hilang. Disinilah peran



maupun antar umat beragama. Melalui



pendidikan



konsep ini maka bermuara pada konsep



generasi



pluralisme agama yang cakupan manusia



tradisi hidup dinamis masyarakat muslim



muslim



pada



dan dapat menerima pemikiran-pemikiran



pemeluk agama Islam, melainkan setiap



lain di luar tradisi Islam. Dengan demikian



orang yang menyerahkan hatinya. Dalam



tujuan



mengartikulasikan gagasan ini ditunjukkan



multikulturalisme agar makna Islam dalam



adanya kekuatan penguasaan terhadap



masyarakat muslim tidak berwujud dalam



khazanah intelektual klasik Islam dan



pemikiran yang tertutup, walau menerima



modern. Multikulturalisme dan pluralisme



keberagaman tetapi tidak menghilangkan



agama merupakan suatu keharusan yang



identitas islam itu sendiri.



bukan



hanya



terbatas



melibatkankan berbagai aspek, yang lebih



Islam



penerus



dari



dalam untuk



pendidikan



Pluralisme



mencetak melestarikan



berwawasan



Agama



dan



berperan adalah pendidikan. Pendidikan



multikulturalisme



Islam tidak dapat berjalan dengan suatu



kehidupan sosial memiliki tujuan dan



kelompok saja, karena umat Islam hidup



ideologi yang sama yang selanjutnya



dengan



Dengan



masuk dalam ranah pendidikan (Aly,



harus



2011). Pendidikan multikulturalisme ingin



demikian



berbagai



keragaman.



pendidikan



Islam



dalam



tataran



memformulasi konsep pendidikan yang



mencarititik



menghasilkan pesera didik yang dapat



membandingkan



menerima keberagaman.



dimiliki oleh masing-masing agama. Dalam hal 116



ini



temuteologis konsep berarti



dengan



ideal



yang



pendidikan



Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology) 5 (2) (2020): 108-123



multikulturalisme tidak hanya menyentuh



peserta



bagian dari sosial kultur saja. Peserta didik



latarbelakang dan memberikan mediasi



diharapkan dapat melakukan pemahaman



untuk mengekspresikankarakteristikyang



terhadap agama lain sehingga menambah



mereka miliki sehingga merasa adanya



wawasan intelektual sehingga tidak serta



kebersamaan;



merta menolak kehadiran masyarakat



kesempatan



yang berberda tetapi menerima dengan



terhadap pandanga untuk diri sendiri



tetap berpegang teguh pada keyakinannya.



kepada setiap anak didik.



Dalam



konteks



Indonesia,



didik



dengan



d)



berbagai



Adanya



diberi



untukberkembangnya



dengan



pendidikan multikulturalisme diharapkan



Respon Pendidikan Islam Terhadap



akan melestarikan keragaman budayadan



Multikulturalisme



agama di Indonesia. Untuk merealisasikan



Yang



menjadi



objek



orientasi



agama



Islam



berbasis



konsep tersebut maka diperlukan untuk



pendidikan



membentuk



multikulturalisme



berbasis



konsep



pendidikan



multikulturalisme



yang



dengan



menerapkan



(Mahfud,



konsep religiositas. Dalam hal ini persepsi



2011). Hal ini berati perlu membangun



yang dikembangkan bukanlah to have



wacana tentang pendidikan multikultural



religion tetapi being religious. Maksudnya



pada pelaksana pendidikan dan pakar



adalah



yang



merupakan



merupakan



pelaku



pendidikan



peresepsi



yang



formalisme



diperankan agama



multikultural yang mampu menanamkan



penghayatan



nilai-nilai pluralisme dan demokrasi.



substansi nilai-nilai dari agama itu sendiri



Berdasarkan uriaian di atas maka ada beberapa



konsep



yang



dapat



terhadap



dan



aktualisasi



(Naim, 2008). Jadi dalam hal ini, terjadi adanya perbedaan antara agama dan



dikembangkan dari dalam pendidikan



keberagamaan.



