Kastil Bergerak Howl [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KASTIL BERGERAK HOWL



NAMA: RISMA NABILA M. KELAS: XI-MIA 5 TANGGAL PENGUMPULAN: SABTU, 10 APRIL 2021



SMA NEGERI 18 SURABAYA TAHUN AJARAN 2020-2021



Howell Jenkins lahir dari keluarga biasa di Wales zaman modern. Namun, dia memiliki bakat alami untuk sihir, dia mulai mempelajarinya. Bahkan di perguruan tinggi, dia menulis tesisnya tentang mantra dan jimat magis, dan bergabung dengan sekelompok penyihir berbakat lainnya di Bumi. dia adalah penyihir kuat yang tinggal di tanah Ingary. Awalnya Howell Jenkins dari Wales, dia adalah bagian dari persaudaraan penyihir di Bumi. Dia berhasil melewati portal sihir ke Ingary, di mana dia dikenal dan dihormati sebagai salah satu penyihir terkuat yang pernah ada. Dia memiliki kastil yang bergerak, dan menyebarkan desas-desus tentang dirinya untuk mempertahankan privasinya, memilih untuk menyendiri dan bersembunyi dari semua konflik. Sophie adalah gadis pembuat sekaligus pemilik toko topi peninggalan ayahnya. Kota yang Sophie tinggali sedang ada perang antara raja dengan raja lainnya, sehingga dalam perjalanan menemui adiknya yang bernama Lettie, dia diganggu oleh penjaga kerajaan dan terlibat dalam perseteruan antara Howl dan Penyihir dari gurun. Tentara Kerajaan Muda: “Hei, sepertinya ada tikus kecil yang tersesat.” Sophie: “Tidak, aku tidak tersesat.” Tentara Kerajaan Muda: “Tikus kecil ini terlihat haus, kita seharusnya membawakannya secangkir teh.” Sophie: “Tidak terimakasih, saudariku sedang menungguku.” Tentara Kerajaan Muda menghampiri Sophie. Tentara Kerajaan Berkumis: “Dia sangat manis sebagai tikus.” Tentara Kerajaan Muda: “Berapa usia mu? Apa kau tinggal di daerah ini?” Sophie: “Tinggalkan aku sendiri.” Tentara Kerajaan Muda: “Kau tahu? Kumismu menakuti semua gadis.” Tentara Kerajaan Berkumis: “Jadi, begitu ya? Kurasa dia semakin manis saat ketakutan.” Tiba-tiba howl datang untuk melindungi sophie yang sedang diganggu oleh tentara kerajaan. Howl: “Rupanya kau disini sayang, maaf aku terlambat. Aku mencarimu kemana-mana.” Tentara Kerajaan Muda: “Maaf tuan, kami disini sibuk berbicara dengan gadis ini.” Howl: “Benarkah kalian sibuk? Dia mencariku, sebaiknya kalian berdua pergi saja.” Howl menggunakan sihirnya untuk menyingkirkan dua tentara kerajaan tadi, sehingga mereka berjalan meninggalkan Sophie dan Howl dengan kendali sihirnya. Tentara Kerajaan Berkumis: “Berhenti, berhenti!” Tentara Kerajaan Muda: “ Tidak bisa berhenti” Howl: “Jangan meladeni tentara itu, mereka sebenarnya tidak jahat.” Sophie: “Baik.” Howl yang saat itu sedang dikejar oleh lumpur hidup jahat kiriman dari seorang penyihir gurun, beralasan mengawal Sophie ke saudarinya yang bekerja di toko roti untuk mengalihkan perhatian lumpur hidup jahat.



Howl: “Mau kemana? Aku akan mengawalmu sore ini.” Sophie: “Uhm, aku mau pergi ke toko roti.” Howl: “Jangan takut, ayo segera pergi dari sini, aku sedang diikuti, bertingkahlah normal.” Howl melarikan diri dari lumpur hidup jahat dan membawa terbang Sophie segera ke untuk toko roti Howl: “Maaf, kau jadi terlibat. Aku akan memastikan untuk menyingkirkan lumpur hidup jahat itu, tunggulah sebentar sebelum kau kembali keluar dari toko ini.” Sophie: “Baiklah.” Howl: “Gadis baik.” Sophie bertemu dengan adiknya, Lettie Lettie: “Apa yang terjadi? Seseorang berkata bahwa kau terbang dan turun ke balkon toko roti ini.” Sophie: “Jadi itu memang terjadi, aku kira itu mimpi.” Lettie: “Dia pasti penyihir.” Sophie: “Tapi dia baik padaku. Dia menyelamatkanku, Lettie.” Lettie: “Tentu saja kakak, dia berusaha mencuri jantungmu. Kau sangat beruntung, kakak. Jika penyihir itu adalah Howl, dia akan memakan jantungmu.” Sophie: “Tidak, dia tidak melakukan hal seperti itu, Howl hanya melakukannya ke gadis cantik.” Lettie: “Jangan berkata begitu. Kau harus berhati-hati, di luar sana sangat berbahaya. Bahkan penyihir dari pembuangan kembali mencari mangsa.” Sophie: “Baiklah, aku harus pergi Kembali. Aku kesini hanya untuk memastikan bahwa kau baik-baik saja.” Lettie: “Tunggu kak, apa kau mau menghabiskan sisa hidupmu di toko topi itu?” Sophie: “Toko itu sangat penting bagi ayah dan hanya aku yang paling tua, aku juga tidak keberatan.” Lettie: “Aku tidak bertanya apa yang diinginkan ayah, aku hanya mau tahu apa yang kau mau.” Sophie: “Aku harus segera pergi, Lettie.” Lettie: “Kakak, ini hidupmu, maukah kau melakukan sesuatu sekali saja untuk dirimu sendiri.” Sophie: “Baiklah.” Sophie pun pulang ke toko topinya , lalu datanglah penyihir wanita yang berasal dari gurun mengunjungi toko topi milik Sophie yang sudah tutup Sophie: “Maafkan aku, tapi toko sekarang sudah tutup, nyonya. Aku yakin sudah mengunci pintunya, aku pasti lupa.” Penyihir Wanita: “Toko yang jelek sekali, aku tak pernah melihat topi-topi kecil sejelek ini. Sejauh ini kaulah benda terjelek disini.”



