7 0 186 KB
PENGARUH FAKTOR FISIKA TERHADAP POPULASI KATAK TEGALAN (Fejervarya limnocharis) DI AREAL PENANAMAN JAGUNG DI SUNGAI SALAK KECAMATAN SANGIR KABUPATEN SOLOK SELATAN
ARTIKEL ILMIAH
MIMI HENDI RUKMINI NIM. 13010085
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2018
PENGARUH FAKTOR FISIKA TERHADAP POPULASI KATAK TEGALAN (Fejervarya limnocharis) DI AREAL PENANAMAN JAGUNG DI SUNGAI SALAK KECAMATAN SANGIR KABUPATEN SOLOK SELATAN Mimi Hendi Rukmini, Nurhadi, dan Fachrul Reza Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat [email protected]
ABSTRACT Amphibian is one component of the ecosystem that has a very important role. Ecologically, Amphibia acts as a primary consumer predator such as insects or other invertebrate animals. Frog Tegalan is one of the most common types of Amphibian found in agricultural land, one of which is in the area of maize planting. The area of corn planting can be the habitat of Frog Tegalan. However, environmental conditions strongly effected to natural habitat of Frog Tegalan, thus causing a decrease in the population of Frog Tegalan. This study aims to determine the population density of Frog Tegalan (Fejervarya limnocharis) in the area of maize planting in the Sungai Salak Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan. Sampling has been conducted in January 2018. This type of research is descriptive research. Direct sampling in a field using transect. The transect length is 100 m. The making of the transect line was done the morning before the research. Sampling was done at night from 18.30 to 22.00 WIB with twice repetition on corn crops. How to measure air temperature, humidity, and soil moisture. The result of the research that can be concluded, counting of Frog population of Frog Tegalan (Fejervarya limnocharis) in Sungai Salak Kecamatan Sangir Kabupaten Solok 0,032 individual/m2. The result of measurement of environmental physical factors, air temperature 23oC, air humidity 86% -90% and soil moisture 3% -7%. The condition is still optimal to support the life of Frog Tegalan. Keywords: Frog Tegalan, Corn Cultivation, Population and Physic Factors PENDAHULUAN Amphibia merupakan salah
konsumen primer seperti serangga
satu komponen penyusun ekosistem
atau
yang
(Iskandar, 1998).
memiliki
peranan
sangat
penting. Secara ekologis, Amphibia berperan
sebagai
pemangsa
hewan
invertebrata
lainnya
Salah satu ciri dari Katak Tegalan yaitu berukuran panjang
antara 51-82 mm, jari kaki belakang
Penelitian ini bertujuan untuk
berselaput hingga setengah bagian,
mengetahui faktor fisika lingkungan
hanya terdapat satu bintil metatarsal
yang mempengaruhi Katak Tegalan.
bagian
dalam.
belakang
Tekstur
dan
lipatan-lipatan
tepi kulit
bagian
mempunyai pendek
dengan tanda bewarna lebih gelap
Ancaman populasi Amphibia dapat berupa pengurangan habitat pencemaran
air,
introduksi
spesies eksotik, penyakit dan parasit (Stebbins dan Cohen, 1997 dalam
Amphibia
konsumen
dalam
merupakan dua
yang
tingkat
konsumen memakan satu
pengendali
serangga,
yaitu
populasi
(Dwidjoseputra
1991
dalam Kartiningtyas 2006). Apabila jumlah serangga di berkurang maka akan menganggu terhadap populasi Katak
Tegalan,
ketidak
sehingga
seimbangan
terjadi
ekosistem.
Penurunan populasi katak tegalan di alam mengakibatkan keseimbangan rantai makanan dalam ekosistem terganggu.
sampel
langsung plot
dilapangan pada
garis
transek. Panjang garis transek
100
meter. Plot dibuat secara sistematis yang terdiri dari sepuluh plot yang masing-masing berukuran 10 x 10 meter.
Pengambilan
Peralatan
rantai
serangga. Amphibia dapat dikatakan sebagai
adalah
sampel
dilakukan dua kali pengulangan.
Sopyan, 2016).
tingkat
ini
penelitian deskriptif. Pengambilan
menggunakan
(Mistar, 2008).
makanan
Penelitian
dan
berbintil. Umumnya berwarna coklat
asli,
METODE PENELITIAN
yang
digunakan
dalam penelitian ini adalah kamera digital,
senter,
tangguk,
sarung
tangan, kertas label, meteran, tali rafia, botol koleksi, kapas, suntik, karung dan alat-alat tulis, sedangkan bahan
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah kloroform untuk pembiusan dan alkohol 70% untuk pengawetan pengukuran menggunakan
sampel.
