Karakter Lingkungan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nilai – Nilai Karakter



Berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, peraturan/hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah teridentifikasi butir-butir nilai yang dikelompokkan menjadi lima nilai utama, yaitu nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, dan lingkungan serta kebangsaan. Berikut adalah daftar nilai-nilai utama yang dimaksud dan diskripsi ringkasnya.



Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Religius



Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri Jujur



Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain. Bertanggung jawab



Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME. Bergaya hidup sehat



Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan. Disiplin



Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Kerja keras



Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya. Percaya diri



Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya. Berjiwa wirausaha



Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif



Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki. Mandiri



Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Ingin tahu



Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Cinta ilmu



Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain



Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain. Patuh pada aturan-aturan sosial



Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum. Menghargai karya dan prestasi orang lain



Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain. Santun



Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang. Demokratis



Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan Peduli sosial dan lingkungan



Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Nilai kebangsaan



Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Nasionalis



Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya. Menghargai keberagaman



Sikap memberikan respek/ hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.



Nilai - Nilai Karakter dalam Berkehidupan



Proses pendidikan yang dalam prosesnya diberikan konsep pendidikan berkarakter merupakan proses pendidikan yang berdasarkan pada upaya untuk meningkatkan jiwa, budi pekerti, perilaku, sifat, dll pada peserta didik yang terkait dengan kepribadian seseorang untuk mengarahkan seseorang atau peserta didik ke arah yang lebih baik sehingga memiliki sikap yang sesuai dengan aturan atau seperangkat nilai dan norma yang ada di masyarakat. Diharapkan dengan pendidikan karakter peserta didik dapat bebaur dengan baik di lingkungannya, dapat menjaga keamanan, ketentraman, dan kenyamanan lingkungan serta dapat bertanggung jawab atas kewajiban dan hal yang dilakukannya. Individu dikatakan berkarakter jika individu melakukan hal-hal terbaik yang dapat dilakukannya untuk Tuhan, dirinya, sesama, lingkungan, bahkan negaranya. Menurut T. Ramli (dalam Roesminingsih dan Lamijan: 2014) pendidikan berkarakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak yang tujuannya membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia yang baik.



1.



Nilai Karakter dalam Hubungannya dengan Tuhan



a. Melaksanakan sholat fardhu dan sunnah untuk berinteraksi dengan Allah SWT dan melaksanakan rukun iman. Sholat dianggap sebagai tiang agama. Melaksanakan sholat merupakan cara untuk memperkuat iman dan bukti kecintaan kita terhadap agama yang kita yakini. b. Melaksanakan puasa ramadhan, puasa sunnah untuk melaksanakan ibadah agama islam dan menyempurnakan keimanan c. Menuaikan zakat untuk melaksanakan rukun iman, menuaikan zakat untuk membersihkan hartanya dan dirinya, untuk berbagi kepada sesama yang lebih membutuhkan d. Mengikuti pengajian untuk berinteraksi dengan Tuhan, memohon kepada Tuhan, berdoa kepada Tuhan apa yang diinginkan agar tercapai. Mengikuti pengajian tak hanya berkaitan dengan nilai karakter terhadap Tuhan namun dapat menjalin silaturahmi dengan sesama e. Melakukan iktikaf di masjid dapat menyempurnakan keimanan, umat islam dapat melakukan iktikaf di masjid dengan membaca doa-doa daripada menghabiskan waktu untuk bersenang-senang yang sifatnya kebahagiaan sesaat alias duniawi saja



2.



Nilai Karakter dalam Hubungannya dengan Diri Sendiri



a. Menjaga kesehatan dengan berolahraga dan makan yang teratur karena dengan melakukan olahraga ringan setiap hari tubuh akan terasa sehat, makan yang teratur membuat stamina tetap terjaga, sebagai bukti bahwa kita mencintai diri sendiri dengan menjaga kondisi tubuh agar tidak mudah terserang penyakit b. Menjaga kebersihan diri dengan mandi maka tubuh akan terhindar dari kuman-kuman yang bisa menyebabkan sakit. Mandi yang teratur membuat tubuh merasa segar dan terlihat semangat, mandi setiap hari dan menjaga kebersihan diri sebagai bukti kita mencintai keindahan dan kesehatan tubuh yang dimiliki. c. Belajar dengan tekun dan rajin demi kesuksesan di masa depan sebagai bahwa kita memimikirkan nasib kita di masa depan, menginginkan diri kita kelak dapat diterima dengan baik di masyarakat karena memiliki pengetahuan yang luas. Dengan belajar merupakan langkah yang baik untuk menghindarkan diri dari perbuatan atau aktifitas bermain yang tidak penting d. Tidak malu untuk berbicara di depan umum, percaya diri, berani mengahadapi kegagalan, tidak mudah putus asa merupakan nilai karakter yang berkaitan dengan diri sendiri. Hal ini dikarenakan demi kemajuan pribadi seseoran agar seseorang tidak mudah putus aja jika mengalami kegagalan, agar tidak jadi orang pendiam dan malu bertanya karena dapat merugikan diri sendiri e. Melaksanakan kewajiban yang dikerjakan dengan sebaik mungkin, dengan rasa tanggung jawab, konsistenn dan maksimal merupakan upaya untuk menumbuhkan nilai karakter dalam diri



3.



Nilai karakter dalam Hubungannya dengan Sesama



a. Toleransi antarumat beragama dengan cara mengharagi perbedaan orang lain. Misalnya perbedaan keyakinan dengan menghargai jika ada orang nasrani yang akan beribadah ke gereja kita memberikan izin dan menghormati meskipun agama kita islam b. Menghargai hak orang lain dalam berpendapat merupakan bukti diri kita dapat berinteraksi dengan baik, dapat menghargai argumen orang lain menandakan kita egois c. Berbelasungkawa atau bersimpati jika teman mengalami musibah dengan bersikap ringan tangan untuk meringankan beban atas musibah yang dialami oleh teman d. Menghargai karya dan kerja keras orang lain dengan cara memberikan pujian kepada teman kita atas hasil karyanya untuk meningkatkan semangat teman untuk dapat lebih berkarya dan berkreasi lagi e. Menghormati orang yang lebih tua menunjukkan kita menghargai orang yang lebih tua dan mampu bersikap sopan dengan memberikan salam saat bertemu di jalan, membungkukkan badan saat lewat di depan orang yang lebih tua, menggunakan bahasa yang sopan misalnya bahasa krama



4.



Nilai Karakter dalam Hubungannya dengan Lingkungan



a. Menjaga kebersihan lingkungan sekitar dengan cara tidak membuang sampah semabarangan di sungai, di jalanan, melainkan di tempat sampah yang sudah disediakan b. Menjaga kelestarian alam dengan menjaga ekosistem, tidak menebang pohon sembarangan tetapi dengan tebang pilih, menanam pohon untuk penghijauan untuk mencegah globalisasi c. Menjaga habitat makhluk hidup dan tidak merusaknya misalnya ketika kita akan membuka lahan dengan membakar hutan maka harus dipikirkan dengan matang dampak buruk dan baiknya jangan sampai habibtat hewan kehilangan tempat tinggalnya karena hutannya kita bakar untuk ladang tetapi harus dievakuasi untuk dikonservasi ke tempat lain. Tidak boleh asal buka ladang dengan membakar hutan d. Mengadakan kerja bakti bersih lingkungan rutin dan ikut kerja bakti membersihkan lingkungan menunjukkan kita peduli pada kondisi lingkungan dan mampu menjalin silaturahmi yang baik dengan masyarakat sekitar e. Menggunakan produk ramah lingkungan sehingga mempercepat daur ulang limbah. Misalnya dengan menggunakan produk daur ulang



5.