Sophie: “Kurasa kau harus pergi dari sini sekarang!” Sophie membukakan pintu untuk penyihir tersebut agar segera pergi. Sophie: “Pintunya di sebelah sini nyonya, toko kita sudah tutup.” Penyihir Wanita: “Mengusir penyihir dari gurun, benar-benar tindakan yang berani.” Sophie: “Penyihir dari gurun?” Sophie akhirnya dikutuk oleh Penyihir Wanita menjadi nenek-nenek tua berumur 90an, karena berani mengusir penyihir gurun. Penyihir Wanita: “Bagian terbaik dari mantranya adalah, kau tak bisa memberitahu siapapun soal ini. Sampaikan salamku ke Howl.” Kutukan ini membuat Sophie terpukul, namun karena Sophie seorang yang ulet dan tabah, ia menerima begitu saja. Kutukan ini pula yang memaksanya menarik diri dari lingkungan tempat tinggalnya. Dia pun pergi keluar dari kampung halamannya, berkelana mencari tempat dan pekerjaan yang sesuai. Suatu ketika, karena ia letih berjalan, ia memutuskan untuk mencari tongkat guna membantu ia berdiri dan berjalan. Kebetulan, tak jauh dari tempatnya beristirahat ada tongkat kayu yang pas, tetapi tertimbun diantara semak-semak. Dia menarik tongkat itu sekuat tenaga, tetapi tak disangka, tongkat itu rupanya adalah kaki dari sebuah orang-orangan sawah berkepala lobak. Namun aneh, orang-orangan sawah itu bisa berdiri sendiri tanpa ditancapkan. Sophie pun membiarkan begitu saja, dan kembali melanjutkan perjalanan. Saat ia melanjutkan perjalanan, terdengar suara mencurigakan mengikuti dirinya. Ketika ia menoleh, tampak orang-orangan sawah itu melompat-lompat menghampiri Sophie. Ternyata benda itu hidup, pikir Sophie dalam hati. Namun karena Sophie telah mengalami hal-hal ganjil belakangan ini, ia tak terlalu terkejut. Sophie: “Pergilah, berhentilah mengikutiku, kau tak perlu berterima kasih padaku atau berhutang apapun padaku. Aku yakin kau juga terkena beberapa mantra dan aku sudah cukup dengan penyihir dan mantra. Pergilah mencari ladang dan berdirilah disana!” Kepala Lobak ternyata membawakan Sophie sebuah tongkat untuk berdiri. Sophie: “Terima kasih, tongkat ini sempurna, inilah yang kuperlukan. Jika kau mau melakukan satu permintaanku lagi, maukah kau berjalan untuk mencarikan tempat tinggal untukku?” Kepala Lobak pun pergi. Tak berselang lama, Kepala Lobak ternyata kembali. Kali ini dia bersama sebuah kastil besar yang punya kaki-kaki, dan bisa berjalan. Sophie tercengang, ternyata gurauannya dipenuhi oleh Kepala Lobak. Sophie: “Kau, Kepala Lobak, itu Kastil Howl. Bukan begitu maksudku saat aku meminta tempat tinggal!” Sambil terus berjalan, kastil itu membukakan pintu. Sophie dengan tergesah-gesah mengejar pintu itu untuk naik. Setelah berhasil ia pun segera masuk. Bagian dalam kastil itu sangat kotor, jorok, apapun berserakan dan berantakan. Sophie: “Kotor sekali, padahal kupikir ini kastil, tapi tidak sesuai dengan bayanganku.” Saat Sophie duduk beristirahat di depan api, tiba-tiba saja api itu berbicara, seketika Sophie pun terkejut. Api tersebut bernama Calcifer, ia adalah sesosok iblis api.