Islam



(Yaqin,



absolut, sedangkan keberagamaan dalam



2005): a) Menghargai dan mengayomi



hal ini masi memberikan peluang adanya



berbagai bentuk keragaman dengan tujuan



kebenaran lain. Dalam konsep pendidikan,



akan menimbulkan kearifan oleh peserta



multikuturalisme



didik dengan berbagai keberagaman; b)



pemahaman terhadap nilai-nilai universal



Perlu



dalam berbagai agama. Diharapkan dalam



multikulturalisme



adanya



usaha



yaitu



sistematis



agar



Kalau



akan



membangun



pemahaman



peserta didik terhadap multikulturalisme;



kesadaran



c) Yang paling penting adalah menerima



kebenaran masing-masing agama tetapi



bahwa



dapat



bersifat



membangun pemahaman dan kesadaran



117



ini,



agama



memberikan



meskipun



memiliki



Sapirin, Konseling Lintas Budaya dan Agama (Nilai-Nilai



diharapkan



akan



keberagamaanyang



mempunyai



wacana



Perubahan yang diharapkan dalam



inklusif



dan



konteks pendidikan multikultur ini tidak



demokratis sehingga akan menumbuhkan



terletak



rasa memahami dan menghargai agama



statistik dan berorientasi kognitif ansich



orang lain.



sebagaimana



lazimnya



penilaian



keberhasilan



pelaksanaan



pendidikan.



Revitalisasi pendidikan yang berbasis



pada



justifikasi



angka



atau



pluralis dan multikultur, disamping itu



Namun, lebih dari itu, terciptakan kondisi



pentingnya



yang



revitalisasi



pendidikan



nyaman,



damai,



toleran



dalam



multikultur dilembaga pendidikan Islam



kehidupan masyarakat, dan tidak selalu



adalah



konflik.



muncul konflik yang disebabkan oleh



Disampaing itu pentingnya revitalisasi



perbedaan dan SARA. Demikian melalui



pendidikan



agar



pendidikan multikultural ini peserta didik



mahasiswa tidak tercerabut dari akar



diberi penyadaran akan pengetahuan yang



budaya dalam menghadapi kebudayaan



beragam,



eraglobalisasi. Sebab dalam era yang



kompetensi yang luas akan pengetahuan



menglobal seperti sekarang ini, pertemuan



global,



antar budaya menjadi hal yang harus



aspek



diwaspadai



mahasiswa



untuk



mengatasi



multikultur



karena



adalah



akan



mengancam



sehingga



mereka



memiliki termasuk



kebudayaan. tidak



Dengan akan



demikian



menganggap



budaya lokal. Dengan. Hal ini dilandasi



budaya yang dimiliki merupakan budaya



karena kultur masyarakat Indonesia yang



yang kuno yang tidak perlu dipertahankan,



amat beragam menjadi tantangan bagi



lalu mengadopsi budaya yang datangnya



dunia



mengolah



dari luar tanpa memfilternya, apakah hal



perbedaan tersebut menjadi suatu aset,



itu sesuai dengan dirinya atau tidak.



bukan



Dengan



Sehingga budaya-budaya yang dimiliki



demikian pendidikan multikultur yang ada



yang seharusnya terjaga seperti sikap



di



saling



pendidikan sumber



guna



perpecahan.



Perguruan



Tinggi



Islam



untuk



menumbuhkan



dapat dikatakan berhasil bila terbentuk



terhadap



pada



saling



seiring dengan masuknya budaya global.



toleran, tidak bermusuhan dan tidak



Oleh sebab itu pendidikan mutikultural



berkonflik



sangat



mahasiswa yang



sikap



hidup



disebabkan



oleh



perbedaan



akan



toleransi



diperlukan



memuadar



di



perbedaan budaya, suku, bahasa, adat



berbagai pendidikan tidak saja pada



istiadat ataulainnya.



perguruan tinggi namun juga diterapkan pada pendidikan dasar. 118



Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology) 5 (2) (2020): 108-123