Nilai Kebangsaan



a. Mengikuti upacara bendera di sekolah atau di instansi tempat kita berada (bersekolah atau bekerja) yang melaksanakan upacara setiap hari senin dan hari-hari besar nasional b. Menghapalkan lagu nasional dan wajib serta mememahami dan melaksanakan dasar negara dengan baik yaitu pancasila c. Ikut merayakan hari besar nasional misalnya ikut karnaval atau kirab budaya, parade juang, lombalomba kebangsaan, tabur bunga di taman makam pahlawan, dll d. Tidak berpikiran chauvinisme artinya menganggap remeh negara lain menyadari bahwa setiap negara memiliki potensinya masing-masing dan harus menghargainya e. Menjaga nama baik negara dengan berprestasi di kancah internasional baik dalam hal prestasi akademik maupun non akademik



Strategi pengembangan pendidikan karakter – Sobat matra pendidikan tidak akan heran lagi jika di media cetak, elektronik dan jaringan, banyak orang membahas tentang topik ini. Pendidikan karakter. Ya, pada umumnya orang sepakat bahwa pengembangan pendidikan karakter dimulai di lingkungan keluarga.



Alasannya cukup logis, anak mulai dibesarkan di lingkungan keluarga bersama orangtua, saudara dan anggota keluarga lainnya. Setelah di lingkungan keluarga, anak mulai bersosialisasi memasuki lingkungan lain.



Lingkungan lain maksudnya adalah lingkungan sekolah dan masyarakat. Dua lingkungan ini tak kalah besar pengaruhnya terhadap pengembangan karakter seorang anak.



strategi,pengembangan,karakter



Keluhan melorotnya moral anak bangsa akhir-akhir ini merupakan jawaban akan berhasil tidaknya pengembangan pendidikan karakter di lingkungan rumah tangga, pendidikan dan lingkungan masyarakat.



Kenakalan remaja dan orangtua serta kasus korupsi yang semakin meruyak akhir-akhir ini adalah bukti nyata dari kegagalan pengembangan pendidikan karakter.



Bolos belajar, ini sifat tidak baik. Bisa merugikan diri sendiri. Hal ini sudah diketahui sendiri oleh siswa. Begitu pula perkelahian dan tawuran, juga tidak baik serta merugikan diri sendiri. Orangtua sering berprilaku aneh, padahal ia tahu itu tidak bagus dipandang oleh anak-anaknya.



Korupsi itu haram hukumnya, korupsi itu merusak sendi-sendi ekonomi bangsa. Pelakunya pasti tahu akan hal itu semasa masih dalam bimbingan orangtua, semasa sekolah dan sampai ia menjadi pejabat. Prilaku-prilaku ini jelas bukanlah karakter yang baik. Tapi mengapa dilakukan juga secara sadar atau tidak?



Pengembangan karakter anak Pengembangan karakter anak sejak dini tidak dapat ditawar-tawar lagi. Hal ini sudah harus dimulai dari lingkungan keluarga. Di lingkungan keluarga, strateginya tidak mempan lagi melalui doktrin-doktrin dan falsafah-falsafah semata. Contoh dan suri tauladan dari kedua orangtua tua dinilai lebih mumpuni.



Begitu pula di lingkungan sekolah, pendidikan karakter diintegrasikan ke dalam muatan kurikulum dalam bentuk pengajaran, juga tidak akan efektif dan efisien. Justru strategi yang perlu dikembangkan adalah implementasi materi pelajaran dengan nilai-nilai karakter dalam bentuk kebiasaan dan tradisi baik di sekolah.



Hal tak kalah penting adalah kepedulian lingkungan masyarakat sekitar anak berada. Sebagai masyarakat di sekitar anak berkewajiban memberikan contoh dan teladan, memberikan nasehat dan teguran terhadap anak yang menunjukkan perilaku menyimpang.



Masyarakat perlu menyadari juga kalau anak usia sekolah hari ini adalah pemimpin untuk masa sekian belas atau puluh tahun yang akan datang. Jika masyarakat di sekitar anak membiarkan perilaku menyimpang, niscaya pada masa mendatang akan lebih parah dari hari ini.



Baca juga: Pentingnya Pendidikan Karakter di Sekolah



Jadi, semuanya kembali pada kita hari ini sebagai orangtua, guru, tokoh masyarakat dan pemimpin. Quo vadis anak bangsa hari ini?



Pentingnya Membangun Lingkungan Berkarakter



Posted by Timothy | Pentingnya Membangun Lingkungan Berkarakter



Kita harus berperilaku dengan cara yang memungkinkan kita berkata kepada semua orang, “Berperilakulah seperti aku”



Banyak sekali yang bertanya “Apa kunci sukses pendidikan karakter?” Nah, Kali ini kita akan membahas tentang kunci tersebut, kita akan bahas pentingnya sebuah lingkungan yang berkarakter bagi keberhasilan pendidikan karakter.



Setujukah anda, bahwa untuk mencapai pendidikan karakter yang bermutu dan maksimal, dimulai dengan membangun sebuah lingkungan yang berkarakter? Baiklah, sebelum kita ulas, ada sebuah pepatah kuno mengatakan “Apabila kita berteman dengan penjual minyak wangi, maka kita akan ikut wangi. Sedangkan berteman dengan penjual ikan, maka kita akan ikut amis.”



Marilah kita renungkan sejenak. Sebenarnya ungkapan tersebut sangat sesuai menggambarkan peran lingkungan dalam kehidupan kita. Lingkungan sangat menentukan proses pembentukan karakter diri seseorang.



Lingkungan yang positif bisa membentuk kita menjadi pribadi berkarakter positif, sebaliknya lingkungan yang negatif dan tidak sehat bisa membentuk pribadi yang negatif pula. Lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalam membangun karakter-karakter individu yang ada di dalamnya.



Seorang anak kecil yang terbiasa berkata kotor, tentu saja ia meniru dari sekitarnya. Anda tidak perlu jauh-jauh mencari penyebab anak tersebut suka berkata kotor. Tentu saja itu adalah hasil meniru dari lingkungannya. Untuk mengatasinya, lebih baik anda mengatasi dari sumber masalahnya.



Untuk menanggulangi penyakit, janganlah anda menunggu salah satu anggota keluarga anda sakit lantas mengobatinya. Bukankah lebih baik anda mulai mengatur pola hidup sehat, sehingga penyakit tidak akan menyerang dan menjangkiti anda. Inilah yang dimaksud dengan mengatasi persoalan dari sumbernya. Lalu, apakah sumber masalah anak kita berkata kotor? Anda pasti akan memerintah anak anda untuk berhenti berkata kotor, lalu kalau anak anda kembali mengulang dan tidak patuh dengan perintah anda, anda akan memukulnya. Namun, anak anda justru semakin menjadi-jadi karena ia merasa tidak diberi hak untuk mengatur dirinya sendiri. Anda tidak akan mudah meminta si anak yang terbiasa berkata kotor itu untuk berhenti berkata, sementara orang lain juga melakukan yang sama. Untuk itu, titik pemecahannya adalah dengan menciptakan lingkungan yang sehat bagi anak-anak dan individu yang tinggal di dalamnya.



Lingkungan yang berkarakter sangatlah penting bagi perkembangan individu. Lingkungan yang berkarakter adalah lingkungan yang mendukung terciptanya perwujudan nilai-nilai karakter dalam kehidupan, seperti karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya. Kemandirian dan tanggung jawab, kejujuran / amanah, diplomatis, hormat dan santun, dermawan, suka tolong-menolong, gotong royong / kerjasama dan lain-lain. Karakter tersebut tidak hanya pada tahap pengenalan dan pemahaman saja, namun menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.