Calcifer: “Aku tak iri padamu nenek, kau terkena kutukan yang parah. Kutukan yang kuat, kau harus bekerja keras untuk melenyapkannya.” Sophie: “Apinya berbicara.” Calcifer: “Biar kutebak, kutukannya tidak akan mengizinkanmu berbicara tentang kutukanmu itu kan?” Sophie: “Apa kau Howl?” Calcifer: “Tidak, aku iblis api yang teramat kuat, namaku Calcifer.” Sophie: “Calcifer, kalua begitu kau pasti mampu mematahkan kutukanku.” Calcifer: “Mungkin iya, mungkin tidak. Dengar, jika kau bisa menemukan cara mematahkan kutukan yang menimpaku, aku akan mematahkan kutukan yang menimpamu juga.” Sophie: “Jika kau adalah iblis, bagaimana aku bisa mempercayaimu? Kau berjanji membantuku jika aku membantumu kan? Calcifer: “Aku tidak tahu nenek, iblis tidak membuat janji.” Sophie: “Kalau begitu cari saja orang lain.” Calcifer: “Ayolah nenek, apa kau tidak mengasihaniku? Mantranya membuatku terjebak di kastil ini, dan Howl memperlakukanku seperti budaknya dan membuatku terus menyala. Aku harus memanaskan air, menghangatkan ruangan, memasak, dan terus membuat kastil ini bergerak.” Sophie: “Kau membuat kastil ini terus bergerak?” Calcifer: “Jika kau tahu cara mematahkan kutukanku hingga aku bersatu dengan Howl, dan jika kau bisa mematahkan mantraku, aku dengan mudah bisa mematahkan mantra yang menimpamu.” Sophie: “Baiklah, setuju.” Sophie pun tertidur lelap. Esok pagi terdengar suara mengetuk pintu, tak lama kemudian suara anak kecil turun dari tangga, rupanya anak kecil itu adalah markl. Markl: “Hei, siapa nenek ini?” Bagaimana dia bisa ada disini? Markl menyamar sebagai kakek tua dan segera membukakan pintu. Markl: “Tunggu sebentar! Selamat pagi, pak walikota.” Pak Walikota: “Selamat pagi pak, apa penyihir hebat Jenkins ada di rumah?” Markl: “Kurasa tuanku sedang pergi saat ini. Aku berbicara sebagai gantinya.” Pak Walikota: “Sebuah undangan dari Yang Mulia, Sang Raja. Kali ini saatnya berperang, Yang Mulia membutuhkan setiap penyihir untuk membantu negeri kita. Penyihir Jenkin harus cepat melapor ke istana, itu saja.” Pak Walikota meninggalkan tempat. Sophie pun terbangun dan membakar kayu di iblis api, Calcifer. Markl: “Aku tak percaya perang tiba. Apa yang kau lakukan disini, nenek?” Sophie: “Calcifer bilang bahwa aku boleh masuk.”



Calcifer: “Aku tak bilang begitu, dia berkelana kemari dari gurun!” Markl: “Dia dari gurun? Darimana kita tahu dia bukanlah penyihir?” Calcifer: “Menurutmu aku akan membiarkan penyihir masuk kesini?” Suara bel pintu berbunyi Calcifer: “Pintu Porthaven lagi!” Markl: “Pasti pelanggan. Tunggu sebentar!” Markl menyamar lagi menjadi kakek tua lalu membuka pintu dan melayani pelanggan yang membutuhkan mantra. Markl: “Ya, anakku tersayang?” Anak Kecil: “Ibuku menyuruhku untuk mengambil mantra.” Markl: “Ah ya, masuklah.” Anak Kecil: “Baiklah.” Markl: “Sabar dan tunggulah.” Saat Sophie melihat pemandangan di jendela dia sudah berada di sebuah kota, rupanya pintu kastil Howl bisa teleportasi sesuai warna piringan portal yang berada di dinding, tepatnya di samping pintu kastil Howl. Sophie pun terheran-heran. Sophie: “Ini bukan gurun?” Anak Kecil: “Maaf nenek, apa nenek penyihir juga?” Sophie berbohong karena ingin menjahili anak kecil tersebut. Sophie: “Benar, aku adalah penyihir yang paling menakutkan.” Markl memberikan mantra yang dipesan oleh anak kecil. Markl: “Serbuki kapalmu dengan bubuk ini dan angin akan menyukainya.” Anak Kecil: “Baik.” Markl: “Sampai jumpa, nak.” Anak kecil tersebut pulang dengan membawa mantra. Markl: “Berhentilah bicara bohong ke pelanggan kita.” Sophie: “Bagaimana denganmu? kau memakai penyamaran, sama saja berbohong.” Markl: “Aku harus menyamar untuk mempraktekkan sihirku.” Suara bel pintu berbunyi lagi.



Calcifer: “Pintu Kingsbury!” Markl menyamar dan membukakan pintu lagi. Markl: “Tunggu sebentar!” Pengantar Pesan Raja: “Selamat pagi, apa iki kediaman penyihir hebat pendragon?” Markl: “Benar.” Pengantar Pesan Raja: “Aku membawa undangan dari Yang Mulia Raja. Tolong beritahu Tuan Pendragon, bahwa semua penyihir harus melapor untuk tugas di istana.” Markl: “Akan kuberitahu dia secepatnya.” Pengantar pesan raja meninggalkan tempat. Markl yang kelaparan segera mengambil makanan. Markl: “Aku perlu sarapan, aku kelaparan.” Sophie: “Kau tak mau daging sapi dan telur?” Markl: “Tentu saja aku mau, tapi kita tidak bisa menggunakan api Calcifer, Tuan Howl tidak disini.” Sophie mengambil wajan dan mencoba memasak diatas api Calcifer. Sophie: “Jangan khawatir, aku bisa memasak.” Markl: “Tak masalah jika nenek bisa memasak, Calcifer hanya menaati perintah Tuan Howl.” Calcifer: “Benar, aku tak menerima perintahmu.” Sophie: “Baiklah Calcifer, ayo mulai memasak.” Calcifer: “Aku tak mau memasak! Aku iblis api yang kuat dan menakutkan.” Sophie: “Apa kau mau disiram dengan air seember? Atau mungkin aku akan memberitahu Howl tentang persetujuan kita?” Calcifer: “Bodohnya aku, seharusnnya aku tidak memperbolehkanmu masuk!” Sophie memaksa Calcifer agar mau memasak. Sophie: “Benar, jadilah api yang baik.” Calcifer: “Akan kubuat gosong daging sapinya!” Markl tercengang karena Calcifer taat pada Sophie. Markl: “Calcifer mau menuruti kata-katanya.” Sophie: “Aku ingin teh. Apa kau punya teko?” Markl: “Ya, ada” Howl pulang dengan wajahnya yang lesu.



