Karya Ilmiah Beasiswa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KARYA ILMIAH PERAN GERAKAN NON BLOK BAGI INDONESIA



Disusun Oleh: Fitri Maenanih [4415072206] Pendidikan Sejarah Reguler 2007



FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2011



DAFTAR ISI



Lembar Pengesahan ............................................................................................. i Daftar Isi .............................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Gerakan Non Blok ........................................................................................... 2.2 Pertemuan-Pertemua dalam Gerakan Non Blok ............................................ 2.3 Pengelompokan dalam Gerakan Non Blok ..................................................... 2.4 Pola Kerja Gerakan non Blok .......................................................................... 2.5 Penyelenggaraan KTT Non Blok ..................................................................... 2.6 Reposisi Gerakan Non Blok ............................................................................. 2.7 Peran Gerakan Non Blok Bagi Indonesia ......................................................... BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 3.2 Saran ................................................................................................................. Daftar Pustaka



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Di era tahun 50-an, Negara-negara di dunia terpolarisasi kedalam dua kutub. Ketika itu terjadi pertarungan yang kuat antra Timur dan Barat terutama sekali pada era perang dingin (cold war) antara Amerika Serikat dan Uni Sovyet. Pertarungan ini adalah merupakan upaya untuk memperluas sphere of interest dan sphere of influence. Dengan sasaran utama perebutan penguasaan atas wilayah-wilayah potensial di dunia dengan berkedok pada ideology anutan masingmasing. Sebagian Negara masuk dalam Blok Amerika dan sebagian lagi masuk dalam Blok Uni Sovyet. Aliansi dan pertarungan didalamnya memberikan akibat fisik yang negative bagi beberapa Negara di dunia seperti misalnya Jerman yang sempat terbagi menjadi dua bagian, Vietnam dimasa lalu, serta Semenanjung Korea yang sampai saat sekarang ini masih terbelah menjadi Korea Utara dan Korea Selatan. Dalam pertarungan ini Negara dunia ketiga menjadi wilayah persaingan yang amat mempesona buat keduanya. Sebut saja misalnya Negara-negara di kawasan Asia Timur dan Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Jepang serta Negara-negara di kawasan lain yang kaya akan energi dunia seperti Uni Emirat Arab, Kuwait dan Qatar. Dalam kondisi yang seperti ini, lahir dorongan yang kuat dari para pemimpin dunia ketiga untuk dapat keluar dari tekanan dua Negara tersebut. Soekarno, Ghandi dan beberapa pemimpin dari Asia serta Afrika merasakan polarisasi yang terjadi pada masa tersebut adalah tidak jauh berbeda dengan kolonialisme dalam bentuk yang lain. Akhirnya pada tahun 1955 bertempat di Bandung, Indonesia, 29 Kepala Negara Asia dan Afrika bertemu membahas masalah dan kepentingan bersama, termasuk didalamnya mengupas secara serius tentang kolonialisme dan pengaruh kekuatan “barat”. Pertemuan ini disebutkan pula sebagai Konferensi Asia Afrika



atau sering disebut sebagai Konferensi Bandung. Konferensi inilah yang menjadi tonggak lahirnya Gerakan Non Blok. 1.2 Rumusan Masalah Dalam karya ilmiah ini penulis membatasi masalah dalam beberapa rumusan masalah, yaitu 1. Apa yang dimaksud dengan Gerakan Non Blok? 2. Bagaimana pertemuan-pertemuan dalam Gerakan Non blok? 3. Bagaimana pengelompokan dalam Gerakan Non Blok?



4. Bagaimana pola kerja Gerakan Non Blok? 5. Bagaimana penyelenggaraan KTT Non Blok? 6. Bagaimana reposisi dalam Gerakan Non Blok? 7. Bagaimana peran Gerakan Non Blok bagi Indonesia?



1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini, sebagai berikut 1. Untuk memenuhi syarat pengajuan beasiswa. 2. Untuk memberikan informasi kepada pembaca karya ilmiah ini mengenai Gerakan Non Blok.



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Gerakan Non Blok Adanya ketegangan antara blok barat dan blok timur yang disebut dengan Perang Dingin (Cold War) telah menimbulkan gagasan-gagasan baru dari para pemimpin Negara-negara lain khususnya Yoguslavia, Indonesia, Mesir Ghana dan India untuk tidak terlibat dan melibatkan diri dalam Perang Dingin serta untuk tidak memanas-manasi kedua blok yang sedang bertikai maka di Yogoslavia dibentuklah organisasi baru yang disebut organisasi Gerakan Non Blok ( GNB ) atau Non Aligment Movement yang merupakan gerakan dari negara-negara yang tidak memihak ke Blok Barat maupun ke Blok Timur. Yang memprakarsai berdirinya GNB adalah : 1) Indonesia



: Presiden Soekarno



2) India



: PM. Pandit Jawaharlal Nehru



3) Mesir



: Presiden Gamal Abdul Naser



4) Ghana



: Presiden Kwane Nkumah



5) Yugoslavia



: Presiden Yosef Bros Tito



Tujuan GNB semula adalah untuk meredakan perang dingin dan ketegangan dunia sebagai akibat pertentangan antara Blok Barat dan Blok Timur. Namun kemudian berkembang meliputi kerjasama antar bangsa pada bidang-bidang lainnya. Dibawah ini adalah tujuan GNB yang dirumuskan dalam KTT I yaitu : 1. Membantu menyelesaikan sengketa-sengketa internasional 2. Mengupayakan perlucutan senjata 3. Mendorong terciptanya perdamaian dunia 4. Membantu



perjuangan



bangsa-bangsa



terjajah



untuk



mendapatkan



kemerdekaannya. 5. Menentang kolonialisme, imperialisme, apartheid dan zionisme. 6. Memajukan kerjasama di bidang ekonomi, social dan politik antar sesama negara anggota



