Kawasan Religi Sis Aljufri [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KAWASAN RELIGI SIS ALJUFRI



Wisata religi merupakan salah satu fenomena yang saat ini mulai memasyarakat, hal itu dibuktikannya banyak aktifitas atau kegiatan yang dikaitkan dengan wisata religi tidak terkecuali kegiatan dakwah. Di beberapa kelompok masyarakat, wisata religi ini sering dijadikan sebagai kegiatan rutinan baik bulanan, tahunan dan sebagainya. Hal itu dilakukan sebagai pengisi agenda dari kegiatan atau rutinitas pengajian yang mereka ikuti.



HABIB IDRUS BIN SALIM ALJUFRI Habib Idrus dilahirkan di Taris, sebuah kota kecil yang letaknya kurang lebih 5 km dari Kota Saiwun, Ibu Kota Provinsi Hadramaut (Yaman Selatan) pada hari Senin 14 Sya`ban 1309 H yang bersamaan dengan 14 Maret 1889 M dan kembali ke rahmatullah juga pada hari Senin 12 Syawal 1389 H (22 Desember 1969 M) di Palu, Sulawesi Tengah, pada usia 80 tahun. Nasab Beliau adalah : Habib Idrus bin Salim bin Alwi bin Segaf bin Alwi bin Abdullah bin Husein bin Salim bin Idrus bin Muhammad bin Abdullah bin Alwi bin Abu Bakar Aljufri bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ali bin Muhammad Faqqqih Al-Muqaddam bin Alwi bin Abdullah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa An-Naqib bin Ali AL-‘Uraidhi bin Jakfar AsShadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib suami Fatimah Azzahrah binti Rasulullah shallahu alaihi wa sallam. Yayasan Alkhairaat, yang kini terdiri dari TK, SD, SMP,SMA, SMK,MI, MTS, MA hingga Universitas. Lembaga-lembaga pendidikan Islam Al-Khairaat berpusat di Kota Palu dan menyebar ke daerah sekitar, menjadikannya sebagai pintu gerbang dakwah Islam di Kawasan Timur Nusantara. Perubahan Bandara Mutiara



Jalinan kebatinan Habib Saggaf dengan Wali Kota Palu itu juga terbangun dari upaya pemerintah Kota Palu mengubah nama Bandara Mutiara Palu menjadi Bandara SIS Aljufri Palu. Nama Guru Tua diabadikan di sana. Itu akan dikenang sepanjang masa. Perjuangan perubahan nama bandara likulikunya cukup panjang. Selain mendapat keputusan dari DPRD, juga perlu rekomendasi dari Pemerintah Provinsi. Perjuangan itu berhasil dilalui dan tidak sedikit elemen yang terlibat di dalamnya. Wali Kota Rusdy Mastura-lah dianggap paling berperan penting



Masjid Al Khairat, Palu Barat Kawasan ini terletak di sepanjang Jalan Sis Aljufrie, Kelurahan Boyaoge, Kecamatan Tatanga dan Kelurahan Kamonji, Kecamatan Palu Barat. Dijalan ini terdapat berbagai macam objek wisata belanja dan objek wisata Religi. Objek wisata perbelanjaan yang ada disini aalah Pertokoan Palu Plaza. disini masyarakat kota palu menjual berbagai macam kuliner, Pakaian dan oleh - oleh. Objek wisata Religi dikawasan ini terletak didepan pertokoan Palu plaza, yaitu Yayasan AL Khairaat Pusat yang merupakan Organisasi Islam Terbesar di Indonesia Timur. Disana terdapat makam Idrus Bin Salim Al Jufrie (SIS AL JUFRIE) Pendiri AL Khairaat, Masjid AL Khairaat, Masjid Nurul Khairaat, Dan Masjid Nur Sa'adah, dan Beberapa Sekolah berbasis islam.



Gagasan itu muncul karena setiap tahun, kompleks Alkhairaat di jalan Sis Aljufri selalu dikunjungi puluhan ribu masyarakat dari berbagai penjuru nusantara untuk Haul Guru Tua (Panggilan Habib Idrus bin Salim Aljufri). Di sana juga ada cagar budaya yang penting diabadikan berupa sekolah Alchairaat dan makam Guru Tua beserta turunannya. Itu antara lain potensi besar yang harus dijaga dan terus dilestarikan sepanjang hayat. Panggilan hati nurani warga untuk menghadiri Haul Guru Tua, tidak sekadar memperingati jejak-jejak perjuangan Guru Tua, tetapi telah menjadi tradisi perjalanan rohani bagi warga Alkhairaat. Dan itu mengakar sekaligus menjadi daya tarik dan simbol kekuatan Kota Palu. Pemerintah berkewajiban melestarikan seluruh rangkaian tradisi itu. Tidak saja sekadar mempertahankan tradisi tetapi sekaligus sebagai potensi destinasi wisata religi di tengah minimnya tempat wisata di Kota Palu. Peluang itulah ditangkap Wali Kota Palu Rusdy Mastura dan ditindaklanjuti dengan peraturan daerah dan didukung dengan anggaran melalui berbagai program. Kota Palu sebagai pusat kegiatan Alkhairaat, maka pemerintah wajib menjaga itu. Gagasan ini harus



diteruskan kepada siapapun Wali Kota Palu terpilih nanti. Keunggulan Alkhairaat sebagai kawasan religi itu sekaligus diharapkan menggemahkan Kota Palu ke berbagai penjuru nusantara. Jika penataan lokasi wisata religi ini baik dan mengesankan tamu dari perjalanan spritual mereka, maka baiklah Kota Palu di mata para tamu-tamu Guru Tua yang datang ke kota ini. Pemerintah Kota Palu tentu saja tidak ingin memberi kesan buruk. Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah juga melakukan hal sama. Melalui APBD dari tahun ke tahun, pemerintah provinsi juga membantu perbaikan sarana seperti jalan di lingkungan Alkhairaat bahkan sampai pagar. Begitu besar perhatian pemerintah pemerintah provinsi dan kota. Keputusan itu tentu saja bukan keputusan yang diambil sendiri oleh wali kota ataupun gubernur, tetapi keputusan bersama dengan DPRD. Banyak sekali pihak yang terlibat di sana. Karenanya tidak elok jika ada klaim personal terhadap niat baik mengembangan Alkhairaat.