Barangkali dalam benak anda terbayang betapa susahnya membentuk lingkungan yang berkarakter. Semua itu harus dimulai dari diri sendiri yang selanjutnya diteruskan dalam lingkungan keluarga. Diri sendiri harus dibenahi terlebih dahulu sebelum membenahi orang lain.



Biasakan membangun pola pikir positif, melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik, membangun karakter diri yang pantang menyerah dan seterusnya. Dalam kehidupan sehari-hari dalam keluarga kita biasakan menerapkan nilai-nilai tersebut.



Misalnya, terbiasa jujur dan terbuka pada anak, memberi kesempatan anak berpendapat dalam memutuskan bahan dekorasi rumah, mengajak anak berunding tentang tempat les sekolah, dan mengajak anak untuk ikut berbagi peran dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Hal itu bagian dari proses membangun karakter anak. Salinglah tolong-menolong sesama anggota keluarga. Biasakan anak mengeksplor dirinya. Memberi kesempatan pada anak untuk mengambil keputusan untuk dirinya. Itu merupakan proses demokrasi dalam keluarga.



Kebiaasaan-kebiasaan positif semacam itu pada akhirnya akan diteruskan oleh si anak pada lingkungan sosial yang lebih besar, yakni di sekolah dan masyarakat. Keluarga adalah institusi pertama tempat anak membangun karakternya. Kita sebagai orangtua hendaknya menerapkan pola asuh dan pendidikan yang sehat dan baik dalam keluarga. Dengan begitu, anak-anak kita yang telah tertanam kepribadiannya akan menjadi pribadi yang menyebarkan karakter positif pada lingkungan. Di sekolah, pendidikan karakter juga hendaknya diwujudkan dalam setiap proses pembelajaran, seperti pada metode pembelajaran, muatan kurikulum, penilaian dan lain-lain.



Pernahkah anda memberi kesempatan pada anak anda meluangkan waktu untuk bermain? Atau mendorong anak anda untuk menekuni bakat dan minat yang dimilikinya. Sebenarnya kesempatan bergaul dengan sebaya merupakan proses pengembangan karakter anak. Dengan bergaul, anak akan belajar memahami dirinya dan orang lain. Dengan demikian ia akan belajar bagaimana membangun hubungan dengan orang dan lingkungannya. Di lingkungan sekolah sebenarnya anak didik memiliki wadah untuk mengembangkan diri dan membangun karakter diri melalui kegiatan ekstrakulikuler. Pendidikan ekstrakulikuler merupakan media untuk membangun rasa tanggung jawab, kemampuan bersosialisasi dan interaksi, toleransi, bekerjasama dan lain-lain. Namun, seiring dengan tuntutan sekolah dengan berbagai mata pelajaran dan pelatihan untuk Ujian Nasional telah menyita waktu untuk mengembangkan diri mereka. Apakah anda termasuk orangtua yang hanya mendorong anak untuk terus belajar dan mengabaikan minat dan hobi yang dimilikinya? Jika iya, cepat-cepatlah merubah cara pandang anda dan beri kesempatan anak untuk membagi waktu belajar dan bermain.



Kenyataan bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya ditentukan oleh prestasi sekolah hendaknya kita sadari. Benar adanya bahwa kemampuan menjalin hubungan dan kecerdasan emosional sebagian besar menentukan proses pengembangan diri dan meraih keberhasilan.



Jika memang demikian, marilah kita ciptakan lingkungan yang berkarakter. Sehingga, putra-putri kita kelak akan menjadi generasi berkarakter yang tidak pantang menyerah ketika menghadapi tantangn dalam hidupnya. Dan mereka akan selalu optimis dalam meraih kesuksesan dengan bekal nilai-nilai yang telah tertanam dalam lingkungan yang berkarakter tersebut.



Semoga bermanfaat.



Membangun Karakter Peduli Lingkungan di Sekolah (Upaya Penyelamatan Lingkungan Hidup) raposJanuary 17th, 2014, 3:20 am1 comment



18535 views



★★★★★



Oleh: Andriana Marsianti



Ketua MGMP IPA Sungailiat



hutan Musim hujan yang terjadi pada akhir tahun 2013 sampai dengan awal 2014 ini, telah mengakibatkan banjir melanda beberapa wilayah di Bangka. Banjir yang melanda ini mengakibatkan ratusan rumah terendam, adanya korban yang hanyut terbawa arus banjir, hingga merusak lahan pertanian dan memutuskan transportasi antar wilayah.



Banjir yang terjadi di Kabupaten Bangka memang disebabkan faktor alam yang tidak lagi bersahabat, ditambah faktor manusia yang menyebabkan kerusakan alam. Faktor alam yang dapat menyebabkan terjadinya banjir antara lain: 1) Turunnya hujan dalam jangka waktu yang panjang atau besarnya curah hujan selama berhari-hari; 2) Erosi tanah menyisakan batuan yang menyebabkan air hujan mengalir deras di atas permukaan tanah tanpa terjadi resapan. Sedangkan faktor kerusakan alam oleh tangan manusia yang berdampak menimbulkan banjir antara lain: 1) Buruknya penanganan sampah yang menyumbat saluran-saluran air sehingga tubuh air meluap dan membanjiri daerah sekitarnya; 2) Pembangunan tempat pemukiman yang menyebabkan hilangnya daya resap air hujan; 3) Berkurangnya luas hutan, sehingga menurunkan daya resap air, dan 4) Maraknya aktifitas pertambangan di wilayah Bangka, yang meninggalkan sejumlah lubang menganga tanpa direklamasi. Bila kedua faktor penyebab banjir ini berada dalam satu waktu maka musibah banjir tak terelakkan lagi.



Banjir menyebabkan dampak. Diantaranya tersebarnya berbagai penyakit oleh karena penggunaan air oleh masyarakat, baik air minum maupun air sumur yang telah tercemar banjir. Air banjir membawa banyak bakteri, virus, parasit dan bibit penyakit lainnya, termasuk juga unsur-unsur kimia berbahaya. Umumnya penyakit yang sering terjadi adalah diare dan penyakit yang disebarkan oleh nyamuk/serangga, seperti demam berdarah, malaria. Selain menimbulkan penyakit, banjir menyebabkan kerusakan infrastruktur jalan, jembatan, dan perumahan.



Manusia dan lingkungan memiliki hubungan yang tidak dapat terpisahkan. Manusia sangat bergantung pada lingkungan yang memberikan sumberdaya alam untuk tetap bertahan hidup. Adanya keterbatasan daya dukung (carrying capacity) lingkungan, menyebabkan manusia harus memperhatikan kelestarian lingkungan agar fungsi-fungsi lingkungan dapat berjalan sehingga dapat mendukung penghidupan berkelanjutan. Untuk membentuk manusia yang sadar akan pentingnya lingkungan bagi kehidupan maka perlu usaha yang dapat membina, mengarahkan dan menjadikan seseorang mempunyai jiwa mencintai lingkungan hidup.



Sekolah merupakan salah satu ujung tombak untuk mencapai fungsi membentuk manusia yang peduli lingkungan. Berkenaan dengan fungsi ini, dirasakan tepat sekali dilakukan oleh sekolah karena pada akhir Desember 2013 ini juga, empat sekolah di Kabupaten Bangka berhasil meraih predikat sekolah adiwiyata nasional. Sekolah adiwiyata bertujuan menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah, sehingga di kemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggung jawab dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan.