Untuk
faktor
lingkungan
yaitu
Termometer,
Higrometer dan Soil tester. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2018 di Sungai Salak Kecamatan Sangir Kabupaten
Solok Selatan. Identifikasi sampel
individu
langsung dilokasi penelitian.
ditemukan yaitu 13 ekor. Pada saat
Analisis menghitung
Katak
Tegalan
yang
data
untuk
pengambilan sampel juga dilakukan
kepadatan
populasi
pengukuran faktor fisika lingkungan.
Katak Tegalan menggunakan rumus:
Pengukuran faktor fisika lingkungan
K= Jumlah individu/ Luas areal plot
dilakukan pada malam hari pukul
(m2)
18.30-22.00 WIB selama 15 menit (Suin, 2006)
pada saat pengambilan sampel. Hasil pengukuran faktor fisika lingkungan
HASIL DAN PEMBAHASAN
dapat dilihat dari Tabel 1.
Dari hasil penelitian tentang kepadatan populasi Katak Tegalan di penanaman jagung di Sungai Salak Kecamatan Sangir Kabupaten Solok
Selatan
didapatkan
0,032
individu/m2.
yang
telah
dilakukan
di
areal
penanaman jagung pada umur yang berbeda di Sungai Salak Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan dengan pembuatan garis transek
Dari Tabel 1 jumlak Katak Tegalan yang didapatkan yaitu 32 ekor dengan dua kali pengulangan I dan II jumlah Katak Tegalan yang ditemukan
Berdasarkan hasil penelitian
lebih
banyak
yaitu
berjumlah 19 ekor sedangkan pada pengambilan III dan IV jumlah
sepanjang 100 meter dengan lebar 5 m kekiri dan 5 m kekanan dengan dua
kali
individu
pengulangan Katak
jumlah
Tegalan
yang
ditemukan yaitu 32 ekor dengan luas areal 1000 meter dengan kepadatan populasi sebesar 0,032 individu/m2.
Tabel 1. Jumlah individu Katak Tegalan yang ditemukan di areal penanaman jagung di Sungai Salak Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan. Pengambilan
Jumlah
I II III IV
12 7 5 8
Suhu Udara 23 23 23 23
Kelembaban Udara 86 90 86 86
Kelembaban Tanah 7 5 3 3
Keadaan Cuaca Cerah Cerah Cerah Cerah
selama penelitian dapat dilihat pada Berdasarkan penelitian yang
Tabel 1 menunjukkan perbedaan
telah dilakukan oleh Saputra (2014)
suhu udara, kelembaban udara dan
mendapatkan jumlah katak sawah
kelembaban tanah. Pada pengukuran
sebanyak 403 individu selama dua
pertama yaitu 230C, 86%, 7%,
bulan yaitu pada bulan Agustus
pengukuran kedua yaitu 230C, 90%,
sampai September 2014 dimana pada
5%, pengukuran ketiga yaitu 230C,
bulan Agustus ditemukan sebanyak
86%, 3%, dan pengukuran keempat
223 individu dan bulan September
yaitu 230C, 86%, 3%, sehingga
sebanyak 180 individu dengan enam
jumlah individu Katak Tegalan yang
lokasi
penelitian.
penelitian
yang
Fransiska
Berbeda
pula
didapat
dilakukan
oleh
sampel tersebut berbeda yaitu 12
mendapatkan
individu pada pengambilan sampel
(2017)
pada
tiap
pengambilan
jumlah katak sawah sebanyak 47
pertama, 7 individu
individu selama dua minggu dengan
sampel
dua kali pengambilan sampel.
pengambilan sampel ketiga, dan 8
Adanya
perbedaan
kedua,
pengambilan 5
individu
dalam
individu pada pengambilan sampel
perolehan jumlah individu Katak
keempat. Menurut Goin dan Goin
Tegalan yang didapatkan ini juga
(1971) dalam Silviana (2014) katak
dipengaruhi oleh luas area, dan lama
memiliki toleransi suhu antara 3-410
waktu
wilayah
C. Hal ini sesuai dengan pernyataan
dalam penelitian ini yaitu 1000 m
Anton (2010) dalam Sopyan, dkk
dengan lebar 5 m kekanan dan kekiri
(2016) bahwa katak membutuhkan
dengan
kelembaban
penelitian.
dua
Luas
kali
pengulangan
yang
tinggi
agar
sedangkan luas penelitian Saputra
kulitnya terhindar dari kekeringan
(2014) yaitu 400 m yang berukuran
serta membutuhkan perairan untuk
20x20
m
penelitian
dengan maka
enam
lokasi
kelangsungan hidupnya. Kelembaban
populasi
katak
udara
sawah yang didapatkan lebih banyak. Berdasarkan pengukuran
faktor
yang diperoleh di lokasi
penelitian berkisar 86-90 %. Menurut
hasil
Prihatman (2000) dalam Yani (2015)
lingkungan
kelembaban yang diperlukan untuk
kehidupan katak 60-65% sehingga
Tegalan lebih sering berada ditanah
kelembaban yang didapatkan pada
dibandingkan
lokasi penelitian tinggi sangat baik
(Fejervarya cancrivora) demikian
bagi kehidupan katak. Penurunan
juga dengan jumlah jenis katak yang
suhu udara dan naiknya kelembaban
lebih banyak pada kelembaban yang
pada
tinggi.
malam
hari
memberikan
Katak
Namun
Sawah
dengan
tidak
kondisi yang baik bagi aktifitas
menentunya musim akan membuat
katak.
