Karya Ilmiah Ket. Berbicara [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KARYA ILMIAH “BERBICARA DI DEPAN PUBLIK (PUBLIC SPEAKING) MERUPAKAN BAGIAN DARI SENI BERKOMUNIKASI” DOSEN PENGAMPU : Drs. H. Nasaruddin M. Ali, M.Pd.



OLEH INDRIANI PUTRI E1C020077 1C ( Semester I )



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur kita kehadirat Allah SWT. atas limpahan Rahmat, Taufik, dan Hiyadayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Shalawat serta salam tidak lupa kita haturkan kepada junjungan Nabi besar Nabi Muhammad saw. yang telah membawa kita menuju jalan yang terang benderang yakni Ad-Dinul Islam. Penulisan karya ilmiah ini berjudul “Berbicara Di Ruang Publik (Public Speaking) Merupakan Bagian dari Seni Berkomunikasi” bertujuan untuk memenuhi tugas penilaian akhir semester I pada mata kuliah Keterampilan Berbicara. Dengan selesainya karya ilmiah ini tentu tidak terlepas dari dukungan dan dorongan dari beberapa pihak, untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. H. Lalu Husni, SH, M.Hum., selaku rektor Universitas Mataram. 2. Bapak Prof. Dr. H. A Wahab Jufri, M.Sc., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram. 3. Ibu Dra. Siti Rohana Hariana Intiana, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni. 4. Bapak Drs. Mar’i, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik. 5. Bapak Drs. H. Nasaruddin M. Ali, M.Pd., selaku Dosen Mata Kuliah Keterampilan Berbicara yang telah memberikan bimbingannya dalam proses belajar-mengajar melalui daring.



ii



6. Dosen-dosen akademik yang telah banyak memberikan bimbingan serta tenaga administrasi yang tidak dapat disebutkan satu persatu. 7. Kedua orang tua penulis yang tercinta yaitu Ayahanda Abdul Rahim dan Ibunda Siti Zulpaiyah, S.Pd. yang selalu memberikan dukungan melalui doa, cinta, kasih sayangnya yang tiada henti kepada penulis tanpa mengharapkan sesuatu apapun. 8. Dan buat sahabat-sahabat, teman-teman kelas IPS 3 (Respect Class) yang saya cintai, serta teman-teman seperjuangan Kelas 1C yang telah memberikan semangat dan dukungannya kepada penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam kesempurnaan karya ilmiah ini. Saya berharap karya ilmiah ini dapat memberi pengetahuan dan informasi kepada penulis dan pembaca. Selain itu juga bisa diterapkan atau dipraktekkan.



Mataram, 17 November 2020 Penulis,



Indriani Putri



iii



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL …………………………………………..………..…i KATA PENGANTAR ………………………………………..…………...ii-iii DAFTAR ISI ……………………………………………..………………..iv BAB I



PENDAHULUAN ……………………………………….…….5-7 1.1.



Latara Belakang ……………………………………….. …..5-6



1.2.



Rumusan Masalah ……………………………………….....6



1.3.



Pembatasan Masalah …………………………………….....6



1.4.



Tujuan Penelitian ………………………………………..…7



1.5.



Manfaat Penelitian …………………………………….. …..7



BAB II



KAJIAN PUSTAKA ……………………………………..……8-9 2.1. Pengertian Berbicara .……………………………..……….8 2.2. Pengertian Komunikasi .……………………..…………….8-9 2.3. Pengertian di Depan Publik (Public Speaking) ...…………..9



BAB III



PEMBAHASAN …………………………………..…………10-23 3.1. Keterampilan Berbicara …...………………………..……10-12 3.2. Keterampilan Komunikasi (Public Speaking) ……………13-23 3.3. Berbicara di Depan Publik Melalui Berpidato …….……..17-23



BAB IV



PENUTUP ……………………………………………………..24 4.1. Kesimpulan ………………………………………………..24 4.2. Saran ………………………………………………………24



iv



DAFTAR PUSTAKA



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1.