Berangkat dari permasalahan lingkungan yang terjadi dan sekolah adalah wadah yang tepat untuk membangun karakter peduli lingkungan dalam diri peserta didik maka sekolah harus mampu memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik dan memberikan motivasi yang positif, dalam diri peserta didik agar kelestarian lingkungan hidup tetap berkelanjutan.



Hakikat Pendidikan Karakter



Pendidikan karakter adalah pendidikan yang menekankan akan pentingnya pelaksanaan karakter yang baik di lingkungan sekolah, rumah, dan masyarakat. Akar kata karakter dapat dilacak dari kata Latin



kharakter, kharassein, dan kharax yang maknanya “tools for marking”, “to engrave”, dan “pointed stake”. Kata ini mulai banyak digunakan (kembali) dalam bahasa Perancis caractere pada abad ke-14 dan kemudian masuk dalam bahasa Inggris menjadi character, sebelum akhirnya menjadi bahasa Indonesia karakter. Dalam Kamus Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang daripada yang lain. Dengan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa membangun karakter (character building) adalah proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga `berbentuk’ unik, menarik, dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang lain. Ibarat sebuah huruf dalam alfabet yang tak pernah sama antara satu dengan lainnya. Demikianlah orang-orang yang berkarakter dapat dibedakan satu dengan yang lainnya (termasuk dengan yang tidak/belum berkarakter atau `berkarakter’ tercela).



Menurut Idup Suhady dan A.M Sinaga (2001:59) character building adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan untuk membina, memperbaiki, dan atau usaha membentuk tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak (budi pekerti), insan manusia (masyarakat) sehingga menunjukkan perangai dan tingkah laku yang baik berlandaskan nilai-nilai Pancasila.



Karakter peduli lingkungan yaitu suatu sikap yang dimiliki seseorang untuk memperbaiki dan mengelola lingkungan secara benar dan bermanfaat sehingga dapat dinikmati secara terus menerus tanpa merusak keadaannya, turut menjaga dan melestarikan sehingga ada manfaat yang berkesinambungan. Warga sekolah peduli lingkungan adalah masyarakat sekolah yang berusaha meningkatkan kualitas lingkungan hidup, meningkatkan kesadaran dan inisiatif untuk memerangi kerusakan lingkungan.



Tujuan pendidikan karakter peduli lingkungan adalah: 1) Mendorong kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan pengelolaan lingkungan yang benar; 2) Meningkatkan kemampuan untuk menghindari sifat-sifat yang dapat merusak lingkungan; 3) Memupuk kepekaan peserta didik terhadap kondisi lingkungan sehingga dapat menghindari sifat-sifat yang dapat merusak lingkungan; 4) Menanam jiwa peduli dan bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan.



Dari penjelasan tujuan pendidikan karakter peduli lingkungan di atas, maka sangat jelas bahwa karakter itu sampai kapanpun diperlukan dalam rangka menopang keberlanjutan lingkungan hidup.



Aplikasi Pendidikan Karakter



Dalam upaya menyelamatkan lingkungan hidup, aplikasi pendidikan karakter yang dapat diterapkan yakni; 1) Membangun karakter peduli lingkungan melalui keteladanan. Membangun karakter peduli lingkungan dalam diri seseorang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Keteladanan merupakan salah satu imbauan untuk digunakan dalam pengelolaan lingkungan sehingga terasa dampak yang muncul sangat dahsyat. Dalam dunia pendidikan sinergi antara rumah dan sekolah sangat membantu untuk membangun kepedulian lingkungan. Orang tua menjadi tempat pendidikan awal sebelum anakanak mendapatkan pendidikan di tempat lain. Orang tua harus menanamkan kebiasaan peduli lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.



Di sekolah peran guru amat penting dan prilaku kepedulian guru terhadap lingkungan akan menjadi ukuran keteladanan peserta didiknya. Kegiatan peduli lingkungan yang dapat dicontohkan oleh guru dan orang tua misalnya: 1) Cara membuang sampah yang baik, dan cara memisahkannya; 2) Cara menyiram tanaman dengan hemat air; 3) Cara penggunaan plastik kiloan, dan 4) Menanam pohon atau tanaman di sekitar rumah atau sekolah. Keberhasilan seorang guru menjadi teladan didasarkan pada upaya-upaya untuk menjadikan kebiasaan-kebiasaan positif yang dilakukan guru sebagai usaha menjaga kelestarian lingkungan.



2) Membangun karakter peduli lingkungan melalui pembiasaan. Berbagai program di sekolah bisa dijadikan program untuk membangun karakter peserta didik peduli lingkungan. Karena itu langkahlangkah pembentukan karakter bisa dilakukan semua warga sekolah dan menjadi pembiasaan.



Pembiasaan yang dapat dilakukan adalah: a) Masukkan konsep karakter peduli lingkungan pada setiap kegiatan pembelajaran dengan cara: (a) Menanamkan nilai kebaikan/manfaat bagi kehidupan apabila lingkungan hidup tetap terjaga kelestariannya. Sebagai contoh fungsi pohon adalah untuk menahan laju air. Hutan mampu membuat lebih banyak air yang terserap ke dalam tanah 60-80 persen. Dengan kemampuan ini, keberadaan pohon dapat meningkatkan cadangan air tanah.



Selain dapat menahan laju air, akar pohon berfungsi erosi tanah. Tanah yang terkikis akan masuk ke aliran sungai dan menyebabkan terjadinya endapan. Dengan memasukan konsep fungsi pohon diharapkan peserta didik memiliki kesadaran bahwa pohon memiliki nilai penting bagi lingkungan; (b) Menggunakan cara yang membuat peserta didik memiliki alasan atau keinginan untuk berbuat baik bagi lingkungan hidup; (c) Mengembangkan sikap mencintai lingkungan hidup; dan (e) Melaksanakan kegiatan-kegiatan melestarikan lingkungan hidup.



b) Membuat slogan yang mampu menumbuhkan kebiasaan baik dalam mengelola lingkungan hidup dalam segala tingkah laku masyarakat sekolah. Beberapa slogan untuk membangun kepedulian lingkungan misalnya kebiasaan memilah sampah, menjaga kebersihan, mendaur ulang sampah, dan menghemat kertas air, dan listrik. c) Pemantauan secara kontinyu merupakan wujud dari pelaksanaan pembangunan karakter. Beberapa hal yang selalu dipantau antara lain: kedisiplinan membuang sampah sesuai dengan tempatnya, kebiasaan merawat tanaman yang ada di taman sekolah, dan kebiasaan menghemat kertas dan listrik, dan kebiasaan lainnya.



Efektivitas Implementasi



Sebuah kata bijak menyatakan bahwa menabur kebiasaan akan menuai karakter. Indahnya kehidupan yang diwarnai dengan bentuk pribadi yang peduli lingkungan tak lepas dari kebiasaan yang dibangun. Beberapa landasan yang harus dimiliki sekolah yakni landasan visi, misi, dan tujuan sekolah dalam pengelolaan lingkungan. Landasan kedua adalah komitmen, motivasi, dan kebersamaan dan landasan ketiga adalah kontrol, evaluasi dan perbaikan berkelanjutan.



Membangun karakter peduli lingkungan di sekolah memerlukan tiga pilar. Pilar yang dipakai untuk mewujudkan sekolah berkarakter peduli lingkungan meliputi tiga hal. Pertama, membangun watak, kepribadian dan moral. Kedua, membangun kecerdasan majemuk. Ketiga, kebermaknaan pembelajaran. Agar ketiga pilar itu tetap pada landasan yang kokoh, maka diperlukan kontrol agar segala upaya sesuai dengan skenario yang ada.



