Karya Ilmiah Remaja [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KARYA ILMIAH REMAJA “PENGARUH SABUN MINYAK JELANTAH TERHADAP HILANGNYA NODA”



Gendis Wahyu Atika Nareswari IX-E/11 NIS/NISN : 20681/0072012840



Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sidoarjo



Jl. Ponti Sidoarjo Telepon 031-8941179 Fax. 031-8946621 Sidoarjo 612111 Jawa Timur Website. www.smpn1sda.sch.id E-mail. [email protected]



KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb. Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Remaja (KIR) untuk memenuhi syarat kelulusan di SMP Negeri 1 Sidoarjo ini dengan baik dan tepat waktu, dengan judul : “Pengaruh Sabun Minyak Jelantah Terhadap Hilangnya Noda” Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari rahmat, doa dan bantuan dari beberapa pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1) Ibu Tutik Lasmiyati, S.Pd selaku guru mata pelajaran IPA dan pembimbing karya ilmiah. 2) Bapak Aris Efendi, S.Pd selaku wali kelas IX-E 3) Kedua orang tua penulis yang selalu mendukung dalam penyelesaian laporan ini 4) Teman-teman seperjuangan, khususnya teman-teman IX-E 5) Pihak lainnya yang telah memberi masukan terhadap laporan ini



Penulis menyadari akan segala kekurangan dan ketidaksempurnaan, baik dari segi penelitian maupun pembuatan makalah. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran guna memperbaiki makalah ini di masa yang akan datang. Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan dapat menambah wawasan untuk semua.



Wassalamualaikum Wr.Wb. Sidoarjo, November 2021 Penulis



LEMBAR PERSETUJUAN Karya Ilmiah Remaja Siswa SMPN 1 Sidoarjo 1. Judul : Pengaruh Sabun Minyak Jelantah Terhadap Hilangnya Noda 2. Pengarang a. Nama Lengkap



: Gendis Wahyu Atika Nareswari



b. NISN



: 0072012840



c. No.Telp



: 082234578970



d. Alamat



: Jalan Rajawali 18/06 Kenongo Tulangan



e. Tempat/Tgl lahir : Sidoarjo, 10 Maret 2007 3. Guru pembimbing a. Nama lengkap



: Tutik Lasmiyati, S.Pd



b. NIP



: 196606211989012002



Guru Pembimbing



Tutik Lasmiyati, S.Pd NIP 196606211989012002



LEMBAR PENGESAHAN



Dengan ini kami menyatakan bahwa karya ilmiah yang berjudul “ Pengaruh Sabun Minyak Jelantah Terhadap Hilangnya Noda”. Yang dilaksanakan oleh siswa SMP Negeri 1 Sidoarjo yang bernama: Nama : Gendis Wahyu Atika Nareswari Kelas : IX - E Absen : 11 Setuju untuk dipresentasikan dan ditampilkan pada acara karya ilmiah remaja yang dilaksanakan pada : Tanggal



: Februari 2022



Tempat



: SMP Negeri 1 Sidoarjo



Guru Penguji I



Guru Penguji II



Tutik Lasmiyati, S.Pd NIP 196606211989012002



Mengetahui, Kepala SMP Negeri 1 Sidoarjo



DAFTAR ISI



ABSTRAK



BAB I PENDAHULUAN



1.1 . Latar Belakang Minyak goreng adalah bahan pangan dengan komposisi utama trigliserida yang berasal dari bahan nabati, dengan atau tanpa perubahan kimiawi, termasuk pendinginan dan telah melalui proses rafinasi atau pemurnian yang digunakan untuk menggoreng (SNI, 2103). Ibu rumah tangga banyak yang menggunakan minyak goreng berulang-ulang. Mereka sengaja menggunakan minyak goreng bekas tersebut dengan alasan untuk berhemat dan adanya anggapan jika menggoreng sesuatu dengan minyak jelantah rasa yang dihasilkan lebih gurih. Pada proses pemakaian yang berulang kali akan menyisakan lemak jenuh yang tinggi, asam lemak jenuh yang tinggi dapat menyebabkan terbentuknya kolesterol. Hal tersebut banyak didapat pada penggunaan minyak yang lebih dari dua kali (Nadirawati dan Muthmainnah, 2012). Dampak-dampak buruk konsumsi minyak jelantah di antaranya adalah sebagai berikut. 1. Hasil makanan yang digoreng dengan minyak jelantah menjadi tidak enak, berbau tengik, dan berwarna gelap. 2. Konsumsi minyak jelantah memicu pengendapan lemak dalam pembuluh darah dan penurunan nilai cerna lemak dalam sistem pencernaan manusia. 3. Minyak jelantah yang dibuang di sembarang tempat akan memberikan dampak negatif bagi lingkungan.



