Karya Ilmiah GUru SD [PDF]

  • Author / Uploaded
  • erlia
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KARYA ILMIAH MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG KONSEP ALAT INDERA MANUSIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DI KELAS IV SDN JANGO KECAMATAN PATANGKEP TUTUI KABUPATEN BARITO TIMUR



NAMA



: KARTINI



NIM



: 822110872



UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANJARMASIN Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Tentang Konsep Alat Indera Manusia Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Di Kelas IV SDN Jango Kecamatan Patangkep Tutui Kabupaten Barito Timur ABSTRAK Upaya Peningkatan Keaktifan Siswa dan Hasil Belajar IPA Tentang Konsep Alat Indera Manusia Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Di Kelas IV SDN Jango Kecamatan Patangkep Tutui Kabupaten Barito TimurPenelitian Tindakan Kelas (PTK). Program Studi S1 PGSD. Universitas Terbuka. Tahun 2013.Rumusan masalah yang disusun adalah “Apakah penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV terhadap materi pembelajaran IPA tentang Konsep Alat Indera Manusia. Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk memperoleh informasi faktual tentang penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads



2



Together (NHT) terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan melalui proses beralur terdiri dari 4 tahap, yaitu: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) Observasi; dan 4) refleksi. Dari analisis data diketahui bahwa pada setiap siklus terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa. Pada studi awal, siswa yang mencapai ketuntasan baru 45% Pada siklus I siswa yang mencapai ketuntasan mengalami kenaikan dari studi awal menjadi 70%. Hal yang sama juga terjadi pada kesungguhan belajar siswa. Berdasarkan hasil analisis data penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) mampu mempermudah siswa dalam memahami materi pembelajaran; Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) mampu meningkatkan kesungguhan siswa dalam belajar; Penggunaan model NHT mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Kata Kunci: Keaktifan, Hasil Belajar IPA.



1



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha dasar yang dilakukan seeorang terhadap orang lain agar orang lain memiliki pengetahuan dan keterampilan. Indonesia menempatkan pendidikan sebagai suatu yang penting dan utama.Hal ini tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea IV yang menegaskan bahwa salah satu tujuan nasional Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Menurut Dinn (2008:1.1) pendidikan adalah humanisasi, yaitu upaya membantu manusia agar mampu mewujudkan diri sesuai dengan martabat kemanusiannya.Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah adalah IPA. IPA berhubungan dengan mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penugasan kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep dan prinsip-prinsip saja tetapi suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya pada kehidupan sehari-hari. Berdasrkan pengamatan di lapangan dan wawancara dengan guru SDN Jango Kecamatan Patangkep Tutui Kabupaten Barito Timur terdapat permasalahan dalam pembelajaran IPA di kelas, yaitu siswa kelas IV mengalami kesulitan pada materi konsep alat indera manusia. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang mengalami kesalahan dalam menyebutkan bagian-bagian dan fungsi alat ndera manusia. Permasalahan yang dihadapi siswa disebabkan karena guru kurang dapat merencanakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dan kurang mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Guru cenderung mentransfer pengetahuan yang dimiliki ke pikiran anak dan anak menerimanya secara psif dan tidak kritis. Selain itu, sebagian besar siswa malah ada yang berbicara dengan temannya dan kurang memperhatikan penjelasan guru serta pasif dalam pembelajaran.



2



Akibatnya hasil belajar siswa menurun. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian yang diperoleh hanya mencapai 60,00 pada tahun ajaran 2011/2012. Nilai rata-rata ini jika dibandingkan dengan standar ketuntasan belajar yang ditetapkan sekolah, yakni sebesar 64,00 dapat dikatakan bahwa nilai tersebut berada di bawah standar ketuntasan yang diharapkan. Permasalahan ini tentu perlu ditanggulangi dengan segera.Apabila masalah ini dibiarkan saja tanpa adanya pencegahan. Akibatnya, siswa kurang berminat untuk mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh guru, yang akan mempengaruhi hasil belajar. Oleh karena itu dikhawatirkan mutu dari pendidikan di sekolah akan menurun. Dari masalah yang diharapkan ada model atau metode yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa dengan lebih bi8sa mendaya gunakan siswa untuk aktif dan semangat dalam mengikuti pelajaran , jadi siwa dapat memperoleh hasil yang diinginkan. Berdasarkan uraian diatas, maka diperlukan sebuah strategi barru yang dapat memotivasi para siswa dalam belajar IPA, serta dapat memberdayakan para siswa sehingga proses belajarnya lebih bermakna dan dapat meningkatkan hasil belajarnya guna mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal. Dalam hal ini peneliti sangat tertarik untuk menenliti tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT). B. RUMUSAN MASALAH Berdasrkan latar belakang diatas maka permasalahan ini dapat dirumuskan sebagi berikut: a. Bagaimana aktivitas belajar siswa tentang konsep alat indera manusia melalui model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT)Kelas IV SDN Jango Kecamatan Patangkep Tutui Kabupaten Barito Timur ? b. Apakah hasil belajar siswa tentang konsep alat indera manusia dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) Kelas IV SDN Jango Kecamatan Patangkep Tutui Kabupaten Barito Timur ? C. TUJUAN PENELITIAN