Makna konsep menghargai disini



memberikan



tekanan



bahwa



setiap



adalah hanya pada tataran sosiologis saja,



individu merupakan sumber nilai paling



maksudnya adalah nilai-nilai umum yang



tinggi dengan mengembangkan kreatifitas



terdapat dalam masing-masing agama



dan perkembangan moral individu secara



yang



dalam



rasional sehingga akan melawan pekanan



kehidupan sosial. Sedangkan pada tataran



pada kebebasan manusia (Ali, 2003).



nilai-nilai khusus tidak menjadi dalam



Pernyataan ini memberikan pengertian



ranah multikulturalisme, dengan ini akan



bahwa,



membangun konsep keberagaman dan



mengarahkan setiap individu untuk hidup



persatuan. Dalam konsep ini adanya rasa



dalam



penghargaan pada agama lain dan tidak



didasarkan tujuan hidup kemanusiaan



menyalahkan agama lain. Yang menjadi



dengan mengesampingkan ras, etnik dan



permasalahan



agama.



menjadi



penerimaan



disini



adalah



dalam



pendidikan Islam jika hal ini menjadi



multikulturalisme bingkai



Perlu



akan



kebersamaan



dipahami



adalah



yang



tentang



konsep yang baku maka akan berdapak



doktrin kemajemukan yang dikembangkan



pada



akan



oleh kelompok multikulturalisme yang



menjauhkannya dari formalisme agama



dimasukkan dalam dalam pembelajaran



Islam maksudnya adalah akan mendoktrin



agama islam. Di sisi kognitif tujuannya



peserta didik bahwa agamanya bukanlah



adalah



satu-satunya agama yang paling bernar.



wawasan humanisme, sedangkan di segi



Disinilah yang perlu diperbincangkan lagi



afektif tertanam nilai-nilai humanisme,



agar



sehingga disisi pisikomotorik peserta didik



peserta



didik



pendidikan



multikultural



Islam



berbasis



terjalankan



agar



peserta



didik



terbentuk



tetapi



diharapkan dapat mengamalkan doktrin



makna Islam itu sendiri tidak hilang.



humanisme secara utuh. Intinya adalah



Perlunya modifikasi konsep multikultura



dengan paham ini akan mengajak siswa



secara



untuk berpikir sekuler (Zarkasi, 2012).



Islam



tetap



karena



bukan



konsep



yang



ditawarkan para pemikir sekuler. ini



Jadi yang menjadi konsep utama dalam



Pendidikan multikultural dalam hal



doktrin ini dalam pembelajaran agama



akan



pemisahan



menjadi



membimbing berubah



dalam



peserta



didik



memandang



agama



sehingga



akan



membunuh agama itu sendiri. Menurut



dirinya dan orang lain atau lebih tepatnya



pendidikan



disebut dengan pemahaman humanisme.



pembelajaran agama merupakan suatu



Humanisme merupakan pahama yang



usana untuk membentuk perilaku peserta



119



multikulturalisme



Sapirin, Konseling Lintas Budaya dan Agama (Nilai-Nilai



didik



yang



multikulturalis



mengarahkan



tujuan



dengan



pembelajarannya



penggunaannya pada studi agama (Naim, 2008).



Tampaknya



kepada tiga ranah yaitu kognitif, afektif,



multikulturalisme



dan



yang



kepentingan



pendidikan



pemahaman



psikomotorik.



digunakan



Pendekatan



dalam



kelompok mempunyai



untuk siswa



mengarahkan agar



meyakini



multikulturalisme ini adalah pendekatan



kebenaran agama lain selain agamanya



induktif partisipatif dengan tujuan agar



sendiri. Hal ini dapat dilihat dalam



terbangun pemahaman untuk memahami



menggunakan



keragaman dengan tidak hanya memahami



partisipatif sebagai pendekatan dalam



ajaran agama yang sakral dan normatif.