Banyaknya minyak jelantah yang dikumpulkan oleh setiap ibu rumah tangga, maupun pedagang gorengan di luar sana dapat diproduksi sebagai sabun yang dapat menambah nilai ekonomis serta adanya manfaat yang dihasilkan oleh sabun tersebut sebagai penghilang noda pada pakaian. Karena pada sabun tersebut mengandung(…) yang berfungsi sebagai penghilang noda.



Selain itu, penelitian ini dilakukan agar dapat mengurangi pencemaran lingkungan dimana masyarakat biasanya membuang minyak jelantah ke sembarang tempat tanpa mengolahnya kembali. Penelitian ini juga ditujukan bagi ibu rumah tangga agar tidak menggunakan minyak jelantah secara berkali-kali karena bahaya yang ditimbulkan dapat merusak kesehatan. Oleh karena itu peneliti ingin mencoba meneliti pengaruh sabun minyak jelantah terhadap hilangnya noda menggunakan jenis minyak jelantah yang berbeda sehingga dapat diketahui fakta dan dapat memberikan informasi kepada masyarakat.



1.2. Rumusan Masalah Bagaimana pengaruh sabun minyak jelantah terhadap hilangnya noda?



1.3. Tujuan Penelitian Menguji pengaruh sabun minyak jelantah terhadap hilangnya noda.



1.4. Manfaat Penelitian •



Memberikan informasi agar tidak membuang minyak jelantah di lingkungan sekitar.







Memanfaatkan minyak jelantah sebagai sabun alternatif yang memiliki sejumlah manfaat dan dapat mengembangkan ide ide eco untuk keperluan lingkungan.







Memberikan ide dan gagasan baru mengenai pemanfaatan sabun untuk penelitian ilmu pengetahuan.



1.5. Ruang Lingkup •



Minyak Jelantah (Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan 2 jenis minyak jelantah, yakni minyak jelantah kelapa dan minyak jelantah sawit).







NaOH







Air



BAB II KAJIAN PUSTAKA



2.1. Landasan Teori A. Kajian Teoritis 2.1.1. SABUN Sabun merupakan salah satu produk turunan dari minyak dan merupakan produk yang dihasilkan dari reaksi antara minyak dengan basa KOH atau NaOH. Sabun adalah senyawa natrium atau kalium dengan asam lemak dari minyak nabati dan atau lemak hewani dan berbentuk padat, lunak atau cair, 13 berbusa, digunakan sebagai pembersih, dengan menambahkan zat pewangi, dan bahan lainnya yang tidak membahayakan kesehatan (SNI 06-3532, 1994:1). Sabun merupakan zat pembersih yang terdiri dari dua komponen yang utama yaitu lemak atau asam lemak dan sodium atau kalium. Sabun dapat dibuat dengan dua proses yaitu saponifikasi yang merupakan reaksi antara trigliserida dan alkali serta netralisasi yang merupakan reaksi antara asam lemak bebas dengan alkali. Sabun bekerja mengangkat kotoran dengan menurunkan tegangan permukaan. Bagian kepala sabun yang bersifat polar dapat mengangkat air yang bersifat polar dan bagian ekornya yang bersifat non polar dapat mengangkat kotoran dan lemak yang bersifat non polar. Kotoran yang telah terikat bagian non polar dari molekul sabun akan tersuspensi dan terbawa saat dibilas dengan air (Pratiwi, 2014:12). Sabun dapat dibedakan menjadi dua, yakni sabun padat (hard soap) dan sabun lunak (soft- soap). Namun pada penelitian ini, peneliti hanya membuat sabun padat (hard soap). Dalam membuat handmade hard soap, bahan yang digunakan tidak hanya minyak jelantah saja. Ada juga NaOH sebagai bahan pembuat sabun padat (hard soap), sementara KOH merupakan bahan lainnya dalam pembuatan sabun lunak (soft soap).