Selain tujuan yang telah dijelaskan diatas, Gerakan Non Blok mempunyai beberapa prinsip, yaitu 1. Gerakan Non Blok bukan merupakan blok tersendiri di luar blok barat dan blok timur dan tidak ingin bergabung dengan salah satu blok yang sedang bertikai. 2. Gerakan Non Blok merupakan wadah perjuangan bagi negara-negara sedang berkembang dan negara yang belum memperoleh kemerdekaanya 3. Gerakan Non Blok menyokong setiap usaha yang menentang imperialisme, kolonialisme, rasialisme, apartheid, serta zionisme 4. Negara-negara dan tokoh pendiri GNB Seperti diketahui, pembangunan Gerakan Non-blok dicanangkan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang dihadiri 25 negara dari Asia, Afrika, Eropa, dan Latin Amerika diselenggarakan di Biograd (Belgrade), Yugoslavia pada tahun 1961. Pemimpin kharismatik dari Yugoslavia, Presiden Broz Tito, menjadi pemimpin pertama dalam Gerakan Non-Blok. Sejak pertemuan Belgrade tahun 1961, serangkaian Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non Blok telah diselenggarakan di Kairo, Mesir (1964) diikuti oleh 46 negara dengan anggota yang hadir kebanyakan dari negara-negara Afrika yang baru meraih kemerdekaan, kemudian Lusaka, Zambia (1969), Alzier, Aljazair (1973) saat terjadinya krisis minyak dunia, Srilangka (1977), Cuba (1981), India (1985), Zimbabwe (1989), Indonesia, Kolombia, Afrika Selatan, dan terakhir di Malaysia pada tahun 2003. Dengan didasari oleh semangat Dasa Sila Bandung, maka pada tahun 1961 Gerakan Non Blok dibentuk oleh Josep Broz Tito, Presiden Yugoslavia saat itu. 2.2 Pertemuan-Pertemuan dalam Gerakan Non Blok Pertemuan-pertemuan tingkat tinggi yang diadakan oleh Negara-negara Non Blok meliputi : 1. Summit Conferences (Konferensi Tingkat Tinggi/KTT); Pertemuan ini merupakan pertemuan tertinggi dan dihadiri oleh para Kepala Negara/Kepala Pemerintahan seluruh Negara anggota Non Blok. Pertemuan ini merupakan pertemuan puncak dan sering disebut dengan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT). Keputusan-keputusan penting akan diputuskan dalam pertemuan



tersebut. Pertemuan tingkat tinggi ini diselenggarakan setiap tiga tahun. Dalam membahas masalah-masalah yang ada, pertemuan ini dibagi menjadi dua komite yaitu Komite mengenai issue-issue politik dan Komite mengenai issue-issue ekonomi dan sosial. Sampai saat ini telah diselenggarakan KTT sebanyak 13 kali dan bertempat di Negara-negara anggota GNB, yaitu : KTT I



:



01 – 06 September 1961 di Belgrade, Yugoslavia



KTT II



:



05 – 10 Oktober 1964, Kairo, Mesir



KTT III



:



08 – 10 September 1970, Lusaka, Zambia



KTT IV



:



05 – 09 September 1973, Aljir, Aljazair



KTT V



:



16 – 19 Agustus 1976, Colombo, Srilanka



KTT VI



:



03 – 09 September 1979, Havana, Kuba



KTT VII



:



07 – 12 Maret 1983, New Delhi, India



KTT VIII



:



01 – 06 September 1986, Zimbabwe



KTT IX



:



04 – 07 September 1989, Belgrade, Yugoslavia



KTT X



:



01 – 07 September 1992, Jakarta, Indonesia



KTT XI



:



18 – 20 Oktober 1995, Cartagena, Kolombia



KTT XII



:



02 – 03 September 1998, Durban, Afrika Selatan



KTT XIII



:



02 – 25 February 2003, Kuala Lumpur, Malaysia



2. Ministerial Conferences; Konferensi ini merupakan pertemuan para menteri, yang bertujuan : a. Meninjau/memeriksa perkembangan-perkembangan dan implementasi dari keputusan-keputusan yang dihasilkan KTT. b. Menyiapkan KTT berikutnya c. Mendiskusikan hal-hal yang dianggap penting yang akan dibawa ke KTT. Konferensi tingkat menteri terdiri dari : • Ministerial Meetings in New York; • Extraordinary Ministerial Meetings; • Ministerial Meetings of the Coordinating Bureau; • Meetings of the Ministerial Committee on Methodology; • Meetings of the Standing Ministerial Committee on Economic Cooperation;



• Ministerial Meetings in various fields of International Cooperation. Selain pertemuan tingkat tinggi tersebut diatas, pertemuan lainnya yang diselenggarakan adalah working group, task forces, contact groups and Committee.



2.3 Pengelompokan dalam Gerakan Non Blok Berdasarkan sikap dan posisi yang nampak dalam berbagai pertemuan Non Blok, secara garis besarnya terdapat 3 pengelompokan di dalam Gerakan Non Blok, yaitu : 1. Kelompok mainstream, yaitu kelompok yang ingin tetap mempertahankan prinsip-prinsip dasar dan tujuan Gerakan Non Blok, dan yang termasuk dalam kelompok ini adalah antara lain ; Indonesia, Argentina, India, Bangladesh, Gabon, Pakistan, Srilanka, Senegal, Tunisia, Saudi Arabia. 2. Kelompok ekstrim kiri, yaitu dalam kelompok ini terrnasuk juga negara yang mempunyai kerjasama di berbagai bidang dengan Uni Sovyet melalui perjanjian bilateral (Treaty on Friendship and Cooperation) yang terrnasuk dalam kelompok ini antara lain Cuba, Afganistan, Angola, Vietnam Dan Libya. 3. Kelompok ekstrim kanan, yaitu yang termasuk dalam kelompok ini antara lain Mesir, Singapura, Zaire. 2.4 Pola Kerja Gerakan Non Blok GNB tidak memiliki pengurus serta struktur organisasi kerjasama umumnya seperti PBB. Satu-satunya pengurus dalam GNB adalah seorang Ketua yang akan menjalankan dan mensosialisasikan setiap keputusan KTT sampai dilangsungkannya KTT berikutnya. Kegiatan Non Blok pada dasarnya meliputi dua bidang, yakni bidang politik dan ekonomi. pelaksanaan kegiatan dilakukan melalui : 1.



Forum kerjasama dan Lembaga-lembaga internasional termasuk PBB.



2.



Dialog berkembang).



Utara-Selatan



(negara-negara



maju-negara-negara



sedang



3.



Kerjasama selatan-selatan (negara-negara sedang berkembang).