Latar Belakang Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarmanusia. Bahasa sebagai alat komunikasi ini, dalam rangka memenuhi sifat manusia sebagai makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan sesama manusia. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia dituntut untuk mempunyai kemampuan berbahasa yang baik. Seseorang yang mempunyai kemampuan berbahasa yang memadai akan lebih mudah menyarap dan menyampaikan informasi baik secara lisan maupun tulisan. Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Berbicara adalah suatu bunyi-bunyi atau bahasa-bahasa yang dikeluarkan dari alat ucap manusia yang digunakan untuk berkomunikasi dengan lawan bicaranya. Berbicara mampu membuat seseorang saling berinteraksi secara langsung kepada lawan bicaranya dan membuka ruang baru antara pembicara dan pendengarnya. Keterampilan berbicara berperan penting dalam upaya melahirkan generasi masa depan yang cerdas, kreatif, kritis, dan berbudaya. Melalui penguasaan keterampilan berbicara, seorang anak mampu mengekspresikan pikiran secara cerdas sesuai materi dan situasi pada saat ia sedang berbicara. Pada zaman persaingan ini, memiliki keterampilan dan kemampuan berbicara bisa menjadi keunggulan sendiri. Akan tetapi hal tersebut tidak akan terbentuk dalam waktu yang singkat, perlu latihan rutin dan membiasakan diri untuk memperhatikan ucapan diri sendiri, serta memiliki kepercayaan diri dan berani berbicara di depan publik. Kesadaran akan pentingnya public speaking sendiri telah dikenali dalam peradaban manusia sejak berabad-abad lampau. Sejarah mencatat bahwa



5



kegiatan public speaking telah dilakukan di Yunani dan Romawi Kuno dalam bentuk retorika, terutama saat sistem politik demokratis diterapkan di sana. Keterampilan public speaking diajarkan di sekolah-sekolah karena dibutuhkan saat rapat politik dan proses pengadilan pada masa itu. Buku Retorika yang ditulis Aristoteles, filsuf besar pada masa itu, diyakini sebagai dokumentasi tertulis terlengkap menyangkut public speaking. Pada dasarnya berbicara itu mudah dilakukan oleh banyak orang, akan tetapi ada beberapa orang di luar sana yang tidak bisa berbicara karena beberapa hal, seperti orang yang keterbatasan berbicara (bisu), memiliki trauma, takut berbicara di depan publik (gugup/gerogi), serta kondisi psikologis orang tersebut. Dalam kondisi seperti di atas apakah orang yang mengalaminya tidak memiliki rasa percaya diri saat berbicara di depan publik atau hal lain sehingga orang tersebut tidak berani untuk berbicara. Kita sebagai mahasiswa harus mampu memiliki keterampilan berbicara secara baik dan logis di depan publik, karena orang akan menilai seseorang itu dari ucapan dan bagaimana dia cara bertutur yang baik dan logis di depan publik. 1.2.



Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat penulis sajikan adalah melatih kemampuan berbicara dan komunikasi di depan publik. 1) Apa yang dimaksud dengan keterampilan berbicara dan keterampilan komunikasi? 2) Bagaimana cara berbicara di depan publik melalui berpidato?



1.3.



Pembatasan Masalah



6



Pada karya ilmiah ini membatasi masalah berbicara di depan publik merupakan bagian dari seni berkomunikasi, serta bagaimana cara berbicara di depan publik melaui berpidato.



6



1.4.



Tujuan Masalah



1.4.1. Tujuan Masalah Secara Umum Memberikan informasi, ilmu, dan pengetahuan tentang bagaimana cara melatih kemampuan berbicara dan komunikasi di depan public, serta bagaimana cara berbicara di depan publik melaui berpidato. 1.4.2. Tujuan Masalah Secara Khusus Mampu menjelaskan bagaimana cara melatih kemampuan berbicara dan komunikasi di depan publik, serta bagaimana cara berbicara di depan publik melaui berpidato. 1.5.



Manfaat Masalah



1.5.1. Manfaat Masalah Secara Teoritis Memperbanyak informasi, ilmu, dan pengetahuan tentang bagaimana cara melatih kemampuan berbicara di depan publik. 1.5.2. Manfaat Masalah Secara Praktis Agar seseorang dapat memiliki kemampuan dalam berbicara di depan publik, mampu meningkatkan keterampilan komunikasinya, serta dapat percaya diri dan berani dalam menyampaikan argumentasinya di depan publik.



7



BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.



Pengertian Berbicara Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2005:165) berbicara adalah “beromong, bercakap, berbahasa, mengutarakan isi pikiran, melisankan sesatu yang dimaksud”. Berbicara merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif dan penggunaannya yang paling luas dan paling penting. Berikut definisi bahasa menurut beberapa sumber sebagai berikut : 1. Menurut Djago Tarigan, (1990:149) : “Berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan”. 2. Menurut Nurgiyantoro, (2001:276) : “Berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi yang didengarkan itu, kemudian manusia belajar untuk mengucapkan dan akhirnya terampil berbicara”. 3. Menurut Mulgrave, (melalui Tarigan, 2008:16) : “Berbicara merupakan suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasangagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhankebutuhan sang pendengar atau penyimak”.