3



Tujuan penelitian ini adalah bertujuan untuk mengetahui : a. Mengetahui aktivitas belajar siswa tentang konsep alat indera manusia melalui model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) Kelas IV SDN Jango Kecamatan Patangkep Tutui Kabupaten Barito Timur. b. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa tentang konsep alat indera manusia melalui model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) Kelas IV SDN Jango Kecamatan Patangkep Tutui Kabupaten Barito Timur. D. MANFAAT PENELITIAN Dari hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Bagi Siswa Dapat menumbuhkan semangat kerja sama antar siswa dan motivasi belajar siswa serta memberikan suasana baru dalam proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan, meningkatkan pemahaman dan partisipasi serta hasil belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran IPA. 2. Bagi Guru Sebagai bahan masukan dan informasi bagi guru tentang model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT).selain itu dengan penelitian ini guru dapat dikuasai siswa dan tercapainya tujuan pembeljaran yang optimal. 3. Bagi Kepala Sekolah Hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi positif kepada kepala sekolah dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran, terutama mutu pembelajaran IPA yang selama ini masih rendah. 4. Bagi Peneliti Menambah khasanah keilmuan dan keterampilan peneliti khususnya yang terkait dengan penelitian melalui model pembeljaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT).



4



BAB II KAJIAN PUSTAKA A. AKTIVITAS BELAJAR SISWA 1. Karakteristik Anak Usia SD Menurut Sumatri, dkk (2007:2.3) bahwa pada dasarnya setiap individu memiliki cirri-ciri atau karakteristik yang berbeda. Karakteristik atau cirri khas juga terdapat pada anak-anak usia SD, baik yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan siswa. Hal ini sangat penting mengingat pada anak usia SD, yaitu antara usia 6-12 tahun anak banyak mengalami perubahan baik fisik maupun mental hasil perpaduan factor intern maupun pengaruh dari luar yaitu lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan yang tidak kurang pentingnya adalah pergaulan dengan teman sebaya. 2. Hakikat Belajar, Mengajar, dan Pembelajaran Belajar diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, efektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri peserta didik.Perubahan tersebut bersifat positif artinya berorientasi kea rah yang lebih maju daripada keadan sebelumnya. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri sesorang. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa hakikat belajar adalah serangkaian kegiatan-kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu



5



perubahan tingkah laku yang baik dan pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Belajar lebih ditekankan pada proses kegiatannya dan proses belajarnya lebih ditekankan pada hasil belajar yang dicapai oleh subjek belajar, adalam hal ini termasuk siswa. Sardiman (2007:47) mendefinisikan mengajar pada dasarnya merupakan suatu untuk menciptakan kondisi atau system lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Kemudian pengertian yang luas mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Atau dikatakan mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa. Konsep dasar pembelajaran dirumuskan dalam pasal 1 butir 20 tahun 2003 tentang sisdiknas, yakni “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Dalam konsep tersebut terkandung 5 konsep, yakni interaksi, peserta didik, pendidik, sumber belajar, dan lingkungan belajar. B. HASIL BELAJAR SISWA 1. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Prinsip-prinsip umum yang harus dijadikan pegangan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 (Suriansyah,dkk,2009:89) adalah sebagai berikut : Pembelajaran harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa. a. Pengetahuan dan keterampilan yamg diajarkan harus bersifat praktis. b. Pembelajaran harus memperhatikan perbedaan individual siswa. c. Kesiapan dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam proses pembelajaran. d. Tujuan pembelajaran harus diketahui siswa e. Proses pembelajaran harus mengikuti prinsip-prinsippsikologis tentang belajar 2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)



6



Menurut Depdiknas (2005:3) pada hakikatnya Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena di alam semesta.Ilmu Pengetahuan Alam memperoleh kebenaran tentang fakta dan fenomena alam melaui kegiatan empiric. Ilmu Pengetahuan Alam berkaitan dengan fakta, konsep, prinsip, dan juga proses penemuan itu sendiri. Penemuan diperoleh melalui eksperimen yang dilakukan dilaboratorium maupun dialam bebas. Ilmuan Ilmu Pengetahuan Alam mempelajari gejala alam melalui proses dan sikap ilmiah. Proses ilmiah didasari dengan cara berfikir logis berdasarkan fakta-fakta yang mendukung. Sikap ilmiah tercermin pada sikap jujur dan objektif dalam mengumpulkan fakta dan menyajikan hasil analisis fenomena-fenomena. Trianto (2010:136) menyatakan bahwa “IPA adalah suatu kumpulan teori sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya”. a. Pembelajarn Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Setidaknya ada lima cakupan yang harus dipelajari dalam pelajaran IPA di sekolah dasar. Kelima cakupan tersebut adalah : 1) Konsep IPA terpadu 2) Biologo 3) Fisika 4) Ilmu bumi dan Antariksa 5) IPA dalam perspektif interdispliner Sampai saat ini, konten sains bagi kebanyakan guru diberikan melalui metode ceramah dan kegiatan pembuktian di laboratorium dengan sedikit focus terhadap pemeberian pengalaman dalam melakukan penelitian atau aplikasi IPA dalam konteks teknologi. NSTA dalam science techer Preparation ini membedakan kompetensi yang harus dimiliki ole guru IPA sekolah dasar yang memiliki latar belakang IPA SD dan SMP.NSTA merekomendasikan guru SD yang tidak memiliki latar belakang IPA untuk memiliki kompetensi dalam melangsungkan pembelajaran yang menitik beratkan pada kegiatan dan mendeskripsikan kejadian memanipulasi objek dan system, serta melakukan identifikasi terhadap pola yang ada di alam



