Kajian Transformasi Bentukdan Tatanan Massa Bangunan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Kajian Transformasi Bentuk dan Tatanan Massa Bangunan di Kawasan Bandung Super Mall Dewi Parliana Arief Nirwan M Sri Nurhasana Habibi [email protected]



ABSTRAK Pada lokasi kawasan strategis pusat perbelanjaan Bandung Super Mall, hadir dua hotel berstandar internasional yaitu Trans dan Ibis serta wahana rekreasi indoor /outdoor terbesar Trans Studio yang sedang dalam tahap pembangunan. Sebuah master plan perencanaan pengembangan kawasan dari fungsi tunggal menjadi kawasan multi fungsi lengkap dengan fasilitas modern pendukung sistem aktivitas sosialnya, berhasil dirancang oleh perusahaan konsultan dari Singapura (DP. Arsitek) tanpa menggangu integritas kawasan. Melalui laporan penelitian bermetode deskriptif analitik ini, diharapkan mampu mengkaji lebih rinci perencanaan pengembangan kawasan yang memberi pengalaman baru bagi pengunjung baik luar atau dalam kota tersebut. Berdasarkan pengamatan yang diperoleh, kunci keberhasilan perencanaan perancangan kawasan terfokus pada optimalisasi pemanfaatan ruang untuk fungsi baru dan potensi tampilan fisik hasil dari transformasi bentuk dan tatanan massa yang matang. Bertransformasinya satu bentuk massa geometri berpola tatanan linear menjadi gabungan tiga bentuk massa geometri berpola tatanan cluster, menciptakan ruang antara (inercourt untuk skala kawasan) sebagai pusat orientasi seluruh massa.. Adanya pusat oerientasi tersebut, diharapkan dapat mendukung perpaduan berbagai sistem aktivitas sosial dan pendukungnya yang tetap berada dalam satu integritas kawasan, sehingga mampu meningkatkan daya tarik kawasan Bandung Super Mall. Kata kunci : Kawasan Multi Fungsi, Transformasi Bentuk dan Tatanan Massa.



ABSTRACT At the location of a strategic area of Bandung Super Mall shopping center, will present two international–standard hotels are Trans and Ibis and the largest recreational indoor /outdoor Studio Trans under construction. A master plan area development planning from a single function to multi –function area complete with modern facilities supporting system of social activities, designed by a consulting firm from Singapore (DP. Architect) without disturbing the integrity of the region. Through a research reportwith this analytic descriptive method, is expected to review the more detailed planning of the development of the area that provide new experiences for visitors either outside or within the city. Based on observations obtained, the key to successful urban design planning focused on optimizing the utilization of space for new functions and potential physical appearance results from the transformation of form and structure of mature mass. Transformation from one form of mass linear geometric patterned into a joint arrangement of three geometric forms patterned order of the cluster mass, creating a space between (inercourt to scale region) as the central orientation of the entire mass. The existence of such orientation center, expected to support the combination of various social activities and supporting systems which remain in the integrity of the region so as to increase the attractiveness of the area of Bandung Super Mall. Keywords: Multi-Function Area, Transformation of the Form and Order Mass.



i



Di antara demikian banyak pemahaman tentang arsitektur, arsitektur dikenal juga sebagai suatu tradisi yang berkembang. Dari waktu ke waktu wajah arsitektur selalu mengalami perubahan. Hal-hal yang mempengaruhi perkembangan dan pengembangan arsitektur tidak hanya berupa keadaan eksternal, tetapi juga keadaan internal. Keadaan eksternal adalah keadaan yang melingkungi atau mengitari kehadiran arsitektur, seperti keadaan geografik, geologik, iklim, bahan bangunan, budaya dan pranata masyarakat, sejarah ataupun agama. Keadaan internal adalah segenap keadaan yang berada di dalam diri perancang dan pembangun seperti paham atau pola pikir serta pola penalaran, kemampuan teknologi dan berteknologi, daya imajinasi dan daya kreasi, dan semacamnya.