2.5 Penyelenggaraan KTT Non Blok



1) KTT Non Blok I Tempat dan waktu penyelenggaraan di Beograd ( Yugoslavia) tanggal 1 – 6 September 1961. Tanggal pembukaan KTT Non Blok I, tanggal 1 september 1961 kemudian dinyatakan sebagai tanggal kelahiran Gerakan Non Blok. Penyelenggara adalah negara Yugoslavia Presiden Josef Bros Tito menjadi ketua Gerakan Non Blok untuk pertama kalinya. Dihadiri oleh 25 negara, yaitu Afganistan, Aljazair, Burma, Kamboja, Maroko, Nepal, Saudi Arabia, Kongo, Cyprus, Athiopia, Ghana, Guinea, India, Somalia, Sudan, Tunisia,



Mesir,



Yaman, Yugoslavia, Srilangka, Kuba, Libanon, Mali, Irak dan Indonesia dan 3 negara peninjau. Hasil KTT Non Blok mengeluarkan pernyataan yang dikenal dengan nama “Deklarasi Beograd”. Garis besar isinya adalah : 1. Meminta PBB agar menyerukan kepada anggotanya untuk menghapushan penjajahan dalam segala bentuk 2. Mendesak penghentian perang dingin antara Blok Barat dan Blok Timur 2) KTT Non Blok II Tempat dan waktu pelaksanaan, di Kairo ( Mesir ) tanggal 5 – 10 Oktober 1964. Ketua Gerakan Non Blok adalah Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser. Dihadiri 60 negara tediri dari 49 delegasi negara anggota dan 11 delegasi negara peninjau. Keputusan yang diambil, antara lain : 1.



Melakukan aksi bersama untuk membebaskan negaranegara



terjajah,



menghapuskan



kolonialismeneokolonialisme



dan



imperialisme 2.



Menghormati hak setiap rakyat dan bangsa



untuk



menentukan nasib sendiri 3.



Menentang setiap diskriminasi rasial dan apartheid



4.



Menyelesaikan sengketa antar bangsa secara damai sesuai



5.



prinsip-prinsip PBB



6.



Menentang pangkalan militer asing



penggunaan,



pakta-pakta



militer



dan



7.



Menyerukan perlucutan senjata, dan larangan percobaan nuklir serta penghapusan senjata nuklir.



8.



Meningkatkan kerjasama kebudayaan, penelitian dan pendidikan antar bangsa untuk kesejahteraan manusia.



3) KTT Non Blok III Tempat dan waktu penyelenggaraan, di Lusaka ( Zambia) tanggal 8 – 10 September 1970. Sebagai ketua Gerakan Non Blok adalah Presiden Zambia Kenneth Kaunda. Dihadiri oleh 59 negara. Pada KTT III dibahas masalah; demokratisasi, hubunganhubungan internasional dan kerjasama ekonomi. keputusan-keputusan yang berhasil disepakati; 1.



Mengujudkan kerjasama diantara negara GNB tanpa tergantung pada negara maju



2.



Menuntut keadilan ekonomi dalam kerjasama ekonomi dunia.



3.



Meningkatkan kerjasama dalam upaya menentang semua kekuatan yang melanggar kemerdekaan dan keutuhan wilayah negara lain.



4.



Meningkatkan kerjasama antar anggota GNB dibidang ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi.



4) KTT Non Blok IV Tempat dan waktu pelaksanaan, di Aljiers (Aljazair) tanggal 5 – 9 September 1973. Ketua Non Blok adalah Presiden Aljazair Houari Boumediene. Dihadiri oleh 75 negara. Dalam KTT IV dibahas masalah; kemungkinan kerjasama ekonomi dengan negara maju, alih teknologi ke negara berkembang, perusahaan multi nasional, pangan dunia dan ketegangan di timur tengah. Beberapa keputusan dalam KTT IV, diantaranya : 1. Mencari keseimbangan antara negara berkembang dengan negara maju khusunya dalam bidang kerjasama ekonomi agar tercipta kerjasama yang lebih adil. 2. Mengupayakan penyelesaian ketegangan di Afrika dan Timur Tengah. 3. Mengupayakan agar sumber daya alam, dapat dikelola dengan baik oleh negaranegara GNB agar tidak dikuasai negara asing. 4. Mengajukan dilakukan alih teknologi, dan pangan dunia dari negara maju 5) KTT Non Blok V



Tempat dan waktu penyelenggaraan, di Colombo ( Srilanka) tanggal 16 – 19 Agustus 1976. Sebagai ketua Geraka Non Blok adalah Perdana Menteri Srilanka Sirimavo Bandaranaike. Dihadiri oleh 58 negara. Dalam KTT V dibahas masalah; memperkokoh persatuan, bahaya perang nuklir, upaya memajukan ekonomi negara anggota termasuk Timor Timur atas usul negara Angola. Beberapa keputusan yang berhasil disepakati yakni; 1.



Mengupayakan kemajuan ekonomi negara GNB melalui kerjasama dengan negara maju, yang



bersifat lebih adil dalam upaya



menciptakan Tata ekonomi baru dunia. 2.



Berupaya menyelamatkan dunia dari ancaman perang Nuklir dengan mendesak PBB untuk lebih proaktif mengujudkan perdamaian dunia



6) KTT Non Blok VI Pada KTT VI yang berlangsung di Havana, ditandai dengan kecenderungan perpecahan dalam tubuh Gerakan Non Blok, Kuba berusaha agar Gerakan Non Blok lebih bersahabat pada Uni Soviet. oleh karena itu, KTT berlangsung tegang, disamping adanya perbedaan pandangan antara anggota GNB yang bersifat moderat seperti Indonesia, India Yugoslavia dan Srilanka dengan angota yang bersifat radikal seperti Kuba, Aljazair dan Vietnam mengenai masalah Serangan RRC ke Vietnam, perang saudara di Kamboja dan persetujuan Camp David antara Mesir dan Israel. ketegangan baru mereda setelah tokoh pendiri Gerakan Non Blok Yosef Bros Tito memberikan penjelasan. pada KTT VI inilah Burma (Myanmar) menyatakan keluar dari tubuh Gerakan Non Blok, sebab menganggap gerakan ini tidak murni lagi. Tempat dan waktu penyelenggaraan, di Havana ( Kuba) tanggal 3 – 7 September 1979. Sebagai ketua Gerakan Non Blok adalah Presiden Kuba Fidel Castro. Dihadiri oleh 92 negara. Dalam KTT VI dibahas masalah; Serangan RRC ke Vietnam, Perang saudara di Kamboja (invasi Vietnam) dan masalah penandatangan perjanjian damai Israel – Mesir (Perjanjian Camp David). Beberapa hasil yang berhasil dirumuskan antara lain ; 1.