7



yang berhubungan dengan cakupan bidang studi IPA.Guru-guru ini juga harus melibatkan siswa dalam memanipulais kegiatan yang mengarahkan pada pengembangan konsep melalui kegiatan investigasi dan analisis terhadap pengalaman.Sedangkan untuk guru yang memiliki latar belakang IPA untuk tingkat SD dan SMP criteria yang harus dimiliki adalah melangsungkan pembelajaran yang menekankan pada kegiatan kolaboratif melalui inkuiri yang dilangsungkan dilaboratorium atau lapangan. Guruguru yang memiliki latar belakang pendidikan dalam IPA harus memiliki pemahaman yang lebih dalam dibandingkan guru yang tidak memiliki latar belakang pendidikan IPA, namun mereka harus memiliki tema-tema dan perspektif yang sama terhadap IPA. Hurd (1998) yang menyatakan bahwa orang yang dinyatakan melek sains memiliki 3 ciri sebagai berikut : 1) Dapat membedakan teori dari dogma, data dari hal-hal yang bersifat mistis, sains, dari pseudo sains, bukti dari propaganda dan pengetahuan dari pendapat. 2) Mengenal dan memahami hakikat IPA, keterbatasan dari saintifik inkuiri, kebutuhan untuk pengumpulan bukti. 3) Memahami bagaimana cara untuk menganalisis dan memproses data. Diperlukan cara pengajaran yang bersifat konstruktif untuk menjadi orang yang melek sains. Cirri pembelajaran yang bersifat konstruktif ini dapat dibedakan dengan pembelajaran yang bersifat tradisional dengan cirriciri sebagai berikut : 1) Lebih memahami dan merespon minat, kekuatan, penagalaman, dan keperluan siswa secara individual. 2) Senantiasa menyeleksi dan mengadaptasi kurikulum. 3) Berfokus pada pemahaman siswa dan menggunakan pengetahuan sains, ide serta proses inkuiri. 4) Membimbing siswa dalam mengembangkan saintifik inkuiri. 5) Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk berdiskusi dan berdebat dengan siswa lain.



8



6) Secara berkesinambungan melakukan asesmen terhadap pemahaman siswa. 7) Memberikan bimbingan pada siswa untuk berbagi tanggung jawab dengan siswa lain. 8) Mensuport pembelajarn koopertif (cooperative learning), mendorong siswa untuk bekerja sama dengan guru sains lain dalam mengembangkan proses inkuiri. (http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/25/pembelajar an-ipa-yang-bersifat-konstruktif-di-sd/) C. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT a. Pengertian Pembelajaran Koperatif Suyatno (2009:51) berpendapat “pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang pernah ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas dan rasa senasib”. Sedangkan Jonhson (Rusman, 2010:204), pembelajaran kooperatif adalah teknik pengelompokkan yang didalamnya siswa bekarja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang. Belajar cooperative adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. b. Prinsip-prinsip Pembelajran Kooperatif Lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif menurut Roger dan Johnson (Rusman, 2010:212) adalah sebagai berikut : 1) Prinsip ketergantungan positif. Keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Oleh karena itu semua anggota dalam kelompok akan merasakan saling ketergantungan. 2) Tanggung jawab perseorangan, yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.



9



3) Interaksi tatap muka. Interaksi ini sangat penting karena sisa merasa lebih mudah belajar dari sesamanya. 4) Partisipasi dan komunikasi, yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran. 5) Evaluasi proses kelompok. c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Adapun langkah-langkah pemeblajaran kooperatif (Suyatno, 2010 :52) sebagai berikut : 1) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa 2) Menyajikan informasi 3) Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok 4) Membimbing kelompok belajar dan bekerja 5) Evaluasi 6) Memberikan penghargaan d. Peranan Guru dalam Pembelajaran Kooperatif Peran guru dalam pembelajaran kooperatif (Isjoni, 2010:62) adalah sebagai fasilitator, mediator, director-motivator dan evaluator.Dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dibutuhkan kemauan dan kemampuan serta kreatifitas guru dalam mengelola lingkungan kelas.Sehingga dengan menggunakan model ini guru bukannya menjadi pasif, tapi harus menjadi lebih aktif terutama saat menyusun rencana pembelajaran yang matang, pengaturan kelas saat pelaksanaan, dan membuat tugas untuk dikerjakan siswa bersama dengan kelompoknya. e. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Richard, 2010:16) dikembangkan oleh Spencer Kagan.Model Tipe NHT ini merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.Struktur kagan (Iqbal, online) menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternative dari struktur kelas tradisional seperti mengacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru



10



untuk mrnjwab pertanyaan yang telah dilontarkan.Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti. Tipe NHT (Trianto, 2010:82) ini juga melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah berbagai materi yang dibahas dalam sebuah pelajaran dan untuk memeriksa pemahaman mereka tentang isi pelajaran itu. Ibrahim (Herdian,2010) mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu: a. Hasil belajar akademik structural. Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. b. Pengakuan adanya keragaman. Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang. c. Penegembangan keterampilan sosial. Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan idea tau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) menurut Kagan (Kunandar, 2010:369) sebagai berikut : a. Penomoran (Numbering)yaitu siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang beranggotakan3 hingga 5 orang dan mereka diberi nomor. b. Pengajuan pertanyaan (Questioning)yaitu guru mengajukan suatu pertanyaan kepada para siswa dalam bentuk LKK. Guru juga membagikan alat peraga MEQIP kepada setiap kelompok. c. Berpikir bersama (Head Together)yaitu para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut. d. Pemberian jawaban (Answering) yaitu guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.



11



Beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang ahsil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren (http:///NHT/pembelajaran-kooperatif-tipe-nht.html) anatara lain : a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k.



Rasa harga diri menjadi lebih tinggi Memperbaiki kehadiran Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil Konflik antara pribadi berkurang Pemahaman yang lebih mendalam Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi Hasil belajar lebih tinggi. Pemahaman yang lebih mendalam. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi Hasil belajar lebih tinggi.



BAB III PELAKSANAAN PERBAIKAN A. SUBYEK PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di kelas IV SDN Jango Kecamatan Patangkep Tutui dengan mata pelajaran IPA. Perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan dalam dua siklus perbaikan pembelajaran. Siklus I dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 23 Oktober 2012 pukul 10.00-11.30 dan siklus II dilaksanakan pada hari kamis tanggal 25 Oktiber 2012 pukul 09.45-11.00. focus pembelajaran adalah alat indera manusia. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SDN Jango Kecamatan Patangkep Tutui kabupaten Barito Timur, yang terdiri dari 20 siswa. Jika dilihat dari kemampuan masing-masing siswa tidak ada siswa yang menonjol secara istimewa maupun siswa yang mengalami hambatan belajar. B. PROSEDUR PENELITIAN 1. SIKLUS I 1.1 Perencanaan



12



Melihat kemampuan yang dicapai siswa pada tes formatif, dan setelah berdiskusi dengan teman sejawat, maka peneliti merasa perlu untuk merencanakan perbaikan pembelajaran sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa. Perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 23 Oktober 2012. Yang menjadi focus penelitian adalah materi alat indera manusia. Dalam rencana perbaikan pembelajaran siklus I peneliti menggunakan tiga kegiatan yaitu kegiatan awal selama 5 menit, kegiatan Inti selama 45 menit dan kegiatan akhir selama 20 menit, sehingga waktu yang diperlukan adalah 70 menit. 1.2 Pelaksanaan Pelaksanaan perbaikan pembelajaran berpedoman pada rencana perbaikan pemebelajaran (RPP) I. perbaikan pembelajaran dilaksanakan di SDN Jango Kecamatan Patangkep Tutui kabupaten Barito Timur pada hari Selasa tanggal 23 Oktober 2012 pada pukul 10.00-10.30. tujuan dari perbaikan pembelajaran ini adalah dapat menjelaskan materi alat indera manusia. Pelaksanakan kegiatan dilakukan dengan (1) Kegiatan awal (a) Guru memberi salam (b) Mengkondisikan kelas dengan menyiapkan siswa untuk siap belajar seperti mempersiapkan alat tulis, media atau alat peraga. (c) Guru mengadakan apersepsi (d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran (e) Guru menyampaikan rencana pembelajaran (2) Kegiatan Inti (a) Guru membagi siswa dikelas menjadi 4 kelompok heterogen, tiap kelompok terdiri dari lima orang dan dibagi berdasarkan jenis kelamin dan peringkat. (b) Setiap anggota kelompok diberi nomor (c) Guru mengajukan suatu pertanyaan kepada para siswa dalam bentuk LKK (d) Siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut (e) Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dengan meminta siswa dengan nomor tertentu dari setiap kelompok untuk mempresantikan hasil diskusi



13



kelompoknya dan siswa dengan nomor yang sama pada kelompoknya yang lain untuk menanggapi hasil diskusi yang dibacakan. (f) Pemeberian kuis secara lisan kepada seluruh kelompok tentang indra penglihat (mata). Penilaian dilakukan dengan menghitung skor yang didapatkan ketika menjawab kuis oleh anggota masingmasing kelompok. Penghitungan skor dilakukan secara jelas dan terbuka di depan kelas. Kuis dalam bentuk soal tertulis yang dikocok dan dijawab secara lisan, setiap kelompok mendapat satu lembar soal yang terdiri dari dua nomor dan dijawab oleh dalam kelompok. Jika dalam kelompok tidak dapat menjawab dengan benar maka soal dapat dilempar dan dijawab oleh kelompok lain. (g) Guru mengumumkan hasil skor penilaian dan memberikan penghargaan berupa piagam penghargaan. (3) Kegiatan Akhir (a) Guru bersama siswa membuat kesimpulan (b) Guru mengadakan evaluasi (c) Guru melaksanakan refleksi pembelajaran (d) Guru memberikan tindak lanjut (e) Guru menyampaikan meteri pada pembelajaran berikutnya yaitu tentang indra pendengar (telinga) 1.3 Pengumpulan Data Perbaiakan pembelajaran siklus I peneliti dibantu teman sejawat, mengamati proses pemeblajaran yang berlangsung untuk mengumpulkan data yang akan digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang terjadi selama perbaikan pembelajaran berlangsung. Dari data yang dikumpulkan tersebut dapat digunakan sebagai acuan untuk memperbaiki kelemahan pembelajaran yang terjadi. Dalam proses pengumpulan data, peneliti teman sejawat menggunakan panduan lembar observasi, baik lembar observasi untuk mengawasi pembelajaran yang diterapkan peneliti, juga lembar observasi untuk mengamati kegiatan belajar siswa. Dari data yang terkumpul, baik yang dikumpulkan peneliti maupun yang dilakukan teman sejawat sangat berguna untuk mengetahui permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran dan bagaimana mencari solusi dan masalah pembelajaran tersebut, serta bagaiman