Gambar Sabun Keras dari Minyak Jelantah NATRIUM HIDROKSIDA (NaOH) Natrium hidroksida (NaOH) juga dikenal sebagai soda kaustik, soda api, atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa, Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50% yang biasa disebut larutan Sorensen. Ia bersifat lembap cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan, karena pada proses pelarutannya dalam air bereaksi secara eksotermis. Kaustik soda adalah senyawa alkali dengan berat molekul 40 yang dapat mengakibatkan iritasi pada kulit. Senyawa NaOH larut dalam air dan bersifat basa kuat, mempunyai: Titik leleh



:318,4°C



Titik didih



:1390°C



Densitas



: 2,1 gr/cm3 pada 20°C



Kristal NaOH merupakan zat yang bersifat hidroskopis sehingga harus disimpan pada tempat yang tertutup rapat untuk mengurangi konsentrasi basa yang diperlukan.



Gambar NaOH



2.1.2. MINYAK JELANTAH Minyak jelantah dapat digunakan dalam pembuatan sabun karena merupakan turunan dari CPO. Minyak ini sebelumnya harus dijernihkan terlebih dahulu untuk menghilangkan warna dan baunya. Semakin meningkatnya produksi dan konsumsi minyak goreng, ketersediaan minyak jelantah kian melimpah. Menurut data Departemen Perindustrian (2019), produksi minyak goreng Indonesia pada tahun 2019 meningkat hingga 11,6% atau sekitar 6,43 juta ton, sedangkan konsumsi per kapita minyak goreng Indonesia mencapai 16,5 kg/tahun dengan konsumsi per kapita khusus minyak goreng sawit sebesar 12,7 kg/tahun. Minyak ini merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan rumah tangga yang dapat digunakan kembali untuk keperluan kuliner, akan tetapi bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan sehingga dapat menyebabkan penyakit kanker dalam jangka waktu yang panjang (Tamrin, 2013). Minyak goreng sangat mudah untuk mengalami oksidasi (Ketaren, 2005). Maka minyak jelantah telah mengalami penguraian molekul-molekul, sehingga titik asapnya turun drastis, dan bila disimpan dapat menyebabkan minyak menjadi berbau tengik. Bau tengik dapat terjadi karena penyimpanan yang salah dalam jangka waktu tertentu menyebabkan pecahnya ikatan trigliserida menjadi gliserol dan free fatty acid (FFA) atau asam lemak jenuh. Selain itu, minyak jelantah ini juga sangat disukai oleh jamur aflatoksin. Jamur ini dapat menghasilkan racun aflatoksin yang dapat menyebabkan penyakit pada hati.



Gambar Minyak Jelantah Akibat dari penggunaan minyak jelantah dapat dijelaskan melalui penelitian yang dilakukan oleh Rukmini (2007) tentang regenerasi minyak jelantah dengan arang