1. PENDAHULUAN



Gambar 1 Suasana kawasan Bandung Super Mall



Salah satu mall terbesar yang ada di kota Bandung ialah Bandung Super Mall. Mall ini didirikan pada tahun 2001, dengan lokasi yang strategis yaitu di Jl. Gatot Subroto No. 289 (gambar1). Mall ini terdiri dari 5 lantai dengan penyewa - penyewa yang sudah ternama, baik dari skala nasional maupun internasional. Beberapa penyewanya antara lain Metro



Department Store, Gramedia, BSM XXI, KFC, Kota Fantasi, Giant Hypermarket, dan masih banyak lagi. Bandung Super Mall merupakan mall dengan konsep sebagai penyedia seluruh kebutuhan keluarga dalam satu tempat. Selain itu untuk meningkatkan daya tarik kawasan terhadap pengunjung, kawasan mall ini bertransformasi pada bentuk dan tatanan massa bangunannya. Fasilitas yang telah ada di tambah dengan fasilitas baru seperti wahana permainan Trans Studio Bandung, yang merupakan cabang kedua setelah Trans Studio Makassar dan hotel dengan kelas setara bintang V. Pengembangan kawasan ini mulai dibangun pada pertengahan tahun 2010 dan selesai pada tahun 2011. Dalam perencanaanya kawasan Bandung Super Mall, kawasan ini akan menjadi satu kawasan binaan baru baik pada konsep penataan ruang luar, maupun pada bentuk masa bangunan. Pada dasarnya tujuan penambahan massa pada kawasan ini adalah menyatukan gaya hidup dan hiburan sekaligus memberikan solusi terpadu untuk segala aspek kehidupan masyarakat kota. Bentuk sering kali digunakan untuk menggambarkan struktur formal dalam sebuah pekerjaan, sebagai salah satu cara dalam menyusun dan mengkoordinasi unsur-unsur dan bagian-bagian dari suatu komposisi untuk menghasilkan suatu gambaran nyata. Bentuk lebih sering dimaksudkan sebagai pengertian massa atau isi tiga dimensi. Konfigurasi bentuk dapat dimanipulasi untuk membentuk suatu daerah atau volume ruang tersendiri. Pengorganisasian bentuk mempengaruhi kualitas visual dari ruang yang terbentuk. Pengorganisasian bentuk terdiri dari empat macam, antara lain: 1. Artikulasi Bentuk: Penegasan bentuk atau organisasi disini berarti cara bagaimana permukaan suatu bentuk secara bersamasama membentuk suatu wujud dan volume. 2. Sifat-sifat Bentuk: Bentuk memiliki sifatsifat tertentu yang dapat menentukan pola dan komposisi unsur-unsurnya. Sifat-sifat bentuk yaitu: • Posisi: Letak dari sebuah bentuk adalah relatif terhadap lingkunganya atau lingkungan visual dimana bentuk tersebut terlihat.



ii



• Orientasi: Arah dari sebuah bentuk relatif terhadap bidang dasar, arah mata angin, bentuk-bentuk benda lain, atau terhadap seseorang yang melihatnya.



• Inersia visual: Merupakan tingkat konsentrasi dan stabilitas, suatu bentuk inersia visual tergantung pada geometri dan orientasinya relatif terhadap bidang dasar, gaya tarik bumi dan garis pandang manusia. 3. Transformasi Bentuk: Bentuk pada umumnya merupakan hasil dari perubahan benda melalui variasi-variasi yang timbul akibat manipulasi pada bentuk tersebut atau akibat penambahan maupun pengurangan elemenelemennya. Beberapa perubahan yang dapat terjadi dalam bentuk yaitu: • Perubahan Dimensi • Pengurangan bentuk (Subtractive)



• Penambahan bentuk (Additive)



4. Klasifikasi Bentuk dan Massa: • Bentuk linear • Bentuk grid • Penggabungan bentuk geometri • Penegasan bentuk • Penegasan permukaan 5. Faktor Yang Mempengaruhi Bentuk Massa • Garis: Elemen garis menghubungkan secara langsung dua tempat dengan satu deretan massa. Untuk massa tersebut bisa dipakai sebuah deretan bangunan ataupun sebuah deretan pohon yang memiliki rupa masif.