Markl: “Kau Kembali, Tuan Howl! Ada surat untukmu dari para Raja. Mereka bilang kau harus melapor ke Istana, sebagai penyihir Jenkins dan Pendragon.” Howl: “Hm, iya. Dan kau siapa? Sophie: “Ah, kau bisa memanggilku nenek Sophie. Aku akan menjadi pembersih kastilmu dan baru memulai bekerja hari ini.” Howl menggantikan Sophie untuk memasak. Howl: “Berikan itu padaku, tolong masukkan lagi dua iris daging sapi dan enam telur.” Sophie: “Baiklah.” Howl: “Lalu siapa yang mempekerjakanmu untuk membersihkan kastilku?” Sophie: “Calcifer yang mengizinkan, karena dia jijik dengan kastilmu yang kotor ini.” Howl: “Hmm begitu. Markl, siapkan piringnya!” Markl: “Nenek, kemarilah untuk sarapan!” Mereka pun makan bersama. Ditengah pembicaraan, Howl merasakan ada benda sihir yang dibawa oleh Sophie. Howl: “Apa yang kau bawa di sakumu, Sophie?” Sophie pun mengambil sesuatu dari saku bajunya. Sophie: “Kertas apa ini?” Saat Sophie memberikan kertas tersebut ke Howl, tiba-tiba saja kertas tersebut mengeluarkan percikan api dan terjatuh hingga tandanya membekas di atas meja. Markl: Ada bekas seperti pembakaran. Tuan Howl, apa kau bisa membacanya?” Howl: “Ini sihir kuno dan sangat kuat.” Markl: “Apa ini dari penyihir gurun?” Howl membaca mantra tersebut dan menghilangkan tanda mantra yang membekas di meja. Howl: “Kau yang menelan bintang jatuh, wahai pria tanpa jantung, jantungmu akan segera menjadi milikku.” Markl: “Luar biasa, tanda itu menghilang!” Howl: “Tandanya mungkin menghilang, tapi mantranya masih disini. Aku permisi dulu, silakan lanjutkan makan kalian.” Setelah makan, Sophie membersihkan kastil Howl. Sophie: “Aku sudah muak dengan ini, kalian para serangga dan debu sebaiknya enyahlah sebelum aku membasmimu!” Sophie ingin naik ke atas untuk membersihkan lantai 2.



Markl: “Tunggu, kau tak bisa naik keatas!” Sophie: “Jika ada yang tak mau aku bersihkan, lebih baik segera kau sembunyikan.” Markl: “Bersihkan kamarku terakhir saja.” Sophie membersihkan lantai 2, dia tidak sengaja membersihkan kamar mandi sihir milik Howl. Saat Howl pulang ke kastilnya, dia bergegas mandil tetapi warna rambut Howl menjadi berubah-ubah, karena ulah Sophie. Howl menjadi sangat marah. Howl: “Sophie, kau menyabotase aku! Lihatlah diriku! Lihat apa yang sudah kau lakukan terhadap rambutku!” Sophie: “Warna rambut mu cantik sekali.” Howl: “Apa kau bilang?! Ini mengerikan! Sophie, kau benar-benar menghancurkan ramuan sihirku di kamar mandi!” Sophie: “Aku hanya bersih-bersih Howl, taka da yang aku hancurkan.” Howl: “Cara membersihkanmu salah! Itu mengapa aku secara khusus memintamu untuk berhati-hati. Lihatlah diriku, aku menjijikan, aku tak bisa hidup seperti ini.” Sophie: “Ayolah, ini tidak seburuk itu, lihatlah sekarang warnanya menjadi lebih baik!” Howl: “Aku tak bisa hidup lagi, jika aku tidak tampan.” Howl berubah menjadi makhluk berlendir banyak, sampai dia tidak sadarkan diri. Sophie dan Markl pun segera meletakkan Howl di tempat tidur agar dia beristirahat. Sophie membersihkan Howl dari lendir yang menempel di tubuhnya, dia setia menunggu sampai Howl sadar. Sophie: “Howl, aku masuk. Aku membawakan susu hangat untukmu, apa kau mau sesesap?” Howl: “Tidak.” Sophie: “Baiklah, akan ku tinggalkan disini untukmu. Cobalah meminumnya sebelum dingin.” Howl: “Sophie, tunggu.” Sophie: “Kau mau susunya?” Howl: “Tidak. Sophie, wanita penyihir dari gurun mencoba untuk menemukan kastilku.” Sophie: “Aku pernah melihat pesuruh penyihir gurun tersebut.” Howl: “Aku sangat takut, yang kulakukan hanya bersembunyi saja.” Sophie: “Howl, mengapa wanita penyihir dari gurun memburumu?” Howl: “Dulu penyihir itu sangat cantik, jadi kuputuskan untuk mengejarnya, lalu aku sadar dia tak cantik dan sangat menyeramkan, lalu aku lari.” Sophie: “Dasar kau Howl pencuri hati wanita.” Howl: “Aku tak bisa lari lebih jauh lagi, aku harus melapor ke istana sebagai penyihir pendragon dan juga penyihir Jenkins.” Sophie: “Berapa banyak nama samaran yang kau punyai?”