2.3.



Pengertian Komunikasi Komunikasi atau communicaton berasal dari bahasa Latin communis yang berarti 'sama'. Communico, communicatio atau communicare yang berarti membuat sama (make to common). Pengertian komunikasi pada umumnya adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak



8



kepada pihak lain. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI (2011), komunikasi didefinisikan sebagai pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Adapun definisi atau pengertian komunikasi menurut beberapa ahli sebagai berikut : 1. Menurut Carl I. Hovland : “Komunikasi adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang menyampaikan rangsangan (biasanya dengan menggunakan lambing verbal) untuk mengubah prilku orang lain”. 2. Menurut Everett M. Rogers : “Komunikasi adalah proses suatu ide dialihkan dari satu sumber kepada satu atau banyak penerima dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka”. 3. Menurut Hani Handoko : “Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain, melibatkan lebih dari sekedar kata-kata dalam percakapan, tetapi juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus tidak hanya memerlukan transmisi data, tetapi bahwa tergantung pada ketrampilan tertentu untuk membuat sukses pertukaran informasi.



2.4.



Pengertian Berbicara di Depan Publik (Public Speaking) Media massa merupakan salah satu sarana penting bagi terciptanya “ruang publik” yang terbuka bagi seluruh lapisan masyarakat (Djuarsa, 2001: 5). Public speaking adalah ke-mampuan berbicara di depan banyak orang, menyampaikan pesan yang dapat dimengerti dan dipercaya oleh publik pendengarnya. PS dapat memiliki peran luar biasa dalam kehidupan kita, antara lain (Hamilton, 2003: 3).



9



BAB III PEMBAHASAN 3.1.



Keterampilan Berbicara 3.1.1. Hakikat Berbicara Berbicara secara umum dapat dimaksudkan sebagai sebuah keterampilan guna menyampaikan ide, gagasan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan. Menurut Tarigan (1990: 15), berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi – bunyi artikulasi atau kata – kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Nurgiyantoro menambahkan bahwa berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan bahasa setelah mendengarkan. Untuk dapat berbicara dalam suatu bahasa secara baik, pembicara



harus



menguasaai



lafal,



struktur,



dan



kosakata



yang



bersangkutan. Selain itu, diperlukan juga penguasaan masalah atau gagasan yang akan disampaikan serta kemampuan memahami bahasa lawan bicara. Sedangkan wujud dari berbicara sendiri dipandang sebagai sebuah alat berkomunikasi dengan kebutuhan – kebutuhan penyimak penerimaan pesan yang telah disusun dalam pikiran pembicara. Pada intinya berbicara adalah sebuah kemampuan diri dalam mengekspresikan pikiran atau ide melalui lambang – lambang bunyi. Pentingnya keterampilan berbicara atau bercerita dalam komunikasi juga diungkapkan oleh Supriyadi (2005:178) bahwa apabila seseorang memiliki keterampilan berbicara yang baik, dia akan memperoleh keuntungan sosial maupun profesional. Keuntungan sosial berkaitan dengan kegiatan interaksi sosial antarindividu. Sedangkan, keuntungan profesional diperoleh sewaktu menggunakan bahasa untuk pertanyaan-pertanyan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan. Keterampilan berbahasa lisan



10



tersebut memudahkan siswa berkomunikasi dan mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang lain. 3.1.2. Tujuan Berbicara Menurut Dra. Suharyanti (dalam buku Pengantar Keterampilan Berbicara, 2011:7) tujian utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Pada dasarnya berbicara mempunyai 3 maksud umum, yaitu: 1. Memberitahukan, melaporkan 2. Menghibur, menjamu 3. Membujuk, mengajak, mendesak, meyakinkan Sementara menurut Dr. H. Nawawi, M.Si. dkk, (dalam buku Keterampilan Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, 2017:2324) tujuan keterampilan berbicara adalah sebagai beriku. 1. Mampu memenuhi dan menata gagasan dengan penalaran yang logis dan sistematis. 2. Mampu menuangkan gagasan kedalam bentuk-bentuk tuturan yang sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia. 3. Mampu mengucapkan dengan jelas dan lancar. 4. Mampu memilih ragam bahasa Indonesia. Dapat diambil kesimpulan bahwa berbicara sebagai suatu keterampilan berbicara sangat diperlukan dalam berbagai keperluan. Pada situasi kegiatan belajar mengajar dapat berupa simulasi, praktek berbicara dan pemberian umpan balik. 3.1.3. Jenis-jenis Berbicara 3.1.3.1.