• Koridor Elemen koridor yang dibentuk oleh dua deretan massa (bangunan atau pohon) membentuk sebuah ruang • Sisi: Elemen sisi sama dengan elemen garis, menghubungkan dua kawasan dengan satu massa. Namun pada elemen sisi ini, perbedaan dari deretan massa penghubung dibuat secara tidak langsung, sehingga tidak diperlukan sebuah garis yang massanya agak tipis, bahkan hanya berupa sebuah wajah yang massanya kurang penting. Elemen tersebut bersifat massif di belakang tampilannya, sedangkan di depan bersifat spasial. • Sumbu: Elemen sumbu mirip dengan elemen koridor namun memiliki sifat spasial. Perbedaan dengan elemen koridor terletak pada dua daerah yang dihubungkan oleh elemen tersebut. • Irama: Elemen irama menghubungkan dua tempat dengan variasi massa dan ruang. Elemen ini jarang diperhatikan dengan baik, walaupun juga memiliki sifat yang menarik dalam menghubungkan dua tempat secara visual. 2. METODOLOGI Untuk mempelajari perubahan kawasan dipakai pendekatan studi a.) tipologi morfologi, yaitu metoda yang mengamati fisik kota yang mengalami perubahan karena pembangunan baru b) Kota diamati dan dipandang dari sudut arsitektur yaitu mempelajari fenomena perubahan artefak dan ruang c) Dalam mengamati perubahan struktur kawasan dapat digunakan pendekatan teori figure ground, linkage, dan place. Metodologi penelitian yang dilakukan adalah dengan membaca fenomena yang terjadi di beberapa kasus bagian-bagian kota, khususnya pada Transformasi kawasan-kawasan yang terdapat pembangunan baru. Karena penelitian ini juga merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk memberi penjelasan (explanatory), maka cara yang diambil dalam penelitian ini melalui penalaran induktif, yaitu memperoleh kesimpulan-kesimpulan umum dari sejumlah kasus tunggal. Pendekatan penelitian yang dipakai dalam melaksanakan penelitian ini adalah dengan grounded theory, yaitu jenis penelitian kualitatif yang mempunyai sasaran secara induktif menghasilkan sebuah teori dari hasil data-data yang didapat. Pada model penelitian



ii



ini peneliti membangun substantive theory yang berbeda dari grand atau formal theory. Metoda Pengumpulan Data a. Observasi lapangan pada kawasan Bandung Super Mall, dengan perolehan data berupa Foto-foto yang memperlihatkan perubahan pada bentuk dan tatanan massa bangunan di kawasan Bandung Super Mall. b. Melakukan studi literatur, mengenai landasan teori yang berkaitan dengan objek pengamatan, yaitu berupa literatur mengenai bentuk dan tatanan massa bagunan. c. Melakukan wawancara dengan arsitek atau tim perancang pengembang kawasan Bandung Super Mall, dengan hasil berupa konsep pengembangan bentuk adan tatanan massa bangunan di kawasan Bandung Super Mall. Metode Analisis Data Metode penelitian yang kami gunakan untuk menjelaskan potensi dan permasalahan dalam penelitian kajian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan membaca fenomena yang terjadi pada perubahan tatanan dan bentuk massa bangunan di kawasan Bandung Super Mall.



MALL



HOTEL



TRANS STUDIO



BANK



Gambar 2 Zoning horizontal BSM baru



Gambar 3 Perspektif Bird Eye View Kawasan BSM lama



Gambar 4 Perspektif Bird Eye View Kawasan BSM baru



3. HASIL PEMBAHASAN Dari analisis data survey yang diperoleh, dapat di sampaikan bahwa konsep Bandung Super Mall lama memilih mengoptimalisasikan satu massa yang dapat menampung banyak kebutuhan ruang untuk memenuhi segala aktivitas perbelanjaan. Konsep ini muncul dari keinginan untuk lebih mengutamakan wujud kemandirian bentuk, sehingga dalam usaha memperkuat sebuah karya tunggal yang akan ditonjolkan dikawasan tersebut. Karya tunggal ini, diterjemahkan dalam bentuk massa linear dan berpola linear sebagai respon terhadap kondisi dan bentuk site. Tidak ada ruang antara (inercourt skala kawasan) dan sulitnya membuat fokus orientasi massa merupakan sebuah tantangan dari sebuah karya tunggal. Massa bangunan dikemas dalam bentuk box (primer) berbidang masif, tabung dan piramid (sekunder) berselimut material Transparant. Konsep ini diambil untuk memunculkan integritas sebuah kawasan komersil. Sedangkan konsep Bandung Super Mall baru memilih penggabungan bentuk massa geometri yang menciptakan pola cluster untuk mendapatkan ruang antara dalam blok (inercourt untuk skala kawasan) sebagai pusat orientasi. Fungsi komersial pendukung menjadi hal dipertimbangkan sebagai potensi fungsi yang mampu menjadi penghubung antara fungsi-fungsi utama kawasan: mall, hotel, Trans studio dan perkantoran, sekaligus menghidupkan aktivitas sosial pada ruangruang kawasan. Konsep penataan disusun dengan pendekatan peningkatan kualitas bangunan lama dan mengintegrasikan aktivitas publik ke dalam sebuah tatanan fisik kawasan baru. Sikap ini bertujuan untuk menciptakan konsep penataan yang paling rasional dan relevan sebagai pemecahan permasalahan pada kawasan. Dari penjelasan di atas di dapat sebuah kesimpulan bahwa konsep perubahan yang