sekam menekan kerusakan organ tubuh. Hasil penelitian pada tikus wistar yang diberi pakan mengandung minyak jelantah yang sudah tidak layak pakai terjadi kerusakan pada sel hepar (liver), jantung, pembuluh darah maupun ginjal. Minyak goreng berulang kali atau yang lebih dikenal dengan minyak jelantah adalah minyak limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak kelapa, minyak jagung, minyak sawit dan sebagainya. Pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan minyak jelantah kelapa dan minyak jelantah sawit sebagai objek manipulasi penelitian. Perbedaan warna dan kualitas diantara kedua minyak tersebut sangat jelas, untuk minyak jelantah sawit warna nya keruh dan bau yang dihasilkan minyak tersebut lebih menyengat. Sementara minyak kelapa, warna minyak jelantah yang dihasilkan tetap bersih. Hal ini disebabkan karena minyak kelapa lebih banyak mengandung lemak jenuh (lemak tanpa ikatan rangkap). Jadi minyak kelapa lebih stabil saat berada di suhu tinggi dan tidak mudah teroksidasi dibanding minyak kelapa sawit. Sebagai hasilnya, minyak kelapa tidak mudah rusak dan menghitam ketika dipakai menggoreng. Namun, tingginya kandungan lemak jenuh pada minyak kelapa ini jugalah yang menyebabkan resiko penumpukan lemak dalam tubuh jika dikonsumsi berlebihan. Karin Michels, seorang professor di Harvard T.H. Chan School of Public Health menyatakan sesuatu yang menarik di videonya yang viral beberapa waktu lalu.



B. Kajian Empiris JELIANA LUBIS, MEYLINDA MULYATI melakukan penelitian berjudul “Pemanfaatan Minyak Jelantah Sebagai Sabun Padat”, (1498-2557-1-SM.pdf). Kemudian, penulis mengembangkannya menjadi “Pengaruh Sabun dari Minyak Jelantah Terhadap Hilangnya Noda” dengan menggunakan dua jenis minyak jelantah (kelapa dan sawit).



2.2. Argumentasi Cara Pemilihan Kreatif Alasan saya memilih judul penelitian ini yakni untuk memanfaatkan minyak sisa penggorengan (minyak jelantah) menjadi sabun yang lebih bermanfaat dan minyak jelantah tersebut tidak mencemari lingkungan sekitar.



2.3. Kerangka Berpikir Masyarakat memakai minyak jelantah berulang kali dan membuangnya di sembarang tempat dimana hal tersebut dapat merusak kesehatan dan mencemari lingkungan.



Diperlukan upaya untuk memanfaatkan limbah rumah tangga tersebut menjadi suatu barang bermanfaat. Menjernihkan minyak jelantah menggunakan arang, lalu mencampurnya dengan NaOH, kemudian dicetak kedalam cetakan, dan jadilah sabun batang.



Minyak jelantah yang biasa dibuang di sembarang tempat, ternyata dapat diolah menjadi barang yang bermanfaat dan dapat mengurangi pencemaran lingkungan sekitar.



2.4. Hipotesis Jika noda dihilangkan dengan minyak jelantah kelapa akan lebih mudah hilang dibandingkan dengan noda yang dihilangkan dengan minyak jelantah sawit.



BAB III METODOLOGI PENELITIAN



3.1. Rancangan Penelitian 3.1.1. Alat & Bahan : 1. Minyak Jelantah



500 ml



2. NaOH



82,46 gr



3. Air



171 ml



4. Baskom/wadah



2 buah



5. Pengaduk



1 buah



6. Timbangan digital



1 buah



7. Cetakan sabun



4 buah



8. Essential oil



1 buah



9. Pewarna Sabun



1 buah



10. Gelas/wadah air



1 buah



3.1.2. Prosedur Kerja Setelah semua alat & bahan tersedia, maka dimulailah proses pembuatan sabun dari minyak jelantah sebagai berikut : 1)



Proses Penjernihan Minyak Jelantah Kelapa dan Kelapa Sawit



Proses penjernihan ini dapat menggunakan beberapa bahan seperti arang kayu, ampas tebu, maupun kulit pisang. Namun di sini, peneliti menggunakan arang sebagai penjernih minyak jelantah. -



Memanasakan arang pada api kompor, agar bara-bara pada arang tersebut aktif



-



Menumbuk kasar arang menggunakan palu atau alat lainnya



-



Memasukkan arang pada minyak jelantah dan biarkan hingga 24 jam



-



Setelah 24 jam, menyaring minyak jelantah tersebut menggunakan kaos bekas atau alat penyaring lainnya



-



Minyak Jelantah siap digunakan menjadi sabun



2) -



Pembuatan larutan NaOH Mencampurkan NaOH ke air dalam baskom (bukan sebaliknya, karena dapat menimbulkan ledakan)