Howl: “Sebanyak mungkin, untuk memastikan kebebasanku.” Sophie: “Tolak saja undangan dari raja.” Howl: “Kau lihat itu? Itu sumpah yang kuambil saat aku memasuki Akademi Penyihir Kerajaan. Aku harus melapor ke istana kapanpun aku dipanggil.” Sophie: “Kau tahu, Howl? Kurasa kau harus menemui raja!” Howl: “Apa kau bilang?” Sophie: “Berikan dia sedikit pemikiranmu, katakan pada raja bahwa perang ini tak berguna dan kau menolak mengambil bagian, bagaimana?” Howl: “Kau sungguh-sungguh tak tahu seperti apa mereka itu.” Sophie: “Tapi dia raja kita, dia harus mendengar perkataan semua rakyatnya.” Howl: “Aku tahu! Mengapa kau tidak pergi ke istana untukku? Katakan saja kalau kau ibu dari penyihir pendragon yang penakut. Mungkin, Madam Suliman akan menyerah mengharapkanku.” Sophie: “Madam Suliman? Baiklah.” Sophie pun berangkat ke kerajaan Madam Suliman. Sebelum berangkat, Howl berpesan bahwa akan mengikutinya dengan menyamar, Howl juga memberikan sebuah cincin yang berguna untuk melindungi Sophie dan sebagai penunjuk arah. Saat Sophie sampai digerbang kerajaan, anjing Madam Suliman yang bernama Heen mengikutinya, Sophie juga bertemu dengan penyihir wanita dari gurun yang mengutuknya menjadi nenek tua. Penyihir Wanita: “Lihatlah siapa yang disini, gadis lusuh dari toko topi.” Sophie: “Kau, penyihir dari gurun.” Penyihir Wanita: “Terima kasih sudah menyerahkan catatan cinta penghangusanku untuk Howl. Ngomong-ngomong, bagaimana kabar Howl?” Sophie: “Dia bertingkah seperti bayi besar dan dia memperkerjakanku sebagai wanita pembersih kastilnya.” Penyihir Wanita: “Menyenangkan sepertinya. Jadi, kepentingan apa yang kau miliki disini?” Sophie menjawab dengan bohong. Sophie: “Mencari pekerjaan. Aku bosan bekerja pada Howl. Dan bagaimana denganmu?” Penyihir Wanita: Aku mendapat undangan kerajaan. Dasar Suliman bodoh, akhirnya dia sadar betapa dia memerlukan kekuatanku.” Sophie: “Jika kau memang hebat, mengapa kau tidak mematahkan mantra yang kau taruh padaku?” Penyihir Wanita: “Maafkan aku, sayang, Kekuatanku hanya untuk membuat mantra, bukan untuk menghancurkan mantra.” Penyihir Wanita dari gurun tidak tahu bahwa kedatangannya ke istana untuk dihukum oleh Madam Suliman di istana, Suliman menghukum dengan menyerap tenaganya sehingga ia menjadi wanita tua tidak berbahaya, sehingga pada akhirnya Sophie memanggilnya nenek. Suliman berkata bahwa nasib Howl akan tetap sama