Dari seluruh kajian itu menyimpulkan bahwa kebutuhan pengelolaan lingkungan pada pendidikan karakter peduli lingkungan sebagai pondasi kelestarian dan kebermanfaatan lingkungan hidup bagi manusia serta usaha meminimalisasi musibah karena pengelolaan lingkungan yang salah, menjadi kebutuhan yang mendesak untuk dilakukan. Karena itulah sangat diperlukan apresiasi mendalam sehingga berakumulasi pada munculnya pribadi-pribadi generasi mendatang yang memiliki tanggung jawab moral dalam pengelolaan lingkungan hidup yang lebih baik.



Keteladanan dan pembiasaan merupakan upaya untuk menumbuhkan dan mengembangkan karakter peduli lingkungan di sekolah dan harus menjadi pijakan menuju pengelolaan lingkungan hidup yang lebih baik. Keteladanan dan pembiasaan harus tercermin dalam program-program yang dicanangkan sekolah dan akan terlihat perwujudannya dalam sikap dan kepedulian berprilaku sehari-



hari, baik di sekolah maupun di rumah. Jika ada sinergi antara sekolah dan rumah dalam membangun kepedulian terhadap lingkungan, maka anak-anak akan mampu menjadi agen perubahan lingkungan yang berkualitas di masa datang.



Dari kesimpulan tersebut, pembentukan karakter peduli lingkungan melalui keteladanan dan pembiasaan sebagai pondasi mencapai lingkungan hidup yang berkualitas tentu masih perlu dikritisi dan dievaluasi sehingga dari tahun ke tahun perkembangan pendidikkan karakter khususnya karakter peduli lingkungan di sekolah semakin efektif. Anak-anak bangsa akan semakin optimis untuk menyelamatkan lingkungan hidup dengan kesiapan mental yang jauh lebih baik dari masa-masa sebelumnya. (***) https://afidburhanuddin.wordpress.com/2015/01/17/tahapan-pembentukan-karakter/



Proses Pembentukan Karakter



Dewasa ini masyarakat Indonesia sudah banyak yang sikapnya menyimpang dari nila-nilai, moral, budaya dan agama. Bahkan mayoritas pelakunya adalah anak remaja yang masih duduk di bangku sekolah yang seharusnya mereka bisa menempatkan pendidikan kepribadian yang mereka peroleh untuk hal-hal yang baik dan menerapkan sebagaimana mestinya. Pendidikan di Indonesia masih dapat dikatakan tertinggal dibandingkan pendidikan di negara-negara maju. Oleh karena itu sikap, tanggung jawab, ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi yang dimiliki juga masih tertinggal jauh. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia melupakan pendidikan karakter bangsa. Padahal, pendidikan karakter merupakan suatu pondasi bangsa yang sangat penting dan perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak. Anak-anak merupakan generasi penerus bangsa yang apabila dididik dengan cara yang bijaksana akan menghasilkan produk anak bangsa yang berkarakter dan berjiwa besar.



Untuk membentuk karakter anak yang baik, di sekolah telah diajarkan pendidikan kepribadian yang tujuannya untuk mewujudkan perilaku yang mengedepankan keimanan dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan Kepribadian juga dapat diartikan sebagai Pendidikan Karakter yang akan membentuk karakter baik pada diri anak. Landasan untuk membentuk karakter baik tersebut tentu datang dari keyakinan yang dimiliki anak didik itu sendiri. Pendidikan Agama yang diajarkan oleh orang tua dan guru di sekolah merupakan pedoman anak untuk membentuk karakter pribadinya. Sedangkan yang menjadi masalah saat ini adalah pemerintah Indonesia sedang kesulitan untuk menerapkan sistem pendidikan karakter guna mendidik anak dan para generasi penerus bangsa menjadi manusia yang berkarakter dan bermartabat.



Hakikat Pendidikan Karakter



Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata didik, dengan diberi awalan “pe” dan akhiran “an” yang berarti “proses pengubahan sikap dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.” Sedangkan arti mendidik itu sendiri adalah memelihara dan memberi latihan (ajaran) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani paedagogie yang berarti “pendidikan” dan paedagogia yang berarti pergaulan dengan anak-anak. Sedangkan orang yang tugasnya membimbing atau mendidik dalam pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri disebut paedagogos.



Berpijak dari istilah di atas, pendidikan bisa diartikan sebagai usaha yag dilakukan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk membimbing/memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan. Atau dengan kata lain pendidikan ialah bimbingan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhannya baik jasmani maupun rohani agar berguna bagi diri sendiri dan masyarakatnya



Sedangkan pendidikan menurut John Dewey dalam Muslich (2011) adalah proses pembentukan kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia. Tujuan pendidikan dalam hal ini agar generasi muda sebagai penerus generasi tua dapat menghayati, memahami, mengamalkan nilai-nilai atau norma-norma tersebut dengan cara mewariskan segala pengalaman, pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang melatarbelakangi nilai-nilai dan normanorma hidup dan kehidupan.



Dalam kamus Bahasa Indonesia (2008) disebutkan, bahwa karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak/budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. Kata karakter berasal dari Yunani, charassein, yang berarti to engrave atau mengukir di atas batu permata atau permukaan besi yang keras. Karakter kemudian diartikan”…an individuals pattern of behavior…his moral constitution …”( Bohlin, 2001). Sedangkan di dalam Kebijakan Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025 (2010) disebutkan, bahwa karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas, baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa & bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang.



Menurut Simon Philips dalam buku Refleksi Karakter Bangsa (2008:235), karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, siakp, dan perilaku yang ditampilkan. Sementara itu, Koesoema A (2007:80) dalam Muslich (2011:70) menyatakan bahwa karakter sama



dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai “ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil dan juga bawaan seseorang sejak lahir.” Prof. Suyanto, Ph.D menyatakan bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Imam Ghozali menganggap bahwa karakter lebih dekat dengan akhlak, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi. Dengan demikian karakter bangsa sebagai kondisi watak yang merupakan identitas bangsa.



Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakter itu berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi ‘positif’, bukan netral. Jadi orang berkarakter adalah orang yang mempunyai kualitas moral (tertentu) positif. Dengan demikian pendidikan adalah membangun karakter, yang secara implisit mengandung arti membangun sifat atau pola perilaku yang didasari atau berkaitan dengan dimensi moral yang positif atau yang baik, bukan yang negatif atau yang buruk. Sehingga kesimpulan yang dapat diambil mengenai karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang menjadi kepribadian khusus sebagai pendorong dan penggerak serta membedakannya dengan yang lain. Dalam upaya membentuk karakter anak, harus disesuaikan dengan dunia anak tersebut, maksudnya adalah harus selaras atau seimbang dengan tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan anak.



Tujuan Pendidikan Karakter



Berdasarkan Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa tujuan Pendidikan Kepribadian mengarahkan perhatian pada moral yang diharapkan terwujud dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang memancarkan iman dan takwa terhadap Tuhan YME dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai golongan agama, kebudayaan dan beraneka ragam kepentingan, perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan perorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran, diarahkan pada perilaku yang mendukung upaya mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tujuan pendidikan diartikan sebagai seperangkat tindakan intelektual penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dapat dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang profesi tertentu. Pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila. Hal ini sekaligus menjadi upaya untuk mendukung perwujudan cita-cita sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945.



Menurut Kabul Budiyono (2007) Pendidikan Kepribadian atau Pendidikan Karakater bertujuan untuk menghasilkan peserta didik dengan sikap dan perilaku, yaitu:



Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berperi- kemanusiaan yang adil dan beradap. Mendukung persatuan bangsa. Mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan individu dan golongan. Mendukung upaya untuk mewujudkan suatu keadilan sosial dalam masyarakat. Melalui Pendidikan Kepribadian, warga Negara Republik Indonesia diharapkan mampu memahami, menganalisis dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat bangsanya secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita dan tujuan nasional dalam Pembukaan UUD 1945.