Menekankan kembali perlunya mempertahankan prinsipprinsip dan kemurnian dari GNB.



2.



Meningkatkan bantuan ekonomi dari negara maju kepada negara sedang berkembang.



3.



Memajukan



negara-negara



GNB



melalui



5D(Democracy, Decdonization, Development, Détente, and Desermament) 7) KTT Non Blok VII KTT Non Blok VII seharusnya dilaksanakan di Baghdad (Irak) kerena terjadi perang Irak-Iran, pelaksanaannya dialihkan ke India. Tempat dan waktu penyelenggaraan, di New Delhi ( India) tanggal 7 – 11 Maret 1983. Ketua Gerakan Non Blok adalah Perdana Menteri India Indira Gandhi. KTT dihadiri oleh 101 negara. Dalam KTT VII dibahas masalah; Afganistan, Kamboja, masalah antar sesama anggota Non Blok dan ekonomi. Beberapa keputusan yang disepakati yaitu; 1. Mendukung perjuangan rakyat Afganistan untuk menentukan nasibnya sendiri 2. Membantu mengupayakan penyelesaian masalah Kamboja 3. Menyelesaikan masalah-masalah diantara sesama anggota Non Blok 4. Menyerukan agar negara-negara maju menghapuskan proteksionisme dan segala sesuatu yang dapat menghambat kemajuan perdagangan internasional 8)



KTT Non Blok VIII



Tempat dan waktu penyelenggaraan, di Harare ( Zimbabwe) tanggal 1 – 6 September 1986. Sebagai Ketua Gerakan Non Blok adalah Presiden Zimbabwe Robert Mugabe. KTT dihadiri oleh 103 negara Dalam KTT VIII penekanan pembahasan masalah lebih ditekankan pada aktivitas nyata GNB menyangkut masalah social ekonomi khususnya peningkatan kerjasama ekonomi antar negara GNB sendiri. Beberapa kesepakatan yang berhasil dirumuskan adalah: 1. Mengajak mengakhiri Apartheid di Afrika Selatan 2. Mengecam kebijakan Amerika Serikat terhadap Libya,dan Nicaragua. Kehadiran pasukan Uni Soviet di Afganistan dan Vietnam di Kamboja. 3. Meningkatkan kerja sama ekonomi khususnya bidang pangan dan pertanian secara nyata untuk meningkatkan standar hidup rakyat anggota Non Blok. 9) KTT Non Blok IX Tempat dan waktu penyelenggaraan, di Beograd ( Yugoslavia) tanggal 4 – 7 September 1989. Sebagai ketua Gerakan Non Blok adalah adalah Presiden Yugoslavia Janez Dinovsek Ph.D. KTT IX dihadiri oleh 106 negara tercatat 60



kepala negara dan kepala pemerintahan ikut hadir dan utusan Indonesia dipimpin langsung oleh Presiden Soeharto. Dalam KTT IX dibahas masalah; Irak dan Kuwait, Kamboja, Korea, Palestina dan Lebanon termasuk masalah ekonomi. Beberapa kesepakatan yang berhasil dicapai antara lain: 1.



Menyambut baik pelaksanaan JIM I dan JIM II yang dinilai memberi sumbangan berarti bagi penyelesaikan masalah Kamboja.



2.



Mendukung penyatuan dua Korea tanpa campur tangan asing, melalui dialog Utara-Selatan



3.



Mengutuk Israel atas pengusaan wilayah Palestina dan wilayah-wilayah arab lainnya.



4.



Menyambut baik masuknya Palestina menjadi anggota GNB dan menyerukan seluruh negara di dunia agar segera mengakui kemerdekaan



Palestina.



Mendukung



penuh



kedaulatan,



integritas



dan



kesatuanLebanon yang adil. 10) KTT Non Blok X Tempat dan waktu penyelenggaraan, di Jakarta ( Indonesia) tanggal 1 – 6 September 1992. Sebagai ketua gerakan Non Blok adalah Presiden Indonesia Soeharto. KTT dihadiri oleh 108 Negara. Dalam KTT X Dibahas masalah; Penangulangan utang luar negeri negara-negara berkembang, konflik di Yugoslavia, Palestina, kelaparan di Somalia dan masalah HAM. Beberapa kesepakatan yang berhasil dirumuskan: 1.



Mengupayakan pengurangan dan pengendalian utangutang negara anggota GNB



2.



Mendesak PBB agar segera menyelesaikan konflik dan perang saudara di bekas negara Yuoslavia.



3.



Mendesak PBB agar memberi sanksi kepada Israel yang telah menduduki tanah Palestina.



4.



Mendorong negara-negara anggota GNB untuk membatu rakyat Somalia yang mengalami kelaparan.



5.



Mendorong



negara



anggota



GNB



merumuskanmasalah HAM di negara masing-masing. 6.



Mengupayakan dialog antara Utara-Selatan



7.



Perlunya restrukturisasi PBB.



untuk



11) KTT Non Blok XI Tempat dan waktu penyelenggaraan di Cartagena, Kolombia tanggal 18-20 Oktober 1995. Sebagai ketua GNB ialah Presiden Kolombia Ernesto Samper. KTT dihadiri 113 negara. Dalam KTT XI dibahas masalah; perubahan sikap dari konfrontatif menjadi sifat kooperatif, merumuskan sikap GNB (non- aligned), restrukturisasi



dan



demokratisasi



PBB,



lingkungan



hidup



dan



penghapusan/penjadwalan kembali utang negara-negara berkembang. Beberapa kesepakatan yang berhasil dibuat tertuang dalam Seruan dari Kolombia (The Calls from Colombia) yaitu: 1. Meneruskan perjuangan restrukturisasi dan demokratisasi serta penataan kembali PBB. 2. Menolak segala bentuk bantuan yang dikaitkan dengan politik oleh negaranegara maju. 3. Mengupayakan penghapusan senjata-senjata pemusnah massal 4. Melaksanakan kewajiban-kewajiban yang terkait dengan lingkungan hidup dan pembangunan PBB. 5. Mengajak seluruh negara di dunia untuk menghapuskan sisa-sisa kolonialisme dan imperialisme 6. Menghimbau negara-negar maju untuk menghuskan utang negara-negara berkembang yang berpenghasilan rendah. 7. Meningkatkan dialog Utara-Selatan dalam rangka kerjasama lebih adil yang saling menguntungkan 12) KTT Non Blok XII Tempat dan waktu penyelenggaraan di Durban, afrika Selatan tanggal 3 -4 September 1998. Sebagai Ketua GNB ialah Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela. KTT dihadiri oleh 113 negara. Dalam KTT XII dibahas masalah; terorisme, PBB, kerjasama ekonomi. Beberapa keputusan yang diambil yaitu: a)