meskipun ia menolak untuk ikut berperang. Howl datang menyelamatkan Sophie kemudian mereka melarikan diri. Seekor anjing bernama heen milik Madam Suliman dan juga penyihir dari gurun ikut bersama mereka. Sophie: “Markl, aku pulang!” Markl: “Sophie, apa kau terluka? Aku merindukanmu!” Sophie: “Aku merindukanmu juga, terima kasih sudah mau menyusul kita.” Howl pulang dengan kondisi yang sangat buruk. Suara langkah kaki Howl membuat Sophie terbangun dari tidurnya. Saat Sophie terbangun, dia melihat jejak kaki seperti hewan burung, dia bergegas mengikuti jejak kaki tersebut. Sophie Mengetahui bahwa ternyata Howl bisa berubah menjadi mahkluk seperti burung apabila sedang perang atau melawan musuh. Sophie: “Howl? Howl, apa itu kau? Apa kau kesakitan? Katakan padaku, apa yang terjadi?” Howl: “Pergilah.” Sophie: “Tidak, aku tidak akan pergi! Aku akan membantumu menghancurkan mantra yang ada padamu.” Howl: “Kau bahkan tidak bisa menghancurkan mantramu sendiri.” Sophie: “Tapi kau tak paham, aku mencintaimu!” Howl: “Kau sudah terlambat.” Sophie: “Howl!” Sophie terbangun dari tidurnya, rupanya tadi hanya mimpinya. Sophie terbangun setelah ia mendengar kran air kamar mandi Howl menyala. Dia pun menanyakan Howl pada Calcifer. Sophie: “Calcifer, apa Howl baru datang?” Calcifer: “Sophie, Howl terlihat buruk. Kau harus cepat tahu cara mematahkan mantra yang terjadi di kita. Howl kehabisan waktu, kuharap kau sadar hal itu.” Sophie: “Maksudmu Howl mulai menjadi monster?” Calcifer: “Aku tak bisa memberitahumu detail kutukannya. Kau pasti tahu itu semenjak sekrarang.” Sophie: “Calcifer, kau tahu apa yang dikatakan Madam Suliman? Dia bilang bahwa jantung Howl dicuri oleh iblis. Katakan padaku, apa yang kau ketahui soal Howl?” Calcifer: “Maafkan padaku, itu adalah informasi yang sangat rahasia.” Sophie: “Bagaimana jika kau kusiram dengan seember air?” Calcifer: “Jika kau memadamkanku, Howl juga akan mati.” Keesokan harinya Howl turun dari tangga kastilnya dan terlihat lebih baik dan bersemangat. Howl juga membuat rencana berpindah rumah untuk kastilnya, agar ia tetap bisa menyamar. Tanpa disangka, Howl memindahkan kastilnya di rumah toko topi milik Sophie. Sophie pun teringat dan memuaskan kerinduannya dengan mengelilingi kastil Howl yang menempati rumahnya. Howl juga memberikan hadiah kepada Sophie.



Howl: “Sophie! Apa kau lihat warna baru di piringannya? Itu portal yang baru. Howl membukakan pintunya. Howl: “Ini adalah hadiah untukmu Sophie. Kemarilah!” Sophie: “Wah, indah sekali Howl!” Rupanya Howl memberikan hadiah lembah yang luas dengan pemandangan gunung, rerumputan dengan banyak bunga, dan perairan yang indah. Howl: “Apa kau menyukainya? Ini taman rahasiaku.” Sophie: “Ini luar biasa! Apa kau menggunakan sihir untuk membuat ini?” Howl: “Hanya sedikit, aku menggunakan hanya untuk membantu bunga-bunganya tumbuh.” Sophie: “Howl, terima kasih! Ini seperti mimpi.” Howl: “Sophie?” Sophie: “Ini terlihat akrab, walau aku tahu aku tidak pernah berada di tempat ini sebelumnya. Aku merasa berada di rumah.” Howl: “Sophie, ikutlah denganku.” Sophie: “Baik.” Howl: “Lihatlah!” Sophie: “Pondok yang indah.” Howl: “Itu adalah tempat persembunyian rahasiaku. Aku menghabiskan banyak waktu disini, sendirian, saat aku masih muda.” Sophie: “Kau sendirian? Howl: “Pamanku, yang juga seorang penyihir memberikanku tempat ini sebagai tempat belajar pribadi. Kau bisa kemari kapanpun yang kau mau.” Saat Howl hendak mengajak Sophie masuk ke pondok tersebut, Sophie tiba-tiba melepaskan tangan Howl. Howl: “Ada apa?” Sophie: “Kau menakutiku. Aku punya perasaan aneh bahwa kau akan pergi. Howl, beritahu padaku apa yang terjadi. Kumohon, aku tidak peduli jika kau adalah monster.” Howl: “Aku hanya mencoba menenangkan perang ini, agar kalian semua mempunyai hidup yang nyaman, Sophie. Dengan semua bunga yang kau miliki di lembah ini, kau bisa membuka toko bunga. Aku yakin kau bisa melakukannya!” Sophie: “Jadi kau mau pergi, Howl? Kumohon, aku tahu aku bisa membantumu. Walau aku tidak cantik dan aku hanya pintar bersih-bersih.”



Howl: “Tidak, Sophie! Kau cantik, Sophie!” Sophie: “Hal baik menjadi nenek tua seperti ini adalah kau tak banyak merasa kehilangan.” Saat mereka sedang berbincang, mereka melihat kapal perang melintasi lembah. Howl pun bergegas melindungi Sophie. Dia juga menitipkan pesan kepada Calcifer untuk melindungi Sophie di kastil saat dia pergi untuk perang. Howl: “Tetaplah disini, Sophie. Calcifer akan melindungimu dari para kaki tangan musuh. Aku akan menjaga mu di depan.” Sophie: “Tidak, tunggu Howl! Jangan pergi keluar! Disana terlalu berbahaya.” Howl: ”Perang yang lainnya sedang datang dan Calcifer terlalu lemah untuk menghentikan bom.” Sophie: “Mari kita lari, jangan melawan mereka, Howl!” Howl: “Maaf, aku lelah selalu kabur, Sophie. Sekarang aku mempunyai sesuatu yang ingin aku lindungi. Itu adalah kau.” Sophie: “Howl!” Howl pun pergi berperang. Sophie memutar portal piringan untuk melihat Howl dari kejauhan. Saat Sophie melihat Howl, dia sangat khawatir karena sepertinya Howl dalam masalah. Sophie pun segera membantu Howl. Sophie: “Howl!” Markl: “Sophie, ada apa dengan Howl?” Sophie: “Markl, aku perlu bantuanmu!” Markl: “Baik.” Sophie meminta pada Calcifer untuk memindahkan kastil. Sophie: “Calcifer, apa kau bisa memindahkan portal kastilnya?” Calcifer: “Apa kau gila? Aku tak bisa memindahkan portal tanpa bantuan Howl.” Sophie: “Kau harus mencobanya, jika kita tidak pergi, Howl akan terus melindungi toko topi.” Calcifer: “Kita tidak bisa melakukan itu, itu membuat kita mudah diserang.” Sophie: “Kita memang begitu! Dan jika kita tidak bergerak cepat, Howl tidak akan punya kesempatan.” Markl memberi kabar keadaan diluar. Markl: “Sophie! Mereka akan mengebom toko topi!” Sophie: “Tak apa! Bantu nenek pergi keluar!” Sophie berencana memindahkan Calcifer, untuk membantu Howl. Sophie: “Kau akan ikut bersama kita, melompatlah.”