Pengertian Pembentukan Karakter



Karakter merupakan akar kata dari bahasa latin yang berarti dipahat (Mark Rutland: 2009, 3). Kehidupan seperti balok besi, bila dipahat dengan penuh kehati- hatian akan menjadi sebuah karya besar yang mengagumkan. Sama halnya dengan karakter anak, apabila kita mengarahkan dan menbentuk karakter pada anak dengan penuh kehati-hatian dan dengan cara yang tepat maka akan dihasilkan karakter anak yang baik pula. Maka dari itu, karakter merupakan kualitas atas kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti seseorang yang menjadi kepribadian khusus sebagai pendorong dan penggerak serta membedakannya dengan yang lain.



Dalam upaya mendidik karakter anak, maka harus disesuaikan dengan dunia anak tersebut. Selain itu juga harus disesuaikan sengan pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut. Melalui pendidikan keluarga, sekolah, dan lingkungan sosial anak bisa mengetahui dan mengembangkan karakter yang ia miliki. Sehingga, dalam hal ini ketiga lingkungan tersebut haruslah menjadi lingkungan yang baik dan positif, terutama lingkungan keluarga. Keluarga merupakan dunia pertama yang akan ditemui dan di alami anak. Maka dari itu, orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter anak. Pendidikan Agama merupakan pendidikan terpenting yang harus diajarkan dan ditanamkan kepada anak sejak dini. Karena agama sebagai unsur esensi dalam kepribadian manusia dapat memberikan peranan positif dalam perjalanan kehidupan manusia, selain kebenarannya masih dapat diyakini secara mutlak. Pendidikan agama berperan sebagai pengendali dan pengontrol tingkah laku atau perbuatan yang terlahir dari sebuah keinginan yang berdasarkan emosi. Jika pendidikan agama



sudah terbiasa dijadikannya sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari dan sudah ditanamkannya sejak dini, maka tingkah lakunya akan lebih terkendali dan terkontrol.



Teori Pembentukan Karakter



Sebenarnya ada banyak teori tentang pembentukan karakter yang bisa dipelajari, salah satunya adalah teori kode warna manusia yang dicetuskan oleh Taylor Hartman yang membagi manusia berdasarkan motif dasarnya. Namun Stephen Covey melalui bukunya “Kebiasaan Manusia Yang Sangat Efektif” menyimpulkan bahwa sebenarnya ada tiga teori utama yang mendasarinya, yaitu :



Determinisme Genetis



Pada dasarnya, mengatakan bahwa kakek nenek andalah yang berbuat begitu kepada anda, itulah sebabnya anda memiliki tabiat seperti ini. Kakek nenek anda mudah marah dan itu ada pada DNA anda. Sifat ini diteruskan dari generasi ke generasi berikutnya dan anda mewarisinya.



Determinisme Psikis



Teori ini mengatakan bahwa, pada dasarnya orangtua andalah yang berbuat begitu kepada anda. Pengasuhan anda, pengalaman masa anak-anak anda pada dasarnya membentuk kecenderungan pribadi dan susunan karakter anda. Itulah sebabnya anda takut berdiri di depan banyak orang. Begitulah cara orangtua anda membesarkan anda. Anda merasa sangat bersalah jika anda membuat kesalahan karena anda ”ingat jauh di dalam hati tentang peduli dan naskah emosional anda ketika anda sangat rentan, lembek dan bergantung.



Determinisme Lingkungan



Pada dasarnya mengatakan bos anda berbuat begitu kepada anda atau pasangan anda atau anak remaja yang berandal itu atau situasi ekonomi anda atau kebijakan nasional. Seseorang atau sesuatu di lingkungan anda bertanggungjawab atas situasi anda.



Menurut teori perkembangan karakter Determinisme Genetis, jawaban atas pertanyaan, “Mengapa karakter saya seperti ini ?” adalah karena anda memang dilahirkan dengan gen seperti itu. Jika teori Determinisme Psikis yang menjadi jawaban atas kelebihan dan kekurangn kepribadian anda, maka salahkan orang tua anda yang kurang pandai mendidik ketika anda masih kecil. Demikian juga jika dalil Determinisme Lingkungan yang menjadi jawaban atas hidup anda yang serba kekurangan dan jauh dari cukup.



Proses Pembentukan Karakter



Pembentukan karakter diklasifikasikan dalam 5 tahapan yang berurutan dan sesuai usia, yaitu:



Tahap pertama adalah membentuk adab, antara usia 5 sampai 6 tahun. Tahapan ini meliputi jujur, mengenal antara yang benar dan yang salah, mengenal antara yang baik dan yang buruk serta mengenal mana yang diperintahkan, misalnya dalam agama. Tahap kedua adalah melatih tanggung jawab diri antara usia 7 sampai 8 tahun. Tahapan ini meliputi perintah menjalankan kewajiban shalat, melatih melakukan hal yang berkaitan dengan kebutuhan pribadi secara mandiri, serta dididik untuk selalu tertib dan disiplin sebagaimana yang telah tercermin dalam pelaksanaan shalat mereka. Tahap ketiga adalah membentuk sikap kepedulian antara usia 9sampai 10 tahun. Tahapan ini meliputi diajarkan untuk peduli terhadap orang lain terutama teman-teman sebaya, dididik untuk menghargai dan menghormati hak orang lain, mampu bekerjasama serta mau membantu orang lain. Tahap keempat adalah membentuk kemandirian, antara usia 11 sampai 12 tahun. Tahapan ini melatih anak untuk belajar menerima resiko sebagai bentuk konsekuensi bila tidak mematuhi perintah, dididik untuk membedakan yang baik dan yang buruk. Tahap kelima adalah membentuk sikap bermasyarakat, pada usia 13 tahun ke atas. Tahapan ini melatih kesiapan bergaul di masyarakat berbekal pada pengalaman sebelumnya. Bila mampu dilaksanakan dengan baik, maka pada usia yang selanjutnya hanya diperlukan penyempurnaan dan pengembangan secukupnya. (Miya Nur Andina dalam Chacha.blog: 2013):



Pendidikan yang diajarkan oleh guru di sekolah merupakan proses untuk membentuk karakter anak yang kurang baik menjadi yang lebih baik. Sehingga diusia sekolah anak harus selalu dikontrol dan diawasi dengan baik. Sehingga pendidikan yang ia peroleh tidak disalahgunakan dan bisa diterapkan serta diaplikasikan dengan baik dan benar. Unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikirankarena pikiran/i9, yang di dalamnya terdapat seluruh program yang terbentuk dari pengalaman



hidupnya (Rhonda Byrne, 2007:17). Program ini kemudian membentuk system kepercayaan yang akhirnya dapat membentuk pola berpikirnya yang bisa mempengaruhi perilakunya. Jika program yang tertanam tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran universal, maka perilakunya berjalan selaras dengan hukum alam. Hasilnya, perilaku tersebut membawa ketenangan dan kebahagiaan. Sebaliknya, jika program tersebut tidak sesuai dengan prinsip-prinsip hukum universal, maka perilkaunya membawa kerusakan dan menghasilkan penderitaan. Oleh karena itu, pikiran harus mendapatkan perhatian serius.