Menyerukan KTT internasional tentang terorisme.



b)



Melanjutkan reformasi PBB.



c)



Menghimbau pelucutan senjata nuklir.



d)



Mengupayakan



masalah-masalah dunia.



peningkatan



kapasitas



keputusan



GNB



terhadap



e)



Menegaskan komitmen perlunya terus diupayakan



f)



Peningkatan kerjasama selatan-selatan.1



2.6 Reposisi Gerakan Non Blok Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non Blok (KTT GNB), yang diselenggarakan di Kuala Lumpur, 20 - 25 Februari 2003 mempunyai makna yang cukup strategis, terutama untuk menyamakan persepsi dari negara-negara berkembang sehubungan dengan rencana AS untuk menyerbu Irak. GNB atau Non Alignments Movement adalah organisasi internasional yang didirikan negara-negara dunia ketiga ketika perang dingin sedang berada dalam puncaknya. Indonesia bersama Ir Soekarno adalah salah satu tokoh utama di balik GNB. Sekarang ini GNB mempunyai 114 anggota, mayoritas adalah negara berkembang. Jika 114 anggota GNB mampu menyamakan persepsi terhadap isu-isu internasional strategis, maka organisasi ini mampu menjadi alat bagi negaranegara dunia ketiga untuk melakukan diplomasi dengan negara maju, sehingga bargaining position negara-negara dunia ketiga yang marjinal bisa kuat. Dalam praktiknya GNB yang vokal, tapi tidak efektif, karena ia merupakan gerakan yang tidak terorganisasi. Memang GNB menyuarakan hati nurani umat manusia di dunia. Suaranya merupakan kekuatan moral yang bertujuan mengubah struktur global yang berlaku demi terbentuknya dunia yang adil, egaliter dan damai. Pada hakikatnya ia adalah gerakan perdamaian yang anti imperalis. Akan tetapi, GNB tidak efektif, platform perjuangannya (perdamaian, keadilan dan persamaan) tidak kredibel, karena hanya ditujukan keluar dengan negara-negara besar sebagai sasarannya, sedangkan ke dalam tubuhnya sendiri nilai-nilai itu tidak diterapkan. Nepotisme, korupsi kekuasaan dan kebendaan adalah ciri-ciri sebagian besar rezim negara dunia ketiga yang menimbulkan kesenjangan sosial yang memprihatinkan dalam masyarakatnya.Kinerja GNB mengalami titik terendah ketika terjadi peperangan antar negara anggota GNB. Ada berbagai peperangan antarnegara anggota GNB lainnya yang tidak digubris oleh GNB sendiri. 1



http://akrabsenada.site40.net/12ipabab2.html, diakses pada 23 April 2010 pukul 16.45 WIB.



Dari lebih kurang 80 negara yang terlibat dalam perang selama dua dasawarsa terakhir, 58 (73,5%) berlangsung di Dunia Ketiga, 53 di antaranya di negara-negara GNB, dengan perincian: 29 negara terlibat dalam perang saudara, 24 negara terlibat perang antara negara - Burkina Faso - Mali, 1986, Iran-Irak 1980-1988, Equador-Peru, 1981-1983, Ethiopia-Somalia, 1977-1988, IrakKuwait 1991, Libya Tunisia 1980, Syria-Lebanon 1976, Kamboja-Vietnam 1979-1991, dll). Hasnan Habib, CSIS, 1997)Dengan demikian, GNB tidak efektif karena perjuangannya bersifat gerakan yang tidak mempunyai struktur organisasi, tidak ada pemimpin kharismatik yang disegani, sedangkan jumlah anggota terlalu banyak dan sangat heterogen dengan sistem sosial yang masih rapuh. Belum lagi para pendiri organisasi ini sudah meninggal dan Yugoslavia sebagai negara yang mengotaki GNB sekarang sudah bubar. Adanya kritik yang sangat tajam terhadap kinerja GNB yang hanya bergerak pada gerakan moral, sehingga prestasinya tidak bisa optimal. Akhirnya ada pemikiran untuk mendirikan sekretariat tetap GNB. Agenda ini akan menjadi isu utama dalam KTT GNB di Kuala Lumpur, Malaysia, 20-25 Februari 2003. Bila agenda untuk membentuk sekretariat tetap bisa berhasil, maka GNB akan mengalami babak baru yakni dari gerakan moral akan berubah menjadi gerakan yang terorganisasi. Hal ini bermakna, pertama, GNB akan menjadi sebuah organisasi internasional yang modern. Sebab salah satu syarat organisasi modern adalah adanya sekretariat akan segera terpenuhi. Permasalahannya sekarang adalah negara mana yang ingin menjadi pahlawan bagi GNB. Misalnya saja Indonesia ingin menjadi pelopor gagasan perlunya sekretariat tetap bagi operasional GNB. Akan tetapi posisi Indonesia yang di ujung kebangkrutan ekonomi dan dalam ancaman disintegrasi adalah sebuah pekerjaan rumah dalam negeri yang cukup berat. Sedangkan Yugoslavia sekarang sudah bubar. Memang Malaysia, Afrika Selatan bisa diharapkan mampu menjadi leader GNB, akan tetapi menjadi pemimpin negara berkembang yang miskin serta penuh problem internal adalah membawa beban yang tidak ringan. Kedua, setelah mempunyai sekretariat tetap, maka operasional GNB dalam sehari-hari dan agenda apa saja yang bisa dijalankan, agar eksistensi GNB di



dunia internasional diakui adalah "pekerjaan rumah" yang harus dipikirkan masak-masak dari 114 pemimpin negara anggota organisasi negara-negara dunia ketiga ini dalam KTT GNB di Malaysia ini. GNB harus menemukan prosedur dan mekanisme yang sederhana dan fleksibel, tetapi efektif, yang memungkinkan dilakukannya pemantauan dan pengkoordinasian. Bila ingin selangkah lebih maju, GNB harus mengubah dirinya dari gerakan menjadi badan. Sebab sebagai wadah keluh kesah dunia ketiga GNB tidak cukup dengan gerakan moral saja. Apalagi PBB (UN) sekarang sudah diplesetkan menjadi United States of United Nation. Dengan demikian di awal abad baru ini GNB harus menjadi kekuatan alternatif selain PBB yang sekarang ini sedang disandera oleh the big terrorist, AS.2 2.7 Peran Gerkan Non Blok Bagi Indonesia



