Kadar Air [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia – Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini. 1.1 Makalah ini berisikan informasi tentang “ KADAR AIR” yaitu, Analisa Dengan Pengeringan/Oven Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang “ KADAR AIR “. Kami berharap semoga Makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi laporan ini sehingga ke depannya dapat lebih baik. Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Dan laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan – masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga senantiasa memberkati segala usaha kita.



Palangkaraya,17April 2017



Penulis



Daftar Isi KATA PENGANTAR........................................................................................ 1 DAFTAR ISI........................................................................................................ 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang............................................................................................3 1.2 Tujuan ................................................................................................... ....4 1.3 Prinsip………………………………………………………………… ....4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisa Dengan Pengeringan/Oven…………………………………………..5 2.2 Prinsip Analisa Metode Gravimetri..................................................................8 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Destilasi...............................................................................................9 3.2 Metode Temogravimetri..................................................................................10 3.3 Metode Desikasi..............................................................................................11 3.4 Metode Analisis Secara Tidak Langsung ...................................................... 12 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pembahasan…..……………………………………………………………...14 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan……………………………………………………………….…15 DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang



Air dalam bahan pangan paling sedikit terdapat dalam tiga bentuk yang berbeda yaitu air sebagai pelarut atau pendispersi komponen bahan pangan, air yang terserap atau terkondensasi pada permukaan internal atau eksternal komponen padat pangan dan air yang terikat secara kimia dalam bentuk hidrat. Adanya keterikatan air dengan komponen bahan pangan inilah yang menyebabkan kesulitan pada analisis air pada suatu bahan pangan. Air pada bahan pangan tidak hanya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia, air juga mempunyai peranan yang sangat besar bagi bahan pangan itu sendiri. Keberadaan air dalam bahan pangan sering dihubungkan dengan mutu bahan pangan, sebagai pengukur bagian kering atau padatan, penentu indeks kestabilan selama penyimpanan, serta penentu mutu organoleptik terutama rasa dan keempukan. Analisa kadar air dalam bahan pangan penting untuk bahan pangan segar dan olahan. Analisa sering menjadi tidak sederhana karena air dalam bahan pangan berada dalam bentuk terikat secara fisik atau kimia dengan komponen bahan pangan lainnya sehingga sulit memecahkan ikatan-ikatan air tersebut. Pentuan kadar air dalam makanan dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu metode pengeringan (dengan oven biasa), metode destilasi, metode kimia, dan metode khusus. Namun, pada praktikum hanya dilakukan metode pengeringan dengan oven. Selain mengandung bahan organik dan air, bahan pangan mengandung senyawa anorganik yang disebut mineral atau abu. Walaupun jumlahnya sangat sedikit,namun keberadaan mineral pada bahan pangan sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Didalam tubuh mineral berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Mineral tertentu sangat dibutuhkan sebagai penyusun tulang, gigi, dan jaringan lunak, otot, darah, dan sel syaraf, dan sebagian lainya dibutuhkan dalam



metabolisme tubuh Tubuh manusia memerlukan berbagai jenis mineral dalam jumlah yang berbeda oleh karena itu dikenal istilah mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan dalam jumlah besar seperti, natrium,klor,kalsium,fosfor,magnesium,dan belerang. Sedangkan mineral mikro atau trace element adalah mineral yang dibutuhkan dalam jumlah kecil seperti besi, iodium, mangan, tembaga, zink, kobalt dan flour. Kebutuhan mineral tubuh dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi bahan pangan seperti susu,daging sapi, telur ikan, serealia, sayuran, dan lain-lain.



1.2 Tujuan Percobaan 



Dapat melakukan analisis kadar air pada setiap bahan pangan







Dapat menentukan bahan pangan yang ditetapkan kadar airnya dengan met ode oven



1.3 Prosedur Analisa 



Mengeringkan cawan kosong dalam oven selama 15 menit dan mendingin kan dalam desikator, kemudian menimbang







Menimbang dengan cepat kurang lebih 2 gram untuk masingmasing sampel yang sudah disebarkan secara merata didalam cawan.







Mengangkat dan menempatkan cawan beserta isinya dalam oven selama kurang lebih 2 jam. Menghindarkan kontak antara cawan dengan dinding oven.