Berdasarkan Situasi



11



Berbicara ada dalam dua lingkup jika dilihat dari situasinya, yaitu lingkup resmi dan lingkup tidak resmi. Situasi-situasi resmi



11



dapat dikelompokkan kedalam klasifikasi informatif seperti :Kuliah, ceramah tentang perjalanan, laporan, instruksi, pemberian suatu pandangan, pengangkatan atau penunjukkan, pidato. Sedangkan situasi tidak resmi berupa situasi yang mengandung unsur hiburan seperti : anekdot, lelucon atau lawakan, arisan, perkumpulan keluarga, pesta ulang tahun. 3.1.3.2. Berdasarkan Tujuan Berbicara dilihat dari tujuan yang ingin dicapai dapat dibagi menjadi lima jenis, yaitu ; berbicara menghibur, berbicara menginformasikan, berbicara menstimulasi, berbicara meyakinkan, berbicara menggerakkan. 3.1.3.3.



Berdasarkan Metode dan Teknik Penyampaian Berbicara Macam-macam metode dalam penyampaian berbicara yang digunakan seseorang dalam menyampaikan pembicaraannya, diantaranya adalah metode penyampaian mendadak, metode penyampaian naskah, metode penyampaian catatan kecil, metode penyampaian hafalan. Teknik berbicara dilaksanakan agar pembicaraan lebih mudah dimengerti dan mencapai tujuan yang diharapkan. Penyesuaian diri antara komunikator dan komunikan sangat dibutuhkan.



3.1.3.4.



Berdasarkan Jumlah Penyimak Berdasarkan jumlah penyimaknya, berbicara dapat dibagi



atas tiga jenis ; berbicara antarpribadi, berbicara dalam kelompok kecil, dan berbicara dalam kelompok besar.



12



3.2.



Keterampilan Komunikasi (Public Speaking) Public Speaking (PS) secara harfiyah artinya berbicara di depan umum, utamanya ceramah atau pidato. Maka public speaking art atau seni berpidato adalah keterampilan seseorang dalam berpikir, mengingat, mengemas ide atau gagasan, mengelola berbagai sumberdaya yang tersedia dalam menyampaikan pesan kepada khalayak dengan tujuan-tujuan tertentu. 3.2.1. Bentuk-bentuk Komunikasi Menurut Dr. H. A. Sunarto dalam buku Komunikasi Dakwah bentukbentuk komunikasi sebagai berikut. 1) Komunikasi Intrapersonal. Komunikasi tipe ini terjadi apabila seseorang berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Komunikasi semacam ini dapat berlangsung dalam bentuk verbal, non verbal maupun dalam bentuk vokal. 2) Komunikasi Interpersonal. Komunikasi tipe ini terjadi apabila seseorang berkomunikasi dengan seseorang yang lain baik dilakukan secara verbal, non verbal maupun vokal. 3) Komunikasi Publik. Komunikasi tipe ini terjadi apabila sekelompok orang menerima pembicaraan dari seorang pembicara. Tanggung jawab komunikasi tipe ini terletak sepenuhnya pada pembicara seorang. Pada saat itulah pembicara sedang berpidato.



3.2.2. Unsur-unsur Keterampilan Komunikasi (Public Speaking) Menurut Asep Syamsul M. Romli (dalam buku Komunikasi Dakwah, 2013:49-51) eorang pembicara harus memperhatikan unsur-unsur public speaking yang meliputi teknik vokal, eye contact, gesture, dan humor agar pembicaraannya menarik dan efektif.



13



3.2.2.1.



Teknik Vokal Teknik vokal antara lain menyangkut: 1) Intonasi (intonation) –nada suara, irama bicara, atau alunan nada dalam melafalkan kata-kata. 2) Aksentuasi (accentuation) atau logat, dialek. Lakukan stressing pada kata-kata tertentu yang dianggap penting. 3) Kecepatan (speed). Jangan bicara terlalu cepat. 4) Artikulasi (articulation), yaitu kejelasan pengucapan kata-kata; pelafalan kata (pronounciation). 5) Infleksi (inflection) – lagu kalimat, perubahan nada suara; hindari pengucapan yang sama bagi setiap kata. Infleksi naik (go up) menunjukkan adanya lanjutan, menurun (go down) tunjukkan akhir kalimat.