Rektor IAIN Prof Dr H Zainal Abidin, M.Ag



Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu, Sulawesi Tengah, meminta pemerintah kota setempat untuk menjadikan Kecamatan Palu Barat sebagai kecamatan religi di kota tersebut. Menurut Ketua MUI Kota Palu Prof. Dr. H. Zainal Abidin M.Ag menyatakan Kecamatan Palu Barat perlu dijadikan sebagai kecamatan religi di kota tersebut sebagai identitas wilayah. "Di Palu Barat terdapat Ponpes Alkhairaat beserta sekolah-nya, makam guru tua, makam Datokarama, perguruan tinggi Islam seperti Universitas Alkhairaat dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)," katanya di Palu, Senin. Ia menyatakan keberadaan pusat pendidikan Alkhairaat di Jalan Sis Aljufri, Palu Barat, dan makam Habib Sayyid Idrus bin Salim Aljufri (Guru Tua), dapat menjadi dasar untuk menjadikan Palu Barat sebagai kecamatan religi. Bahkan, sebut dia, keberadaan makam Datokarama, Universitas Alkhairaat, Institut



Agama Islam Negeri di Kelurahan Lere turut serta menunjang nuansa religi di wilayah kecamatan tersebut. "Saya kira ada dasar jika pemerintah Kota Palu berkeinginan untuk menjadikan Palu Barat sebagai kecamatan religi, karena banyak kegiatan di Palu Barat dan peninggalan yang bernuansa Islam," sebutnya. Dia mengutarakan kecamatan religi jika didorong oleh Pemkot Palu, maka secara langsung merealisasikan visi dan misi Wali Kota Palu, Hidayat untuk menjadikan kota ini sebagai kota bernuansa religi. Tidak hanya itu, kata Rektor IAIN Palu tersebut, kecamatan religi akan menjadi icon terbaru bagi Kota Palu, yang dapat dikelola secara maksimal untuk kepentingan pembangunan daerah, dengan memaksimalkan wisata religi. "Palu telah memiliki dasar yang sangat baik dan maksimal untuk mendorong wisata religi, yaitu adanya pusat peradaban Islam Alkhairaat di Kota Palu, dan peninggalan sejarah Islam lainnya," urainya. Saat ini Pemkot Palu telah menetapkan kawasan wisata religi di Jalan Sis Aljufri, hal itu telah memberikan terobosan bahkan dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan Palu Barat sebagai kecamatan religi.



Drs. Hidayat, M.Si Wali Kota Palu Drs. Hidayat, M.Si menyambut positif usulan Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat untuk menjadikan Kecamatan Palu Barat sebagai `kecamatan religi` di kota tersebut. Namun demikian, kata Drs. Hidayat, M.Si di Palu, Selasa, pihaknya membutuhkan kajian yang lebih mendalam untuk menetapkan Kecamatan Palu Barat sebagai kecamatan religi yang akan menjadi identitas Kota Palu sebagai kota wisata yang berbudaya dan religius.



"Kita butuh kajian untuk desain dan pengembangan kecamatan religi agar penataan dan pengembangan kecamatan religi tidak hanya sekedar nama, melainkan harus ada hal-hal yang menandainya," katanya. Wali kota menyebut bahwa jika Kecamatan Palu Barat menjadi kecamatan religi maka perlu adanya konten-konten di dalam kecamatan tersebut yang harus dibuat dan dikembangkan. Termasuk pembinaan mental masyarakat dengan berbagai model agar berorientasi pada peningkatan keimanan dan ketaqwaan. "Nah kecamatan religi perlu ada konten-konten di dalamnya yang tidak hanya sekedar menandakan bahwa kecamatan tersebut sebagai kecamatan religi, tetapi dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan yang bernuansa religi," sebutnya. Sebelumnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu meminta pemerintah kota setempat untuk menjadikan Kecamatan Palu Barat sebagai kecamatan religi di kota tersebut. Ketua MUI Kota Palu Prof. Dr. H. Zainal Abidin M.Ag menyatakan Kecamatan Palu Barat perlu dijadikan sebagai kecamatan religi di kota tersebut sebagai identitas wilayah. "Di Palu Barat terdapat Ponpes Alkhairaat beserta sekolah-nya, makam guru tua, makam Datokarama, perguruan tinggi Islam seperti Universitas Alkhairaat dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)," katanya. Ia menyatakan keberadaan pusat pendidikan Alkhairaat di Jalan Sis Aljufri, Palu Barat, dan makam Habib Sayyid Idrus bin Salim Aljufri (Guru Tua), dapat menjadi dasar untuk menjadikan Palu Barat sebagai kecamatan religi. Bahkan, sebut dia, keberadaan makam Datokarama, Universitas Alkhairaat, Institut Agama Islam Negeri di Kelurahan Lere turut serta menunjang nuansa religi di wilayah kecamatan tersebut.