iii



terjadi berawal dari adanya keinginan dari pemilik kawasan, agar Bandung Super Mall dapat berkembang menjadi kawasan fungsi campuran terpadu, namun fungsi pendukung aktivitas formal / informal kawasan tetap terintegrasi dalam kesatuan sistem aktivitas ruang. Kesimpulan hasil analisa tersebut, dapat menjadi dasar acuan pengembangan penelitian selanjutnya mengenai bentuk dan tatanan massa. 3.1. Konsep pengembangan Bandung Super Mall ingin berkembang dari kawasan dengan fungsi tunggal yang diwujudkan dalam massa tunggal menjadi kawasan multifungsi yang diwujudkan dalam multimassa sebagai langkah optimalisasi pemanfataan ruang dalam kawasan. Dua hotel yaitu Hotel Trans dan Hotel Ibis serta satu wahana rekreasi indoor dan outdoor Trans Studio adalah fungsi-fungsi baru yang ingin di tambahkan di kawasan tersebut. Keinginan tersebut menimbulkan tantangan pada konsep pengembangannya yang harus mewadahi multi fungsi tersebut dalam multi massa dan berbagai sistem aktivitas sosialnya, tanpa menggangu integritas kawasan Bandung Super Mall. Menanggapi tantangan tersebut, perancang mencoba menjawabnya dengan melakukan Transformasi bentuk dan tatatan secara terintegrasi. 3.2. Transformasi bentuk Mengenai perubahan bentuk dasar dan pengolahan dari masing-masing massa dapat disimpulkan antara lain:



vertikal sekitar 200 sehingga memunculkan satu massa terjungkit seakan tumbuh dari poros balok 1 yang bertanda piramid sebagai aksen pertama tepat diatas poros tersebut. Hal tersebut dilakukan arsitek untuk mengejar vocal point sebuah entrance dan sebagai orientasi kesatu yang menghadap ke arah barat. Selanjutnya untuk di sisi bagian selatan yang



Gambar 5 Isometri massa A



berhadapan langsung dengan koridor jalan utama, arsitek melakukan 2 kali subtraktif bentuk ¼ lingkaran tabung berdiameter 15 m memotong penuh tinggi massa dan 20 M memotong ½ tinggi massa di ujung sudut balok 2. Pengolahan subtraktif dengan hirarki pemotongan tersebut dilakukan arsitek untuk mengejar sebuah bidang membetuk ruang penerima berupa plaza (orientasi ke dua) yang di pertajam dengan ditempatkannya miniatur tabung sebagai aksen kedua pemotong dan bukaan yang lebar pada balok 2 bagian depan.



A Gambar 6 Massa A Mall



Transformasi pada massa lama (A) : Bentuk dasar massa tersebut adalah sebuah balok 1 yang di letakan di tengah site rapat ke sebelah timur persil dengan posisi linear memanjang utara-selatan dan satu buah balok 2 merupakan penggandaan dari balok 1 yang diputar horizontal sekitar 200 kemudian diputar