14



amerancang tindakan selanjutnya pabila perbaikan pembelajaran yang dilakukan belum mencapai hasil yang seperti tercantum dalam tujuan pembelajaran. Dengan demikian kesalahan yang sama dalam kegiatan pembelajaran dapat diminalisir dan proses pembelajaran selanjutnya lebih bermakna bagi siswa. 1.4 Refleksi Dalam refleki diri yang dilakukan peneliti dan teman sejawat setelah kegiatan perbaikan pembelajaran dan kegiatan pengumpulan data, peneliti melihat bahwa dalam perbaikan pembelajaran siklus I sudah berjalan cukup baik. Tetapi penjelasan guru terlalu cepat. Pada kegiatan diskusi kelompok peneliti tidak memberikan bimbingan pada siswa. Dari hasil evaluasi akhir pembelajaran meski sudah mengalami peningkatan akan tetapi hasil yang dicapai belum sesuai dengan yang diharapkan siswa sudah mampu mengerjakan soal, namun masih banyak siswa yang belum mampu menemukan pemecahan masalah sendiri sesuai kenyataan. Untuk itu peneliti memutuskan untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II dengan memperbaiki kelemahan yang terjadi pada perbaikan siklus I. 2. Siklus II 2.1 Perencanaan Kegiatan perbaikan pembelajaran siklus II merupakan kegiatan pembelajaran silus I yang belum berhasil sepenuhnya.. Perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 25 Oktober 2012 di SDN Jango Kecamatan Patangkep Tutui kabupaten Barito Timur. Yang menjadi focus penelitian adalah materi alat indera manusia. Dalam rencana perbaikan pembelajaran siklus II peneliti menggunakan tiga kegiatan yaitu kegiatan awal selama 5 menit, kegiatan Inti selama 45 menit dan kegiatan akhir selama 20 menit, sehingga waktu yang diperlukan adalah 70 menit. 2.2 Pelaksanaan Pelakasanaan perbaikan pembelajaran siklus II diterapkan setelah peneliti melihat hasil yang dicapai siswa pada perbaikan pembelajaran



15



siklus I belum mencapai hasil maksimal. Perbaikan pembelajaran dilaksanakan di SDN Jango Kecamatan Patangkep Tutui kabupaten Barito Timur pada hari Kamis tanggal 25 Oktober 2012 pada pukul 09.45-11.00. Dalam perbaikan pembelajaran pokok bahasan alai indera manusia mempunyai tujuan yaitu agar siswa dapat menjelaskan konsep alat indera manusia dengan menghubungkan dalam masalah kehidupan sehari-hari. Kegiatan dilakukan dengan langkah-langkah kegiatan seperti : (1) Kegiatan awal (a) Guru memberi salam (b) Mengkondisikan kelas dengan menyiapkan siswa untuk siap belajar seperti mempersiapkan alat tulis, media atau alat peraga. (c) Guru mengadakan apersepsi berupa mengulang pelajaran yang telah lalu. Guru meminta siswa menebak bunyi yang didengarnya dan mengaitkan dengan materi yang akan dipelajari. (d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran (e) Guru menyampaikan rencana kegiatan pembelajaran (2) Kegiatan Inti (a) Guru membagi siswa dikelas menjadi 4 kelompok heterogen, tiap kelompok terdiri dari lima orang dan dibagi berdasarkan jenis kelamin dan peringkat. (b) Setiap anggota kelompok diberi nomor (c) Guru mengajukan suatu pertanyaan kepada para siswa dalam bentuk LKK (d) Siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut (e) Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dengan meminta siswa dengan nomor tertentu dari setiap kelompok untuk mempresantikan hasil diskusi kelompoknya dan siswa dengan nomor yang sama pada kelompoknya yang lain untuk menanggapi hasil diskusi yang dibacakan. (f) Pemeberian kuis secara lisan kepada seluruh kelompok tentang indra pendengar (telinga). Penilaian dilakukan dengan menghitung skor yang didapatkan ketika menjawab kuis oleh anggota masingmasing kelompok. Penghitungan skor dilakukan secara jelas dan