-



Mengaduk sampai serpihan NaOH tidak terlihat dan tercampur rata dalam air



-



Membiarkan selama 10-15 menit hingga suhu yang dihasilkan mencapai suhu ruangan



3)



Pembuatan Sabun Padat



-



Menuangkan minyak jelantah yang sudah ditimbang ke dalam baskom



-



Lalu, menuangkan juga larutan NaOH ke dalam baskom tersebut dan aduk hingga rata



-



Menambahkan sedikit pewarna sabun dan fragrance oil (optional)



-



Kemudian, mengaduk semua bahan hingga mengental dan bertekstur seperti lotion. Waktu pengadukan membutuhkan waktu 15-25 menit.



3.1.3. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah peneliti pada tanggal 30 Oktober 2021 di Jalan Rajawali 18/06 Kenongo Tulangan Sidoarjo.



3.2. Objek Penelitian Variabel Kontrol



:



-



Volume Minyak Jelantah (500 ml)



-



Massa NaOH (82.46 gr)



-



Volume Air (171 ml)



-



Tempat Penyimpanan Sabun Selama Proses Curing



Variabel Manipulasi : -



Jenis Minyak Jelantah (Minyak Jelantah Kelapa dan Minyak Jelantah Sawit).



Variabel Respon -



:



Luas Noda yang Hilang (cm)



3.3. Teknik Pengumpulan Data (Hasil) Percobaan penelitian ini menggunakan metode observasi : Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan lewat pengamatan langsung. Peneliti melakukan



pengamatan



di



tempat



terhadap



objek penelitian untuk diamati menggunakan pancaindra. a) Melakukan percobaan secara langsung b) Meneliti hasil percobaan atau penelitian



3.4. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif. Teknik ini adalah teknik yang bersifat menjelaskan pengaruh penelitian terhadap objek. Peneliti mengacu pada landasan teori agar hasil penelitian sesuai kondisi di lapangan.



3.5. Jadwal & Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan : Hari/Tanggal : Sabtu, 30 Oktober 2021 Tempat



: Di rumah peneliti, Jalan Rajawali 18/06 Kenongo Tulangan



Sidoarjo. NO 1.



JADWAL PENELITIAN Menyiapkan alat & bahan.



WAKTU PENELITIAN Sabtu, 30 Oktober 2021 (16.00 – 17.30)



2.



Menimbang minyak, NaOH, dan air.



Sabtu, 30 Oktober 2021 (18.38 – 19.07)



3.



Mencampur NaOH kedalam air & menunggu suhu



Sabtu, 30 Oktober 2021



air yang telah dicampur dengan NaOH mencapai



(19.15 – 19.40)



suhu ruangan. 4.



Mencampurkan larutan NaOH ke dalam minyak



Sabtu, 30 Oktober 2021



jelantah & mengaduk hingga tercampur rata dan



(19.42 – 20.15)



tekstur seperti lotion.



5.



Menyiapkan cetakan & memasukkan adonan ke



(20.16 – 20.30)



dalam cetakan sabun. 6.



Sabtu, 30 Oktober 2021



Membiarkan sabun mengeras dalam cetakan



Sabtu, 30 Oktober 2021



selama 24 jam & mengeluarkan sabun dari



(20.30)



cetakan.



s/d Senin, 1 November 2021 (06.00)



7.



Membiarkan sabun mengalami proses curing selama kurang lebih 4 minggu.



Selasa, 30 November 2021 (sabun siap digunakan)



3.6. Biaya Penelitian Minyak Goreng Kelapa



35.000



Cetakan Berbentuk Boneka



15.000



NaOH (400 gr)



15.000



Pewarna Sabun (100 ml)



9.500



Jumlah



74 .500



BAB IV HASIL PENELITIAN & HASIL DISKUSI PENELITIAN



4.1. Tabel Hasil LUAS NODA HILANG (cm²) NO



PENGGOSOKAN



SABUN MINYAK



SABUN MINYAK



KE-



JELANTAH SAWIT



JELANTAH KELAPA



1.