3.2.2.2.



Kontak Mata Eye Contact (kontak mata) berfungsi membangun hubungan dengan audiens (making a connection) sekaligus memantau keadaan/sikap mereka saat pembicaraan berlangsung. Kontak mata juga



“membangun



kepercayaan”



antara



pembicara



dengan



pendengar. Kontak mata dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) Pandanglah hadirin secara keseluruhan. Hadirin tidak akan memperhatikan pembicara yang tidak memperhatikan mereka. 2) Pandangan mata jangan tertuju pada satu sudut atau sekelompok pendengar. Putarlah pandangan sehingga semua pendengar merasakan bahwa mereka tengah diajak bicara. 3) Jika hadirin tampak tidak bisa mendengar suara kita, keraskan suara atau minta volume microfon ditambah.



14



4) Jika kita lihat mereka tampak jenuh, gunakan humor atau tingkatkan vokal secara variatif.



14



5) Jika kita lihat mereka bingung, ulangi dan/atau rephrase apa yang haru saja kita katakan. 3.2.2.3.



Gerakan Tubuh Gerakan tubuh meliputi ekspresi wajah, gerakan tangan, lengan, bahu, mulut atau bibir, gerakan hidung, kepala, badan, kaki. Setiap gerakan mengandung tiga bagian: 1) Pendekatan (The Approach) – Tubuh siap untuk bergerak; 2) Gerakan (The Stroke) – gerakan tubuh itu sendiri; 3) Kembali (The Return) – kembali ke posisi semula atau keadaan normal. Teknik gesture antara lain: 1) Alami, spontan, wajar, tidak dibuat-buat. 2) Penuh, tidak sepotong-sepotong, tidak ragu. 3) Sesuai dengan kata-kata. 4) Gunakan untuk penekanan pada poin penting, 5) Tidak berlebihan. Less is more! 6) Variatif, jangan monoton. Misalnya terus-menerus mengepalkan jari tangan di atas. 7) Jangan melakukan gerakan yang tidak bermakna atau tidak mendukung pembicaraan seperti: memegang kerah baju, mempermainkan



mike,



meremas-remas



jari,



dan



menggarukgaruk kepala. 8) Makin besar jumlah hadirin, kian besar dan lambat gerakan tubuh yang kita lakukan. Jika kita berbicara di depan hadirin dalam jumlah kecil, atau di videoconferencing, atau di televisi, lakukan gerakan tubuh alakadarnya (smaller gestures).



15



3.2.2.4.



Humor Humor adalah bumbu dalam public speaking dan selalu berhasil membuat



sebuah



pembicaraan



menjadi



menarik.



Namun,



sebagaimana bumbu yang berlebihan membuat makanan malah jadi tidak enak, humor pun harus proporsional, tidak berlebihan, dan “timing”-nya pas. Teknik humor antara lain: 1) Exaggeration, melebihkan sesuatu secara tidak proporsional. Misalnya, ungkapan “hujan lokal” bagi pembicara yang “menyemburkan” air liur. 2) Parodi, meniru gaya suatu karya serius (lagu, pepatah, puisi) dengan penambahan agar lucu, misalnya mengubah lirik lagu dengan kata-kata baru bernada humor; 3) Teknik belokan, mendadak membawa audiens untuk meyakini bawa kita akan berbicara normal, namun tiba-tiba kita mengatakan sebaliknya atau tidak disangka-sangka pada akhir pembicaraan. Contoh: Saya mencintai seorang wanita, namun kami tidak bisa menikah karena keluarganya merasa keberatan. Saya tidak bisa apa-apa, karena keluarganya yang tidak setuju itu adalah suami dan anak-anaknya!; TV (baca: tivi) yang dibuat di Bandung dan bermerk “Parisj van Java” yaitu tipikir-pikir tidak ada.



3.2.3.



Komunikasi Efektif Komunikasi efektif adalah komunikasi yang berhasil mencapai tujuan, mengesankan, dan mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada komunikan. Secara etimologis, kata efektif (effective) sering diartikan dengan mencapai hasil yang diinginkan (producing desired result), dan menyenangkan (having a pleasing effect).