Calcifer: “Aku tidak bisa! Itu tidak mungkin, tidak ada yang bisa kecuali Howl yang mengambilku dari perapian ini.” Sophie: “Sudah tidak ada waktu lagi, Calcifer. Kita harus melakukan sesuatu.” Sophie memindahkan Calcifer. Calcifer: “Jangan lakukan ini! Jangan! Tolong! Ada wanita gila membawaku dengan sekop! Jika kau membawaku keluar dari pintu itu, kastilnya akan runtuh!” Sophie: “Bagus!” Markl: “Kita siap!” Sophie: “Baiklah, mundurlah.” Calcifer: “Pastikan aku yang terakhir keluar, Sophie. Aku takt ahu apa yang akan terjadi, tapi aku yakin ini bukan hal yang bagus.” Sophie: “Sudah, diam saja.” Saat Sophie membawa keluar Calcifer, seketika kastil Howl runtuh dan hancur. Calcifer: “Sudah kubilang padamu ini akan runtuh.” Sophie: “Hujan!” Markl: “Pesawat-pesawat itu menuju kota!” Sophie: “Markl, jaga nenek, mengerti? Kepala lobak, bantu aku menemukan jalan di kastil Howl.” Markl: “Sekarang jangan khawatir, nek. Aku akan menjagamu.” Sophie menemukan jalan untuk masuk ke kastil Howl. Sophie: “Markl, disini jalan masuknya.” Markl: “Baik! Aku segera kesana!” Sophie meletakkan Kembali Calcifer di kastil Howl dan membuat kastil Howl bergerak kembali. Sophie: “Kita harus memberitahu Howl, bahwa sekarang tidak tinggal di toko topiku. Calcifer, pindahkan kastilnya dan bawa kita ke Howl.” Calcifer: “Apa?” Sophie: “Aku tahu kau bisa melakukan itu, aku tak pernah melihat api dengan percikan cahaya seluar biasa itu!” Calcifer: “Tapi, tidak ada cerobong disini. Dan aku terus terkena tetesan air, dan semua kayunya basah.” Sophie: “Mereka bilang kalau api bersinar sangat terang Ketika keadaannya semakin parah.” Calcifer: “Iya, tapi tidak ada yang percaya hal itu, benar kan?” Nenek: “Api yang indah.” Calcifer: “Baiklah, aku perlu sesuatu darimu, Sophie.”



Sophie: “Mengapa begitu?” Calcifer: “Aku tidak bisa melakukannya sendiri. Bagaimana kalau matamu?” Sophie: “Ha? Bagaimana dengan rambutku saja?” Calcifer: “Baiklah, tidak masalah.” Calcifer memakan rambut Sophie, seketika Calcifer menjadi api yang membara dan sangat kuat. Sophie: “Terima kasih, Calcifer! Kau sungguh luar biasa!” Calcifer: “Bayangkan apa yang bisa kulakukan jika denga matamu atau jantungmu.” Karena Calcifer berkata seperti itu, nenek yang dahulu adalah seorang wanita penyihir dari gurun langsung tahu bahwa Calcifer adalah jantung Howl, dan dia ingin memiliki jantung Howl. Dahulu, nenek pernah didekati oleh Howl, tapi Howl enggan untuk mencintainya lagi setelah tahu bahwa nenek tersebut adalah penyihir yang menyeramkan. Dari saat dia masih menjadi wanita penyihir sampai kekuatannya diambil oleh Madam Suliman hingga menjadi nenek tua, dia tetap mencintai Howl. Nenek: “Itu dia! Kau memiliki jantung Howl! Aku menemukannya.” Sophie: “Calcifer, cepatlah!” Nenek mengambil jantung Howl. Calcifer: “Nenek! Tidak, jangan!” Sophie: “Kembalikan! Lepaskan!” Nenek: “Jantung Howl, sekarang menjadi milikku!” Kastil Howl menjadi tidak seimbang dan tidak beraturan. Sophie: “Nenek!” Nenek: “Panas, panas! Ini membakarku!” Sophie: “Lepaskan! Kau terbakar, nenek!” Nenek: “Tidak, ini milikku! Ini milikku!” Sophie terpaksa memadamkan api Calcifer dengan seember air, karena jika tidak dipadamkan nenek wanita penyihir tersbut bisa mati kebakaran. Kastil Howl pun hancur terbelah menjadi dua, sehingga Sophie dan Anjing Heen millik Madam Suliman jatuh ke jurang. Sophie: “Heen, apa yang sudah kulakukan? Aku menyiramkan air ke Calcifer. Bagaimana jika aku membunuh Howl juga?” Heen: “Woof, woof!” Sophie menangis dan air matanya mengenai cincinnya yang diberikan oleh Howl. Cincin tersebut memberi arah kepada Sophie saat terkena air matanya. Sinar yang dihasilkan oleh cincin tersbut menuju pintu portal kastil Howl yang ikut terjatuh di jurang. Sophie bergegas masuk bersama Heen. Saat masuk, Sophie melihat semua masa lalu