iv



Selajutnya pengolahan additif terjadi dibagian depan balok 1 berupa perpanjangan podium entrance sebagai vocal point entrance dan sebagai orientasi ketiga yang menghadap ke arah selatan. Selanjutnya untuk merespon aspek klimatologi dan sebagai eye catcher, massa bangunan di selimuti dinding masif bermaterial keramik glossy dan allucubon stainless dengan pemasangan dirotasi 900 untuk menghasilkan efek garis pada bidang yang lebar. Jadi nilai arsitektural yang dihasilkan adalah 3 orientasi, 2 aksen penunjang dari piramid dan tabung, 1 ruang penerima plaza dan eye catcher dari sebuah massa besar tunggal berbidang masif dengan efek garis yang menyelimutinya pada satu kawasan yang luas.  Transformasi pada massa baru (A) : Bentuk massa baru tidak mengalami perubahan, tetap sama dengan bentuk massa lama (A). Facade massa baru mengalami perubahan, dimana seluruh bidang masif massa lama yang bermaterial keramik glossy dan alucubon stainless tersebut diganti material kaca dan alucubon stainless dengan pola pemasangannya dibuat lebih artistik. Hal tersebut di lakukan untuk memberikan kesan dekat dengan alam terbuka yang mendukung wahana studio Trans sebagai area komersil berselimut rekreasi.  Transformasi pada massa baru (B): Bentuk awal dari satu balok (podium) diletakan memanjang horisontal dan dua balok ( tower Ibis dan Trans) yang berdiri vertikal diatasnya. Balok (podium) mengalami subtraktif yang pertama di bagian tengah yang mengarah ke selatan. Subtraktif tersebut di fungsikan sebagai setback massa terhadap sempadan jalan yang menghasilkan vocal point untuk orientasi menuju entrance atau drop off pengunjung dari kendaran menuju dua tower. Subtraktif ke dua di ujung barat sudut yang berhadapan dengan plaza sebagai perpanjangan dari subtraktif massa (A). Subtraktif dibagian tersebut dilakukan untuk memperkuat fungsi plaza Sebagai titik orientasi dua massa dan juga ruang penerima pejalan kaki menuju ke dua massa diantaranya.



Gambar 7 Isometri massa B



B Gambar 8 Massa B Hotel



Untuk memperkuat kesan kesatuan antara massa A dan B, maka arsitek menempatkan sebuah sky bridge pada bagian depan atas bagian foodcourt lantai 4 bangunan mall menuju podium hotel Ibis dan Trans dengan view ke luar yang dinamis untuk mengoptimalkannya. Selanjutnya pada tower Trans, bentuk awalnya adalah balok vertikal yang diletakan linear mengikuti sisi pendek di ujung atas massa podium sebelah barat kemudian balok tersebut bertransformasi dengan merotasi ½ massa linear balok mengikuti derajat bidang podium tersubtraktif tersebut, sehingga kesan meruangnya plaza menjadi lebih tinggi. Sementara untuk tower Ibis, bentuk massa



v



balok vertikal yang diletakkan linear mengikuti di ujung atas massa podium sebelah timur. Massa tersebut tidak mengalami transformasi. Hal itu dilakukan untuk memperkuat kesan bidang datar (flat) memanfaatkan sisi panjang persil sebelah timur yang relatif lurus.  Transformasi pada massa baru (C): Bentuk awal dari masa (C) adalah satu balok yang di letakan linear mengikuti sisi pendek persil dengan sebagian massanya di sebelah selatan berdempetan dengan ujung sisi pendek massa (A) di bagian utara. Dengan perletakan massa seperti itu, perancang mendapatkan ide untuk melakukan penggabungan massa (C) dan (A) dengan memanfaatkan sisitem dilatasi sehingga memunculkan kesan bahwa massa (C) tersebut merupakan perpanjangan dari massa (A) dan menumbuhkan ruang Transisi penghubung antar ruang dalam massa (A) dan massa (C).



pusat orientasi utama multi massa di dalam kawasan.



C



Gambar 10 Bentuk akhir massa C Wahana



3.3. Transformasi tatanan Transformasi tatanan merupakan hasil akhir dari transformasi bentuk masing-masing massa. Dengan merubah satu bentuk massa geometri berpola tatanan linear yang beralaskan sebagai respon terhadap kondisi dan bentuk site kawasan menjadi gabungan tiga bentuk massa geometri berpola tatanan cluster sehingga menciptakan ruang antara dalam blok (inercourt untuk skala kawasan) sebagai pusat orientasi seluruh massa. Adanya pusat oerientasi tersebut, diharapkan dapat mendukung terjadi perpanduan berbagai sistem aktivitas sosial dan pendukungnya yang tetap berada dalam satu integritas kawasan Bandung Super Mall. Gambar 9 Isometri massa C