Gerakan Non Blok (GNB) atau Non-Aligned Movement didirikan pada tahun 1961 dengan diselenggarakannya KTT Pertama GNB di Beograd, Yugoslavia. GNB saat ini beranggotakan 114 negara. Gerakan ini dipelopori oleh Presiden Soekarno dari Indonesia, Josip Broz Tito dari Yugoslavia, Gamal Abdul Nasser dari Mesir, Jawaharlal Nehru dari India dan Kwame Nkrumah dari Ghana. Tujuan GNB seperti tercantum dalam Deklarasi Havana, 1979 adalah untuk menjamin “kemerdekaan nasional, kedaulatan, keutuhan wilayah dan keamanan negara-negara non-blok” dalam perjuangan mereka melawan “imperialisme, kolonialisme, neokolonialisme, apartheid, rasisme, termanusk zionisme dan segala bentuk agresi, pendudukan, dominasi, gangguan atau hegemoni asing disamping menentang politik blok dan politik negara besar.” Di awal kelahirannya, agenda politik menjadi fokus utama GNB. Namun sejak pertengahan 1970-an, isu-isu ekonomi mulai menjadi perhatian utama negara-negara anggota GNB. Untuk itu, GNB dan Kelompok 77 (Group of 77/G-77) telah mengadakan serangkaian pertemuan guna membahas masalahmasalah ekonomi dunia dan pembentukan Tata Ekonomi Dunia Baru (New International Economic Order). GNB tidak memiliki sekretariat tetap dan 2



http://www.suaramerdeka.com/harian/0302/20/kha1.htm, diakses pada 20 Desember 2010 pukul 17:10



WIB.



organisasi digerakan oleh ketua GNB saat ini dengan dibantu oleh ketua lalu dan ketua akan datang (troika). Untuk pertemuan GNB di bawah level summit, terdapat antara lain : ministerial meeting, sedangkan kegiatan sehari-hari diatur coordinating bureau GNB yang berada di PBB, New York. Sebagai sebuah suatu pergerakan (movement), keputusan-keputusan yang telah dicapai dan disepakati dalam GNB seringkali masih bersifat morally binding, tidak mempunyai kekuatan yang mengikat (obligatory). Namun sebagai pergerakan, GNB telah mencatat banyak keberhasilan sebagai kelompok penekan, terutama dalam forum PBB. Membicarakan mengenai keanggotaan GNB, ada baiknya kita melihat kembali dalam sejarah, saat kedua Blok Barat dan Blok Timur masih eksis. Jika diperhatikan, banyak negara anggota GNB yang nampak bergantung pada negara-negara besar, khususnya pada negaranegara Blok Uni Soviet.3 • Kepentingan Indonesia dalam GNB GNB merupakan organisasi multilateral non PBB yang penting bagi dukungan kepentingan Indonesia di forum global karena beranggotakan 2/3 negara anggota PBB. GNB menempati posisi khusus dalam politik luar negeri Indonesia. Bahkan prinsip-prinsip dasar GNB selaras dengan falsafah dan kebijakan bangsa Indonesia sejak awal kemerdekaan. Semangat non blok ini tertuang dengan jelas pada Pembukaan UUD 1945. Sejalan dengan itu, tepat tiga tahun setelah kemerdekaan, semangat ini kembali ditegaskan oleh Dr. Mohammad Hatta, dalam pidatonya di muka Sidang Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat yang berjudul “Mendayung Antara Dua Karang”, yang selanjutnya dikukuhkan sebagai politik luar negeri bebas dan aktif. • Tahun bergabungnya Indonesia ke dalam GNB Indonesia bergabung dengan GNB sejak gerakan ini didirikan tahun 1961 karena merupakan salah satu pendiri GNB dan telah terlibat dalam



3



Badan penelitian dan pengembangan Departemen Luar Negeri, Peranan Indonesia sebagai Pendiri



Gerakan Non Blok dalam Usaha Memurnikan Tujuan dan Prinsip-prinsipnya (Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Luar Negeri, 1986), hal. 13.



pembicaraan awal untuk pembentukan “organisasi” bagi negara-negara yang baru merdeka.. • Peran Indonesia dalam GNB Peranan Indonesia, khususnya Presiden Soekarno, dalam meletakkan fondasi pendirian GNB dinilai cukup besar. Konferensi Asia-Afrika (KAA), yang diselenggarakan di Bandung pada tanggal 18-24 April 1955 merupakan momen penting sekaligus embrio berdirinya GNB. Selain itu, hingga saat ini prinsip-prinsip Dasa Sila Bandung, sebagai salah satu hasil KAA, tetap menjiwai setiap upaya GNB. Indonesia pernah menjadi ketua GNB (199295), saat ini menjadi ketua NAM CSSTC (Non-Aligned Movement Center for South-South Technical Cooperation) di Jakarta; dan pelopor kemitraan strategis baru Asia-Afrika melalui KAA 2005. Indonesia juga menjadi ketua Working Group on Disarmament di GNB dan berperan aktif dalam isu pelucutan senjata internasional. Dengan berakhirnya sistem bipolar, muncul keragu-raguan peran GNB. Dalam KTT ke-10 GNB di Jakarta tahun 1992 dibawah keketuaan Indonesia, sebagian besar ketidakpastian dan keragu-raguan mengenai peran dan masa depan GNB berhasil ditanggulangi. Jakarta Message, sebagai hasil KTT, menyatakan bahwa yang dibutuhkan GNB bukan hanya agenda bagi Selatan (negara berkembang) , namun juga dialog -- bukan konfrontasi -- dengan Utara. GNB merupakan forum untuk itu. Dalam kerangka GNB, Indonesia juga memberikan andil yang cukup signifikan dalam membantu upaya-upaya rekonstruksi dan rehabilitasi di Bosnia Herzegovina dengan menyumbang sebesar US$ 8,075 juta, termasuk bantuan rakyat Indonesia melalui Majelis Ulama Indonesia sebesar US$ 3 juta. Indonesia juga berperan aktif mendukung perjuangan rakyat Palestina. Komite Palestina GNB (Komite-9) dalam KTM ke-12 GNB di New Delhi, 1997, telah memasukkan Indonesia sebagai anggota ke-10 Komite Palestina GNB. Dalam kaitan ini, Menlu RI bersama delegasi tingkat menteri Komite Palestina GNB tersebut, telah berkunjung ke Palestina pada 2 Juni 2002 sebagai ekspresi solidaritas terhadap perjuangan rakyat Palestina yang tengah menghadapi kepungan pasukan Israel di Ramallah. Selain itu, Indonesia juga