16



terbuka di depan kelas. Kuis dalam bentuk soal tertulis yang dikocok dan dijawab secara lisan, setiap kelompok mendapat satu lembar soal yang terdiri dari dua nomor dan dijawab oleh dalam kelompok. Jika dalam kelompok tidak dapat menjawab dengan benar maka soal dapat dilempar dan dijawab oleh kelompok lain. (g) Guru mengumumkan hasil skor penilaian dan memberikan penghargaan berupa piagam penghargaan. (3) Kegiatan Akhir (a) Guru dibimbing siswa membuat kesimpulan (b) Guru mengadakan evaluasi (c) Guru melaksanakan refleksi pembelajaran (d) Guru memberikan tindak lanjut (e) Guru menyampaikan meteri pada pembelajaran berikutnya yaitu tentang indra pembau (hidung) dan indera peraba (kulit) 2.3 Pengumpulan Data Selam dalam kegiatan perbaikan pembelajaran baik perbaikan pembelajaran siklus I maupun perbaikan pembelajaran siklus II, peneliti dibantu teman sejawat, mengamati proses pemebalajaran. Pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan terhadap pembelajaran yang dilakukan siswa serta pengamatan terhadap penggunaan media dalam perbaikan pembelajaran. Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan baik oleh peneliti maupun yang dilakukan teman sejawat sangat berguna untuk mengetahui permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran, sehingga apabila ditemukan adanya kegagalan dapat diketahui penyebabnya untuk mempermudah mencari solusi yang tepat untuk mengatasinya.



2.4 Refleksi Seperti yang peneliti lakukan pada perbaikan pembelajaran siklus I, pada perbaikan pembelajaran siklu II, peneliti melakukan refleksi diri untuk menemukan kelemahan yang mungkin terjadi pada kegiatan perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pada perbaikan pembelajaran siklus II siswa tampak lebih bbersemangat mengikuti pelajaran karena selama



17



kegiatan pembelajaran peneliti memberikan bimbingan sepenuhnya kepada siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa yang belum memahami materi pembelajaran untuk bertanya. Media pembelajaran yang digunakan juga sangat menarik perhatian siswa. Pada akhir kegiatan perbaikan pembelajaran dari hasil yang dicapai sudah memuaskan. Lebih dari 70% siswa sudah mampu menjelaskan materi energy bunyi. Melihat hasil yang dicapai siswa tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran sudah mencapai hasil yang diharapkan sehingga tidak diperlukan perbaikan pembelajaran siklus III. C. ANALISI DATA a. Data Kuantitatif Data kuantitatif berupa nilai evaluasi pada kahir pertemuan dianalisis dengan tekhnik persentase, kemudian didistribusikan dalam bentuk tabel, dan difrekuensikan dengan grafik. Adapun rumus persentasenya adalah : Jumlah skor perolehan Persentase = Jumlah skor maksimal



x 100 %



Siswa dianggap tuntas apabila 100% siswa sudah memperoleh skor ≥ 70. Ketuntasan klasikal dihitung dengan rumus : Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase =



x 100 % Jumlah siswa Ketuntasan klasikal dianggap tuntas apabila terdapat ≥ 80% siswa sudah memperoleh skor ≥ 75.. Jumlah nilai keseluruhan Rata-rata =



x 100 % Jumlah siswa



b. Data Kualitatif Data kualitatif berupa observasi aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran. Persentase keaktifan siswa diolah dengan rumus : Jumlah siswa yang aktif Persentase =



x 100 % Jumlah siswa keseluruhan



18



Persentase keaktifan guru diolah dengan rumus sebagai berikut : Skor Perolehan Persentase =



x 100 % Skor Maksimum



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN



A. DISKRIPSI HASIL PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN 1. SILUS I Untuk melihat kemamapuan siswa dalam kemamapuan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan alat indra manusia, peneliti memberikan tes dengan membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS). Dari tes yang telah dilaksankan oleh siswa ternyata hasilnya kurang memuaskan.Setelah berdiskusi dengan teman sejawat, maka peneliti merasa perlu untuk merencanakan suatu perbaikan pembeljaran sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar.Perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan melalui empat tahap yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan data serta refleksi.



19



Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajar siklus I peneliti dibantu teman sejawat mengumpulkan data – data yang berkaitan dengan kegiatan perbaikan pembelajaran terutama dalam meningkatkan kemampuan dalam memahami materi alat indra manusia. Pengamatan yang dilakukan peneliti maupun teman sejawat untuk mengetahui keberhasilan maupun kegagalan yang dialami peneliti selama kegiatan perbaikan pembelajaran berlangsung. Data – data yang dikumpulkan selama proses perbaiakan pembelajran menjadi acuan bagi peneliti untuk mengevaluasi kegiaatan perbaikan pembelajaran yang dilakukan. Untuk melihat sejauh mana peningkatan yang dicapai siswa selama perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan, peneliti memberikan tes untuk dikerjakan oleh siswa. Hasil yang dicapai siswa pada perbaiakan pembelajaran siklus I dapat dilihat pada table berikut :



Tabel 4.4 Hasil Perbaikan Pembelajaran Siklus I No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.