16



Dalam buku Komunikasi Dakwah (2013:44) komunikasi dapat dikatakan efektif apabila: 1) Membuat pendengar mendengarkan apa yang kita katakan (atau melihat apa yang kita tunjukkan kepada mereka). 2) Membuat pendengar memahami apa yang mereka dengar atau lihat. 3) Membuat pendengar menyetujui apa yang telah mereka dengar (atau tidak menyetujui apa yang kita katakan, tetapi dengan pemahaman yang benar). 4) Membuat pendengar mengambil tindakan yang sesuai dengan maksud kita dan maksud kita bisa mereka terima. 5) Memperoleh umpan balik dari pendengar.



3.3.



Berbicara di Depan Publik Melalui Berpidato 3.3.1. Konsep Dasar Pidato 3.3.1.1.



Pengertian Pidato Berbicara di depan publik atau pidato atau public speaking adalah keahlian atau kemampuan yang harus dimiliki orang yang berkedudukan sebagai pemimpin, baik lembaga pemerintah, lembaga usaha, lembaga sosial, motivator, dan lainya untuk menyampaikan informasi atau pengtahuan dan pengalaman kepada pendengarnya atau audience. Pidato berarti penyampaian gagasan, pikiran, atau informasi serta tujuan dari pembicara kepada orang lain (audience). Pidato sebagai salah satu bentuk komunikasi dapat dipahami sebagai kegiatan seseorang dalam berbicara kepada khalayak. seni berpidato atau public speaking art adalah keterampilan seseorang dalam berpikir, mengingat, mengemas ide atau gagasan, mengelola



21



berbagai



sumberdaya



yang



tersedia



dalam



menyampaikan



pesankepada khalayak dengan tujuan-tujuan tertentu. Pidato melibatkan sekurangnya dua pihak, yaitu pembicara, juga disebut orator, public speaker, narasumber, penceramah, khatib dan lain sebagainya. Dengan pihak yang menjadi sasaran, yaitu khalayak pendengar atau disebut audiens. 3.3.1.2.



Jenis-jenis Pidato Dalam buku Smart Book of Speaking oleh D.R. Hamdanny, menjelaskan tujuan pidato sebagai berikut. - Pidato informatif Yaitu pidato yang bertujuan untuk memberikan informasi atau keterangan mengenai sesuatu, misalnya seorang pemandu wisata yang berbicara kepada sekelompok turis tentang fasilitas dan lokasi tempat



wisata.



Atau



seorang



petugas



keamanan



yang



menyampaikan forecasting cuaca pada sekumpulan pendaki gunung. - Pidato edukatif/ instruktif Sesuai namanya, pidato edukatif bertujuan untuk mengedukasi atau mendidik. Istilah instruktif erat kaitannya dengan metode mengajar. Pidato jenis ini diantaranya dilakukan di kelas, pada perkuliahan, pada seminar, pelatihan dan sebagainya. - Pidato Deklaratif / Konstitutif Melalui pidato deklaratif, seorang pembicara mendeklarasikan terciptanya suatu entitas atau realitas baru, atau menetapkan berlakunya suatu hukum (to constitute). Misalnya pidato proklamasi Soekarno-Hatta yang menjadi dasar terlahirnya negara Republik Indonesia. Serta pidato perpisahan (khutbatul wada’)



22



Nabi yang menjadi penetapan waktu dimulainya pengharaman mutlak atas riba di dalam Islam. - Pidato argumentatif Pidato argumentatif mengedepankan aspek argumentasi guna meyakinkan khalayak pendengar tentang suatu permasalahan. Misalnya pada pidato yang dilakukan pada acara debat terbuka dan pidato di antara anggota parlemen. - Pidato Persuasif Pidato jenis ini bertujuan untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Pidato jenis ini umum dilakukan pada aktivitas komersial seperti presentasi bisnis, atau pada kegiatan keagamaan seperti dakwah. - Pidato Deskriptif Pidato deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai sesuatu. Pidato jenis ini biasa dilakukan oleh seorang presenter yang menjelaskan fungsi, kegunaan produk pada khalayak. - Pidato Rekreatif Pidato rekreatif bertujuan untuk menghibur khalayak. Bentuk populer dari pidato ini adalah Stand Up Comedy. 3.3.2. Teknik-teknik Public Speaking Public Speaking dalam buku Smart Book of Speaking oleh D.R. Hamdanny, menjelaskan Teknik-teknik pidato ditinjau dari ketergantungan pembicara



terhadap



teks,



naskah



atau



bahan



pidato



yang



disampaikansebagai berikut. 3.3.2.1.