Memindahkan cawan ke desikator, lalu mendinginkan. Setelah dingin menimbang kembali.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.2 Analisa Dengan Pengeringan/Oven Kadar air dalam bahan pangan sangat mempengaruhi kualtas dan daya sim pan dari bahan pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air dari suat u bahan pangan sangat penting agar dalam proses pengolahan maupun pendist ribusian untuk mendapat penanganan yang tepat. Kadar air bahan pangan merupakan pengukuran jumlah air total yang terka ndung dalam bahan pangan, tanpa memperlihatkan kondisi atau derajat keterik atan air. Penentuan kadar air dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan beb erapa metode, yaitu metode pengeringan (dengan oven biasa), metode destilasi , metode kimia, dan metode khusus (kromatografi, nuclear magnetic resonance ). Pada praktikum kali ini kami menggunakan metode thermogravimetri yait u pengeringan, metode ini sangat umum dilakukan di laboratorium karena rela tif murah dan mudah untuk dilakukan. Prinsipnya yaitu menguapkan air yang ada dalam bahan pangan dengan jalan pemanasan. Kemudian menimbang bah an sampai berat konstan berarti semua air sudah diuapkan.Adapun bahan pang an yang kami analisa kadar airnya diantaranya : berbagai jenis tepung seperti t epung terigu, tepung tapioka dan tepung beras. Langkah awal yang dilakukan yaitu memanaskan cawan yang akan digunakan selama 15 menit hal ini bertuj uan untuk mensterilkan dan menguapkan air yang terdapat didalam cawan. Lal u, menimbang beratnya. Sampel dimasukkan kedalam cawan masingmasing sebesar 2,0 gram. Berat tersebut dituliskan sebagai W1. Dilanjutkan de ngan pemanasan pada suhu 100 C selama 36 jam. Namun, karena keterbatasan waktu praktikum yang dilakukan sampai 2 jam. Didalam pemanasan itu, air yang terkandung dalam terigu tersebut akan t eruapkan. Hal ini diketahui adanya pengurangan berat setelah pemanasan W2.



Kadar air dalam sampel tersebut dapat diketahui dengan menggunakan ru mus : % Kadar air ( Berat basah, bb) = (W3 / W1) x 100 % Dari hasil perhitungan didapati kadar air masingmasing sampel yaitu: tepung terigu 11,0 %, tepung tapioka 15,5 % dan tepung beras 10,5 %. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI), batas kadar air mak simum yang dianjurkan pada tepung sekitar 13 %. Sehingga dapat dianalisa ba hwa pada tepung tapioka masih mengandung air dan belum memenuhi kadar a ir maksimum yang ditetapkan. Hal ini dimungkinkan karena keterbatasan wakt u yang diberikan sehingga air masih terkandung didalamnya. Thermogravimet ri dilakukan pemanasan sampai berat konstan, namun kami hanya melakukan pemanasan sampai 2 jam tidak sampai beratnya konstan. Kelemahannya antar a lain: Bahan lain di samping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri, dan lainlain.Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mu dah menguap lain. Contoh gula mengalami dekomposisi atau karamelisasi, le mak mengalami oksidasi dan sebagainya.Bahan yang mengandung bahan yan g dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan airnya meskipun sudah dipa naskan . 2.1.1 Metode gravimetri (pengeringan dengan oven) Metode oven biasa merupakan salah satu metode pemanasan langsung dalam penetapan kadar air suatu bahan pangan. Dalam metode ini bahan dipanaskan pada suhu tertentu sehingga semua air menguap yang ditunjukkan oleh berat konstan bahan setelah periode pemanasan tertentu. Kehilangan berat bahan yang terjadi menunjukkan jumlah air yang terkandung. Metode ini terutama digunakan untuk bahan-bahan yang stabil terhadap pemanasan yang agak tinggi, serta produk yang tidak atau rendah kandungan sukrosa dan glukosanya seperti tepung-tepungan dan serealia (AOAC, 1984).



Metode ini dilakukan dengan cara pengeringan bahan pangan dalam oven. Berat sampel yang dihitung setelah dikeluarkan dari oven harus didapatkan berat konstan, yaitu berat bahan yang tidak akan berkurang atau tetap setelah dimasukkan dalam oven. Berat sampel setelah konstan dapat diartikan bahwa air yang terdapat dalam sampel telah menguap dan yang tersisa hanya padatan dan air yang benar-benar terikat kuat dalam sampel. Setelah itu dapat dilakukan perhitungan untuk mengetahui persen kadar air dalam bahan (Crampton, 1959). Secara teknik, metode oven langsung dibagi menjadi dua yaitu, metode oven temperatur rendah dan metode oven temperatur tinggi. Metode oven temperatur rendah menggunakan suhu (103 + 2)˚C dengan periode pengeringan selama 17 ± 1 jam. Periode pengeringan dimulai pada saat oven menunjukkan temperatur yang diinginkan. Setelah pengeringan, contoh bahan beserta cawannya disimpan dalam desikator selama 30-45 menit untuk menyesuaikan suhu media yang digunakan dengan suhu lingkungan disekitarnya. Setelah itu bahan ditimbang beserta wadahnya. Selama penimbangan, kelembaban dalam ruang laboratorium harus kurang dari 70% (AOAC, 1970). Selanjutnya metode oven temperatur tinggi. Cara kerja metode ini sama dengan metode temperatur rendah, hanya saja temperatur yang digunakan pada suhu 130-133˚C dan waktu yang digunakan relatif lebih rendah (Crampton, 1959). Metode ini memiliki beberapa kelemahan, yaitu ; a) Bahan lain disamping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap air misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri dan lain-lain ; b) Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah menguap. Contoh gula mengalami dekomposisi atau karamelisasi, lemak mengalami oksidasi ; c) Bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan airnya meskipun sudah dipanaskan (Soedarmadji 2003).