pembelajran agama. Jadi pada intinya



Hal



adalah



adalah



kebenaran agama lain dan



dalam



yang



meyakini



lebih



penting



lagi



mengakui



keberadaannya



memahami



perbedaannya



pendekatan



pendidikan Islam



induktif



multikulturalisme



tidak



dipermasalahkan



dengan



selama masih dalam konsep Islam, karena



(Abdullah,



islam sudah lebih dahulu mengamalkan



2000). Dengan hal ini akan menumbuhkan



konsep ini ketika nabi membangun kota



rasa



madinah.



simpati



terhadap



orang



lain,



keberagamaan seperti inilah yang menjadi tujuan



pembelajaran



Agama



dalam



pendidikan multikulturalisme. Dengan



konsep



Mengenai masalah konsep Tuhan dalam kajian Islam bersifat khas dan tidak bisa disamakan dengan agama lain dan



pendidikan



tidak dapat ditolerir lagi. Karena dalam



multikulturalisme ini akan melahirkan



islam mengenai tuha bersifat otentik dan



peserta didik yang mengeksplorasikan



sudah final dan didasarkan pada wahyu



potensinya secara secara bebas dan kritis



ilahi.



dan tidak dikekang ajaran agam yang



multikulturalisme memiliki masalah yang



bersifat normatif. Ada beberapa kesalahan



signifikan



yang



pemahaman keagamaan. Jika hal ini yang



dilakukan



kelompok



Sedangkan



konsep



yaitu



mementingkan



multikulturalisme dengan menggunakan



menjadi



pendekatan



yang



pembelajaran agama islam yang diajarkan



digunakan dari pada deduktif normatif



adalah yang berkenaan dengan nilai-nilai



yaitu



Pada



universal saja sebagaimana yang dimiliki



induktif



oleh semua agama (Alqosimi, 2011).



partisipatif penggunaannya pada kajian



Sedangkan telah dipahami secara pasti



ilmu sosial, sedangkan deduktif normatif



bahwa dalam pendidikan agama islam



pada



prinsipnya



induktif



partisipatif



penggunaannya. pendekatan



120



penekanannya,



pendidikan



maka



dalam



Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology) 5 (2) (2020): 108-123



yang diajarkan adalah tauhid, fiqih, dan



nilai akhlak alkarimah sebagai tolak ukur



akhlakul karimah. Dengan demikian dapat



hasil pendidikan.



dipahami bahwa dalam pendidikan agama Islam



dilandasi



sangat



kuat



dalam



membina manusia yang beradab. Kalau



diperhatikan,



pendidikan



multikulturalisme tidak memiliki dasar pijakan yang kuat dalam mengkonsep tujuan



pendidikannya.



dengan



pendidikan



Dibandingkan Islam



jelas



landasannya yaitu berdasarkan pada pada al-Qur’an, sunnah dan Ijtihad pada ulama. Jadi jelaslah bahwa tujuan pendidikan islam adalah pembentukan sikap, sudah tentu pada tataran sosial sudah bagian dari pendidikan multikulturalisme. Sikap disini adalah perilaku terpuji yang merupakan cerminan dari pendidikan islam itu sendiri. Pengenalan realitas



dan



ilmu



pengakuan yang



terhadap



menghantarkan



manusia kepada tuhan. Dengan demikian, untuk mengantisipasi akibat dari konsep pendidikan



multikulturalisme



yang



diwacanakan dalam pendidikan Agama Islam, maka solusi dalam hal ini adalah konsep ta’dib. Konsep ini adalah sangat cocok untuk dijadikan konsep pengajaran yang



komprehensif.



sudah



mencakup



pengajaran,



yang



Konsep



tersebut



pendidikan teristimewa



dan dalam



konsep ini adalah bahwa pendidikan



SIMPULAN Pada dasarnya konsep pendidikan multikulturalisme memiliki masalah yang signifikan



yaitu



mementingkan



pemahaman keagamaan. Dengan demikian jika hal ini yang menjadi penekanannya, maka dalam pembelajaran agama Islam yang diajarkan adalah yang berkenaan dengan



nilai-nilai



universal



saja



sebagaimana yang dimiliki oleh semua agama. Sedangkan telah dipahami secara pasti bahwa dalam pendidikan agama Islam yang diajarkan adalah tauhid, fiqih, dan akhlakul karimah. Dapat dipahami bahwa dalam pendidikan agama Islam dilandasi sangat kuat dalam membina manusia



yang



beradab.