Selanjutnya untuk mewadahi besarnya kebutuhan ruang sebuah wahana rekreasi indoor, maka arsitek mengaditif massa (C) dengan menambah atau menarik setengah sisi panjangnya (sisa penggabungan dengan massa (A) ke arah selatan sejauh ¼ sisi panjang massa (A) sehingga massa (C) menjadi berbentuk huruf ”L”. Dengan Transformasi bentuk massa seperti itu menimbulkan satu pusat orentasi antara massa (A) dan (C), sekaligus menjadi



Gambar 11 Penggabungan 3 massa



vi



Gambar 12 perspektif Bandung Super Mall



4. KESIMPULAN Dengan adanya penambahan massa bangunan pada kawasan Bandung Super Mall, terdapat beberapa pengalihan fungsi pada kawasan tersebut, seperti halnya pengalihan fungsi ruang terbuka area parkir, hampir setengahnya dialih fungsikan menjadi massa bangunan Trans Studio Bandung dan hotel. Berdasarkan pengamatan yang diperoleh, kunci keberhasilan perencanaan perancangan kawasan terfokus pada optimalisasi pemanfaatan ruang untuk fungsi baru dan potensi tampilan fisik hasil dari transformasi bentuk dan tatanan massa yang matang. Bertransforamsinya satu bentuk massa geometri berpola tatanan linear menjadi gabungan tiga bentuk massa geometri berpola tatanan cluster, menciptakan ruang antara (inercourt untuk skala kawasan) sebagai pusat orientasi seluruh massa. Adanya pusat orientasi tersebut, diharapkan dapat mendukung perpaduan berbagai sistem aktivitas sosial dan pendukungnya yang tetap berada dalam satu integritas kawasan sehingga mampu meningkatkan daya tarik kawasan Bandung Super Mall.



Burl;ington city 8) Dinas Tata Kota; 2007; Pedoman Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang WP Karees; Rencana Detail Tata Ruang Kawasan. Dinas Tata Kota Bandung; Bandung, Indonesia 9) PT. Total Bangun Persada; ; diakses tanggal 24 februari 2011 10) Edward T. White; 1985; Analisis Tapak Pembuatan Diagram Informasi Bagi Perancangan Arsitektur, Intermedia, Bandung, 11) Joseph De Chiara dan Lee E; 1994: Koppelman, Standar Perencanaan Tapak, Erlangga; Jakarta. 12) Kim W. Todd; 1995; Tapak, Ruang Dan Struktur, Intermatra Bandung 13) Richard Untermann & Robert Small; 1986; Perencanaan Tapak Untuk Perumahan (Jilid I: apak Berukuran Kecil), Intermatra; Bandung. 14) Richard Untermann & Robert Small; 1986; Perencanaan Tapak untuk Perumahan (Jilid II:Tapak Berukuran Besar),Intermatra; Bandung. 15) Zahnd, Markus; 2007; Pendekatan Dalam Perancangan Arsitektur (Seri strategi arsitektur 4 : Metoda untuk menganalisi dan merancang arsitektur secara efektif), Kanisius Yogyakarta. RIWAYAT PENULIS Dr. Ir. Dewi Parliana, MSP. adalah dosen Kopertis Wilayah IV yang dipekerjakan pada Jurusan Teknik Arsitektur Itenas Bandung sejak tahun 1990 no. HP 0818432196



5. DAFTAR PUSTAKA 1) Shirvani, Hamid;1985; Urban Design Proces; Van Nostrand Reinhold, New York. 2) Salvan, George; 1986; Architecture theory of design; Quezon City; GMC Tress 3) Ching, DK; 1990; Pengantar Perancangan Ruang; terjemahan Edwart Hutabarat; Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama 4) Zahnd, Markus;1999; Perancangan kota secara terpadu: Teori perancangan kota dan penerapannya; Yogyakarta; Kanisius 5) Warpani, Suwardjoko; 1984; Analisis Kota dan Daerah; ITB; Bandung 6) Hack, Gary; 1988; Perencanaan Fisik dan Perencanaan Kota; Erlangga; Jakarta 7) Moughtin, Cliff; 1992; Urban Design Street and Square, Third Edition;Architectural Press;



vii