Impromptu



23



Penyampaian secara impromptu dilakukan dengan spontan dan tanpa persiapan. Dalam impromptu, seorang pembicara dituntut untuk berpidato dengan improvisasi tanpa dibekali teks sama sekali. Umumnya situasi seperti ini terjadi pada pesta ulang tahun, acara-acara keluarga atau event non formal lainnya. Kelebihan teknik impromptu adalah bahasa yang singkat, padat, serta penyampaian yang lebih santai. Improvisasi yang diciptakan biasanya membuat suasana lebih interaktif dan tidak membosankan. Namun kekurangannya adalah materi yang mungkin disampaikan secara acak, tidak sistematis dan kemungkinan terjadi kesalahan lebih besar dari teknik lainnya. 3.3.2.2.



Ekstempore Ekstempore adalah teknik berpidato dengan mempersiapkan catatan



poin-poin penting terlebih dahulu. Biasanya pembicara dibekali dengan secarik kertas, clue card, atau gadget yang telah diisi dengan outline materi secara ringkas. Dengan penyampaian secara ekstempore, materi akan tersampaikan lebih terarah dan sistematis. Namun jika terlalu sering mengintip catatan, pembicara kerap dianggap kurang persiapan. 3.3.2.3.



Manuscript Dalam teknik manuskrip atau membaca naskah, pembicara telah



dibekali naskah materi pidato secara lengkap terlebih dahulu. Pembicara hanya membacakan naskah saja, tanpa perlu melakukan improvisasi. Teknik penyampaian pidato dengan membaca naskah biasanya dilakukan pada acara-acara resmi yang menuntut materi tersampaikan secara baik dan benar. Misalnya seorang Presiden yang menyampaikan pidato kenegaraan di sidang DPR RI.



24



Kelebihan teknik ini menjadikan pidato lebih terencana, terarah dan sistematis. Adapun kelemahan pada teknik membaca biasanya pembicara terlalu fokus pada materi yang dibaca. Hal tersebut menyebabkan interaksi yang kurang dinamis dan pada akhirnya pidato menjadi membosankan. 3.3.2.4.



Menghafal Metode ini menuntut pembicara untuk menghapal seluruh materi



yang akan disampaikan. Teknik ini lumrah digunakan pada jenis pidato rekreatif seperti stand up comedy atau pertunjukan lainnya. Kelebihan teknik menghafal adalah mematangkan persiapan atau penguasaan terhadap materi dan memastikan pidato berlangsung secara sistematis. Namun kekurangannya, apabila pembicara lupa akan berpengaruh pada isi materi atau mengganggu konsentrasi pendengar. 3.3.3. Tips Sukses Public Speaking Berikut adalah tips-tips sederhana untuk menjadi seorang pembicara yang efektif: 1) Berlatih secara intensif 



Latihan vokal







Latihan kepercayaan diri







Latihan berpikir argumentatif







Latihan menyimak







Latihan berbicara



2) Upayakan persiapan yang matang 



Persiapan materi







Persiapan alat bantu







Persiapan hal-hal detail



3) Pengelolaan materi dengan cerdas 



Kesesuaian dengan latar belakang dan kondisi demografis audiens



25







Kesesuaian dengan agama dan budaya setempat







Pengaturan durasi dalam penyampaian materi



4) Penguasaan diri 



Kesiapan & Penampilan fisik







Kesiapan mental & spiritual



5) Penguasaan panggung 



Posisi berpidato







Alat bantu pidato



6) Eksploitasi mimik & gestur secara proporsional 7) Interaksi resiprokal dengan pendengar melalui tanya-jawab, tatapan, dsb. 8) Keseimbangan bobot materi dengan durasi penyampaian. 9) Penggunaan games, musik, quiz, dan sebagainya sebagai Ice breaking 10) Memotivasi pendengar dan jangan ragu menerima evaluasi dari mereka 11) Mengatasi Berbagai Hambatan 



Psikologis Biasanya hambatan psikologis, seperti kurang percaya diri, gugup, khawatir berlebihan atau ketakutan menjadi hambatan utama bagi pembicara pemula. Cara mengatasinya adalah dengan menyadari betul bahwa rasa gugup adalah normal. Bahkan seorang motivator ulung pun pasti mengalaminya. Gugup adalah pertanda seseorang menganggap penting sesuatu dan tidak meremehkannya.