turut berperan aktif dalam membantu upaya-upaya penyelesaian masalah lainnya seperti Irak, Afghanistan dan Semenanjung Korea. • Pandangan Indonesia tentang GNB di masa sekarang dan mendatang Indonesia memandang bahwa GNB merupakan wadah yang tepat bagi negara-negara berkembang untuk memperjuangkan cita-citanya. Sikap ini secara konsekuen diaktualisasikan Indonesia dalam kiprahnya pada masa kepemimpinan Indonesia (1992-1995). Selama masa kepemimpinannya, Indonesia diakui telah berhasil memajukan pendekatan baru GNB yang berorientasikan pada kemitraan, dialog dan kerjasama serta meninggalkan sikap konfrontatif dan retorika semata. Dengan sikap kooperatif tersebut, GNB mampu merubah persepsi yang pernah melekat di kalangan negara maju bahwa GNB merupakan kelompok yang berpandangan apriori dan hanya bisa menuntut. Dengan demikian, GNB mampu berkiprah secara konstruktif terutama dalam interaksinya baik dengan negara-negara maju maupun dalam organisasi dan badan-badan multilateral/ internasional.4



4



http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080205050912AAlDxKF, diakses pada 20



Desember 2010 pukul 15:30 WIB.



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Konsep Gerakan Non Blok pertama kali dicetuskan pada awal tahun 1960-an, sebagai tekad dari negara-negara merdeka dalam melancarkan aksi politiknya sehubungan dengan adanya pertentangan antara kedua blok adidaya kala itu, Blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat dan Blok Timur yang dipimpin Uni Soviet. Cikal-bakal Gerakan Non Blok ini sebenarnya sudah terlihat ketika dilaksanakannya Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955. Dalam konferensi itu, dikembangkan wacana mengenai politik anti kolonialisme dan perjuangan kemerdekaan bagi bangsa-bangsa Asia Afrika yang pada saat itu masih terjajah. Wacana inilah yang kemudian berkembang menjadi politik non blok. Tujuan dari gerakan ini, seperti yang tercantum dalam Deklarasi Havana tahun 1979, adalah untuk menjamin "kemerdekaan, kedaulatan, integritas teritorial, dan keamanan dari negara-negara nonblok". Gerakan Non Blok ini lahir dengan prakarsa 5 pemimpin nasional, yaitu Presiden Yugoslavia Yosep Broz Tito, Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser, Perdana Menteri India Pandit Jawaharlal Nehru, Presiden Ghana Kwame Nkrumah, dan Presiden Indonesia Soekarno. Sifat mendasar yang menjadi ciri dalam Gerakan Non Blok adalah ketidakberpihakan pada salah satu blok pertahanan. Konsep Non Blok ini sendiri sebenarnya agak mirip tetapi tidak serupa dengan konsep Netral. Adapun Gerakan Non Blok ini bukan dimaksudkan untuk menciptakan blok baru, bukan pula untuk bersikap netral murni melainkan tujuan dari Gerakan Non Blok ini adalah untuk menjembatani kedua blok yang tengah bersekutu, membela kepentingan negara-negara yang belum merdeka untuk mencapai kemerdekaan serta mendukung terciptanya perdamaian dunia. Hakekat Gerakan Non Blok terletak pada sifat “aktif” dan “positif” yang dimilikinya. Positif dalam arti berusaha meredam ketajaman perselisihan antara kedua blok yang sedang bertikai kala itu, Blok Barat dan Blok Timur. Sedangkan sifat aktif dalam Gerakan Non Blok diwujudkan dengan



sumbangannya untuk mewujudkan tatanan hubungan internasional baru yang berdasarkan



kemerdekaan,



perdamaian



abadi,



keadilan



sosial,



dan



kesejahteraan bersama. Seyogyanya, Gerakan Non Blok merupakan suatu awal yang signifikan dalam pengejawantahan politik luar negeri Indonesia bebas-aktif. Gerakan Non Blok juga dapat dikatakan berhasil kala itu, mengingat kontribusi yang dilakukan Gerakan Non Blok seperti membantu negara-negara untuk mendapatkan hak kemerdekaannya walaupun negara tersebut lemah dalam hal kekuatan militer, ekonomi, dan juga aliansi; juga ketika Gerakan Non Blok berhasil



merealisasikan



tujuan



utamanya



yaitu



mencegah



meluasnya



perpecahan negara-negara di dunia ke dalam blok-blok yang ada akibat dominasi dan hegemoni dua kekuatan besar Amerika Serikat dan Uni Soviet. Dua kiprah yang disebutkan terakhir menunjukkan keberhasilan Gerakan Non Blok kala itu.