Menurut Muslich, (2011: 6) beberapa langkah yang dapat diambil pemerintah untuk membangun karakter bangsa, yaitu pertama menginternalisasikan pendidikan karakter pada instansi pendidikan semenjak tingkat dini atau kanak-kanak. Pendidikan karakter yang dilakukan di instansi pendidikan dapat dilakukan dengan selalu memberikan arahan mengenai konsep baik dan buruk sesuai dengan tahap perkembangan usia anak. Sebagai contoh, penerapan pendidikan karakter di instansi pendidikan dapat mengikuti pilot project SBB dan TK Karakter milik Indonesia Heritage Foundation.



Kedua, menanamkan sebuah koordinasi gerakan revitalisasi kebangsaan bersama generasi muda, yang diarahkan terutama pada penguatan ketahanan masyarakat dan bangsa terhadap upaya nihilisasi pihak luar terhadap nilai-nilai budaya positif bangsa Indonesia. Upaya ini memerlukan andil generasi muda sebagaai subjek program karena para generasi muda adalah penerus bangsa yang akan menetukan masa depan dan integritas bangsa Indonesia.



Ketiga, Meningkatkan daya saing bangsa dalam bentuk kemajuan IPTEK. Menurut Porter (dalam Rajasa, 2007 dalam Muslich, 2011), pemahaman daya saing sebagai salah satu keunggulan yang dimiliki suatu entitas dibandingkan dengan entitas lainnya, bukanlah baru muncul diera ke-21 sekarang ini. Peran daya saing dalam mewujudkan suatu entitas lebih unggul dibandingkan lainnya yang sebenarnya suatu keniscayaan semenjak masa lampau. Daya saing di sini tentunya harus dipahami dalam arti yang sangat luas. Peran teknologi informasi dan telekomunikasi menurut Porter, hanya sebatas mempercepat sekaligus memperbesar peran daya saing dalam menentukan keunggulan suatu entitas dibandingkan dengan entitas lainnya.



Keempat, menggunakan media massa sebagai penyalur upaya pembangunan karakter bangsa. Menurut Oetama, 2006 peran media ada tiga, yaitu sebagai penyampai informasi, edukasi dan hiburan. Peran strategis ini hendaknya dapat diberdayakan pemerintah bekerjasama dengan pemilik media dalam penayangan informasi yang positif dan mendukung terciptanya karakter bangsa yang kompetitif.



Untuk membentuk karakter pada anak memerlukan waktu dan proses yang tepat, agar anak mampu memahami dan mengimplementasikan dengan tepat juga. Untuk membentuk karakter seseorang juga melalui proses yang panjang. Segala sesuatu memang memerlukan proses dan tata cara yang tepat dan benar. Anak-anak bukanlah komputer yang apabila kita klik dan kita perintah langsung mengikuti apa yang kita perintahkan. Anak-anak ibarat masakan yang apabila kita memasak dan mengolahnya dengan baik dan benar serta kita bisa mengukur kematangannya, masakan itu akan menjadi makanan yang enak dan lezat. Proses pembentukan karakter pada anak bukanlah suatu proses sehari dua hari, namun bisa berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Misalnya, seorang anak asal Indonesia yang mempunyai karakter buruk tinggal di Malaysia menyusul orang tuanya selama tiga tahun dengan harapan apabila ia kembali pulang ke Indonesia karakternya berubah menjadi anak yang baik, tetapi ternyata setelah tiga tahun dan kembali ke Indonesia karakter buruknya belum berubah. Hal ini membuktikan bahwa untuk merubah atau membentuk karakter baik pada anak membutuhkan waktu yang tidak sebentar.



Pengenalan



Pengenalan merupakam tahap pertama dalam proses pembentukan karakter. Untuk seorang anak, dia mulai mengenal berbagai karakter yang baik melalui lingkungan keluarga, karena keluarga merupakan lingkungan pertama tempat anak belajar dan membentuk kepribadiannya sejak kecil. Apabila anggota keluarga memberi contoh yang baik, maka anak juga akan meniru perbuatan yang baik pula. Akan tetapi, apabila keluarga memberi contoh yang tidak baik maka anak juga akan meniru yang tidak baik pula. Misalnya, orang tua memberi contoh selalu disiplin dan tepat waktu dalam segala hal, maka secara tidak langsung si anak akan meniru dan melakukan hal yang sama seperti orang tuanya, selalu tepat waktu dan bersikap disiplin dalam segala hal. Akan tetapi apabila orang tua memberi contoh kepada anak untuk selalu menunda-nunda pekerjaan, maka anak juga akan selalu menunda-nunda apa yang akan ia kerjakan. Maka dari itu keluarga mempunyai peran penting dalam perkembangan kepribadian anak. Melalui tahap inilah seorang anak akan mengenal kebiasaan.



Pemahaman



Tahap pemahaman berlangsung setelah tahap pengenalan. Setelah anak mengenal dan melihat orang tuanya selalu disiplin dan tepat waktu, bangun pagi pukul lima, selalu sarapan setiap pagi, berangkat ke sekolah atau kerja tepat waktu, pulang sekolah atau kerja tepat waktu, dan shalat lima waktu sehari dengan waktu yang tepat dan sebagainya, maka anak akan mencoba berpikir dan bertanya, “Mengapa kita harus melakukan semuanya dengan baik dan tepat waktu?” Setelah anak bertanya mengenai kebiasaan orang tuanya, kemudian orang tuanya menjelaskan, “Apabila kita melakukan sesuatu dengan tepat waktu maka berarti kita menghargai waktu yang kita miliki, kita akan diberi kepercayaan oleh orang



lain, dapat diandalkan, dan tidak akan mengecewakan orang lain. Misalnya kalau ayah biasanya pulang kerja pukul empat dan ayah sebelumnya sudah berjanji setelah ayah pulang kerja kita akan diajak jalanjalan, tetapi pada saat itu ayah pulang kerja tidak seperti biasanya pukul empat melainkan pukul tujuh malam dan kita tidak jadi jalan-jalan bersama, perasaan adik bagaimana? Sedih dan kecewa kan! Maka dari itu kita tidak boleh menyia-nyiakan waktu.” Dengan penjelasan yang baik dan pelan-pelan maka si anak akan berpikir apabila dia pulang sekolah terlambat akan membuat orang tuanya khawatir dan panik, sehingga ia akan berusaha tidak menyia-nyiakan waktu. Dengan begitu pemahaman telah ia dapatkan melalui penjelasan orang tuanya.



Penerapan



Melalui pemahaman yang telah ia dapatkan dari orang tuanya maka si anak akan mencoba menerapkan dan mengimplementasikan hal-hal yang telah diajarkan oleh orang tuanya. Pada awalnya anak hanya sekedar melaksanakan dan meniru kebiasaan orang tuanya. Anak belum menyadari dan memahami bentuk karakter apa yang ia terapkan.



Pengulangan/Pembiasaan



Didasari oleh pemahaman dan penerapan yang secara bertahap ia lakukan, maka secara tidak langsung si anak akan terbiasa dengan kedisiplinan yang diajarkan oleh orang tuanya..Setelah setiap hari dia melakukan hal tersebut hal itu akan menjadi kebiasaan yang sudah biasa ia lakukan bahkan sampai besar nanti. Pembiasaan ini juga harus diimbangi dengan konsistensi kebiasaan orang tua. Apabila orang tua tidak konsisten dalam mengajarkan pembiasaan, maka anak juga akan melakukannya dengan setengahsetengah. Apabila anak sudah tebiasa, maka hal apapun jika tidak ia lakukan dengan tepat waktu maka dalam hatinya ia akan merasakan kegelisahan.