Howl. Dari situ, Sophie tau cara menyelamatkan Howl. Dia segera keluar, dan betapa kagetnya di saat melihat Howl yang sekarat. Sophie pun langsung membawa Howl ke kastilnya yang sudah rusak. Untung saja, kastil Howl masih bisa bergerak walaupun keaadaan kastilnya hanya tersisa ubin dan kaki kastil saja. Sophie meletakkan Howl yang sekarat di ubin, dan meminta bantuan kepada Markl, Nenek, dan Kepala Lobak. Markl: “Apa dia sudah mati?” Sophie: “Tidak, Markl.” Sophie memohon kepada Nenek untuk memberikan jantung Howl padanya. Sophie: “Nenek.” Nenek: “Jangan lihat aku, aku tak memilikinya, aku tidak tahu apa yang kau bicarakan.” Sophie: “Kumohon, Nenek.” Nenek: “Apa kau benar-benar menginginkannya?” Sophie: “Ya, aku menginginkannya.” Nenek: “Baiklah, tapi kau harus merawatnya dengan baik.” Sophie: “Baik.” Nenek: “Ini, sayang.” Sophie: “Terima kasih, nenek.” Sophie segera menolong Howl. Sophie: “Calcifer.” Calcifer: “Sophie, aku sangat Lelah.” Sophie: “Jika aku mengembalikan jantung Howl, apa yang terjadi denganmu?” Calcifer: “Kurasa, aku akan baik-baik saja jik kau melakukannya.” Sophie: “Baik, aku akan mencobanya.” Sophie meletakkan Calcifer tepat di jantung Howl. Calcifer: “Aku hidup! Aku bebas!” Saat Calcifer bebas dari kutukannya, dia terbang ke langit. Tiba-tiba kastil Howl terjatuh, karena tidak ada sihir dari Calcifer. Sophie, Howl, Markl, Nenek, dan Kepala Lobak terjatuh ke jurang. Kepala Lobak langsung menahan ubin kayu agar tidak terjatuh di jurang. Kepala Lobak menahan hingga tiang kayu nya habis karena terseret tanah. Untungnya, ubin kayu tersebut tersangkut diantara gundukan batu. Sophie: “Lobak? Apa kau baik-baik saja? Kita akan mencarikanmu tiang baru, oke?”



Sayangnya Kepala Lobak sudah tidak bergerak dan tidak berdaya setelah tiang kayunya habis karena terseret tanah. Sophie pun berterima kasih kepada Kelapa Lobak, dan menciumnya. Tapi, tiba-tiba saja Kepala Lobak berubah menjadi manusia. Kepala Lobak: “Terima kasih, Sophie. Aku adalah pangeran yang menghilang dari kerajaan. Entah bagaimana, aku terkena mantra yang mengutukku menjadi Kepala Lobak.” Nenek: “Aku tahu mantra itu. Sebuah ciuman, dari cinta sejatimu akan mematahkan mantranya.” Kepala Lobak: “Benar. Jika bukan karena Sophie, aku pasti menjadi orang-orangan sawah sepanjang hidupku!” Nenek: “Ya ampun, kau pemuda yang mengagumkan.” Howl terbangun dari sekaratnya dan mulai sadar. Howl: “Apa yang terjadi? Apa yang kulakukan disini? Aku merasa buruk, seperti ada beban didalam dadaku.” Sophie: “Benar, sebuah jantung merupakan beban yang berat.” Howl: “Wow Sophie, rambutmu terlihat seperti cahaya bintang. Rambutmu cantik!” Sophie: “Benarkah aku cantik Howl? Senangnya!” Sophie memeluk erat Howl. Nenek: “Sepertinya cinta sejatimu jatuh cinta dengan orang lain. Kau harus pulang, dan beritahu rajamu untuk menghentikan perang bodoh ini.” Kepala Lobak: “Ya, baiklah akan kulakukan. Satu hal yang bisa kau andalkan adalah, bahwa hati itu bisa berubah. Setelah perang ini berakhir, aku akan Kembali.” Nenek: “Aku menyukainya saat kau bicara seperti itu. Aku berharap kau kembali.” Howl, Sophie, Markl, Nenek, dan Heen bertemu Calcifer saat menikmati pemandangan diatas bukit. Markl: “Itu Calcifer!” Howl: “Kau tak perlu Kembali lagi, Calcifer.” Calcifer: “Aku merindukan kalian semua, dan sepertinya hujan akan turun.” Sophie: “Terima kasih, Calcifer.” Howl dan Sophie akhirnya hidup bahagia dengan saling mencintai. Mereka juga masih bersama dengan Markl, Calcifer, dan Nenek di kastil Howl yang baru.