Dalam makalah “Gerakan Non Blok pada Era Soekarno :



Bentuk Konkret Konsistensi Indonesia untuk Meredam Perselisihan antara Blok Barat dan Blok Timur”, tim pembuat makalah memuat suatu pernyataan berbunyi: “Walaupun perang dingin di antara kedua blok besar telah lenyap, Gerakan Non Blok tetap masih dibutuhkan karena masalah-masalah yang berkembang di dunia bukan lagi sebatas pertarungan antara kedua blok besar, tetapi begitu banyak masalah internasional yang harus dihadapi”. Memang, terlepas dari masalah pengutuban dan pemusatan kekuatan dalam bentuk blok yang sudah tidak ditemui lagi, masih banyak masalah internasional yang harus dihadapi. Tetapi yang perlu diperhatikan di sini adalah pernyataan tersebut seakan menyatakan Gerakan Non Blok masih relevan hingga saat ini. Padahal, menurut penulis, kenyataannya tidaklah demikian. Menurut penulis, jika pada masa silam GNB hadir dengan positioning di tengah dua blok kapitaliskomunis, di masa sekarang peran tersebut harus bergeser seiring dengan tuntutan konstelasi tatanan politik dunia yang sangat timpang. Ini disebabkan semakin memburuknya tatanan politik dunia dewasa ini, dimulai dari pertikaian-pertikaian antar negara yang kerap terjadi, seperti antara PalestinaIsrael, sampai kepada hegemoni Amerika Serikat dengan sekutunya. Jadi dapat dikatakan, penulis meragukan relevansi GNB di jaman sekarang. Selain karena



kebijakan-kebijakannya yang dinilai kurang membantu menyelesaikan berbagai persoalan di dunia, GNB juga tidak berhasil mewujudkan tujuannya untuk menyejahterakan anggotanya dan mewujudkan perdamaian dunia. Selepas dari Perang Dingin, dunia semakin dipenuhi oleh berbagai perang dan konflik bersenjata yang terus terjadi. Ironisnya, pertikaian itu juga sering terjadi dalam tubuh GNB. Bagaimana bisa GNB mewujudkan perdamaian dunia sementara anggota-anggotanya juga saling berperang? Ini sangat bertentangan dengan gagasan GNB mula-mula, yaitu sebagai gerakan bagi negara-negara yang tidak berpihak pada salah satu blok pertahanan. Kenyataannya, GNB banyak dipenuhi oleh anggota yang tidak sepenuhnya tidak berpihak. Dalam tubuh GNB sendiri terdapat dua kelompok negara, yang berhaluan radikal dan yang berhaluan moderat. Kelompok yang radikal lebih menghendaki adanya suatu perjuangan yang frontal dalam menghadapi masalah-masalah ketidakadilan dan menjadikan Blok Barat sebagai target sasaran mereka. Di sini bisa kita lihat, perpecahan antar anggota GNB sebenarnya sudah terjadi sejak awal, antara kelompok radikal dan kelompok moderat. Selain itu, dari penjelasan mengenai kelompok radikal yang cenderung membenci Blok Barat, kita dapat melihat bahwa sebenarnya keanggotaan GNB pun tidak sesuai dengan prinsip awalnya yang tidak berpihak.



Masalah berikutnya adalah



masalah kesejahteraan, terutama dalam bidang ekonomi, yang masih belum dapat diraih oleh negara-negara anggota GNB. Masalah kemiskinan ini bukanlah masalah yang sederhana. Sudah banyak kita temui kasus di mana kemiskinan bisa mengakibatkan terjadinya kekerasan dalam dunia. Hal tersebut senada dengan perkataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidatonya di KTT Non Blok Havana, Kuba: “Tak akan ada perdamaian dan keamanan yang bisa terjamin dalam jangka panjang jika 80 persen manusia di Bumi dikuasai oleh 2 persen pemegang kekayaan.” Oleh karena itu, salah satu cara untuk menciptakan perdamaian dunia adalah juga dengan menciptakan kesejahteraan bagi rakyat-rakyat dunia. Jika kembali mengingat semangat dan tujuan awal pembentukan GNB, tentu dapat dikatakan GNB sudah tidak relevan lagi. Ini disebabkan runtuhnya



Soviet pada abad ke-20 yang menyebabkan GNB menjadi kehilangan momentum politiknya. Sudah saatnya bagi GNB untuk mengubah arah perjuangannya dari politik ke arah ekonomi, mengingat sebagian besar negara anggota GNB masih sangat bergantung pada negara-negara maju. Benarlah apa yang dikatakan Presiden Venezuela, Hugo Chavez dalam KTT GNB di Havana, Kuba 19 September 2006 lalu. Chavez menyerukan bahwa KTT GNB di Kuba ini harus menjadi awal berubahnya peta kekuatan dunia. Hal ini penting dilakukan untuk mengejar ketinggalan negara-negara anggota GNB, yang notabene dikenal sebagai 3rd world countries, dari negaranegara maju lain. Inilah yang menjadi tantangan bagi GNB. 3.2 Saran Dalam karya ilmiah ini penulis memberikan saran yaitu 1.



GNB harus berbenah diri dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya masing-masing agar dapat berperan lebih aktif dalam mengurangi ketidakadilan dan ketimpangan sosial.



2.



GNB harus dapat mempertahankan relevansinya sebagai sebuah medium untuk mewujudkan kesejahteraan yang berbuntut pada terwujudnya perdamaian dunia, ngan yang melanda dunia.



3.



Untuk pembaca karya ilmiah ini penulis mengharapkan pembaca dapat mengikuti informasi/berita dunia yang berkaitan dengan perdamaian.



DAFTAR PUSTAKA



Badan penelitian dan pengembangan Departemen Luar Negeri. 1986. Peranan Indonesia sebagai Pendiri Gerakan Non Blok dalam Usaha Memurnikan Tujuan dan Prinsip-prinsipnya (Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Luar Negeri. Djiwandono, J. Soedjati. 1992. Gerakan Non Blok Pasca Perang Dingin. Yogyakarta :Korps Mahasiswa Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Politik Universitas Gadjah mada. http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080205050912AAlDxKF,



diakses



pada 20 Desember 2010 pukul 15:30 WIB. http://akrabsenada.site40.net/12ipabab2.html, diakses pada 20 Desember 2010 pukul 16.45 http://www.scribd.com/doc/24673759/Gerakan-Non-Blok-Sebuah-Refleksi-KritisTerhadap-Peranan-GNB-Dalam-Dunia-Dewasa-Ini, di akses pada 20 Desember 2010 pukul 17:00 WIB WIB.http://www.suaramerdeka.com/harian/0302/20/kha1.htm Desember 2010 pukul 17:10 WIB.



diakses



pada



20