 Fisik Hambatan fisik seperti suara yang tiba-tiba hilang, mual-mual, sakit perut dan sebagainya biasa muncul jika seseorang kelelahan, ketakutan berlebih atau mungkin tak ada kaitannya dengan rasa nervous. Jika simptom sebagaimana disebut terjadi, sebaiknya jangan memaksakan untu tampil. Kecuali jika Anda yakin rasa sakit itu dapat teratasi atau akan hilang dengan sendirinya. 



Kultural



26



Hambatan Kultural adalah hambatan yang paling subtle dibanding yang lainnya, meski memiliki dampak yang cukup serius. Seorang pembicara bisa saja kehilangan kredibilitasnya secara tibatiba ketika ia mengucapkan satu dua patah kata yang dianggap tabu di tempat ia menyampaikan pidato. Misal: seorang dosen asal Indonesia yang tanpa sengaja mengucapkan, “Saya butuh secarik kertas,”di Malaysia kemungkinan besar akan diusir dari kelasnya. Karena butuh memiliki makna kelamin perempuan di Malaysia. 



Teknologikal Meski sangat membantu, tak jarang teknologi malah menjadi penghambat seseorang dalam berpidato. Misal: echoing pada microphone, tampilan slide yang terus bergerak, gadget yang tibatiba mati dan sebagainya. Hal tersebut akan sangat mengganggu konsentrasi pembicara dan pendengar. Terlebih jika pembicara sangat bergantung pada alat bantu tersebut.



27



BAB IV PENUTUPAN



4.1.



Kesimpulan Memiliki keterampilan berbicara atau public speaking tidak mudah untuk dilakukan karena bukan hanya berbicara saja tapi mampu memberikan pesan dan kesan yang dapat diterima dengan baik oleh pendengarnya atau audience. Keterampilan ini memiliki teknik-teknik tersendiri dalam penyampaian tergantung pembicaranya yang dapat menguasai suasana pembicaraan, materi yang pembicara sampaikan dan lain sebagainya. Menjadi seorang pembicara yang baik butuh latihan yang intensif dan latihan yang berkelanjutan. Karena latihan sejatinya adalah menggali potensi yang ada dalam diri seseorang untuk menjadi seorang yang profesional dalam bidangnya



4.2.



Saran Demikianlah pokokpembahasan yang penulis bahas dalam karya ilmiah Berbicara di Depan Publik (Public Speaking) Merupakan Bagian dari Seni Komunikasi. Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak serta kemudahan bagi pembaca. Kritik dan saran dari pembaca akan selalu diterima dengan terbuka untuk perbaikan modul pembelajaran ini supaya menjadi lebih baik.



28



29



DAFTAR PUSTAKA Suharyanti, (2011). Pengantar Dasar Keterampilan Berbicara, Surakarta: Yuma pustaka. H. Nawawi, dkk. (2017). Keterampilan Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Jakarta Selatan: Uhamka Press. H. A. Sunarto, (2014). Retorika Dakwah (Petenjuk Menuju Peningkatan Kemampuan Berpidato), Surabaya: Jaudar Press. Departemen Pendidikan Nasional, (2009). Pembelajaran Berbicara, Jakarta: Depdiknas. Aprillia Ratna Sasmita, dkk. (2020). Modul: Seni Berbicara dan Beretorika, Yogyakarta. Muhammad Mufid, (2009).



Etika dan Filsafat Komunikasi,



Jakarta:



Prenadamedia Group. Arsyad, M. dkk. (1988). Pembicaraan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Surabaya: Erlangga. Radik Sahaja. Tugas Modul Mahasiswa: Tujuh Tradisi Komunikasi. Hendriyani, Yohana Purnama Dharmawan. Modul: Pengantar Public Speaking. D.R. Hamdanny. Smart of Public Speaking, Buku Pintar Berpidato. Asep Syamsul M. Romli, (2013). Komunikasi Dakwah, Pendekatan Praktis, Bandung: ASM. Romli, www.romeltea.com H. Rahman, dkk, (2019). Menyimak dan Berbicara, Teori dan Praktik, Bandung: Alqaprint Jatinangor. Kundharu Saddhono, Y. Slamet. (2014).



Pembelajaran Keterampilan



Berbahasa Indonesia, Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: Graha Ilmu.



25