2,3 Prinsip Analisa Metode Gravimetri Prinsip



metode



penetapan



kadar



air dengan



oven



atau



Thermogravimetri yaitu menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan. Penimbangan bahan dengan berat konstan yang berarti semua air sudah diuapkan dan cara ini relatif mudah dan murah. Percepatan penguapan air serta menghindari terjadinya reaksi yang lain karena pemanasan maka dapat dilakukan pemanasan dengan suhu rendah dan tekanan vakum. Bahan yang telah mempunyai kadar gula tinggi, pemanasan dengan suhu kurang lebih 100º C dapat mengakibatkan terjadinya pergerakan pada p e r m u k a a n b a h a n . S u a t u b a h a n ya n g t e l a h m e n g a l a m i p e n g e r i n g a n l e b i h bersifat



hidroskopis



dari



pada



bahan



asalnya.



Oleh



k a r e n a i t u s e l a m a pendinginan sebelum penimbangan, bahan telah ditempatkan dalam ruangan tertutup yang kering misalnya dalam eksikator atau desikator yang telah diberi zat penyerapan air. Penyerapan air atau uap ini dapat menggunakan kapur aktif, asam sulfat, silica gel, kalium klorida, kalium hidroksid, kalium sulfat atau bariumoksida. Silika gel yang digunakan sering diberi warna guna memudahkan bahantersebut sudah jenuh dengan air atau belum, jika sudah jenuh akan berwarnamerah muda, dan bila dipanaskan menjadi kering berwarna biru (Sudarmadji, 2007).



BAB III METODE PENELITIAN



2.2 Metode Destilasi Prinsip penentuan kadar air dengan destilasi adalah menguapkan air demg an “pembawa” cairan kimia yang mempunyai titik didih lebih tinggi daripada air d an tidak dapat campur dengan air serta mempunyai berat jenis lebih rendah daripa da air. Penentuan kadar air dari bahan-bahan yang kadar airnya tinggi dan mengandung senyawa-senyawa yang mudah menguap ( volatile ) seperti sayuran dan susu, menggunakan cara destilasi dengan pelarut tertentu, misalnya toluen, xilol, dan heptana yang berat jenisnya lebih rendah daripada air Cara penentuannya adalah dengan memberikan zat kimia sebanyak 75-100 ml pada sampel yang diberikan mengandung air sebanyak 2-5 ml kemudian dipanaskan sampai mendidih. Uap air dan zat kimia tersebut diembunkan dan ditampung dalam tabung penampung. Karena berat jenis air lebih besar daripada zat kimia tersebut maka air akan berada dibagian bawah pada tabung penampung. Bila pada tabung penampung dilengkapi skala maka banyaknya dapat diketahui. Cara destilasi ini baik untuk menentukan kadar air dalam zat yang kandungan airnya kecil yang sulit ditentukan dengan cara gravimetri. Penetuan kadar air ini hanya memerlukan waktu ± 1 jam (Sudarmadji, 2003). Distilasi langsung Air diuapkan dari pelarut (menarl) yang imisibel atau tidak dapat bercampur dengan air yang mempunyai titik didih tinggi. Alat yang digunakan adalah alat distilasi. Selama pemanasan, air yang menguap dikondensasi, lalu ditampung dalam gelas ukur dan ditentukan volume airnya untuk mengukur kadar air.