(1998)
siklus bertelurnya berubah. Menurut
Amphibia memerlukan kelembaban
Eprilurahman (2007) dalam Oktavia
yang cukup tinggi untuk melindungi
(2015)
diri dari kekeringan pada kulitnya
berdampak terhadap jumlah populasi
yaitu 75-85%.
Amphibia nantinya karena proses
Menurut
Iskandar
Kondisi ketersediaan air pada areal
penanaman
menentukan
jagung
kondisi
juga
populasi
hal
bertelurnya
ini
tentunya
terganggu
akan
sehingga
secara otomatis proses regenerasi akan terhambat juga.
individu Katak Tegalan. Amphibia selalu
berasosiasi
(Iskandar,
dengan
1998).
air
KESIMPULAN
Amphibia
Berdasarkan penelitian yang
memerlukan air untuk bertelur dan
telah dilakukan tentang kepadatan
berkembang.
Selain
itu
juga
populasi Katak Tegalan (Fejervarya
pengambilan
sampel
pada
saat
limnocharis) di areal penanaman
kondisi cuaca cerah. Masa bertelur
jagung Sungai Salak Kecamatan
biasanya pada saat cuaca gelap
Sangir Kabupaten Solok Selatan,
menjelang hujan. Jumlah individu
maka
tertangkap
pada
kepadatan populasi Katak Tegalan
dimana
(Fejervarya limnocharis) di areal
pengukuran yang jelas berbeda dari
penanaman jagung di Sungai Salak
pengambilan lain adalah kelembaban
Kecamatan Sangir Kabupaten Solok
tanah yang lebih tinggi yaitu 7%
Selatan yaitu 0,032 individu/m2 dan
sesuai
dilaporkan
faktor fisika lingkungan di areal
Darmawan (2008) bahwa Katak
penanaman jagung di Sungai Salak
lebih
pengambilan
dengan
banyak
pertama
yang
dapat
disimpulkan
bahwa
Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan
sangat
mempengaruhi
terutama kelembaban tanah. DAFTAR PUSTAKA
Darmawan, B. 2008. Keanekaragaman Amfibi di Berbagai Tipe Habitat: Studi Kasus di Eks-HPH PT. Rimba Karya Indah Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi. Departemen Konservasi Sumberdaya dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Fransiska, M.P. 2017. Kepadatan Populasi Katak Sawah (Fejervarya cancrivora) di Persawahan Jorong Koto Tinggi Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumbar.Padang Iskandar, D.T. 1998. Amphibia Jawa Dan Bali LIPI Seri Panduan Lapangan. Bogor: Puslitbang LIPI. Kartiningtyas,L.A. 2006. Palatabilitas Bufo melanostictus Terhadap Beberapa Macam Makanan Alami Dan Potensinya Dalam Mengendalikan Populasi Serangga. Jurnal Biologi.
Kusrini. 2013. Panduan Bergambar Identifikasi Amphibia Jawa Barat. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB & Direktorat Konservasi Dan Keanekaragaman Hayati. Mistar. 2008. Amfibi & Reptil di Areal Mawas Propinsi Kalimantan Tengah. Mawas: Kalimantan Tengah.
Oktavia., A.W. 2015. Spesies Anura Yang Ditemukan Di Desa Saureinu Kecamatan Sipra Selatan Kabupatem Kepulauan Mentawai. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumbar. Padang Saputra, D., Tri, R.S, dan Ari, H.Y. 2014. Karakteristik Populasi Katak Sawah (Fejervarya Cancrivora) Di Persawahan Sungai Raya Kalimantan Barat. Jurnal Protobiont. 3 (2) : 81 - 86 Silviana, V. 2014. Jenis-jenis Amphibia Yang Ditemukan di Kebun Kelapa Sawit Kanagarian Kunangan Parik Rantang Kabupaten Sijunjung. Skripsi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat.
Sopyan, M.H, Moerfiah, Darda, R.I. 2016. Karakteristik dan Kepadatan Populasi Genus Microhyla di Wilayah Cagar Alam dan Taman Wisata Alam (CA-TWA) Telaga Warna. Jurnal Biologi Suin. N.M. 2006. Ekologi Hewan Tanah. Jakarta: Bumi Aksara Yani, L.F. 2015. Jenis-jenis Anura di Kawasan Kebun Kelapa Sawit Masyarakat Jorong Tandikek Kenagarian Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat.