Kain Sasirangan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Oleh : Fitriana Aulia SMAN 1 SUNGAI TABUK



Apa itu Kain Sasirangan? Secara



etimologis



istilah



sasirangan



merupakan hasi gabungan kata “Sa” yang artinya satu, dan ”sirang” yang artinya jelujur. Kain Sasirangan adalah sejenis kain yang diberi



corak



dan



warna



tertentu,



menggunakan



pola



tradisional



khas



budaya etnis Banjar, Kalimantan Selatan. Kain sasirangan identik dengan corak warna warni bermotif garis jelujur yang memanjang secara vertikal.



Sejarah kain sasirangan Mulanya kain sasirangan disebut langgundi yakni kain tenun berwarna kuning. Ketika Empu Jatmika berkuasa sebagai raja Kerajaan negara Dipa pada tahun 13551362, kain langgundi digunakan secara luas sebagai bahan pembuat busana harian oleh masyarakat kerajaan Nagara Dipa. Bahkan sebagian besar masyarakat kerajaan Nagara Dipa menjadi pengrajin kain Langgundi tersebut. Menurut hikayat Banjar, pada suatu ketika Putri Junjung Buih meminta Lambung



Mangkurat untuk membuatkan sebuah mahligai megah yang dikerjakan dalam tempo satu hari oleh 40 orang pria bujangan. Selain itu Putri Junjung Buih juga meminta sehelai kain langgundi yang ditenun dan dihiasi oleh 40 orang gadis perawan dalam tempo sehari. Semua permintaan Putri Junjung Buih dapat dipenuhi oleh Lambung Mangkurat. Akhirnya Putri Junjung Buih naik ke ke alam manusia mengenakan kain langgundi tersebut.



Sejak saat itu masyarakat Nagara Dipa tidak berani lagi mengenakan kain langgundi tersebut, mereka takut katulahan dengan Putri Junjung Buih. Namun sebagian warga masih membuat kain langgundi tersebut untuk pengobatan berbagai penyakit. Kain langgundi yang digunakan sebagai sarana pengobatan penyakit tersebut dibuat dalam berbagai bentuk, warna dan motif sesuai penyakit yang diderita. Sejak saat itu kain langgundi perlahan-lahan berubah nama menjadi sasirangan, karena kainnya harus disirang (dijelujur) untuk menyembuhan penyakit.



PEMBUATAN KAIN SASIRANGAN Inilah langkah-langkah pembuatan kain sasirangan: • Kain dipotong secukupnya • Di gambar dengan motif khas Banjar dengan menggunakan pola • Di jahit/di jelujur jarang-jarang dengan tangan mengikuti motif. • Setelah dijelujur, tarik benang untuk mengencangkan jahitan. Sehingga kain akan mengerut. • Sediakan zat pewarna pakaian (seperti naphtol dan garamnya), soda api (NaOH), spritus, dan air panas mendidih. • Encerkan zat pewarna menggunakan spritus, aduk hingga larut. • Setelah zatnya larut, tambahkan soda api • Masukkan kedalam air panas sesuai dengan keperluan. Larutan akan menjadi bening. • Masukkan kain ke dalam air panas tersebut. • Setelah seluruh kain diberi warna, kain dicuci bersih sampai air cucian tidak mengeluarkan warna lagi. • Lepaskan jahitan, jemur, setrika. • Kain sasirangan siap untuk digunakan.



MOTIF SASIRANGAN



SASIRANGAN MODERN Zaman sekarang Sasirangan sudah tidak digunakan sebagai media pengobatan lagi. Bahkan instansi-instansi pemerintah serta sejumlah sekolah menjadikan sasirangan sebagai seragam yang wajib dipakai. Kesakralan sasirangan seakan hilang karena sekarang sasirangan dapat dipakai oleh siapa saja dan dimana saja. Namun, kita harus tetap menjaga kesakralan sasirangan ini dengan cara melestarikannya. Jadi sasirangan jangan hanya dipakai namun juga dilestarikan sebagai budaya daerah agar dapat menimbulkan rasa bangga pada pemakainya.