Penggosokan ke-1



0,5 cm²



1 cm²



2.



Penggosokan ke-2



1 cm²



1,5 cm²



3.



Penggosokan ke-3



3 cm²



3,2 cm²



4.



Penggosokan ke-4



3,5 cm²



3,8 cm²



5.



Penggosokan ke-5



3,75 cm²



3,95 cm²



4.2. Grafik dari Tabel 4.3. Pembahasan Hasil penelitian ini membuktikan bahwa sabun minyak jelantah kelapa dapat menghilangkan luas noda lebih banyak dibandingkan dengan sabun minyak jelantah sawit. Pada awal percobaan saya menggunakan sabun minyak jelantah dari sawit. Saya memberi noda kecap pada kaos berwarna putih dengan luas 4 cm² dan saya melakukan 5x penggosokan menggunakan sabun minyak jelantah sawit terhadap noda tersebut. Pada penggosokan pertama noda yang hilang sekitar 0,5 cm², kemudian pada penggosokan kedua terdapat 1 cm² noda yang hilang, lalu pada penggosokan ketiga ada sekitar 3 cm² noda yang dapat dihilangkan, kemudian noda yang hilang pada penggosokan keempat sekitar 3,5 cm². Dan pada penggosokan yang terakhir ada 3,75 cm noda yang dapat dihilangkan.



Pada percobaan kedua, saya menggunakan sabun minyak jelantah kelapa. Dengan luas noda yang sama yaitu 4 cm² dan dengan perlakuan yang sama 5x penggosokan. Pada penggosokan pertama sabun ini dapat menghilangkan noda 1 cm², lalu pada penggosokan kedua terdapat 1,5 cm² noda yang dapat dihilangkan, dan pada penggosokan ketiga, noda seluas 3,2 cm² dapat menghilangkan. Kemudian, gosokan keempat dapat menghilangkan 3,8 cm² noda. Dan pada penggosokan yang terakhir dapat menghilangkan 3,95 cm² noda. Noda tersebut hampir dapat dihilangkan dengan sempurna. Kedua jenis sabun dari minyak jelantah ini sudah saya buktikan bahwa sabun ini dapat menghilangkan noda pada suatu pakaian. Hal ini dikarenakan pada sabun tersebut terdapat zat saponin. Semakin tinggi kandungan zat saponin nya, maka semakin ampuh juga dalam menghilangkan noda. Cara menentukan kandungan zat saponin yang ada pada sabun, dapat dilihat dari jumlah busa yang dihasilkan oleh sabun tersebut. Semakin banyak busa yang dihasilkan, maka semakin tinggi juga kandungan zat saponinnya.



4.4. Gambar Penelitian ✓



Sabun Minyak Jelantah Sawit Penggosokan ke-1



Penggosokan ke-2



Luas noda awal : 4cm²







Penggosokan ke-3



Sabun Minyak Jelantah Kelapa



Penggosokan ke-4



Penggosokan ke-5



Luas noda awal : 4cm²



Penggosokan ke-1



Penggosokan ke-2



BAB V PENUTUP Penggosokan ke-3



Penggosokan ke-4



Penggosokan ke-5



BAB V PENUTUP



5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa : a) Sabun minyak jelantah kelapa dapat menghilangkan luas noda lebih banyak dibandingkan dengan sabun minyak jelantah sawit. b) Minyak jelantah dapat dirubah menjadi sabun karena memiliki kandungan zat saponin yang berguna untuk menghilangkan suatu noda. Hipotesis yang saya buat diterima.



5.2. Saran Dari hasil pengamatan yang penulis lakukan, penulis menyarankan : 1. Penelitian ini dapat dicoba atau dipraktekkan dengan menggunakan jenis minyak jelantah lainnya. 2. Diharapkan kepada masyarakat umumnya dan khususnya pembaca, agar dapat memanfaatkan limbah rumah tangga khususnya minyak jelantah dengan baik. 3. Penelitian ini menggunakan NaOH/Soda api, sehingga pembuat sabun harus lebih berhati-hati dan menggunakan sarung tangan serta masker.



DAFTAR PUSTAKA