Distilasi azeotropik Air diuapkan bersama-sama dengan pelarut yang sifatnya imisibel pada perbandingan yang tetap. Tiga jenis pelarut yang sering digunakan adalah toluena, xilena (dimetil benzena), dan tetrakloroetilena. Toluena paling banyak digunakan. Toluena dan xilena memiliki berat jenis lebih rendah dari air, berat jenis toluena 0,866 g/ml, xilena 0,866-0,87 g/ml. Tetrakloroetilena mempunyai berat jenis lebih tinggi dari air 1,62 g/ml. Penggunaaan pelarut yang mempunyai berat jenis lebih ringan dari air bertujuan agar air berada di bagian bawah gelas penampung sehingga pengukuran volume lebih mudah. Penggunaan pelarut dengan berat jenis lebih tinggi akan menyulitkan pengukuran volume air (akan terbentuk dua meniskus sehingga ketelitian data kurang). Pada kondisi biasa, titik didih air dan toluen akan bersama-sama menguap pada suhu 850C dengan perbandingan air toluen = 20:80. Uap air dan pelarut dikondensasi, oleh karena air dan toluen tidak dapat bercampur maka setelah kondensasi air dan toluen akan terpisah sehingga volume air dapat ditentukan.



2.3 Metode Temogravimetri Metode ini dilakukan dengan cara mengeluarkan air dari bahan dengan bantuan panas. Perubahan berat (karena hilangnya air dari bahan selama pemanasan) dicatat oleh neraca termal (thermobalance) secara otomatis sebagai fungsi dari waktu dan suhu. Diperoleh kurva perubahan berat selama pemanasan untuk suatu program suhu tertentu. Pencatatan berlangsung sampai bahan mencapai berat konstan/tetap. Penimbangan dilakukan secara otomatis di dalam alat pengering dan kesalahan akibat penimbangan sangat kecil. Analisis dilakukan dalam waktu yang singkat. Jumlah sampel yang digunakan hanya sedikit yaitu berkisar mg sampai 1 gram.



Kurva perubahan berat air selama pengeringan dapat menunjukkan sifat fisiko kimia tentang gaya yang mengikat air pada komponen di dalam contoh serta data kinetik dari proses pengeringan. 2.3.1 Prinsip 



Prinsipnya menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasa n. Kemudian menimbang bahan sampai berat konstan berarti semua air su dah diuapkan. Cara ini relatif mudah dan murah. Kelemahannya antara lai n:Bahan lain di samping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama de ngan uap misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri, dan lain-lain.







Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mu dah menguap lain. Contoh gula mengalami dekomposisi atau karamelisasi, lemak mengalami oksidasi dan sebagainya.







Bahan yang mengandung bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan airnya meskipun sudah dipanaskan.



2.4 Metode Desikasi Dengan bantuan bahan kimia yang mempunyai kemampuan menyerap air tinggi, seperti: fosfor pentaoksida (P2O5), barium monoksida (BaO), magnesium perklorat (MgCl3), kalsium klorida anhidrous (CaCl2), dan asam sulfat (H2SO4) pekat. Senyawa P2O5, BaO, dan MgClO3 merupakan bahan kimia yang direkomendasi oleh AOAC (1999). Metode analisis ini cukup sederhana. Contoh yang akan dianalisis ditempatkan pada cawan kemudian diletakkan dalam desikator. Bahan pengering ditaburkan atau dituangkan pada alas desikator. Proses pengeringan berangsung pada suhu kamar sampai berat konstan/tetap. Untuk mencapai berat konstan dibutuhkan waktu lama dan keseimbangan kadar airnya tergantung pada reaktivitas kimia komponen dalam contoh tersebut terhadap air. Metode ini sangat sesuai untuk bahan yang mengandung senyawa



volatil (mudah menguap) tinggi, seperti rempah-rempah. Penggunaan suhu kamar dapat mencegah hilangnya senyawa menguap selama pengeringan.



2.5 Metode Analisis Secara Tidak Langsung Metode ini dilakukan tanpa mengeluarkan air dari bahan dan tidak meusak bahan sehingga pengukuran tidak bersifat merusak (tidak dekstruktif). Waktu pengukuran dilakukan dengan cepat dan dimungkinkan untuk menjadikan kontinyu dan otomatik. Metode ini merupakan penerapan untuk mengontrol proses-proses di industri. 2.6.1 Metode Listrik Elektronika Metode ini didasarkan pada pengukuran tahanan yang ditimbulkan dari bahan yang mengandung air. Analisis dilakukan dengan cara menempatkan sejumlah contoh di dalam wadah kecil di antara sua elektroda, selanjutnya arus listrik yang melewati contoh diukur berdasarkan tahanan listriknya.