Nama Siswa FITRI LAILA SAFITRI M.AGUS M.FITRAH M.RISKI MONALISA NORHAMIDAH RAUDATUL JANAH SANDI SAPUTRA SOFYAN WIWIT NUR YUPITA SARI Rata - rata



Siklus I 75 80 60 60 80 60 60 80 75 55 60 60 55,44



2. SIKLUS II Setelah melihat hasil yang dicapai siswa pada perbaikan pembelajaran siklus I meskipun sudah mengalamai peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan alat indra manusia akan



20



tetapi peningkatan tersebut ..........tujuan pembelajaran yang ditetapkan peneliti. Melalui pengumpulan data B. PEMBAHASAN 1. SIKLUS I Dalam kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I. Peneliti menggunakan tiga langkah pembelajaran yaitu kegiatan awal, kegiatan ini, dan kegiatan akhir. (1) Kegiatan awal (a) Guru memberi salam (b) Mengkondisikan kelas dengan menyiapkan siswa untuk siap belajar seperti mempersiapkan alat tulis, media atau alat peraga (c) Guru mengadakan apersepsi (d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran (e) Guru menyampaikan rencana pembelajaran (2) Kegiatan inti (a) Guru membagi siswa dikelas menjadi 4 kelompok introgen, tiap kelompok terdiri dari lima orang dan dibagi berdasarkan jenis kelamin dan peringkat. (b) Setiap anggota kelompok diberi nomor (c) Guru mengajukan suatu pertanyaan kepada para siswa dalam bentuk LKK (d) Siswa berpiir bersama untuk menggambarkan dan menyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut. (e) Guru meminta siswa utnuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dengan meminta siswa dengan nomor tertentu dari setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan siswa dengan nomor yang sama pada kelompok yang lain untuk menanggapi hasil diskusi yang dibacakan. (f) Pemberian kuis secara lisan kepada seluruh kelompok tentang indra penglihat (mata). Penilaian dilakukan dengan menghitung skor yang didapatkan ketika menjawab kuis oleh anggota masing – masing kelompok. Penghitungan skor dilakukan secara jelas dan terbuka didepan kelas. Kuis dalam bentuk soal tertulis yang dikocok dan dijawab secara lisan, setiap kelompok mendapat satu lembar soal yang terdiri dari dua nomor dan dijawab oleh dalam



21



kelompok . Jika dalam kelompok tidak dapat menjawab dengan benar maka soal dapat dilempar dan dijawab oleh kelompok lain. (g) Guru mengumumkan hasil skor penilaian dan memberikan penghargaan berupa piagam penghargaan (3) Kegiatan Akhir (a) Guru bersama siswa membuat kesimpulan (b) Guru mengadakan evaluasi (c) Guru melakukan refleksi pembelajaran (d) Guru memberikan tindak lanjut (e) Guru menyampaikan materi pada pembelajaran berikutnya yaitu tentang, indra pendengar (telinga) Ketuntasan klasikal yang diperoleh siswa pada perbaikan pembelajaran siklus I ini sudah mencapai 41,67 dengan nilai rata – rata 55,44, karena nilai standar ketuntasan untuk mata pelajaran IPA di SDN Jango Kabupaten barito Timur 70 jika mencapai ketuntasan klasikal mencapai 70%. Maka pembelajaran dikatakan belum berhasil, oleh sebab itu peneliti dan teman sejawat perlu untuk melakukan perbaikan pembelajaran perlu untuk melakukan perbaikan pembelajaran siklus II untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus I. 2. SIKLUS II Kegiatan pembelajaran siklus II ini guru tetap menggunakan tiga langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dankegiatan akhir.Kegiatan perbaikan pembelajaran siklus II ini memakan waktu 60 menit atau 2x jam pembelajaran. (1) Kegiatan awal (a) Guru memberi salam (b) Mengkondisikan kelas dengan menyiapkan siswa untuk siap belajar seperti mempersiapkan alat tulis, media atau alat peraga (c) Guru mengadakan apersepsi berupa mengulang pelajaran yang telah lalu. Guru meminta siswa menebak bunyi yang didengarnya dan mengaitkan dengan materi yang akan dipelajari



22



(d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran (e) Guru menyampaikan rencana kegiatan pembelajaran (2) Kegiatan inti (a) Guru membagi siswa dikelas menjadi 4 kelompok heterogen, tiap kelompok terdiri dari lima orang dan dibagi berdasarkan jenis kelamin dan peringkat. (b) Setiap anggota kelompok diberi nomor (c) Guru mengajukan suatu pertanyaan kepada para siswa dalam bentuk LKK (d) Siswa berpiir bersama untuk menggambarkan dan menyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut. (e) Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dengan meminta siswa nomor tertentu dari setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan siswa dengan nomor yang sama pada kelompok yang lain untuk menanggapi hasil diskusi yang dibacakan. (f) Pemberian kuis secara lisan kepada seluruh kelompok tentang indra penglihat (mata). Penilaian dilakukan dengan menghitung skor yang didapatkan ketika menjawab kuis oleh anggota masing – masing kelompok. Penghitungan skor dilakukan secara jelas dan terbuka didepan kelas. Kuis dalam bentuk soal tertulis yang dikocok dan dijawab secara lisan, setiap kelompok mendapat satu lembar soal yang terdiri dari dua nomor dan dijawab oleh dalam kelompok . Jika dalam kelompok tidak dapat menjawab dengan benar maka soal dapat dilempar dan dijawab oleh kelompok lain. (g) Guru mengumumkan hasil skor penilaian dan memberikan penghargaan berupa piagam penghargaan. (3) Kegiatan akhir