diperhatikan,



Kalau



pendidikan



multikulturalisme tidak memiliki dasar pijakan yang kuat dalam mengkonsep tujuan



pendidikannya.



multikkulturalisme, Islam



dipahami



tujuan bahwa



Perspektif pendidikan pembentukan



sikap, sudah tentu pada tataran sosial sudah



bagian



dari



pendidikan



multikulturalisme. Sikap disini adalah perilaku terpuji yang merupakan cerminan dari pendidikan Islam itu sendiri.



berbasis adab dengan mendahulukan nilai-



121



Sapirin, Konseling Lintas Budaya dan Agama (Nilai-Nilai



DAFTAR PUSTAKA A.



Suradi. (2018). Pendidikan Berbasis Multikultural dalam Pelestarian Kebudayaan Lokal Nusantara di Era Globalisasi. JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 10 (1): 77-90. Abdullah, M.A. (2005). Pendidikan Agama Era Multikultural-Multireligius, Jakarta: PSAP. Ali, M. (2003). Teologi Pluralis–Multikultural; Menghargai Kemajemukan Menjalin Kebersamaan. Jakarta: Kompas Media Nusantara. Alqosimi, J. (2011). Buku Putih Ihya Ulumuddin Imam Al-Gozali, terj Asmuni, Bekasi: Darul Falah. Aly, A. (2011). Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arifin, S. (2009). Studi Agama, Perspektif Sosial dan Isu-Isu Kontemporer, Malang. Universitas Muhammadiyah Malang. Azra, A. (1999). Identitas dan Krisis Budaya, Membangun Multikulturalisme Indonesia, Jakarta: FE UI. Data Sensus Penduduk 2010 - Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. Diakses tanggal 19-052019. Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia. Diakses tanggal 19-05-2019. Imron, M. (2009). Pendidikan Agama Islam Dalam Persepektif Multikulturalisme, Jakarta: Balai Litbang Agama. Madjid, N. (1999). Wacana Keagamaan dan Politik, Jakarta: Persada. Mahfud, C. (2011). Pendidikan Multikultural, Yogyakarta. Pustakan Pelajar



Naim, N. (2008). Pendidikan Multikultural, Konsep dan Aplikasi, Yogyakarta: Arruzz Media Group. Najmina, N. (2018). Pendidikan Multikultural Dalam Membentuk Karakter Bangsa Indonesia. JUPIIS: Jurnal Pendidikan IlmuIlmu Sosial, 10 (1): 52-56. Sauqi, N.N. & Achmad. (2008). Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi, Yogyakarta: Ar- Ruzz Media. Sjadzali, M. (1993). Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah dan Pemikiran. Jakarta: UI Press. Sofyan, A.A. & Madjid, R. (2003) Gagasan Cak Nur tentang Negara dan Agama, Yogyakarta: Titian Ilahi Press. Suharyanto, A., (2013). Peranan Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membina Sikap Toleransi Antar Siswa, JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA (Journal of Governance and Political UMA), 2 (1): 192203 Tolak, T. (2018). Peneguhan Masyarakat Multikultural Indonesia melalui Aktualisasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 10 (1): 21-30. Yaqin, M.A. (2005). Pendidikan Multikultural CrossCultural Understanding Untuk Demokrasi dan Keadilan, Yogyakarta: Pular Media Zakiyuddin, B. (2007). Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural, Jakarta: Erlangga. Zarkasyi, H.F. (2012). Misykat, Refleksi Tentang Westernisasi, Liberalisasi danIslam, Jakarta: INSISTS-MIUMI.



122