2.6.3 Penyerapan gelombang Mikro Hal ini didasarkan pada pengukuran penyerapan energi gelombang mikro oleh molekul air dalam bahan. Molekul air yang mempunyai dua kutub akan menyerap beberapa ribu kali lebih banyak energi gelombang mikro dibandingkan bahan kering dalam volume yang sama. Gelombang mikro dengan frekuensi 9-10 GHz dapat digunakan untuk memantau kadar air bahan berkadar air rendah, padatan atau cairan. Peralatan utamanya adalah dua buah antena yang berfungsi sebagai pemancar dan penerima gelombang. Pengukuran dilakukan dengan cara bahan ditempatkan diantara ke dua antena tanpa menyentuh antena.



2.6.4 Penyerapan Sonik dan Ultrasonik Spetrokopi Hal ini dilakukan berdasarkan kemampuan molekul air dalam menyerap energi sonik dan ultrasonik. Derajat penyerapannya tergantung pada jumlah air yang terdapat dalam bahan. Pengukuran dilakukan dengan cara bahan ditempatkan diantara generator energi (sebagai pensuplai energi sonik dan ultrasonik) dan mikrofon sebagai penerima. Energi yang diterima selanjutnya diperkuat sehingga terbaca pada voltmeter dan selanjutnya data diubah menjadi data kadar air.



BAB IV PEMBAHASAN



Penentuan Kadar Air dalam Bahan Makanan



Penentuan kandungan air dapat dilakukan dengan beberapa cara. Hal ini tergantung pada sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105-110ºC selama 3 jam atau sampai didapat berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan. Untuk bahan-bahan yang tidak tahan panas, dilakukan pemanasan dalam oven vakum dengan suhu yang lebih rendah. Seperti bahan bekadar gula tinggi, minyak daging, kecap, dan lain-lain. kadang-kadang pengeringan dilakukan tanpa pemanasan, bahan dimasukkan dalam eksikator dengan H2SO4 pekat sebagai pengering, sehingga mencapai berat yang konstan. Prinsip utama dari pengeringan adalah penurunan kadar air. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil sample adalah berat sample awal. Semakin berat sample awal maka akan kecil hasil yang diperoleh. Jenis bahan juga mempengaruhi besarnya nilai yang dihasilkan. Jika bahan yang digunakan mengandung kadar air yang tinggi maka nilai yang dihasilkan akan semakin kecil. Ketebalan bahan dan lamanya pengeringan juga sangat mempengaruhi. Karena semakin tinggi suhu maka semakin kecil kadar air yang diperoleh. Rumus yang digunakan untuk menghitung kadar air dari bahan yaitu menghitung kadar air berdasarkan berat basah : bb = b-(c-a) x 100 b keterangan : a : berat cawan yang sudah dikeringkan b : berat sample awal c : berat cawan dengan sample setelah dikeringkan



BAB V PENUTUP



5.1 Kesimpulan 



Kadar air ialah jumlah air yang terkandung dalam suatu bahan yang dinyatakan dalam satuan persen atau perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan pemanasan.







Kadar air dalam bahan pangan berbeda-beda, hal tersebut tergantung pada perbedaan bahan, metode dan suhu serta proses penyimpanannya







Hasil yang berbeda pada pengulangan analisa kadar air disebabkan oleh berat sample yang berbeda setiap penimbangan, ketebalan bahan, juga suhu pengeringan.



DAFTAR PUSTAKA Depkes RI., 1992. UU RI No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan. Jakarta: Depkes RI Direktorat Gizi Departemen Kesehatan. 1972. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bharat. Jakarta. 57pp http://wulaniriky.wordpress.com/2011/01/19/penetapan-kadar-air-metode-oven-pengeringaa/



Tim penyusun. 2015. Penuntun praktikum teknik pengolahan pangan. Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya https://himka1polban.wordpress.com/laporan/kimia-pangan/laporan-penentuankadar-air/ (Diakses pada tanggal 18 Maret 2015) https://indo-digital.com/pengukuran-kadar-air.html Winarno Surachmad. 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung; Tarsito Winarno, F.G. (1992). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.http://www.goodreads.com/book/show/6044215-kimia-pangan-dangizi. Diakses tanggal 16 November 2013



Sudarmadji, S. 2003. Mikrobiologi Pangan. PAU Pangan dan Gizi UGM. Yogyakarta.http://risnafranisa.blogspot.com/.../air-dalam-bahan-pangan. Diakses tanggal 16 November 2013



MAKALAH ILMU KIMIA PANGAN KADAR AIR



DISUSUN OLEH: ANGGUN SILVIA DEVI RAMADHANI



PROGRAM STUDI D-IV GIZI REGULER III ILMU KIMIA PANGAN POLTEKES KEMENKES PALANGKARAYA



TAHUN AJARAN 2017