23



(a) (b) (c) (d) (e)



Guru bersama siswa membuat kesimpulan Guru mengadakan evaluasi Guru melakukan refleksi pembelajaran Guru memberikan tindak lanjut Guru menyampaikan materi pada pembelajaran berikutnya yaitu tentang indra pembau (hidung) dan indra peraba (kulit)



Nilai rata – rata yang diperoleh siswa sudah memuaskan, semua sudah mencapai nilai yang diharapkan .........sudah mencapai 78,61. Ini berarti sudah mencapai target perolehan nilai pada mata pelajaran IPA. Aktivitas siswa juga sudah memuaskan sehingga peneliti dan teman – teman sejawat memutuskan utnuk tidak melakukan perbaikan pembelajaran siklus III, dan pembelajaran siklus II merupakan penutup dari kegiatan perbaikan pembelajaran.



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian iniyaitu meningkatkan keterampilan menemukan kalimat utama melalui Pendekatan Kooperatif Tipe Numbered Heads Together pada siswa kelas IV



24



SDN 1 Jango Kecamatan Patangkep tutui Kabupaten Barito Timur yang dilkaukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Aktivitas siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dapat ditingkatkan melalui pendekatan kooperatif tipe Numbered Heads Together. Hal ini terlihat dari : a. Presentasi aktivitas siswa dalam kelompok yang diperoleh pada siklus 1 dengan kreteria cukup aktif dan pada siklus 2 mendapatkan kriteria aktif dengan dengan presentasi yang sangat tinggi. Dengan demikian aktivitas siswa dalam kelompok telah meningkat pada kegiatan pembelajaran yang menggunakan pendekatan kooperatif tipe numbered Heads Together. b. Presentasi aktivitas siswa dalam kelompok yang diperoleh pada siklus 1 dengan kreteria kurang aktif dan pada siklus 2 mendapatkan kriteria aktif dengan dengan presentasi yang cukup tinggi. Dengan demikian aktivitas siswa dalam kelompok telah meningkat pada kegiatan pembelajaran yang menggunakan pendekatan kooperatif tipe Numbered Heads Together. 2. Hasil belajar siswa dalam kegiatan pembejaran menggunkan Pendekatan Kooperatif Tipe Snowball Throwing terjadi peningkatan dan melebihi standar minimum yang ditentukan terlihat dari ketuntasan individu. Pada siklus 1 ketuntasan klasikal memperoleh nilai presentasi 87,5%. Dengan demikian hasil belajar siswa telah meningkat dengan menggunakan Pendekatan Kooperatif tipe Numbered Heads Together. B. SARAN DAN TINDAK LANJUT Berdasarkan kesimpulan diatas saran yang dapat diajukan peneliti antara lain : 1. Bagi sekolah agar memberikan dukungan penuh kepada guru untuk menerapkan model pembelajaran salah satunya model NHT dalam melaksankan proses belajar mengajar agar dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar. 2. Setiap guru hendaknya dalam melaksanakan proses belajar mengajar dapat menerapkan model – model pembelajaran yang ada salah satunya



25



model pembelajaran kooperatif NHT dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran serta peningkatan keaktifan siswa baik secara kelompok maupun individu dalam kegitan proses pembelajaran. 3. Bagi peneliti agar menerapkan pemahaman yang telah didapat dari penelitian untuk melaksanakan pembelajaran IPA yang menarik, dan menyenangkan. 4. Kepada siswa hendaknya berusaha meningkatkan pengetahuan, keberanian dan rasa percaya diri baik dalam kelompok atau pada saat kuis.



DAFTAR PUSTAKA Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Tahun 2006 Idi Abdullah (2007) Pengembangan Kurikulum Teori & Praktek.Jogjakarta : ArRuzz MediaDepartemen Pendidikan dan Kebudayaan. Ditjen Dikti. Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action research ). IBRD OAN No. 3979 – IND Hasbullah (2009) dasar – dasar ilmu Pendidikan.Jakarta : Rajawali Pers Sumantri. Mulyani dan Nana Syaodih (2007) Perkembangan Peserta didik.Jakarta : Universitas Terbuka Wardani Igak, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka Dzamarah, syaiful Basri (2008) Psikologi Belajar.Jakarta : Rineka Cipta Amri, Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi (2010). Konstruksi Pengembangan Pembelajaran.



26



Jakarta : Prestasi Pustaka Suyanto.(2009) Menjelajah pembelajaran Inovatif.Surabaya : Masmedia Buana Pustaka Taufik, Agus, dkk.2008. Pendidikan Anak di SD. Jakarta : Universitas Terbuka Dinn Wahyudin, Supriadi, dan Ishak Abdulhak. 2007. Pengantar Pendidikan. Jkarta : Universitas Terbuka Satori Dzam’an, dkk. 2007. Profesi Keguruan. Jakarta. Universitas Terbuka Umaedi, Hadiyanto, dan Siswantari. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta : Universitas Terbuka