Pembudayaan



Apabila kebiasaan baik dilakukan berulang-ulang setiap hari maka hal ini akan membudaya menjadi karakter. Terminologi pembudayaan menunjukkan ikut sertanya lingkungan dalam melakukan hal yang sama. Kedisiplinan seakan sudah menjadi kesepakatan yang hidup di lingkungan masyarakat, apalagi di lingkungan sekolah. Ada orang yang senantiasa mengingatkan apabila seseorang telah melanggar peraturan. Sama halnya dengan masalah kedisiplinan di dalam keluarga, apabila salah satu anggota keluarga tidak disiplin sesuai peraturan yang ditetapkan, maka anggota keluarga lain mengingatkan dan



saling menegur. Tidak jauh berbeda di lingkungan sekolah, misalnya seorang siswa datang terlambat ketika guru sudah menerangkan pelajaran panjang lebar, kemudian siswa tersebut masuk kelas dengan keadaan gugup dan takut apabila dimarahi oleh gurunya, belum lagi disorakin oleh teman-temannya. Setelah itu gurunya mengingatkan dan memberi peringatan kepada siswa agar tidak datang terlambat lagi. Akhirnya dia akan berusaha agar ia tidak datang terlambat lagi.



Internalisasi



Tahap terakhir adalah internalisasi menjadi karakter. Sumber motivasi untuk melakukan respon adalah dari dalah hati nurani. Karakter ini akan semakin kuat apabila didukung oleh suatu ideology atau believe. Si anak percaya bahwa hal yang ia lakukan adalah baik. Apabila ia tidak disiplin maka ia akan menjadi anak yang tidak bisa menghargai waktu dan susah di komtrol.



Kesimpulan



Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan penjelasan di atas adalah :



Pendidikan adalah usaha yag dilakukan oleh orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk membimbing/memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan agar berguna bagi diri sendiri dan masyarakatnya Karakter berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi ‘positif’, bukan netral. Jadi orang berkarakter adalah orang yang mempunyai kualitas moral (tertentu) positif. Dengan demikian pendidikan adalah membangun karakter, yang secara implisit mengandung arti membangun sifat atau pola perilaku yang didasari atau berkaitan dengan dimensi moral yang positif atau yang baik, bukan yang negatif atau yang buruk. Tujuan dari pendidikan karakter adalah untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila. Hal ini sekaligus menjadi upaya untuk mendukung perwujudan cita-cita sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945.



Ada banyak teori tentang pembentukan karakter yang bisa dipelajari, salah satunya adalah teori kode warna manusia yang dicetuskan oleh Taylor Hartman yang membagi manusia berdasarkan motif dasarnya. Namun Stephen Covey menyimpulkan bahwa sebenarnya ada tiga teori utama yang mendasarinya, yaitu Determinisme Genetis, Psikis, dan Untuk membentuk karakter pada anak dibutuhkan suatu proses, tidak dengan cara yang instan. Proses tersebut yaitu, pengenalan, pemahaman, penerapan, pengulangan, pembudayaan, dan internalisasi menjadi karakter.



DAFTAR PUSTAKA



Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter “Menjawab Tantangan Krisis Jakarta: Bumi Aksara.



Budiyono, Kabul. 2007. Nilai-nilai Kepribadian dan Kejuangan Bangsa Indonesia. Alfabeta.



Multidimensional”.



Bandung:



Aat Syafaat dan Sohari Sahrani. 2008. Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan Remaja. Serang: Rajawali Pers.



Sain, Syahrial. 2001. Samudera Rahmat. (Jakarta: Karya Dunia Pikir).



Miya Nur Andina. Peran Pendidikan Agama Islam Sebagai Pembentukan Karakter Anak. (http://miyanurandinaperdanaputra.blogspot.com). Diunduh pada Senin,27 Oktober 2014 11.35.



Chacha. Pendidikan Agama Dalam Pembentukan Karakter (http://chacha.blogspot.com). Diunduh pada hari Senin, 27 Oktober 2014, 11:46.



3 Hal Mendasar Yang Akan Berpengaruh Terhadap Pembentukan Karakter Anak Asep Komarudin 3 Hal Mendasar Yang Akan Berpengaruh Terhadap Pembentukan Karakter Anak



Setiap anak memiliki karakter yang berbeda-beda dalam bersikap dan bertindak. Pembentukan karakter pada seorang anak tentunya dipengaruhi oleh berbagai macam hal, baik itu lingkungan keluarga ataupun lingkungan tempat anak bersosialisasi. Akan tetapi faktor yang akan memberikan pengaruh dan dampak paling besar tehadap pembentukan karakter seorang anak adalah lingkungan terdekat anak yaitu keluarga.



3 Hal Mendasar Yang Akan Berpengaruh Terhadap Pembentukan Karakter Anak



Sikap dan kebiasaan orangtua dalam sebuah keluarga akan menjadi dasar terbentuknya karakter seorang anak. Sikap orangtua secara tidak langsung akan ditiru dan dipelajari oleh anak-anak. Oleh karena itu, sikap dan tindakan Anda ketika berada di depan anak harus senantiasa dijaga supaya anak tumbuh dengan karakter dan pribadi yang baik. Inilah Hal-Hal Mendasar Yang Akan Memberikan Pengaruh Terhadap Karakter Anak



Lingkungan Keluarga. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan karakter seorang anak adalah lingkungan keluarga. Seperti yang kita ketahui kalau keluarga merupakan lingkungan terdekat bagi anak. Akan tetapi terkadang dalam sebuah keluarga, ada anak yang hanya mempunyai kedekatan dengan salah satu anggota keluarga seperti ibu atau ayah. Oleh karena itu perlu diseimbangkan kedekatan anak dengan semua anggota keluarga supaya pembentukan karakter pada anak tidak dominan dipengaruhi oleh salah satu sikap daro orangtua.



Semua anggota keluarga harus memberikan sikap yang baik sehingga anak akan memiliki karakter dan kepribadian yang baik. Sikap baik dan buruk yang terjadi dalam keluarga akan berpengaruh dan berdampak terhadap pertumbuhan serta pembentukan karakter seorang anak.



Sikap dari orangtua. Faktor selanjutnya yang sangat penting dalam memberikan pengaruh terhadap pembentukan karakter seorang anak adalah sikap dari orangtua. Cara orangtua dalam mendidik dan bersikap terhadap anak akan memberikan karakter yang berbeda pada anak. Oleh karena itu sikap dan



cara berkomunikasi yang baik harus senantiasa ditunjukan oleh orangtua. Selain itu, orangtua merupakan panutan bagi anak, setiap perilaku dan perbuatan yang dilakukan oleh orangtua dalam lingkungan keluarga cenderung akan ditiru oleh anak-anak. Orangtua harus menjadi panutan dan memberikan contoh yang baik karena hal posistif akan membantu perkembangan anak dan pembentukan karakter anak kearah yang lebih baik.



Lingkungan sosial anak. Faktor lain yang berpengaruh terhadap perkembangan dan karakter anak yaitu lingkungan sosial anak. Biasanya anak akan bersikap lebih aktif dan lebih terbuka ketika berada di lingkungan keluarga. Akan tetapi ketika berada di lingkungan lain, anak biasanya terlihat lebih pendiam dan tertutup. Apabila anak hanya cenderung terhadap satu lingkungan maka hal ini bisa berdampak buruk terhadap sikap anak ketika sudah dewasa. Peran Anda sebagai orangtua sangat dibutuhkan untuk menyeimbangkan interaksi anak dalam lingkungan keluarga dan lingkungan sosial. Sikap orangtua, lingkungan keluarga dan lingkungan sosial sangat berperan penting dalam pembentukan karakter seorang anak. http://www.solusisehatku.com/3-hal-mendasar-yang-akan-berpengaruh-terhadap-pembentukankarakter-anak